Anda di halaman 1dari 90

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

KEPERAWATAN

DI SUSUN OLEH :

Nama: Levito Maitale

NPM : 12114201170193

Kelas : C

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmatnyalah kami dapat
menyelesaikan makalah ini . Namun kami menyadari makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan baik pada teknik penulisan namun materi yang dibahas,
mengingat daftar pustaka yang sangat terbatas , untuk kritik dan saran sangat kami
harapkan demi penyempurnaan makalah ini

Kami mengucapakan terimakasih yang tak terhingga kepada pihak pihak yang
membantu kami dalam menyesaikan makalah ini dan memberikan kepercayaan
kepada kami untuk menyusun makalah ini
DAFTAR ISI

Halaman judul ..................................................................................................


Kata pengantar ..................................................................................................
Daftar isi ...........................................................................................................
Daftar Tabel ......................................................................................................
Daftar Gambar ..................................................................................................
Daftar Lampiran ...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….........
1.1 Latar Belakang ......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum ...............................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus ..............................................................................
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………….........
2.1 Kompetensi…………………………………………..................................
2.1.1 Kompetensi Perawat………………………………………..….........
2.1.2 Standar Kompetensi Perawat………………………………….........
2.2 Tinjauan Perawat……………………..…………………..........................
2.2.1 Pengertian Perawat……………………………………………........
2.2.2 Peran dan Fungsi Perawat……………………………………….....
2.3 Kualitas Pelayanan Kesehatan…………………………… ………...........
2.3.1 Pelayanan Kesehatan……………………………………….............
2.3.2 Syarat-syarat Pelayanan Kesehatan…………………………….......
2.4 Kerangka Konsep ......................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………....
3.1 Desain Penelitian .................................................................................
3.2 Populasi, Sampel, dan Sampling ..........................................................
3.2.1 Populasi ......................................................................................
3.2.2 Sampel ........................................................................................
3.2.3 Besar Sampel…………………………………………………........
3.3 Variabel Penelitian ...............................................................................
3.3.1 Variabel Independen ..................................................................
3.3.2 Variabel Dependen .....................................................................
3.4 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran .......................................
3.5 Tempat dan waktu………………………………………………………..
3.6 Intrumen Penelitian ...................................................................................
3.7 Prosedur PengumpulanData.......................................................................
3.8 Analisis Data .............................................................................................
BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN……………………………………………………….
4.1 Hasil Penelitian ……………………………………………………......
4.1.1 Analisis Uji
Univariat…………………………………………………………...
4.1.2 Analisis
Bivariat…………………………………………………………….
4.2 Pembahasan ……………………………………………………….......
4.2.1 Uji Bivariat……………………………………………………...
4.3 Keterbatasan Penelitian…………………………………………….......

Daftar Pustaka
Lampiran

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel....…………………………….
Tabel 4.1 Gambaran Distribusi Frekuensi Responden di Ruang Rawat
Inap RSUD. Dr. M. Haulussy Ambon Tahun 2017....……….
Tabel 4.2 Gambaran Distribusi Frekuensi Penerapan Prinsip Etik
dalam Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD. Dr. M.
Haulussy Ambon Tahun 2017…………………………….....
Tabel 4.3 Gambaran Distribusi Frekuensi Melakukan Komunikasi
Interpersonal dalam Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat
Inap RSUD. Dr. M. Haulussy Ambon Tahun 2017……….....
Tabel 4.4 Gambaran Distribusi Frekuensi Memfasilitasi Kebutuhan
Cairan dan Elektrolit di Ruang Rawat Inap RSUD. Dr. M.
Haulussy Ambon Tahun 2017…………………………….....
Tabel 4.5 Gambaran Distribusi Frekuensi Kualitas Pelayanan
Kesehatan di Ruang Rawat Inap RSUD. Dr. M. Haulussy
Ambon Tahun 2017................................................................
Tabel 4.6 Hubungan penerapan prinsip etik dalam keperawatan dengan
Kualitas Pelayanan Kesehatan di Ruang Rawat Inap RSUD.
Dr. M. Haulussy Ambon Tahun 2017………………………..
Tabel 4.7 Hubungan Melakukan Komunikasi Interpersonal dalam
Asuhan Keperawatan dengan Kualitas Pelayanan Kesehatan
di Ruang Rawat Inap RSUD. Dr. M. Haulussy Ambon
Tahun 2017…………………………………………………..
Tabel 4.8 Hubungan Memfasilitasi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
dengan Kualitas Pelayanan Kesehatan di Ruang Rawat Inap
RSUD. Dr. M. Haulussy Ambon Tahun 2017……………….
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penilitian……...………...…………………..

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Quesioner Penilitian
Lampiran 5 Master Tabel
Lampiran 6 Hasil SPSS

