Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN IMAN DAN

AKHLAK

“Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
diantara mereka akhlaknya.” (HR Tirmidzi, ia berkata: hadis hasan shahih)

 Disusun oleh ● Ichwatunnida (3422119140)


 Ani Darlia (3422119032)
PENDAHULUAN

Sesungguhnya antara akhlak dengan iman terdapat hubungan yang sangat kuat sekali,
karena akhlak yang baik itu sebagai bukti dari keimanan dan akhlak yang buruk sebagai
bukti atas lemahnya iman semakin sempurna akhlak seseorang Muslim berarti
semakin kuat imannya. Rasulullah SAW bersabda :

“ Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang akhlaknya paling baik di
antara mereka.“

Akhlak dan Iman adalah bagian dasar atau pondasi dalam kehidupan manusia. Tidak akan
muncul akhlak yang baik bila tanpa iman. Begitupun tidak akan sempurna keimanan jika tanpa
akhlak yang baik. Untuk itu, akhlak dan keimanan tidak dapat dipisahkan sendiri-sendiri.
Semuanya sangat bergantung dan saling mempengaruhi.

 Dalam makalah ini, saya akan memaparkan tentang Hubungan Akhlak dengan Iman
PEMBAHASAN
HUBUNGAN IMAN DAN AKHLAK

Akhlak dan Iman adalah bagian dasar atau pondasi dalam kehidupan manusia. Tidak akan
muncul akhlak yang baik bila tanpa iman. Begitupun tidak akan sempurna keimanan jika tanpa
akhlak yang baik. Untuk itu, akhlak dan keimanan tidak dapat dipisahkan sendiri-sendiri.
Semuanya sangat bergantung dan saling mempengaruhi.

Iman adalah pondasi dalam diri seorang muslim. Adanya keimanan mempengaruhi bagaimana
seorang muslim berperilaku, melaksanakan pekerjaan atau aktifitas, dan juga menjalankan
kehidupannya sehari-hari. Kehidupan seorang tanpa keimanan pasti akan rapuh sebagaimana
rumah atau bangunan tanpa adanya pondasi yang kuat. Berikut adalah penjelasan
mengenai Hubungan Akhlak dengan Iman

♦ Pengertian Iman

Ajaran-ajaran Nabi Muhammad SAW yang paling fundamental adalah bertauhid kepada ke-
Esaan Allah SWT, yang ditunjukkan dengan Kalimat Syahadat: "Laa Ilaaha illallah (Tiada
Tuhan selain Allah)". Kalimat mulia ini menjadi landasan dasar dan inti Islam, yang
membedakan mana seorang Muslim, dan mana yang tidak beriman--yang menyekutukan Allah
SWT).

Nabi Muhammad SAW bersabda: "Iman adalah Engkau percaya kepada Allah, Malaikat-
malaikat-NYA, Kitab-kitab-NYA, Hari Kebangkitan/Kiamat, Qodlo dan Qodar atau kuasa-
NYA." (HR. Bukhari). Iman, merupakan kunci pokok dalam membentuk ke-Islam-an seseorang;
antara Iman dan Islam merupakan satu kesatuan yang saling mengisi. Iman tidak ada artinya
tanpa amal saleh, dan amal saleh akan sia-sia jika tidak dilandasi Iman.

Seperti telah kita ketahui bahwa banyak hadist yang telah menjelaskan masalah Iman dan ciri-
ciri keimanan, antara lain:
         Imanitu mempunyai tujuh puluh cabang; mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah adalah yang
paling utama, memindahkan duri yang mengganggu di jalan adalah yang paling ringan, dan malu
adalah sebagian dari Iman.

        Tidak beriman salah seorang diantara kamu sehingga mencintai saudaranya sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri.

         Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka janganlah menyakiti tetangga.

         Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka muliakanlah tamunya.

         Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata benar atau (jika tidak
bisa) lebih baik diam.

         Tidaklurus Iman seorang hamba sebelum lurus hatinya, dan tidak lurus hatinya sebelum lurus
lidahnya.

