BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akidah akhlak merupakan mata pelajaran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, yang bisa
mendidik manusia supaya menjadi manusia yang bermoral dan berakhlakul karimah. Maka dari itu
dalam pembelajaran, akidah akhlak diajarkan mulai dari tingkat dasar kepada anak-anak disekolah.
Dengan penjelasan materi akidah akhlak di tingkat MTs yang akan kami paparkan, hal ini bisa membantu
siswa didik untuk lebih mengetahui tentang materi ajar itu sendiri, dan tentang akhlakul karimah yang
baik serta pengembangan moral siswa didik dalam kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka kita dapati rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian tentang Tela’ah Penjelasan Materi Akidah Akhlak pada MTs ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Tela’ah Penjelasan Materi Akidah Akhlak pada MTs.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang dapat diamlbil dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Dapat mengetahui tentang Tela’ah Penjelasan Materi Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat untuk Guru
1. Dengan adanya penjelasan mengenai Tela’ah Penjelasan Materi Akidah Akhlak MTs, akan
memudahkan guru untuk memahami tentang Tela’ah dan Penjelasan Materi Akidah Akhlak.
2. Dengan adanya penjelasan ini, guru akan lebih mudah untuk memberikan materi kepada peserta
didik.
1. Siswa dapat mengerti tentang pentingnya menela’ah untuk memahami suatu materi ajar.
2. Supaya mahasiswa dapat menjelaskan tentang materi akidah akhlak dengan baik kepada siswa
didiknya kelak, dengan adanya tela’ah ini.
Pada makalah yang kami buat, kami menyusun sistematika penulisan pada makalah, dimana pada
makalah kami terdapat halaman judul, serta adanya kata pengantar dan daftar isi sebagai kata pembuka
pada makalah kami.
Pada Bab I pada makalah kami, terdapat bab pendahuluan dimana dalam bab tersebut terdapat latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan manfaat penulisan serta sistematika penulisan.
Pada Bab II makalah kami berisi tentang kajian pustaka, dimana dalam bab ini menerangkan tentang
pengertian tela’ah penjelasan materi akidah akhlak pada MTs dan penjelasan materi akidah akhlak pada
tingkatan MTs.
Pada Bab III, kami pemakalah mencantumkan analisis, yang terdiei dari hasil analisis tentang materi
penjelasan akidah akhlak pada MTs dan menganalisis aspek-aspek yang terkandung dalam materi
penjelasan akidah akhlak pada MTs.
Pada Bab IV makalah kami berisi tentang penutup, dimana pada makalah kami terdapat kesimpulan dan
saran serta kata penutup. Dan yang terakhir yang terdapat pada makalah kami yaitu daftar pustaka.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
a. Pengertian Tela’ah
1. Secara Etimologi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tela’ah merupakan suatu penyelidikan, kajian, pemeriksaan dan
penelitian.
2. Secara Terminologi
Tela’ah adalah penyelidikan mengenai beberapa materi tentang kesulitan-kesulitan yang mungkin ada
pada materi yang dikaji.
b. Pengertian Penjelasan
1. Secara Etimologi
Penjelasan berasal dari kata jelas yang berarti nyata, dan gamblang.
2. Secara Terminologi
Penjelasan adalah keterangan yang lebih jelas, uraian yang menjelaskan tentang bahan yang
disampaikan.
c. Pengertian Materi
1. Secara Etimologi
2. Secara Terminologi
Materi adalah sesuatu yang menjadi bahan untuk diujikan, dipikirkan, dibicarakan, dikaryakan, dll.
1. Pengertian Akidah
a. Secara Etimologi
b. Secara Terminologi
Akidah adalah sesuatu yang dipercayai atau diyakini atau perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan
jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak
tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
2. Pengertian Akhlak
a. Secara Etimologi
b. Secara Terminologi
Akhlak yaitu perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji atau akhlakul karimah maupun
yang tercela atau akhlakul madzmumah.
Jadi yang dimaksud dengan akidah akhlak adalah suatu kepercayaan atau keyakinan yang berupa budi
pekerti atau kelakuan baik akhlak yang terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul
madzmumah.
1. Pengertian Madrasah
a. Secara Etimologi
Madrasah dilihat dari segi bahasa Arab berasal dari kata darasa yang artinya belajar, sedangkan
madrasah itu sendiri berarti tempat belajar.
b. Secara Terminologi
Madrasah berarti lembaga pendidikan yang mempunyai porsi lebih terhadap mata pelajaran agama
Islam.
2. Pengertian Tsanawiyah
a. Secara Etimologi
b. Secara Terminologi
Tsanawiyah adalah sebuah tingkatan yaitu tingkatan menengah dalam suatu pendidikan.
Jadi yang dimaksud dengan Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang memberikan
pendidikan dan pengajaran tingkat menengah dan menjadikan mata pelajaran agama islam sebagai
mata pelajaran dasar.
Dari pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Tela’ah Penjelasan Materi Akidah
Akhlak Madrasah Tsanawiyah adalah penyelidikan mengenai beberapa materi tentang kesulitan-
kesulitan yang mungkin ada pada materi yang dikaji, dengan menjelaskan tentang bahan yang
disampaikan yaitu yang mengenai suatu kepercayaan atau keyakinan yang berupa budi pekerti atau
kelakuan baik akhlak yang terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul
madzmumah pada lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran tingkat menengah
dan menjadikan mata pelajaran agama islam sebagai mata pelajaran dasar.
Akidah adalah kata sifat dalam bahasa Arab yang berarti dari kata aqada Menurut bahasa, kata tersebut
mempunyai arti ikatan.
Akidah menurut istilah adalah beberapa urusan yang harus dibenarkan oleh hati yang mendatangkan
ketentraman jiwa, menjadi keyakinan, dan tidak tercampur sedikitpun dengan keraguan.
Al-Qur’an adalah firman Allah swt. Yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW. Dengan perantara
malaikat Jibril. Di dalam kitab suci Al-Qur’an diterangkan akidah islam yang sesuai kehendak Allah swt.
Akidah islam termuat didalam kedua kalimah syahadat yang artinya sebagai berikut.
“Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah”.
2. Hadist
Hadist ialah segala ucapan, perbuatan dan takrir (sikap diam) nabi Muhammad saw. Hadist dijadikan
sebagai dasar hukum kedua dengan beberapa alasan, antara lain sebagai berikut.
a. Segala yang diucapkan rasulullah saw berdasarkan petunjuk wahyu dari Allah swt sebagai berikut
firman-Nya dalam Q.S. al-Haqqah/69:44-46
b. Allah SWT telah member petunjuk kepada manusia agar menguti kebenaran yang disampaikan
Rasulullah SAW sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. al-Hasyr/59:7
c. Banyak hadist yang menjelaskan maksud beberapa Al-Qur’an yang masih bersifat global, termasuk
masalah akida Islam. Contohnya Allah SWT berfiman dalam Q.S. an-Nisa’/4:36
1. Untuk mengetahui petunjuk hidup yang benar dan dapat membedakan mana yang benar dan yang
salah sehingga hidupnya diridhoi AllahSWT. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah/2:185.
2. Untuk menghindarkan diri dari pengaruh kehidupan yang sesat atau jauh dari petunjuk hidup yang
benar. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S. al-An’am/6:153.
2. Selamat dari pengaruh kepercayaan lain yang hanya akan membawa kerusakan dan hidup yang jauh
dari kebenaran.
3. Memperileh ketentraman dan kebahagiaan hidup yang hakiki karena mempunyai hubungan batin
yang dekat dengan Allah SWT.
a. Iman
Pengertian iman terungkap dalam percakapan antara rasulullah SAW dan malaikat Jibril sebagai berikut.
“ Jibril bertanya, “Apakah iman itu?” Beliau menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, hari akhir,
malaikat, kitab, nabi-nabi, kematian dan hisup sesudah mati, surge dan neraka, hisab dan mizan, serta
takdir yangbaik maupun yang buruk….” (H.R.Ahmad nomor 16851dari Abi Malik)
2) Iman kepada hari akhir (termasuk kematian dan hidup sesudah mati, surga dan neraka, hisab dan
mizan)
b. Islam
c. Ihsan
Ihsan ada dua macam, yakni Ihsan kepada Allah dan Ihsan kepada sesame manusia. Pengertia Ihsan
kepada Allah terungkap dalam hadist berikut.
“ Apakah Ihsan? Ihsan adalah bahwasannya engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya
(di depanmu) . Apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka yakinlah bahwa Dia melihatmu.” (H.R. al-
Bukhari nomor 48 dari Abu Hurairah)
Untuk mengetahui hubungan iman, islam, dan ihsan, kita perlu memerhatikan sunnah (praktik)
Rasulullah SAW sebagai pengemban amanah dari Allah SWT. Dalam praktiknya, Rasulullah SAW
menyatukan ketiga hal tersebut. Iman sebagai landasan keyakinannya, sedangkan islam dan ihsan
sebagai bukti nyata adanya keimanan tersebut. Islam dan ihsan berupa perbuatan nyata dalam
kehidupan sehari-hari.
Pengakuan iman seseorang tidak ada artinya sama sekali apabila tidak dibuktikan dengan amal nyata
dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, islam dan ihsan (perbuatan nyata) dalam kehidupan sehari-
hari tidak diterima Allah apabila tidak dilandasi dengan iman yang benar. Dengan demikian, jelaslah
kiranya bahwa iman, islam, dan ihsan merupakan satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan.
1. Beribadah kepada Allah SWT dengan hati yang ikhlas, tanpa perasaan terpaksa dan terbebani. Dan
Berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memurnikan niat dalam beribadah hanya kepada AllahSWT.
2. Berusaha menghindarkan diri dari segala bentuk kemusyrikan, baik dalam beribadah maupun
perbuatan lain dalam kehidupan sehari-hari, senagaimana pernyataan pada setiap melakukan shalat
yang berbunyi sebagai berikut.
Sifat-sifat Allah berarti keadaan yang berhubungan dengan zat Allah, sesuai dengan keagungan-Nya. Zat
dan sifat Allah tidak dapat dibayangkan oleh pikiran manusia. Sifat Allah dibagi menjadi tiga macam,
yaitu sifat wajib, mustahil dan jaiz.
Yang dimaksuk sifat wajib Allah SWT ialah sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh Allah SWT yang sesuai
dengan keagungan-Nya sebagai pencipta alam seisinya. Dalam ilmu aqa’id, disebutkan bahwa sifat wajib
Allah SWT ada 13, antara lain sebagai berikut.
