Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Gerontologi, studi ilmiah tentang  efek penuaan dan penyakit yang berhubungan dengan
penuaan pada manusia, meliputi aspek biologis, fisiologis, psikososial, dan aspek rohani dari
penuaan. Perawat yang merencanakan dan memberikan perawatatn pada orang diusianya yang
telah lanjut mendukung dan mengembangkan teori yang menjadi dasar untuk asuhan keperawatan
selama tahap akhir kehidupan ini.

Sejak awal manusia telah berusaha menjelaskan bagaimana dan mengapa terjadi penuaan,
namun tidak ada teori tunggal yang dapat menjelaskan proses penuaan. Setiap orang akan
mengalami enuaan, tetapi penuaan pada setiap individu akan berbeda tergantung faktor herediter,
stresor lingkungan, dan sejumlah besar faktor yang lain. Walaupun tidak ada satu teori yang dapat
menjelaskan peristiwa fisik, psikologis, dan peristiwa sosial yang kompleks yang terjadi dari waktu ke
waktu, suatu pemahaman dari penelitian dan teori-teori yang dihasilkan sangant penting bagi
perawat untuk membantu orang lanjut usia memelihara kesehatan fisik dan psikis yang sempurna.

Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi biasanya dikelompokkan
kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan psikosoaial. Penelitian yang terlibat dengan
jalur biologi telah memusatkan perhatian pada indikator yang dapat dilihat dengan jelas pada proses
penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli teori psikososial mencoba untuk menjelaskan
bagaimana proses tersebut dipandang dalam kaitan dengan kepribadian dan perilaku.

1.2.  Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, yang menjadi fokus pembahasan dari penulisan makalah ini adalah
bagaimana penjelasan mengenai teori-teori penuaan, yang meliputi:

1)   Teori Biologis, terdiri dari:

a.    Teori Radikal Bebas

b.    Teori Genetika

c.    Teori Cross Link

d.   Teori Wear and Tear

e.    Teori Imunologis
f.     Teori Neuroendokrin

g.    Riwayat Lingkungan

2)   Teori Psikososial, terdiri dari:

a.    Teori Kepribadian

b.    Teori Tugas Perkembangan

c.    Teori Disengagement

d.   Teori Aktivitas

e.    Teori Kontinuitas

1.3.  Tujuan Umum

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan lebih mendetail lagi mengenai mata
kuliah keperawatan komunitas 2 khusus nya untuk materi tentang teori-teori penuaan.

1.4.  Tujuan Khusus

1)   Untuk mengetahui tentang teori biologis dan macam-macam teori yang ada didalamnya.

2)   Untuk mengetahui tentang teori psikososial dan macam-macm teori yang ada didalamnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Penuaan

Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantinides, 1994)

Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994)

Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup
manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati bukan karena lanjut usia
tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan. Akan tetapi proses menua dapat
menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun
dari  luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang
sering menghinggapi kaum lanjut usia.

Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa. Misalnya dengan
terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati
sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang
mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal
pencapain puncak maupun menurunnya

2.2. Teori-Teori Penuaan

A.  Teori Biologis

Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan
struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk
perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi
secara adekuat dan melawan penyakit. Seiring dengan brekembangnya kemampuan kita untuk
menyelidiki komponen-komponen yang kecil dan sangat kecil, suatu pemahaman tantang hubungan
hal-hal yang memengaruhi penuaan ataupun tentang penyebab penuaan yang sebelumnya tidak
diketahui, sekarang telah mengalami peningkatan. Walaupun bukan suatu definisi penuaan, tetapi
lima karakteristik penuaan telah dapat diidentifikasi oleh para ahli. Teori biologis juga mencoba
untuk menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan dengan cara berbeda dari waktu kewaktu
dan faktor apa yang memengaruhi umur panjang, perlawanan terhadap organisme, dan kematian
atau perubahan seluler. Suatu pemahaman tentang perspektif biologi dapat memberikan
pengetahuan kepada perawat tentang faktor resiko spesifik dihubungkan dengan penuaan dan
bagaimana orang dapat dibantu untuk meminimalkan atau menghindari resiko dan memaksimalkan
kesehatan.

