Anda di halaman 1dari 10

INISIASI 3.

1
RISIKO PERUSAHAAN

Risiko Keuangan
Risiko keuangan adalah fluktuasi target keuangan atau ukuran moneter perusahaan
karena gejolak berbagai variabel makro. Risiko keuangan terjadi karena adanya penggunaan
hutang dalam struktur keuangan perusahaan, yang mengakibatkan perusahaan harus
menanggung beban tetap secara periodik berupa beban bunga dan adanya kondisi pasar
secara makro. Hal ini akan mengurangi kepastian besarnya imbalan bagi pemegang saham,
sebelum memutuskan pembagian laba bagi pemegang saham. Dengan demikian, risiko
keuangan menyebabkan variabilitas laba bersih (net income) lebih besar.
Ukuran keuangan dapat berupa arus kas (dan ini yang banyak digunakan), laba
perusahaan, economic value added (EVA), dan pertumbuhan penjualan. Risiko keuangan
terdiri dari empat jenis risiko, yaitu risiko likuiditas, risiko kredit, risiko permodalan, dan
risiko pasar.

1. Risiko Likuiditas
Ada dua pengertian risiko likuiditas. Pengertian pertama, risiko likuiditas adalah
ketidakpastian atau kemungkian perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran
jangka pendek atau pengeluaran tak terduga, sehingga memberi pengaruh kepada
terganggunya aktivitas perusahaan ke posisi tidak berjalan secara normal. Ini berkaitan
dengan pengelolaan modal kerja perusahaan. Risiko ini terjadi bila perusahaan kekurangan
uang tunai atau modal kerja bentuk lain yang bisa diuangkan dengan mudah untuk membayar
utang dagang, utang, pajak, utang bank yang jatuh tempo, commercial paper (CP), dan
kewajiban jangka pendek lainnya. Oleh karena itu, risiko likuiditas sering disebut dengan
short term liquidity risk.
Pengertian kedua, risiko likuiditas berarti kemungkinan penjualan suatu aset perusahaan
dengan diskon yang tinggi karena sulitnya mencari pembeli. Ini terjadi bagi aset-aset yang
jarang diperdagangkan. Perusahaan menghadapi risiko likuiditas jenis ini terutama bagi yang
menanamkan uang di surat berharga. Beberapa saham, misalnya, termasuk dalam kategori
saham tidur sehingga sulit diperdagangkan. Kalaupun bisa dijual, perusahaan harus
menawarkan dengan harga yang rendah atau dengan diskon yang tinggi.
Seacar lebih rinci risiko likuiditas yang terjadi pada suatu perusahaan dapat
dikelompokkan menjadi risiko likuiditas dana dan risiko likuiditas asset. Pembahasan masing-
masing risiko likuiditas tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
a. Likuiditas Dana
Risiko likuiditas menurut pengertian pertama berkaitan dengan kekurangan dana. Hal
tersebut bisa terjadi karena perusahaan tidak mengelola kas dengan baik. Besarnya dan saat
jatuh tempo uang masuk dan keluar tidak mendapat perhatian secara intensif.
Hal pertama yang perlu diperhatikan manajemen adalah dalam hal manajemen kas (cash
management). Kas perusahaan (dalam neraca sering disebut dengan kas dan setara kas)
memiliki tiga fungsi: fungsi transaksi, fungsi jaga-jaga, dan fungsi spekulasi. Dalam fungsi
transaksi, ketersediaan kas sejalan dengan rencana anggaran perusahaan. Dalam anggaran
telah diketahui kapan uang keluar dan kapan uang masuk. Kas perlu disediakan untuk
memenuhi kebutuhan arus kas keluar.
Fungsi kedua, berjaga-jaga, bertujuan untuk memastikan bahwa kalau ada kondisi yang
tidak terduga, perusahaan masih memiliki cadangan kas yang mencukupi. Biasanya
perusahaan memiliki bantalan atau chusion. Besarnya bantalan kas bisa ditetapkan oleh
manajemen, misalnya sebanyak rata-rata lima hari kebutuhan transaksi. Yang termasuk
kondisi tak terduga, antara lain kenaikan biaya bahan sehingga tidak sesuai dengan anggaran.
Termasuk juga kejadian di luar perkiraan dan tidak dianggarkan. Misalnya, perusahaan
mengalami tuntutan peng-adilan dan kalah sehingga perusahaan wajib membayar sejumlah
uang.
Fungsi ketiga, spekulasi, merupakan sejumlah uang yang digunakan oleh perusahaan
untuk mengeksploitasi peluang, baik yang terkait dengan bisnis perusahaan maupun tidak.
Misalnya, bagian tressurer perusahaan sengaja menahan sejumlah uang untuk diinvestasikan
dalam bentuk jual-beli saham untuk meman-faatkan peluang kenaikan harga saham dalam
pasar yang sedang membaik, atau sedang bullish.

