Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Jumlah angkatan kerja di indonesia terus meningkat. Pemenuhan kecukupan gizi
selama bekerja merupakan salah satu bentuk penerapan syarat keselamatan dan kesehatan
kerja sebagai bagian dari upaya meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Gizi merupakan
salah satu aspek kesehatan kerja yang memiliki peran penting dalam peningkatan
produktivitas kerja. Hal ini perlu menjadi perhatian terutama pengelola tempat kerja
mengingat para pekerja umumnya menghabiskan waktu sekitar 8 jam sehari di tempat kerja.
Penelitian oleh kantor menteri negara urusan peranan wanita mendapatkan 15% pekerja
wanita kekurangan energi dan protein. Ini menyebabkan pekerja lambat berpikir, lambat
bertindak dan cepat lelah. Dalam buku yang sama penelitian oleh Soerjodibroto mendapatkan
terjadi peningkatan kadar Hb, peningkatan kondisi kesehatan dan kenaikan jumlah hari
masuk kerja pada pekerja wanita yang diberikan makan siang dan kemudahan untuk
mendapatkan makan siang. Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan masukan kalori
pada pekerja. Rendahnya produktivitas kerja dianggap akibat kurangnya motivasi kerja, tanpa
menyadari faktor lainnya seperti gizi pekerja. Perbaikan dan peningkatan gizi mempunyai
makna yang sangat penting dalam upaya mencegah morbiditas, menurunkan angka absensi
serta meningkatkan produktivitas kerja.

B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian gizi kerja ?
2. Apa masalah gizi pada tenaga kerja ?
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi pada tenaga kerja ?

C. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian gizi kerja
2. Untuk mengetahui masalah gizi pada tenaga kerja
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi gizi pada tenaga kerja

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gizi kerja

Sejak dari masa janin, bayi, remaja sampai ke masa dewasa dan lansia (lanjut
usia),manusia membutuhkan zat-zat yang berguna untuk membantu fungsi semua organagar
dapat berjalan dengan baik, apakah zat itu karbohidrat, protein, lemak,vitamin, garam mineral
dan air. Karbohidrat, protein, dan lemak dibutuhkan sebagai sumber tenaga atau energi untuk
bekerja. Gizi diartikan sebagai suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi,
penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi tubuh serta menghasilkan tenaga. Kerja
adalah gerak daripada badan dan pikiran sesorang untuk menghasilkan barang atau jasa guna
memelihara kelangsungan hidup dan memuaskan kebutuhan. Sementara itu, gizi kerja
didefinisikan sebagai gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan
kalorinya sesuai dengan jenis pekerjaannya.

Gizi kerja sebagai salah satu aspek penting dari kesehatan kerja mempunyai peran
penting, baik bagi kesejahteraan maupun dalam rangka meningkatkan disiplin dan
produktivitas. Kekurangan gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja akan membawa
akibat buruk bagi mereka seperti pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun, badan
menjadi kurus, berat badan menurun, wajah pucat, kurang bersemangat, beraksi lamban, dan
lain-lain. Dalam keadaan demikian, sulit tercapainya efisiensi dan produktivitas kerja yang
optimal (Wisnoe, 2005).

Usaha untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja harus sejalan pula
dengan usaha mengatasi masalah gizi tenaga kerja, yaitu dengan jalan memperbaiki
keadaan kesehatan dan meningkatkan keadaan gizinya melalui pelaksanaan gizi
kerja di perusahaan. Kecukupan zat gizi pekerja terutama dipengaruhi oleh usia, ukuran
tubuh, dan jenis kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu jenis pekerjaan atau
aktivitas yang dilakukan sehari-hari, kondisi fisiologis, keadaan khusus seperti pada
pemulihan kesehatan dan anemia, serta keadaan lingkungan kerja. Faktor-faktor di atas harus
menjadi dasar dalam perhitungan besarnya kecukupan zat gizi pekerja. Berikut adalah
kecukupan zat gizi per hari pekerja menurut umur dan jenis kelamin.