1)   Teori Radikal Bebas

Radikal bebas adalah produk metabolisme seluler yang merupakan bagian molekul yang sangat
reaktif. Molekul ini memiliki muatan ekstraseluler kuat yang dapat menciptakan reaksi dengan
protein, mengibah bentuk dan sifatnya, molekul ini juga dapat bereaksi dengan lipid yang berada
dalam membran sel, mempengaruhi permeabilitasnya atau dapat berikatan dengan organel sel.
Teori ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan karena terjadinya akumulasi kerusakan
irreversibel akibat senyawa pengoksidasi. Dimana radikal bebas dapat terbentuk dialam, tidak
stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan
protein.

2)   Teori Genetika

Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama disebabkan oleh pembentukan gen dan
dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut teori genetike, penuaan adalah suatu
proses yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu untuk mengubah sel
atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia telah ditentukan
sebelumnya. Teori genetika terdiri dari teori asam deoksiribonukleat (DNA), teori krtepatan dan
kesalahan, mutasi somatik, dan teori glikogen. Teori-teori ini menyatakan bahwa proses replikasi
pada tingkatan seluler menjadi tidak terartur karena adanya informasi tidak sesuai yang diberikan
dari inti sel. Molekul DNA menjadi bersilangan (crosslink) denga unsur yang lain sehingga mengubah
informasi genetik. Adanya crosslink ini mengakibatkan kesalahan pada tingkat seluler yang akhirnya
mengakibatkan sistem dan organ tubuh gagal untuk berfungsi. Bukti yang mendukung teori-teori ini
termasuk perkembangan radikal bebas, kolagen, dan lipofusin. Selain itu, peningkatan frekuensi
kanker dan penyakit autoimun yang dihubungkan dengan bertambahnya umur menyatakan bahwa
mutasi atau kesalahan terjadi pada tingkat molekular dan selular.

3)   Teori Cross Link

Teori crosslink dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan elastin, komponen jaringan
ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan rigiditas sel, crosslink diperkirakan akibat reaksi
kimia yang menimbulkan aenyawa antara molekul-molekul yang normalnya terpisah atau secara
singkatnya sel-sel tua atau usang, reaksi kimianya menyebakan kurang elastis dan hilangnya fungsi.
Contoh crosslink jaringan ikat terkait usia meliputi penurunan kekuatan daya rentang dinding arteri,
tanggalnya gigi, tendon kering dan berserat.

4)   Teori Wear and Tear

Teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis
DNA, sehingga mendorong malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung
teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal.

Radikal bebas adalah contoh dari produk sampah metabolisme yang menyebabkan kerusakan ketika
akumulasi terjadi. Radikal bebas dengan cepat dihancurkan oleh sistem enzim pelindung pada
kondisi normal. Beberapa radikal bebas berhasil lolos dari proses perusakan ini dan berakumulasi
didalam struktur biologis yang penting, saat itu kerusakan organ terjadi.

Karena laju metabolisme terkait secara langsung pada pembentukan radikal bebas, sehingga
ilmuwan memiliki hipotesis bahwa tingkat kecepatan produksi radikal bebas berhubungan dengan
penentuan waktu rentang hidup. Pembatasan kalori dan efeknya pada perpanjangan rentang hidup
mungkin berdasarkan pada teori ini. Pembatasan kalori telah terbukti dapat meningkatkan masa
hidup pada tikus percobaan. Sepanjang masa hidup, tikus-tikus tersebut telah mengalami penurunan
angka kejadian kemunduran fungsional, dan mengalami lebih sedikit kondisi penyakit yang berkaitan
dengan peningkatan umur, berkurangnya kemunduran fungsional tubuh, dan menurunnya insidensi
penyakit yang berhubungan dengan penuaan.

5)   Teori Imunitas

Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang berhubungan dengan
penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme asing mengalami
penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan
infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi sistem imun, terjadilah peningkatan dalam respons
autoimun tubuh. Ketika orang mengalami penuaan, mereka mungkin mengalami penyakit autoimun
seperti artritis reumaoid dan alergi terhadap makanan dan faktor lingkungan yang lain. Penganjur
teori ini sering memusatkan pada peran kelenjar timus. Berat dan ukuran kelenjar timus menurun
seiring dengan bertambahnya umur, seperti halnya kemampuan tubuh untuk diferensiasi sel T.
karena hilangnya diferensiasi sel T, tubuh salah mengenali sel yang tua dan tidak beraturan sebagai
benda asing dan menyerangnya. Pentingnya pendekatan pemeliharaan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan promosi kesehatan terhadap npelayanan kesehatan, terutama pada saat penuaan
terjadi tidak dapat diabaikan. Walaupun semua orang memerlukan pemeriksaan rutin untuk
memastikan deteksi dini dan perawatan seawal mungkin, tetapi pada orang lanjut usia kegagalan
melindungi sistem imun yang telah mengalami penuaan melalui pemeriksaan kesehatan ini dapat
mendorong ke arah kematian awal dan tidak terduga. Selain itu, program imunisasi secara nasional
untuk mencegah kejadian dan penyebaran epidemi penyaki, seperti pneumonia dan influenza
diantara orang lanjut usia juga mendukung dasar teoritis praktik keperawatan.

6)   Teori Neuroendokrin

Diskusi sebelumnya tentang kelenjar timus dan sistem imun serta interaksi antara sistem saraf dan
sistem endokrin menghasilkan persamaan yang luar biasa. Pada kasus selanjutnya para ahli telah
memikirkan bahwa penuaan terjadi oleh karena adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon
tertentu yang mempunyai suatu dampak pada reaksi yang diatur oleh sistem saraf. Hal ini lebih jelas
ditunjukkan dalam kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal, dan reproduksi.

Salah satu area neurologis yang mengalami gangguan secara universal akibat penuaan adalah waktu
reaksi yang diperlukan untuk menerima, memproses, dan bereaksi terhadap perintah. Dikenal
sebagai perlambatan tingkah laku, respon ini kadang-kadang diinterpretasikan sebagai tindakan
melawan, ketulian, atau kurangnya pengetahuan. Pada umumnya, sebenarnya yang terjadi bukan
satupun dari hal-hal tersebut, tetapi orang lanjut usia sering dibuat untuk merasa seolah-olah
mereka tidak kooperatif atau tidak patuh. Perawat dapat memfasilitasi proses pemberian perawatan
dengan cara memperlambat instruksi dan menunggu respon mereka.

7)   Riwayat Lingkungan

Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya karsinogen dari industri, cahaya
matahari, trauma dan infeksi) dapat membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun faktor-
faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak
sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam penuaan. Perawat dapat mempunyai
pengetahuan yang mendalam tentang dampak dari aspek ini terhadap penuaan dengan cara
mendidik semua kelompok umur tentang hubungan antara faktor lingkungan dan penuaan yang
dipercepat. Ilmu pengetahuan baru mulai untuk mengungkap berbagai faktor lingkungan yang dapat
memengaruhi penuaan.

B.  Teori Psikososiologis

Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang menyertai
peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis. Untuk tujuan
pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik dikombinasikan dengan perubahan psikologis.

Masing-masing individu, muda, setengah baya, atau tua adalah unik dan memiliki pengalaman,
melalui serangkaian kejadian dalam kehidupan, dan melalui banyak peristiwa. Salama 40 tahun
terakhir, beberapa teori telah berupaya untuk menggambarkan bagaimana perilaku dan sikap pada
awal tahap kehidupan dapat memengaruhi reaksi manusia sepanjang tahap akhir hidupnya.
Pekerjaan ini disebut proses “penuaan yang sukses” contoh dari teori ini termasuk teori kepribadian.

1)   Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam tahun-tahun akhir
kehidupannya yang telah merangsang penelitian yang pantas dipertimbangkan. Teori kepribadian
menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas
spesifik lansia. Jung mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian orang dewasa yang
memandang kepribadian sebagai ektrovert atau introvert ia berteori bahwa keseimbangan antara
keddua hal tersebut adalah penting kesehatan. Didalam konsep intoritas dari Jung, separuh
kehidupan manusia berikutnya digambarkan dengan memeiliki tujuannya sendiri yaitu untuk
mengembangkan kesadaran diri sendiri melalui aktivitas yang dapat merefleksikan diri sendiri.

2)   Teori Tugas Perkembangan

Beberapa ahli teori sudah menguraikan proses maturasi dalam kaitannya dengan tugas yang harus
dikuasai pada tahap sepanjang rentang hidup manusia. Hasil penelitian Ericson mungkin teori terbaik
yang dikenal dalam bidang ini. Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus
dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang
sukses. Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan seseorang
sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas. Pada kondisis tidak adanya pencapaian perasaan
bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia tersebut beresiko untuk disibukkan
dengan rasa penyesalan atau putus asa. Minat yang terbaru dalam konsep ini sedang terjadi pada
saat ahli gerontologi dan perawat gerontologi memeriksa kembali tugas perkembanagn lansia.

3)   Teori Disengagement

Teori disengagement (teori pemutusan hubungan), dikembangkan pertama kali pada awal tahun
1960-an, menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran bermasyarakat dan tanggung
jawabnya. Menurut ahli teori ini, proses penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat
dihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia
dikatakan bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggung jawab telah diambil oleh
generasi yang lebih muda. Manfaat pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar ia dapat
menyediakan waktu untuk merefleksikan pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi harapan yang
tidak terpenuhi, sedangkan manfaatnya bagi masyarakat adalah dalam rangka memindahkan
kekuasaan generasi tua pada generasi muda.

Teori ini banyak menimbulkan kontroversi, sebagian karena penelitian ini dipandang cacat dan
karena banyak lansia yang menentang “postulat” yang dibangkitkan oleh teori untuk menjelaskan
apa yang terjadi didalam pemutusan ikatan atau hubungan. Sebagai contoh, dibawah kerangka kerja
teori ini, pensiun wajib menjadi kebijakan sosial yang harus diterima. Dengan meningkatnya rentang
waktu kehidupan alami, pensiun pada usia 65 tahun berarti bahwa seorang lanjut usia yang sehat
dapat berharap untuk hidup 20 yahun lagi. Bagi banyak individu yang sehat dan produktif, prospek
diri suatu langkah yang lebih lambat dan tanggung jawab yang lebih sedikit merupakan hal yang
tidak diinginkan. Jelasnya, banyak lansia dapat terus menjadi anggota masyarakat produktif yang
baik sampai mereka berusia 80 sampai 90 tahun.

4)   Teori Aktivitas

Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori aktivitas penuaan, yang berpendapat bahwa
jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Havighurst yang pertama menulis
tentang pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat untuk
lansia pada tahun 1952. Sejak saat itu, berbagai penelitian telah memvalidasi hubungan positif
antara mempertahankan interaksi yang penuh arti dengan oranglain dan kesejahteraan fisik dan
mental orang tersebut. Gagasan pemenuhan kebutuhan seseorang harus seimbang dengan
pentingnya perasaan dibutuhkan oleh orang lain. Kesempatan untuk turut berperan dengan cara
yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen
kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran pada
lansia secara negatif memengaruhi kepuasan hidup. Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan
pentingnya aktivitas mental dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah kehilangan dan
pemeliharaan kesehatan sepanjang masa kehidupan manusia.