b. Likuiditas Aset
Likuiditas aset berkaitan dengan mudah tidaknya suatu aset diperjualbelikan. Termasuk
ke dalam aset, antara lain valuta asing, surat berharga, mesin, teknologi, barang modal, dan
lain-nya. Istilah aset tidak likuid banyak dijumpai di pasar modal, terutama untuk menyebut
saham yang tidak banyak diperdagangkan. Saham tidur merupakan saham yang dibeli oleh
investor yang ke beberapa alasan investor memudian disimpan. Ada beberapa alasan investor
melakukannya.
Saham tidur bisa jadi karena perusahaan pengemisi saham termasuk ke dalam industri
baru (infant industry). Perusahaan seperti ini tidak banyak menjanjikan dividen. Pertumbuhan
harga saham untuk jangka pendek kadang-kadang sangat tinggi, tetapi kadang-kadang sangat
rendah. Hal ini tergantung pada keyakinan investor pada masa depan perusahaan. Semakin
tinggi tingkat keyakinan pertumbuhan perusahaan, semakin tinggi pula kenaikan harga
saham. Andalan investor dengan memiliki saham perusahaan seperti ini adalah kenaikan
harga saham (capital gain).

2. Risiko Kredit
Risiko kredit adalah ketidakmampuan suatu perusahaan, institusi, lembaga maupun
pribadi dalam menyelesaikan kewajiban-kewajibannya secara tepat waktu baik pada saat
jatuh tempo maupun sesudah jatuh tempo seperti tertuang dalam kesepakatan. Penafsiran
risiko kredit menjadi lebih spesifik lagi pada saat dihadapkan pada bentuk bisnis yang
dijalankan, seperti lembaga perbankan dan lembaga keuangan non perbankan. Risiko kredit
dari segi perspektif perbankan adalah risiko kerugian yang diderita bank, terkait dengan
kemungkinan bahwa pada saat jatuh tempo, counterparty-nya gagal memenuhi kewajiban-
kewajibannya kepada bank.
Karena risiko kredit timbul dari penyimpangan (deviasi) kinerja portofolio kredit dari
nilai yang diharapkan, maka sebagian dari risiko kredit ini dapat didiversifikasi. Tetapi risiko
ini tidak mungkin dapat didiversifikasi seluruhnya, karena ada porsi risiko yang dihadapi para
konsumen atau debitur akibat dari systemic risk. Oleh karena itu perusahaan akan lebih
mengawasi konsumen atau debitur yang sifat pasarnya lokal dan sempit atau yang memiliki
stock barang dagang yang tidak likuid.

a. Jangka Waktu Risiko Kredit


Keputusan menyalurkan kredit ke berbagai sektor bisnis tidak selalu terjadi sesuai seperti
yang diharapkan, karena ada berbagai bentuk risiko yang akan dialami disana baik risiko
yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Adapun pengertian kedua bentuk risiko
tersebut adalah:
1). Risiko yang Bersifat Jangka Pendek (Short Term Risk)
2). Risiko yang Bersifat Jangka Panjang (Long Term Risk)
b. Pengukuran Risiko Kredit
Pengukuran risiko kredit selalu dikaitkan dengan nilai nominal risiko dan kualitas dari
risiko. Keduanya menentukan kebijakan perusahaan dalam memberikan kredit.
Besarnya risiko kredit terdiri dari dua faktor: besarnya eksposur kredit dan kualitas
eksposur kedit. Besarnya eksposur kredit sama dengan besarnya pinjaman itu sendiri.
Semakin besar pinjaman, semakin besar juga tingkat eksposur kredit.
Dengan demikian, ada tiga jenis risiko yang membantu risiko kredit: risiko gagal bayar,
risiko eksposur, dan risiko recovery.
1) Risiko Gagal Bayar
2) Risiko Eksposur
3) Recovery
\
c. Pengelolaan Risiko Kredit
Ada beberapa cara pengelolaan risiko kredit yang dapat diterapkan perusahaan.
1) Penyaringan
2) Sistem Pembatasan
3) Diversifikasi Kredit