Hubungan Kompetensi Perawat Dengan Kualitas Pelayanan Kesehatan


Di Ruang Rawat Inap RSUD. Dr. M. Haulussy Ambon
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di rumah sakit
memegang peranan penting dalam upaya mencapai tujuan pembangunan
kesehatan. Keberhasilan pelayanan kesehatan bergantung pada
partisipasi perawat dalam memberikan perawatan yang berkualitas bagi
pasien (Potter & Perry, 2005). Kemampuan perawat dalam memberikan
pelayanan dan pemenuhan kebutuhan pasien dapat dilihat dari kompetensi
yang dimiliki oleh perawat. Hal tersebut menunjukkan bahwa kompetensi
perawat dapat menentukan kualitas dari pelayanan kesehatan.
Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat
terobservasi mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas dengan standar kinerja
(performance) yang ditetapkan. Standar kompetensi perawat
merefleksikan atas kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh individu
yang akan bekerja di bidang pelayanan keperawatan (PPNI Indonesia,
2005). International Council of Nurses atau yang disingkat ICN
mendefinisikan kompetensi yang digunakan dalam kerangka kerja untuk
perawat adalah tingkat kemampuan yang harus dimiliki seorang perawat
untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang ditunjukkan melalui
penerapan pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja yang dipersyaratkan
(ICN, 199:4). Perawat akan mampu mengerjakan suatu tugas/ pekerjaan
(task skills), mengorganisasikan agar pekerjaan tersebut dapat
dilaksanakan (task management skills), memutuskan apa yang harus
dilakukan bila terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana semula
(contigency management skills) dengan menguasai kompetensi tersebut
(Nursalam, 2008). Kompetensi perawat inilah yang akan berorientasi
1
terhadap kualitas kinerja yang akan menjamin mutu pelayanan
keperawatan.
Guna mengetahui apakah perawat memiliki kompetensi di bidang
pelayanan keperawatan, perlu adanya suatu bukti legalitas atau surat tanda
pengakuan terhadap kompetensi yang dimiliki oleh perawat tersebut dalam
pelayanan keperawatan. Tentunya, untuk mendapat surat legalitas untuk
menunjukkan bukti kompetensi di pelayanan kesehatan, perawat perlu
diuji terlebih dahulu. Hasil dari uji komptensi tersebut akan merefleksikan
bagaimana kemampuan atau kompetensi seorang perawat tersebut, PPNI
(2013) .
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 161/Menkes/Per/I/2010 yang
menyatakan tentang Registrasi Tenaga Kesehatan bahwa seluruh tenaga
kesehatan di Indonesia harus memiliki Surat Tanda Registrasi (STR). Tanpa
STR, perawat tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan maupun buka
praktek. STR ini dapat diperoleh dengan syarat perawat yang bersangkutan
telah dinyatakan lulus uji kompetensi nasional. Keputusan diambil sebagai
upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat oleh
karena itu, setiap perawat diwajibkan melaksanakan uji kompetensi
secara nasional hingga dinyatakan layak memberikan pelayanan kesehatan
dan diakui secara hukum dengan kepemilikan Surat Tanda Registrasi
(STR). Aturan kewajiban pemilikan STR tersebut sesuai Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1796/menkes/ per/VIII/2011. Uji kompetensi
perawat akan dilakukan oleh Perhimpunan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI) bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di masing-
masing provinsi(Pembaruan, 2012). Masing- masing provinsi tersebut akan
menyelenggarakan uji kompetensi dengan diikuti peserta yaitu perawat yang
akan melakukan uji kompetensi ulang ataupun perawat yang telah
menyelesaikan pendidikannya (PPNI Indonesia, 2005).
Dalam menghadapi tuntutan kebutuhan masyarakat , khususnya
dalam bidang keperawatan, perawat harus mempunyai kompetensi yang
kompeten. Kompetensi merupakan prasyarat minimal yang harus dimiliki
seorang perawat. Kompetensi mencangkup aspek pengetahuan, kentrampilan
dan sikap kerja. Berdasarkan hasil survei tim Keperawatan - HPEQ Dikti
yang dilakukan pada tahun 2010 dan 2011 di 32 Propinsi tentang Standar
Kompetensi Perawat di berbagai wilayah Indonesia dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran kebutuhan masyarakat/klien tentang Keperawatan.
Survei dilakukan terhadap Direktur RS, Jajaran Manajemen RS, Perawat
Pelaksana dan Klien/masyarakat yang dirawat di Rumah Sakit dan di
Puskesmas diperoleh hasil 97,4% menyatakan bahwa Perawat yang
diinginkan adalah Perawat yang memiliki kompetensi Perawat Profesional.
Untuk menjamin pelayanan/asuhan/asuhan keperawatan yang aman dan
berkualitas bagi masyarakat, maka perlu ditetapkan standar kompetensi
perawat Indonesia. Standar kompetensi ini terdiri dari standar kompetensi
perawat Ahli madya, Ners dan Ners Spesilis yang dapat digunakan dalam
menetapkan kebijakan secara makro (PPNI, 2013). Kerangka kerja
kompetensi perawat Indonesia, meliputi praktik profesional, etis, legal dan
peka budaya, pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan, dan
pengembangan kualitas personal dan profesional.
Dalam penyusunan Standar Kompetensi Perawat Indonesia yang
dilakukan oleh PPNI, AIPNI dan AIPDiKI (2013) mengatakan Kompetensi
dasar yang harus dimiliki oleh setiap Perawat Indonesia pada semua
jenjang, mencakup ; 1 ) Menerapkan prinsip etika dalam keperawatan ; 2)
Melakukan komunikasi interpersonal dalam Asuhan keperawatan ; 3)
Mewujudkan dan memelihara lingkungan keperawatan yang aman melalui
jaminan kualitas dan manajemen risiko (patient safety) ; 4 ) Menerapkan
prinsip pengendalian dan pencegahan infeksi yang diperoleh dari RS ; 5)
Melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah cedera pada Klien ; 6)
Memfasilitasi kebutuhan oksigen ; 7) Memfasilitasi kebutuhan elektrolit dan
cairan ; 8) Mengukur tanda-tanda vital ; 9) Menganalisis,
menginterpertasikan dan mendokumentasikan data secara akurat ; 10)
Melakukan perawatan luka ; 11) Memberikan obat dengan aman dan benar ;
12) Mengelola pemberian darah dengan aman.
Berkaitan dengan hal ini akan dibahas (diteliti) 3 (tiga) dari 12 (dua
belas) kompetensi dasar perawat yaitu menerapkan prinsip etika dalam
keperawatan , melakukan komunikasi interpersonal dalam asuhan
keperawatan dan memfasilitasi kebutuhan elektrolit dan cairan. Perawat harus
mempunyai kemampuan yang baik untuk pasien maupun dirinya didalam
menghadapi masalah menyangkut etika. Seseorang harus berfikir secara
rasional, bukan emosional dalam membuat keputusan etis. Keputusan tersebut
membutuhkan kentrampilan berpikir secara sadar yang diperlukan untuk
menyelamatkan keputusan pasien dan memberikan asuhan. Komunikasi
interpersonal terlihat jelas dalam profesi keperawatan, komunikasi
interpersonal merupakan salah satu kompertensi yang harus dikuasai oleh
perawat. Kompetensi komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu
penyelesaian masalah kesehatan pasien (Nugroho, 2009). Elektrolit dan
cairan sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia.
Kebutuhan cairan sangat diperlukan oleh dalam mengangkut zat makanan
kedalam sel, sisa metabolism, sebagai pelarut elektrolit dan nonelektrolit,
memelihata suhu tubuh mempermudah eleminasi dan membantu pencernaan.
Kondisi tidak terpenuhinya cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi sistem
organ tubuh. Perawat berperan sebagai tenaga kesahatan yang dapat
memfasilitasi/memenuhi kebutuhan elektrolit dan cairan pasien.
Hasil penelitian Rebecca (2012) tentang Pengaruh Kompetensi SDM
terhadap kualitas pelayanan publik di RSUD Ade Mohammad Djoen Sintang
Utara diperoleh hasil kompetensi SDM memiliki pengaruh signifikan dan
positif terhadap kualitas pelayanan sebesar 26,1%, sedangkan sisanya yaitu
73,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Pengaruh
kompetensi terhadap kualitas mutu pelayanan pada penelitian tersebut
menunjukkan bahwa kompetensi menjadi salah satu faktor penting dalam
terwujudnya mutu pelayanan. Neniastriyema (2013) dalam hasil
penelitiannya tentang Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kinerja
Perawat di RSUD Lakipadada Kabupaten Tanah Toraja, yang diambil dari
responden yang memiliki Kompetensi, responden yang mimiliki kinerja
cukup sebesar (42,9 % ) dan kinerja kurang sebesar (57,1 %). Dari hasil
tersebut dapat dilihat adanya hubungan kompetensi perawat sebagai faktor
kinerja perawat di RSUD Lakipadada Tanah Toraja.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. M. Haulussy Ambon
merupakan salah satu Rumah Sakit yang berada di provinsi Maluku, yang
turut berperan penting dalam meberikan mutu pelayanan kesehatan. Dalam
menjaga atau meningkatkan mutu pelayanan yang baik dibutuhkan tenaga
kesehatan yang berkompeten yang teruji serta mempunyai kompetensi yang
baik. Ibarat sebuah pohon, kompetensi digambarkan sebagai batangnya
dengan akar berupa nilai-nilai yang dimiliki individu. Daun dari pohon
tersebut digambarkan sebagai aktivitas, kinerja organisasi, dan hasil dari
kinerja tersebut. Kompetensi dapat disimpulkan sebagai kesimpulan
keterampilan yang dimiliki individu termasuk didalamnya pengetahuan dan
atribut lain (sarana prasarana) untuk menunjang melakukan suatu pekerjaan
(United Nation International Devolopment Organization, 2002).
Berdasarkan data awal yang diambil dari bagian Instalasi Rekam
Medik RSUD. Dr. M. Haulussy Ambon menunjukan bahwa dari dokumen
Rekam Medik pada umumnya pengisian dokumentasi (pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi) serta pelaksanaan tindakan
berdasarkan tingkatan secara komprehensif dengan baik, pemberian masih
berdasarkan sift jaga, serta kehadirannya.
Dari data tersebut di atas , maka peniliti tertarik untuk melakukan
penelitian di Rumah Sakit RSUD. Dr. M. HAULUSSY AMBON dengan
judul “Hubungan Kompetensi Perawat Dengan Kinerja Dalam Meningkatkan
Mutu Pelayanan”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apa ada hubungan kompetensi perawat dengan kualitas
pelayanan kesehatan ?
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan Kompetensi perawat dengan
kualitas pelayanan kesehatan di ruang inap RSUD. M. Haulussy
Ambon.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan prinsip etika keperawatan dengan
kualitas pelayanan kesehatan diruang rawat inap RSUD. dr. M.
Haulussy Ambon.
2. Untuk mengetahui hubungan penerapan komunikasi interpersonal
dalam asuhan keperawatan dengan kualitas pelayanan kesehatan
diruang rawat inap RSUD dr. M. Haulussy Ambon.
3. Untuk mengetahui hubungan memfasilitasi kebutuhan elektrolit dan
cairan dengan kualitas pelayanan kesehatan diruang rawat inap
RSUD dr. M. Haulussy Ambon.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Untuk memberikan masukan pada petugas kesehatan di Rumah Sakit
khususnya keperawatan bahwa betapa pentingnya kompetensi perawat
dalam menunjang dan menjaga mutu pelayanan di Rumah sakit.
2. Sebagai tinjauan keilmuan di bidang Keperawatan bagi institusi Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Maluku Husada
3. Bagi peneliti sebagai acuan atau referensi dalam melakukan
pengembangan penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kompetensi
2.1.1 Kompetensi Perawat
1. Pengertian Kompetensi
Kompetensi mengacu pada kemampuan secara umum untuk
menjalankan sebuah pekerjaanatau bagian dari sebuah pekerjaan
secara kompeten (Prihadi, 2004). Kompetensi dapat didefinisikan
sebagai suatu karakteristik dasar individu yang memiliki hubungan
kausal atau sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan,
efektif atau berpenampilan superior di tempat kerja pada situasi
tertentu (Nursalam, 2008). Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI Indonesia, 2005) menguraikan kompetensi sebagai
kemampuan yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu
pekerjaan didasari oleh pengetahuam, ketrampilan dan sikap sesuai
dengan petunjuk kerja yang di tetapkan serta dapat terobservasi.
2. Karakteristik Kompetensi
Ada 4 hal yang menjadi karakteristik kompetensi, yaitu:
a. Motif
Motif adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan
atau diinginkan oleh seseorang yang akan menyebabkan
munculnya suatu tindakan. Motif akan mengarahkan dan
menyeleksi sikap menjadi tindakan atau tujuan sehingga lain dari
yang lain.
b. Bawaan
Bawaan dapat9 berupa karakteristik fisik atau
kebiasaan seseorang dalam merespon suatu situasi atau informasi
tertentu. Contoh kompetensi bawaan adalah bertindak cepat
dan tepat yang diperlukan oleh perawat gawat darurat.
c. Pengetahuan Akademik
Perawat harus memiliki informasi pada area yang spesifik.
Pengetahuan merupakan kompetensi yang kompleks. Skor pada
tes pengetahuan sering kali kurang bermanfaat untuk
memprediksi kinerja seseorang ditempatnya bekerja karena
sulitnya mengukur kebutuhan pengetahua dan keahlian yang
secara nyata digunakan dalam pekerjaan.
d. Keahlian
Keahlian (skill) kemampuan untuk melakukan aktivitas
fisik dan mental. Kompetensi keahlian mental atau kognitif
meliputi pemikiran analitis (memproses pengetahuan atau data,
menentukan sebab dan pengaruh, serta mengorganisasi data dan
rencana) juga pemikiran konseptual (pengenalan pola data yang
kompleks).
3. Pengertian Kompetensi Keperawatan
Kompetensi perawat merefleksikan atas kompetensi yang
diharapkan dimiliki oleh individu yang akan bekerja di
bidang pelayanan keperawatan (PPNI Indonesia, 2005).
Kompetensi perawat terdiri dari Kompetensi : 1) menerapkan
prinsip etika dalam keperawatan ; 2) Melakukan Komunikasi
Interpersonal dalam Asuhan Keperawatan ; 3) memfasilitasi
kebutuhan elektrolit dan cairan (PPNI, 2013) ; 4) mewujudkan dan
memelihara lingkungan keperawatan yang aman melalui jaminan
kualitas dan manajemen resiko (patient safety) ; 5) menerapkan
prinsip pengendalian dan pencegahan infeksi yang diperoleh dari
RS ; 6) melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah cedera pada
klien ; 7) memfasilitasi kebutuhan oksigen ; 8) mengukur tanda-
tanda vital ; 9) menganalisis, menginteperetasikan dan
mendokumentasikan dan secara akurat ; 10) melakukan perawatan
luka ; 11) memberikan obat dengan aman dan benar ; 12)
mengelola pemberian darah dengan aman.
a. Menerapkan Prinsip Etika dalam Keperawatan
Perawat harus mempunyai kemampuan yang baik untuk
pasein maupun dirinya didalam menghadapi masalah yang
menyangkut etika. Seseorang harus berfikir sevara rasional,
bukan emosional dalam membuat keputusan etis. Keputusan
tersebut membutuhkan ketrampilan berfikir secara sadar yang
diperlukan untuk menyelamatkan keputusan pasien dan
memberikan tindakan keperawatan. Ada beberapa prinsip dan
asas etika keperawatan yang wajib diketahui (Nursaalam, 2015).
1) Justice (Keadilan) : nilai ini direfleksikan dalam praktek
professional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar
sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar
untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
2) Autonomi (Otonomi) : Prinsip otonomi didasarkan pada
keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu
membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu
memutuskan sesuatu dan orang lain harus menghargainya.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan
individu yang menuntut pembedaan diri.
3) Beneficence (Asas Manfaat) : prinsip ini menuntut perawat
untuk melakukan hal yang baik dengan begitu dapat
mencegah kesalahan atau kejahatan.
4) Nonmaleficince (Tidak Merugikan) : Prinsip ini berati tidak
menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
5) Veracity (Kejujuran) : Nilai ini bukan cumin dimilikioleh
perawat namunharus dimiliki oleh seluruh pemberi layanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien
untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang
diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif.
6) Confidentiality (Kerahasiaan) : perawat harus merahasiakan
keadaan pasien, meskipun pasien sudah meninggal kecuali
diminta institusi yang berkompeten.
b. Melakukan Komunikasi interpersonal dalam Asuha Keperawatan
Dalam melakukan asuhan keperawatan perawat harus
melakukan komunikasi secara interpersonal yang teraupetik.
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi interaksi yang
terjadi antara sedikitnya dua orang dalam kelompok kecil,
terutama dalam keperawatan. Komunikasi interpersonal yang
sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide,
pengambilan keputusan dan pertumbuhan personal.
Komunikasi secara interpersonal dalam melakukan asuhan
keperawatan dapat menentukan jalannya prosesnya pemberian
asuhan keperawatan akan baik, tergantung bagaimana
komunikasi tersebut dilakukan oleh seorang perawat. Sebagai
keunggulan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan
tentunya adalah komunikasi yang baik yang menjadi dasar dalam
melakukan pendekatan terhadap klien. Dan dapat meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan dan keselamatan serta dapat
membantu kesembuhan klien.
c. Memfasilitasi kebutuhan elektrolit dan cairan
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses
dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan
yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi
kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk
menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan,
biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi
yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan
tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan cairan ini dinamakan “homeostasis”.
1) Tekhnik Pemasangan Infus (Cairan)
Pemasangan infus adalah memasukan cairan atau obat
langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah banyak
dan waktu yang lama, dengan menggunakan alat infuse set,
Ely dkk (2010). Tindakan ini membutuhkan kesteril-an
mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh darah.
Pemberian cairan melalui infus dengan memasukkan kedalam
vena (pembuluh darah pasien) diantaranya vena lengan (vena
sefalika basal ikadan median akubiti), pada tungkai (vena
safena) atau vena yang ada dikepala, seperti vena temporalis
frontalis (khusus untuk anak-anak). Pemasangan infus
merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk memungsi
vena secara transcutan dengan menggunakan stilet tajam yang
kaku dilakukan dengan teknik steril seperti angeocateter atau
dengan jarum yang disambungkan dengan spuit (Eni K, 2006)
dikutip oleh Purnama (2014). Tujuan utama terapi intravena
adalah mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang
mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori
yang tidak dapat dipertahankan melalui oral, mengoreksi dan
mencegah gangguan cairan dan elektrolit, memperbaiki
keseimbangan asam basa, memberikan tranfusi darah,
menyediakan medium untuk pemberian obat intravena, dan
membantu pemberian nutrisi parental (Hidayat, 2008) yang
dikutip oleh Purnama (2014).
Pelaksanaan dalam pemasangan infus harus
dilaksanakan sebaik-baiknya guna menghindari terjadinya
komplikasi yang tidak diinginkan. Secara teori menurut Elly ,
et al. (2010) dalam Penuntun Praktikum Ketrampilan Kritis II
membagikan prosedur kerja pemasangan infuse menjadi tiga
tahap kerja, yaitu :
a) Tahap Interaksi
(1) Cek atau baca status dan terapi cairan klien
(2) Cuci tangan dan pakai sarung tangan.
(3) Siapkan alat-alat dan dekatkan pada klien
b) Tahap orientasi
(1) Beri salam panggil klien dengan nama kesukaannya
(2) Jelaskan maksud dan tujuan, prosedur, serta lamanya
tindakan yang akan dilakukan oleh perawat untuk klien.
c) Tahap kerja
(1) Bila dimungkinkan tindakan sebaiknya dilakukan oleh
dua orang perawat.
(2) Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum
melakukan tindakan.
(3) Tanyakan keluhan utama atau keluhan yang dirasakan
klien sekarang.
(4) Jaga privasi klien.
(5) Posisikan klien semi fowler atau berikan posisi supine
jika tidak memungkinkan
(6) Bebaskan lengan klien dari baju/kemeja.
(7) Letakan manset 5-15 cm di atas tempat tusukan.
(8) Letakan alas plastik di bawah klien.
(9) Hubungkan cairan infuse dengan infuse set lalu
gantungkan pada standar infuse.
(10) Periksa label kloien apakah telah sesuai dengan
instruksi cairan yang akan diberikan.
(11) Alirkan cairan infuse melalui selang infus untuk
menghilangkan udara di dalamnya.
(12) Kencangkan klem sampai infuse tidak menetes dan
pertahankan kesterilan sampai pemasangan pada
tangan disiapkan.
(13) Kencangkan tourniquet/manset.
(14) Anjurkan klien untuk mengepal dan membukanya
beberapa kali lalu palpasi dan pastikan tempat yang
akan ditusuk.
(15) Bersihkan kulit dengan cermat menggunakan kapas
alkohol, lalu ulangi dengan menggunakan kapas
betadin. Arah melingkar dari dalam keluar lokasi
tusukan.
(16) Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena
dengan jarak sekitar 5 cm di atas bawah tusukan.
(17) Pegang jarum pada posisi 300 pada vena yang akan
ditusuk, setelah pasti masuk, lalu tusuk perlahan
dengan pasti.
(18) Rendahkann posisi jarum sejajar pada kulit dan tarik
jarum sedikit lalu teruskan plastik IV kateter ke dalam
vena.
(19) Tekan dengan ujung jari ujung plastic IV kateter.
(20) Tarik jatum infuse keluar.
(21) Sambungkan plastic IV kateter dengan ujung selang
infuse.
(22) Lepaskan manset.
(23) Buka klem infuse sampai cairan mengalir lancar.
(24) Oleskan dengan salep betadin di atas tempat
penusukan, kemudian ditutup dengan kasa steril.
(25) Fiksasi posisi plastic IV dengan plester.
(26) Atur tetesan infuse sesuai dengan ketentuan,
selanjutnya pasang stiker yang sudah diberi tanggal.
d) Tahap terminasi
(1) Evaluasi klien dan hasil kegiatan.
(2) Lakukan kointrak kegiatan dengan klien.
(3) Akhiri kegiatan dengan sapaan atau salam
(4) Buka sarung tangan dan lanjutkan lalu lanjutkan dengan
dengan mencuci tangan.
e) Dokumentasi
Catat hasil dalam melakukan perawatan.
2) Hal yang diperhatikan setelah pemberian infuse
(a) Kelancaran cairan dalam jumlah cairan harus tepat, sesuai
dengan program pengobatan.
(b) Bila terjadi hematom, bengkak, dan lain-lain pada tempat
insersi, maka infuse harus dihentikan dan dipindahkan
pemasangannya kebagian tubuh yang lainnya.
(c) Perhatikan reaksi klien selam 15 menit pertama. Bila
timbul reaksi alergi maka infuse harus segera diperlambat
tetesannya, jika perlu dihentikan.
(d) Buat catatan infuse secara terperinci.
3) Cara Perhitungan Cairan Infus
Tujuan dari penggunaan infus tersebut supaya cairan
pada tubuh seseorang bisa tetap normal, namun tentu saja ada
tata caranya dan anda sebagai seseorang yang terjun di dunia
kesehatan harus tahu bagaimana cara menghitung tetesan
infuse. Menurut Purohito, cara menghitung tetesan infus per
menit (TPM) secara sederhana.:
Rumus Dasar Dalam Hitungan Menit :

Jumlah kebutuhan cairan x faktor


Jumlah
tetes
Tetesan/Menit =
Waktu (Menit)
Rumusan Dasar Dalam Jam :

Jumlah kebutuhan cairan x faktor


Jumlah Tetesan/Menit
tetes
=
Waktu (Jam) x 60 Menit

Kegagalan Pemberian Cairan Per Infus Biasanya cara


menghitung tetesan infus yang salah bisa mengakibatkan
kegagalan dalam pemberian terapi cairan per infus. Kegagalan
lain yang dapat terjadi dalam pemberian cairan infus adalah :
Jarum tidak masuk ke dalam pembuluh darah balik (vena).
Jarum infus dan vena terjepit karena posisi tempat masuknya
jarum dalam kondisi menekuk. Pipa penghubung udara tidak
berfungsi. Pipa infus terjepit atau terlipat.
d. Mewujudkan dan memelihara lingkungan keperawatan yang
aman melalui jaminan kualitas dan manajemen resiko (patient
safety).
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman,
mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi
pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan
implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).
Tujuan dilakukannya kegiatan Patient Safety di rumah
sakit adalah untuk menciptakan budaya keselamatan pasien di
rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit,
menurunkan KTD di rumah sakit, terlaksananya program-
program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
tidak diharapkan. Mengingat masalah keselamatan pasien
merupakan masalah yang penting dalam sebuah rumah sakit,
maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit yang
dapat digunakan sebagai acuan bagi rumah sakit di Indonesia.
Standar keselamatan pasien rumah sakit yang saat ini digunakan
mengacu pada “Hospital Patient Safety Standards” yang
dikeluarkan oleh Join Commision on Accreditation of Health
Organization di Illinois pada tahun 2002 yang kemudian
disesuaikan dengan situasi dan kondisi di Indonesia. Penilaian
keselamatan yang dipakai Indonesia saat ini dilakukan dengan
menggunakan instrumen Akreditasi Rumah Sakit yang
dikeluarkan oleh KARS. Departemen Kesehatan RI telah
menerbitkan Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(Patient Safety) edisi kedua pada tahun 2008 yang terdiri dari
dari 7 standar, yakni:
1) Hak pasien
2) Mendididik pasien dan keluarga
3) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4) Penggunaan metoda metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan
pasien
5) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien
6) Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien
Untuk mencapai ke tujuh standar di atas Panduan Nasional
tersebut menganjurkan ’Tujuh Langkah Menuju Keselamatan
Pasien Rumah Sakit’ yang terdiri dari:
1) Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2) Pimpin dan dukung staf
3) Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko
4) Kembangkan sistem pelaporan
5) Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6) Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7) Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan
pasien
e. Menerapkan prinsip pengendalian dan pencegahan infeksi yang
diperoleh dari RS.
Dalam melakukan prinsip pengendalian dan pencegahan infeksi
yaitu terdapat beberapa komponen :
1) Kewaspadaan Standar :
Kewaspadaan standar diterapkan pada semua klien ke
pelayanan Kesehatan. Kewaspadaan Standar adalah
Rancangan untuk mengurangi resiko penularan
mikroorganisme dirumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya dari sumber infeksi. Komponen utamanya
yaitu :
(a) Mencuci tangan : Mencuci tangan Setelah menyentuh
darah, cairan tubuh, secret dan barang-barang yang
tercemar, Sebelum dan setelah melakukan tindakan
invasive ( operasi)
(b) Gaun/apron : Melindungi kulit dari kemungkinan terkena
percikan ketika kontak dengan darah atau cairan tubuh,
mencegah kontaminasi pakaian selama melakukan
tindakan yang melibatkan kontak dengan darah dan cairan
tubuh.
(c) M, K, PW (M= muka, K=kacamata, PW= pelindung
wajah) : Melindungi membran mukosa mata, hidung, dan
mulut terhadap kemungkinan percikan ketika akan kontak
dengan darah dan cairan tubuh.
(d) Penempatan Pasien : Isolasi pasien yang memiliki
penyakit menular dalam ruangan terpisah/ khusus
(isolasi).
(e) Resusitasi Pasien : Gunakan penghubung mulut untuk
resusitasi mulut kemulut secara langsung.

