Anda di halaman 1dari 12

MODUL

2
SISTEM SARAF

TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan:
1. Struktur sel dan jaringan sistem saraf;
2. Karakteristik fisiologi otak dan tulang belakang;
3. Dasar-dasar perbedaan daya analgesik berbagai analgetika.

PENDAHULUAN
Otak, saraf tulang belakang, reseptor pada organ-organ panca indera, serta saraf yang
menghubungkan sistem saraf dengan sistem organ lainnya merupakan organ-organ
yang terdapat dalam sistem saraf. Secara anatomi, sistem saraf dibagi menjadi dua
kelompok besar yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Anatomi serta fisiologi
dari kedua kelompok besar sistem saraf tersebut akan dipelajari dalam praktikum ini
melalui pengamatan berbagai fenomena tubuh, seperti gerakan refleks, stimulasi panca
indera, dan sebagainya.

2.1. PENGAMATAN BERBAGAI KARAKTERISASI SISTEM SARAF
TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa dapat menjelaskan anatomi serta fisiologi:
1. otak;
2. sistem saraf otonom;
3. saraf tulang belakang;
4. saraf kranial.

PENDAHULUAN
Otak merupakan organ terbesar dalam sistem saraf yang mengadung 90% dari total
neuron di dalam tubuh. Secara umum otak dibagi menjadi 3 bagian yaitu: (1.) otak
depan, (2.) otak tengah, dan (3.) otak belakang. Otak depan terdiri dari talamus,
hipotalamus, dan serebral korteks. Thalamus berfungsi untuk meneruskan dan
memproses stimulasi yang diterima oleh reseptor indera kecuali penciuman, sedangkan
hipotalamus meregulasi motivasi dan emosi. Serebral korteks dibagi menjadi 4 lobus
yaitu lobus oksipital, temporal, parietal, dan frontal. Empat lobus korteks serebral otak
depan memiliki fungsi menerima dan memproses berbagai stimulasi yang diterima
indera serta meregulasi berbagai hal kompleks, seperti mengenali wajah seseorang dan
memahami bahasa. Otak tengah terletak di antara otak depan dan otak belakang. Otak
tengah memegang peranan penting dalam regulasi pendengaran dan pengelihatan Otak
belakang terdiri dari serebelum, pons, dan medula. Medula yang merupakan bagian dari
otak belakang mengontrol beberapa fungsi tubuh seperti pernapasan, laju jantung, dan
tekanan darah; sedangkan pons yang terletak diatasnya berfungsi dalam
mempertahankan siklus tidur. Serebelum, bagian otak belakang lainnya, berfungsi untuk
mengatur berbagai refleks dan mengkoordinasikan kerja tubuh.

Saraf tulang belakang yang dilapisi oleh 3 meninges terletak di dalam kanal vertebra dari
kolom vertebra. Saraf tulang belakang berawal dari bagian foramen magnum, berlanjut
ke bagian medulla dari otak, dan berakhir di bagian lumbar. Terdapat 31 pasang saraf

1
tulang belakang yang menempel pada saraf motorik dan sensorik sepanjang tulang
belakang.

2.1.1. Anatomi
ALAT DAN BAHAN
Alat : Model anatomi sistem saraf
Buku acuan anatomi dan fisiologi manusia

PROSEDUR
1. Pelajari organisasi sistem saraf baik secara anatomi maupun fisiologi menggunakan
buku acuan serta model anatomi.
2. Amati dan lengkapi Gambar 2.1 dan 2.2 berdasarkan informasi yang sudah Anda
pelajari. Anda dapat mengisi langsung pada kotak yang telah disediakan atau
menuliskannya pada kertas lain secara terpisah.


Gambar 2.1. Bagian Lateral Otak.
1. _______________________________________ 11. _______________________________________
2. _______________________________________ 12. _______________________________________
3. _______________________________________ 13. _______________________________________
4. _______________________________________ 14. _______________________________________
5. _______________________________________ 15. _______________________________________
6. _______________________________________ 16. _______________________________________
7. _______________________________________ 17. _______________________________________
8. _______________________________________ 18. _______________________________________

2
9. _______________________________________ 19. _______________________________________
10. _______________________________________ 20. _______________________________________


Gambar 2.2. Sumsum tulang belakang.