3. Risiko Permodalan
Risiko permodalan disebut juga risiko solvensi, yaitu risiko yang dihadapi perusahaan
berupa kemungkinan tidak dapat menutup kerugian. Risiko ini merupakan risiko yang
dihadapi perusahaan dan merupakan akumulasi berbagai risiko yang terjadi sebelumnya,
antara lain risiko suku bunga, risiko likuiditas, risiko nilai tukar, dan risiko operasional.
Risiko permodalan dapat dilihat dari rasio antara pinjaman dan ekuitas. Secara umum
perusahaan dapat meminjam dalam rangka meningkatkan kinerja. Tetapi, sampai tingkat rasio
tertentu, perusahaan sebaiknya tidak menambah pinjaman. Rasio permodalan untuk
perbankan dibatasi oleh ketentuan Bank Indonesia berupa rasio kecukupan modal atau capital
adequacy ratio (CAR). Rasio permodalan untuk perusahaan asuransi mengikuti ketentutan
risk based capital (RBC).

a. Ukuran Risiko Permodalan


Risiko permodalan dapat diukuran dengan menggunakan tingkat leverage keuangan
(degree of financial leverage) dan koefisien variasi.
1) Degree of Financial Leverage
2) Koefisien Variasi

b. Pengelolaan Risiko Permodalan


Beberapa waktu yang lalu saat Indonesia mengalami krisis berat, banyak pengusaha
membanggakan diri tidak mengalami musibah sekalipun ditempa krisis. Dari sisi keuangan,
hal itu sangatlah wajar, karena selama periode tersebut banyak perusahaan yang menghindari
pinjaman, sehingga mereka tidak menanggung risiko permodalan.
Pada dasarnya, ada empat variabel yang perlu mendapat perhatian manajemen berkaitan
dengan risiko permodalan: jumlah modal, jenis modal, sumber modal, dan struktur modal.

4. Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko yang berkaitan dengan potensi penyimpangan hasil keuangan
karena pergerakan variabel pasar. Hal-hal yang terkait dengan risiko pasar adalah transaksi
dan instrumen keuangan. Risiko pasar disebut juga systemic risk atau correlation risk, karena
perubahan nilai pasar dari aset perusahaan bertalian dengan faktor-faktor yang bersifat

3|Page
sistemik. Sesuai sifatnya risiko ini tidak dapat didiversifikasi, tetapi sampai batas tertentu
dapat dibatasi (hedged).
Secara umum risiko pasar dapat dikelompokkan menjadi (dua) bentuk, yaitu:
a. General Market Risk (Risiko Pasar Secara Umum)
General market risk ini dialami oleh seluruh perusahaan yang disebabkan oleh suatu
kebijakan yang dilakukan oleh lembaga terkait yang mana kebijakan tersebut mampu
memberi pengaruh bagi seluruh sektor bisnis. Contohnya pada saat bank sentral suatu negara
melakukan kebijakan tight money policy (kebijakan uang ketat) dengan berbagai
instrumennya seperti menaikkan suku bunga BI rate.
Risiko pasar umum biasanya dikelompokkan menjadi empat jenis: risiko suku bunga.
risiko nilai tukar, risiko komoditas, dan risiko ekuitas. Risiko suku bunga berkaitan dengan
transaksi pinjam-meminjam atau investasi dalam instrumen pinjaman. Risiko nilai tukar
berkaitan dengan transaksi atau investasi yang melibatkan mata uang atau valuta asing. Risiko
komoditas berkaitan dengan transaksi komoditas secara kredit atau melalui perdagangan
forward, futures; atau derivatives Iainnya. Risiko ekuitas disebut juga risiko indeks saham,
berkaitan dengan investasi dalam bentuk saham.

b. Spesific Market Risk (Risiko Pasar Secara Spesifik)


Specific market risk adalah suatu bentuk risiko yang hanya dialami secara khusus pada
satu sektor atau sebagian bisnis saja tanpa bersifat menyeluruh.