(f) Kebersihan Lingkungan : Bersihkan, Rawat dan


Desinfeksi (pembasmian hama penyakit) alat dan
perlengkapan dalam ruang perawatan pasien secara rutin
setiap hari.
(g) Benda Tajam : Benda tajam yang dimaksudkan adalah
jarum suntik
(h) Handscoen : Gunakan handscoen bila kontak dengan
darah, cairan dalam tubuh, secret, ekskresi, dan barang
yang tercemar.
(i) APP (Alat Perawatan Pasien) : Tangani peralatan yang
tercemar dengan benar untuk mencegah kontak langsung
dengan kulit atau membran mukosa/ selaput lender.
(j) Linen (perlak) : Tangani linen (perlak) kotor dengan
menjaga jangan terkena kulit atau membrane mukosa
Jangan merendam/membilas linen kotor diwilayah ruang
perawatan.
(k) Jangan mengibaskan linen dan melekatkan linen kotor di
lantai
2) Hal-hal yang harus diperhatikan :
(a) Perlakukan pasien dan petugas sebagai Individu yang
potensial menularkan dan rentan terhadap infeksi.
(b) Cuci tangan adalah prosedur penting untuk mencegah
pencemaran silang.
(c) Gunakan sarung tangan pada kedua tangan.
(d) Gunakan APD ( Alat Pelindung Diri).
(e) Gunakan anti septic berbasis alcohol untuk
membersihkan kulit.
(f) Terapkan prosedur dan cara kerja yang aman.
(g) Proses peralatan, sarung tangan dan alat-alat lain dengan
terlebih dahulu melakukan dekontaminasi (dikeluarkan),
pencucian dan sterilisasi atau desinfeksi (pembasmian
hama penyakit) tingkat tinggi sesuai prosedur.
f. Melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah cedera pada
klien.
Keselamatan Pasien merupakan hal utama dalam
pelayanan di Rumah Sakit. Jumlah kasus jatuh menjadi bagian
yang bermakna penyebab cedera pasien rawat inap. Rumah Sakit
perlu mengevaluasi resiko pasien jatuh dan mengambil tindakan
untuk mengurangi resiko cedera jika sampai jatuh. Evaluasi
resiko jatuh menggunakan skala resiko jatuh. Pasien yang
dirawat di RS akan selalu memiliki resiko jatuh terkait dengan
kondisi dan penyakit yang diderita. Resiko jatuh yang berujung
cidera dapat dicegah dan banyak hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah pasien jatuh dan meminimalkan cidera akibat jatuh.
Dengan mengenali resiko jatuh maka akan dapat diprediksi
resiko jatuh seseorang, dan dilakukan tindakan pencegahan yang
sesuai. Oleh karena itu, memahami resiko jatuh, melakukan
tindakan pencegahan, dan penanganan pasien jatuh, merupakan
langkah yang harus dilakukan untuk menurunkan resiko jatuh
dan cidera pada pasien yang dirawat.
Resiko jatuh dapat dicegah, namun mencegah resiko jatuh
bukan berarti pasien harus membatasi mobilitas dan aktivitasnya
(contohnya berjalan, mandi, BAB, BAK, dsb) dan mengharuskan
pasien untuk berada di tempat tidur saja. Oleh karena itu
pencegahan resiko jatuh membutuhkan intervensi dan modifikasi
sesuai kebutuhan individual pasien berdasarkan hasil pengkajian
terhadap faktor resiko jatuh pasien. Pengurangan resiko pasien
jatuh memerlukan komitmen yang tinggi dari pimpinan dan
seluruh staf. Rumah sakit harus memiliki budaya aman agar
setiap orang sadar dan memiliki tanggung jawab terhadap
keselamatan pasien karena pencegahan pasien jatuh merupakan
tanggung jawab seluruh staf di RS baik medik maupun non
medik, tetap dan tidak tetap. Sebagai upaya pengurangan risiko
jatuh dan cidera yang ditimbulkan akibat jatuh maka RS
menetapkan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Mengenali faktor resiko jatuh dan melakukan penilaian risiko
melalui pengkajian awal dan pengkajian ulang
2) Melakukan intervensi pencegahan reisiko jatuh.
3) Memonitor resiko jatuh
g. Memfasilitasi Kebutuhan Oksigen
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang di
butuhkan oleh manusia dalam mempertahanankan keseimbangan
fisiologi maupun psikologi. Salah satunya adalah kebutuhan
oksigen. Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital
dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan
hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh
dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas, Rosfina
(2015) dikutip dari (Wartonah, 2006). Oksigen merupakan
kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia, dalam
tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolisme sel
tubuh. Kekurangan oksigan bisa menyebabkan hal yangat berarti
bagi tubuh, salah satunya adalah kematian. Karenanya, berbagai
upaya perlu dilakukan untuk mejamin pemenuhan kebutuhan
oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik. Dalam
pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan tugas
perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus paham
dengan manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klienya
serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan
pemenuhan kebutuhan tesebut. Oleh karena itu, kebutuhan
oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital
bagi tubuh. Pemberian oksigen pada klien dapat melalui tiga cara,
yaitu melalui kateter nasal, kanula nasal dan masker oksigen.
Tujuan Prosedur Tindakan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.
1) Prosedur pemberian Oksigen melalui kateter nasal
Alat dan Bahan Prosedur Tindakan Pemenuhan Kebutuhan
Oksigen
(a) Tabung oksigen lengkap dengan flow meter dan humidifier
(b) Kateter nasal Vaselin / jelly
Prosedur Kerja Pemenuhan Kebutuhan Oksigen.
(a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
(b) Cuci tangan
(c) Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang
dibutuhkan, biasanya 1 - 6 liter/menit. Kemudian
observasi humidifier dengan melihat air yang
bergelembung.
(d) Atur posisi pasin dengan semi fowler
(e) Ukur kateter nasal dimulai dari lubang telinga sampai ke
hidung dan berikan tanda
(f) Buka saluran udara dari tabung oksigen
(g) Berikan minyak pelumas (Vaselin / jelly)
(h) Masukkan ke dalam hidung sampai batas tadi yang
ditentukan.
(i) Lakukan pengecekan kateter apakah sudah masuk atau
belumengan menekan lidah pasien menggunakan spatel
(akan terlihat posisinya di belakang uvula)
(j) Fiksasi pada daerah hidung
(k) Periksa kateter nasal setiap 6 - 8 jam
(l) Kaji cuping, septum dan mukos hidung serta periksa
kecepatan aliran oksigen setiap 6 - 8 jam
(m) Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respon
pasien
(n) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
h. Mengukur tanda-tanda Vital
Pemeriksaan tanda – tanda vital adalah prosedur
pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap
tanda vital seseorang yang bertujuan untuk mendeteksi
gangguan, kelainan atau perubahan pada sistem penunjang
kehidupan. Pemeriksaan tanda – tanda vital (TTV) merupakan
metode pengukuran atau pemeriksaan fungsi tubuh yang paling
dasar yang dapat dilakukan untuk mengetahui tanda klinis yang
memiliki manfaat dalam menegakkan diagnosis penyakit dan
menentukan perencanaan terapi medis yang tepat.
Ada empat komponen tanda vital utama yang harus
dipantau secara rutin oleh tenaga kesehatan yaitu tekanan darah,
denyut nadi, laju pernapasan, dan suhu tubuh.
1) Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan kekuatan pemompaan darah
oleh jantung untuk mendorong darah di dalam arteri
(pembuluh darah) hingga ke seluruh tubuh. Pengukuran
tekanan darah dilakukan dengan menggunakan alat pengukur
tekanan darah yang biasa disebut dengan tensimeter diukur
dengan alat pengukur tekanan darah yang disebut dengan
Tensimeter dan stetoskop. Tekanan darah normal untuk orang
dewasa adalah 120/80 MmHg. Pada bayi dan anak – anak
tekanan darah normal lebih rendah daripada dewasa. Ukuran
tekanan darah ini dibagi menjadi dua bagian yaitu Sistolik per
Diastolik. Tekanan Sistolik menunjukkan tekanan darah di
dalam arteri pada saat jantung berkontraksi untuk memompa
darah ke seluruh bagian tubuh, sedangkan tekanan Diatolik
menunjukkan tekanan darah di dalam arteri pada saat jantung
bersitirahat untuk mengisi darah dari seluruh bagian tubuh.
Tekanan darah normal dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
aktivitas fisik, diet dan usia. Oleh karena itu untuk dapat
melakukan pengukuran tekanan darah dengan tepat, sebaiknya
seseorang yang akan diukur beristirahat dengan santai terlebih
dahulu selama sekitar 15 menit sebelum pengukuran
dilakukan.
2) Denyut Nadi
Denyut nadi merupakan frekuensi pemompaan jantung
pada arteri. Pengukuran denyut nadi dilakukan dengan
menggunakan stetoskop atau menggunakan jari yang
ditekankan pada nadi penderita selama 60 detik. Pengukuran
denyut nadi dapat dilakukan pada arteri radialis (pergelangan
tangan), arteri brakialis (siku), arteri karotis (leher), arteri
poplitea (belakang lutut) atau arteri dorsalis pedis (kaki).
Pengukuran ini juga bermanfaat untuk menentukan irama dan
kekuatan nadi.
Denyut nadi normal untuk orang dewasa adalah 60 –
100 kali per menit, disebut juga dengan Detak Jantung
Normal . Pada bayi dan anak – anak denyut nadi normal lebih
tinggi daripada orang dewasa. Denyut nadi ini dapat
mengalami peningkatan dengan olahraga, emosi, pada saat
sakit, atau mengalami cedera. Sama seperti pegukuran tekanan
darah, pengukuran denyut nadi juga sebaiknya dilakukan
setelah seseorang beristirahat terlebih dahulu.
3) Laju Pernapasan
Laju pernapasan merupakan frekuensi pernapasan.
Pengukuran laju pernapasan dilakukan dengan menghitung
jumlah pengembangan dada seseorang untuk menarik napasa
dalam waktu satu menit. Pengukuran dilakukan pada saat
istirahat, dan pengukuran ini juga dapat menilai sulit tidaknya
seseorang bernapas. Respirasi normal atau pernafasan normal
untuk orang dewasa adalah 12 – 20 kali per menit. Pada bayi
dan anak – anak laju perapasan normal lebih tinggi daripada
orang dewasa. Laju pernapasan dapat mengalami peningkatan
dengan olahraga, demam atau karena penyakit paru, atau
kondisi medis lainnya.
4) Suhu Tubuh
Suhu tubuh merupakan ukuran panas badan seseorang.
Pengukuran suhu tubuh dilakukan dengan menggunakan alat
ukur shu yang disebut dengan Termometer. Tergantung jenis
termometer yang digunakan pengukuran suhu tubuh dapat
dilakukan melalui mulut, ketiak, dubur, telinga, dan kulit dahi.
Suhu tubuh normal untuk orang dewasa adalah 36,5 derajat
Celcius – 37,5 derajat Celcius. Suhu tubuh dapat bervariasi,
tergantung aktivitas, makanan, konsumsi cairan, cuaca dan
jenis kelamin terutama wanita pada saat mengalami masa
subur.
i. Menganalisis, menginterpertasikan dan mendokumentasikan data
secara akurat.
Menurut Deswani (2011) dokumentasi adalah sesuatu
yang ditulis atau dicetak, kemudian diandalkan sebagai catatan
bukti bagi orang yang berwenang, dan merupakan bagian dari
praktik professional. Dokumentasi keperawatan merupakan
informasi tertulis tentang status dan perkembangan kondisi klien
serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat (Fisbach, 1991 dalam Setiadi, 2012).
1) Tujuan Dokumentasi Keperawatan
Menurut Doenges, Moorhouse, dan Burley (1998),
tujuan sistem dokumentasi keperawatan adalah untuk
memfasilitasi pemberian perawatan pasien yang berkualitas,
memastikan dokumentasi kemajuan yang berkenan dengan
hasil yang berfikus pada pasien, memfasilitasi konsistensi
antardisiplin dan komunikasi tujuan dan kemajuan
pengobatan.Sedangkan menurut Setiadi (2012), tujuan dari
dokumentasi keperawatan : (a) Sebagai sarana Komunikasi ;
(b) Sebagai Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat ; (c)
Sebagai Informasi Statistik ; (d) Sebagai Sarana Pendidikan ;
(e) Sebagai Sumber Data Penelitian ; (f) Sebagai Jaminan
Kualitas Pelayanan Kesehatan ; (g) Sebagai Sumber Data
Perencanaan Asuhan Keperawatan Berkelanjutan.
2) Manfaat Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan tuntutan
profesi yang harus dapat dipertanggungjawabkan, baik dari
aspek etik maupun aspek hukum. Artinya dokumentasi asuhan
keperawatan yang dapat dipertanggungjawabkan dari kedua
aspek ini berkaitan erat dengan aspek manajerial, yang disatu
sisi melindungi pasien sebagai penerima pelayanan
(konsumen) dan disisi lain melindungi perawat sebagai
pemberi jasa pelayanan dan asuhan keperawatan (Hidayat,
2002) Nursalam (2011) menerangkan bahwa dokumentasi
keperawatan mempunyai makna yang penting dilihat dari
berbagai aspek seperti aspek hukum, kualitas pelayanan,
komunikasi, keuangan, pendidikan, penelitian, dan akreditasi.
Penjelasan mengenai aspek-aspek tersebut adalah sebagai
berikut : (a) Hukum ; (b) Kualitas Pelayanan ; (c)
Komunikasi ; (d) Keuangan ; (e) Pendidikan ; (f) Penelitian ;
(g) Akreditasi
3) Prinsip-prinsip Dokumentasi
Setiadi ( 2012 ) menerangkan prinsip pencatatan
ditinjau dari teknik pencatatan yaitu : (a) Menulis nama klien
pada setiap halaman catatan perawat ; (b) Mudah dibaca,
sebaiknya menggunakan tinta warna biru atau hitam ; (c)
Akurat, menulis catatan selalu dimulai dengan menulis
tanggal, waktu dan dapat dipercaya secara factual ; (d)
Ringkas, singkatan yang biasa digunakan dan dapat diterima,
dapat dipakai ; (e) Pencatatan mencakup keadaan sekarang dan
waktu lampau ; (f) Jika terjadi kesalahan pada saat pencatatan,
coret satu kali kemudian tulis kata “salah” diatasnya serta paraf
dengan jelas. Dilanjutkan dengan informasi yang benar
“jangan dihapus”. Validitas pencatatan akan rusak jika ada
penghapusan ; (g) Tulis nama jelas pada setiap hal yang telah
dilakukan dan bubuhi tanda tangan ; (h) Jika pencatatan
bersambung pada halaman baru, tanda tangani dan tulis
kembali waktu dan tanggal pada bagian halaman tersebut ; (i)
Jelaskan temuan pengkajian fisik dengan cukup terperinci ; (j)
Jelaskan apa yang terlihat, terdengar terasa dan tercium pada
saat pengkajian ; (k) Jika klien tidak dapat memberikan
informasi saat pengkajian awal, coba untuk mendapatkan
informasi dari anggota keluarga atau teman dekat yang ada
atau kalau tidak ada catat alasannya.
j. Melakukan Perawatan Luka
Merupakan penanganan luka yang terdiri atas
membersihkan luka, menutup, dan membalut luka sehingga dapat
membantu proses penyembuhan luka.
Perawatan luka terdiri atas : 1) Mengganti balutan kering ; 2)
Mengganti balutan basah dengan balutan kering ; 3) Irigasi luka;
4) Perawatan dekubitus.
Tujuan perawatan luka : 1) Menjaga luka dari trauma ; 2)
Imobilisasi luka ; 3) Mencegah perdarahan ; 4) Mencegah
kontaminasi oleh kuman ; 5) Mengabsorbsi drainase ; 6)
Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologi.
Indikasi perawatan luka : 1) Balutan kotor dan basah akibat
factor eksternal ; 2) Ada rembesan eksudat.
Prosedur Melakukan Perawatan Luka
1) Mencuci tangan
2) Lakukan inform consent lisan pada klien/keluarga dan
intruksikan klien untuk tidak menyentuh area luka atau
peralatan steril.
3) Menjaga privacy dan kenyamanan klien dan mengatur
kenyamanan klien.
4) Atur posisi yang nyaman bagi klien dan tutupi bagian tubuh
selain bagian luka dengan selimut mandi.
5) Siapkan plester untuk fiksasi (bila perlu)
6) Pasang alas/perlak
7) Dekatkan nierbekken
8) Paket steril dibuka dengan benar
9) Kenakan sarung tangan sekali pakai
10) Membuka balutan lama : Basahi plester yang melekat
dengan was bensin dengan lidi kapas ; Lepaskan plester
menggunakan pinset anatomis ke 1 dengan melepaskan
ujungnya dan menarik secara perlahan, sejajar dengan kulit
ke arah balutan ; Kemudian buang balutan ke nierbekken.
Simpan pinset on steril ke nierbekken yang sudah terisi
larutan chlorin 0,5%.
11) Kaji Luka : Jenis, tipe luka, luas/kedalaman luka, grade
luka, warna dasar luka, fase proses penyembuhan, tanda-
tanda infeksi perhatikan kondisinya, letak drain, kondisi
jahitan, bila perlu palpasi luka denga tangan non dominan
untuk mengkaji ada tidaknya puss.
12) Membersihkan luka : Larutan NaCl/normal salin (NS) di
tuang ke kom kecil ke 1 ; Ambil pinset, tangan kanan
memegang pinset chirurgis dan tangan kiri memegang
pinset anatomis ke-2 ; Membuat kassa lembab secukupnya
untuk membersihkan luka (dengan cara memasukkan
kapas/kassa ke dalam kom berisi NaCL 0,9% dan
memerasnya dengan menggunakan pinset) ; Lalu
mengambil kapas basah dengan pinset anatomis dan
dipindahkan ke pinset chirurgis ; Luka dibersihkan
menggunakan kasa lembab dengan kassa terpisah untuk
sekali usapan. Gunakan teknik dari area kurang
terkontaminasi ke area terkontaminasi.
13) Menutup Luka : Bila sudah bersih, luka dikeringkan dengan
kassa steril kering yang diambil dengan pinset anatomis
kemudian dipindahkan ke pinset chirurgis di tangan kanan.;
Beri topikal therapy bila diperlukan/sesuai indikasi ;
Kompres dengan kasa lembab (bila kondisi luka basah) atau
langsung ditutup dengan kassa kering (kurang lebih 2
lapis) ; Kemudian pasang bantalan kasa yang lebih tebal ;
Luka diberi plester secukupnya atau dibalut dengan
pembalut dengan balutan yang tidak terlalu ketat.
14) Alat-alat dibereskan
15) Lepaskan sarung tangan dan buang ke tong sampah
16) Bantu klien untuk berada dalam posisi yang nyaman
17) Buang seluruh perlengkapan dan cuci tangan
Dokumentasi :
1) Hasil observasi luka
2) Balutan dan atau drainase
3) Waktu melakukan penggantian balutan
4) Respon klien
Perawatan Luka Basah :
Balutan basah kering adalah tindakan pilihan untuk luka
yang memerlukan debridemen (pengangkatan benda asing atau
jaringan yang mati atau berdekatan dengan lesi akibat trauma atau
infeksi sampai sekeliling jaringan yang sehat).
Indikasi : luka bersih yang terkontaminasi dan luka infeksi yang
memerlukan debridement
Tujuan :
1) Membersihkan luka terinfeksi dan nekrotik
2) Mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka
3) Membantu menarik kelompok kelembapan ke dalam balutan
Persiapan alat :
1) Bak balutan steril : Kapas balut atau kasa persegi panjang ;
Kom kecil 2 buah pasang pinset (4 buah) atau minimal 3
buah (2 cirurgis dan 1 anatomis) ; Aplikator atau spatel untuk
salaep jika diperlukan ; Sarung tangan steril jika perlu
2) Perlak dan pengalas
3) Bengkok 2 buah : Bengkok 1berisi desinfektan 0,5 % untuk
merendam alat bekas ; Bengkok 2 untuk sampah.
4) Larutan Nacl 0,9 %
5) Gunting plester dan sarung tangan bersih
6) Kayu putih dan 2 buah kapas lidi
Prosedur Tindakan :
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakuakan
2) Dekatkan peralatan di meja yang mudah dijangkau perawat
3) Tutup ruangan sekitar tempat tidur dan pasang sampiran
4) Bantu klien pada posisi nyaman. Buka pakaian hanya pada
bagian luka dan instruksikan pada klien supaya tidak
menyentuh daerah luka atau peralatan
5) Cuci tangan
6) Pasang perlak pengalas di bawah area luka
7) Pakai sarung tangan bersih, lepaskan plester dengan was
bensin menggunakan lidi kapas, ikatan atau balutan.
Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya
dengan perlahan sejajar kulit dan mengarah pada balutan.
Jika masih terdapat bekas plester di kulit bersihkan dengan
kayu putih
8) Angkat balutan kotor perlahan-lahan dengan menggunakan
pinset atau sarung tangan, pertahankan permukaan kotor jauh
dari penglihatan klien. Bila terdapat drain angkat balutan
lapis demi lapis
9) Bila balutan lengket pada luka lepaskan dengan
menggunakan normal salin ( NaCl 0,9 % )
10) Observasi karakter dari jumlah drainase pada balutan
11) Buang balutan kotor pada sampah, hindari kontaminasi
permukaan luar kantung, lepaskan sarung tangan dan simpan
pinset dalam bengkok yang berisi larutan desinfektan
12) Buka bak steril, tuangkan larutan normal salin steril ke dalam
mangkok kecil. Tambahkan kassa ke dalam normal salin
13) Kenakan sarung tangan steril
14) Inspeksi keadaan luka, perhatikan kondisinya, letak drain,
integritas jahitan atau penutup kulit dan karakter drainase
( palpasi luka bila perlu dengan bagian tangan yang
nondominan yang tidak akan menyentuh bahan steril )
15) Bersihkan luka dengan kapas atau kassa lembab yang telah
dibasahi normal salin. Pegang kassa atau kapas yang telah
dibasahi dengan pinset. Gunakan kassa atau kapas terpisah
untuk setiap usapan membersihkan. Bersihkan dari area yang
kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi
16) Pasang kassa yang lembab tepat pada permukaan kulit yang
luka. Bila luka dalam maka dengan perlahan buat kemasan
dengan menekuk tepi kasa dengan pinset. Secara perlahan
masukan kassa ke dalam luka sehingga semua permukaan
luka kontak dengan kassa lembab
17) Luka ditutup dengan kassa kering. Usahakan serat kassa
jangan melekat pada luka. Pasang kassa lapisan kedua
sebagai lapisan penerap dan tambahkan lapisan ketiga
18) Luka difiksasi dengan plester atau dibalut dengan rapi
19) Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat yang telah
disediakan, dan simpan pisnet yang telah digunakan pada
bengkok perendam
20) Bereskan semua peralatan dan bantu pasien merapikan
pakaian, dan atur kembali posisi yang nyaman
21) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
22) Dokumentasikan hasil, observasi luka, balutan dan drainase,
termasuk respon klien
k. Memberikan obat dengan aman dan benar
Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat,
tidak sekedar memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi
obat melalui pembuluh darah (parenteral), namun juga
mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut.
Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat
penting dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki peran yang
utama dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan
klien dengan mendorong klien untuk lebih proaktif jika
membutuhkan pengobatan. Perawat berusaha membantu klien
dalam membangun pengertian yang benar dan jelas tentang
pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan dan
turut serta bertanggungjawab dalam pengambilan keputusa
tentang pengobatan bersama dengan tenaga kesehatan lain.
Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan
resep obat yang diberikan harus tepat, hitungan yang tepat pada
dosis yang diberikan sesuai resep dan selalu menggunakan
prinsip 6 benar , yaitu:
1) Benar Obat : Sebelum mempersiapkan obat ketempatnya
perawat harus memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3
kali yaitu ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan
obat, saat obat diprogramkan, dan saat mengembalikan
ketempat penyimpanan. Jika labelnya tidak terbaca, isinya
tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian
farmasi. Obat memiliki nama dagang dan nama generik.
Setiap obat dengan nama dagang yang asing harus diperiksa
nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk
menanyakan nama generik atau kandungan obat. Jika pasien
meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat
memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu
diberikan. Ini membantu perawat mengingat nama obat dan
kerjanya.
2) Benar Dosis : Untuk menghindari kesalahan pemberian obat,
maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan
menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi
alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk
membelah tablet dan lain-lain sehingga perhitungan obat
benar untuk diberikan kepada pasien.
(1) Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien
(2) Dosis yang diberikan dalam batas yang
direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan
(3) Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat
jumlah dosis yang akan diberikan, dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: tersedianya
obat dan dosis obat yang diresepkan/diminta,
pertimbangan berat badan klien (mg/KgBB/hari), jika
ragu-ragu dosisi obat harus dihitung kembali dan
diperiksa oleh perawat lain. Melihat batas yang
direkomendasikan bagi dosis obat tertentu
3) Benar Pasien : Obat yang akan diberikan hendaknya benar
pada pasien yang diprogramkan dengan cara
mengidentifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama,
nomor register, alamat dan program pengobatan pada pasien.
(1) Klien berhak untuk mengetahui alasan obat
(2) Klien berhak untuk menolak penggunaan sebuah obat
(3) Membedakan klien dengan dua nama yang sama
4) Benar Cara Pemberian : Obat dapat diberikan melalui
sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum
pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan
fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat
diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal,
inhalasi.
(1) Oral adalah rute pemberian yang paling umum dan paling
banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan
aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut
(sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
(2) Parenteral. Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para
berarti disamping, enteron berarti usus, jadi parenteral
berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu
melalui vena (perset / perinfus).
(3) Topikal yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran
mukosa. Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.
(4) Rektal. Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa
enema atau supositoria yang akan mencair pada suhu
badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh
efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid
(anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp).
Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat
dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun
sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk
supositoria.
(5) Inhalasi yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan.
Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat
luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat
secara lokal pada salurannya.
5) Benar Waktu : Pemberian obat harus benar-benar sesuai
dengan waktu yang diprogramkan, karena berhubungan
dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari
obat.
(1) Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan
(2) Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam
sehari. Misalnya seperti dua kali sehari, tiga kali sehat,
empat kali sehari dan 6 kali sehari sehingga kadar obat
dalam plasma tubuh dapat dipertimbangkan.
(3) Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t
½ ). Obat yang mempunyai waktu paruh panjang
diberikan sekali sehari, dan untuk obat yang memiliki
waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada
selang waktu tertentu.
(4) Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum
atau sesudah makan atau bersama makanan
(5) Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan aspirin
yang dapat mengiritasi mukosa lambung bersama-sama
dengan makanan
(6) Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa
apakah klien telah dijadwalkan untuk memeriksa
diagnostik, seperti tes darah puasa yang merupakan
kontraindikasi pemeriksaan obat
6) Benar Dokumentasi : Setelah obat itu diberikan, harus
didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu
diberikan. Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur
yang berlaku di rumah sakit. Dan selalu mencatat informasi
yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan serta respon
klien terhadap pengobatan.
l. Mengelolah pemberian darah dengan aman.
Transfusi darah adalah memasukan darah melalui vena dengan
menggunakan set transfuse. Tindakan ini diberikan pada klien
yang membuthkan darah atau produk darah lainnya, Elly et all
(2011). Salah satu tujuan pemberian transfuse darah yaitu
meningkatkan jumlah sel darah nerah dan untuk
mempertahankankadar hemoglobin pada klien anemia berat.
Secara teori Prosedur Kerja pemberian transfuse darah oleh Elly
et all (2011) yaitu :
1) Informasikan tindakan yang akan dilakukan pada klien.
2) Lakukan cuci tangan sesuai prosedur sebelum melakukan
tindakan.
3) Gantungkan larutan NaCl 0,9 % pada standar infuse.
4) Lakukan pembersihan NaCl 0.9 % terlebih dahulu sebelum
pemberian transfuse darah.
5) Lakukan transfuse darah dengan memeriksa identifikasi
kebenaran produk darah, kesesuaian dengan identifikasi klien,
kedaluwarsa, dan adanya pembekuan.
6) Cara melakukan transfusi darah dengan menggunakan selang
tunggal : (1) Tusukan kantong darah ; (2) Tekan bilik drip
dan biarkan filter terisi darah ; (3) Buka klem pengatur dan
biarkan selang transfuse terisi darah.
7) Hubungkan selang transfuse ke kateter IV.
8) Setelah darah masuk, pantau tanda-tanda vital setiap 5 menit
selama 15 menit pertama, dan tiap 15 menit selama 1 jam
berikutnya.
9) Setelah darah diinfuskan, bersihkan selang NaCl 0,9 %.
10) Catat tipe, jumlah, dan komponen darah yang diberikan.
11) Rapikan alat-alat cuci tangan.
2.1.2 Standar Kompetensi Perawat
1. Pengertian