5)   Teori Kontinuitas

Teori kontinuitas, juga di kenal sebagai suatu teori perkembangan, merupakan suatu kelanjutan dari
dua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak kepribadian pada kebutuhan untuk
tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan di usia
tua. Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian sebagai
dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan
akibat penuaan. Ciri kepribadian dasar dikatakan tetap tidak berubah walaupun usianya telah lanjut.
Selanjutnya, ciri kepribadian secara khas menjadi lebih jelas pada saat orang tersebut bertambah
tua. Seseorang yang menikmati bergabung dengan orang lain dan memiliki kehidupan sosial yang
aktif akan terus menikmati gaya hidupnya ini sampai usianya lanjut. Orang yang menyukai
kesendirian dan memiliki jumlah aktivitas yang terbatas mungkin akan menemukan kepuasan dalam
melanjutkan gaya hidupnya ini. Lansia yang terbiasa memiliki kendali dalam membuat keputusan
mereka sendiri tidak akan dengan mudah menyerahkan peran ini hanya karena usia mereka yang
telah lanjut. Selain itu, individu yang telah melakukan manipulasi atau abrasi dalam interaksi
interpersonal mereka selama masa mudanya tidak akan tiba-tiba mengembangkan suatu
pendekatan yang berbeda didalam masa akhir krhidupannya.

Ketika perubahan gaya hidup dibebankan pada lansia oleh perubahan sosial-ekonomi atau faktor
kesehatan, permasalahan mungkin akan timbul. Kepribadian yang tetap tidak diketahui selama
pertemuan atau kunjungan singkat kadang-kadang dapat menjadi fokal dan juga menjadi sumber
kejengkelan ketika situasi mengharuskan adanya suatu perubahan didalam pengaturan tempat
tinggal. Keluarga yang berhadapan dengan keputusan yang sulit tentang perubahan pengaturan
tempat tinggal untuk seorang lansia sering memerlukan banyak dukungan. Suatu pemahaman
tentang pola kepribadian lansia sebelumnya dapat memberikan pengertian yang lebih diperlukan
dalam proses pengambilan keputusan ini.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantinides, 1994)

Menua merupakan proses yang dapat dilihat sebagai sebuah kontinum kejadian dari lahir sampai
meninggal (Ignativicus, Workman, Mishler, 1999).

Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik. Teori-teori biologik sosial
dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan dan mendukung berbagai definisi mengenai
proses menua.

Dan pendekatan multi disiplin mengenai teori penuaan, perawat harus memiliki kemampuan
untuk mensintesa berbagai teori tersebut dan menerapkannya secara total pada lingkungan
perawatan klien usia lanjut termasuk aspek fisik, mental/emosional dan aspek-aspek sosial. Dengan
demikian pendekatan eklektik akan menghasilkan dasar yang baik saat merencanakan suatu asuhan
keperawatan berkualitas pada klien lansia. 

Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan
struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk
perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi
secara adekuat dan melawan penyakit.

Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang menyertai
peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis. Untuk tujuan
pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik dikombinasikan dengan perubahan psikologis.

3.2. Saran

Masa tua adalah sesuatu yang akan dan harus dihadapi oleh setiap manusia, untuk menjalani
proses kehidupan mereka. Tidak ada satupun orang yang dapat menghindarinya dan berusaha agar
tetap dapat terlihat awet muda. Berbagai proses harus dilewati, namun beberapa orang ada yang
dapat melalui prosesnya dengan baik, namun ada pula yang tidak cukup lancar. Ditinjau dari
berbagai aspek dan sudut pandang, dari segi fisik dan kejiwaan.

Maka, perawat yang melakukan tindakan asuhan keperawatan pada berbagai tingkatan usia
harus dan wajib tahu bagaimana konidisi fisiologis pasiennya. Termasuk pada usia lanjut.

Semoga makalah ini dapat menjadi salah satu referensinya, baik sebagai acuan dalam
pembelajaran, ataupun sebagai pedoman dalam tindakan asuhan keperawatan pada klien usia
lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Pringgoutumo, dkk. 2002. Buku Ajar Patologi 1 (umum), Edisi 1. Jakarta. Sagung Seto.


Sutisna Hilawan (1992), Patologi. Jakarta, Bagian Patologi Anatomi FKUI.

Gunawan S, Nardho, Dr, MPH, 1995, Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Dep Kes R.I.

  

Anda mungkin juga menyukai