Risiko Operasional
Risiko operasional (operastional risk) adalah potensi penyimpangan dari hasil yang
diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, teknologi, prosedur, kebijakan dan
struktur organisasi. Risiko operasional bisa terjadi pada dua tingkatan: teknis dan organisasi.
Pada tataran teknis, risiko operasional bisa terjadi apabila sistem informasi, kesalahan
mencatat, informasi yang tidak memadai, dan pengukuran risiko tidak akurat dan tidak
memadai. Pada tataran organisasi, risiko operasional bisa muncul karena sistem pemantauan
dan pelaporan, sistem dan prosedur, serta kebijakan tidak berjalan sebagaimana seharusnya.

1. Pengukuran Risiko Operasional


Hampir sebagian besar risiko operasional dikelola pada departemen dimana risiko
operasional ilu timbul. Profesional dibidang information teknologi cocok untuk menangani
risiko yang berkaitan dengan sistem, staff back office cocok untuk menangani settlement risk.
Namun demikian semua perencanaan, koordinasi dan monitoring harus dilaksanakan secara
sentral di departemen yang mengelola risiko operasional. Hal ini juga harus dikoordinaskian
secara baik dengan departemen yang mengelola risiko pasar dan risiko kredit.
Ada beberapa teknik untuk mengukur risiko operasional, antara lain
a. Teknik kualitatif
b. Teknik kuantitatif
Berikut ini adalah beberapa risiko operasional yang dapat dinilai secara kualitatif:
(1) loss event reports,
(2) management oversight,
(3) employee questionnaires,
(4) exit interviews,
(5) management self assesment, and
(6) internal audit.
Teknik kuantitatif telah dikembangkan khususnya untuk tujuan menghitung capital
charge risiko operasional bank. Teknik-teknik pengukuran risiko operasional dipinjam dari
disiplin ilmu aktuaria dan engeneering reliability analysis. Sedangkan kontijensi yang
terjadinya tidak sering tetapi dapat menimbulkan kehancuran bagi bank dapat dibuat
modelingnya dengan mengembangkan teknik yang dipinjam dari asuransi kekayaaan dan
kebakaran. Kontijensi yang terjadinya sering lebih cocok didekati dengan analisis statistik.

2. Macam-macam Risiko Operasional


Operational risk dapat terjadi pada semua kegiatan bisnis karena senantiasa terkait
dengan proses serta kegiatan operasional bisnis tersebut. Khusus dalam industri perbankan
dapat diidentifikasikan sejumlah jenis operational failure yang dapat menjadi akar dari
operational risk, yaitu:
(1) People risk, berupa: incompetency, fraud, dan lain-lain.
(2) Process risk, yang meliputi tiga kelompok, yaitu: (a) Model risk (berupa
model/methodology error, mark-to-model error, dan lain-lain); (b) Transaction risk
(berupa execution error, product complexity, booking error, settlement error,
documentation/contract risk dan sebagainya) dan (c) Operational control risk (berupa:
exceeding limits, security risk, volume risk, dan sebagainya).
(3) System dan technology risk, berupa system failure, programming error, information risk,
telecommunications failure, dan sebagainya.

Risiko operasional secara umum terdiri dari (1) Risiko SDM (2) Risiko Teknologi (3)
Risiko inovasi (4) Risiko sistem, dan (5) Risiko proses

Modul 4

Risiko Eksternalitas dan Strategis

Dr. Suryanto, SE., M.Si

PENDAHULUAN

5|Page
P ada modul sebelumnya telah diuraikan risiko perusahaan yang berkaitan dengan risiko keuangan dan risiko
operasional. Pada Modul 4 ini masih akan menguraikan risiko perusahaan yang lain yaitu :
(1) Risiko Eksternalitas
(2) Risiko Strategis

Risiko eksternalitas merupakan risiko yang dapat mempengaruhi aktivitas perusahaan.