Standar diartikan sebagai ukuran atau patokan yang


disepakati, sedangkan kompetensi dapat diartikan sebagai
kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup
pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan atau tugas dengan standar kinerja (performance) yang
ditetapkan. Standar kompetensi perawat merefleksikan kompetensi
yang harus dimiliki oleh Perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan profesional. Standar Kompetensi Perawat

Indonesia setara dengan standar internasional.

2. Area Kompetensi Perawat Indonesia


Kerangka Kompetensi Perawat dikelompokkan dalam tiga
Area Kompetensi sebagai berikut (PPNI, 2013) ; a) Praktik
Profesional, etis, legal dan peka budaya ; b) Pemberian asuhan dan
manajemen asuhan keperawatan ; c) Pengembangan kualitas
personal dan profesional. Setiap area kompetensi dijabarkan
menjadi kompetensi inti.
3. Penjambaran Area kompetensi, Kompetensi Inti dan Kompetensi
Setiap area kompetensi dijabarkan menjadi kompetensi inti, sebagai
berikut (PPNI, 2013) :
a. Area Praktik Profesional, etis, legal dan peka budaya
Kompetensi Inti : 1) Bertanggung gugat terhadap praktik
profesional ; 2) Melaksanakan praktik keperawatan dengan
prinsip etis dan peka budaya; 3) Melaksanakan praktik secara
legal.
b. Area Pemberian asuhan dan manajemen asuhan
keperawatan.
Kompetensi Inti :
1) Menerapkan prinsip dasar dalam pemberian asuhan
keperawatan dan pengelolaannya : 1.1) Melaksanakan upaya
promosi kesehatan dalam pelayanan maupun asuhan
keperawatan ; 1.2) Melakukan pengkajian keperawatan ;
1.3) Menyusun rencana keperawatan ; 1.4) Melaksanakan
tindakan keperawatan sesuai rencana ; 1.5) Mengevaluasi
asuhan tindakan keperawatan ; 1.6) Menggunakan
komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal dalam
pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan.
2) Menerapkan kepemimpinan dan manajemen dalam
pengelolaan pelayanan keperawatan : 2.1) Menciptakan dan
mempertahankan lingkungan yang aman ; 2.2) Membina
hubungan interprofesional dalam pelayanan maupun asuhan
keperawatan 2.3) Menjalankan fungsi delegasi dan supervisi
baik dalam pelayanan maupun asuhan keperawatan
c. Area Pengembangan kualitas personal dan profesional
Kompetensi inti : 1) Melaksanakan peningkatan profesional
dalam praktik keperawatan ; 2) Melaksanakan peningkatan mutu
pelayanan maupun asuhan keperawatan ; 3) Mengikuti
pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung jawab
profesi.
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan yang
berhubungan dengan kompetensi adalah penelitian I Nengah
Budiyawan. (2015) didapatkan hasil Kinerja perawat sangat
berhubungan dengan kompetensi dan motivasi kerja perawat, sehingga
aspek-aspek yang dapat meningkatkan kompetensi dan motivasi kerja
perlu dikelola dengan baik untuk mendapatkan hasil kinerja perawat
yang baik. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti
buat adalah sama-sama meneliti tentang kompetensi yang dihubungkan
dengan kinerja. Perbedaannya adalah penelitian ini meneliti kompetensi
dan kinerja perawat sedangkan penelitian I Nengah Budiayawan
meneliti kompetensi, motivasi, beban kerja dan kinerja perawat.