Adanya Allah SWT dapat dibuktikan dengan adanya alam ini. Semua barang yang ada di lingkungan kita
pasti ada yang menbuat. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S. Ali Imran/3:2
Allah SWt adalah pencipta alam semesta. Dia lebih dahulu ada sebelum ala mini ada. Sebagaimana Allah
SWT berfirman dalam Q.S. al-Hadid/57:3
Allah SWY memiliki sifat yang sempurna dan istimewa. Sifat Allah SWT berbeda dengan sifat makhluk-
Nya. Jika ada kesamaan, hanya sama namanya, sedangkan kesempunaan-Nya tidak sama. Sebagaimana
Allah SWT berfirman dalam Q.S. asy-Syura/42:11
Allah SWT sebagai pencipta alam adalah Mahakuasa. Dia tidak memerlukan bantuan dari kekuatan lain
karena mempunyai kekuatan yang ada pada diri-Nya. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S. Ali
‘Imran/3:2
Manusia dituntut untuk meyakini bahwa wujud Allah Naha Esa, artinya Dia tidak terbilang dua, tiga, dan
seterusnya. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S. al-Ikhlas/112:1-4
Dia kuasa menciptakan alam, mampu memelihara, dan sanggup menghancurkannya tanpa bantuan
kekuasaan lain. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. al-Baqarah/2:20
Jika Allah berkehendak, tidak satu pun yang dapat menolak. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S.
Yasin/36:82
Allah SWT adalah pencipta alam ini dan Dia mengetahui semua cptaan-Nya. Allah berfirman sebagai
berikut.
Tidak ada sesuatu yang tidak didengar oleh Allah SWT. Walaupun jumlah suara manusia ratusan juta,
semua akan didengar oleh Allah. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Hujarat/49:1
Allah yang mengatur, yang menjalankan , dan mengawasi benda-benda, seperti matahari, bulan,
bintang, dan planet-planet lainnya. Semua itu bagi Allah tidak ada yang lepas dari penglihatan-Nya. Allah
SWT berfirman sebagai berikut.
Kalam berarti Allah berbicara melalui firman-Nya yang berupa wahyu. Allah berfirman sebagai berikut.
Adapun sebagian ulama yang menambahkan dengan tujuh sifat wajib Allah sehingga menjadi dua puluh.
Tujuh sifat wajib yang dimaksud adalah sebagai berikut.
a. Qadiran
b. Muridan
c. ‘Aliman
d. Hayyan
Berarti Allah maha hidup
e. Sami’an
f. Basiran
g. Mutakalliman
Sifat mustahil Allah berarti sifat yang secara akal tidak mungkin dimiliki Allah. Dalam ilmu Tauhid ,
dinyatakan bahwa sifat mustahil Allah ada 13, yaitu
c. Fana’, rusak
Sifat jaiz Allah berarti sifat kebebasan Allah, yakni bebas yang dimiliki-Nya sebagai Tuhan semesta alam.
Sifat jaiz Allah ialah kebebasan untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengan
kehendak-Nya yang mutlak. Berikut ini kebebasan-kebebasan mutlak yang dimiliki Allah.
Ayat di atas menjelaskan bahwa apa yang hendak diciptakan Allah tergantung pada kehendak-Nya
semata.
Manusia hanya diberi hak untuk memohon kepada-Nya. Jika Allah mengabulkan, jadilah apa yang
dikehendaki manusia. Sebaliknya, jika Allah tidak menghendaki, apapun yang diinginkan manusia tidak
akan terjadi. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. an-Nur/24:45
Kebebasan Allah dalam mengatur semua makhluk telah ditegaskan dalam firman-Nya yang sekaligus
merupakan do’a tuntunan bagi kita. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. Ali Imran/ 3:26
Semua perjalanan hidup yang dialami manusia ada pada kekuasaan Allah SWT. Naiknya seseorang ke
derajat yang tinggi atas turunnya dari derajat rendah tidak terlepas darikuasa dan kehendak-Nya.
1. Sifat Nafsiyah
Sifat nafsiyah adalah sifat yang berhubungan dengan zat Allah semata,. Yang tergolong sifat nafsiyah
adalah sifat wujud. Wujud adalah zat Allah yang mutlak atas diri-Nya, bukan merupakan tambahan dari
zat-Nya. Allah SWT sebagai penyebab pertama adanya sesuatu dengan sendiri-Nya. Seandainya wujud
Allah disebabkan atau diciptakan oleh sesuatu selain Dia, berarti Allah tidak sempurna sifat-Nya.
Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. as-Sajadah/32:4-5
Dari kedua ayat tersebut, dapat diambil pokok-pokok pengertian sebagai berikut.
1) Masa pertama, semua alam masih berupa asap atau kabut raksasa, lalu kabut raksasa pecah dan
sakah satunya menjadi bumi;
5) Masa kelima dan keenam, seperti yang kita saksikan sekarang ini.
b. Tidak ada penolong dan pemberi syafaat selain Allah SWT. Ini berarti kekuasaan tunggal ada pada
Allah.
c. Semua urusan ada di tangan Allah dan tidak ada pihak lain yang ikut campur tangan dengan-Nya.
2. Sifat Salbiyah
Salbiyah berarti negative atau buruk. Sifat salbiyah berarti sifat yang tidak sesuai atau tidak layak untuk
zat Allah. Sifat salbiyah ada lima macam yang berlawanan dengan sifat qidam, baqa’, mukhalafatu lil
hawadisi, qiyamuhu binafsihi, dan wahdaniyyah.
Hudus berarti permulaan. Sifat qidam menolak adanya sifat hudus. Berdasarkan teori ad-Daur, alam ini
adalah ciptaan Allah, adanya Allah juga karena adanya alam. Pendapat demikian adalah mustahil karena
Allah disamakan dengan makhluk ciptaan-Nya.
“Dialah Yang Awal, dan Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu.” (Q.S. al-Hadid/57:3)
Allah tidak berawal dan tidak berakhir. Jika Allah berawal, sebelum Allah berarti ada kekosongan. Hal ini
sangat bertentangan dengan akal. Oleh karena itu, sifat qidam menolak sifat qudum.
b. Fana’
Jika Allah SWT bersifat fana’, berarti Allah mengalami kerusakan dan kepunahan. Dia tidak akan
mengalami kerusakan dan kepunahan sebagaimana makhluk-Nya.
Jika Allah bersifat Mumasalatu lil Hawadisi yang artinya Allah serupa dengan makhluk-Nya. Allah tidak
akan pernah memerlukan apa yang diperlukan makhluk-Nya. Allah berfirman
“…tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat.” (Q.S.
asy-Syura/42:11)
d. Ihtiyajun ila Ghairihi atau qiyamuhu Ligairihi
Jika Allah bersifat ini berarti Allah memerlukan bantuan pihak lain. Allah tidak memerlukan bantuan
pihak lain dalam menciptakan alam seisinya. Allah berfirman sebagai berikut.
e. Ta’addud
Ta’adud berarti bebilang dua, tiga, atau lebih. Seandainya Allah lebih dari satu, pasti timbul perebutan
kekuasaan dan aturan-aturan yang berbeda. Tuhan yang satu akan menyaingi Tuhan yang lain sehingga
akan mengakibatkan kehancuran. Allah berfirman dalam surat al- Ikhlas/112:1
3. Sifat Ma’ani
Sifat ma’ani adalah sifat wajib Allah yang dapat digambarkan olah akal pikiran manusia dan dapat
meyakinkan orang lain karena kebenarannya dapat dibuktikan dengan panca indra. Sifat wajib Allah
yang tergolong dalam sifat ma’ani ialah qudrah, iradah, ilmu, hayat, sama’, basar, dan kalam.
a. Qudrah
Allah bersifat qudrah berarti Mahakuasa. Mustahil Allah bersifat ‘ajzun yang berarti lemah atau tidak
berdaya.
“ Dan Dialah yang berkuasa atas hamba-hamba-Nya. Dan Dia Maha bijaksana, Maha Mengetahui.” (Q.S.
al-An’am/6:18)
b. Iradah
Allah SWT bersifat iradah yang berarti berkehendak, mustahil bersifat karahah yang berarti dipaksa.
Allah adalah zat yang mengatur segala-galanya karena Dialah yang berkuasa dan memiliki alam ini.
c. ‘Ilmu
Ilmu berarti mengetahui segala sesuatu. Lawan katanya adalah jalun yang berarti bodoh. Allah
mengetahui segala sesuatu, baik yang telah, sedang, maupun yang akan terjadi. Sebagaimana Allah
berfirman dalam Q.S. al-Hujarat/49:18
d. Hayat
Hayat berarti hidup, sedangkan kebalikannya adalah mautun yang berarti mati. Allah adalah zat yang
hidup dan muastahil mati. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. al-Furqan/25:58
e. Sama’
Sama’ berarti mendengar, sedangkan kebalikannya adalah summon yang berarti tuli. Allah Maha
Mendengar segala macam bunyi dan suara makhluk, baik yang keras maupun yang pelan. Sebagaimana
Allah berfirman dalam Q.S. al-Baqarah/2:127
f. Basar
Basar berarti melihat sesuatu, baik yang telah, sedang, maupun yang akan terjadi. Penglihatan Allah
tidak dibatasi oleh alat dan waktu. Kebalikannya adalah ‘umyun yang berarti buta. Sebagaimana Allah
berfirman dalam surat al-Hujarat/49:18.
g. Kalam
Kalam berarti berbicara, sedangkan kebalikannya adalah bukmun yang berarti bisu. Karena Allah
berbicara, Dia dapat berfirman, memberi janji, dan peringatan yang ditunjukkan kepada makhluk-Nya.
Firman-firman-Nya tersusun dengan rapi di dalam kitab suci yang diturunkan kepada rasul-rasul-Nya. Hal
itu menunjukkan bahwa Allah tidak mungkin bersifat bisu. Allah berfirman dalam surat an-Nisa’/4:164
4. Sifat Ma’nawiyah
Sifat ma’nawiyah adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan sifat ma’ani atau merupakan kelanjutan
sifat-sifat ma’ani. Dengan kata lain, adanya tujuh sifat ma’ani berarti ada tujuh sifat ma’nawiyah.
Ketujuh sifat ma’nawiyah dimaksud adalah sebagai berikut.
a. Qadiran (Mahakuasa)
Allah bersifat muridan yang berarti Dia Maha Berkehendak. Allah berfirman dalam surat an-Nisa’/4:26.
Allah bersifat sami’an yang berarti Dia Maha Mendengar. Allah berfirman dalam surat an-NIsa’/4:134.
Allah bersifat mutakalliman yang berarti Dia Maha Berbicara. Allah berfirman dalam surat at-
Taubah/9:6.
1. Menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan selain Dia karena Dia berbeda dengan semua
makhluk ciptaan-Nya.
2. Tidak berprasangka buruk kepada Allah walaupun hanya dalam hati karena Dia Maha Mendengar
terhadap segala sesuatu meskipun tidak bersuara dari segala yang buruk. Dan berusaha tidak sombong.
1. Pengertian Ikhlas
Kata ikhlas berasal dari bahasa arab akhlasa, yukhlisu, ikhlasan yang artinya memurnikan niat hanya
semata-mata mencari rida Allah. Atau semata-mata menaati perintah-Nya. Sebagaimana terungkap
dalam surat al-An’am/6:162.