Risiko ini bersumber dari luar perusahaan, tetapi dampaknya sangat besar bagi kelangsungan
hidup perusahaan. Pada industri perbankan risiko ini sangat berpengaruh pada kepercayaan
nasabah. Sumber risiko eksternalitas dapat terjadi akibat dari bencana alam atau bisa juga
akibat dari perbuatan seseorang.
Pembahasan risiko eksternalitas akan dibahas secara khusus pada Kegiatan Belajar 1.
Pembahasan mulai dari pengertian risiko eksternalitas, dilanjutkan dengan pembahasan dari
macam-macam risiko eksternalitas.
Risiko strategis merupakan risiko yang terjadi akibat dari proses pengambilan keputusan
strategis yang tidak sesuai dengan lingkungan tepat. Risiki ini terjadi karena adanya
penetapan dan pelaksanaan strategi perusahaan yang tidak tepat, pengambilan keputusan
bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya perusahaan terhadap perubahan eksternal.
Pembahasan risiko strategis akan diuraikan pada Kegiatan Belajar 2. Uraian pertama
akan menjelaskan konsep risiko strategis sendiri beserta contoh-contohnya. Selanjutnya akan
diuraikan pembahasan mengenai macam-macam risiko strategis.
Setelah mempelajari materi pokok bahasan ini, diharapkan Saudara dapat:
1. Menjelaskan pengertian risiko eksternalitas;
2. Menjelaskan macam-macam risiko eksternalitas;
3. Menjelaskan risiko strategis;
4. Menjelaskan macam-macam risiko strategis.
Anda dapat berhasil menguasai materi yang disajikan dan mencapai kompetensi sesuai
yang diharapkan dalam tujuan instruksional khusus, jika Anda dapat mengikuti petunjuk
belajar di bawah ini:
1. Ketahui terlebih dahulu dengan jelas kompetensi yang Anda harus capai dalam
mempelajari modul ini;
2. Selanjutnya dengan tetap mengingat kompetensi yang diharapkan, bacalah materi modul
dengan cermat dan bila perlu beri tanda (garis bawah/stabilo) konsep-konsep penting
yang menjadi sari bacaan Anda;
3. Melalui petunjuk belajar tersebut, cobalah masuk pada soal-soal latihan dan tes formatif,
serta jawablah soal tanpa melihat kunci jawaban yang tersedia di bagian akhir dari modul
ini;
4. Terakhir, agar dapat mengukur daya serap Anda atas bahan belajar yang disajikan,
gunakanlah rumus menghitung kemampuan penguasaan materi yang tersedia. Bila belum
sepenuhnya memuaskan (kurang dari 80%), sebaiknya Anda pelajari kembali bagian soal
dan tes yang belum sepenuhnya Anda kuasai.

Risiko Eksternalitas
Risiko eksternalitas (external risk) adalah potensi penyimpangan hasil pada eksposur
perusahaan strategis, dan bisa berdampak pada potensi penutupan usaha, karena pengaruh
dari faktor eksternal. Risiko eksternalitas bersumber dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di
luar pengendalian langsung namun dapat pula justru ditujukan langsung pada fasilitas dan
atau manajemen perusahaan.
External risk events ini biasanya termasuk dalam kelompok jenis risiko yang berciri low
frequency/high impact sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kerugian yang besar dan tak
terduga. Hampir dapat dipastikan bahwa ketika external risk event ini terjadi maka perhatian
masyarakat luas menjadi demikian dramatis dan liputan pers pun menjadikan head-lines.
Sebagai contoh terjadinya perampokan besar-besaran atau serangan teroris atas fasilitas
perkantoran dan niaga serta perbankan.