2.2 Tinjauan Perawat


2.2.1 Pengertian Perawat
Menurut Council of Nursing perawat adalah seseorang telah
menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di Negara
bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab
dalam peningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan
terhadap pasien. Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan
program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri
yang diakui oleh Pemeintah Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan (undang-undang RI No 20 tahun 2014 Tentang
Praktik Keperawatan). Sedangkan dalam hasil Munas PPNI, AIPNI dan
AIPDiKI di tahun 2013 mengatakan perawat adalah seseorang yang
lulus pendidikan tinggi Keperawatan baik di dalam maupun di luar
negeri yang diakui oleh pemerintah RI sesuai dengan peraturan
perundangan dan telah disiapkan untuk memiliki kompetensi yang
ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) serta
teregistrasi.
Perawat terdiri dari Perawat Ahli Madya, Ners dan Ners
spesialis. Perawat Ahli Madya adalah perawat yang telah
menyelesaikan Pendidikan Jenjang Diploma Tiga (D III) Keperawatan.
Ners adalah Perawat profesional yang telah menyelesaikan pendidikan
profesi dalam bidang keperawatan umum dan memiliki kemampuan
sebagai perawat profesional jenjang pertama ( first professional
degree). Ners spesialis adalah Perawat yang telah menyelesaikan
pendidikan Spesialis Keperawatan . Perawat melaksanakan merawat
pasien secara kontinu, 24 jam sehari. Perawat adalah seseorang yang
menyelesaikan pendidikan formal keperawatan serta diberikan
kewenangan untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagai seorang
perawat (Sujono, 2009). Peranan perawat adalah membantu pasien
melakukan apa yang mereka akan lakukan untuk diri mereka sendiri
jika mampu. Perawat memperhatikan pasien, jaminan mereka bernafas
dengan baik, mendapat cairan dan asupan nutrisi membantu istirahat
dan tidur menyakinkan bahwa mereka nyaman serta dukungan pada
pasien dan keluarga (Sujono, 2009).
2.2.2 Peran dan Fungsi Perawat
Perawat dituntut untuk melakukan fungsi dan peran
sebagaimana yang diharapkan pengguna jasa pelayanan kesehatan
(Desimawarti, 2013). Dalam hasil Munas yang dilakukan oleh PPNI,
AIPNI dan AIPDIKI tahun 2013 di Jakarta tertera, yang mengatakan
peran perawat secara umum adalah memberi pelayanan/asuhan (care
provider), pemimpin kelompok (community leader), pendidik
(educator), pengelola (manager) dan peneliti (researcher) : a) Pemberi
asuhan (Care provider): Menerapkan keterampilan berfikir kritis dan
pendekatan sistem untuk penyelesaian masalah serta pembuatan
keputusan keperawatan dalam konteks pemberian asuhan keperawatan
yang komprehensif dan holistik berlandaskan etik profesi dan aspek
legal ; b) Pemimpin Kelompok (Community leader) : Menjalankan
kepemimpinan di berbagai komunitas, baik komunitas profesi maupun
komunitas sosial ; c) Pendidik (Educator) : Mendidik Klien dan
keluarga yang menjadi tanggung jawabnya ; d) Pengelola (Manager):
Mengaplikasikan kepemimpinan dan manajemen keperawatan dalam
asuhan klien ; e) Peneliti (Researcher): Melakukan penelitian
keperawatan dengan cara menumbuhkan keingintahuan dalam mencari
jawaban terhadap fenomena keperawatan dan kesehatan yang terjadi
dan menerapkan hasil kajian dalam upaya dalam mewujudkan praktik
berbasis bukt (Evidence Based Nursing Practice).
2.3 Kualitas Pelayanan Kesehatan
2.3.1 Pelayanan Kesehatan
Kualitas pelayanan kesehatan merupakan faktor yang sangat
penting dalam meningkatkan sistem pelayanan kesehatan. Seiring
dengan semakin meningkatnya demokratisasi dan tuntutan masyarakat
terhadap pelayanan publik yang lebih baik. Menurut Murniati (2010)
dalam Sartika (2011) Pelayanan yang baik, memiliki 4 (empat) elemen
pokok, yaitu: aksesibilitas,kualitas, kesinambungan dan efisiensi dari
pelayanan.
1. Aksesibitas Pelayanan
Pelayanan harus dapat digunakan oleh individu-individu pada tempat
dan waktu yang ia butuhkan. Pengguna pelayanan harus mempunyai
akses terhadap segala jenis pelayanan, peralatan, obat-obatan dan
lain-lain yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
2. Kualitas
Suatu pelayanan yang berkualitas tinggi, mengimplementasikan
pengetahuan dan teknik paling mutakhir dengan tujuan untuk
memperoleh efek yang paling baik.
3. Kesinambungan
Pelayanan kesehatan yang baik disamping mempinyai akses dan
kualitas yang baik juga harus memiliki kesinambungan pelayanan
berate proses pelayanan harus memperlakukan pasien sebagai
manusia secara utuh melalui kontak yang terus-menerus antar
individu dan provider.
4. Efisiensi
Elemen pokok lain dari pelayanan kesehatan yang bermutu adalah
efisiensi yang menyangkut aspek ekonomi dan pembiayaan
pelayanan kesehatan baik bagi pasien, provider maupun bagi
organisasi/ institusi penyelenggaraan pelayanan.
2.3.2 Syarat-syarat Pelayanan Kesehatan
Menurut Iqbal et all (2009) dalam Halimatusa’diah (2015)
menyatakan bahwa, suatu pelayanan kesehatan dapat diterima apabila
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Ketersediaan Pelayanan Kesehatan (available)
Artinya, pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan
tersedia di masyarakat.
2. Penerima Pelayanan Kesehatan (acceptable)
Artinya pelayanan kesehatan tersebut bermutu apabila pelayanan
kesehatan dapat diterima oleh pemakai jasa kesehatan.
3. Kewajaran Pelayanan Kesehatan (appropriate)
Artinya, pelayanan tersebut bermutu apabila pelayanan kesehatan
tersebut bersifat wajar.
4. Ketercapaian Pelayanan Kesehatan (accesible)
Artinya pelayanan kesehatan itu bermutu apabila pelayanan
kesehatan itu dapat dicapai oleh pengguna jasa pelayanan kesehatan.
5. Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan (affordable)
Artinya pelayanan kesehatan itu bermutu apabila pelayanan
kesehatan itu dapat dijangkau oleh pengguna jasa pelayanan
kesehatan tersebut.
6. Mutu Pelayanan Kesehatan (quality)
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan
itu dapat menyembuhkan pasien serta tindakan yang dilakukan
aman.
2.4 Kerangka Konsep
Kerangka konsep Penelitian adalah uraian dan gambaran menegenai
hubungan antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara variabel
satu dengan variabel lainnya dari masalah yang akan diteliti. Kerangka
konsep merupakan suatu hubungan dari konsep-konsep atau variabel-variabel
yang akan diamati atau diukur (Notoatmodjo, 2010). Kerangka konsep pada
penelitian ini digambarkan yang dapat dilihat pada gambar 2.1.
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari variabel
Independen dan variabel Dependen . Variabel Independen merupakan
variabel yang berpengaruh terhadap variabel dependen hingga merubah
nilainya. Variabel Dependen yang diduga nilainya akan berubah karena
pengaruh dari variabel independen.
Variabel independen pada penelitian ini adalah kompetensi perawat
yang terdiri dari 12 kompetensi dasar perawat, namun yang akan diteliti
adalah 3 dari 12 kompetensi dasar perawat tersebut yaitu menerapkan prinsip
etik dalam keperawatan, melakukan komunikasi interpersonal dalam asuhan
keperawatan, dan memfasilitasi kebutuhan cairan dan elektrolit. Sedangkan
variabel dependennya adalah kualitas pelayanan kesehatan.

Variabel Independen Variabel Dependen


Kompetensi Perawat

Prinsip etika Keperawatan

Kualitas Pelayanan
Komunikasi Interpersonal Kesehatan

Kebutuhan Elektroilit &


Cairan

Ket : : Variabel yang diteliti


Gambar 2.1. Kerangka Konsep
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
sederhana, dengan desain penelitian Cross Sectional. Menurut Nursalam
(2013) Cross-Sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu
pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali
pada satu saat. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan kompetensi
perawat dengan kualitas pelayanan kesehatan.

3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel


3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian di dalam
pengamatan yang akan dilakukan (Hastono & Sabri,2010). Penelitian
ini yang menjadi populasi adalah perawat yang bertugas di ruang
rawat inap interna wanita, bedah laki dan interna laki RSUD dr. M.
Haulussy Ambon.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang dipilih dengan dengan
cara tertentu, hingga dianggap mewakili populasi dalam penelitian
(Sastroasmoro, 2011).

57
3.2.3 Besar Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik dalam
suatu populasi yang digunakan dalam penelitian (Sugiyono, 2012).
Besarnya sampel dalam penilitian ini harus representative bagi
populasi, oleh karena jumlah populasi kurang dari 10.000 maka
penentuan besarnya sampel menggunakan propotional random
sampling. Besar sampel pada penelitian ini adalah sebesar 34
responden. Dimana pengambilan sampel dilakukan berdasarkan
proporsi dengan kriteria-kriteria tertentu. Perhitungan besar sampel
minimum penilitian ini digunakan dengan rumus : (Notoatmodjo,
2010).
N
n =

1 N . d 2

keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat kepercayaan atau Kesalahan maksimum
0,1 / (10%)

3.3 Variabel
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi :
3.3.1 Variabel bebas (Independen)
Variabel bebas adalah variabel yang berpengaruh yang
menyebabkan berubahnya nilai dari variabel terikat. Variabel bebas
pada penelitian ini adalah kompetensi perawat

3.3.2 Variabel terikat (Dependen)


Variabel terikat adalah variabel yang diduga nilainya akan
berubah karena pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikat pada
penelitian ini adalah Kualitas Pelayanan Kesehatan.

3.4 Defenisi Operasional

Definisi operasional, cara ukur, hasil ukur, dan skala ukur dari
masing- masing variabel diuraikan, dan dapat dilihat pada tabel 3.2.
Penelitian ini menguraikan sub variabel independen dan dependen.

Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel

Cara Skala
Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur
ukur Ukur
1 2 3 4 5

Independen : Penuntun untuk 1. Kurang Jika skor


membuat keputusan ≤ nilai median
etis praktik Pengisia (50)
Penerapan professional n 2. Baik jika skor
Ordinal
Prinsip etik kuesione nilai median (50-
Keperawatan r 100)
dalam
Keperawatan

Komunikasi antara dua 1. Kurang jika skor


Melakukan
orang atau lebih Pengisia ≤ nilai median
Komunikasi
n (20)
Interpersonal Ordinal
kuesione 2. Baik jika skor
dalam asuhan
r nilai median (20-
Keperawatan
40)
Memfasilitas Proses dinamik, Pengisian 1. Kurang ≤ nilai
i Kebutuhan metabolisme tubuh kuesioner median (20)
cairan dan membutuhkan
2. Baik ≥ nilai
elektrolit perubahan yang tetap
median (20)
dalam berespon
Ordinal
terhadap stressor
fisiologis dan
lingkungan.
Dependen : Pelayanan yang baik, Pengisia 1. Kurang jika skor
Kualitas memiliki 4 (empat) n ≤ nilai median
Pelayanan elemen pokok, yaitu: kuesione (20).
Kesehatan aksesibilitas,kualitas, r 2. Baik jika skor Ordinal
kesinambungan dan nilai median (20-
efisiensi dari 40)
pelayanan
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian
3.5.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap Interna wanita,
Bedah Laki dan Cendrawasih RSUD dr. M. Haulussy Ambon.
3.5.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus – September 2017.

3.6 Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini
berupa kuesioner berbentuk skala likert yang terdiri dari sejumlah pernyataan
terstruktur dan dijawab dengan memberikan tanda chek List (√ ) pada setiap
kolom yang dipilih oleh responden. Apabila pada Prinsip etik Keperawatan
responden menjawab Tidak Pernah, skor 0, Kadang-kadang , skor 1, sering,
skor 2, sangat sering, 3 Selalu, skor 4. Pada Komunikasi Interpersonal
responden menjawab Tidak pernah, skor 0, Pernah, skor 1, Sering, skor 2,
Sanngat Sering, skor 3, selalu, skor 4. Fasilitasi kebutuhan elektrolit dan
cairan responden menjawab Tidak pernah, skor 0, Pernah, skor 1, Sering, skor
2, Sanngat Sering, skor 3, selalu, skor 4. Dan pada Kualitas pelayanan
Kesehatan responden menjawab Tidak pernah, skor 0, Pernah, skor 1, Sering,
skor 2, Sanngat Sering, skor 3, selalu, skor 4.
Instrumen karakteristik responden pada lembar Quesioner pertama
terdiri dari: Data Demografis responden, meliputi usia dalam tahun; jenis
kelamin berupa laki-laki atau perempuan; pendidikan; lama bekerja.
Quesioner kedua yaitu Prinsip Etik Keperawatan yaitu nomor 1-25 dan
Komunikasi interpersonal yaitu no 1-10, fasilitasi kebutuhan elektrolit dan
cairan yaitu no 1-10 dan Kualitas pelayanan Kesehatan yaitu dari no 1-10.

3.7 Prosedur Pengumpulan Data


Pengumpulan data akan dilakukan di RSUD dr. M. Haulussy Ambon
prosedur sebagai berikut:
3.7.1 Setelah mendapat izin dari Direktur RSUD dr. M. Haulussy Ambon
berdasarkan surat permohonan yang dikeluarkan institusi, peneliti
mengadakan pendekatan dengan kepala ruang perawatan di RSUD
dr. M. Haulussy Ambon.
3.7.2 Sebelum pengumpulan data dilakukan, peneliti menjelaskan tujuan
penelitian, kerahasiaan data yang diberikan oleh responden dengan
maksud agar responden dapat memberikan data secara lengkap dan
menjawab dengan sejujurnya sehingga peneliti memperoleh data-
data yang lebih akurat dan valid
3.7.3 Setelah mendapat persetujuan, peneliti meminta responden membaca
dan menandatangani lembar persetujuan. Peneliti membagikan
secara langsung kuesioner kepada responden di RSUD dr. M.
Haulussy Ambon.
3.7.4 Selama proses pengisian kuesioner peneliti mendampingi responden
dan bila ada responden mengalami kesulitan dalam pengisian, segera
mendapat penjelasan dari peneliti. Setelah diisi kuesioner
dikumpulkan sebanyak jumlah responden, kemudian data diolah
dengan pengukuran statistik.
3.8 Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan analisis univariate dan bivariate
(Notoatmodjo, 2010), sebagai berikut:

a. Analisis Univariate
Teknik analisa data menggunakan analisa univariat. Tujuan analisa
univariat adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan masing-
masing variabel sehingga dapat diketahui variasi dari masing-masing
variabel.
b. Analisis bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini
dilakukan dengan uji Chi Square Test untuk melihat ada/tidaknya
hubungan yang bermakna antara variabel indeependen yaitu
kompetensi dengan dependen yaitu kualitas pelayanan kesehatan, pada
tingkat kepercayaan 0,05.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di RSUD. Dr. M. Haulussy Ambon pada
bulan Agustus-September tahun 2017. Variabel independennya adalah
Kompetensi perawat sedangkan variabel dependennya adalah Kualitas
Pelayanan Kesehatan. Pengambilan sampel dari populasi penelitian, besarnya
sampel yang diperoleh dari tiga ruangan rawat inap RSUD. Dr. M. Haulussy
Ambon berdasarkan jumlah responden yang memiliki pendidikan D3 adalah
sebanyak 34 responden. Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan
kemudian disajikan secara sistematis dalam bentuk tabel deskriptif.