Orang yang beramal baik, tetapi tidak ikhlas, ia akan rugi sendiri. Allah tidak akan menerima amal
tersebut, dalam hadis Qudsi Allah berfirman.
“ Aku adalah sebaik-baik sekutu (teman). Barang siapa memperskutukan Aku bersama yang lain, dia
(diserahkan) kepada sekutu itu. Wahai sekalian manusia, ikhlaskan amalmu karena Allah tidak akan
menerima akal seseorang, kecuali amal yang diikhlaskan kepada-Nya.” (H.R. al- Bazzar)
a. Tidak pernah mengeluh dan tak mengharapkan penghargaan setiap ia menjalankan tugas
b. Melaksanakan sesuatu karena semata-mata melaksanakan perintah Allah dalam kandungan Surah al-
Ma’un.
a. Memperoleh kepuasan batin karena merasa bahwa kebaikan yang dilakukan sesuai kehendak Allah
yang menyuruhnya.
c. Dapat menjaga kerutinan dalam berbuat baik, walaupun amal baiknya tidak dilihat orang lain.
a. Melatih diri agar tidak merasa bangga jika perbuatan baiknya dipuji orang.
d. Tidak suka memuji perbuatan baik yang dilakukan seseoranga karena hal itu dapat mendorong
pelakunya menjadi ria.
B. Taat
1. Pengertian Taat
Kata taat berasal dari bahasa Arab yang berarti tunduk, patuh, dan setia kepada si fulan atau Allah dan
rasul-Nya, baik dalam bentuk pelaksanaan perintah Maupun meninggalkan larangan-Nya.
Taat termasuk perkara yang diwajibkan dalam islam. Dengan demikian, seorang mukmin adalah orang
yang setia dan taat kepada Allah dan rasul-Nya. Allah berfirman dalam surat an-Nisa’/4:59.
b. Meskipun saling mencintai, Karena Islam muslimah melarang menikah dengan lelaki nonmuslim,
akhirnya Nur Hasanah menolak lamaran tersebut dengan sopan.
a. Memperoleh kepuasan batin karena telah mampu melaksanakan salah satu kewajibannya kepada
Allah dan Rasul-Nya.
c. Memperoleh kemenangan (keuntungan) yang besar sesuai firman Allah dalam surat an-Nisa’/4:13.
c. Selalu disiplin dalam mengikuti tata tertib sekolah, baik dilihat guru maupun tidak.
C. Khauf
1. Pengertian Khauf
Kata khauf berasal dari bahasa arab khafa, yakhafu, khaufan yang artinya takut. Islam mendidik umatnya
agar memiliki sifat khauf, yakni takut akan murka Allah apabila terkena ancaman atau siksa-Nya.
Yang dimaksud rasa takut dan penuh harap pada ayat di atas ialah sebagai berikut.
a. Takut akan dilepaskan oleh Allah hidup sendirian sehingga tersesat dari jalan yang benar, yakni
tuntunan Islam.
c. Sangat mengharapkan rida Allah sehingga hidupnya senantiasa memperoleh bimbingan dari wahyu-
Nya.
3. Contoh khauf
Senantiasa meningkatkan kualitas beribadah, baik yang berhubunagn secara langsung kepada Allah
maupun yang berhubungan dengan sesama manusia.
a. Dapat menjaga kerutinan perbuatan baiknya karena belum yakin bahwa kebaikan yang telah lalu
diterima dan diridai Allah.
c. Mengukur dirinya dengan orang –orang yang saleh agar bersemangat untuk mengikuti amal baik
seperti mereka.
D. Tobat
1. Pengertia Tobat
Kata tobat berasal dari kata taba, yatubu, taubatan yang berarti kembali, menyesali perbuatan dosa
yang telah dilakukan.
Orang yang bertobat berarti berhenti dari perbuatan dosa yang telah dilakukan, kemudian kembali
kejalan yang benar.
2. Hukum Bertobat
Bertobat termasuk pekara yang diwajibkan dalam agama. Firman Allah dalam surat an-Nur/24:31.
c. Harus bertekad yang sungguh-sungguh tak akan mengulangi perbuatan dosa tersebut.
a. Memperbanyak membaca istigfar dan menemui orang yang pernah dijahtinya untuk minta maaf.
b. Menyesali perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan serta berjamji tidak akan mengulangi lagi
perbuatannya.
4. Dampak Positif Perilaku Bertobat
1) Memperoleh semangat dan gairah hidup baru karena Allah berkenan menerima tobatnya
b. Berusaha menutup perbuatan dosanya dengan perbuatan baik sesuai kemampuan yang dimiliki
Menurut hasil tela’ah kami tentang materi penjelasan pada semester I kelas VII MTs, penjelasannya
sudah baik, akan tetapi terdapat kekurangan dalam penyusunannya.
Kata asmaul husna berasal dari bahasa arab al asma’ yang berarti nama, beberapa nama dan al husna
yang berarti baik, indah. Menurut istilah, asmaul husna berarti nama-nama yang indah bagi Allah.
Di dalam kitab asbabunnuzul diterangkan bahwa pada suatu hari Rasulullah saw melakukan shalat di
mekkah dan berdoa dengan kata-kata, “ Ya Rahman, Ya Rahim”. Do’a tersebut terdengar oleh sebagian
kaum musyrikin. Kala itu berkatalah mereka, “perhatikan orang yang murtad dari agamanya! Ia
melarang kita menyeru dua Tuhan, dan dia sendiri menyeru dua Tuhan.” Dengan adanya ucapan mereka
itu, turunlah Ayat sbb:
Yang artinya:
Katakanlah: "Serulah Allah atau Serulah Ar-Rahman. dengan nama yang mana saja kamu seru, dia
mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik)..(Q.S. al-isra’/17:110)
Asma’ul Husna Allah swt. Amat banyak, namun menurut keterangan yang masyhur ada 99 macam.
Sepuluh diantaranya adalah Al- ‘Azi, Al-Gaffar, Al-Basit, An-Nafi’, Ar-Rauf, Al-Barr, Al-Hakim, Al-Fattah,
Al-‘Adl, dan Al-Qayyum.
Allah maha perkasa atas segala mahluk-Nya. Segala yang dikehendaki Allah swt pasti terlaksana, tak
satupun mahluk yang dapat menghalangi-Nya.
Allah adalah zat yang maha pengampun, ampunan Allah diberikan kepada siapapun yang bersalah,
selama orang tersebut mau bertobat, memohon ampun atas dosa-dosanya.
Allah swt. mencipta segala sesuatu yang dikehendaki dan memberi manfaat atas sesuatu buat siapa
yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya. Dialah yang mampu memberi manfaat dan Dialah yang
mampu memberi madarat ( kerugian ) atas sesuatu.
Allah Maha Pengasih dan Allah juga yang Maha Melimpahkan kebaikan.
Allah zat yang Maha Bijaksana, kebijaksanaan Allah mencakup segala hal.
Pada hari akhir kelak, Allah swt akan memutuskan perkara hamba-Nya, kemudian memasukkan hamba-
Nya ke jannah atau nar.
Dalam hidup didunia ini, Allah memberlakukan hamba-Nya secara adil. Ia memberikan rezeki terhadap
semua manusia, baik yang taat maupun yang durhaka kepada-Nya. Diakhirat kelak Allah juga berlaku
adil. Hamba yang taat selama hidupnya di dunia akan diberi balasan nikmat di jannah, sedangkan hamba
yang durhaka diberi balasan siksa di nar.
Sesuai dengan kebesaran dan kekuasaan-Nya, Allah tidak memerlukan bantuan dari siapapun dalam
mencipta, mengatur, dan memelihara alam semesta.
C. Bukti Tanda-Tanda Kebesaran Allah Melalui Pemahaman terhadap Sepuluh Asma’ul Husna
a. Al-‘Aziz : Apapun yang dikehendaki Allah pasti terjadi, tak satupun mahluk yang dapat menghalangi
kehendak-Nya.
b. Al-Gaffar : Allah senantiasa membuka kesempatan bertobat bagi hamba-Nya yang berbuat salah
sampai datangnya yaumus-sa’ah.
c. Al-Basit : Allah melapangkan dan menyempitkan rezeki kepada hamba yang di kehendaki-Nya.
d. An-Nafi’ : Hanya Allah yang dapat memberi manfaat atau madarat terhadap sesuatu buat hamba-Nya.
e. Ar-Rauf : Allah tidak menyia-nyiakan iman hamba-Nya, terbukti Dia memberi bimbingan hidup berupa
petunjuk agama.
f. Al-Barr : Allah melimpahkan nikmat-Nya kepada hamba yang beriman, baik di dunia maupun diakhirat
dengan kenikmatan di jannah.
g. Al-Hakim : Allah bijaksana dalam mencipta dan mengatur alam semesta serta memberi balasan
manusia di akhirat sesuai amalnya selama hidup di dunia.
i. Al-‘Adl : Allah adil dalam memberi rezeki terhadap hamba-Nya. Manusia yang memiliki kemampuan
berusaha secara baik dan menggunakan teori yang baik dapat memperoleh hasil yang baik pula.
j. Al-Qayyum : Allah swt mencipta dan mengatur alam semesta dengan sendiri-Nya, tanpa bantuan pihak
lain.
a. Tunduk dan rela menerima ketentuan Allah yang berlaku atas dirinya.
b. Tidak putus asa atas perbuatan dosa yang terlanjur dilakukan dan memohon ampunan-Nya.
Malaikat adalah mahluk yang diciptakan Allah swt. dari cahaya. Dia selalu menaati perintah Allah swt.
dan tidak mendurhakai-Nya. Adapun inti beriman kepada malaikat ialah meyakini keberadaannya
sebagai mahluk ciptaaan Allah swt. Serta meyakini jenis-jenis tugas yang diamanahkan kepadanya.
Keyakinan tersebut dibuktikan dengan perbuatan sehari-hari.
Al-Qur’an menjelaskan bahwa malaikat adalah hamba Allah swt. yang mulia karena Allah
memuliakannya, tidak pernah durhaka, tidak pernah maksiat, dan tidak pernah menentang perintah
Allah swt.
f. Raqib dan Atid : bertugas mencatat amal perbuatan manusia selama hidup di dunia.
Mahluk gaib yang diciptakan Allah bermacam-macam, antara lain: jin, iblis atau setan.
1. Jin
Jin adalah Mahluk Allah mahluk gaib yang diciptakan dari nyala api. Sebagian taat kepada Allah swt.
(seperti yang menjadi tentara Nabi Sulaiman a.s.) dan sebagian lagi kafir serta durhaka kepada Allah swt.
Iblis adalah Mahluk gaib yang dicipta Allah dari api. Sifat dasar iblis adalah sombong dan durhaka kepada
Allah swt. Setan adalah mahluk yang sifatnya menggoda manusia agar terjerumus ke lembah dosa.