1. Macam-macam Risiko Eksternalitas


Ada beberapa risiko ekternalitas yang dihadapi oleh perusahaan, antara lain: reputasi,
lingkungan, sosial, dan hukum.
a. Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah potensi hilangnya atau hancurnya image perusahaan karena
penerimaan lingkungan eksternal yang rendah, atau bahkan bisa terjadi penolakan. Penyebab
penolakan tersebut ada dua: ketidakmampuan perusahaan mengambil tindakan terhadap isu
eksternal yang terkait dengan perusahaan dan ketidakmampuan perusahaan mengelola
komunikasi dengan pihak berkepentingan eksternal yang dapat menimbulkan persepsi positif
terhadap perusahaan. Faktor mana yang lebih penting? Sebenarnya kedua faktor tersebut
sangat penting sekalipun tidak selalu sejalan.
Risiko reputasi di dalam industri perbankan, baik yang disebabkan oleh internal
perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan tidak hanya merusak bank secara individu,
tetapi dapat juga merusak sistem perbankan secara keseluruhan.
1) Pengukuran Risiko Reputasi
Ada kesulitan teknis mengenai pengukuran besarnya risiko reputasi. Setiap eksposur
terhadap pihak luar sangat rentan terhadap reputasi. Kesalahan produk dan pelayanan
kepada konsumen dapat membawa masalah reputasi bagi perusahaan apapun masalahnya.
Apalagi bagi masyarakat Indonesia yang sedang mengalami wabah kebebasan ekspresi.
Tanpa wabah itupun konsumen dan lembaga swadaya untuk perlindungan konsumen
selalu menjadi pengawas (watch dog) terhadap perilaku perusahaan terhadap konsumen.
Pola risiko reputasi dengan kosumen dapat sangat bengam. Risiko berkaitan dengan
dua faktor: probabilitas kejadian atau frekuensi faktor penyebab risiko, dan besarnya
dampak kalau risiko tersebut menjadi kenyataan. Banyak faktor risiko yang cenderung
sering terjadi, tetapi dampaknya kecil. Setiap hari bagian pelayanan pelanggan (customer
service) menerima komplain dari pelanggan maupun calon pelanggan. Tetapi, ada juga
faktor risiko yang jarang terjadi, tetapi sekali terjadi dampaknya bisa menghancurkan
reputasi perusahaan secara total. Bahkan, bisa membangkrutkan perusahaan.
2) Pengelolaan Risiko Reputasi
Pilihan yang terbaik bagi perusahaan adalah mencegah terhadap kemungkinan
terjadinya risiko reputasi. Upaya pencegahan biasanya tidak terlalu menampakkan hasil.
Seolah-olah tanpa upaya pencegahan pun perusahaan berjalan normal. Pencegahan akan
terasa sangat penting setelah perusahaan mengalami musibah yang menghancurkan
reputasi. Semua karyawan, direksi, dan komisaris akan berkomentar, "Kalau saja kita
menerapkan sistem pencegahan terhadap reputasi, kita tidak terpuruk seperti ini". Ada
beberapa hal agar risiko tidak terjadi, antara lain:
(a) Maksimalkan Peran Kehumasan
(b) Prosedur dan budaya kerja

b. Risiko Lingkungan
Risiko lingkungan adalah potensi penyimpangan hasil, bahkan potensi penutupan
perusahaan karena ketidakmampuan perusahaan dalam mengelola polusi dan dampaknya
yang ditimbulkan oleh perusahaan. Analisis resiko lingkungan adalah proses memperkirakan
resiko pada organisme, sistem, atau populasi dengan segala ketidakpastian yang
menyertainya. Jadi intinya analisis risiko lingkungan adalah proses prediksi kemungkinan
dampak negatif yang terjadi terhadap lingkungan sebagai akibat dari kegiatan tertentu.
Tahapan analisis risiko lingkungan :
(1).Tentukan batasan studi atau analisis
(2).Tentukan area yang ingin diperdalam dan informasi yang ingin di dapat
(3).Lakukan uji dampak lingkungan berdasarkan informasi data dan pengkategorian data
yang telah dikumpulkan
(4).Evaluasi informasi yang diperoleh dari uji data, dengan melakukan uji aspek dan dampak
lingkungan lingkungan.  
Indentifikasi dari kegiatan pada masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang memiliki
potensi memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Ada 4 langkah dalam menentukan
aspek dan dampak lingkungan, yaitu :     
(1).Identifikasi secara menyeluruh aktifitas dari suatu kegiatan dengan menggunakan diagram
alur atau table.
(2).Identifikasi aspek lingkungan dari kegiatan yang dilakukan sebanyak-banyaknya.
(3).Identifikasi dampak yang ditimbulkan  berdasarkan aspek-aspek yang telah dibuat,
(4).Evaluasi dampak yang signifikan