4.1.1 Analisis Uji Univariat


Univariat adalah gambaran distribusi, frekuensi karakteristik
responden berdasarkan variabel peneleitian.
1. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini berjumlah 34 orang yang
diambil dari tiga ruangan (interna laki, interna wanita dan bedah
laki) RSUD. Dr. M. Haulussy Ambon yang sesuai dengan rencana
penelitian. Distribusi frekuensi responden dalam penelitian ini
meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja dan status
pegawai dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1
Gambaran Distribusi Frekuensi Responden di Ruangan
Rawat Inap RSUD.Dr. M. Haulussy Ambon
Tahun 2017

No Karakterisik F Persen (%)


Umur (Tahun)
1 < 35 12 35,3
> 35 22 64,7
JUMLAH 34 100,0

2 Jenis Kelamin
Laki-laki 6 17,6
Perempuan 28 82,4
JUMLAH 34 100,0

3 Pendidikan Terakhir
D3 34 100,0
JUMLAH 34 100,0

4 Lama Kerja (Tahun)


<14 28 82,4
>14 6 17,6
JUMLAH 34 100,0

Status Pegawai
5 PNS 27 79,4
Non PNS 7 20,6
JUMLAH 34 100,0
Sumber : Data Primer, 2017
Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukan umur dari 33
responden yang paling banyak yaitu > 35 tahun sebanyak 22 orang
(64,7 %), sedangkan paling sedikit adalah < 35 tahun sebanyak 12
orang (35,3 %). Jenis kelamin responden paling banyak adalah
perempuan , yaitu sebanyak 28 orang (82,4%), dan yang sedikit
adalah laki-laki, 6 orang (17,6 %). Tingkat pendidikan responden
adalah D.III Keperawatan,yaitu sebanyak 34 responden (100,0 %).
Masa kerja perawat paling banyak < 14 tahun, yaitu sebanyak 28
responden (82,4%) dan > 14 tahun 6 orang (17,6 % ), serta status
pegawai yang paling banyak adalah status PNS, yaitu 27 orang
(79,4%) dan Non PNS sebanyak 7 orang (20,6 %).
2. Kompetensi
Kompetensi merupakan variabel independen yang akan
diteliti berdasarkan kesepakatan ujian proposal yaitu dari 12 item
kompetensi dasar, akan diteliti hanya diambil 3 variabel yaitu
penerapan prinsip etik dalam keperawatan, melakukan komunikasi
interpersonal dalam asuhan keperawatan dan memfasilitasi
kebutuhan cairan dan elektrolit.

a. Penerapan Prinsip Etik dalam Asuhan Keperawatan

Tabel 4.2
Gambaran Distribusi Frekuensi Menerapkan Prinsip Etik
Dalam Keperawatan di Ruang Rawat Inap
RSUD. Dr. M. Haulussy Ambon
Tahun 2017

Penerapan Prinsip Etik


F Persen %
Dalam Asuhan Keperawatan
Kurang 3 8,8
Baik 31 91,2
JUMLAH 34 100,0
Sumber : Data Primer, 2017
Berdasarkan distribusi tabel 4.2 diatas menunjukan
penerapan prinsip etik dalam asuhan keperawatan dari 34
responden yaitu baik sebanyak 31 orang (91,2 %) dan kurang 3
(8,8 %).

b. Melakukan Komunikasi Interpersonal Dalam Asuhan


Keperawatan
Tabel 4.3
Gambaran Distribusi Frekuensi Melakukan Komunikasi
Interpersonal Dalam Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat Inap RSUD. Dr. M. Haulussy Ambon
Tahun 2017

Melakukan Komunikasi
Interpersonal F Persen %
Dalam Asuhan Keperawatan
Kurang 4 11,8
Baik 30 88,2
JUMLAH 34 100,0
Sumber : Data Primer, 2017
Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukan dari 34
responden yang melakukan komunikasi interpersonal dalam
asuhan keperawatan baik yaitu sebanyak 30 0rang (88,2 %),
sedangkan kurang 4 (11,8 % ).

c. Memfasilitasi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


Tabel 4.4
Gambaran Distribusi Frekuensi Memfasilitasi Kebutuhan
Cairan dan Eloktrolit di Ruang Rawat Inap
RSUD. Dr. M. Haulussy Ambon
Tahun 2017

Memfasilitasi Kebutuhan Cairan dan


F Persen %
Eloktrolit
Kurang 3 8,8
Baik 31 91,2
JUMLAH 34 100,0
Sumber : Data Primer, 2017
Berdasarkan tabel 4.4 distribusi memfasilitasi kebutuhan
cairan dan elektrolit diatas dapat diketahui bahwa dari 34 orang
responden yang banyak yaitu baik 31 orang (91,2%) sedangkan
yang kurang yaitu 3 (8,8 %).
3. Kualitas Pelayanan Kesehatan
Kualitas Pelayanan kesehatan merupakan variabel dependen.
Tabel 4.5
Gambaran Distribusi Frekuensi Kualitas Pelayanan Kesehatan
di Ruang Rawat InapRSUD. Dr. M. Haulussy Ambon
Tahun 2017

Kualitas Pelayanan Kesehatan F Persen %


Kurang 4 11,8
Baik 30 88,2
JUMLAH 34 100,0
Sumber : Data Primer, 2017
Berdasarkan hasil tabel 4.5 diatas yang diambil dari 34
responden menunjukan bahwa yang paling banyak Kualitas
Pelayanan Kesehatan adalah baik yaitu 30 orang (88,2%) sedangkan
kurang yaitu 4 (11,8% ).
4.1.2 Analisis Bivariat
Analisa bivariat dalam penelitian untuk melihat
hubungan variabel independen yaitu variabel penerapan prinsip etik
dalam keperawatan, melakukan komunikasi interpersonal dalam asuhan
keperawatan, memfasilitasi kebutuhan cairan dan elektrolit dengan
variabel dependen yaitu kualitas pelayanan kesehatan dengan
menggunakan uji chi-square test dengan tingkat kemaknaan < 0,05.
1. Hubungan Penerapan Prinsip Etik dalam Keperawatan dengan
Kualitas Pelayanan Kesehatan
Hubungan penerapan prinsip etik dalam keperawatan dengan
kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat inap RSUD. Dr. M.
Haulussy Ambon dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6
Hubungan penerapan prinsip etik dalam keperawatan dengan
Kualitas Pelayanan Kesehatan di Ruang Rawat Inap
RSUD. Dr. M. Haulussy Ambon Tahun 2017

Kompetensi Kualitas Pelayanan Kesehatan


P
Val
ue
Penerapan Prinsip Kurang Baik Total
Etik Dalam
N % N % N %
Keperawatan
Kurang 3 8,8 % 0 0,0% 3 8,8 %
1 3,0 % 3 88,2 3 91,2 %
Baik 0,00
0 % 1
4 11,8 3 88,2 3 100,0 1
TOTAL
% 0 % 4 %
Sumber : Uji Satistik Chi Square dengan nilai p = 0,001
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa responden yang
melakukan penerapan prinsip etik dalam keperawatan yang paling
besar adalah dalam kategori baik yaitu 91,2 % dibandingkan dengan
kualitas pelayanan kesehatan yang mempunyai kategori baik yaitu
sebesar 88,2 % . Sedangkan keduanya memiliki kategori kurang
masing-masing sebesar 8,8 % dan 11,8 %.

Berdasarkan hasil uji chi-square yang diperoleh adalah nilai


p=0,001 dengan kerakterisrik Fisher’s Exact Test yang berati ada
hubungan bermakna antara hubungan penerapan prinsip etik dalam
keperawatan dengan kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat inap
RSUD. Dr. M. Haulussy Ambon

2. Hubungan Melakukan Komunikasi Interpersonal Dalam Asuhan


Keperawatan Dengan Kualitas Pelayanan Kesehatan

Hubungan melakukan komunikasi interpersonal dalam asuhan


keperawatan dengan kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat inap
RSUD. Dr. M. Haulussy Ambon dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.7
Hubungan Melakukan Komunikasi Interpersonal Dalam
Asuhan Keperawatan Dengan Kualitas Pelayanan Kesehatan
di Ruang Rawat Inap RSUD. Dr. M. Haulussy Ambon
Tahun 2017

Kompetensi Kualitas Pelayanan Kesehatan


Melakukan Komunikasi Kurang Baik Total
P
Interpersonal dalam asuhan
Val
keperawatan
ue
N % N % N %
Kurang 4 11,8% 0 0,0% 4 11,8%
0 0,0 % 3 91,7 3 91,7 %
Baik 0,00
0 % 0
4 11,8% 3 91,7 3 100,0 0
TOTAL
0 % 4 %
Sumber : Uji Satistik Chi Square dengan nilai p = 0,000
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa responden yang
melakukan komunikasi interpersonal dalam asuhan keperawatan
dalam kategori baik yaitu sebesar 91,7 % sementara kualitas
pelayanan kesehatan mempunyai kategori baik yaitu sebesar 91,7 % .
Sedangkan keduanya memiliki kategori kurang masing-masing
sebesar 11,8 % dan kualitas pelayanan kesehatan 11,8 %.

Berdasarkan hasil uji chi-square yang menggunakan


kerakterisrik Fisher’s Exact Test diperoleh adalah nilai p=0,000 yang
berate ada hubungan antara melakukan komunikasi interpersonal
dalam asuhan keperawatan dengan kualitas pelayanan kesehatan di
ruang rawat inap RSUD. Dr. M. Haulussy Ambon

3. Hubungan Memfasilitasi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


dengan Kualitas Pelayanan Kesehatan
Hubungan memfasilitasi kebutuhan cairan dan elektrolit
dengan kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat inap RSUD. Dr.
M. Haulussy Ambon dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.8
Hubungan Memfasilitasi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit dengan
Kualitas Pelayanan Kesehatan di Ruang Rawat Inap
RSUD. Dr. M. Haulussy Ambon Tahun 2017

Kompetensi Kualitas Pelayanan Kesehatan


Memfasilitasi Kebutuhan Kurang Baik Total
P
Cairan dan Elektrolit
Val
ue
N % N % N %
Kurang 3 8,8 % 0 0,0% 3 8,8 %
1 3,0 % 3 88,2 3 91,2 %
Baik 0,00
0 % 1
4 11,8 3 88,2 3 100,0 1
TOTAL
% 0 % 4 %
Sumber : Uji Satistik Chi Square dengan nilai p = 0,001

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa responden yang


memfasilitasi kebuthan cairan dan elektrolit pasien yang paling besar
adalah dalam kategori baik yaitu 91,2 % dibandingkan dengan
kualitas pelayanan kesehatan yang mempunyai kategori baik yaitu
sebesar 88,2 % . Sedangkan keduanya memiliki kategori kurang
masing-masing sebesar 8,8 % dan 11,8 %.

Berdasarkan hasil uji chi-square yang menggunakan


kerakteristik Fisher’s Exact Test diperoleh adalah nilai p=0,001 yang
berati ada hubungan bermakna antara memfasilitasi kebutuhan cairan
dan elektrolit dengan kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat inap
RSUD. Dr. M. Haulussy Ambon.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Uji Bivariat
1. Hubungan Penerapan Prinsip Etik dalam Keperawatan dengan
Kualitas Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan penelitian pada tabel 4.6 dengan hasil uji chi-
square yang diperoleh menggunakan kerakterisrik Fisher’s Exact
Test adalah nilai p=0,001 yang berati ada hubungan bermakna
antara hubungan penerapan prinsip etik dalam keperawatan dengan
kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat inap RSUD. Dr. M.
Haulussy Ambon.
Perawat harus mempunyai kemampuan yang baik untuk pasein
maupun dirinya didalam menghadapi masalah yang menyangkut etika.
Seseorang harus berfikir sevara rasional, bukan emosional dalam
membuat keputusan etis. Keputusan tersebut membutuhkan ketrampilan
berfikir secara sadar yang diperlukan untuk menyelamatkan keputusan
pasien dan memberikan tindakan keperawatan Etika perawat adalah
standar etik yang menentukan perilaku perawat pelaksana dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Purnama Sari (2016) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar (71,6%) responden menyatakan etika perawat cukup dan
kurang 12, 3 %.
Banyak keluhan masyarakat tentang perlakuan yang kurang
baik dan diskriminatif terhadap pasien dari keluarga miskin oleh pihak
rumah sakit di Indonesia. Hal tersebut dipersepsikan adanya penerapan
prinsip etika profesi yang kurang optimal, dimana perawat belum
menerapkan prinsip etika keperawatan dengan baik. Etika keperawatan
merujuk pada standar etik yang menentukan dan menuntun perawat
dalam praktik sehari-hari seperti respek dan otonomi, beneficence dan
non-maleficence, kejujuran, kerahasiaan, kesetiaan dan keadilan.
Secara unik perawat melakukan praktik sebagai perantara antara pasien-
dokter, pasien-keluarganya, pasien-tenaga kese hatan lain, perawat-
perawat, dan juga antara dokter-dokter. Dengan demikian kedudukan
kode etik menjadi sangat penting. Eksistensi kode etik merupakan salah
satu karakteristik profesi yang digunakan untuk mengidentifikasi,
mengorganisasikan, memeriksa dan membenarkan tindakan-tindakan
kemanusiaan dengan menerapkan prinsip–prinsip tertentu, selain itu
juga menegaskan kewajiban - kewajiban yang secara sukarela diemban
oleh perawat dan mencari informasi mengenai dampak dari keputusan
– keputusan perawat yang mempengaruhi kehidupan pasien dan
keluarganya (Sumijatun, 2010)). Hasil penelitian Sumijatun et al
menunjukkan, ada prinsip etika yang masih termasuk dalam kategori
cukup.
Kualitas pelayanan rumah sakit saat ini merupakan isu
terpenting dalam meningkatkan kepuasan pasien. Perawat sebagai
pemberi pelayanan kesehatan yang dalam menjalankan tugas secara
terus menerus mengadakan kontak baik dengan pasien, kolega,
atasan atau dengan anggota tim kesehatan lain.Agar terbina hubungan
yang efektif, seorang perawat dituntut untuk memiliki kemampuan
komunikasi yang baik, sikap atau etika yang professional.

Perawat harus menerapkan prinsip etik keperawatannya dengan


baik dalam setiap melaksanakan sebuah tindakan keperawatan agar
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan pada khususnya dan
kualitas pelayanan kesehatan pada umumnya dimata pasien maupun
masyarakat yang menfaatkan sistem pelayanan di rumah sakit. Pada
hasil penelitian Murtiana (2016) mengenai persepsi responden tentang
mutu pelayanan perawat dengan hasilnya yaitu 96 % yang mengatakan
baik, sedangkan 24.0 % mengatakan kurang.

Peneliti berasumsi bahwa adanya sebuah hubungan antara


penerapan prinsip etik keperawatan dengan kualitas pelayanan
kesahatan. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh peneliti di RSUD. Dr. M. Haulussy Ambon dengan
menganalisis hubungan penerapan prinsip etik dalam keperawatan
dengan kualitas pelayanan kesehatan yang dilakukan menggunakan
uji chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,000 (< 0,05), yang berati
ada hubungan bermakna antara hubungan penerapan prinsip etik
dalam keperawatan dengan kualitas pelayanan kesehatan di rumah
sakit Dr. M. Haulussy Ambon.

2. Hubungan Melakukan Komunikasi Interpersonal dalam


Asuhan Keperawatan dengan Kualitas Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.7 dengan uji chi-
square yang menggunakan kerakterisrik Fisher’s Exact Test
diperoleh adalah nilai p=0,000 yang berati ada hubungan antara
melakukan komunikasi interpersonal dalam asuhan keperawatan
dengan kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat inap RSUD. Dr.
M. Haulussy Ambon.
Dalam praktek keperawatan, komunikasi merupakan sarana
dalam membina hubungan antara perawat dan pasien, dan dapat
mempengaruhi tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan
yang diberikan. Komunikasi yaitu suatu pertukaran pikiran, perasaan,
pendapat, dan pemberian nasihat yang terjadi antara dua orang atau
lebih yang berkerja sama Nursalam (2007) yang dikutip oleh Hanfi
(2012). Komunikasi merupakan proses yang kompleks melibatkan
perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan
orang lain dan dunia sekitarnya. Komunikasi interpersonal dalam
proses keperawatan bertujuan untuk membangun hubungan
kepercayaan antara perawat dan pasien (Ellis et al, 200) dikutip oleh
Fitria (2009). Kemampuan komunikasi interpersonal perawat
merupakan salah satu kompetensi klinik perawat membina hubungan
hubungan interpsesonal.
Oliace, et al (2014) menjelaskan pentingnya kemapuan
komunikasi bagi perawat untuk memberikan informasi, menjawab
pertanyaan, membuat hubungan yang bersahabat, kooperatif dan
mengendilikan percakapan emosional. Komunikasi interpersonal
sangatlah penting bagi perawat untuk melakukan proses keperawatan,
dengan proses komunikasi yang baik antara perawat dan pasien maka
akan mudah bagi perawat untuk melakukan asuhan keperawatan.
Hasil penelitian yang dilakukan Hanafi (2012) tentang
komunikasi interpersonal perawat dari 96 responden yang mengatakan
komunikasi interpersonal perawat baik ada 53 responden (55,2%),
komunikasi cukup baik 38 responden (39,6%), dan komunikasi
kurang baik 5 responden (5,2%).
Kualitas pelayanan kesehatan merupakan faktor yang sangat
penting dalam meningkatkan sistem pelayanan kesehatan. Seiring
dengan semakin meningkatnya demokratisasi dan tuntutan masyarakat
terhadap pelayanan publik yang lebih baik. Kualitas pelayanan public
merupakan hasil interaksi dari berbagai aspek, yaitu system pelayanan,
sumber, daya manusia pemberi pelayanan, strategi, dan pelanggan.
System pelayanan yang baik akan menghasilkan pelayanan public
yang baik. Suatu system yang baik akan memberikan prosedur
pelayanan yang berstandar dan memberikan mekanisme control
didalam dirinya sehingga segala bentuk penyimpangan yang terjadi
akan mudah diketahui. (Sarah, 2011).
Seorang perawat ataupun petugas kesehatan yang memiliki
pola Komunikasi yang baik dalam setiap melakukan suatu tindakan
keperawatan terhadap pasien tentunya akan memberikan kenyamanan
ataupun kepuasan pasien terhadap kinerja perawat selama
mendapatkan pelayanan di rumah sakit. Dengan adanya kepuasan
pasien akan meningkatkan mutu kualitas pelayanan keperawatan di
rumah sakit.
Peneliti berasumsi bahwa adanya sebuah hubungan berati
antara komunikasi interpersonal dengan kualitas pelayanan
keperawatan, berdasarkan dengan hasil penelitian yang dilakukan
peneliti diatas yaitu dengan diperoleh nilai p sebesar 0,000 (< 0,05),
yang berati ada hubungan bermakna terhadap dua variabel. Hal ini juga
senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Krisyanti di ruang rawat
inap rumah sakit Panti Waluyo Surakarta , bahwa adanya hubungan
antara komunikasi interpersonal dengan pelayanan kesehatan dengan
hasil penelitian menunjukan nilai p sebesar 0,002, adapun kekuatan
hubungan tergolong sedang.
3. Hubungan Memfasilitasi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
dengan Kualitas Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan hasil analisis uji chi-square yang menggunakan
kerakteristik Fisher’s Exact Test diperoleh adalah nilai p=0,001
yang berati ada hubungan bermakna antara memfasilitasi kebutuhan
cairan dan elektrolit dengan kualitas pelayanan kesehatan di ruang
rawat inap RSUD. Dr. M. Haulussy Ambon.

Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan cairan elektrolit


pasien adalah dengan memberikan terapi pemasangan cairan infuse.
Terapi infus merupakan tindakan yang paling sering dilakukan pada
pasien yang menjalani rawat inap sebagai jalur terapi intravena (IV),
pemberian obat, cairan, dan pemberian produk darah, atau sampling
darah (Alexander, Corigan, Gorski, Hankins, & Perucca, 2010)
dikutip oleh Wayunah (2013). Peran perawat dalam terapi infus
terutama melakukan tugas delegasi. Menurut Perry dan Potter (2001)
dalam Gayatri dan Handiyani (2008) mengatakan bahwa
pemberian terapi infus diinstruksikan oleh dokter tetapi perawat
yang bertanggung jawab pada pemberian serta mempertahankan
terapi tersebut pada pasien. Perawat harus memiliki komitmen dalam
memberikan terapi infus yang aman, efektif dalam pembiayaan, serta
melakukan perawatan infus yang berkualitas (Alexander, et al.,
2010) dikutip oleh Wayunah (2013).
Seorang perawat yang akan melakukan pemasangan atau
pemberian cairan infuse yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
cairan pasien haruslah mengusai pengetahuan atau mengetahui
tentang konsep dasar pemberian cairan infuse agar terhindar dari hal-
hal yang tidak diinginkan, salah satunya penggunaan alat
pemasangan infus. Pengetahuan ini akan diaplikasikan dengan baik
dalam pemunuhan cairan dan elektrolit pasien menggunakan cairan
infuse.
Hasil penetian Wayunah (2013) yang melakukan penelitian
tentang tingkat pengetahuan perawat tentang terapi infus diketahui
bahwa sebanyak 50,8% memiliki pengetahuan tidak baik. Hal ini
menunjukkan masih rendahnya pengetahuan perawat tentang terapi
infuse. Sebuah terapi pemberian cairan infuse akan baik tentunya
jika perawat tersebut melakukannya sesuai dengan prosedur
pemberian cairan yang ada. Hal ini senada dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Maria dan Kurnia (2011) tentang kepatuhan
perawat dalam melaksankan SPO pemasangan infuse di rumah sakit
Baptis Kediri dengan hasilnya yaitu 88 % perawat patuh dengan
standar prosedur operasional pemasangan infuse.
Kualitas pelayanan adalah hal yang penting untuk
diperhatikan, karena hal tersebut akan dipersepsikan oleh
konsumen setelah konsumen mengunakan barang atau jasa.
Persaingan yang semakin ketat akhir-akhir ini menuntut sebuah
lembaga penyedia jasa atau layanan untuk selalu memanjakan
konsumen dengan memberikan pelayanan terbaik. Para pelanggan
akan mencari produk berupa barang atau jasa dari perusahaan yang
dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepadanya (Assauri,
2008). Bertambahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan
mengakibatkan tuntutan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan.
Salah satu upaya mengantisipasi keadaan tersebut dengan menjaga
kualitas pelayanan, sehingga perlu dilakukan upaya terus menerus
agar dapat diketahui kelemahan dan kekurangan jasa pelayanan
kesehatan. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan
kualitas pelayanan kesehatan, maka fungsi pelayanan perlu
ditingkatkan untuk memberi kepuasan pasien (Bata, 2013) dikutip
oleh Yuliani (2015).
Kualitas pelayanan yang baik adalah dapat dilihat dengan
tingkat kepercayaan serta kepuasaan pasien, kepercayaan pasien
kepada perawat salah satunya dapat dilihat dengan kesuksesaan
seorang perawat dalam melakukan tindakan pemberian terapi infuse.
Untuk dapat melakukan terapi tersebut tentunya seorang perawat
harus melakukan tindakan terapi sesuai dengan SPO yang ada agar
dapat meningkatkan kualitas pelayanan. Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Erviana (2013) yang meneliti tentang
pengaruh kualitas pelayanan dan kepercayaan terhadap kepuasan
pasien rawat inap, hasilnya diperoleh keterangan bahwa variabel
kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepuasan pasien
rawat inap. Persepsi kualitas pelayanan yang baik akan sangat
berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Ini berarti semakin baik
kualitas pelayanan berakibat pada semakin baiknya kepuasan
pasien.
Peneliti berasumsi bahwa adanya sebuah hubungan berati
antara memfasilitasi kebutuhan cairan dan elektrolit pasien dengan
kualitas pelayanan kesehatan. Hal ini senada dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti diatas di RSUD. Dr. M. Haulussy Ambon
bahwa adanya hubungan berati antara memfasilitasi kebutuhan
cairan dan elektrolit dengan kualitas pelayanan kesehatan dengan
hasil uji menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,001
(< 0,05). Tindakan memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit pasien
yang baik sesuai SPO yang ada akan meningkatkan kepercayaan dan
kepuasan pasien terhadap perawat, dengan adanya tingkat
kepercayaan pasien yang baik menunjukan bahwa kualitas pelayanan
kesehatan di rumah sakit dr. M., Haulussy Ambon sangatlah baik.
4.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan peniliti dalam penelitian ini yaitu peneliti hanya meneliti
3 (tiga) dari 12 (dua belas) kompetensi perawat saja, sehingga perawat yang
ada belum dikatakan sepenuhnya berkompeten, karena seseorang yang
dinyatakan berkompeten jika 12 kompetensi tersebut telah dilakukan dengan
baik. Oleh karena itu peneliti menyarankan terhadap peneliti yang lain yang
ingin melakukan penelitian dengan judul yang sama agar melakukan
penelitian terhadap 9 (Sembilan) kompetensi perawat yang ada, sehingga para
perawat tersebut dapat dinyatakan berkompeten sepenuhnya.

DAFTAR PUSTAKA

Dasar Tanda-tanda Vital direkomendasi oleh Mediskus, 2017,


https://mediskus.com, (diperoleh 13 Agustus 2017)

Doengoes, M.E. Moorhouse, M.F. and Burley, J.T. 2000. Penerapan


Proses Keperawatan & Diagnosa Keperawatan, Jakarta : E.G.C.

Elly et al. (2011). Penuntun Praktikum Ketrampilan Kritis II. Jakarta : Salemba
Medika.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat di RSUD
Lakipadada Tanah Toraja direkomendasikan oleh Striema N, 2009,
http://repository.unhas.ac.id, (diperoleh 15 Juli 2017).

Halimatus Sa’diah. (2015). Hubungan Persepsi Pasien Terhadap Mutu


Pelayanan dengan Minat Pemanfaatan Ulang Rawat Jalan Umum di
Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2015. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:
Jakarta

Hubungan Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Pelayanan Keperawatan di


Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Waluyo direkomendasikan oleh
Krisyanti, 2015. http//:digilib.stikeskusumahusada.ac.id, (diperoleh 23
September 2017).
Hubungan Kualitas Pelayanan Kesahatan dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap
di RSUD. DR. Sayidiman Magetan direkomendasikan oleh Yuliani, 2015.
Hhtp://ums.ac.id, ( diperoleh 24 September 2017).
Hubungan Mutu Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien BPJS di RSUD
Kota Kendari Direkomenasikan Oleh Martiana, http://sitedi.uho.ac.id, 2016,
(diperoleh 23 September 2017).
Kepatuhan Perawat dalam Melaksanakan Standar Prosedur Operasional
Pemasangan Infus Terhadap Phelibitis direkomendasikan oleh Maria dan
Kurnia, 2011. http://puslit2.petra.ac.id, (.diperoleh 24 September 2017)
Nursalam (2015). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Surabaya : Salemba Medika.

Patien Safety di Rumah sakit direkomendasikan oleh Diandra A, 2013.


https://azaleadiandra.wordpress.com, (diperoleh 13 Agustus 2017)

Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada manusia Oksigenasi direkomnedasikan oleh


Rosfina, 2015, https://rosfina26.wordpress.com, (diperoleh 13 agustus
2017).
Pengaruh Kompetensi dan Kerja Tim Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana
Rawat Inap di RSUD Cut Mhutia Lhoukseumawe direkomendasi oleh
Slavestore, 2016, http://slavestore.123dok.com, (diperoleh 17 Juli 2017)

Pengaruh Kompetensi Dan Kerja Tim Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana


Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung
direkomendasi oleh Slavestore, 2016, http://slavestore.123dok.com,
(diperoleh 17 Juli 2017).

Pengertian analisis Univariat direkomendasikan oleh Liza, 2016.


http.lizafisioterapi.blogspot.co.id, (diperoleh 23 September 2017).
Pengurangan resiko jatuh direkomendasikan oleh Lulu. L, 2014,
http://www.kompasiana.com, (diperoleh 13 Agustus 2017)

Perhitungan Infus direkomendasikan oleh Perpustakaan Indonesia, 2013,


Perpustakaan1.blogspot.com, (diperoleh 29 Juli, 2017).

Prinsip dasar Pencegahan direkomendasikan oleh Jelita F, 2010.


http://Pengendalianinfeksi.Blogspot.Co.Id, (diperoleh 13 Agustus 2017).

SOP Perawatan Luka direkomendasikan oleh Tamahaya, 2016,


http://askep33.com, (diperoleh 13 Agustus 2017).

Standar Kompetensi Perawat Indonesia direkomendasi oleh Bidang Organisasi


PP-PPNI, 2005, http://www.inna-ppni.or.id,( diperoleh 4 Juni, 2017).

Standar Kompetensi Perawat Indonesia direkomendasi oleh R. Nur, 2014,


http://emanbmth.blogspot.com,( diperoleh 4 Juni, 2017).
Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KOMPETENSI PERAWAT


DENGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHAAN DI RUANG RAWAT
INAP RSUD Dr. M. HAULUSSY AMBON

I. Petunjuk Pengisian Identitas Responden


Jawablah identitas responden berikut ini dengan memberikan tanda”√ ” pada
kolom
jawaban yang menurut anda benar
No. Responden (* diisi Peneliti) Nama
Ruangan
II. Identitas responden :
1. Umur : .............Tahun
2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
3. Pendidikan Keperawatan Terakhir SPK D.III S1
4. Lama Kerja : .......................Tahun
5. Status Pegawai : PNS Non PNS

III. Pertanyaan Penelitian


A. Variabel bebas (Kompetensi Perawat).
Pilihlah salah satu jawaban Kosiuner dibawah ini sesuai dengan
pengalaman dan tidak ada jawaban yang salah dan diharapkan semua
pertanyaan harus terjawab.
Cara mengisi Kosiuner :
Lingkari atau berikan tanda checklist (√) pada angka yang tertera
dalam kolom pilihan jawaban dibawah ini.
Angka 0 : Tidak Pernah
Angka 1 : Kadang-kadang
Angka 2 : Sering
Angka 3 : Sangat Sering
Angka 4 : Selalu
Penerapan Prinsip Etik dalam Asuhan keperawatan
PILIHAN JAWABAN
NO PERNYATAAN
0 1 2 3 4
Menghargai hak klien untuk menentukan siapa
1 dari anggota keluarga yang akan diberitahu
tentang kondisi kesehatannya
Memberikan informasi yang lengkap tentang
2 prosedur terapi yang akan disetujui klien (tujuan,
keuntungan,resiko dari prosedur)
Memaksa klien untuk memberikan informasi
3 meskipun klien tidak berkenan memberikan
informasi tersebut
Menggunakan standar operasional prosedur
4 pada setiap tindakan keperawatan yang saya
lakukan
Melakukan penyuluhan kesehatan kepada klien
5
sesuai dengan masalah klien
Meyampaikan informasi kesehatan klien dengan
6
cara dengan cara yang dapat melukai perasaan
klien menyediakan lingkungan yang aman bagi
Saya
7
klien
Membatasi pengunjung yang akan menjenguk
8
jika klien membutuhkan ketenangan
Bersedia mengikuti pelatihan keperawatan yang
9 dapat meningkatkan keterampilan saya sebagai
perawat
Berperan serta dalam tindakan yang merugikan
10
klien
Berani membela hak klien jika hak klien
11
dilanggar
Melakukan pengkajian secara lengkap agar dapat
12
memahami kebutuhan klien secara cepat
13 Membantu klien memenuhi kebutuhan dasarnya
Mengajarkan klien teknik relaksasi untuk
14
mengurangi rasa nyerinya
Menjaga kenyamanan bagi klien dengan kondisi
15
sakit yang berat
Memberikan perahatian yang lebih baik pada
16 klien yang membutuhkan observasi karena
sakitnya
Membuat rencana keperawatan untuk masing-
17
masing klien sesuai dengan kebuthan klien
18 Memberikan asuhan keperawatan secara adekuat
Memberikan informasi yang benar kepada klien
19
dengan cara yang mudah dipahami klien
Melakukan pendokumentasian asuhan
20
keperawatan secara lengkap dan akurat
Menjaga kerahasiaan keadaan pasien kecuali
21
diminta institusi yang berkompeten
Bertanggung jawab terhadap segala tindakan
22
keperawtan yang saya lakukan terhadap klien
23 Menjaga kerahasian data klien
Melibatkan klien dalam merencanakan tindakan
24
keperawatan
Saya melibatkan keluarga klien dalam
25
melakukan tindakan keperawtan
Pilihlah salah satu jawaban Kosiuner dibawah ini sesuai dengan pengalaman
dan tidak ada jawaban yang salah dan diharapkan semua pertanyaan harus
terjawab.
Cara mengisi angket:
Lingkari atau berikan tanda cheklist (√) pada angka yang tertera dalam kolom
pilihan jawaban dibawah ini.
Angka 0 : Tidak Pernah
Angka 1 : Pernah
Angka 2 : Sering
Angka 3 : Sangat Sering
Angka 4 : Selalu

