Anda di halaman 1dari 76

MAKALAH

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI ASUHAN MANDIRI

KESEHATAN TRADISIONAL

OLEH :

ANDI MASNAANI,SKM,M.M.KeS

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pemberdayaan
masyarakat melalui asuhan mandiri kesehatan tradisional

Makalah ini secara garis besar berisi informasi tentang pengertian pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan, pengertian asuhan mandiri kesehatan tradisional, dan
pemberdayaan masyarakat melalui asuhan mandiri kesehatan tradisional

Dalam penyusunan makalah ini kami telah berupaya optimal, walaupun masih
ditemukan banyak kendala dalam penyusunannya. Oleh karena, itu kami berharap
masukan dan saran yang konstruktif untuk perbaikan serta penyempurnaan .

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi
tenaga penyuluh kesehatan di lingkup BKTM Makassar

Penulis

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang 1
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan
D. Manfaat 4
BAB II. TINJAUAN TEORI 5

A. Pengertian pemberdayaan Masyarakat di bidang kesehatan 3


tradisional ..................................................................................
3
B. Pengertian Asuhan mandiri Kesehatan Tradisional ...................
C. Pemberdayaan masuarakat melalui asuhan mandiri kesehatan 4
tradsional ...................................................................................
7

BAB III. PENUTUP 16

A. Simpulan 16
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA

iii
i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perhatian terhadap permasalahan kesehatan terus dilakukan

terutama dalam perubahan paradigma sakit yang selama ini dianut

masyarakat ke paradigma sehat. Paradigma sakit merupakan upaya untuk

membuat orang sakit menjadi sehat, menekankan pada kuratif dan

rehabilitatif, sedangkan paradigma sehat merupakan upaya membuat orang

sehat tetap sehat, menekan pada pelayanan promotif dan preventif.

Berubahnya paradigma masyarakat akan kesehatan, juga akan merubah

pemeran dalam pencapaian kesehatan masyarakat, dengan tidak

mengesampingkan peran pemerintah dan petugas kesehatan. Perubahan

paradigma dapat menjadikan masyarakat sebagai pemeran utama dalam

pencapaian derajat kesehatan. Dengan peruahan paradigma sakit menjadi

paradigma sehat ini dapat membuat masyarakat menjadi mandiri dalam

mengusahakan dan menjalankan upaya kesehatannya, hal ini sesuai

dengan visi Indonesia sehat, yaitu “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan

Berkeadilan”.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009

dalam pasal 48 disebutkan bahwa pelayanan kesehatan tradisional

merupakan salah satu penyelenggaraan upaya kesehatan. Dalam pasal 59

disebutkan juga bahwa pelayanan kesehatan tradisional terbagi menjadi 2

1
jenis, yaitu Pelayanan Kesehatan Tradisional Keterampilan dan Pelayanan

Kesehatan Tradisional Ramuan.

Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2014 tentang

Pelayanan Kesehatan Tradisional diperlukan upaya untuk

mendorong masyarakat agar berperan aktif dalam

memanfaatkan Taman Obat Keluarga dan Keterampilan

sebagai bagian dari upaya kesehatan tradisional.

Dalam Peraturan menteri kesehatan republik indonesia Nomor 9

tahun 2016 Tentang Upaya pengembangan kesehatan tradisional melalui

asuhan Mandiri pemanfaatan taman obat keluarga dan keterampilan pada

Pasal 1 disebutkan bahwa Upaya pengembangan kesehatan

tradisional melalui asuhan mandiri pemanfaatan taman obat

keluarga dan keterampilan bertujuan untuk

terselenggaranya asuhan mandiri pemanfaatan taman obat

keluarga dan keterampilan, melalui: a) pembentukan dan

pengembangan kelompok asuhan mandiri;b) kegiatan

kelompok asuhan mandiri secara benar dan

berkesinambungan; dan c) pelaksanan pembinaan asuhan

mandiri secara berjenjang. Kemudian pada Pasal 2

disebutkan bahwa Upaya pengembangan kesehatan

tradisional melalui asuhan mandiri pemanfaatan taman obat

keluarga dan keterampilan dan pada Pasal 3 disebutkan

bahwa Pembinaan asuhan mandiri pemanfaatan taman obat

2
keluarga dan keterampilan dilakukan bersama antar lintas

program kementerian dan lintas sektor kementerian terkait

sesuai peran, tugas dan fungsi masing- masing.

Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan

masayrakat merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan.

Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan sasaran utama

dari promosi kesehatan. Masyarakat merupakan salah satu dari strategi

global promosi kesehatan pemberdayaan (empowerment) sehingga

pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar

masyarakat sebagai primary target memiliki kemauan dan kemampuan

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.

Pemberdayaan masyarakat terhadap usaha kesehatan agar menjadi

sehat sudah sesuai dengan Undang – undang RI, Nomor 36 tahun 2009

tentang kesehatan, bahwa pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup masyarakat

yang setinggi- tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

daya masyarakat. Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan,

mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi

– tingginya. Pemerintah bertanggungjawab memberdayakan dan

mendorong peran serta aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya

kesehatan termasuk pemberdayaan masyarakat dalam

pemanfaatanTaman Obat Keluarga dan Keterampilan

ditujukan agar masyarakat dapat melakukan perawatan

3
kesehatan secara mandiri untuk mengatasi gangguan

kesehatan ringan dan memelihara kesehatan;

B. Rumusan Masalah

Apakah  yang dimaksud dengan ? pemberdayaan masyarakat melalui

asuhan mandiri kesehatan tradisisional?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menjelaskan tentang pemberdayaan masyarakat melalui asuhan

mandiri kesehatan tradisisional

2. Tujuan Khusus

1) Menjelaskan tentang pengertian pemberdayaan masyarakat di

bidang kesehatan

2) Menjelaskan tentang pengertian asuhan mandiri kesehatan

tradisional

D. Manfaat

Manfaat pembuatan makalah ini antara lain :


1) Sebagai bahan bacaan bagi teman-teman promkes di BKTM

2) Sebagai salah satu bahan panduan dalam penyelenggaraan

pemberdayaan msyarakat melalui asuhan mandiri kesehatan

tradisional

BAB II
4
TINJJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BIDANG

KESEHATAN

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk

menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam

mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan

kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan

adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan

kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan (Supardan,

2013).

Berdasarkan tinjauan istilah, konsep pemberdayaan masyarakat

mencakup pengertian community development (pembangunan

masyarakat) dan community-based development  (pembangunan yang

bertumpu pada masyarakat) dan tahap selanjutnya muncul istilah

pembangunan yang digerakkan masyarakat (Sukandarrumidi, 2007).

Menurut Cornell Empowerment Group Pemberdayaan didefinisikan

sebagai suatu proses sengaja yang berkelanjutan, berpusat pada

masyarakat lokal, dan melibatkan prinsip saling menghormati, refleksi

kritis, kepedulian, dan partisipasi kelompok dan melalui proses tersebut

orang-orang yang kurang memiliki bagian yang setara akan sumber daya

berharga memperoleh akses yang lebih besar dan memiliki kendali akan

sumber daya tersebut  (Perkin dan Zimmerman, 1995).

5
Shardlow dalam Jackie Ambadar (2008) menyebutkan

pemberdayaan masyarakat atau community development (CD) intinya

adalah bagaimana individu, kelompok atau  komunitas berusaha

mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk

membentuk masa depan sesuai keinginan mereka. Pemberdayaan

masyarakat juga diartikan sebagai upaya yang disengaja untuk

memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan, dan

mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan

networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan

kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial.

Gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam

peningkatan kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup,

martabat dan derajat kesehatannya. Peningkatan keberdayaan berarti

peningkatan kemampuan dan kemandirian masyarakat agar dapat

mengembangkan diri dan memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk

mencapai kemajuan (Wahyudin, 2012).

Gerakan pemberdayaan masyarakat juga merupakan cara untuk

menumbuhkan dan mengembangkan norma yang membuat masyarakat

mampu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Strategi ini tepatnya

ditujukan pada sasaran primer agar berperan serta secara aktif.

Bidang pembangunan biasanya meliputi 3 (tiga) sektor utama, yaitu

ekonomi, sosial (termasuk di dalamnya bidang pendidikan, kesehatan dan

sosial-budaya), dan bidang lingkungan. Sedangkan masyarakat dapat

6
diartikan dalam dua konsep yaitu masyarakat sebagai sebuah tempat

bersama, yakni sebuah wilayah geografi yang sama. Sebagai contoh,

sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah pertokoan atau sebuah

kampung di wilayah pedesaan.

Harry Hikmat (2001) menyebutkan pemberdayaan dalam wacana

pembangunan selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi,

jaringankerja, dan keadilan. Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada

kekuatan tingkat individu dan sosial. Isbandi Rukminto Adi (2008)

menyatakan pembangunan masyarakat digunakan untuk menggambarkan

pembangunan bangsa secara keseluruhan.

Dalam arti sempit istilah pengembangan masyarakat di Indonesia

sering dipadankan dengan pembangunan masyarakat desa dengan

mempertimbangkan desa dan kelurahan berada pada tingkatan yang setara

sehingga pengembangan masyarakat (desa) kemudian menjadi dengan

konsep pengembangan masyarakat lokal (locality development).

UKBM (upaya kesehatan bersumberdaya manusia) adalah salah

satu wujud nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan.

Kondisi ini ternyata mampu memacu munculnya berbagai bentuk UKBM

lainnya seperti Polindes, POD (pos obat desa), pos UKK (pos upaya

kesehatan kerja), TOGA (taman obat keluarga), dana sehat dan lain-lain.

7
B. PENGERTIAN ASUHAN MANDIRI KESEHATAN TRADISIONAL

Asuhan mandiri adalah

Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan

dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman serta ketrampilan

turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan

diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat. Dalam

pelayanan kesehatan tradisional dikenal dua yaitu ketrampilan dan ramuan

dalam hal ini pemanfaatan TOGA.

Asuhan Mandiri pemanfaatan TOGA dan akupresur merupakan

upaya untuk memelihara dan meningkatkan status kesehatan serta

mencegah dan mengatasi masalah / gangguan kesehatan ringan secara

mandiri oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Taman obat

keluarga (TOGA) adalah sekumpulan tanaman hasil budidaya rumahan

yang berhasiat sebagai obat. Obat adalah suatu bahan atau panduan bahan-

bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnose,

mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau

gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia

atau hewan dan untuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia. Obat

dapat bersifat sebagai obat jika sesuai dengan dosis dan waktu yang tepat.

Obat juga bersifat racun bagi tubuh jika dikonsumsi dengan dosis yang

berlebihan. Hal ini menyebabkan pemberian obat kurang dapat

menyembuhkan karena salah penggunaan dan dosis yang tidak tepat.

8
Akupresur adalah metode pemijatan yang efektif untuk meningkatkan

kesehatan ataupun mengatasi masalah kesehatan dengan melakukan penekanan

pada titik tubuh tertentu. Banyak masyarakat yang masih belum paham akan

pemanfaatan TOGA dan akupresur. Masyarakat sering salah dalam menentukan

bahan baku dalam pembuatan obat tradisional dan tidak mengerti cara untuk

mengolah bahan tersebut serta titik – titik pemijatan.