c. Risiko Sosial
Risiko sosial adalah potensi penyimpangan hasil karena tidak akrabnya perusahaan
dengan lingkungan tempat perusahaan berada. Termasuk di dalamnya adalah kalau
perusahaan tidak peka terhadap rekruitmen karyawan tanpa memberi kesempatan masyarakat
setempat dan peran sosial perusahaan dalam masyarakat.
Risiko sosial timbul karena perbedaan persepsi dan budaya yang mengakibatkan
terjadinya rasa ketidakpuasan serta ketidakadilan dari para pemangku kepentingan eksternal.
Kegagalan mengelola risiko sosial ini dapat mengakibatkan biaya ekonomi tinggi dan
merusak reputasi dari organisasi, serta pada akhirnya dapat berdampak sistemik
menghancurkan keunggulan bersaing dari suatu negara
Ada 4 komponen yang menjadi karakteristik risiko sosial, yaitu : (1) isu dominan; (2)
pemangku kepentingan; (3) cara membangun konflik; (4) persepsi.

d. Risiko Hukum
Risiko hukum (legal risk) adalah kemungkinan penyimpangan hasil karena perusahaan
tidak mematuhi peraturan dan norma yang berlaku. Legal risk berakar dari terdapatnya
ketidakpastian terkait dengan efektivitasnya langkah hukum (legal actions) atau
ketidakpastian dalam penerapan atau penafsiran (interpretation) isi suatu contracts, laws atau
regulations. Risiko hukum di lingkungan perbankan, dikenal dengan risiko kepatuhan
(compliance risk).
Luasnya permasalahan yang menjadi sumber dan akibat yang ditimbulkan oleh terjadinya
legal risk berbeda jauh antara suatu negara dengan negara lainnya dan dalam tren yang
meningkat pula. Pada beberapa negara, legal risk terjadi menyusul ketiadaan kejelasan legal
position perihal suatu aspek tertentu. Contohnya adalah: ketentuan mengenai property
ownership (bagi pihak asing) dan kepastian penerapan hukum kepailitan.
Ada beberapa sumber yang dapat menjadi penyebab risiko hukum perusahaan, antara lain:
1) Kelemahan Yuridis
2) Perubahan hukum
3) Kesalahan dalam kontrak
4) Kegagalan dokumentasi
5) Kegagalan akibat kebangkrutan
Ada beberapa hal yang dapat menjadi pegangan bagi manajemen untuk mengecek
adanya risiko hukum dalam perusahaan.
1) Format dokumen
2) Klausul Perlindungan
3) Netting
4) Status hukum

Risiko Strategis
Risiko atau kejadian yang tidak pasti mampu menembus jauh ke dalam seluruh kegiatan
usaha, dan oleh karenanya maka para manajer harus berusaha untuk mencegah dan atau
berusaha menekan sekecil mungkin dampak kerugian bila risiko terjadi. Tidak sedikit pelaku
usaha yang gagal dalam menjalankan usahanya, yang apabila ditelusuri diakibatkan oleh
kegagalan dalam menenggarai dan kekurangberhasilan mengelola risiko yang dimaksud.
Dalam beberapa kasus sering dijumpai manajer perusahaan mengekplorasi aset dan sumber
daya perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Namun dalam kegiatannya tersebut telah
mengabaikan risiko-risiko yang melekat pada sumber daya yang dikelolanya.
Risiko strategis adalah risiko yang dapat mempengaruhi eksposur perusahaan dan
eksposur strategis sebagai akibat keputusan strategis yang tidak sesuai dengan lingkungan
eksternal dan internal usaha. Risiko strategis terjadi karena adanya penetapan dan
pelaksanaan strategi perusahaan yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak
tepat atau kurang responsifnya perusahaan terhadap perubahan eksternal. Akibat dari
keputusan yang tidak tepat ini perusahaan harus mengeluarkan biaya yang besar dan gagal
mencapai target bisnisnya.