Melakukan Komunikasi Interpersonal dalam Asuhan


Keperawatan

PILIHAN JAWABAN
NO PERNYATAAN 0 1 2 3 4

1 Saya memperkenalkan diri saat pertama kali


berinteraksi dengan pasien
Saya sering menyapa pasien setiap akan
2
melakukan tindakan keperawatan kepada pasien
Saya menjelaskan tujuan tindakan keperawatan
3
yang akan dilakukan kepada pasien
Saya sering menanyakan keluhan yang masih
4
dirasakan pasien
Saya selalu mengkomunikasikan kebutuhan
5
tindakan keperawatan kepada pasien
Saya selalu meminta persetujuan bila
6 melakukan tindakan kepada pasien
Saya melakukan komunikasi yang baik dalam
7 melakukakan tindakan keperawatan kepada
pasien
Saya selalu mempertahankan komunikasi dengan
8
klien selama tindakan/prosedur dilakukan
Saya menanyakan perasaan pasien setiap selesai
9
melakukan tindakan keperawatan
Saya menjelaskan kepada pasien tentang rencana
10 tindakan/prosedur yang akan dilakukan selanjutnya
Pilihlah salah satu jawaban Kosiuner dibawah ini sesuai dengan
pengalaman dan tidak ada jawaban yang salah dan diharapkan semua
pertanyaan harus terjawab.
Cara mengisi angket:
Lingkari atau berikan tanda cheklist (√) pada angka yang tertera dalam
kolom pilihan jawaban dibawah ini.
Angka 0 : Tidak Pernah
Angka 1 : Pernah
Angka 2 : Sering
Angka 3 : Sangat Sering
Angka 4 : Selalu
Mefasilitasi Kebutuhan Elektroilit dan cairan
PILIHAN JAWABAN
NO PERNYATAAN
0 1 2 3 4
Saya mencuci tangan dan menggunakan sarung
1 tangan sebelum melakukan tindakan
pemasangan infuse pada pasien
Saya menjelaskan tujuan dan maksud
2
pemasangan infuse pada pasien
Saya menanyakan keluhan sekarang pasien
3 sebelum melakukan tindakan pemasangan infus
pada pasien
Saya memeriksa label kloin apakah sudah sesuai
4 dengan instruksi/terapi cairan yang akan
diberikan pada pasien
Saya mengatur tetesan infuse sesuai dengan
5
ketentuan
Saya menggunakan rumus cara perhitungan
6 tetesan permenit setiap dalam mengatur tetesan
infuse pasien
Saya selalu buat catatan pemasangan cairan
7 infuse secara terperinci setiap selesai melakukan
tindakan pemasangan infuse pada pasien
Saya selalu perhatikan reaksi klien 15 menit
8
pertama pemasangan infuse pada pasien.
Saya mengganti cairan infus secara cepat dan
9
tepat waktu, saat cairan infus pasien telah habis
Saya sering mengalami kegagalan dalam
10 pemberian cairan infus pada pasien
Pilihlah salah satu jawaban Kosiuner dibawah ini sesuai dengan
pengalaman dan tidak ada jawaban yang salah dan diharapkan semua
pertanyaan harus terjawab.
Cara mengisi angket:
Lingkari atau berikan tanda cheklist (√) pada angka yang tertera dalam
kolom pilihan jawaban dibawah ini.
Angka 0 : Tidak Pernah
Angka 1 : Pernah
Angka 2 : Sering
Angka 3 : Sangat Sering
Angka 4 : Selalu

Kualitas Pelayanan Kesehatan


PILIHAN JAWABAN
NO PERNYATAAN
0 1 2 3 4
Saya selalu memberikan obat pasien sesuai
1 prosedur pemberian obat
Saya memberikan tindakan perawat secara cepat
2 dan tepat saat pasien membutuhkan
Saya selalu memberi penjelaskan yang cukup
3 lengkap tentang instruksi pengobatan/perawatan
pada pasien.
Saya selalu memberikan perhatian khusus pada
4 pasien.
Saya memberikan informasi yang mudah
5
dimengerti oleh pasien
Saya selalu siap sedia di rumah sakit saat jam
6 pelayanan.
Saya melakukan pelayanan pada pasien tidak
7 memandang status social setiap pasien.
Saya selalu berbicara dengan sopan pada pasien.
8

9 Saya selalu berpenampilan rapi.


Saya melaporkan segala detail hasil
10 pemeriksaan pasien kepada dokter selaku
melakukan kunjungan.
MASTER TABEL
HUBUNGAN KOMPETENSI PERAWAT DENGAN KUALITAS PELAYANAN
DI RUANG RAWAT INAP RSUD. Dr. M. HAULUSSY AMBON
TAHUN 2017

L PENERAPAN PRINSIP ETIK DALAM A


NO UMR JK PDK SP
K
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1
1 2 2 2 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4
2 2 1 2 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 0 4 4 4 4 4 4 4
3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 0 3 2 1 3 2 2 3 2 2 3 2
4 1 2 2 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 2 2 2 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
6 1 1 2 1 1 4 4 1 2 2 0 4 4 4 0 4 4 4 4 4 4 4
7 2 1 2 2 1 4 4 4 4 0 4 4 4 0 4 4 4 4 4 4 4 4
8 2 1 2 1 1 4 4 0 4 4 0 4 4 4 0 4 4 4 4 4 4 4
9 2 2 2 2 1 3 3 0 4 0 3 4 4 3 0 4 4 4 4 4 3 4
10 2 1 2 2 1 3 3 0 4 3 4 4 1 3 4 4 4 4 4 4 3 4
11 1 2 2 1 2 4 4 0 4 4 0 4 4 4 0 1 4 4 4 4 4 4
12 2 2 2 1 1 4 4 0 4 4 0 4 4 4 0 1 4 4 4 4 4 4
13 2 2 2 1 1 2 2 0 2 0 2 3 3 0 1 3 3 4 3 4 2 3
14 2 2 2 1 1 4 4 0 4 3 0 4 3 3 0 3 3 4 4 4 4 3
15 2 2 2 1 1 4 4 0 4 3 0 4 3 3 0 3 3 4 4 4 4 3
16 1 2 2 1 2 4 4 0 4 3 0 4 3 3 0 4 3 4 4 4 4 3
17 2 2 2 1 2 2 2 0 2 2 0 2 2 3 0 3 3 3 3 3 3 3
18 1 2 2 1 2 4 4 0 4 4 0 4 4 3 0 4 4 4 4 4 4 4
19 1 2 2 1 1 4 4 0 4 4 0 4 4 3 0 4 4 4 4 4 4 4
20 2 2 2 1 1 4 4 0 4 4 0 4 4 3 0 4 4 4 4 4 4 4
21 2 2 2 1 1 4 4 0 4 4 0 4 4 3 0 4 4 4 4 4 4 4
22 2 2 2 1 1 4 4 0 4 4 0 4 4 3 0 4 4 4 4 4 4 4
23 1 2 2 1 1 2 2 0 3 1 0 3 2 2 0 2 2 2 3 2 3 3
24 1 2 2 1 1 4 4 0 4 3 0 4 3 3 0 4 3 4 4 4 4 3
25 1 2 2 1 2 4 4 0 4 3 0 4 3 3 0 4 3 4 4 4 4 3
26 2 2 2 1 1 4 4 0 4 3 0 4 3 3 0 4 3 4 4 4 4 3
27 2 2 2 1 1 2 2 0 3 3 0 2 3 2 0 2 3 2 2 2 2 3
28 1 2 2 1 1 4 4 0 4 3 0 4 3 3 0 4 3 4 4 4 4 3
29 1 2 2 1 1 4 4 0 4 4 0 4 4 4 0 4 4 4 4 2 2 4
30 2 1 2 1 1 4 4 0 4 4 0 4 4 4 0 4 4 4 4 3 3 4
31 1 2 2 1 1 4 4 0 4 4 0 4 4 4 0 4 4 4 4 2 2 4
32 2 2 2 1 1 2 2 0 3 2 0 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2
33 2 2 2 1 1 4 4 0 4 4 0 4 4 4 0 4 4 4 4 1 1 4
34 2 2 2 1 1 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 0 1 2 2 3 2 2

KOMUNIKASIINTERPERSONALDALAM ASUHAN MEM


J L KEPERAWATAN
O UMR PDK SP
K K
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 S M K 1 2 3
1 2 2 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 20 2 3 3 3
2 2 1 2 1 1 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 36 20 2 3 3 3
3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 19 20 1 2 2 2
4 1 2 2 1 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 22 20 2 4 4 4
5 2 2 2 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 20 2 4 4 4
6 1 1 2 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 20 2 4 4 4
7 2 1 2 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 20 2 1 3 2
8 2 1 2 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 20 2 4 4 4
9 2 2 2 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 20 2 4 4 3
10 2 1 2 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 20 2 4 4 3
11 1 2 2 1 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 0 34 20 2 4 4 4
12 2 2 2 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 20 2 4 4 4
13 2 2 2 1 1 4 4 3 3 4 4 3 4 2 3 34 20 2 3 4 2
14 2 2 2 1 1 4 4 3 3 4 3 3 4 2 3 33 20 2 2 2 3
15 2 2 2 1 1 4 4 3 3 4 4 3 3 2 3 33 20 2 3 4 2
16 1 2 2 1 2 4 4 3 3 4 4 3 4 2 3 34 20 2 3 4 2
17 2 2 2 1 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 39 20 2 4 4 4
18 1 2 2 1 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 39 20 2 4 4 4
19 1 2 2 1 1 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 39 20 2 4 4 4
20 2 2 2 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 20 2 4 4 4
21 2 2 2 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 20 2 4 4 4
22 2 2 2 1 1 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 24 20 2 4 4 4
23 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 18 20 1 2 2 1
24 1 2 2 1 1 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 24 20 2 3 4 2
25 1 2 2 1 2 4 4 3 3 4 4 3 4 2 3 34 20 2 3 4 2
26 2 2 2 1 1 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 23 20 2 2 2 3
27 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 18 20 1 3 2 2
28 1 2 2 1 1 4 4 3 3 4 4 3 4 2 3 34 20 2 3 4 2
29 1 2 2 1 1 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 33 20 2 4 4 4
30 2 1 2 1 1 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 25 20 2 4 4 4
31 1 2 2 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 20 2 4 4 4
32 2 2 2 1 1 4 2 2 2 4 4 4 2 4 4 32 20 2 2 2 2
33 2 2 2 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 20 2 3 3 3
34 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 19 20 1 4 3 3

KUALITAS PEL
NO UMR JK PDK LK SP
1 2 3 4 5 6 7
1 2 2 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3
2 2 1 2 1 1 4 4 4 4 4 4 4
3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2
4 1 2 2 1 2 4 4 4 4 4 4 4
5 2 2 2 2 1 4 4 4 4 4 4 4
6 1 1 2 1 1 4 4 4 4 4 4 4
7 2 1 2 2 1 4 4 4 4 4 4 4
8 2 1 2 1 1 4 4 4 4 4 4 4
9 2 2 2 2 1 2 2 3 2 3 2 2
10 2 1 2 2 1 4 3 2 2 4 3 4
11 1 2 2 1 2 4 4 4 3 4 4 3
12 2 2 2 1 1 4 4 4 2 4 4 4
13 2 2 2 1 1 4 3 3 3 3 4 4
14 2 2 2 1 1 4 3 3 3 3 4 4
15 2 2 2 1 1 4 3 3 3 3 4 4
16 1 2 2 1 2 4 3 3 3 3 4 4
17 2 2 2 1 2 4 3 3 4 4 4 4
18 1 2 2 1 2 4 3 3 4 4 4 4
19 1 2 2 1 1 3 3 2 3 4 3 2
20 2 2 2 1 1 4 4 4 3 4 3 4
21 2 2 2 1 1 4 4 3 2 2 4 3
22 2 2 2 1 1 4 4 4 4 4 4 4
23 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2
24 1 2 2 1 1 4 3 3 3 3 4 4
25 1 2 2 1 2 4 3 3 3 3 4 4
26 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 3 2
27 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2
28 1 2 2 1 1 4 3 3 3 3 4 4
29 1 2 2 1 1 3 3 3 3 3 3 3
30 2 1 2 1 1 2 2 3 3 2 3 2
31 1 2 2 1 1 4 4 4 4 4 4 4
32 2 2 2 1 1 3 2 3 2 2 3 2
33 2 2 2 1 1 3 3 3 3 3 3 3
34 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2
FREQUENCIES VARIABLES=umur Jk PT LK SP Etik Komunikasi cairan
Pelayanan
/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet1] D:\Baru Proposal\WORD 2003\Proposal Rubah\wanter data.sav

Frequency Table
Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

<35 tahun 12 35.3 35.3 35.3

Valid >35 Tahun 22 64.7 64.7 100.0

Total 34 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Laki-laki 6 17.6 17.6 17.6

Valid Perempuan 28 82.4 82.4 100.0

Total 34 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid D3 34 100.0 100.0 100.0

Lama Kerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

<14 Tahun 28 82.4 82.4 82.4

Valid >14 Tahun 6 17.6 17.6 100.0

Total 34 100.0 100.0

status Pegawai

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

PNS 28 82.4 82.4 82.4

Valid Non PNS 6 17.6 17.6 100.0

Total 34 100.0 100.0

Penerapan Prinsip etik Dalam asuhan Keperawatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Kurang 3 8.8 8.8 8.8

Valid Baik 31 91.2 91.2 100.0

Total 34 100.0 100.0

Melakukan Komunikasi interpersonal dalam asuhan Keperawatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Kurang 4 11.8 11.8 11.8

Valid Baik 30 88.2 88.2 100.0

Total 34 100.0 100.0

Memfasilitasi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Kurang 3 8.8 8.8 8.8

Valid Baik 31 91.2 91.2 100.0

Total 34 100.0 100.0

Kualitas Pelayanan Kesehatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Kurang 4 11.8 11.8 11.8

Valid Baik 30 88.2 88.2 100.0

Total 34 100.0 100.0

Crosstabs
[DataSet1] D:\data Baru Skripsi\wanter data Terbaru.sav
Penerapan Prinsip etik Dalam asuhan Keperawatan * Kualitas
Pelayanan Kesehatan
Crosstab

Count

Kualitas Pelayanan Kesehatan Total

Kurang Baik

Kurang 3 0 3
Penerapan Prinsip etik Dalam
asuhan Keperawatan
Baik 1 30 31

Total 4 30 34

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 24.677a 1 .000


Continuity Correctionb 16.235 1 .000
Likelihood Ratio 15.795 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 23.952 1 .000
N of Valid Cases 34

a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .35.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R .852 .135 9.204 .000c


Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .852 .135 9.204 .000c
N of Valid Cases 34

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Melakukan Komunikasi interpersonal dalam asuhan Keperawatan


* Kualitas Pelayanan Kesehatan

Crosstab
Count

Kualitas Pelayanan Kesehatan Total

Kurang Baik

Melakukan Komunikasi Kurang 4 0 4


interpersonal dalam asuhan
Baik 0 30 30
Keperawatan
Total 4 30 34

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 34.000a 1 .000


b
Continuity Correction 25.049 1 .000
Likelihood Ratio 24.630 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 33.000 1 .000
N of Valid Cases 34

a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .47.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Errora

Interval by Interval Pearson's R 1.000 .000b

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation 1.000 .000b


N of Valid Cases 34

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Based on normal approximation.


Memfasilitasi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit * Kualitas
Pelayanan Kesehatan

Crosstab
Count

Kualitas Pelayanan Kesehatan Total

Kurang Baik

Memfasilitasi Kebutuhan Cairan Kurang 3 0 3


dan Elektrolit Baik 1 30 31
Total 4 30 34

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 24.677a 1 .000


b
Continuity Correction 16.235 1 .000
Likelihood Ratio 15.795 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 23.952 1 .000
N of Valid Cases 34

a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .35.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R .852 .135 9.204 .000c


Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .852 .135 9.204 .000c
N of Valid Cases 34

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Anda mungkin juga menyukai