1. _______________________________________ 11. _______________________________________
2. _______________________________________ 12. _______________________________________
3. _______________________________________ 13. _______________________________________
4. _______________________________________ 14. _______________________________________
5. _______________________________________ 15. _______________________________________
6. _______________________________________ 16. _______________________________________
7. _______________________________________ 17. _______________________________________
8. _______________________________________ 18. _______________________________________
9. _______________________________________ 19. _______________________________________
10. _______________________________________

3
4.1.2. Fisiologi
ALAT DAN BAHAN
Bahan : Asam asetat 2 %
NaCl fisiologis
Larutan asetilkolin 5%
Larutan adrenalin 5%
Bubuk kopi
Potongan beberapa macam buah
Teh
Air Matang
Alat : Toples Senter
Aplikator Stetoskop
Klem dan statif Kapas
Alat bedah Batang pengaduk
Benang
Alat Gelas
Hewan Percobaan : Katak hidup
Mata Katak

PROSEDUR
Pada bagian A dan B, silakan disimak pembahasan prosedur dan video yang telah
disediakan pada portal elearning. Setelah itu, Anda dapat mengisi isian dan pertanyaan
pada bagian bawah.
A. Otak
1. Masukkan katak sehat normal ke dalam sebuah toples.
2. Amati aktivitas spontannya, seperti: pernafasan, posisi kepala, gerakan melompat,
serta buka-tutup mata.
3. Amati keseimbangan katak pada berbagai kemiringan.
4. Tempatkan katak dengan posisi perut menghadap ke atas, amati bagaimana katak
kembali ke posisi normalnya (gerakan ini dinamakan ‘righting reflex’).
5. Gantung katak dengan mengikat kaki depannya pada sebuah palang, sedemikian
sehingga kaki belakangnya tergantung bebas. Jepit salah satu jarinya, dan amati
ada/tidaknya gerakan menarik kaki belakangnya.
6. Isi air ke dalam stoples sampai setengah volume, masukkan katak, dan amati
gerakan berenangnya.
7. Setelah menyelesaikan percobaan di atas, tusukkan jarum ke dalam foramen
magnum katak (lekukan yang berada pada bagian belakang kepala di antara kedua
mata) dan gerakan jarum ke arah kiri-kanan, atas-bawah. Dengan cara ini akan
diperoleh hewan refleks/spinal.
8. Ulangi prosedur (1) sampai (6) pada hewan refleks.
9. Basahi bagian perut katak dengan asam asetat 2%. Amati apakah katak mencoba
menghilangkan asam.
10. Bersihkan asam dari katak.
11. Tusukkan jarum ke kolom vertebral untuk merusak keseluruhan sistem saraf katak.
12. Ulangi prosedur (1) sampai (6) pada katak ini.
13. Ambil katak lain, bungkus badannya dengan lap, sambil tetap membiarkan
kepalanya bergerak bebas. Gunting rahang bagian atasnya mulai dari belakang mata

4
dengan gunting bedah. Dari prosedur ini, Anda akan mendapatkan katak yang
sarafnya tidak berfungsi sama sekali.
14. Ulangi prosedur (1) sampai (6) untuk katak ini.
15. Catat hasil pengamatan pada tabel di bawah ini, dan diskusikan hasilnya.

Hewan
Pengamatan
Normal Reflex Tanpa saraf
Aktivitas spontan
Retraksi
Kesimbangan
Righting reflex
Berenang

B. Sistem Saraf Otonom (Efek Adrenergik Dan Kolinergik Terhadap Pupil Mata Katak)
1. Pisahkan bagian atas kepala katak dengan mengguntingnya, kemudian isolasi
matanya
2. Ukurlah diameter pupilnya
3. Celupkan satu mata katak ke dalam adrenalin 5%, dan mata yang lainnya ke dalam
asetilkolin 5%
4. Catat perubahan pada diameter pupil mata
5. Setelah mencapai ukuran pupil paling ekstrim (kecil/besar), bilas kedua mata dengan
larutan garam 0,9%
6. Ulangi prosedur yang sama dengan memindahkan mata dari larutan adrenalin ke
asetilkolin, dan sebaliknya, kemudian lakukan pengamatan yang sama. Diskusikan
hasil yang diperoleh.