1. Macam-macam Risiko Strategis


Ada beberapa macam yang termasuk risiko strategis, antara lain: risiko bisnis, risiko
transaksi strategis, dan risiko hubungan investor. Adapun uraian masing-masing risiko adalah
sebagai berikut:
a. Risiko Bisnis
Risiko bisnis adalah potensi penyimpangan hasil perusahaan (nilai perusahaan dan
kekayaan pemegang saham) dan hasil keuangan karena perusahaan memasuki suatu bisnis
tertentu dengan lingkungan industri yang khas dan menggunakan teknologi tertentu. Risiko
bisnis secara sederhana dapat diartikan suatu keadaan atau faktor yang mungkin memiliki
dampak negatif pada operasi atau profitabilitas suatu perusahaan. Kadang-kadang disebut
sebagai risiko perusahaan, risiko bisnis dapat menjadi hasil dari kondisi internal, serta
beberapa faktor eksternal yang mungkin nyata dalam komunitas bisnis lebih luas.
Ada dua faktor dalam resiko bisnis, antara lain: faktor internal dan eksternal.
1) Faktor Internal
2) Faktor Eksternal
Berkaitan adanya keputusan leverage operasi, perusahaan akan menanggung risiko, yang
disebut risiko bisnis. Risiko bisnis dapat diartikan dalam beberapa cara. Dalam pendekatan
statistika, risiko bisnis diartikan sebagai variabilitas laba operasi atau laba sebelum bunga dan
pajak (earning before interest and tax – EBIT) (Horne & Wachowicz, 2005). Faktor-faktor
yang mempengaruhinya adalah: variabilitas penjualan, variabilitas biaya operasi, dan
leverage operasi (Marsh, 1995). Jika ketiga variabilitas tersebut meningkat, maka risiko
bisnis juga meningkat. Sebaliknya jika ketiga variabilitas tersebut menurun, maka risiko
bisnis juga menurun. Jika manajer keuangan perusahaan menginginkan risiko bisnis
berkurang tindakan yang dilakukan adalah menstabilkan penjualan, menstabilkan biaya
operasi, dan menurunkan leverage operasi. Risiko bisnis ini diukur dengan menggunakan
koefisien variasi laba operasi ((KVEBIT) (Miswanto, 2001). KVEBIT adalah deviasi standar
laba operasi dibagi dengan laba operasi yang diharapkan atau laba operasi rata-rata (Horne
&Wachowicz, 2005).

b. Risiko Transaksi Strategis


Risiko transaksi strategis adalah potensi penyimpangan hasil perusahaan maupun strategis
sebagai akibat perusahaan melakukan transaksi strategis. Yang termasuk ke dalam transaksi
strategis adalah merjer, akuisisi, investasi baru, divestasi, spin off, likuidasi, aliansi, dan
sejenisnya. Transaksi ini menyebabkan perubahan yang sangat strategis pada perusahaan.
Transaksi strategis perusahaan berkaitan dengan restrukturisasi suatu perusahaan.
Restrukturisasi berarti penyusunan ulang perusahaan. Secara umum ada tiga hal yang perlu
disusun ulang.
(1) Perusahaan dapat menyusun ulang portofolio perusahaan. Pengertian portofolio mencakup
portofolio aset maupun portofolio usaha.
(2) Perusahaan dapat melakukan restrukturisasi modal. Faktor penting penyusunan ulang
modal adalah jumlah modal, jenis modal, sumber modal, dan komposisi modal.
(3) Perusahaan juga dapat melakukan penyusunan ulang manajemen. Termasuk ke dalam
pengertian manajemen adalah struktur organisasi.
Pada intinya, restrukturisasi dapat dikategorikan ke dalam tiga jenis: restrukturisasi
portofolio/aset; restrukturisasi modal/keuangan; dan restrukturisasi manajemen/organisasi.
1) Restrukturisasi Portofolio.
2) Restrukturisasi Keuangan.
3) Restrukturisasi Manajemen.

c. Risiko Hubungan Investor


Risiko hubungan investor adalah risiko yang berkaitan dengan potensi penyimpangan
hasil dari eksposur perusahaan dan terutama eksposur keuangan karena ketidaksempurnaan
dalam membina hubungan dengan investor, baik pemegang saham maupun kreditur.
Manajemen isu dan informasi menjadi sangat penting bagi perusahaan yang sudah go public
dalam rangka memastikan bahwa persepsi investor positif terhadap perusahaan. Demikian
juga komunikasi dengan kreditur harus dijaga dengan baik. Kesalahan dalam menyampaikan
informasi bisa menurunkan peringkat (rating/) perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai