Inisiasi 3.1
Inisiasi 3.1
1
RISIKO PERUSAHAAN
Risiko Keuangan
Risiko keuangan adalah fluktuasi target keuangan atau ukuran moneter perusahaan
karena gejolak berbagai variabel makro. Risiko keuangan terjadi karena adanya penggunaan
hutang dalam struktur keuangan perusahaan, yang mengakibatkan perusahaan harus
menanggung beban tetap secara periodik berupa beban bunga dan adanya kondisi pasar
secara makro. Hal ini akan mengurangi kepastian besarnya imbalan bagi pemegang saham,
sebelum memutuskan pembagian laba bagi pemegang saham. Dengan demikian, risiko
keuangan menyebabkan variabilitas laba bersih (net income) lebih besar.
Ukuran keuangan dapat berupa arus kas (dan ini yang banyak digunakan), laba
perusahaan, economic value added (EVA), dan pertumbuhan penjualan. Risiko keuangan
terdiri dari empat jenis risiko, yaitu risiko likuiditas, risiko kredit, risiko permodalan, dan
risiko pasar.
1. Risiko Likuiditas
Ada dua pengertian risiko likuiditas. Pengertian pertama, risiko likuiditas adalah
ketidakpastian atau kemungkian perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran
jangka pendek atau pengeluaran tak terduga, sehingga memberi pengaruh kepada
terganggunya aktivitas perusahaan ke posisi tidak berjalan secara normal. Ini berkaitan
dengan pengelolaan modal kerja perusahaan. Risiko ini terjadi bila perusahaan kekurangan
uang tunai atau modal kerja bentuk lain yang bisa diuangkan dengan mudah untuk membayar
utang dagang, utang, pajak, utang bank yang jatuh tempo, commercial paper (CP), dan
kewajiban jangka pendek lainnya. Oleh karena itu, risiko likuiditas sering disebut dengan
short term liquidity risk.
Pengertian kedua, risiko likuiditas berarti kemungkinan penjualan suatu aset perusahaan
dengan diskon yang tinggi karena sulitnya mencari pembeli. Ini terjadi bagi aset-aset yang
jarang diperdagangkan. Perusahaan menghadapi risiko likuiditas jenis ini terutama bagi yang
menanamkan uang di surat berharga. Beberapa saham, misalnya, termasuk dalam kategori
saham tidur sehingga sulit diperdagangkan. Kalaupun bisa dijual, perusahaan harus
menawarkan dengan harga yang rendah atau dengan diskon yang tinggi.
Seacar lebih rinci risiko likuiditas yang terjadi pada suatu perusahaan dapat
dikelompokkan menjadi risiko likuiditas dana dan risiko likuiditas asset. Pembahasan masing-
masing risiko likuiditas tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
a. Likuiditas Dana
Risiko likuiditas menurut pengertian pertama berkaitan dengan kekurangan dana. Hal
tersebut bisa terjadi karena perusahaan tidak mengelola kas dengan baik. Besarnya dan saat
jatuh tempo uang masuk dan keluar tidak mendapat perhatian secara intensif.
Hal pertama yang perlu diperhatikan manajemen adalah dalam hal manajemen kas (cash
management). Kas perusahaan (dalam neraca sering disebut dengan kas dan setara kas)
memiliki tiga fungsi: fungsi transaksi, fungsi jaga-jaga, dan fungsi spekulasi. Dalam fungsi
transaksi, ketersediaan kas sejalan dengan rencana anggaran perusahaan. Dalam anggaran
telah diketahui kapan uang keluar dan kapan uang masuk. Kas perlu disediakan untuk
memenuhi kebutuhan arus kas keluar.
Fungsi kedua, berjaga-jaga, bertujuan untuk memastikan bahwa kalau ada kondisi yang
tidak terduga, perusahaan masih memiliki cadangan kas yang mencukupi. Biasanya
perusahaan memiliki bantalan atau chusion. Besarnya bantalan kas bisa ditetapkan oleh
manajemen, misalnya sebanyak rata-rata lima hari kebutuhan transaksi. Yang termasuk
kondisi tak terduga, antara lain kenaikan biaya bahan sehingga tidak sesuai dengan anggaran.
Termasuk juga kejadian di luar perkiraan dan tidak dianggarkan. Misalnya, perusahaan
mengalami tuntutan peng-adilan dan kalah sehingga perusahaan wajib membayar sejumlah
uang.
