Pengertian Apresiasi Sastra Alfin
Pengertian Apresiasi Sastra Alfin
APRESIASI SASTRA
Dosen Pengampu :
U’um Qomariyah, S.Pd., M.Hum.
Disusun oleh
Alfin Sukma
NIM 2101418079
b. Apresiasi Prosa
Istilah prosa sendiri mengandung pengertian kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-
pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tetentu yang bertolak
dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Prosa sebagai salah satu genre
sastra, mengandung unsur – unsur meliputi (1) pengarang atau narator, (2) isi penciptaan, (3)
media penyampaian isi berupa bahasa, dan (4) elemen-elemen fiksional atau unsur-unsur
intrinsik yang membangun karya fiksi itu sendiri sehingga menjadi suatu wacana. Pada sisi lain,
dalam rangka memaparkan isi tersebut, pengarang akan memaparkannya lewat (1) penjelasan
atau komentar, (2) dialog ataupun monolog, dan (3) lewat lakuan atau action.
Prosa fiksi lebih lanjut masih dapat dibedakan dalam berbagai macam bentuk, baik itu
roman, novel, atau novelet, maupun cerpen. Perbedaan berbagai macam betuk dalam prosa fiksi
itu pada dasarnya hanya terletak pada kadar panjang pendeknya isi cerita, kompleksitas isi cerita,
serta jumlah pelaku yang mendukung cerita itu sendiri. Akan tetapi, elemen-elemen yang
dikandung oleh setiap bentuk prosa fiksi maupun cara pengarang memaparkan isi ceritanya
memiliki kesamaan meskipun dalam unsur-unsur tertentu mengandung perbedaan.
Untuk dapat memberi penghargaan terhadap sesuatu, tentunya kita harus mengenal sesuatu
itu dengan baik dan dengan akrab agar kita dapat bertindak dengan seadil-adilnya terhadap
sesuatu itu, sebelum kita dapat memberi pertimbangan bagaimana penghargaan yang akan
diberikan terhadap sesuam itu. Kalau yang dimaksud dengan sesuatu itu adalah karya sastra,
lebih tepat lagi karya sastra prosa, maka apresiasi itu berati memberi penghargaan dengan
sebaik-baiknya dan seobjektif mungkin terhadap karya sastra prosa. Penghargaan yang seobjektif
mungkin, artinya penghargaan itu dilakukan setelah karya sastra itu kita baca, kita telaah unsur-
unsur pembentuknya, dan kita tafsirkan berdasarkan wawasan dan visi kita terhadap karya sastra
itu.
Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian “Apresiasi Prosa” adalah
proses pengindahan, penikmatan, pemahaman, dan penghargaan secara menyeluruh dan serta-
merta terhadap karya sastra prosa guna mendapatkan nilai-nilai yang baik yang terkandung
dalam karya sastra tersebut.
a) Tahap-Tahap Apresiasi
Seperti sudah dibicarakan, prosa atau prosa fiksi adalah sebuah bentuk karya sastra yang
disajikan dalam bentuk bahasa yang tidak terikat oleh jumlah kata dan unsur musikalitas. Bahasa
yang tidak terikat itu digunakan untuk menyampaikan tema atau pokok persoalan dengan sebuah
amanat yang ingin disampaikan berkenaan dengan tema tersebut. Oleh karena itu, dalam
apresiasi dengan tujuan tnembenkan penghargaan terhadap karya prosa itu, kita haruslah bisa
“membongkar” dan menerangjelaskan hal-hal yang berkenaan dengan ukuran keindahan dan
“kelebihan” karya prosa itu. Dengan demikian, penghargaan yang diberikan dapat diharapkan
bersifat tepat dan objcktif. Suatu apresiasi sastra, menurut Maidar Arsjad dkk dilakukan melalui
beberapa tahap kegiatan. Tahap-tahap itu adalah.
1) Tahap penikmatan atau menyenangi. Tindakan operasionalnya pada tahap ini adalah
misalnya membaca karya sastra (puisi maupun novel}, menghadiri acara deklamasi, dan
sebagainya.
2) Tahap penghargaan. Tindakan operasionalnya, antara lain, melihat kebaikan, nilai, atau
manfaat suatu karya sastra, dan merasakan pengaruh suatu karya ke dalam jiwa, dan
sebagainya.