1. Malaikat Cahaya Selalu taat kepada Allah swt. Dan tidak mendurhakai-Nya.
2. Jin Nyala Api Ada yang beriman dan ada pula yang kafir.
3. Iblis atau Setan Api Mendurhakai Allah swt. Dan selalu berusaha untuk menjerumuskan manusia ke
jalan yang sesat.
C. Perilaku yang Mencerminkan Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah swt. dan Mahluk Gaib Selain
Malaikat.
Iman terdiri dari tiga unsur, yaitu kemantapan hati, ucapan, dan perbuatan. Iman kepada malaikatpun
perlu dibuktikan dengan perbuatan nyata setiap hari, antara lain meneladani sifat taat malaikat kepada
Allah swt.
Adapun sikap meneladani ketaaatan malaikat kepada Allah swt. antara lain:
a. Senantiasa berusaha untuk menaati Allah swt. sebagaimana ketaatan malaikat kepada Allah swt.
c. Bersikap hati-hati dalam hidup ini, tidak melanggar hukum Allah swt. sebagaimana malaikat tidak
maksiat kepada-Nya.
1. Pengertian Ria
Ria berarti beramal baik dengan tujuan memperoleh pujian dari orang lain.
Seorang siswa mau melaksanakan tugas piketnya secara baik sesudah guru masuk ke kelas, dengan
harapan agar guru menilai bahwa siswa tergolong siswa yang rajin melaksanakan tugas.
Ria termasuk larangan dalam islam. Islam mendidik umatnya agar perbuatan baik yang dilakukan
didasari dengan niat ikhlas, yakni semata-mata mencari ridha Allah atau menaati perintah-Nya.
c. Tidak selamat dari bahaya kekafiran karena ria sangat dekat hubungannya dengan sikap kafir.
a. Melatih diri untuk beramal secara ikhlas, walaupun sebesar apapun yang dilakukan.
b. Mengendalikan diri agar tidak merasa bangga apabila ada orang lain memuji amal baik yang
dilakukan.
B. Nifak
1. Pengertian Nifak
Secara bahasa nifak berarti pura-pura pada agamanya. Secara istilah berarti sikap yang tidak menentu,
tidak sesuai antara ucapan dan perbuatannya. Orang yang mempunyai sifak nifak disebut munafik.
Islam melarang umatnya bersifat nifak. Sebaliknya, islam mewajibkan bersifat jujur atau benar. Allah
swt. berfirman yang terjemahnya “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah
dan ucapkanlah petkataan yang benar”. (Q.S. al-Ahzab/33: 70).
1) Tercela dalam pandangan Allah swt. dan sesama manusia sehingga dapat menjatuhkan nama baiknya
sendiri.
4) Mempersempit jalan untuk memperoleh rezeki karena orang lain tidak mempercayai lagi.
1) Menimbulkan kekecewaan hati sehingga dapat merusak hubungan persahabatan yang terjalin baik.
2) Membuka peluang munculnya fitnah karena ucapan atau perbuatannya yang tidak menentu.
3) Mencemarkan nama baik keluarga dan masyarakat sekitarnya sehingga merasa malu karenanya.
a. Nifak merupakan larangan agama yang harus di jauhi dalam kehidupan sehari-hari.
b. Nifak akan merugikan diri sendiri dan orang lain sehingga dibenci dalam kehidupan masyarakat.
Menurut hasil tela’ah kami, Pada semester II kelas VII MTs, dalam penjelasan materinya sudah baik,
akan tetapi terdapat kurangnya penjelasan dalam bab IV tentang asmaul husna.
Beriman kepada kitab suci berarti menyakini adanya kitab tersebut serta meyakini kebenaran ajarannya.
Iman kepada kitab-kitab Allah SWT meliputi tiga perkara pokok, yaitu :
1. Meyakini bahwa Allah SWT memiliki beberapa kitab suci yang diwahyukan kepada rasul-Nya untuk
dijadikan pedoman hidup manusia.
2. Meyakini kebenaran ajaran yang ada di dalamnya secara mutlak tanpa keragu-raguan sedikit pun.
3. Mengamalkan ajaran-ajaran yang ada di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu,
anggota keluarga, maupun anggota masyarakat.
Kitab adalah kumpulan firman Allah SWT yang diwahyukan kepada rasul-Nya.
Fungsi iman kepada kitab-kitab Allah SWT adalah sebagai petunjuk hidup manusia di dunia.
Adapun dalil-dalil kebenaran adanya kitab-kitab suci Allah, antara lain sebagai berikut :
1. Kitab Taurat
Dalil kebenaran Taurat antara lain :
Dan Kami berikan kepada Musa, Kitab (Taurat) dan Kami jadikannya petunjuk bagi Bani Israil (dengan
firman),”Janganlah kamu mengambil (pelinding) selain Aku.”
“Sesungguhnya ini terdapat dalam kitab-kitab terdahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa.
2. Kitab Zabur
“…..Dan sungguh, Kami telah memberikan kelebihan kepada sebagian nabi-nabi atas sebagian (yang
lain), dan Kami berikan Zabur kepada Dawud.”
3. Kitab Injil
4. Kitab Al-Qur’an
“Alif Lam Ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engakau
mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan, (yaitu)
menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa, Maha Terpuji.”
1. Kitab Turat
Pada saat Nabi Musa a.s. remaja beliau pernah memukul seorang pemuda dari suku Qibti hingga mati.
Karena suku Qibti termasuk pendukung Raja Fir’aun, maka raja pun berusaha menangkap Nabi Musa.a.s.
Pada saat beliau melarikan diri ke Madyan, Allah menakdirkan beliau bertemu dengan Nabi Syu’aib a.s.
dan beliau dijodohkan dengan anaknya yang bernama Safira. Setelah cukup lama di Madyan, beliau
minta izin kepada Nabi Syu’aib a.s. untuk kembali ke Mesir menengok orang tuanya. Dalam perjalanan di
atas bukit Tuwa, beliau melihat api. Kemudian beliau pun minta izin kepada istri dan anaknya untuk
mendatangi api tersebut. Setelah sampai beliau melihat sebuah sinar yang sangat terang. Pada saat
itulah adanya pertanda dari Allah SWT, bahwa Nabi Musa a. s. menerima wahyu pertama dan diangkat
menjadi nabi atau rasul, sedangkan kitab Taurat turun ketika beliau meninggalkan kaumnya, Bani Israil,
selama 40 hari ke Bukit Tursina atau Sinai.
1. Kitab Kejadian; berisi kisah kejadian alam semesta, penciptaan Nabi Adam a.s dan Hawa, turunnnya
Nabi Adam dan Hawa ke bumu, serta kisah Nabi Yusuf a.s.
2. Kitab Keluaran; berisi tentang keluarga Bani Israil dari penindasan Fir’aun di Mesir di bawah pimpinan
Nabi Musa a.s.
4. Kitab Bilangan; berisi cacah jiwa turunan dua belas suku bangsa Israil pada masa Nabi Musa a.s.
5. Kitab Ulangan; berisi ulangan kisah dikeluarkannya Bani Isra’il dari tanah Mesir dan himpunan syari’at.
2. Kitab Zabur
Zabur adalah nama kitab suci yang diberikan kepada Nabi Dawud a.s.
Kitab Zabur merupakan ajaran yang berisi lima jenis nyanyian, yaitu :
c. Ratapan-ratapan jamaah.
3. Kitab Injil
Injil adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s. Kitab ini berisi tentang ajaran kepada umat Nabi
Isa a.s. untuk menjauhi kerakusan dan ketamakan duniawi. Kitab Injil sekarang berbeda dengan Injil asli
yang diturunkan Allah kepada Nabi Isa a.s. Dalam bentuk sekarang ada sejumlah pengikut Nabi Isa yang
memasukkan karangannya ke dalam kitab Injil. Sehingga kitab Injil diberi nama sesuai dengan
pengarangnya yaitu Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas dan Injil Yahya.
4. Kitab Al-Qur’an
Al-Qur’an menurut bahasa artinya bacaan, sedangkan menurut istilah yaitu firman Allah yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir. Al-Qur’an mempunyai tujuan untuk
menyempurnakan kitab-kitab terdahulu (Taurat, Zabur, dan Injil)
4. Al-Huda (Petunjuk)
5. An-Nur (Cahaya)
6. Al-Bayyinah (Keterangan)
Hikmah diturunkannya Al-Qur’an adalah untuk menuntun manusia ke jalan yang benar agar selamat
hidup di dunia dan akhirat.
Kitab suci diturunkan oleh Allah kepada rasul-rasul-Nya berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman hidup
manusia.
Kedudukan Al-Qur’an terhadap kitab-kitab suci yang lain adalah sebagai penyempurna. Dimana
kedudukan Al-Qur’an terhadap kitab-kitab yang lain adalah sebagai berikut :
1. Membenarkan isi kitab sebelumnya, yakni Taurat, Zabur, Dan Injil. Yakni membenarkan tentang ajaran
mengesakan Allah SWT.
2. Menjadi batu ujian, yakni apabila apa yang tersebut di kitab-kitab terdahulu sesuai dengan Al-Qur’an
itu adalah benar. Tapi sebaliknya apabila yang disebut itu tidak sesuai dengan Al-Qur’an itu adalah salah.
3. Muamalah; yakni mengajarkan hubungan antar manusia, baik dalam keluarga, tetangga, maupun
masyarakat.
4. Akhlak karimah; yakni mengajarkan tentang budi pekerti yang mulia, baik dengan anggota keluarga
dan masyarakat secara luas maupun dengan Allah sebagai penciptanya.
5. Tarikh; yakni menceritakan sejarah umat terdahulu untuk diambil pelajaran bagi umat sesudahnya.
6. Syari’at; yakni mengajarkan tentang peraturan perundang-undangan secara menyeluruh yang
berkaitan dengan ibadah, akidah, dan muamalah.
Al-Qur’an tidak mengalami perubahan sedikit pun, baik itu tulisan maupun isi kandungannya sampai
akhir kehidupan dunia ini. Keaslian Al-Qur’an telah ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya dalam surat
al-Hijr ayat 9 “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an , dan pasti Kami (pula) yang
memeliharanya.”
a. Dalam bidang ibadah, Al-Qur’an antara lain menjelaskan salat, zakat, puasa dan haji yang dinamakan
dengan ibadah mahdah, yakni ibadah yang sudah ada aturan-aturannya secara rinci dalam agama.
b. Dalam bidang akidah, Al-Qur’an menegaskan bahwa satu-satunya sembahan manusia yang hak adalah
Allah SWT.
c. Dalam bidang muamalah, Al-Qur’an menegaskan bahwa gotong-royong yang dibenarkan dalam Isalam
adalah gotong-royong dalam hal kebaikan dan ketakwaan, bukan dalam hal dosa dan permusuhan.
d. Dalam bidang akhlak karimah, Al-Qur’an memberikan bimbingan kepada manusia agar memiliki
akhlak karimah.
e. Dalam bidang hukum, Al-Qur’an mengakui dan menghargai hak setiap manusia.