Fungsi ketiga, spekulasi, merupakan sejumlah uang yang digunakan oleh perusahaan
untuk mengeksploitasi peluang, baik yang terkait dengan bisnis perusahaan maupun tidak.
Misalnya, bagian tressurer perusahaan sengaja menahan sejumlah uang untuk diinvestasikan
dalam bentuk jual-beli saham untuk meman-faatkan peluang kenaikan harga saham dalam
pasar yang sedang membaik, atau sedang bullish.
b. Likuiditas Aset
Likuiditas aset berkaitan dengan mudah tidaknya suatu aset diperjualbelikan. Termasuk
ke dalam aset, antara lain valuta asing, surat berharga, mesin, teknologi, barang modal, dan
lain-nya. Istilah aset tidak likuid banyak dijumpai di pasar modal, terutama untuk menyebut
saham yang tidak banyak diperdagangkan. Saham tidur merupakan saham yang dibeli oleh
investor yang ke beberapa alasan investor memudian disimpan. Ada beberapa alasan investor
melakukannya.
Saham tidur bisa jadi karena perusahaan pengemisi saham termasuk ke dalam industri
baru (infant industry). Perusahaan seperti ini tidak banyak menjanjikan dividen. Pertumbuhan
harga saham untuk jangka pendek kadang-kadang sangat tinggi, tetapi kadang-kadang sangat
rendah. Hal ini tergantung pada keyakinan investor pada masa depan perusahaan. Semakin
tinggi tingkat keyakinan pertumbuhan perusahaan, semakin tinggi pula kenaikan harga
saham. Andalan investor dengan memiliki saham perusahaan seperti ini adalah kenaikan
harga saham (capital gain).
2. Risiko Kredit
Risiko kredit adalah ketidakmampuan suatu perusahaan, institusi, lembaga maupun
pribadi dalam menyelesaikan kewajiban-kewajibannya secara tepat waktu baik pada saat
jatuh tempo maupun sesudah jatuh tempo seperti tertuang dalam kesepakatan. Penafsiran
risiko kredit menjadi lebih spesifik lagi pada saat dihadapkan pada bentuk bisnis yang
dijalankan, seperti lembaga perbankan dan lembaga keuangan non perbankan. Risiko kredit
dari segi perspektif perbankan adalah risiko kerugian yang diderita bank, terkait dengan
kemungkinan bahwa pada saat jatuh tempo, counterparty-nya gagal memenuhi kewajiban-
kewajibannya kepada bank.
Karena risiko kredit timbul dari penyimpangan (deviasi) kinerja portofolio kredit dari
nilai yang diharapkan, maka sebagian dari risiko kredit ini dapat didiversifikasi. Tetapi risiko
ini tidak mungkin dapat didiversifikasi seluruhnya, karena ada porsi risiko yang dihadapi para
konsumen atau debitur akibat dari systemic risk. Oleh karena itu perusahaan akan lebih
mengawasi konsumen atau debitur yang sifat pasarnya lokal dan sempit atau yang memiliki
stock barang dagang yang tidak likuid.
3. Risiko Permodalan
Risiko permodalan disebut juga risiko solvensi, yaitu risiko yang dihadapi perusahaan
berupa kemungkinan tidak dapat menutup kerugian. Risiko ini merupakan risiko yang
dihadapi perusahaan dan merupakan akumulasi berbagai risiko yang terjadi sebelumnya,
antara lain risiko suku bunga, risiko likuiditas, risiko nilai tukar, dan risiko operasional.
Risiko permodalan dapat dilihat dari rasio antara pinjaman dan ekuitas. Secara umum
perusahaan dapat meminjam dalam rangka meningkatkan kinerja. Tetapi, sampai tingkat rasio
tertentu, perusahaan sebaiknya tidak menambah pinjaman. Rasio permodalan untuk
perbankan dibatasi oleh ketentuan Bank Indonesia berupa rasio kecukupan modal atau capital
adequacy ratio (CAR). Rasio permodalan untuk perusahaan asuransi mengikuti ketentutan
risk based capital (RBC).
4. Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko yang berkaitan dengan potensi penyimpangan hasil keuangan
karena pergerakan variabel pasar. Hal-hal yang terkait dengan risiko pasar adalah transaksi
dan instrumen keuangan. Risiko pasar disebut juga systemic risk atau correlation risk, karena
perubahan nilai pasar dari aset perusahaan bertalian dengan faktor-faktor yang bersifat
3|Page
sistemik. Sesuai sifatnya risiko ini tidak dapat didiversifikasi, tetapi sampai batas tertentu
dapat dibatasi (hedged).
Secara umum risiko pasar dapat dikelompokkan menjadi (dua) bentuk, yaitu:
a. General Market Risk (Risiko Pasar Secara Umum)
General market risk ini dialami oleh seluruh perusahaan yang disebabkan oleh suatu
kebijakan yang dilakukan oleh lembaga terkait yang mana kebijakan tersebut mampu
memberi pengaruh bagi seluruh sektor bisnis. Contohnya pada saat bank sentral suatu negara
melakukan kebijakan tight money policy (kebijakan uang ketat) dengan berbagai
instrumennya seperti menaikkan suku bunga BI rate.
Risiko pasar umum biasanya dikelompokkan menjadi empat jenis: risiko suku bunga.
risiko nilai tukar, risiko komoditas, dan risiko ekuitas. Risiko suku bunga berkaitan dengan
transaksi pinjam-meminjam atau investasi dalam instrumen pinjaman. Risiko nilai tukar
berkaitan dengan transaksi atau investasi yang melibatkan mata uang atau valuta asing. Risiko
komoditas berkaitan dengan transaksi komoditas secara kredit atau melalui perdagangan
forward, futures; atau derivatives Iainnya. Risiko ekuitas disebut juga risiko indeks saham,
berkaitan dengan investasi dalam bentuk saham.
Risiko Operasional
Risiko operasional (operastional risk) adalah potensi penyimpangan dari hasil yang
diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, teknologi, prosedur, kebijakan dan
struktur organisasi. Risiko operasional bisa terjadi pada dua tingkatan: teknis dan organisasi.
Pada tataran teknis, risiko operasional bisa terjadi apabila sistem informasi, kesalahan
mencatat, informasi yang tidak memadai, dan pengukuran risiko tidak akurat dan tidak
memadai. Pada tataran organisasi, risiko operasional bisa muncul karena sistem pemantauan
dan pelaporan, sistem dan prosedur, serta kebijakan tidak berjalan sebagaimana seharusnya.
Risiko operasional secara umum terdiri dari (1) Risiko SDM (2) Risiko Teknologi (3)
Risiko inovasi (4) Risiko sistem, dan (5) Risiko proses
Modul 4
PENDAHULUAN
5|Page
P ada modul sebelumnya telah diuraikan risiko perusahaan yang berkaitan dengan risiko keuangan dan risiko
operasional. Pada Modul 4 ini masih akan menguraikan risiko perusahaan yang lain yaitu :
(1) Risiko Eksternalitas
(2) Risiko Strategis
Risiko Eksternalitas
Risiko eksternalitas (external risk) adalah potensi penyimpangan hasil pada eksposur
perusahaan strategis, dan bisa berdampak pada potensi penutupan usaha, karena pengaruh
dari faktor eksternal. Risiko eksternalitas bersumber dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di
luar pengendalian langsung namun dapat pula justru ditujukan langsung pada fasilitas dan
atau manajemen perusahaan.
External risk events ini biasanya termasuk dalam kelompok jenis risiko yang berciri low
frequency/high impact sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kerugian yang besar dan tak
terduga. Hampir dapat dipastikan bahwa ketika external risk event ini terjadi maka perhatian
masyarakat luas menjadi demikian dramatis dan liputan pers pun menjadikan head-lines.
Sebagai contoh terjadinya perampokan besar-besaran atau serangan teroris atas fasilitas
perkantoran dan niaga serta perbankan.
b. Risiko Lingkungan
Risiko lingkungan adalah potensi penyimpangan hasil, bahkan potensi penutupan
perusahaan karena ketidakmampuan perusahaan dalam mengelola polusi dan dampaknya
yang ditimbulkan oleh perusahaan. Analisis resiko lingkungan adalah proses memperkirakan
resiko pada organisme, sistem, atau populasi dengan segala ketidakpastian yang
menyertainya. Jadi intinya analisis risiko lingkungan adalah proses prediksi kemungkinan
dampak negatif yang terjadi terhadap lingkungan sebagai akibat dari kegiatan tertentu.
Tahapan analisis risiko lingkungan :
(1).Tentukan batasan studi atau analisis
(2).Tentukan area yang ingin diperdalam dan informasi yang ingin di dapat
(3).Lakukan uji dampak lingkungan berdasarkan informasi data dan pengkategorian data
yang telah dikumpulkan
(4).Evaluasi informasi yang diperoleh dari uji data, dengan melakukan uji aspek dan dampak
lingkungan lingkungan.