Pada bagian ini, Anda cukup isi bagian kosong pada tabel berdasarkan sifat larutan dan
efeknya pada pupil secara teoritis dari pustaka.

Diameter pupil (mm)
Mata Katak Dalam Lar. Dalam Lar.
Normal
Adrenalin 5% Asetilkolin 5%
Mata

C. Saraf Kranial pada Manusia
Tentukanlah saraf kranial mana yang sedang diuji ketika melakukan aktivitas berikut.

Saraf kranial yg
Aktivitas
berperan
1. Membedakan sejumlah aroma (kopi, nanas, teh, cuka)
menggunakan kedua lubang hidung
2. Membaca buku
3. Menyinari mata
4. Menggerakan mata mengikuti pergerakan telunjuk vertikal
dan horizontal
5. Mengunyah

5
Saraf kranial yg
Aktivitas
berperan
6. Menyentuh dengan lembut keseluruhan bagian wajah
dengan kapas
7. Menggerakkan mata dari satu sisi ke sisi lainnya
8. Mengerutkan dahi
9. Tersenyum
10. Bersiul
11. Berbisik kepada teman Anda, kemudian mintalah dia untuk
mengulangi perkataan Anda
12. Berjalan
13. Mempertahankan keseimbangan sementara Anda berdiri di
atas satu kaki
14. Berbicara, kemudian menelan, amati bila ada kelainan
15. Mengangkat pundak Anda (sambil ditekan). Putar kepala
Anda ke arah di mana tekanan diberikan
16. Menjulurkan lidah

D. Jenis-jenis Refleks Pada Manusia
Prosedur umum: Lakukan pengujian di bawah ini sebanyak 1 kali (1 data) untuk masing-
masing praktikan. Laporkan hasilnya dalam bentuk tabel dan unggah pada tautan yang
telah disediakan.
• Deep Reflex
1. Knee-jerk reflex
a. Duduklah di atas bangku yang cukup tinggi yang memungkinkan kaki tergantung
bebas.
b. Tutuplah mata, biarkan teman Anda memukul lembut ligamen lutut Anda (persis
di bawah tempurung lutut) menggunakan benda tumpul (misalnya batang pensil)
beberapa kali.
c. Catat respon Anda beserta kekuatannya.
o Bagian mana dari sistem saraf Anda yang bertanggung jawab atas respon ini?
o Hilangnya respon tersebut merupakan indikasi kerusakan pada struktur yang
mana?
d. Ulangi prosedur di atas sambil meminta teman Anda untuk:
o Mengepalkan tangan kuat-kuat di punggung. Catat responnya.
o Menghitung (tanpa menulis) suatu soal matematika. Catat responnya.

2. Babinski’s sign
a. Mintalah teman Anda menekan sepanjang telapak kaki Anda menggunakan benda
tumpul (misalnya batang pensil).
b. Amati respon yang terjadi. Tanda positif ditunjukkan dengan fleksi ibu jari (ke
arah telapak).
• Bagian sistem saraf manakah yang bertanggung jawab untuk kemunculan
tanda ini?

6
3. Refleks Achilles
a. Buka alas kaki Anda, dan posisikan kaki sedikit dorsofleksi (diarahkan ke bawah)
untuk meningkatkan tekanan otot gastroknemius.
b. Mintalah teman Anda memberikan pukulan singkat pada tendon Achilles
(tendon besar di belakang pergelangan kaki yang menghubungkan otot betis ke
tulang tumit) menggunakan perkursor benda tumpul (misalnya batang pensil).
c. Amati respon yang terjadi.

4. Refleks biseps
a. Letakkan lengan atas Anda di atas meja sedemikian sehingga siku Anda
membentuk sudut 90 derajat.
b. Ketuklah tendon bisep dengan benda tumpul, dan catat respon yang terjadi.

5. Refleks triseps
a. Posisikan lengan Anda horizontal terhadap dada.
b. Berikan ketukan pada tendon trisep menggunakan benda tumpul, dan amati
respon yang terjadi.