Al-Qur’an diturunkan dalam Bahasa Arab, tetapi sangat berbeda dengan bahasa Arab pada umumnya.
Keindahan gaya bahasa Al-Qur’an hanya dapat dirasakan oleh orang yang paham terhadap sastra Arab.
Pada masa Abu Bakar as-Siddiq, muncul orang murtad yang mengaku sebagai nabi yang ingin membuat
tandingan terhadap Al-Qur’an, tetapi tandingan yang mereka buat tidak ada nilainya sama sekali
dibanding dengan Al-Qur’an.
Pada hakikatnya , semua kitab suci Allah mempunyai fungsi yang sama, yakni sebagai petunjuk hidup
manusia.Dimana telah ditegaskan dalam firman-Nya, yaitu
“Dan Kami berikan kepada Musa, Kitab (Taurat) dan Kami jadikannya petunjuk bagi Bani Israil (dengan
firman-Nya),” Jangan kamu mengambil (pelindung) selain Aku”
“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi
manusia……”
Semua umat para nabi terdahulu wajib menggunakan hukum kitab sucinya, sesuai kedudukan kitab suci
itu sendiri.Sebagai seorang muslim, wajib menggunakan hukum Al-Qur’an sebagai solusi dalam
menyelesaikan persoalan hidup yang dihadapi.
1. Memiliki rasa hormat dan menghargai kitab suci sebagai kitab yang memiliki kedudukan di atas segala
kitab yang lain.
2. Berusaha menjaga kesucian kitab suci dan membelanya apabila ada pihak lain yang meremehkannya.
3. Mau mempelajari dengan sungguh-sungguh petunjuk-petunjuk yang ada di dalamnya, baik dengan
membaca sendiri maupun menghadiri majelis taklim.
A. Tawakal
1. Pengertian Tawakal
Kata tawakal berasal dari bahasa Arab (Tawakkala-yatawakkalu-tawakkulan), yang berarti berserah diri,
mewakilkan. Secara istilah, tawakal adalah berserah diri kepada Allah atau menyerahkan suatu urusan
kepada kebijakan Allah yang mengatur segala-galanya.
2. Perintah Bertawakal
Tawakal kepada Allah termasuk perkara yang diwajibkan dalam Islam. Allah berfirman dalam surat Ali-
Imran ayat 159, yang artinya “ …Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah, Sungguh Allah mencintai orang yang bertawakal”. Dan dalam surat al-
Maidah ayat 23 yang artinya “…dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang
yang beriman.
3. Bentuk-bentuk Bertawakal
a. Rajin belajar dan tawakal dengan berdoa kepada Allah akan menghasilkan kemudahan dalam
mengerjakan soal .
b. Ayah dan Ibu Ahmad adalah petani kecil. Ia sangat mendambakan agar Ahmad kelak menjadi anak
saleh yang cerdas. Sebagai muslim dan muslimat yang taat beragama, setiap hari mereka selalu berdoa
dan bertawakal kepada Allah semoga keluarganya hidup tentram di bawah ridho Allah.
b. Memperoleh ketenangan jiwa karena dekat dengan Allah yang mengatur segala-galanya.
Mendapatkan keteguhan hati.
Manusia harus sadar dirinya lemah, terbukti sering mengalami kegagalan. Keberhasilan usaha manusia
ada pada kuasa dan kehendak Allah semata-mata. Oleh sebab itu, manusia harus mau bertawakal
kepada Allah setelah melakukan usaha secara sungguh-sungguh. Orang yang tawakal berarti menunggu
keberhasilan usahanya. Oleh sebab itu, pada waktu tawakal hendaknya memperbanyak doa kepada
Allah agar usahanya berhasil baik.
B. Ikhtiar
1. Pengertian Ikhtiar
Kata ikhtiar berasal dari bahasa Arab ( ikhtara-yakhtaru-ikhtiyaaran) yang berarti memilih. Ikhtiar
diartikan berusaha karena pada hakikatnya orang yang berusaha berarti memilih.
Yang artinya :”Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi, carilah karunia Allah
dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung”.
Yang artinya : “Sungguh, jika sekiranya salah seorang diantara kamu membawa talinya(untuk mencari
kayu bakar), kemudian ia kembali dengan membawa seikat kayu di atas punggungnya, lalu ia jual
sehingga Allah mencukupi kebutuhannya(dengan hasil itu) adalah lebih baik daripada meminta-minta
kepada manusia, baik mereka(yang diminta) member atau menolaknya.
3. Bentuk-bentuk Ikhtiar
b. Rajin berlatih dan belajar agar bisa meraih apa yang diinginkannya.
C. Sabar
1. Pengertian Sabar
Sabarberarti tahan menderita sesuatu, tidak lekas marah, tidak lekas patah hati, dan tidak lekas putus
asa.
2. Macam-macam Sabar
a. Sabar dalam ketaatan, yaitu melaksanakan tugas atau kewajiban dengan ikhlas.
b. Sabar dalam menghadapi musibah, yaitu tabah atau kuat hati saat menerima cobaan hidup.
c. Sabar dari maksiat, yaitu rela meninggalkan perbuatan maksiat dan tidak menyesal atau iri apabila
melihat orang lain dapat bersenang-senang dalam maksiat.
a. Sabar dalam Ketaatan, dalam firman Allah, surat Ali-Imran ayat 200
b. Sabar dalam Musibah, dalam Firman Allah surat al-Baqarah ayat 155-156
c. Sabar dari Maksiat, dalam firman Allah surat an-Nahl ayat 126-127
b. Sabar ketika diejek oleh teman-teman, karena kesabaran akan membawa hasil yang positif.
c. Membatasi diri dan bersikap-hati-hati dalam bergaul dengan teman yang berwatak keras dan kasar.
D. Syukur
1. Pengertian Syukur
Syukur berasal dari bahasa Arab yang berarti berterima kasih. Menurut istilah, bersyukur adalah
berterima kasih kepada Allah atas karunia yang dianugerahkan kepada dirinya.
2. Perintah Bersyukur
Mensyukuri nikmat Allah adalah kewajiban setiap muslim dan muslimat. Dalil-dalil yang mewajibkan
bersyukur, diantaranya :
3. Bentuk-bentuk Bersyukur
b. Menyisihkan waktunya untuk membantu orang yang belum bisa membaca Al-Quran
a. Memperoleh kepuasan batin karena dapat menaati salah satu kewajiban hamba terhadap Allah
b. Terhindar dari sifat tamak
E. Qonaah
1. Pengertian Qonaah
Kata qonaah berasal dari bahasa Arab yang berarti rela, suka menerima yang dibagikan kepadanya.
Adapun secara istilah, qonaah adalah rela menerima kenyataan hidup yang dialami,tidak berkeluh
kesah, tidak pula mengangan-angan kesenangan yang diterima orang lain.
Dalam surat an-Nisa’ ayat 32 , dimana ayat ini berisi tentang larangan bersikap iri terhadap karunia yang
diterima orang lain, sedangkan sikap iri berarti tidak suka melihat orang lain mendapatkan kesenangan.
3. Bentuk-bentuk Qonaah
b. Dapat merasakan ketenteraman hidup karena merasa cukup atas karunia Allah yang dianugerahkan
kepada dirinya
c. Mendapat jaminan tambahan nikmat dari Allah dan terhindar dari ancaman siksa yang berat
5. Membiasakan Diri Bersifat Qonaah
b. Tidak sering memerhatikan orang yang lebih kaya agar kita tidak merasa kurang. Dan Membiasakan
diri berlaku hemat
A. Ananiah
1. Pengertian Ananiah
Kata ananiah berasal dari bahasa Arab yang artinya aku. Secara istilah, ananiah berarti sikap keakuan,
sikap mementingkan diri sendiri, kurang memerhatikan orang lain.
2. Bentuk-bentuk Ananiah
Islam melarang umatnya bersikap ananiah dan mendidik umatnya agar pandai-pandai menghormati
orang lain sebagaimana wajarnya. Diantaranya yaitu :
H.R.Muslim dari Aisyah, yang artinya : “Rasulullah saw…. Menyuruh kita agar menghormati
manusia(orang lain) sesuai dengan kedudukannya”.
H.R.at-Tirmizi nomor 1945 dari Anas bin Malik, yang artinya : “Tidaklah seorang anak muda yang
memuliakan orang tua karena ketuaannya, melainkan Allah akan mengadakan baginya orang yang akan
memuliakan dia setelah tuanya”.
B. Putus Asa
Putus asa berasal habis harapan, tidak ada harapan lagi. Seseorang dikatakan putus asa apabila tidak lagi
mempunyai harapan tentang sesuatu yang semula hendak dicapai.
Islam mendidik umatnya agar tidak putus asa dari rahmat Allah. Allah berfirman dalam surat Yusuf ayat
87 yang artinya : “…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa
dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang kafir”.
c. Telah terkena sifat-sifat kafir karena putus asa dari rahmat Allah
5. MenghindarKAN Diri dari Putus Asa
a. Merenungi kegagalan yang dialami orang sehingga dapat memperoleh perbandingan dari pengalaman
pahit orang lain
b. Selalu yakin bahwa Allah akan member jalan keluar atas persoalan yang dihadapi apabila dirinya
dekat dengan Allah swt.
C. Gadab
1. Pengertian Gadab
Gadab berasal dari bahasa Arab yanga artinya merasa(perasaan) sangat tidak senang dan panas(karena
dihina, diperlakukan kurang baik) dan sebagainya.
2. Bentuk-bentuk Gadab
a. Pandangan mata yang tajam, dengan mata memerah dan jarang berkedip
3. Larangan Gadab
Gadab atau marah termasuk sikap yang kurang terpuji. Adapun dalil-dalil yang melarang sifat gadab,
diantaranya :
Yang artinya : “Sesungguhnya seorang lelaki berkata(meminta nasihat Rasulullah saw) “Ya Rasulullah,
nasihatilah aku! Sabdanya,”Janganlah engkau marah!”Lalu beliau mengulanginya beberapa kali, dan
sabdanya,”Janganlah engakau marah!”.
a. Menyadari dengan sepenuh hati bahwa setiap orang pasti berbuat salah
b. Menyadari bahwa dirinya juga pernah berbuat salah kepada orang lain
D. Tamak
1. Pengertian Tamak
Kata tamak berasal dari bahasa Arab yang berarti loba, tamak, dan rakus. Secara istilah, tamak berarti
terlampau besar nafsunya terhadap keduniaan.
Islam mendidik umatnya agar tidak tamak terhadap keduniaan. Larangan bersifat tamak terungkap
dalam firman Allah dalam surat al-Hadid ayat 20, ayat itu menjelaskan bahwa hidup di dunia hanyalah
seperti orang yang asyik dalam permainan, berbangga-bangga kekayan dan anak, sehingga ayat ini berisi
tentang larangan secara halus agar manusia tidak terlalu tamak terhadap keduniaan.
b. Tercela dalam pandangan sesame manusia, karena orang yang tamak cenderung bakhil
c. Jauh dari petunjuk agama karena waktunya habis untuk memikirkan harta
a. Sering memperhatikan kehidupan orang di bawahnya agar dapat mensyukuri nikmat Allah
b. Mengurangi perhatiannya terhadap orang yang diatasnya agar tidak terpengaruh olehnya.
E. Takabur
1. Pengertian Takabur
Kata takabur berasal dari bahasa Arab yang berarti sombong, merasa dirinya benar. Takabur adalah
sikap yang amat tercela, baik dalam pandangan Allah maupun sesame manusia.
2. Benruk-bentuk Takabur
a. Berlagak seakan dirinya sendiri yang paling pandai dan paling benar
Surat Al-Isra’ ayat 37, yang artinya :”Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong
karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang
setinggi gunung”.
4. Dampak Negatif Takabur
a. Selalu menyadari bahwa ukuran kemuliaan manusia di sisi Allah hanya ditentikan oleh kualitas
takwanya
Menurut hasil tela’ah kami, pada semester I kelas VIII dalam penjelasan materinya sudah baik, akan
tetapi terdapat kekurangan penjelasan dalam Bab I.
Rasul Allah adalah manusia pilihan Allah swt. yang diberi amanah untuk menyampaikan wahyu atau
membimbing manusia agar hidupnya berada pada jalan yang benar. Dengan demikian, para rasul adalah
manusia seperti kita juga.
Sebagai manusia, rasul memiliki sifat-sifat seperti yang dimiliki manusia lainnya, misalnya makan,minum,
bekerja, berkeluarga dan bermasyarakat.
Pada firman Allah Q.S. Yunus : 47 yang artinya: ”Tiap-tiap umat mempunyai rasul. Maka apabila rasul
mereka telah datang, diberlakukanlah hukum bagi mereka dengan adil dan (sedikitpun) tidak dizalimi”.
Pada ayat diatas dijelaskan bahwa rasul berkewajiban menegakkan hukum agama (dalam menyelesaikan
perkara manusia) secara adil, tidak ada yang dirugikan.
Serta dalam firman Allah Q.S. an-Nahl : 36 yang artinya : “dan sungguh, kami telah mengutus seorang
rasul untuk tipa umat (untuk menyerukan ), “sembahlah Allah dan jauhilah Tagut,” kemudian diantara
mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam dalam kesesatan”.
Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap rasul yang diutus kepada suatu umat bertugas mengajak manusia
untuk menyembah Allah dan menjauhi sembahan selain Allah.
Beliau menjawab, “ Seratus dua puluh empat ribu. Yang termasuk rasul dari mereka itu sebanyak tiga
ratus lima belas, suatu jumlah yang besar.” (H.R. Ahmad No. 21257)
Rasul Allah sejumlah tiga ratus lima belas orang. Adapun nama-nama di dalam Al-Qur’an ada dua puluh
lima :
1. Nabi Adam a.s 7. Nabi Ibrahim a.s 13. Nabi Zulkifli a.s 19. Nabi Ilyas a.s
2. Nabi Idris a.s 8. Nabi Ismail a.s 14. Nabi Syu’aib a.s 20. Nabi Alyasa a.s
3. Nabi Nuh a.s 9. Nabi Ishak a.s 15. Nabi Musa a.s 21. Nabi Yunus a.s
4. Nabi Hud a.s 10. Nabi Yakub a.s 16. Nabi Harun a.s 22. Nabi Zakaria a.s
5. Nabi Lut a.s 11. Nabi Yusuf a.s 17. Nabi Dawud a.s 23. Nabi Yahya a.s
6. Nabi Saleh a.s 12. Nabi Ayyub a.s 18.Nabi Sulaiman a.s 24. Nabi Isa a.s
Yang dimaksud sifat wajib rasul ialah sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh para rasul. Adapun sifat wajib
rasul adalah sebagai berikut:
a. Sidiq (Benar)
Rasul selalu benar apabila berbicara dan benar pula dalam perbuatannya. Sepanjang sejarah manusia,
tak seorang rasul pun yang berdusta, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain.
Karena kejujuran yang dimiliki para rasul, orang menaruh kepercayaan kepadanya.
Setiap rasul melaksanakan tugasnya secara baik walaupun kaumnya menentang secara terang-terangan.
d. Fatanah (Cerdas)
Sesungguhnya para rasul bukan golongan kaum terpelajar, tetapi mereka memiliki kecerdasan yang
tinggi dalam menghadapi musuh-musuh.
Yang dimaksud sifat mustahil bagi ara rasul adalah sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh rasul. Adapun
sifat mustahil rasul sebagai berikut:
a. Kazib (dusta)
Semua rasul adalah manusia yang dipilih Allah swt. Sebagai utusan Allah swt., mereka selalu
memperoleh bimbingan dari Allah swt. sehingga terhindar dari sifat tercela. setiap rasul benar
ucapannya dan benar pula perbuatanna. Sifat dusta hanya dimiliki oleh manusia yang ingin
mementingkan dirinya sendiri, sedangkan rasul mementingkan umatnya.
Tugas rasul didunia adalah menyampaikan wahyu Allah swt. kepadaumat manusia sebagai pedoman
hidup. Dengan penuh semangat dan rasa tanggung jawab, para rasul melaksanakan tugas walaupun
harus menanggung resiko.
d. Baladah (Bodoh)
Seorang rasul mempunyai tugas yang berat. Rasul tidak mungkin seorang yang bodoh. Jika rasul bodoh,
ia tidak dapat mengemban amanah Allah swt. Jadi mustahil rasul memiliki sifat bodoh.
Yang dimaksud sifat jaiz rasul ialah sifat yang boleh ada pada diri rasul dan boleh pula tidak ada padanya.
Sifat jaiz rasul sama dengan sifat yang dimiliki manusia pada umumnya, misalnya: makan, minum,
beruah tangga, dan bermasyarakat.
A. Pengertian Mukjizat
Menurut bahasa, mukjizat berarti sesuatu yang melemahkan atau mengalahkan. Menurut istilah
mukijizat berarti sesuatu yang luar bisasa yang terjadi pada diri nabi atau rasul Allah dalam rangka
membuktikan bahwa dirinya dalah nabi atau rasul Allah swt. yang tidak dapat ditiru oleh siapapun.
Lazimnya, nabi atau rasul menampakkan mukijizatnya hanya pada saat-saat yang dibutuhkan, misalnya
saat membela diri atau menjawab tantangan orang-orang kafir.
1. Mukjizat hisiyah
Mukjizat hisiyah ialah mukjizat yang dapat dilihat, didengar, dirasakan, dan dipegang. Mukjizat hisiyah
ditujukan kepada orang biasa yang kurang mampu menggunakan akal pikirannya secara baik.
2. Mukjizat Maknawiyah
Mukjizat maknawiyah ialah mukjizat yang tidak dapat dilihat, didengar, dirasakan, dicium, dan dipegang.
Mukjizat maknawiyah hanya dapat dimengerti dan dikenal oleh orang yang berpikiran sehat, berbudi
luhur, dan berperasaan halus.
C. Mukjizat Nabi Ibrahim a.s, Nabi Musa a.s dan Nabi Muhammad saw
Raja Namrut memerintahkan rakyatnya untuk membakar Nabi Ibrahim akan tetapi Nabi Ibrahim
terselamatkan atas izin Allah dari kobaran api yang membakar Nabi Ibrahim.
Untuk menghadapi Raja Fir’aun yang zalim, Nabi Musa a.s mendapat dua macam mukjizat, diantaranya
yaitu sebuah tongkat yang dapat berubah menjadi seekor ular dan dapat membela air laut merah
menjadi dua bagian, dimana pada saat itu Nabi Musa a.s mendapat tantangan berat dari Raja Fir’aun
untuk beradu sihir. Dan mukjizat yang kedua yaitu cahaya terang yang keluar dari kedua tangan beliau.
2) Tentang terbenamnya kaki kuda suraqah saat mengejar Nabi Muhammad saw.
Selain mukjizat, ada pula kejadian-kejadian luar biasa. Kejadian luar biasa tersebut diberikan Allah swt.
kepada orang-orang yang dikehendaki.
1. Karamah
Menurut bahasa karamah berarti kemuliaan, keluhuran, dan anugerah. Menurut ulama sufi, karamah
berarti keadaan luar biasa yang diberikan Allah swt. kepada wali-Nya. Wali ialah orang yang beriman,
bertakwa, dan beramal shaleh kepada Allah swt.
Ketika Nabi Sulaiman a.s sedang berhadapan dengan para tentaranya yang terdiri atas manusia, hewan,
dan jin. Sesuai firman Allah Q.S. an-Naml/27:40.
Nabi Zakariyah a.s menemukan makanan setiap kali hadir di mihrab Maryam binti Imran.
2. Maunah
Maunah berarti pertolongan. Maunah diberikan oleh Allah swt. kepada siapapun yang dikehendaki-Nya,
baik kepada nabi, wali maupun manusia biasa. Dimana Nabi Muhammad selalu selamat dari bahaya
maut, baik ketika beliau masi di Mekah maupun setelah hijrah ke Madinah.
3. Irhas
Irhas ialah kejadian luar biasa yang ada pada diri calon nabi atau rasul ketika masih kecil.Contohnya
yaitu pada peristiwa ajaib yang terjadi pada diri Nabi Isa a.s ketika beliau masih bayi dalam buaian
ibunya, Maryam. Peristiwa ajaib itu adalah beliau dapat berbicara kepada orang-orang yang melecehkan
ibunya.
2. Maunah diberikan kepada siapapun dan bersifat umum untuk semua manusia
A. Husnuzan
Husnuzan berarti prasangka baik, menduga seseorang berbuat baik. Lawan kata husnuzan ialah suuzan,
yakni berprasangka buruk terhadap seseorang.
2. Hukum Husnuzan
Husnuzan kepada Allah dan rasul hukumnya wajib, sedangkan kepada sesama manusia hukumnya
mubah atau jaiz (boleh dilakukan).
Sebagaimana Allah swt. Berfirman “ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka
(kecurigaan), Karena sebagian dari prasangka itu dosa..(Q.S. al-hujurat : 12).”
Ayat di atas secara tegas mewajibkan kita untuk bersikap hati-hati dalam zan. Adapun prasangka yang
tergolong perbuatan dosa ialah suuzan. Berprasangka buruk berarti mencurigai orang lain telah berbuat
yang tidak baik, padahal itu belum tentu benar. Orang yang mencurigai seseorang (telah berbuat buruk)
pasti bersikap kurang bersahabat dengan yang dicurigai. Dengan demikian, hubungan persaudaraan dia
dengan orang yang dicurigai menjadi jauh.
a. Memperoleh kepercayaan dari orang yang menduga dirinya telah berbuat baik
B. Tawaduk
Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk adalah orang yang merendahkan diri dalam
pergaulan, tidak menampakkan kemampuan yang dimiliki. Lawan kata tawaduk ialah takabur.
Dalam Q.S. al-Isra’ ayat 24 yang mewajibkan tawaduk kepada kedua orang tua atas dasar rasa kasih
sayang. Serta dalam Q.S.asy-Syu’ara ayat 215 dan dalam Q.S.Luqman ayat 19.
a. Menghormati orang yang lebih tua atau yang lebih pandai daripada dirinya
b. Mengangkat derajat dirinya sendiri dalam pandangan Allah maupun sesama manusia.
C. Tasamuh
Tasamuh berarti sikap tenggang rasa, saling menghormati, saling menghargai sesama manusia. Pada
hakikatnya, sikap seperti ini telah dimiliki oleh manusia sejak masih usia anak-anak, namun perlu
dibimbing dan diarahkan. Tasamuh disebut juga toleran. Sikap tasamuh sangat diperlukan dalam
kehidupan bertetangga dan bermasyarakat. Bersikap tasamuh berarti memberikan kesempatan kepada
orang lain untuk mengambil haknya sebagaimana mestinya.
Dalam firman Allah Q.S. al-Kafirun ayat 6 yang maksudnya adalah masing-masing pihak bebas
melaksanakan ajaran agama yang diyakini. Adapun bentuk-bentuknya :
D. Taawun
Manusia adalah mahluk yang lemah, tak mampu mencukupi kebutuhannya sendiritanpa bantuan pihak
lain. Agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia perlu mengadakan kerja sama,tolong-
menolong dalam berbagai hal. Dengan adanya sikap taawu, masing-masing pihak dapat terpenuhi
kebutuhannya.
Dalam firman Allah Q.S. al-Maidah ayat 2 mengajarkan tentang tolong-menolong dalam hal kebaikan.
Adapun bentuk-bentuknya yaitu :
a. Menyadari bahwa kondisi manusia lemah sehingga membutuhkan bantuan orang lain
A. Hasad
1. Pengertian Hasad
Kata hasad berasal dari bahasa arab yang berarti iri hati, dengki. Iri berarti merasa tidak senang atau
cemburu melihat orang lain beruntung atau mendapatkan suatu kesenangan.
Apabila rasa iri tidak dapa dikendalikan lagi, muncullah perbuatan yang amat buruk, yakni dengki.
Dengan demikian, dengki merupakan akibat dari sikap iri.
Dalam firman Allah Q.S.an-Nisa’ ayat 32 printah untuk tidak boleh iri terhadap orang yang kaya.
a. Seseorang yang sangat berambisi untuk mencapai peringkat pertama, tapi ia gagal memperolehnya
dan ia kecewa dan iri kepada temannya yang mendapat peringkat pertama. Kemudian orang yang iri
tersebut mengambil rapot si juara pertama dan membuangnya ke tong sampah.
b. Melihat warung pak yono laris tetapi warung pak toha sepi pak toha iri akan kelarisan warung pak
yono, karena irinnya pak toha menaroh kotoran diwarung pak yono agar warung pak yono tidak laku.
2) Menyiksa batinnya sendiri karena semakin banyak orang yang mendapatkan kesenangan semakin
gusar hatinya.
Hasad yang dilakukan pada seseorang akan menimbulkan kekcewaan. Hati yang kecewa akan
mempengaruhiraut wajah (cemberut) sehingga itu akan menggangu hubungan persaudaraan.
c. Memperbanyak bergaul dengan orang shaleh dan mengurangi bergaul dengan orang talih
B. Dendam
1. Pengertian Dendam
Dendam berarti keinginan yang keras yang terkandung dalam hati untuk membalas kejahatan.
Membalas suatu kejahatan dengan kejahatan disebut balas dendam. Orang yang selalu ingin membalas
kejahatan disebut pendendam.
2. Bentuk-Bentuk Dendam
Semakin seseorang menyimpang sifat dendam maka semakin menambah rumitnya urusan atau masalah
yang ia hadapi
Dalam firman Allah Q.S. an- Nahl ayat 126 dan Q.S. asy-Syura ayat 40 dimana ayat ini menerangkan
untuk bersabar diri dan tidak mendendam.
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita dengar orang yang membicarakan kejelekan orang lain dengan
tujuan untuk menjatuhkan nama baiknya. Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut memang
dilakukan orangnya, maka pembicaraan itu disebut gibah. Apabila kejelekan yang dibicarakan itu tidak
benar, berarti itu disebut fitnah.
Gibah dan fitnah dapa dilakukan oleh dua orang atau lebih,mungkin dilakukan sekali ataupun berkali-
kali. Jika dilihat dari caranya, gibah dan fitnah dapat dilakukan secara sembunyi-sembunyi dua orang
atau lebih, dapat pula dilakukan secara terbuka oleh banyak orang.
Dalam firman Allah Q.S.al-Hujurat ayat 12 ayat yang berisi larangan agar kita tidak menggunjingkan
seseorang.
a. Gibah
1) Menjatuhkan nama baik orang yang digunjing dalam pandangan masyarakat karena masyarakat telah
menilai dia sebagai orang yang jelek (walaupun belum tentu).
3) Menmbulkan pertikaian apabila orang yang digunjing mengerti dan tidak mampu menahan emosinya.
b. Fitnah
1) Rusaknya kehidupan kehidupan bermasyarakat karena adanya kecurigaan antara yang satu terhadap
lainnya.
2) Pecahnya persatuan masyarakat yang dapat memicu timbulnya kelompok-kelompok yang mendukung
maupun yang menentang. Demikian buruknya fitnah sehingga Allah menyatakan bahwa fitnah lebih
kejam daripada pembunuhan.
D. Namimah
1. Pengertian Namimah
Namimah berarti mengadu domba, yakni menceritakan sikap atau perbuatan seseorang (yang belum
tentu benar) kepada orang lain dengan maksud agar terjadi perselisihan antara keduanya.
2. Bentuk-Bentuk Namimah
Namimah bisa berawal dari rasa iri karena melihat seseorang (yang difitnah) memperoleh kesenangan
dan keuntungan. Karena besarnya rasa iri, kemudian mencari jalan untuk menjelek-jelekkannya kepada
orang lain. Namimah sangat erat hubungannya dengan fitnah. Lazimnya orang yang suka memfitnah,
juga suka mengadu domba.
1) Munculnya rasa benci antara kedua belah pihak yang diadu domba.
4. Larangan Namimah
Dalam firman Allah Q.S. al-Hujurat ayat 6 yang memerintahkan kita agar tidak mudah memercayai suatu
berita yang belum jelas kebenarannya.
a. Tidak terlampau mudah menerima suatu berita apabila tidak jelas kebenarannya.
b. Mengadakan tabayun (kejelasan suatu berita) apabila mendengar berita dari seseorang, terutama
orang yang belum jelas baik kepribadiannya.
Menurut hasil tela’ah kelompok kami, pada semester II kelas VIII pada bab VII sudah baik, akan tetapi
terdapat kekurangan dalam penjelasan pada materi tentang akibat buruk sikap dendam.
a. Semester I Kelas IX
“dan sungguh, (hari) kianat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya, dan sungguh, Allah akan
membangkitkan siapapun yang di dalam kubur”.
Para pakar ilmu pengetahuan mengakui bahwa matahari merupakan sumber kehidupan untuk semua
makhluk dipermukaan bumi. Metahari berupa bola api raksasa yang memancarkan sinar dan panas ke
seluruh planet, termasuk bumi. Bola api raksasa itu berputar terus, setiap detik matahari kehilangan
beratnya sebesar 4.000.000 karena kehilanganberat terus menerus matahari akan habis atau padam.
Para pakar ilmu antariksa menyatakan apabila kiamat disebabkan oleh padamnya matahari, kiamat akan
terjadi kurang lebih 15 miliyar tahun lagi.
a. Tanda-Tanda Kecil
b. Tanda-Tanda Besar
2. Kelurnya dajjal.
1. Alam Barzah, yaitu alam kubur, alam yang dilalui roh manusia sejak meninggal dunia sampai
terjadinya Yaumus Sa’ah.
7. Neraka, yaitu tempat yang penuh derita dan siksa di hari akhir.
A. Berilmu
Kata ilmu berasal dari bahsa arab yaitu ‘ilmun artinya kepandaian tentang sesuatu, lawan katanya yaitu
Jahlun yang artinya kebodohan.
Rasulullah bersabda:
“barang siapa menginginkan kebahagiaan dunia, wajib baginya mempunyai ilmu. Barang siapa
menginginkan akhirat, wajib baginya mempunyai ilmu. Barang siapa menginginkan kebahagiaan
keduanya, wajib baginya mempunyai ilmu.”
Perintah menuntut ilmu telah ditegaskan Allah SWT dalam wahyu yang diturunkan pertama kali yaitu
Q.S Al-Alaq 1-5. Ayat tersebut secara tegas menyuruh kita untuk membaca (belajar).
B. Kerja Keras
“apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu dibumi, carilah karunia Allah dan ingatlah
Allah banyak-banyak agar kamu neruntung”.
Zaman semakin berkembang, persaingan hisup semakin ketat, sebagai manusia kita dituntut untuk
menjadi pribadi yang kreatif, produktif dan inovatif agar kita dapat bertahan hidup.
e. Kepuasan batin
Menurut hasil tela’ah kami, pada semester I kelas IX, dalam penjelasan materinya sudah baik, akan
tetapi terdapat kekurangan penjelasan dalam Bab II pada materi kreatif, produktif dan inovatif.
b. Semester II Kelas IX
Allah berfirman dalam Q.Sal-Ahzab:36 yang artinya “dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasulnyatelah menetapkan suatu ketetapan, aka nada
pilihan (yang lain)bagi mereka tentang urusan mereka….)
Setiap muslim wajib beriman kepada Qadha dan Qadar. Pengingkaran terhadap adanya qadha dan
qadarberarti kafir.
Allah SWT menetapkan harus ada kehidupan di dunia ini. Ketetapan ini disebut qadha-Nya. Untuk
mewujudkan kehebdak-Nya, Allah menciptakan matahari sebagai sumber energy untuk sarana
kehidupan. Penciptaan matahari ini disebut qadar.
1. Berjiwa qona’ah
2. Berani menghadapi persoalan hidup karena yakinsenua yang dialami adalah ujian dari Alkah.
Akhlak Karimah ialah segala sikap, ucapan dan perbuatan yang baik sesuai ajaran islam.
Akhlak karimah ibarat pakaian penutup aurat. Orang yang tak memiliki akhlak seperti orang gila yang
berkeliaran di jalan tanpa pakaian sedikitpun. Oleh sebab itu orang yang ingin terhormat dalam
pandangan Allah dan sesame manusia hendaknya memiliki akhlak karimah.
a. Perintah untuk hidup tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan seperti dalam Q.S al-Maidah:5.
b. Perintah untuk berbuat ihsan kepada orang tua seperti dalam Q.S Luqman:31.