Indentifikasi dari kegiatan pada masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang memiliki
potensi memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Ada 4 langkah dalam menentukan
aspek dan dampak lingkungan, yaitu :
(1).Identifikasi secara menyeluruh aktifitas dari suatu kegiatan dengan menggunakan diagram
alur atau table.
(2).Identifikasi aspek lingkungan dari kegiatan yang dilakukan sebanyak-banyaknya.
(3).Identifikasi dampak yang ditimbulkan berdasarkan aspek-aspek yang telah dibuat,
(4).Evaluasi dampak yang signifikan
c. Risiko Sosial
Risiko sosial adalah potensi penyimpangan hasil karena tidak akrabnya perusahaan
dengan lingkungan tempat perusahaan berada. Termasuk di dalamnya adalah kalau
perusahaan tidak peka terhadap rekruitmen karyawan tanpa memberi kesempatan masyarakat
setempat dan peran sosial perusahaan dalam masyarakat.
Risiko sosial timbul karena perbedaan persepsi dan budaya yang mengakibatkan
terjadinya rasa ketidakpuasan serta ketidakadilan dari para pemangku kepentingan eksternal.
Kegagalan mengelola risiko sosial ini dapat mengakibatkan biaya ekonomi tinggi dan
merusak reputasi dari organisasi, serta pada akhirnya dapat berdampak sistemik
menghancurkan keunggulan bersaing dari suatu negara
Ada 4 komponen yang menjadi karakteristik risiko sosial, yaitu : (1) isu dominan; (2)
pemangku kepentingan; (3) cara membangun konflik; (4) persepsi.
d. Risiko Hukum
Risiko hukum (legal risk) adalah kemungkinan penyimpangan hasil karena perusahaan
tidak mematuhi peraturan dan norma yang berlaku. Legal risk berakar dari terdapatnya
ketidakpastian terkait dengan efektivitasnya langkah hukum (legal actions) atau
ketidakpastian dalam penerapan atau penafsiran (interpretation) isi suatu contracts, laws atau
regulations. Risiko hukum di lingkungan perbankan, dikenal dengan risiko kepatuhan
(compliance risk).
Luasnya permasalahan yang menjadi sumber dan akibat yang ditimbulkan oleh terjadinya
legal risk berbeda jauh antara suatu negara dengan negara lainnya dan dalam tren yang
meningkat pula. Pada beberapa negara, legal risk terjadi menyusul ketiadaan kejelasan legal
position perihal suatu aspek tertentu. Contohnya adalah: ketentuan mengenai property
ownership (bagi pihak asing) dan kepastian penerapan hukum kepailitan.
Ada beberapa sumber yang dapat menjadi penyebab risiko hukum perusahaan, antara lain:
1) Kelemahan Yuridis
2) Perubahan hukum
3) Kesalahan dalam kontrak
4) Kegagalan dokumentasi
5) Kegagalan akibat kebangkrutan
Ada beberapa hal yang dapat menjadi pegangan bagi manajemen untuk mengecek
adanya risiko hukum dalam perusahaan.
1) Format dokumen
2) Klausul Perlindungan
3) Netting
4) Status hukum
Risiko Strategis
Risiko atau kejadian yang tidak pasti mampu menembus jauh ke dalam seluruh kegiatan
usaha, dan oleh karenanya maka para manajer harus berusaha untuk mencegah dan atau
berusaha menekan sekecil mungkin dampak kerugian bila risiko terjadi. Tidak sedikit pelaku
usaha yang gagal dalam menjalankan usahanya, yang apabila ditelusuri diakibatkan oleh
kegagalan dalam menenggarai dan kekurangberhasilan mengelola risiko yang dimaksud.
Dalam beberapa kasus sering dijumpai manajer perusahaan mengekplorasi aset dan sumber
daya perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Namun dalam kegiatannya tersebut telah
mengabaikan risiko-risiko yang melekat pada sumber daya yang dikelolanya.
Risiko strategis adalah risiko yang dapat mempengaruhi eksposur perusahaan dan
eksposur strategis sebagai akibat keputusan strategis yang tidak sesuai dengan lingkungan
eksternal dan internal usaha. Risiko strategis terjadi karena adanya penetapan dan
pelaksanaan strategi perusahaan yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak
tepat atau kurang responsifnya perusahaan terhadap perubahan eksternal. Akibat dari
keputusan yang tidak tepat ini perusahaan harus mengeluarkan biaya yang besar dan gagal
mencapai target bisnisnya.