Contoh hadits yang didalam nya tentang iman,

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia tidak menyakiti
tetangganya, barangisiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia
memuliakan tamunya, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya
ia berkata baik atau diam.” (Muttafaq ‘alaih)

“Tidak beriman salah seorang diantara kalian, hingga ia menyukai untuk saudaranya sesuatu
yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (Muttafaq ‘alaih)
Keimanan yang Harus Ada Pada Seorang Muslim

Sebagaimana rukun iman, maka seorang muslim harus meyakini dan mendasarkan kehidupannya
berdasarkan rukun iman ini.

1. Iman Kepada Allah

Memiliki keimanan kepada Allah artinya adalah meyakini secara benar dan perbuatan bahwa
Allah adalah satu-satunya Tuhan, Lillah yang layak untuk disembah. Dalam hal ini meyakini
betul bahwa tidak ada pesaing atau yang dapat menandingi kekuatan atau keagungan selain dari
keagungan Allah SWT. Fungsi Iman Kepada Allah SWT, dan Manfaat Beriman Kepada Allah
SWT sangat banyak sekali, karena dengannya kita bisa benar-benar merasakan kebermaknaan
hidup dan bergantung hanya kepada Allah Yang Maha Esa dan Agung.

Hal ini sebagaimana disampaikan dalam ayat berikut:

“Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-
Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun
yang setara dengan Dia.” (QS : Al Ikhlas : 1-4)

2. Iman Kepada Malaikat Allah

“Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya
kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang
di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat- malaikat Kami itu
tidak melalaikan kewajibannya” (QS Al An-am : 61)

Disampaikan dalam ayat diatas bahwa kekuasaan Allah diantaranya adalah adanya malaikat yang
mengawal manusia dalam perilaku keseharian. Untuk itu, keimanan kepada malaikat adalah
bagian yang tidak boleh terpisahkan dari keimanan terhadap Allah. Hikmah Beriman Kepada
Malaikat Allah tentunya dapat menambah keyakinan kita akan Allah serta benar-benar menjaga
diri dari perbuatan tercela. Malaikat yang diutus Allah tentunya senantiasa menjalankan tugas
untuk mengawal dalam kehidupan manusia, tanpa menawar.

3. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah

Beriman kepada kitab Allah artinya meyakini kebenaran akan kitab-kitab Allah serta dari
keyakinan tersebut, menjadikannya sebagai pedoman kehidupan. Meyakini kitab Allah berarti
juga siap menjalankan seluruh isinya beserta apa yang menjadi perintah di dalamnya. Fungsi
Iman Kepada Kitab Allah menjadikan kita hidup dalam jalan kebenaran dan senantiasa terpacu
untuk menerapkanya dalam kehidupan keseharian.

4. Iman Kepada Rasul-Rasul Allah

“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian
pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan
antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan:
“Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali.” (QS Al Baqarah : 285)

Di ayat diatas ditunjukkan bahwa Rasul adalah orang yang beriman terhadap Al-Quran dan
Allah. Untuk itu, sebagaimana Rasul diturunkan sebagai teladan dan memberikan petunjuk
kepada manusia, maka seorang muslim harus meyakini dan mengikuti jalan kehidupan rasul-
rasul Allah, tanpa terkecuali.

Keimanan pada Rasul Allah, khususnya umat Nabi Muhammad dapat dilakukan dengan cara
mengikuti sunnahnya. Sunnah-sunnah Rasul contohnya adalah dalam melaksanakan  Sunnah
Sebelum Tidur sesuai ajaran Rasul, Adab Ziarah Kubur , Cara Makan Rasulullah ,
melaksanakan  Cara Mandi Dalam Islam , Zikir Sebelum Tidur , melaksanakan  Macam Macam
Shalat Sunnah, melaksanakan Proses Pemakaman Jenazah Menurut Islam, dsb.

5. Iman Kepada Hari Akhir

Iman kepada Hari Akhir tentunya adalah bagian dari keimanan yang sangat penting. Iman
kepada hari akhir bearti meyakini bahwa dunia ini hanyalah sementara saja sedangkan akhirat
adalah tempat yang paling akhir untuk berpulang. Hari akhir ditandai dengan terjadinya kiamat
dan kehancuran alam semesta, kecuali hanya Allah SWT.