Manusia diciptakan Allah untuk saling mengenal dan memahami, seperti terkandung dalam Q.S Al-
Hujarat:13.
Ta’awun adalah saling menolong. Sedangkan tasamuh adalah saling berbuat baik.
Saling meringankan beban hidup dan mengunjungi teman yang sedang sakit.
Terwujudnya kesatuan dan persatuan generasi muda dan tercapainya ketentraman batin.
a. Pengertian, Jujur berarti lurus hati. Sedangkan Adil berarti tidak memihak.
a. Amanah yaitu orang yang dapat dipercaya, sedangkan menepati janji berarti berbuat sesuatu sesuai
dengan janji yang telah diucapkan.
b. Perintah amanah dan menepati janji terdapat dalam Q.S An-Nisa’:58 dan Q.S. Al-Anfal:27
Menurunkan martabat dirinya dalam pandangan orang lain dan rusaknya hubungan persaudaraan.
Menurut hasil tela’ah kami, pada semester II kelas IX, pada Bab IV penjelasan materinya kurang begitu
jelas pada materi jujur dan adil tentang contoh penerapannya.
BAB III
ANALISIS
Setelah kami menela’ah dan menjelaskan materi Akidah Akhlak MTs, ternyata masih ada beberapa hal
yang masih perlu disesuaikan dengan materi ajar yang menurut kami sudah baik, namun ada beberapa
hal yang perlu diperjelas lagi.
Untuk itu, kami mencoba menganalisis materi Akidah Akhlak MTs sebagai berikut:
1) Semester I Kelas VII, menurut hasil tela’ah kelompok kami pada semester I kelas VII terdapat ketidak
sinambungan dalam penjelasan antara Bab III semester I dan Bab VI semester II. Dimana pada Bab III
semester I dengan materi akhlak terpuji kepada Allah swt. Sebaiknya dijelaskan pada Bab V agar runtut
dalam penjelasan materi tentang akhlak kepada Allah swt. Kemudian dilanjutkan Bab VI semester II yaitu
dengan materi akhlak tercela kepada Allah swt. Hal ini kami lakukan agar siswa lebih mudah dalam
menerima penjelasan dan bisa membedakan penjelasan tentang akhlak terpuji kepada Allah swt. dan
akhlak tercela kepada Allah swt. dengan mudah dan jelas.
2) Semester II Kelas VII, menurut hasil tela’ah kelompok kami pada semester II kelas VII terdapat
kurangnya penjelasan pada Bab IV semester II, dimana pada bab itu menerangkan tentang sepuluh
asmaul husna, padahal pada tingkat MI sudah perna dijelaskan tentang asmaul husna. Menurut kami
alangkah baiknya jika pada taraf MTs dijelaskan lebih jelas tentang 99 asmaul husna agar dalam
penjelasan materi ini bisa memberikan penjelasan yang jelas tentang asmaul husna.
1) Semester I Kelas VIII, menurut hasil tela’ah kelompok kami pada semester I kelas VIII terdapat
kurangnya penjelasan pada Bab I semester I yaitu dengan materi beriman kepada kitab-kitab Allah swt.
Dimana pada bab ini tidak ada penjelasan tentang hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah swt.
Padahal pada Bab IV semester II terdapat materi tentang hikmah beriman kepada Rasul-rasul Allah swt.
Alangkah baiknya jika pada Bab I diberi penjelasan tentang hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah
swt. Supaya siswa lebih jelas dalam menerima materi pembelajaran. Pada Bab I pula terdapat kurangnya
penjelasan pada materi macam-macam kitab Allah swt. Dimana pada kitab Zabur, Injil dan Al-Quran
penjelasannya kurang dari segi sejarah turunnya kitab tersebut, padahal pada kitab Taurat diterangkan
dengan jelas tentang sejarah turunnya kitab Taurat. Alangkah baiknya jika pada kitab Zabur, Injil dan Al-
qur’an juga diberi penjelasan tentang sejarah turunnya kitab tersebut agar siswa lebih jelas dalam
menerima materi.
2) Semester II Kelas VIII, menurut hasil tela’ah kelompok kami pada semester II kelas VIII terdapat
kurangnya penjelasan pada Bab VII semester II pada materi akhlak tercela kepada sesama manusia,
dimana pada materi dendam penjelasannya kurang jelas, alangkah baiknya bila ditambah penjelasan
tentang akibat buruk dendam bagi diri sendiri dan akibat buruk dendam bagi orang lain. Agar siswa
mampu memahami tentang akibat buruk sikap dendam bagi diri sendiri dan orang lain.
1) Semester I Kelas IX, menurut hasil tela’ah kelompok kami pada semester I kelas IX terdapat
kekurangan dalam penjelasan pada Bab II semester I pada materi kreatif, produktif dan inovatif,
hendaknya dalam penjelasannya lebih di perjelas lagi dengan membuat point tersendiri agar
penjelasannya lebih jelas lagi untuk dipelajari, karena dalam buku ini penjelasannya terlalu singkat.
2) Semester II Kelas IX, menurut hasil tela’ah kelompok kami pada semester II kelas IX, terdapat
kekurangan dalam penjelasan pada Bab IV semester II dimana pada Bab akhlak karimah dalam
pergaulan remaja dalam materi jujur dan adil terdapat kekurangan dalam penjelasan, dimana pada
materi taaruf dan tafahum serta materi taawun dan tasamuh terdapat contoh penerapannya sedangkan
pada materi jujur dan adil tidak ada penjelasan tentang contoh penerapan jujur dan adil serta pada
materi amanah dan menepati janji juga tidak ada contoh penerapannya. Alangkah baiknya jika pada
materi jujur dan adil serta amanah dan menepati janji diberi penjelasan tentang contoh penerapannya.
a. Aspek Metodologi
Menurut Dr. Ahmad Tafsir, metode adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian
cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu. Dalam penyampaian materi akidah akhlak
ini, banyak sekali metode yang dapat digunakan, namun tidak semua metode dapat diterapkan pada
tiap materi yang diajarkan. Seorang guru harus pandai dalam memilih metode yang akan digunakan,
sehingga siswa tidak merasa jenuh dengan materi yang ada. Dari hasil tela’ah kami, menurut kami
metode yang sesuai yaitu metode ceramah, suri tauladan dan tanya jawab. Dimana pada metode
ceramah seorang guru dapat menerangkan materi pembelajarannya dengan cara berceramah,
contohnya guru menerangkan tentang materi tentang beriman kepada kitab-kitab Allah, setelah guru
menerangkan materi pembelajarannya dengan cara ceramah guru bisa juga langsung menggunakan
metode Tanya jawab pada proses pembelajarannya dimana siswa diberi pertanyaan-pertanyaan yang
menyangkut materi tersebut, atau sebaliknya siswa juga bisa bertanya kepada guru tentang materi yang
belum ia pahami.
b. Aspek Psikologi
Menurut Wilhelm Wund, Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman-
pengalaman yang timbul dalam diri manusia seperti perasaan panca indra, pikiran merasa dan
kehendak. Dalam hal ini, akidah akhlak mempunyai peran dalam perkembangan akhlak siswa dalam
dirinya. Dimana dengan adanya nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam materi akidah akhlak seperti
sifat-sifat terpuji kepada Allha , setidaknya dapat berpengaruh pada siswa seperti mempunyai sifat yang
ikhlas, ta’at, bekerja keras, kreatif, produktif, dan inovatif.
c. Aspek Sosial
Dalam aspek ini, materi tentang akhlak karimah dalam pergaulan remaja bisa menjadikan siswa dapat
berinteraksi sosial dengan siapa saja, baik itu dengan keluarga, teman sebaya maupun dengan
masyarakat sekitatnya. Dengan materi akhlak karimah dalam pergaulan seorang siswa diharapkan
mampuh bersosialisasi dengan baik sesuai dengan tuntunan agama.
d. Aspek Pendidikan
Dalam aspek ini, dengan materi akhlak terpuji kepada diri sendiri, seorang siswa dapat mengambil suatu
pelajaran, dimana sebagai seorang siswa harus berilmu untuk mencapai pendidikan yang diharapkan
serta perlunya kerja keras untuk mencapai cita-cita yang diharapkan. Dan dengan adanya kreatifitas,
produktifitas serta inovatif seorang siswa dapat mencapai pendidikan yang berakhlakul karimah.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tela’ah Penjelasan Materi Akidah Akhlak MTs adalah penyelidikan mengenai beberapa materi tentang
kesulitan-kesulitan yang mungkin ada pada materi yang dikaji, dengan menjelaskan tentang bahan yang
disampaikan yaitu yang mengenai suatu kepercayaan atau keyakinan yang berupa budi pekerti atau
kelakuan baik akhlak yang terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul
madzmumah pada lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran tingkat menengah
dan menjadikan mata pelajaran agama islam sebagai mata pelajaran dasar.
2. Pada penjelasan materi Akidah Akhlak MTs sudah baik, namun ada beberapa sub bab yang perlu
diperbaiki dan ada sub bab yang penjelasannya perlu ditambah lagi agar siswa lebih jelas memahami
materi ajar.
3. Materi Akidah Akhlak perlu diajarkan pada tingkat MI maupunMTs, karena dengan demikian siswa
akan mengerti tentang pentingnya akidah akhlak bagi kehidupannya.
4. Esensi pelajaran Akidah Akhlak berpengaruh di berbagai aspek penting bagi siswa.
B. Saran
1. Guru juga sangat berperan aktif dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu,
guru juga harus menguasai bahan ajar yang akan disampaikan dan penggunaan metode yang tepat
dalam proses pembelajaran.
2. Di harapkan bagi peserta didik dapat menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa, berilmu, kreatif,
serta berakhlakul karimah yang baik sesuai tuntunan Agama Islam.
C. Kata Penutup
Alhamdulillah dengan segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi karena berkat rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tela’ah Penjelasan Materi Akidah
Akhlak MTs.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dengan segala kemampuan, namun penulis yakin hasilnya
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran selalu penulis harapkan khususnya
kepada para pembaca.
Akhirnya penulis berdo’a semoga tela’ah penjelasan materi akidah akhlak MTs ini dapat membawa
manfaat dan semoga Allah swt selalu menunjukkan kepada kita jalan yang lurus yaitu jalan orang-orang
yang diberi nikmat, bukan jalan orang-orang yang tersesat. Amin Ya Rabbal Alamin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. 2007.
2. T. Ibrahim dan H. Darsono. Membangun Akidah dan Akhlak 1 untuk Kelas VII Madrasah Tsanawiyah.
Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2009.
3. T. Ibrahim dan H. Darsono. Membangun Akidah dan Akhlak 1 untuk Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah.
Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2009.
4. T. Ibrahim dan H. Darsono. Membangun Akidah dan Akhlak 1 untuk Kelas IX Madrasah Tsanawiyah.
Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2009.
6. Drs. Abu Ahmad dan Drs. M. Umar M. A. Psikologi Umum Edisi Revisi. Semarang. 1992.