3) Tahap pemahaman. Tindakan opersionalnya adalah meneliti dan menganalisis unsur
intrinsik dan unsur ektrinsik suatu karya: astra, serta berusaha menyimpulkannya.
4) Tahap penghayatan. Tindakan operasionalnya adalah rnenganalisis lebih lanjut akan suatu
karya, mencari hakikat atau makna suatu karya beserta argumentasinya; membuat tafsiran
dan menyusun pendapat berdasarkan analisis yang telah dibuat.
5) Tahap penerapan. Tindakan operasionalnya adalah melahirkan ide baru, mengamalkan
penemuan, atau mendayagunakan hasil operasi dalam mencapai material, moral, dan
struktural untuk kepentingan sosial, politik, dan budaya.
Apresiasi mempunyai tiga tingkatan, yaitu apresiasi empatik, apresiasi estetis, dan apresiasi
kritis.
1) Apresiasi empatik adalah apresiasi yang hanya menilai baik dan kurang baik hanya
berdasarkan pengamatan belaka. Apresiasi atau penilaian ini biasanya dilakukan oleh orang
awam yang tidak punya pengetahuan dan pengalaman dalam bidang seni.
2) Apresiasi estetis adalah apresiasi untuk menilai keindahan suatu karya seni. Apresiasi pada
tingkat ini dilakukan seseorang setelah mengamati dan menghayati karya seni secara
mendalam.
3) Apresiasi kritis adalah apresiasi yang dilakukan secara ilmiah dan sepenuhnya bersifat
keilmuan dengan menampilkan data secara tepat, dengan analisis, interpretasi, dan penilaian
yang bertanggung jawab.
Apresiasi ini biasanya dilakukan oleh para kritikus yang memang secara khusus mendalami
bidang tersebut. Dalam suatu apresiasi akan terjalin komunikasi antara si pembuat karya seni
(seniman) dengan penikmat karya seni (apresiator). Dengan adanya komunikasi timbal-balik ini,
seniman diharap mampu mengembangkan kemampuannya untuk dapat membuat karya seni yang
lebih bermutu.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Nilai Sastra
Setiap orang memiliki tingkat pemahaman terhadap sastra berbeda-beda. Hal ini dapat
diketahui bila ada pameran buku atau kajian sastra. Karya sastra yang dibuat oleh seorang
pengarang memiliki ciri khas tersendiri. Sebagai contoh buku yang bercerita tentang “Syaikh Siti
Jenar”. Ada banyak ragam versi yang dapat kita temukan. Ada penulis yang berlatar belakang
sejarawan, ada yang memiliki disiplin pendidikan, ada pula seorang filosof.
A. Lingkungan
Lingkungan keluarga sangat besar peranannya dalam membentuk pemahaman tentang
karya sastra. Keluarga yang telah terkondisi dengan tradisi membaca, memiliki kontribusi yang
besar bagi anggota keluarga itu dalam memahami sastra. Masyarakat yang selalu menghidupkan
karya sastra lewat permainan anak (dolanan), nyanyian yang dipadukan dengan alat musik
tradisional, peristiwa ritual, juga mendukung seseorang dalam memahami karya sastra.
B. Pengetahuan
Sekolah, kuliah, kursus atau sejenisnya adalah ladang untuk memahami pengetahuan.
Pengetahuan merupakan jembatan untuk memahami karya sastra. Ada sedikit jaminan, bahwa
semakin tinggi seseorang memperoleh ilmu, semakin tinggi pula tingkat pemahaman terhadap
karya sastra. Namun tidak semua orang yang berpengetahuan mencintai karya sastra. Baginya,
pengetahuan hanya diibaratkan sebuah kendaraan untuk mencapai tujuan tertentu.
C. Pengalaman
Pengalaman adalah guru yang baik. Melihat lebih baik dari mendengar. Mempraktekkan
jauh lebih baik dari pada melihat. Ada rasa keasyikan tersendiri bila membaca cerpen dari
seorang cerpenis kegemarannya. Ada suasana melayang saat mencoba menyerap kata dalam
puisi.
Tapi, membuat cerpen lebih asyik bila hanya sekedar membaca. Mengungkap perasaan
dengan cara menulis puisi jauh lebih mengena. Membuat cerpen, menulis puisi atau sejenisnya,
adalah sebuah pengalaman. Dengan begitu Ia akan mengetahui seberapa tingkat karya sastra.
Dengan pengalaman pula Ia akan menghargai sebuah karya sastra.