2
B. Masalah gizi pada tenaga kerja

Produktifitas kerja pada hakekatnya ditentukan oleh banyak faktor, faktor manusia
dan faktor di luar diri manusia. Faktor manusia dapat dibagi dalam faktor fisik dan faktor non
fisik, sedangkan faktor di luar diri manusia dapat berupa tekno-struktur yang dipakai
dalam bekerja, sistem manajemen perusahaan, dan lain-lain. Upaya perbaikan
kesejahteraan tenaga kerja secara menyeluruh secara jelas dicakup dalam Garis-garis Besar
Haluan Negara, 1988 pada Kebijaksanaan di bidang perlindungan tenaga kerja yang
ditujukan pada perbaikan upah, syarat kerja, kondisi kerja, hubungan kerja, keselamatan dan
kesehatan kerja. Dalam kesehatan kerja tercakup tiga aspek penting yaitu
mengenai kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja dimana tujuannya adalah agar
masyarakat dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya. Gizi dalam hati
ini merupakan salah satu faktor penentu kapasitas kerja. Masukan gizi yang cukup kualitas
dan kuantitasnya sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan pembangunan fisik maupun
mental. Dari berbagai penelitian yang dilakukan ternyata bahwa gizi mempunyai
kaitan dengan produktifitas kerja; hal ini terbukti dari hasil-hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa secara umum kurang gizi akan menurunkan daya kerja serta
produktifitas kerja.

Dalam melakukan pekerjaannya, perlu disadari bahwa masyarakat pekerja yang


sehat akan bekerja dengan giat, tekun, produktif dan teliti sehingga dapat mencegah
kecelakaan yang mungkin terjadi selama bekerja. Dapat dibayangkan apabila pekerja
mengalami kurang gizi, hal ini paling tidak akan mengurangikonsentrasi bekerja ataupun
ketelitiannya dalam melakukan kerja; kondisi initentunya sangat membahayakan
keselamatannya apalagi kalau pekerja tersebutbekerja dengan menggunakan alat-alat
yang dalam penggunaannya sangatmembutuhkan konsentrasi dan perhatian yang tinggi
karena kalau tidak berhati-hati dapat menimbulkan kecelakaan. Ada beberapa indikator yang
digunakan untuk mengukur kualitas sumber daya manusia. Pertama, Indeks Mutu Hidup
atauPhysical Quality of Life Index (PQLI). Kedua, Human Development Index (HDI) yang
dikembangkan oleh UNDP. Ketiga, yang sekarang dalam tarafpengembangan oleh
BAPPENAS, yakni Social Development Index (SDl). Dalam ketiga indikator yang
disebut diatas, unsur yang menyangkutderajat kesehatan selalu merupakan salah satu
unsurnya.

3
lLO (1976) mencanangkan suatu model pembangunan yang menekankanpada
pemerataan dan pertumbuhan yang diikuti oleh pendekatan pemenuhan kebutuhan rnanusia
(basic human needs). Pendekatan kebutuhan dasar ini menekankan pentingnya
dipenuhinya kebutuhan dasar penduduk yaitu pangan,sandang, perumahan dan sebagainya,
sebelum dipenuhinya kebutuhan lain yangkurang mendesak dan umumnya yang hanya
dibutuhkan oleh sejumlah kecil penduduk. Dalam upaya pembangunan sumber daya manusia
pendekatan ini sangat berarti karena dapat mengurangi kurang gizi, penyakit dan kebodohan
akibat kurang pendidikan. Derajat kesehatan yang makin baik akan meningkat produktifitas
tenaga kerja, mengurangi jumlah hari-hari ia tidak masuk kerja karena sakit serta
memperpanjang umur produktifnya. Beberapa hasil penelitian yang diacudalam World
Development Report1991 antara lain penelitian di Sierra Leone menunjukkan
bahwa apabila konsumsi kalori pekerja-pekerja pertanian disana, yang rata- rata
mengkonsumsikan kalori hanya sebanyak 1.500 kalori setiap hari, ditingkatkan konsumsi
kalorinya sebanyak 10% maka diperkirakan produktifitasnya yang diukur dengan output yang
dihasilkan akan naik 5%. Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian terhadap
pekerja-pekerja pembangunan jalan diKenya. Selain itu studi di 8 negara berkembang
juga menunjukkan bahwa penghasilan pekerja yang hilang karena pekerja tidak dapat bekerja
karena sakit berkisar antara 2,1% dan 6,5% dari seluruh penghasilannya.

Pada dasarnya zat gizi yang dibutuhkan oleh seseorang sangat ditentukan oleh
aktifitas yang dilakukannya sehari-hari. Makin berat aktifitas yang dilakukan maka
kebutuhan zat gizi akan meningkat pula terutama energi Sebagai contoh, seorang
pria dewasa dengan pekerjaan ringan membutuhkan energi sebesar 2.800 kilokalori.
Sedangkan pekerja dengan pekerjaan yangberat membutuhkan 3.800 kilokalori. Selain
energi, tentu keseimbangan zat gizi lain seperti protein, lemak,vitamin dan mineral sangat
penting diperhatikan untuk mendapatkan kondisikesehatan dan kinerja yang baik.

Adapun inti dari masalah kerja yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari di
lingkungan kerja yaitu :

1. Kurang perhatiannya pengusaha dan pekerja

2. Diberikan uang makan tanpa menyediakan makanan

3. Bagaimana cara menyediakan makanan

4. Berapa yang harus diberikan

4
5. Apa dan kapan makanan diberikan

6. Keracunan makanan

Adapun untuk kebutuhan gizi energi dan protein serta berdasar umur dan jenis
pekerjaan (ringan, sedang, berat) sebagai berikut :

5
Faktor yang menyebabkan kekurangan gizi sangat majemuk antara lain :
1. Persoalan ekonomi khususnya rendahnya upah atau pendapatan
2. Ketidaktahuan dan kurangnya pendidikan
3. Sosio-kultural seperti tahayul
4. Kebiasaan makanan yang buruk
Pemenuhan kebutuhan akan zat makanan menentukan status gizi seseorang termasuk
tenaga kerja. Status gizi demikian sangat tergantung kepada latar belakang pendidikan,
kondisi sosal ekonomi, budaya masyarakat dan juga derajat kesehatan. Unsure terpenting
bagi penilaian status gizi adalah tinggi badan dan berat badan yang menentukan besarnya
Indeks Massa Tubuh ( IMT atau Body Mass Indeks (BMI) ) yairu berat badan (BB) dibagi
kuadrat tinggi badan (TB) atau IMT = BB/TB2dengan satuan kg per m2.
Dalam tubuh selalu terjadi aktifitas sel dan jaringan, baik membangun atau
mempergunakan bahan-bahan yang ada. Kegiatan tubuh demikian disebut metabolisme yang
terbagi menjadi katabolisme yaitu proses internal tubuh yang membangun anabolisme yakni
proses internal tubuh yang memecah atau mengurai apa yang telah dibangun di dalam tubuh.
Semakin meningkat kegiatan tubuh, semakin meningkat pula metabolisme yang berlansung.

Kebutuhan kalori orang dewasa termasuk tenaga kerja ditentukan oleh :


1. Metabolisme basal
2. Pengaruh makanan atas kegiatan tubuh (kira-kira 10% dari metabolisme basal)
3. Aktivitas otot
Factor yang terakhir, yaitu aktivitas otot atau bekerjanya otot dengan atau tanpa
kesadaran, mempunyai peranan penting dalam menentukan kebutuhan kalori
diatas kebutuhan metabolisme basal. Kalori yang dibutuhkan ini berasal dar
makanan terutama yang mengandung karbohidrat.

Kalori Yang Dihasilkan Per Gram Zat Makanan


Zat makanan Kilokalori/gram

1. Karbohidrat 4
2. Lemak 9
3. Protein 4

Standar ini untuk seorang tenaga kerja perorangan masih perlu dikoreksi
dengan factor-faktor sebagai berikut:
1. Factor usia menurut kebutuhan kalori menurut usia tenaga kerja

6
Usia Persentasi
(Tahun) (%)
20-30 100,0
30-40 97,0
40-50 94,0
50-60 86,5
60-70 79,0
>70 69,0

Table penyesuain kebutuhan kalori menurut usia tenaga kerja

2. Tingkat aktivitas (termasuk pekerjaan) yang untuk orang standar rinciannya


meliputi:
Laki-laki Perempuan

Istirahat di tempat tidur 8 jam 8 jam


Bekerja (aktivitas ringan) 8 jam 8 jam
Berjalan 1 ½ jam 1 ½ jam
Aktivitas ringan pribadi 1 ½ jam 1 ½ jam
Duduk 4 jam 4 jam
Rekreasi 1 jam 1 jam
Table penyesuaian untuk tingkat aktivitas pekerjaan sedang atau pun berat

C. Faktor yang mempengaruhi gizi pada tenaga kerja


1. Konsumsi makanan
Konsumsi pangan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi
secara langsung. Konsumsi pangan yang cukup akan membentuk status gizi yang baik atau
sebaliknya, konsumsi pangan yang tidak cukup akan menimbulkan status gizi yang buruk
pula. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau
status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara
efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja,
dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.
2. Lean body mass
Lean body mass yaitu massa jaringan bebas jaringan adiposa terdiri atas otot, tulang,
serta cairan ekstraseluler. Komposisi tubuh diukur untuk mendapatkan persentase lemak,
tulang, air, dan otot dalam tubuh. Pengukuran komposisi tubuh juga ditujukan untuk

7
mendeteksi kebutuhan tubuh terhadap asupan makanan serta mendapatkan informasi yang
relevan terhadap upaya pencegahan dan penangan penyakit.
3. Jenis kegiatan
Jenis kegiatan (ringan, sedang, berat) yang merupakan suatu beban kerja, dan
mempunyai kebutuhan gizi yang berbeda pula.
4. Faktor tenaga kerja
Faktor tenaga kerja yang meliputi ketidaktahuan, jenis kelamin, umur,
hamil,menyusui, kebiasaan makan yang kurang baik, tingkat kesehatan karena
tingginya penyakit parasit dan infeksi oleh bakteri pada alat pencernaan, kesejahteran tinggi
tanpa perhatian gizi, mengakibatkan terjadinya salah gizi biasanya dalam bentuk over nutrisi,
disiplin, motivasi dan dedikasi.
5. Faktor ekonomi
Tidak disangka bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang
disajikan untuk keluarga sehari-hari. Walaupun demikian, hendaklah dikesampingkan
anggapan bahwa makanan yang memenuhi persyaratan hanya mungkin disajikan di
lingkungan yang berpenghasilan cukup saja, padahal sebenarnya keluarga yang
berpenghasilan yang terbataspun mampu menghidangkan makanan yang cukup memenuhi
syarat gizi bagi anggota keluarganya.
6. Faktor pengetahuan tentang gizi
Pengetahuan tentang kadar zat gizi dalam berbagai bahan makanan dapat membantu
keluarga dalam memilih makanan yang bergizi, murah dan memenuhi selera seluruh
keluarga. Kemajuan ilmu dan teknologi pangan berperan penting dalam mendorong
perubahan proses pengolahan makanan, selera, harga dan pola makan masyarakat.
7. Faktor terhadap bahan makanan tertentu
Adanya orang yang berpikiran salah dengan menggangap bila makan sayuran yang
banyak mengandung mineral dan vitamin akan menurunkan harkat keluarga. Bahkan ada pula
yang tidak mau makan jenis makanan tertentu hanya karena kepercayaan yang menjurus
takhayul, misalnya apabila makan daging akan menjauhkan rizki.
8. Faktor fadisme
Yaitu kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu. Hal ini akan
mengakibatkan kurang berfariasinya makanan dan tubuh akhirnya tidak memperoleh semua
zat gizi yang diperlukan.
9. Faktor pola makan

8
Kegemukan disebabkan oleh ketidakseimbangan kalori yang masuk dibanding yang
keluar. Pola makan berlebihan akan meningkatkan asupan dan menurunkan keluaran kalori.

10. Faktor lingkungan kerja


a. Tekanan panas
Di lingkungan kerja dengan jenis pekerjaan berat, diperlukan sekurang-
kurangnya 2,8 liter air minum untuk seorang tenaga kerja, sedangkan kerja ringan
dianjurkan 1,9 liter. Kadar garam tidak boleh terlalu tinggi untuk tenaga kerja
yang sudah beradopsi dengan lingkungan + 0,1%, sedangkan untuk tenaga kerja
yang belum beradopsi + 0,2%. Untuk tenaga kerja yang bekerja ditempat dingin,
makanan dan minuman hangat sangat membantu.
b. Pengaruh kronis bahan kimia
Bahan kimia dapat menyebabkan keracunaan kronis dengan disertai
penurunan berat badan. Vitamin C dapat mengurangi pengaruh zat-zat racun
logam berat, larutan organik, fenol, sianida dan lain-lain. Susu tidak berfungsi
sebagai zat penetral zat racun, namun sebagai upaya meningkatkan daya kerja
dan kesegaran jasmani.
c. Parasit dan mikroorganisme
Tenaga kerja dapat terjangkit mikroorganisme atau parasit yang ada
dilingkungan tempat kerja, misalnya infeksi oleh bakteri yang kronis disaluran
pencernaan akan menyebabkan kekurangan gizi karena terganggunya penyerapan.
Cacing tambang pada pekerja tambang, perkebunan, petani akan menurunkan
status gizi.
d. Faktor psikologis
Adanya ketegangan-ketegangan sebagai akibat ketidakserasian emosi,
hubungan manusia dalam pekerjaan yang kurang baik, rangsangan atau hambatan
psikologis dan sosial akan menurunkan berat badan, terjadinya penyakit dan
produktivitas menurun.

e. Kesejahteraan
Kesejahteraan tinggi tanpa perhatian gizi diimbangi dengan olahraga akan
menyebabkan kegemukan, hipertensi, hipokolesterol, penyakit jantung dan lain-
lain.

Anda mungkin juga menyukai