6. Iman Kepada Qada dan Qadar

Iman kepada Qada dan Qadar adalah meyakini akan ketetapan-ketetapan yang telah Allah
berikan. Dalam hal ini berarti meyakini akan kodrat dan takdir yang telah ditetapkan oleh Allah.
Contohnya, sudah menjadi takdir bahwa seorang wanita memilili fungsi untuk mengandung dan
menyusui sedangkan pria tidak. Pria yang ingin menjadi wanita tentu akan merusak sistem tubuh
dan kodratnya sebagai laki-laki yang malah menuju kehancuran atau ketidakseimbangan.
♦ Pengertian Akhlaq

Sebelum kita memahami pengertian akhlaq, baiklah jika kita perhatikan terlebih dahulu bahwa
obyek dari akhlaq adalah manusia. Manusia adalah mahluk Allah yang diciptakan-Nya dengan
sebaik-baiknya kejadian, diberiNya akal dan nafsu agar dia dapat memikirkan mana yang baik
dan mana yang buruk, yang memberi manfaat dan mudharat, mana yang halal dan mana yang
haram, dan sebagainya.

Menurut definisi yang dikemukakan oleh Al-Ghazali, akhlak adalah; “suatu sifat yang tertanam
dalam jiwa (manusia) yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan, tanpa
telalu banyak pertimbangan dan pemikiran yang larna”.

Akhlaq adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang daripadanya lahir
perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan, atau
penelitian. Jika keadaan (hal) tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut
pandangan akal dan syaria (hukum Islam), disebut Akhlaq yang mulia. Jika perbuatan-perbuatan
yang timbul itu tidak baik, dinamakan akhlaq yang buruk.

Kata "akhlaq", secara etimologis berarti;


1) Tabiat, budi pekerti
2) kebiasaan atau adat
3) keperwiraan, kesatriaan
4) agama
5) kemarahan.

Karena akhlaq merupakah suatu keadaan yang melekat di dalam jiwa, maka suatu perbuatan baru
disebut akhlaq kalau terpenuhi beberapa syarat

1.      Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang

2.      Perbuatan itu timbul dengan mudah tanpa dipaksaan, pdipikirkan atau diteliti lebih dahulu,
sehingga ia benar-benar merupakan suatu kebiasaan. Jika perbuatan itu timbul karena terpaksa
atau setelah dipikirkan dan dipertimbangkan, atau dibuat-buat, tidak disebut akhlaq.

Akhlaq menempati posisi yang sangat penting dalam Islam, sehingga setiap aspek dari ajaran
agama ini selalu berorientasi pad pembentukan dan pembinaan akhlaq yang mulia.

Sabda Rasulullah SAW; "Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia"
(HR Ahmad, Baihaqi, dan Malik).
        Mukmin yang paling sempurna imannya, adalah orang yang paling baik akhlaqnya. (HR
Ahmad)

         Taqwakepada Allah dan akhlaq yang paling baik adalah sesuatu yang paling banyak membawa
manusia ke dalam srga (HR. Tirmizi).

Akhlaq Nabi Muhammad SAW biasanya juga disebut akhlaq Islam. Karena akhlaq ini
bersumber dari Al Qur'an dan Al Qur'an datang dari Allah SWT, maka akhlaq Islam mempunyai
ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan Akhlaq Wa'diyah (ciptaan manusia).

Ciri-ciri itu antara lain:

1.      Kebaikan bersifat mutlak (al khairiyyah al mutlaqah), yaitu kebaikan yang terkandung dalam
akhlaq Islam, merupakan kebaikan yang murni, baik untuk individu maupun untuk masyarakat,
di dalam lingkungan, keadaan, waktu, dan tempat apapun.

2.     Kebaikan yang bersifat menyeluruh ( as-salahiyyah al-'amamah), yaitu kebaikan yang


terkandung di dalamnya merupakan kebaikan untuk seluruh umat manusia di segala zaman dan
di semua tempat.

3.      Tetap, langgeng dan mantap yaitu kebaikan yang terkandung di dalamnya bersifat tetap, tidak
berubah oleh perubahan waktu dan tempat, atau perubahan kehidupan masyarakat.

4.      Kewajiban yang harus dipatuhi (a- ilzam al mustajab), yaitu kebaikan yang terkandung dalam
akhlaq Islam, merupakan hukum yang harus dilaksanakan, sehingga ada sanksi hukum tertentu
bagi orang yang tidak melaksanakannya.

5.      Pengawasan yang menyeluruh (ar-raqabah al-muhitah), karen Akhlaq Islam bersumber dari
Allah, maka pengaruhnya lebih kuat dari akhlaq ciptaan manusia.

Akhlaq yang mulia dan terpuji menurut ajaran Islam antara lain:

1.      BERANI, dalam segala hal yang positif, baik mengatakan dan membela kebenaran serta dalam
menghadapi tantangan dan ancaman.

2.      ADIL, dalam memutuskan sesuatu tanpa membedakan kedudukan, status sosial ekonomi,
maupun hubungan kekerabatan.

3.      BIJAKSANA, dalam menghadapi dan memutuskan sesuatu.


4.      MENDAHULUKAN, kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri.

5.      PEMURAH, dan suka menafkahkan hartanya, baik pada waktu lapang maupun pada waktu
susah.

6.      IKHLAS, dalam melaukan setiap amal perbuatan semata-mata karena Allah SWT.

7.      CEPAT BERTOBAT, dan meminta ampun kepada Allah SWT jika melakukan sesuatu
perbuatan dosa.

8.      JUJUR dan BENAR, adalah suatu sifat yang terpuji termasuk Akhlaq Mahmudah.

9.      TENANG, dalam menghadapi berbagai masalah, tidak berkeluh kesah, dan gundah gulana.

10.  AMANAH, dapat dipercaya baik terhadap Allah, sesama mahluk, dan terhadap diri sendiri

♦ Hubungan Iman Dan Akhlak

Para ulama sepakat bahwa iman harus nampak secara lahir dalam bentuk perilaku dan amal
ketaatan. Akhlak adalah diantaranya. Akhlak merupakan parameter ketinggian iman yang ada
dalam diri seorang hamba. Kuat dan lemahnya keimanan seseorang dapat dilihat dari sebaik apa
kualitas akhlaknya. Akhlak yang buruk mencerminkan keimanan yang lemah, sementara akhlak
yang baik menunjukkan keimanan yang kuat.

Orang beriman hidup demi satu risalah yang agung, beramal demi satu tujuan yang mulia, dan
hidup di bawah naungan nilai-nilai luhur. Ia hidup untuk dan di atas nilai-nilai luhur tersebut,
yaitu merasa dekat dengan Allah, meneladani akhlak-Nya, dan berusaha meraih ridha-Nya. Di
jalan nilai-nilai ini ia berjuang mengalahkan nafsunya serta meredam tirani naluri hewani dan
syahwatnya, demi ridha-Nya, guna meraih apa yang ada di sisi-Nya, karena percaya akan pahala-
Nya

Upaya meneladani akhlak Allah artinya adalah upaya sungguh-sungguh dan lestari menuju
keluhuran dan kesempurnaan; usaha berkelanjutan untuk meneladani kesempurnaan Tuhan
sesuai dengan kemampuan dan kesiapan manusia.
Bukti bahwa akhlak itu sangat penting telah di kibarkan oleh Rasulullah SAW dalam
sebuah hadis beliau, sebagai berikut:
Artinya: Dari Aisyah ra., ia berkata : Saya mendengar Rasulullah saw. Barsabda: “Sesungguhnya
orang mukmin dengan budi pekerti yang baik, dapat mengejar derajat orang yang selalu
berpuasa dan selalu salat malam

Hadis di atas sudah jelas sekali bahwa antara iman dan akhlak sangat urgen sekali, dilihat
dari hadis yang pertama bahwa orang mukmin dapat mengejar derajatnya orang-orang yang
selalu berpuasa dan salat malam manakala ia bisa berperangai atau berbudi pekerti yang baik.
Juga dalam hadis yang kedua bahwa bermuka manis dapat memberikan pertolongan dalam
mencegah sesuatu yang membahayakan, artinya bermuka manis adalah budi pekerti yang baik
terhadap sesama muslim.
Itulah pentingnya budi pekerti luhur atau dikenal dengan akhlakul karimah dalam setiap
diri orang mukmin, maka tidaklah dikatakan orang mukmin yang sejati manakala ia masih belum
mempunyai budi pekerti yang baik ini.

Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik diantara mereka
akhlaknya.” (HR Tirmidzi, ia berkata: hadis hasan shahih)

Dari hadis-hadis diatas, sangat jelas kaitan iman dengan akhlak. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam mempersyaratkan akhlak bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
menafikan kesempurnaan iman dari orang yang tidak berakhlak, dan mengabarkan bahwa
kesempurnaan iman orang beriman ditentukan oleh kebaikan akhlak mereka.

Akhlak merupakan nilai suatu perilaku atau tindakan dengan baik atau buruk. Akhlak yang baik
atau buruk dalam islam tentu didasarkan kepada pondasi islam yaitu rukun iman dan rukun
islam. Sedangkan, orang-orang yang tidak memiliki agama akan melandaskan kebaikan
akhlaknya pada penalaran diri sendiri atau sekedar hawa nafsunya semata. Untuk itu, akhlak
yang berlandaskan kepada hawa nafsu akan rusak dengan sendirinya.
Akhlak seorang muslim tentu berdasar kepada keyakinannya terhadap Allah, Malaikat, Kitab,
Rasul, Hari Akhir, dan Qada&Qadar. Dengan adanya hal tersebut, seorang muslim akan
mengatur akhlaknya bagaimana sesuai dengan aturan Allah, apa yang disampaikan di Al-Quran.
Mereka akan menilai akhlaknya buruk jika tidak sesuai dengan apa yang disampaikan Allah dan
Rasulnya.

Berikut adalah Hubungan Akhlak dengan Iman :

1. Iman Menjadi Dasar Perilaku

Iman adalah dasar perilaku atau akhlak. Tanpa iman atau iman yang keliru tentu akan berefek
pada kelirunya akhlak kita. Sekalipun dalam satu waktu akhlak tampak terlihat baik, namun
belum tentu di lain waktu akan baik pula karena keimanan yang keliru. Untuk itu, iman harus
diasah lebih jika akhlak ingin liner dengannya.

2. Akhlak adalah Bukti Keimanan

Akhlak adalah bukti keimanan. Seseorang yang mengaku beriman namun tidak pernah berakhlak
yang mulia atau sesuai dengan islam, tentu menjadi pertanyaan apakah benar-benar dalam
keimanan yang kuat. Untuk itu, tidak hanya cukup dengan iman, namun harus juga membuktikan
diri dengan akhlak.

3. Iman dan Akhlak adalah Satu Kesatuan

Iman dan akhlak adalah satu kesatuan. Kelak di akhirat nanti, Allah tidak akan mempertanyakan
salah satunya saja, melainkan seluruhnya yaitu iman dan akhlaknya. Orang beriman belum tentu
selamat, jika akhlaknya buruk. Begitupun orang yang tidak beriman, tentu akan mempersulit
akhlaknya menjadi baik.

Bukti keimanan dan akhlak manusia tentunya akan terwujud ketika manusia benar-benar dan
sungguh-sungguh menjalankan hidupnya berdasarkan pada Tujuan Penciptaan Manusia ,
Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam,
dan Hakikat Manusia Menurut Islam yang telah Allah tetapkan. Hal itulah yang nantinya juga
kelak akan dimintai pertanggung jawaban.

 
PENUTUP

Kesimpulan
 
Dari penjelasan diatas dapat disimpulakan bahwa Akhlaq mulia selalu melengkapi sendi
keimanan untuk menuju kepada kesempurnaan kepribadian manusia dan akhlaq baik juga
sangat berperan untuk melengkapinya.Ada enam hal yang dapat membantu seorang
Muslim untuk memperoleh akhlak yang baik, yaitu:

 Iman yang kuat


 niat yang tulus
 ilmu yang bermanfaat
 Amal shaleh
 Sabar
 Doa.

Anda mungkin juga menyukai