 Ini dapat menyebabkan efek samping yang berbeda bagi tiap orang jika

dosis obat diberikan secara berlebihan serta pemijatan pada titik yang tidak benar.

Semakin banyak masyarakat yang menaruh perhatian terhadap penggunaaan obat

rasional dan akupresur demi kepentingan pengobatan keluarga. Menurut (WHO,

1992), penggunaan obat rasional yaitu pasien menerima pengobatan yang sesuai

dengan kebutuhan klinisnya, dengan dosis yang tepat, jangka waktu pemberian

obat yang benar, dan mendapatkan harga obat yang paling murah terutama untuk

bayi dan balita dianjurkan untuk tidak memberikan obat bebas tanpa

berkonsultasi dengan dokter.

Budidaya pengembangan toga dan akupresur memiliki peluang bisnis

yang sangat besar. Apa lagi saat ini, dimasyarakat sedang berkembang “trend”

kembali ke alam (back to nature), termasuk dalam penggunaan obat-obatan dan

agro wisata. Disamping adanya trend tersebut, penggunaan tumbuhan obat dan

akupresur semakin banyak diminati masyarakat, karena pengaruh kondisi

perekonomian yang sedang mengalami krisis, sehingga banyak masyarakat yang

memilih obat-obatan dan metode pengobatan alami yang harganya relativ murah,

aman, dan mudah memperolehnya, jika dibandingkan obat buatan pabrik.

Untuk dapat mengembangkan kemampuan masyarakat

melaksanakan asuhan mandiri kesehatan tradisional, perlu adanya tenaga

9
kesehatan puskesmas yang sudah dilatih sebagai fasilitator puskesmas

asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan Akupresur melalui pelatihan

asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan akupresur bagi fasilitator

puskesmas. Fasilitator puskesmas tersebut akan memfasilitasi kader dalam

melakukan orientasi asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan akupresur,

yang selanjutnya kader kesehatan akan berperan sebagai koordinator

sekaligus pembina kelompok keluarga binaan asuhan mandiri kesehatan

tradisional di masyarakat. Melalui orientasi asuhan mandiri dan

pembinaan yang berkesinambungan, diharapkan anggota kelompok

keluarga binaan akan mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam

memanfaatkan TOGA dan Akupresur untuk asuhan mandiri kesehatan

tradisional di  keluarganya.

C. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI ASUHAN MANDIRI

KESEHATAN TRADISIONAL

Pembentukan kelompok asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan


keterampilan adalah merupakan bagian dari pemberdayaan masyarakat
dibidang kesehatan tradisional. Pembentukan kelompok asuhan mandiri
dalam rangka pemberdayaan masyarakat harus memenuhi prinsip dan
persyaratan yang telah ditetapkan yaitu;

1. Kesadaran dan keinginan sendiri, ditandai dengan;

a) Tidak ada paksaan dari siapapun.

b) Mempunyai motivasi diri.

10
2. Kebersamaan ditandai dengan adanya perilaku saling berbagi
pengetahuan dan kemampuan.

3. Kerjasama dan peran aktif kelompok asuhan mandiri dengan


fasilitator.

4. Kemandirian ditandai dengan:

a) Kemampuan individu untuk menolong dirinya sendiri dan


anggota keluarga.

b) Tersedianya bahan (tanaman obat) dan peralatan pijat


keterampilan jika diperlukan serta peralatan mengolah
TOGA yang dibutuhkan.

5. Berorientasi terhadap kebutuhan masyarakat ditandai dengan


adanya:

a) Dukungan kebijakan berupa peraturan, edaran atau surat.

b) Dukungan dari petugas kesehatan yang terlatih dalam teknis


asuhan mandiri.

6. Komitmen

7. Ilmu dan keterampilan tentang asuhan mandiri pemanfaatan


TOGA dan keterampilan akan dibagi dengan orang lain namun hanya
akan digunakan untuk diri sendiri atau keluarga (tidak untuk
dikomersilkan).

Persyaratan pembentukan kelompok asuhan mandiri ;

1. Saling mempercayai

2. Saling terbuka

3. Mengakui kelebihan dan kelemahan anggota lain

4. Menerima umpan balik

5. Saling belajar

11
6. Memupuk rasa kebersamaan

Adapun tahapan pembentukan kelompok adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan SDM;

a. Pembentukan tim pelatih tingkat provinsi melalui Pelatihan Bagi


Pelatih (TOT) asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
keterampilan oleh Kementerian Kesehatan. Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi menetapkan tim pelatih tingkat provinsi
melalui Surat Keputusan (SK).

b. Pembentukan tim pelatih tingkat kabupaten/kota melalui


Pelatihan Bagi Pelatih (TOT) asuhan mandiri pemanfaatan TOGA
dan keterampilan oleh Dinas Kesehatan Provinsi. Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota menetapkan tim pelatih
tingkat kabupaten/kota melalui Surat Keputusan (SK).

c. Pembentukan fasilitator melalui Pelatihan Bagi Fasilitator (TOF)


asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kepala Puskesmas
menetapkan fasilitator tingkat Puskesmas melalui Surat
Keputusan (SK).

2. Sosialisasi dan orientasi kader

a. Fasilitator melakukan sosialisasi Kepada Lintas Program yang


difasilitasi oleh Puskesmas

b. Fasilitator melakukan sosialisasi Kepada Lintas Sektor terkait


serta mitra kerja lainnya melalui forum lokakarya mini yang di
fasilitasi oleh puskesmas

c. Puskesmas mengembangkan Upaya Kesehatan Masyarakat


(UKM) kesehatan tradisional dengan dukungan lintas
sektor.

12
d. Fasilitator melakukan orientasi asuhan mandiri
pemanfaatan TOGA dan keterampilan bagi kader
dengan menggunakan modul dan bahan belajar yang ditetapkan

3. Pembentukan Kelompok

Pembentukan kelompok asuhan mandiri Pembentukan kelompok


asuhan mandiri di tingkat masyarakat Fasilitator bersama mitra
melakukan fasilitasi pembentukan kelompok asuhan mandiri
dengan memanfaatkan dana dari berbagai sumber, dengan cara:

a. Mengidentifikasi kelompok yang sudah ada di masyarakat


contohnya dasa wisma, kelompok tani, kelompok nelayan, arisan
dan kelompok lainnya.

b. Mensosialisasikan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan


keterampilan kepada kelompok masyarakat.

Kader membentuk kelompok asuhan mandiri dengan kriteria


1 kelompok terdiri atas 5 sampai 10 Kepala
Keluarga (KK), melalui langkah-langkah:

1) Forming

Kader memfasilitasi kepada anggota kelompok untuk


bersama-sama membicarakan rencana kegiatan kelompok dan
semua anggota kelompok diberikan kesempatan untuk
berbicara dan memberikan ide.

2) Storming

Kader memfasilitasi kepada anggota kelompok untuk


bersama-sama membicarakan rencana kegiatan kelompok dan
semua anggota kelompok diberikan kesempatan untuk
berbicara dan memberikan ide.

13
3) Norming

Setelah semua saling mengenal, kader mengajak para anggota


kelompok untuk bersama-sama membuat struktur organisasi
misalnya ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara dan tugas
masing-masing serta membuat tata tertib yang harus dipatuhi
bersama.

4) Performing

Pada tahap selanjutnya adalah performing, dimana


kelompok asuhan mandiri sudah terbentuk Pada tahap
selanjutnya adalah performing, dimana kelompok asuhan
mandiri sudah terbentuk dengan stuktur organisasi dimana
setiap yang duduk dalam struktur organisasi telah mempunyai
peran dan tugas masing-masing, sehingga setiap orang merasa
saling tergantung dan membutuhkan satu sama lainnya dengan
stuktur organisasi dimana setiap yang duduk dalam struktur
organisasi telah mempunyai peran dan tugas masing-masing,
sehingga setiap orang merasa saling tergantung dan
membutuhkan satu sama lainnya.

Pembentukan kelompok asuhan mandiri diharapkan dapat


terbentuk dalam kurun waktu paling lama 3-6 bulan sejak
dilakukannya orientasi kader.

4. Pasca Pembentukan kelompok

Setelah terbentuk kelompok asuhan mandiri, kader didampingi


fasilitator dan mitra melakukan pendekatan kepada kelompok,
bertujuan untuk menghapus rasa cemas, menempatkan kelompok pada
posisi yang tepat, menciptakan suasana yang kondusif, menumbuhkan
rasa percaya diri, memberi kesempatan bagi setiap anggota kelompok

14
untuk berkembang dan mengadakan evaluasi terhadap perbedaan
pendapat.

Kader melakukan pembinaan kelompok asuhan mandiri pemanfaatan


TOGA dan keterampilan melalui pembekalan pengetahuan dan
keterampilan yang dilakukan secara rutin satu bulan sekali dan
berkesinambungan disesuaikan dengan jadwal kegiatan yang telah
dibuat bersama, didampingi oleh fasilitator dan mitra.

Pembentukan kelompok asuhan mandiri merupakan salah satu bentuk


dari upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang bersifat
swadaya. Namun demikian, kegiatan peningkatan kapasitas, baik
tenaga, sumber daya maupun kelembagaan terkait dengan tahap
pembentukan kelompok asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
keterampilan bisa mendapatkan bantuan fasilitasi dari pemerintah
pusat, pemerintah daerah maupun sumber lain yang tidak mengikat.

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B.

C. SARAN

16
17
18
Referensi :

ASUHAN MANDIRI TEROBOSAN BARU


DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN TRADISIONAL
by Febriana syarifah in ramuan 22 Desember
2015 ASUHAN MANDIRI TEROBOSAN BARU DALAM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI BIDANG
KESEHATAN TRADISIONAL2016-01-
05T09:59:28+00:00
Kesehatan tradisional merupakan dari kebiasaan
masyarakat yang telah menjadi budaya turun menurun.
Penggunaan bahan ramuan (tanaman obat) dan
keterampilan (pijat/urut) sudah menjadi kebiasaan
dalam masyarakat sejak dahulu. Setiap ada anggota

19
keluarga yang sakit pertolongan pertama biasanya
dibawa berobat ke penyehat tradisional di
lingkungannya. Dengan berkembangnya pengobatan
tradisional saat ini, pengobatan dengan ramuan dan
keterampilan juga berkembang di masyarakat.
Seiring dengan sasaran pembangunan kesehatan
tahun 2015-2019, diperlukan keterlibatan masyarakat
untuk mencapai sehat secara mandiri melalui
pemberdayaan masyarakat. Program Indonesia Sehat
dilaksanakan dengan salah satu pilar utama yaitu
paradigma sehat dengan strategi pengarusutamaan
kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif
preventif dan pemberdayaan masyarakat.
Dalam pemberdayaan masyarakat, peran serta
masyarakat dalam kesehatan disebut UKBM (Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat). Masyarakat
dapat membentuk kelompok yang disebut kelompok
asuhan mandiri. Kelompok asuhan mandiri ini terdiri
dari beberapa keluarga (5-10 keluarga) dengan 1 orang
kader sebagai pembimbing. Para kader mendapat
pembinaan dan penyuluhan dari Puskesmas. Dalam
asuhan mandiri ini,para kader diajarkan cara
memanfaatkan tanaman obat dari cara menanam,
merawat, memanen, hingga mengolahnya untuk
kebutuhan kesehatan diri sendiri, keluarga, maupun
masyarakat. Selain itu kader juga

20
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DI BIDANG
KESEHATAN oleh : Syahrul
Legiarto
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Perhatian terhadap permasalahan kesehatan terus
dilakukan terutama dalam perubahan paradigma sakit
yang selama ini dianut masyarakat ke paradigma
sehat. Paradigma sakit merupakan upaya untuk membuat
orang sakit menjadi sehat, menekankan pada kuratif dan
rehabilitatif, sedangkan paradigma sehat merupakan
upaya membuat orang sehat tetap sehat, menekan pada
pelayanan promotif dan preventif. Berubahnya paradigma
masyarakat akan kesehatan, juga akan merubah pemeran
dalam pencapaian kesehatan masyarakat, dengan tidak
mengesampingkan peran pemerintah dan petugas
kesehatan. Perubahan paradigma dapat menjadikan
masyarakat sebagai pemeran utama dalam pencapaian
derajat kesehatan. Dengan peruahan paradigma sakit
menjadi paradigma sehat ini dapat membuat masyarakat
menjadi mandiri dalam mengusahakan dan menjalankan
upaya kesehatannya, hal ini sesuai dengan visi Indonesia
sehat, yaitu “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan”.

21
Pemberdayaan masyarakat terhadap usaha kesehatan agar
menadi sehat sudah sesuai dengan Undang – undang RI,
Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, bahwa
pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup masyarakat yang setinggi- tingginya, sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya masyarakat.
Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan,
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat setinggi – tingginya. Pemerintah
bertanggungjawab memberdayakan dan mendorong peran
serta aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya
kesehatan.

Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan,


pemberdayaan masayrakat merupakan unsur penting yang
tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan kesehatan di bidang
kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi
kesehatan. Masyarakat merupakan salah satu dari strategi
global promosi kesehatan pemberdayaan (empowerment)
sehingga pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk
dilakukan agar masyarakat sebagai primary target
memiliki kemauan dan kemampuan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan.

Pengertian Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya


atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan
mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara
22
dan meningkatkan kesehatan. Memampukan masyarakat,
“dari, oleh, dan untuk” masyarakat itu sendiri.

1.2         Rumusan Masalah
Apakah  yang dimaksud dengan konsep pemberdayaan
masyarakat ?

1.3         Tujuan
1.3.1   Tujuan Umum

Makalah  ini dibuat sebagai pedoman atau acuan dalam 


membandingkan antara teori dan praktek konsep
pemberdayaan masyarakat, serta untuk mengetahui
informasi-informasi mengenai konsep pemberdayaan
masyarakat.

1.3.2   Tujuan Khusus
 Memahami pengertian konsep pemberdayaan
masyarakat
 Mengetahui ciri-ciri pemberdayaan masyarakat
 Mengetahui jenis-jenis pemberdayaan masyarakat
1.4              Manfaat
1.4.1        Bagi Penulis

Terpenuhinya tugas keperawatan komunitas III yang


berupa makalah konsep pemberdayaan masyarakat

1.4.2        Bagi Institusi

23
Sebagai tambahan sumber bacaan di perpustakaan.

1.4.3        Bagi Pembaca

Untuk menambah wawasan kita mengenai pengertian,


ciri, tujuan dari konsep pemberdayaan masyarakat.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.       Pengertian Konsep Pemberdayaan
Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses
untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan
mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan (Supardan, 2013).

Berdasarkan tinjauan istilah, konsep pemberdayaan


masyarakat mencakup pengertian community
development (pembangunan masyarakat) dan community-
based development  (pembangunan yang bertumpu pada
masyarakat) dan tahap selanjutnya muncul istilah
pembangunan yang digerakkan masyarakat
(Sukandarrumidi, 2007). Menurut Cornell Empowerment
Group Pemberdayaan didefinisikan sebagai suatu proses
sengaja yang berkelanjutan, berpusat pada masyarakat
24
lokal, dan melibatkan prinsip saling menghormati,
refleksi kritis, kepedulian, dan partisipasi kelompok dan
melalui proses tersebut orang-orang yang kurang
memiliki bagian yang setara akan sumber daya berharga
memperoleh akses yang lebih besar dan memiliki kendali
akan sumber daya tersebut  (Perkin dan Zimmerman,
1995).

Shardlow dalam Jackie Ambadar (2008) menyebutkan


pemberdayaan masyarakat atau community
development (CD) intinya adalah bagaimana individu,
kelompok atau  komunitas berusaha mengontrol
kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk
membentuk masa depan sesuai keinginan mereka.
Pemberdayaan masyarakat juga diartikan sebagai upaya
yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal
dalam merencanakan, memutuskan, dan mengelola
sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action
dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki
kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi,
dan sosial.
Gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu
upaya dalam peningkatan kemampuan masyarakat guna
mengangkat harkat hidup, martabat dan derajat
kesehatannya. Peningkatan keberdayaan berarti
peningkatan kemampuan dan kemandirian masyarakat
agar dapat mengembangkan diri dan memperkuat sumber
daya yang dimiliki untuk mencapai kemajuan (Wahyudin,
2012).

Gerakan pemberdayaan masyarakat juga merupakan cara


untuk menumbuhkan dan mengembangkan norma yang
25
membuat masyarakat mampu untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat. Strategi ini tepatnya ditujukan pada
sasaran primer agar berperan serta secara aktif.

Bidang pembangunan biasanya meliputi 3 (tiga) sektor


utama, yaitu ekonomi, sosial (termasuk di dalamnya
bidang pendidikan, kesehatan dan sosial-budaya), dan
bidang lingkungan. Sedangkan masyarakat dapat
diartikan dalam dua konsep yaitu masyarakat sebagai
sebuah tempat bersama, yakni sebuah wilayah geografi
yang sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga,
perumahan di daerah pertokoan atau sebuah kampung di
wilayah pedesaan.

Harry Hikmat (2001) menyebutkan pemberdayaan dalam


wacana pembangunan selalu dihubungkan dengan konsep
mandiri, partisipasi, jaringankerja, dan keadilan. Pada
dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat
individu dan sosial. Isbandi Rukminto Adi (2008)
menyatakan pembangunan masyarakat digunakan untuk
menggambarkan pembangunan bangsa secara
keseluruhan.

Dalam arti sempit istilah pengembangan masyarakat di


Indonesia sering dipadankan dengan pembangunan
masyarakat desa dengan mempertimbangkan desa dan
kelurahan berada pada tingkatan yang setara sehingga
pengembangan masyarakat (desa) kemudian menjadi
dengan konsep pengembangan masyarakat lokal (locality
development).

26
UKBM (upaya kesehatan bersumberdaya manusia) adalah
salah satu wujud nyata peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan. Kondisi ini ternyata mampu
memacu munculnya berbagai bentuk UKBM lainnya
seperti Polindes, POD (pos obat desa), pos UKK (pos
upaya kesehatan kerja), TOGA (taman obat keluarga),
dana sehat dan lain-lain.

2.2.       Ciri Pemberdayaan Masyarakat


Suatu kegiatan atau program dapat dikategorikan ke
dalam pemberdayaan masyarakat apabila kegiatan
tersebut tumbuh dari bawah dan non-instruktif serta dapat
memperkuat, meningkatkan atau mengembangkan potensi
masyarakat setempat guna mencapai tujuan yang
diharapkan. Bentuk-bentuk pengembangan potensi
masyarakat tersebut bermacam-macam, antara lain
sebagai berikut :

1. Tokoh atau pimpinan masyarakat (Community


leader)
Di sebuah mayarakat apapun baik pendesaan, perkotaan
maupun pemukiman elite atau pemukiman kumuh, secara
alamiah aka terjadi kristalisasi adanya pimpinan atau
tokoh masyarakat. Pemimpin atau tokoh masyarakat
dapat bersifat format (camat, lurah, ketua RT/RW)
maupun bersifat informal (ustadz, pendeta, kepala adat).
Pada tahap awal pemberdayaan masyarakat, maka
petugas atau provider kesehatan terlebih dahulu
melakukan pendekatan-pendekatan kepada para tokoh
masyarakat.

27
2. Organisasi masyarakat (community organization)
Dalam suatu masyarakat selalu ada organisasi-organisasi
kemasyarakatan baik formal maupun informal, misalnya
PKK, karang taruna, majelis taklim, koperasi-koperasi
dan sebagainya.

3. Pendanaan masyarakat (Community Fund)


Sebagaimana uraian pada pokok bahasan dana sehat,
maka secara ringkas dapat digaris bawahi beberapa hal
sebagai berikut: “Bahwa dana sehat telah berkembang di
Indonesia sejak lama(tahun 1980-an) Pada masa
sesudahnya(1990-an) dana sehat ini semakin meluas
perkembangannya dan oleh Depkes diperluas dengan
nama program JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat)

4. Material masyarakat (community material)


Seperti telah diuraikan disebelumnya sumber daya alam
adalah merupakan salah satu potensi msyarakat. Masing-
masing daerah mempunyai sumber daya alam yang
berbeda yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan.

5. Pengetahuan masyarakat (community knowledge)


Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah
contoh pemberdayaan masyarakat yang meningkatkan
komponen pengetahuan masyarakat.

6. Teknologi masyarakat (community technology)


Dibeberapa komunitas telah tersedia teknologi sederhana
yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program
kesehatan. Misalnya penyaring air bersih menggunakan

28
pasir atau arang, untuk pencahayaan rumah sehat
menggunakan genteng dari tanah yang ditengahnya
ditaruh kaca. Untuk pengawetan makanan dengan
pengasapan dan sebagainya.

2.3.       Tujuan Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat adalah upaya atau proses
untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan
mereka sendiri (Notoadmojdo, 2007). Batasan
pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi upaya
untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan sehingga secara bertahap tujuan pemberdayaan
masyarakat bertujuan untuk :

1. Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan dan


pemahaman akan kesehatan  bagi individu, kelompok
atau masyarakat. Pengetahuan dan kesadaran tentang cara
– cara memelihra dan meningkatkan kesehatan adalah
awal dari keberdayaan kesehatan. Kesadaran dan
pengetahuan merupakan tahap awal timbulnya
kemampuan, karena kemampuan merupakan hasil proses
belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses yang
dimulai dengan adanya alih pengetahuan dari sumber
belajar kepada subyek belajar. Oleh sebab itu masyarakat
yang mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan
juga melalui proses belajar kesehatan yang dimulai
dengan diperolehnya informasi kesehatan. Dengan
informasi kesehatan menimbulkan kesadaran akan
kesehatan dan hasilnya adalah pengetahuan kesehatan.
29
2. Timbulnya kemauan atau kehendak ialah sebagai
bentuk lanjutan dari kesadaran dan pemahaman terhadap
obyek, dalam hal ini kesehatan. Kemauan atau kehendak
merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu
tindakan. Oleh sebab itu, teori lain kondisi semacam ini
disebut sikap atau niat sebagai indikasi akan timbulnya
suatu tindakan. Kemauan ini kemungkinan dapat
dilanjutkan ke tindakan tetapi mungkin juga tidak atau
berhenti pada kemauan saja. Berlanjut atau tidaknya
kemauan menjadi tindakan sangat tergantung dari
berbagai faktor. Faktor yang paling utama yang
mendukung berlanjutnya kemauan adalah sarana atau
prasarana untuk mendukung tindakan tersebut.
3. Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang
kesehatan berarti masyarakat, baik seara individu maupun
kelompok, telah mampu mewujudkan kemauan atau niat
kesehatan mereka dalam bentuk tindakan atau perilaku
sehat.
 Suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang
kesehatan apabila :
1. Mereka mampu mengenali masalah  kesehatan dan
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
terutama di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri.
Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang
penyakit, gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta
bahaya merokok dan zat-zat yang menimbulkan gangguan
kesehatan.
2. Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara
mandiri dengan mengenali potensi-potensi masyarakat
setempat.

30
3. Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari
berbagai ancaman kesehatan dengan melakukan tindakan
pencegahan.
4. Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan
terus-menerus melalui berbagai macam kegiatan seperti
kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi dan
sebagainya.
2.4.       Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Prinsipnya pemberdayaan masyarakat adalah
menumbuhkan kemampuan masyarakat dari dalam
masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat bukan
sesuatu yang ditanamkan dari luar. Pemberdayaan
masyarakat adalah proses memanpukan masyarakat dari
oleh dan untuk masyarakat itu sendiri, berdasarkan
kemampuan sendiri. Prinsip-prinsip pemberdayaan
masyarakat dibidang kesehatan :

1. Menumbuh kembangkan potensi masyarakat.


Di dalam masyarakat terdapat berbagai potensi yang
dapat mendukung keberhasilan program – program
kesehatan. Potensi dalam masyarakat dapat
dikelompokkan menjadi potensi sumber daya manusia
dan potensi dalam bentuk sumber daya alam / kondisi
geografis.

Tinggi rendahnya potensi sumber daya manusia disuatu


komunitas lebih ditentukan oleh kualitas, bukan kuatitas
sumber daya manusia. Sedangkan potensi sumber daya
alam yang ada di suatu masyarakat adalah given.

31
Bagaimanapun melimpahnya potensi sumber daya alam,
apabila tidak didukung dengan potensi sumber daya
manusia yang memadai, maka komunitas tersebut tetap
akan tertinggal, karena tidak mampu mengelola sumber
alam yang melimpah tersebut.

2. Mengembangkan gotong royong masyarakat.


Potensi masyarakat yang ada tidak akan tumbuh dan
berkembang dengan baik tanpa adanya gotong royong
dari masyarakat itu sendiri. Peran petugas kesehatan atau
provider dalam gotong royong masyarakat adalah
memotivasi dan memfasilitasinya, melalui pendekatan
pada para tokoh masyarakat sebagai penggerak kesehatan
dalam masyarakatnya.

3. Menggali kontribusi masyarakat.


Menggali dan mengembangkan potensi masing – masing
anggota masyarakat agar dapat berkontribusi sesuai
dengan kemampuan terhadap program atau kegiatan yang
direncanakan bersama. Kontribusi masyarakat merupakan
bentuk partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga,
pemikiran atau ide, dana, bahan bangunan, dan fasilitas –
fasilitas lain untuk menunjang usaha kesehatan.

4. Menjalin kemitraan
Jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan, baik
pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat,
serta individu dalam rangka untuk mencapai tujuan
bersama yang disepakati. Membangun kemandirian atau

32
pemberdayaan masyarakat, kemitraan adalah sangat
penting peranannya.

5. Desentralisasi
Upaya dalam pemberdayaan masyarakatpada hakikatnya
memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk
mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya. Oleh
sebab itu, segala bentuk pengambilan keputusan harus
diserahkan ketingkat operasional yakni masyarakat
setempat sesuai dengan kultur masing-masing komunitas
dalam pemberdayaan masyarakat, peran sistem yang ada
diatasnya adalah :

1. Memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan


atau program-program pemberdayaan. Misalnya
masyarakat ingin membangun atau pengadaan air bersih,
maka peran petugas adalah memfasilitasi pertemuan-
pertemuan anggota masyarakat, pengorganisasian
masyarakat, atau memfasilitasi pertemuan dengan
pemerintah daerah setempat, dan pihak lain yang dapat
membantu dalam mewujudkan pengadaan air bersih
tersebut.
2. Memotivasi masyarakat untuk bekerjasama atau
bergotong-royong dalam melaksanakan kegiatan atau
program bersama untuk kepentingan bersama dalam
masyarakat tersebut. Misalnya, masyarakat ingin
mengadakan fasilitas pelayanan kesehatan diwilayahnya.
Agar rencana tersebut dapat terwujud dalam bentuk
kemandirian masyarakat, maka petugas provider
kesehatan berkewajiban untuk memotivasi seluruh
anggota masyarakat yang bersangkutan agar

33
berpartisipasi dan berkontribusi terhadap program atau
upaya tersebut.
2.5.       Peran Petugas Kesehatan
Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan
masyarakat adalah :

1. Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan


maupun program-program pemberdayaan masyarakat
meliputi pertemuan dan pengorganisasian masyarakat.
2. Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk
bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan
pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi
terhadap program tersebut
3. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan
teknologi kepada masyarakat dengan melakukan
pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional.
2.6.       Indikator Hasil Pemberdayaan Masyarakat
1. Input
Input meliputi SDM, dana, bahan-bahan, dan alat-alat
yang mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat.

2. Proses
Proses, meliputi jumlah penyuluhan yang dilaksanakan,
frekuensi pelatihan yang dilaksanakan, jumlah tokoh
masyarakat yang terlibat, dna pertemuan-pertemuan yang
dilaksanakan.

3. Output
Output, meliputi jumlah dan jenis usaha kesehatan yang
bersumber daya masyarakat, jumlah masyarakat yang
telah meningkatkan pengetahuan dari perilakunya tentang

34
kesehatan, jumlah anggota keluarga yang memiliki usaha
meningkatkan pendapatan keluarga, dan meningkatnya
fasilitas umum di masyarakat.

4. Outcome
Outcome dari pemberdayaan masyarakat mempunyai
kontribusi dalam menurunkan angka kesakitan, angka
kematian, dan angka kelahiran serta meningkatkan status
gizi kesehatan.

2.7.       Sasaran
1. Individu berpengaruh
2. Keluarga dan perpuluhan keluarga
3. Kelompok masyarakat : generasi muda, kelompok
wanita, angkatan kerja
4. Organisasi masyarakat: organisasi profesi, LSM, dll
5. Masyarakat umum: desa, kota, dan pemukiman
khusus.
2.8              Jenis Pemberdayaan Masyarakat
2.8.1    Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

Posyandu  merupakan jenis UKBM yang paling


memasyarakatkan saat ini. Gerakan posyandu ini telah
berkembang dengan pesat secara nasional sejak tahun
1982. Saat ini telah populer di lingkungan desa dan RW
diseluruh Indonesia. Posyandu meliputi lima program
prioritas yaitu: KB, KIA, imunisasi, dan pennaggulangan
35
diare yang terbukti mempunyai daya ungkit besar
terhadap penurunan angka kematian bayi. Sebagai salah
satu tempat pelayanan kesehatan masyarakat yang
langsung bersentuhan dengan masyarakat level bawah,
sebaiknya posyandu digiatkan kembali seperti pada masa
orde baru karena terbukti ampuh mendeteksi
permasalahan gizi dan kesehatan di berbagai daerah.
Permasalahn gizi buruk anak balita, kekurangan gizi,
busung lapar dan masalah kesehatan lainnya menyangkut
kesehatan ibu dan anak akan mudah dihindarkan jika
posyandu kembali diprogramkan secara menyeluruh.

Kegiatan posyandu lebih dikenal dengan sistem lima meja


yang meliputi:

1. Meja 1 : pendaftaran
2. Meja 2 : penimbangan
3. Meja 3 : pengisian kartu menuju sehat
4. Meja 4 : penyuluhan kesehatan, pemberian oralit,
vitamin A dan tablet besi
5. Meja 5 : pelayanan kesehatan yang meliputi
imunisasi, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan serta
pelayanan keluarga berencana.
Salah satu penyebab menurunnya jumlah posyandu
adalah tidak sedikit jumlah posyandu diberbagai daerah
yang semula ada sudah tidak aktif lagi.

2.8.2. Pondok Bersalin Desa (Polindes)

Pondok bersalin desa (Polindes) merupakan salah satu


peran serta masyarakat dalam  menyediakan tempat

36
pertolongan persalinan pelayanan dan kesehatan ibu serta
kesehatan anak lainnya. Kegiatan pondok bersalin desa
antara lain melakukan pemeriksaan (ibu hamil, ibu nifas,
ibu menyusui, bayi dan balita), memberikan  imunisasi,
penyuluhan kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu
dan anak, serta pelatihan dan pembinaan kepada kader
dan mayarakat.

Polindes ini dimaksudkan untuk menutupi empat


kesenjangan dalam KIA, yaitu kesenjangan geografis,
kesenjangan informasi, kesenjangan ekonomi, dan
kesenjangan sosial budaya. Keberadaan bidan di tiap desa
diharapkan mampu mengatasi kesenjangan geografis,
sementara kontak setiap saat dengan penduduk setempat
diharapkan mampu mengurangi kesenjangan informasi.
Polindes dioperasionalkan melalui kerja sama antara
bidan dengan dukun bayi, sehingga tidak menimbulkan
kesenjangan sosial budaya, sementara tarif pemeriksaan
ibu, anak, dan melahirkan yang ditentukan dalam
musyawarah LKMD diharapkan mamou mengurangi
kesenjangan ekonomi.

2.8.3. Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa


(WOD)

Pos obat desa (POD) merupakan perwujudan peran serta


masyarakat dalam pengobatan sederhana terutama
penyakit yang sering terjadi pada masyarakat setempat
(penyakit rakyat/penyakit endemik)

37
Di lapangan POD dapat berdiri sendiri atau menjadi salah
satu kegiatan dari UKBM yang ada. Gambaran situasi
POD mirip dengan posyandu dimana bentuk pelayanan
menyediakan obat bebas dan obat khusus untuk keperluan
berbagai program kesehatan yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi setempat. Beberapa pengembangan
POD antara lain :

1. POD murni, tidak terkait dengan UKBM lainnya


2. POD yang diintegrasikan dengan dana sehat
3. POD yang merupakan bentuk peningkatan posyandu
4. POD yang dikaitkan dengan pokdes/polindes
5. Pos Obat Pondok Pesantren (POP) yang
dikembangkan di beberapa pondok pesantren.
2.8.4. Dana Sehat

Dana telah dikembangkan pada 32 provinsi meliputi 209


kabupaten/kota. Dalam implementasinya juga
berkembang beberapa pola dana sehat, antara lain sebagai
berikut :

1. Dana sehat pola usaha kesehatan sekolah (UKS),


dilaksanakan pada 34 kabupaten dan telah mencakup
12.366 sekolah.
2. Dana sehat pola pembangunan kesehatan
masyarakat desa (PKMD) dilaksanakan pada 96
kabupaten.
3. Dana sehat pola pondok pesantren, dilaksanakan
pada 39 kabupaten/kota

38
4. Dana sehat pola koperasi unit desa (KUD),
dilaksanakan pada lebih dari 23 kabupaten, terutama pada
KUD yang sudah tergolong mandiri.
5. Dana sehat yang dikembangkan lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dilaksanakan pada 11 kabupaten/kota.
6. Dana sehat organisasi/kelompok lainnya (seperti
tukang becak, sopir angkutan kota dan lain-lain), telah
dilaksanakan pada 10 kabupaten/kota.
Seharusnya dana kesehatan merupakan bentuk jaminan
pemeliharaan kesehatan bagi anggota masyarakat yang
belum dijangkau oleh asuransi kesehatan seperti askes,
jamsostek, dan asuransi kesehatan swasta lainnya. Dana
sehat berpotensi sebagai wahana memandirikan
masyarakat, yang pada gilirannya mampu melestarikan
kegiatan UKBM setempat. Oleh karena itu, dana sehat
harus dikembangkan keseluruh wilayah, kelompok
sehingga semua penduduk terliput oleh dana sehat atau
bentuk JPKM lainnya.

2.8.5  Lembaga Swadaya Masyarakat

Di tanah air kita ini terdapat 2.950 lembaga swadaya


masyarakat (LSM), namun sampai sekarang yang  tercatat
mempunyai kegiatan di bidang kesehatan hanya 105
organisasi LSM. Ditinjau dari segi kesehatan, LSM ini
dapat digolongkan menjadi LSM yang aktivitasnya
seluruhnya kesehatan dan LSM khusus antara kain
organisasi profesi kesehatan, organisasi swadaya
internasional.

39
Dalam hal ini kebijaksanaan yang ditempuh adalah
sebagai berikut

1. Meningkatkan peran serta masyarakat termasuk


swasta pada semua tingkatan.
2. Membina kepemimpinan yang berorientasi
kesehatan dalam setiap organisasi kemasyarakatan.
3. Memberi kemampuan, kekuatan dan kesempatan
yang lebih besar kepada organisasi kemasyarakatan untuk
berkiprah dalam pembangunan kesehatan dengan
kemampuan sendiri.
4. Meningkatkan kepedulian LSM terhadap upaya
pemerataan pelayanan kesehatan.
5. Masih merupakan tugas berat untuk melibatkan
semua LSM untuk berkiprah dalam bidang kesehatan.
2.8.6. Upaya Kesehatan Tradisional

Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah sebidang tanah di


halaman atau ladang yang dimanfaatkan untuk menanam
yang berkhasiat sebagai obat. Dikaitkan dengan peran
serta masyarakat, TOGA merupakan wujud partisipasi
mereka dalam bidnag peningkatan kesehatan dan
pengobatan sederhana dengan memanfaatkan obat
tradisional. Fungsi utama dari TOGA adalah
menghasilkan tanaman yang dapat dipergunakan antara
lain untuk menjaga meningkatkan kesehatan dan
mengobati gejala (keluhan) dari beberapa penyakit yang
ringan. Selain itu, TOGA juga berfungsi ganda mengingat
dapat dipergunakan untuk memperbaiki gizi masyarakat,
upaya pelestarian alam dan memperindah tanam dan
pemandangan.

40
 

2.8.7. Pos Gizi (Pos Timbangan)

Salah satu akibat krisis ekonomi adalah penurunan daya


beli masyarakat termasuk kebutuhan pangan. Hal ini
menyebabkan penurunan kecukupan gizi masyarakat
yang selanjutnya dapat menurunkan status gizi. Dengan
sasaran kegiatan yakni bayi berumur 6-11 bulan terutama
mereka dari keluarga miskin, anak umur 12-23 bulan
terutama mereka dari keluarga miskin, anak umur 24-59
bulan terutama mereka dari keluarga miskin, dan seluruh
ibu hamil dan ibu nifas terutama yang menderita kurang
gizi.

Perlu ditekankan bahwa untuk kegiatan pada pos gizi ini


apabila setelah diberikan PMT anak masih menderita
kekurangan energi protein (KEP) maka, makanan
tambahan terus dilanjutkan sampai anak pulih dan segera
diperiksakan ke puskesmas (dirujuk)

2.8.8. Pos KB Desa (RW)

Sejak periode sebelum reformasi upaya keluarga


berencana telah berkembang secara rasional hingga
ketingkat pedesaan. Sejak itu untuk menjamin kelancaran
program berupa peningkatan jumlah akseptor baru dan
akseptor aktif, ditingkat desa telah dikembangkan Pos KB
Desa (PKBD) yang biasanya dijalankan oleh kader KB
atau petugas KB ditingkat kecamatan.

41
2.8.9. Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)

Lingkup kegiatan oleh poskestren adalah tak jauh berbeda


dengan Pos Obat Desa namun pos ini khusus ditujukan
bagi para santri dan atau masyarakat disekitar pesantren
yang seperti diketahui cukup menjamur di lingkungan
perkotaan maupun pedesaan.

2.8.10.  Saka Bhakti Husada (SBH)

SBH adalah wadah pengembangan minat, pengetahuan


dna keterampilan dibidnag kesehatan bagi generasi muda
khususnya anggota Gerakan Pramuka untuk membaktikan
dirinya kepada masyarakat di lingkungan sekitarnya.

Sasarannya adalah peserta didik antara lain : Pramuka


penegak, penggalang berusia 14-15 tahun dengan syarat
khusus memiliki minat terhadap kesehatan. Dan anggota
dewasa, yakni Pamong Saka, Instruktur Saka serta
Pemimpin Saka.

2.8.11.  Pos Upaya Kesehatan Kerja (pos UKK)

Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya


pemeliharaan kesehatan pekerja yang diselenggarakan
oleh masyarakat pekerja yang memiliki jenis kegiatan
42
usaha yang sama dalam meningkatkan produktivitas
kerja. Kegiatannya antara lain memberikan pelayanan
kesehatan dasar, serta menjalin kemitraan.

2.8.12.  Kelompok Masyarakat Pemakai Air (Pokmair)

Pokmair adalah sekelompok masyarakat yang peduli


terhadap kesehatan lingkungan terutama dalam
penggunaan air bersih serta pengelolaan sampah dan
limbah rumah tangga melalui pendekatan pemberdayaan
masyarakat dengan melibatkan seluruh warga.

2.8.13.  Karang Taruna Husada

Karang tarurna husada dalam wadah kegiatan remaja dan


pemuda di tingkat RW yang besar perannya pada
pembinaan remaja dan pemuda dalam menyalurkan
aspirasi dan kreasinya. Dimasyarakat karang taruna
banyak perannya pada kegiatan-kegiatan sosial yang
mampu mendorong dinamika masyarakat dalam
pembangunan lingkungan dan masyarakatnya termasuk
pula dalam pembangunan kesehatan. Pada pelaksanaan
kegiatan posyandu, gerakan kebersihan lingkungan,
gotong-royong pembasmian sarang nyamuk dan lain-
lainnya potensi karang taruna ini snagat besar.

2.8.14.  Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan pemerintah


terdepan yang memberikan pelayanan langsung kepada

43
masyarakat. Sejalan dengan upaya pemerataan pelayanan
kesehatan di wilayah terpencil dan sukar dijangkau telah
dikembangkan pelayanan puskesmas dna puskesmas
pembantu dalam kaitan ini dipandang selaku tempat
rujukan bagi jenis pelayanan dibawahnya yakni berbagai
jenis UKBM sebagaimana tertera di atas.

2.9.       Peran Serta Masyarakat Tentang Upaya


UKBM
2.9.1. Wujud peran serta masyarakat

Dari pengamatan pada masyarakat selama ini beberapa


wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan
kesehatan pada khususnya dan pembangunan nasional
pada umumnya. Bentuk-bentuk tersebut adalah sebagai
berikut :

1. Sumber daya manusia


Setiap insan dapat berpartisipasi aktif dalam
pembangunan masyarakat. Wujud insan yang
menunjukkan peran serta masyarakat dibidang kesehatan
antara lain sebagai berikut :

1. Pemimpin masyarakat yang berwawasan kesehatan


2. Tokoh masyarakat yang berwawasan kesehatan, baik
tokoh agama, politisi, cendikiawan, artis/seniman,
budayaan, pelawak, dan lain-lain
3. Kader kesehatan, yang sekarang banyak sekali
ragamnya misalnya: kader posyandu, kader lansia, kader
kesehatan lingkungan, kader kesehatan gigi, kader KB,

44
dokter kecil, saka bakti husada, santri husada, taruna
husada, dan lain-lain.
4. Institusi/lembaga/organisasi masyarakat
Bentuk lain peran serta masyarakat adalah semua jenis
institusi, lembaga atau kelompok kegiatan masyarakat
yang mempunyai aktivitas dibidang kesehatan. Beberapa
contohnya adalah sebagai berikut :

1. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat


(UKBM) yaitu segala bentuk kegiatan kesehatan yang
bersifat dari, oleh dan untuk masyarakat, yaitu :
1.)           Pos pelayanan terpadu (posyandu)

2.)           Pos obat desa (POD)

3.)           Pos upaya kesehatan kerja (Pos UKK)

4.)           Pos kesehatan di Pondok Pesantren (poskestren)

5.)           Pemberantasan penyakit menular dengan


pendekatan PKMD (P2M-PKMD)

6.)           Penyehatan lingkungan pemungkitan dengan


pendekatan PKMD (PLp-PKMD) sering disebut dengan
desa percontohan kesehatan lingkungan (DPKL)

7.)           Suka Bakti Husada (SBH)

8.)           Tanaman obat keluarga (TOGA)

45
9.)           Bina keluarga balita (BKB)

10.)       Pondok bersalin desa (Polindes)

11.)       Pos pembinaan terpadu lanjut usia (Posbindu


Lansia/Posyandu Lansia)

12.)       Pemantau dan stimulasi perkembangan balita


(PSPB)

13.)       Keluarga mandiri

14.)       Upaya kesehatan masjid

1. Lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang


mempunyai kegiatan dibidang kesehatan. Banyak sekali
LSM yang berkiprah dibidang kesehatan, aktifitas mereka
beragam sesuai dengan peminatnya
2. Organisasi swadaya yang bergerak dibidang
palayanan kesehatan seperti rumah sakit, rumah bersalin,
balai kesehatan ibu dan anak, balai pengobatan, dokter
praktik, klinik 24 jam, dan sebagainya
 

BAB 3
PENUTUP
 
3.1.       Kesimpulan
Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan,
pemberdayaan masayrakat merupakan unsur penting yang

46
tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan kesehatan di bidang
kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi
kesehatan. Masyarakat merupakan salah satu dari strategi
global promosi kesehatanpemberdayaan (empowerment)
sehingga pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk
dilakukan agar masyarakat sebagai primary target
memiliki kemauan dan kemampuan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan.

Pengertian Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya


atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan
mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan. Memampukan masyarakat,
“dari, oleh, dan untuk” masyarakat itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
 

Riskiadi, Laode. 2012. Makalah Pemberdayaan


Masyarakat.  http://kesmas-

47
ode.blogspot.com/2012/10/makalah-pemberdayaan-
masyarakat.html  diakses tanggal 31 Oktober 2013 pukul
20 : 00 wib
Supardan, Drg. Iman. 2013 Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Kesehatan. http://doktergigi-
semarang.blogspot.com/2013/06/pemberdayaan-
masyarakat-bidang-kesehatan.html Diakses tanggal 31
Oktober 2013 pukul 20 : 00 wib
Suriatman, SKM. 2005. Konsep Pemberdayaan
Manyarakat.http://bnnpsulsel.com/pencegahan/gerakan-
pemberdayaan-masyarakat-sebuah-tinjauan-konsep-
dalam-upaya-menekan-penyalahgunaan-narkoba-pusat-
promkes-2005/ Diakses tanggal 31 Oktober 2013 pukul
20 : 00 wib
Wahyudi, Bambang. 2012. Gerakan Pemberdayaan
Masyarakat Sebuah Tinjauan Konsep Dalam Upaya
Menekan Penyalahgunaan Narkoba (Pusat Promkes,
2005). http://bnnpsulsel.com/pencegahan/gerakan-
pemberdayaan-masyarakat-sebuah-tinjauan-konsep-
dalam-upaya-menekan-penyalahgunaan-narkoba-pusat-
promkes-2005/ diakses tanggal 31 Oktober 2013 pukul
20: 00 wib.

48
https://www.mitrakesmas.com/2016/05/pengembangan-kesehatan-tradisional-di-
indonesia.html

Pengembangan Kesehatan
Tradisional di Indonesia
Oleh : Amrin Madolan  Mei 23, 2016 Beri Komentar

Ketertarikan kami untuk membuat tulisan ini berawal


ketika kami mengikuti salah satu pelatihan yang
dilaksanakan oleh Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional
Ditjen Pelayanan Kesehatan Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia yang dilaksanakan di Palu oleh
panitia dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
pada tanggal 17 - 19 Mei 2016 di Grand Duta Hotel.

Pada pelatihan tersebut menjelaskan secara gamblang


tentang kesehatan tradisional, namun pada kesempatan
kali ini kami hanya memberikan sebagian informasi yang
kami dapatkan dari pelatihan tersebut dengan harapan
dapat memberikan informasi tambahan bagi para Mitra
Kesehatan Masyarakat dalam mendalami dan memahami
konsep kesehatan tradisional.

49
Setelah mengikuti kegiatan tersebut maka kami
mengambil sebuah kesimpulan bahwa "Pengembangan
Kesehatan tradisional bukan berarti kita akan kembali
pada zaman batu melainkan memanfaatkan kesehatan
tradisional untuk membantu kesehatan masyarakat di era
modern dengan memanfaatkan teknik pengobatan yang
telah turun-temurun dilakukan oleh para leluhur kita yang
dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah".

Kesehatan Tradisional

Berikut ini beberapa hal atau garis-garis besar yang dapat


kami bagikan kepada Mitra Kesehatan Masyarakat
tentang Kesehatan Tradisional yang diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 9 Tahun 2016
tentang Upaya Pengembangan Kesehatan Tradisional
melalui Asuhan Mandiri Pemanfaatan Taman Obat
Keluarga dan Ketrampilan :

50
Latar Belakang

Beberapa hal yang melatarbelakangi pengembangan


kesehatan tradisional adalah:
 Kecenderungan masyarakat untuk "back to nature".
 Indonesia memiliki 30.000 jenis tanaman obat, 7500
– 9600 tanaman berpotensi sebagai obat. 8500 jenis
yang diteliti , 300 spesies yang telah digunakan
sebagai Obat Tradisional.
 Pengobatan tradisional sudah dimanfaatkan secara
turun temurun, dengan bukti:
 59,12 % penduduk Indonesia menggunakan ramuan
tradisional (jamu) untuk memelihara kesehatannya
dan 95,6% diantaranya mengakui ramuan tradisional
sangat bermanfaat bagi kesehatan (Riskesdas 2010).
 30,4% rumah tangga memanfaatkan pelayanan
kesehatan tradisional (Riskesdas 2013).
 Pembangunan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar dapat
mewujudkan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya sebagaimana
ditetapkan pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN Th 2005 - 2025).
 Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan salah
satu pilar utama yaitu paradigma sehat dilakukan
dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam

51
pembangunan kesehatan, penguatan promotif,
preventif dan pemberdayaan masyarakat
 Salah satu strategi pembangunan kesehatan adalah
mendorong masyarakat agar mampu memelihara
kesehatannya, serta mengatasi gangguan kesehatan
ringan secara mandiri melalui kemampuan asuhan
mandiri. 
 Pelayanan kesehatan tradisional yang merupakan
upaya pengembangan di puskesmas memanfaatkan
keterlibatan masyarakat untuk memelihara
kesehatannya secara mandiri.

Kebijakan

Beberapa kebijakan yang menjadi dasar dalam pelayanan


kesehatan tradisional adalah sebagai berikut:

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan:


 Pasal 48 Ayat 1: Penyelenggaraan upaya kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 47 dilaksanakan
melalui kegiatan: Poin b : "Pelayanan Kesehatan
Tradisional".
 Pasal 59 Ayat 1: Berdasarkan cara pengobatannya,
pelayanan kesehatan tradisional terbagi menjadi:
Poin a: pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan keterampilan; dan Point b: pelayanan
kesehatan tradisional yang menggunakan ramuan.
 Pasal 59 Ayat 2: Pelayanan kesehatan tradisional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibina dan
52
diawasi oleh Pemerintah agar dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya
serta tidak bertentangan dengan norma agama.
 Pasal 59 Ayat 3: Ketentuan lebih lanjut mengenai
tata cara dan jenis pelayanan kesehatan tradisional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
 Pasal 60 Ayat 1: Setiap orang yang melakukan
pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan
alat dan teknologi harus mendapat izin dari lembaga
kesehatan yang berwenang.
 Pasal 60 Ayat 2: Penggunaan alat dan teknologi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya
serta tidak bertentangan dengan norma agama dan
kebudayaan masyarakat.
 Pasal 61 Ayat 1: Masyarakat diberi kesempatan
yang seluas-luasnya untuk mengembangkan,
meningkatkan dan menggunakan pelayanan
kesehatan tradisional yang dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya.
 Pasal 61 Ayat 2: Pemerintah mengatur dan
mengawasi pelayanan kesehatan tradisional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan
didasarkan pada keamanan, kepentingan, dan
perlindungan masyarakat.
 Pasal 100 Ayat 1: Sumber obat tradisional yang
sudah terbukti berkhasiat dan aman digunakan
dalam pencegahan, pengobatan, perawatan, dan/atau
pemeliharaan kesehatan tetap dijaga kelestariannya.

53
 Pasal 100 Ayat 2: Pemerintah menjamin
pengembangan dan pemeliharaan bahan baku obat
tradisional.
 Pasal 101 Ayat 1: Masyarakat diberi kesempatan
yang seluas-luasnya untuk mengolah, memproduksi,
mengedarkan, mengembangkan, meningkatkan, dan
menggunakan obat tradisional yang dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya.
 Pasal 101 Ayat 2: Ketentuan mengenai mengolah,
memproduksi, mengedarkan, mengembangkan,
meningkatkan, dan menggunakan obat tradisional
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
 Pasal 178: Pemerintah dan pemerintah daerah
melakukan pembinaan terhadap masyarakat dan
terhadap setiap penyelenggara kegiatan yang
berhubungan dengan sumber daya kesehatan di
bidang kesehatan dan upaya kesehatan.
 Pasal 191: Setiap orang yang tanpa izin melakukan
praktik pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan alat dan teknologi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) sehingga
mengakibatkan kerugian harta benda, luka berat atau
kematian dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Pelayanan


Kesehatan Tradisional:
 Pasal 70 Ayat 1: Pemerintah bertanggung jawab
memberdayakan dan mendorong peran aktif

54
masyarakat dalam upaya pengembangan kesehatan
tradisional.
 Pasal 70 Ayat 2: Pemberdayaan masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan agar
masyarakat dapat melakukan perawatan kesehatan
secara mandiri (asuhan mandiri) dan benar
 Pasal 70 Ayat 3: Perawatan kesehatan secara
mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
dilaksanakan dengan pemanfaatan taman obat
keluarga dan keterampilan

Peraturan Menteri Kesehatan 65 Tahun 2013 Tentang Pedoman


Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan.
 Pasal 2 : Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan
Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan,
digunakan sebagai acuan bagi semua pemangku
kepentingan dalam rangka pelaksanaan dan
pembinaan upaya pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan
 Pasal 4 : Menteri Kesehatan, Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi, dan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Menteri
ini dengan melibatkan lintas sektor dan pemangku
kepentingan terkai.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas


 Pasal 4: Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan
kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan

55
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat
 Pasal 5: Dalam melaksanakan tugas Puskesmas
menyelenggarakan fungsi : 1.UKM tingkat pertama
di wilayah kerjanya; 2.UKP tingkat pertama di
wilayah kerjanya.
 Pasal 6: Dalam menyelenggarakan fungsi,
Puskesmas berwenang untuk : c. Melaksanakan
komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan.

Indikator Rencana Strategi

Adapun Indikator Rencana Strategi Pelayanan Kesehatan


Tradisional Tahun 2015 - 2019 dapat dijabarkan sebagai
berikut:
 Sasaran Strategis: Meningkatnya Pembinaan,
Pengembangan dan Pengawasan Upaya Kesehatan
Tradisional dan Komplementer.
 Indikator: Persentase Puskesmas yang melaksanakan
kesehatan tradisional.
 Base line: 12% dari jumlah puskesmas.
 Target:
- Tahun 2015 : 15% dari jumlah puskesmas
- Tahun 2016 : 25% dari jumlah puskesmas
- Tahun 2017 : 45% dari jumlah puskesmas
- Tahun 2018 : 60% dari jumlah puskesmas

56
- Tahun 2019 : 75% dari jumlah puskesmas
 Definisi operasional: Puskesmas yang
menyelenggarakan kesehatan tradisional terhadap
masyarakat di wilayah kerjanya yang memenuhi
salah satu kriteria di bawah ini :
- Puskesmas yang memiliki tenaga kesehatan sudah
dilatih pelayanan kesehatan tradisional
- Puskesmas yang melaksanakan asuhan mandiri
kesehatan tradisional ramuan dan keterampilan
- Puskesmas yang melaksanakan kegiatan pembinaan
meliputi pengumpulan data Kesehatan Tradisional,
fasilitasi registrasi/perizinan dan bimbingan teknis
serta pemantauan pelayanan kesehatan tradisional
dan komplementer

Asuhan Mandiri

Tujuan Asuhan Mandiri

Upaya pengembangan kesehatan tradisional melalui


asuhan mandiri pemanfaatan taman obat keluarga dan
keterampilan bertujuan untuk terselenggaranya asuhan
mandiri pemanfaatan taman obat keluarga dan
keterampilan, melalui :
1. Pembentukan dan Pengembangan kelompok asuhan
mandiri;
2. Kegiatan kelompok asuhan mandiri secara benar dan
berkesinambungan; dan

57
3. Pelaksanaan pembinaan asuhan mandiri secara
berjenjang.

Sasaran Asuhan Mandiri

Yang menjadi sasaran Asuhan Mandiri kesehatan


tradisional adalah:
1. Dinas Kesehatan Provinsi;
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota;
3. Puskesmas;
4. Penanggung jawab lintas sektor (seperti Gubernur,
Bupati, Camat, Kepala Desa/Lurah, TP PKK, Kader,
Kelompok asuhan mandiri dan Lintas Sektor
lainnya).

Pendanaan Asuhan Mandiri

Pendanaan penyelenggaraan asuhan mandiri kesehatan


tradisional bersumber dari :
1. Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
2. Anggaran Pendapatan Belanja Negara Daerah
(APBD)
3. Sumber lain yang tidak mengikat yang sesuai
dengan perundang-undangan.

Ruang Lingkup Asuhan Mandiri

58
Pembentukan Kelompok Asuhan Mandiri

Pembentukan Kelompok Asuhan Mandiri memperhatikan


hal-hal berikut:
 Prinsip
 Persyaratan
 Pembentukan kelompok
 Pasca pembentukan kelompok Penatalaksanaan
Asuhan Mandiri

Penatalaksanaan Asuhan Mandiri

Penatalaksnaan Asuhan Mandiri dilaksanakan di:


 Tingkat Pusat
 Tingkat Provinsi
 Tingkat Kabupaten/Kota
 Tingkat Kecamatan
 Tingkat Desa/kelurahan Tingkat Kelompok Asuhan
Mandiri

Pembinaan Asuhan Mandiri

Pelaksana Asuhan Mandiri dilaksanakan di tingkat pusat,


tingkat provinsi, tingkat kabupaten/kota, dan di lingkup
wilayah puskesmas.

59
Pengembangan Asuhan Mandiri

Pengembangan Asuhan Mandiri dilakukan dengan


beberapa metode. Adapun metode-metode tersebut dapat
dilihat pada gambar berikut:

Pengembangan Asuhan Mandiri

Pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA)

Beberapa alasan pemanfaatan TOGA adalah sebagai


berikut:
1. Murah, aman dan mudah di dapat karena ada di
sekitar kita
60
2. Dapat meningkatkan asupan gizi keluarga.
3. Menciptakan keindahan dan penghijauan
lingkungan.
4. Untuk melestarikan warisan budaya bangsa.
5. Penggalian jenis tanaman lokal asli daerah
setempat/tanaman langka yang berkhasiat obat.
Menambah pendapatan keluarga.

Akupresur pada Kesehatan Tradisional

Beberapa hal penting tentang akupresur adalah:


1. Aman dan mudah dilakukan untuk diri sendiri
maupun untuk keluarga (dengan titik-tik yang
terpilih)
2. Akupresur dapat mencegah dan mengatasi gangguan
kesehatan ringan yang ada di masyarakat
3. Memelihara dan Meningkatkan daya tahan tubuh
4. Memulihkan kesehatan Aman, bermanfaat dan dapat
dilakukan sendiri (asuhan mandiri).

61
http://sebartani.com/2018/09/06/mari-budidayakan-
taman-obat-keluarga-toga/
http://sebartani.com/2018/09/06/mari-budidayakan-
taman-obat-keluarga-toga/

MARI BUDIDAYAKAN
TANAMAN OBAT
KELUARGA (TOGA)
Rizki Ramadhani | September 6, 2018 | Tanaman Obat | No Comments

Berdasarkan literatur dari wikipedia bahwa tanaman obat


keluarga (disingkat TOGA) adalah tanaman hasil budidaya
rumahan yang berkhasiat sebagai obat. Taman obat keluarga pada
hakekatnya adalah sebidang tanah, baik di halaman rumah, kebun
ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman
yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan
keluarga akan obat-obatan. Kebun tanaman obat atau bahan obat
dan selanjutnya dapat disalurkan kepada masyarakat, khususnya
obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Budidaya tanaman obat
untuk keluarga (TOGA) dapat memacu usaha kecil dan
menengah di bidang obat-obatan herbal sekalipun dilakukan
secara individual. Setiap keluarga dapat membudidayakan
tanaman obat secara mandiri dan memanfaatkannya, sehingga
akan terwujud prinsip kemandirian dalam pengobatan keluarga.
TOGA yang dulunya dikenal sebagai Tanaman Obat Keluarga
sekarang penyebutannya merupakan Taman Obat Keluarga yang
diharapkan menambah nilai estetika dan fungsi lingkungan jika
diatur menjadi taman yang cantik dan hijau.

62
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2016 tentang Upaya Pengembangan Kesehatan Tradisional
melalui Asuhan Mandiri Pemanfaatan Taman Obat Keluarga dan
Keterampilan berisi bahwa masyarakat agar berperan aktif dalam
memanfaatkan Taman Obat Keluarga dan Keterampilan sebagai
bagian dari upaya kesehatan tradisional, masyarakat agar dapat
melakukan perawatan kesehatan secara mandiri untuk mengatasi
gangguan kesehatan ringan dan memelihara kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya Asuhan Mandiri
Pemanfaatan Taman Obat Keluarga dan Keterampilan yang
dibina antar lintas program kementerian dan lintas sektor
kementerian.

Arah kebijakan kesehatan yang memperkuat upaya peningkatan


kesehatan dan pencegahan penyakit serta pemberdayaan
masyarakat dapat dipenuhi salah satunya oleh pelayanan
63
kesehatan tradisional yang berorientasi pada upaya menyehatkan
yang sakit dan mempertahankan yang sehat sekaligus
meningkatkan kualitas hidup seseorang dengan memanfaatkan
Taman Obat Keluarga dan Keterampilan. Paradigma pengobatan
yang dulunya kuratif menjadi promotif dan preventif dapat
dilakukan melalui adanya asuhan mandiri. Mengenai bagaimana
Asuhan Mandiri termasuk pembentukan kelompok,
penatalaksanaan mulai tingkat pusat hingga kelompok dan
pembinaannya dapat dilihat langsung pada Permenkes No 9
Tahun 2016 tersebut di atas.

64
https://growup-clinic.com/2011/09/12/pemanfaatan-toga-
tanaman-obat-keluarga/

PEMANFAATAN TOGA-TANAMAN OBAT KELUARGA


12 September 2011 · by Dokter Indonesia · in Pendidikan Kesehatan. ·

Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah tanaman hasil budidaya


rumahan yang berkhasiat sebagai obat.Taman obat keluarga pada
hakekatnya adalah sebidang tanah, baik di halaman rumah, kebun
ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman
yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan
keluarga akan obat-obatan.Kebun tanaman obat atau bahan obat dan
selanjutnya dapat disalurkan kepada masyarakat, khususnya obat
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.Budidaya tanaman obat untuk
keluarga (TOGA) dapat memacu usaha kecil dan menengah di bidang
obat-obatan herbal sekalipun dilakukan secara individual.Setiap
keluarga dapat membudidayakan tanaman obat secara mandiri dan
memanfaatkannya, sehingga akan terwujud prinsip kemandirian
dalam pengobatan keluarga
Flora dan fauna serta mineral yang berkhasiat sebagai chat harus
dikembangkan
dan disebar luaskan agar maksimal mungkin dapat dimanfaatkan dalam
upaya-upaya
kesehatan masyarakat. Khususnya untuk tanaman chat penyebar luasannya
dapat
dilakukan melalui TOGA (tanaman chat keluarga). Pengertian TOGA Toga
adalah
singkatan dari tanaman chat keluarga. Taman obat keluarga pada
hakekatnya
sebidang tanah baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang
digunakan untuk

65
membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka
memenuhi
keperluan keluarga akan obat-obatan. Kebun tanaman ohat atau bahan ohat
dan
selanjutnya dapat disalurkan kepada masyarakat , khususnya obat yang
berasal
dari tumbuh-tumbuhan. Pemanfaatan Tanaman Obat Berbicara tentang
pemanfaatan
tanaman obat atau bahan obat alam pada umumnya sebenarnya bukanlah
merupakan hal
yang baru. Sejak terciptanya manusia di permukaan bumi, telah diciptakan
pula
alam sekitarnya mulai dari Baru itu pula manusia mulai mencoba
memanfaatkan alam
sekitarnya untuk memenuhi keper uan alam kehidupannya, termasuk
keperluan akan
obat-obatan dalam angka mengatasi masalah-masalah kesehatan yang
dihadapinya.
Kenyataan menunjukkan bahwa dengan bantuan obat-obatan asal bahan
alam tersebut,
masyarakat dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya.
Hal ini
menunjukkan bahwa chat yang berasal dari sumber bahan alam khususnya
tanaman
telah memperlihatkan peranannya dalam penyelenggaraan upaya-upaya
kesehatan
masyarakat.

Pemanfaatan TOGA juga dapat digunakan sebagai sarana untuk


memperbaiki status gizi masyarakat, sebab banyak tanaman obat yang 
dikenal sebagai tanaman penghasil buah-buahan atau sayur-sayuran
misalnya lobak,  saledri, pepaya dan lain-lain. Juga sebagai sarana untuk
pelestarian alam Apabila pembuatan tanaman obat alam tidak diikuti
dengan upaya-upaya pembudidayaannya  kembali, maka sumber bahan obat
alam itu terutama tumbuh tumbuhan akan mengalami  kepunahan.
Pemanfaatan TOGA juga dapat diipakai sebagai sarana penyebaran gerakan
penghijauan. Untuk menghijaukan
bukit-bukit yang saat ini mengalami penggundulan, dapat dianjurkan
penyebarluasan penanaman tanaman obat yang berbentuk pohon-pahon
misalnya pohon
asam, pohon kedaung, pohon trengguli dan lain-lain.

66
Secara ekonomis pemanfaatan TOGA dapat digunakan sebagai sarana
untuk pemertaan
pendapatan Toga disamping berfungsi sebagai sarana untuk menyediakan
bahan obat
bagi keluarga dapat pula berfungsi sebagai sumber pengbasilan bagi
keluarga
tersebut. Selain itu pemanfaatan TOGA juga sebagai sarana keindahan
Dengan adanya Toga dan bila di tata dengan baik maka hal ini akan
menghasilkan keindahan bagi orang/masyarakat yang ada di  sekitarnya.
Untuk menghasilkan keindahan diperlukan perawatan terhadap tanaman 
yang di tanam terutama yang ditanam di pekarangan rumah.

Sejarah dan Budaya TOGA di Seluruh Dunia


Pada zaman Mesir kuno (Tahun 2500 Sebelum Masehi), para budak diberi
ransum bawang untuk membantu menghilangkan banyak penyakit demam
dan infeksi yang umum terjadi pada masa itu.Sejak itulah catatan pertama
tentang penulisan tanaman obat dan berbagai khasiatnya telah dikumpulkan
oleh orang-orang mesir kuno. Sejumlah besar resep penggunaan produk
tanaman untuk pengobatan berbagai penyakit, gejala-gejala penyakit dan
diagnosanya tercantum dalam (Papyrus Ehers). Pada saat itu, para pendeta
Mesir kuno telah melakukan dan mempraktekkan pengobatan herbal.
Bangsa Yunani kuno juga banyak menyimpan catatan mengenai
penggunaan tanaman obat yaitu Hyppocrates (Tahun 466 Sebelum
Masehi), Theophrastus (Tahun 372 Sebelum Masehi) dan Pedanios
Dioscorides (Tahun 100 Sebelum Masehi) membuat himpunan keterangan
terinci mengenai ribuan tanaman obat dalam De Materia Medica.Orang-
orang Yunani kuno juga telah melakukan pengobatan herbal.Mereka
menemukan berbagai tanaman obat baru, seperti rosemary dan lavender
pada saat mengadakan perjalanan ke berbagai daratan lain.
Tanaman obat di Cina berlangsung sekitar 3.000 tahun yang lalu, ketika
muncul penyembuhan kerapuhan tulang oleh dukun Wu.[4] Pada waktu itu,
penyakit ini diyakini disebabkan oleh kekuatan jahat, sehingga menurut
dukun Wu diperlukan obat dari tanaman untuk mengusir kekuatan jahat
itu.Bahkan, bahan penyembuhan tertua dalam sejarah telah ditemukan di
China, di mana makam seorang bangsawan Han ditemukan untuk
menyimpan data medis yang ditulis pada gulungan sutra.Gulungan sutra
berisi daftar 247 tumbuh-tumbuhan dan bahan-bahan yang digunakan
dalam menyembuhkan penyakit.
Di Inggris, penggunaan tanaman obat dikembangkan bersamaan dengan
didirikannya biara-biara di seluruh negeri.Setiap biara memiliki tamanan
obat masing-masing yang digunakan untuk merawat para pendeta maupun
para penduduk setempat.Pada beberapa daerah, khususnya Wales dan

67
Skotlandia, orang-orang Druid dan para penyembuh Celtik menggunakan
obat-obatan dalam perayaan agama dan ritual mereka.Pengetahuan tanaman
obat semakin berkembang dengan terciptanya mesin cetak pada abad ke 15,
sehingga penulisan mengenai Tanaman-Tanaman Obat dapat
dilakukan.Sekitar tahun 1630, John Parkinson dari London menulis
mengenai tanaman obat dari berbagai tanaman. Nicholas Culpepper ( 1616-
1654 ) dengan karyanya yang paling terkenal yaitu The Complete Herbal
and English Physician, Enlarged, diterbitkan pada tahun 1649. Pada tahun
1812, Henry Potter telah memulai bisnisnya menyediakan berbagai tanaman
obat dan berdagang lintah.Sejak saat itu banyak sekali pengetahuan
tradisional dan cerita rakyat tentang tanaman obat dapat ditemukan mulai
dari Inggris, Eropa, Timur Tengah, Asia, dan Amerika, sehingga Potter
terdorong untuk menulis kembali bukunya Potter’s Encyclopaedia of
Botanical Drug and Preparatians, yang sampai saat inipun masih
diterbitkan.[2] Tahun 1864, National Association of Medical
Herbalists didirikan dengan tujuan mengorganisir pelatihan para praktisi
pengobatan secara tradisional, serta mempertahankan standar-standar
praktek pengobatan.
Di Indonesia, pemanfaatan tanaman sebagai obat-obatan juga telah
berlangsung ribuan tahun yang lalu.Pada pertengahan abad ke XVII
seorang botanikus bernama Jacobus Rontius (1592 – 1631) mengumumkan
khasiat tumbuh-tumbuhan dalam bukunya De Indiae Untriusquere Naturali
et Medica.Meskipun hanya 60 jenis tumbuh-tumbuhan yang diteliti, tetapi
buku ini merupakan dasar dari penelitian tumbuh-tumbuhan obat oleh N.A.
van Rheede tot Draakestein (1637 – 1691) dalam bukunya Hortus Indicus
Malabaricus.[3] Pada tahun 1888 didirikan Chemis Pharmacologisch
Laboratorium sebagai bagian dari Kebun Raya Bogor dengan tujuan
menyelidiki bahan-bahan atau zat-zat yang terdapat dalam tumbuh-
tumbuhan yang dapat digunakan untuk obat-obatan.Selanjutnya penelitian
dan publikasi mengenai khasiat tanaman obat-obatan semakin berkembang.

Pemanfaatan Tanaman Obat (TOGA)


Pada bagian tanaman seperti yang tercantum di bawah ini dapat
dimanfaatkan sebagai obat. Bagian tanaman terdiri dari bagian daun, kulit
batang, buah, biji, bahkan pada bagian akarnya.

68
http://diskes.baliprov.go.id/id/ASUHAN-MANDIRI-KESEHATAN-
TRADISIONAL-UNTUK-MENJAGA-KESEHATAN

ASUHAN MANDIRI KESEHATAN TRADISIONAL


UNTUK MENJAGA KESEHATAN
Kamis, 20 Oktober 2016
Potensi kekayaan alam serta tanaman obat asli Indonesia
telah diyakini sejak dahulu hingga kini dalam mengatasi
gangguan kesehatan. Meskipun obat dan metode
pengobatan konvensional makin berkembang tetapi
pengobatan tradisional tidak pernah sepenuhnya
ditinggalkan karena sudah menjadi budaya warisan turun
temurun dalam masyarakat. Sebenarnya tidak ada yang
salah dengan metode dan obat tradisional, hanya saja tidak
semua pernah dikaji dan diteliti manfaatnya oleh ilmuwan.

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan bekerja


sama dengan peneliti melakukan serangkaian penelitian
terhadap obat dan metode pengobatan tradisional. Dan
telah didukung oleh aturan perundang-undangan terkait
sebagai payung hukumnya. Karena demikian pentingnya
pengobatan tradisional ini maka saat ini dibuatkan satu
Direktorat tersendiri di Kementerian Kesehatan untuk
pelayanan pengobatan tradisional dengan tujuan
memberikan rasa aman bagi masyarakat dalam
memanfaatkan pengobatan tradisional sekaligus sebagai
perlindungan kekayaan budaya leluhur bangsa.

Secara garis besar metode pengobatan tradisional terbagi


atas metode ramuan dan keterampilan. Metode ramuan
69
adalah segala sesuatu yang berasal dari tanaman atau
hewan dalam bentuk cairan. Yang tentunya sangat terkenal
dan sudah mendunia contohnya adalah jamu. Sedangkan
metode keterampilan adalah metode pengobatan
tradisional dengan menggunakan alat, energi atau
sentuhan pada permukaan tubuh. Misalnya pijat, akupuntur
atau supranatural.

Pengobatan tradisional ini sebenarnya sangat bermanfaat


dalam menjaga kesehatan. Dapat juga dilakukan untuk
mempercepat penyembuhan, bila dilakukan secara sinergi
dengan metode pengobatan konvensional.

Apa itu ASUHAN MANDIRI? 


Asuhan mandiri atau selfcare adalah suatu upaya yang
dilakukan oleh manusia untuk mengatasi masalah
kesehatan ringan yang dikeluhkan ataupun untuk
meningkatkan kesehatan dan kebugaran bagi diri sendiri
dan keluarga agar tidak mudah jatuh sakit.

Asuhan mandiri kesehatan tradisional berarti selfcare yang


dilakukan dengan obat dan metode tradisional. Dalam hal
ini obat dan metode yang dilakukan adalah dengan
pemanfaatan taman obat keluarga (TOGA) dan pijatan
akupresur.

Apa itu TOGA? 


Taman obat keluarga atau TOGA adalah sekumpulan
tanaman yang berkhasiat obat yang dapat ditanam di
sekitar rumah dan kemudian dimanfaatkan untuk menjaga
kesehatan. Jenisnya sangat banyak, yang umum
ditemukan misalnya temu-temuan, daun sirih, pegagan,
dan lainnya.

70
Apa itu akupresur? 
Akupreusur adalah metode pemijatan yang efektif untuk
meningkatkan kesehatan ataupun mengatasi masalah
kesehatan dengan melakukan penekanan pada titik tubuh
tertentu. Misalnya tekanan pada titik di perpotongan garis
tegak lurus dari sudut kuku jari kelingking sebanyak 30 kali,
sangat efektif untuk memperlancar ASI pada ibu menyusui.

Apakah metode ini efektif ? 


Tentu saja, karena sudah diuji oleh Kementerian
Kesehatan.

Apa ada ramuan dan akupresur lainnya untuk mengatasi


masalah kesehatan ? 
Tentu ada. Dalam artikel ini akan kami sampaikan
beberapa masalah kesehatan yang dapat diatasi lengkap
dengan ramuan dan titik akupresurnya. Tetapi mohon maaf
belum ada ramuan ataupun pijatan yang bisa mengatasi
masalah sakit hati karena putus cinta

Siapa saja yang bisa memanfaatkan Asuhan Mandiri ? 


SEMUA ORANG dapat memanfaatkannya SETELAH
mendapatkan pengetahuan yang benar dari para
71
FASILITATOR yang sebelumnya sudah dilatih oleh
Kementerian Kesehatan ataupun oleh Dinas Kesehatan
Provinsi Bali. FASILITATOR dimaksud adalah petugas
Puskesmas yang sudah dilatih (akupresur dan ramuan),
tersebar di 9 Kabupaten Kota. Daftar Puskesmas yang
memiliki fasilitator akan kami informasikan juga dalam
artikel ini.

Selanjutnya Fasilitator yang sudah terlatih akan


menularkan ilmunya kepada kelompok masyarakat terpilih
melalui program yang dilaksanakan di puskesmas.
Diaharapkan kelompok masyarakat yang dilatih ini
kemudian akan menggetok-tularkan ilmunya kepada
keluarga dan masyarakat di lingkungannya. Sehingga pada
akhirnya seluruh masyarakat akan memiliki pengetahuan
tentang ramuan dan akupresur serta dapat
memanfaatkannya demi menjaga kesehatan diri sendiri
dan keluarganya.

72

Anda mungkin juga menyukai