• Refleks Superfisial
1. Refleks plantar
Dengan memakai benda agak tajam (misalnya ujung pensil yang lancip), ketuklah tepi
lateral telapak kaki subjek, mulai dari tumit dan diteruskan ke arah ibu jari, catat hasil
yang diamati.

2. Refleks abdominal
Berikan ketukan singkat pada abdomen, tepat di bawah tulang dada, menggunakan
kunci atau kulu. Catan respon yang teramati.

3. Refleks kornea
Sentuhlah kornea dengan kapas. Catat respon yang terjadi.

4. Refleks faring
Sentuh uvula dan fauces dengan tangan/ujung jari yang bersih. Catat hasil yang
terjadi.

5. Refleks kutan
Gerakkan objek tumpul sepanjang permukaan kulit, dan amati perubahan pada
warna kulit. Apakah yang mungkin menyebabkan perubahan ini? Apakah beda dari
refleks ini dengan refleks lainnya? Disebut apakah refleks kutan ini?

6. Refleks pilomotor
Berilah sentuhan kulit di sekitar leher menggunakan bulu halus atau benda halus
lainnya, dapat juga dibelai lembut. Catat respon yang terjadi.



7
• Refleks Viseral
1. Refleks foto-pupil
a. Pejamkan mata Anda. Biarkan kawan Anda menyinari kelopak mata Anda dengan
senter.
b. Segera setelah itu, buka mata dan bandingkan diameter pupil terhadap ukuran
sebelum disinari.
c. Catat respon yang terjadi. Saraf-saraf kranial mana yang terlibat dalam respon ini?

2. Refleks konsensual
Sementara salah satu mata disinari, amati respon yang ditunjukkan pada mata yang
lain. Kesimpulan apa yang dapat ditarik dari respon ini?

3. Refleks akomodasi
a. Lihatlah objek yang berjarak jauh sekali (minimal 6 meter), dan mintalah teman
Anda mengukur diameter pupil.
b. Ulangi prosedur yang sama pada saat melihat objek dekat, sekitar 25 cm.
Bandingkan diameter pupil pada dua kondisi di atas. Berikan penjelasan.

4. Refleks siliospinal
Usaplah bagian kanan leher Anda dengan peniti. Mintalah seorang teman untuk
mengukur diameter pupil sebelum dan sesudah leher diusap.

4.2. Berbagai Metode Uji Analgetik
TUJUAN
Setelah menyelesaikan eksperimen ini mahasiswa :
1. Mengenal berbagai cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek analgesik
suatu obat;
2. Memahami dasar-dasar perbedaan dalam daya analgesik berbagai analgetika;
3. Mampu memberikan pandangan yang kritis mengenai kesesuaian khasiat yang
dianjurkan untuk sediaan-sediaan famasi analgetika;
4. Mampu melakukan analisis data hasil pengujian analgetika.

PENDAHULUAN
Hampir semua sensasi nyeri disebabkan karena pembebasan senyawa-senyawa kimia
tertentu oleh stimulus nyeri. Senyawa-senyawa kimia yang dibebaskan ini ada yang
menyerupai bradikinin, menimbulkan nyeri karena mengeksitasi ujung-ujung syaraf
nyeri, menyebabkan za-zat lain menimbulkan nyeri, umpamanya vasodilatasi pembuluh
darah yang mengakibatkan migrain, atau menimbulkan kejang otot-otot viseral, atau
iritasi maupun kerusakan jaringan setempat.

Tergantung pada serabut syaraf yang menghantarkan impuls nyeri ke kortex sensorik di
otak, maka sensasi nyeri disadari sebagai nyeri yang tajam, termasuk suatu nyeri yang
lebih bersifat ngilu.

Penyadaran sensasi nyeri sendiri mempunyai komponen psikologik, karena meskipun
nilai ambang intensitas stimulus untuk nyeri relatif konstan pada orang yang normal.
Tetapi sensasi nyeri sendiri sebagai respon terhadap stimulus nyeri dapat sangat

8
bervariasi dari orang ke orang. Analgesik-narkotik seperti morfin diketahui juga
modifikasi reaksi dan respon orang terhadap nyeri, sehingga nyeri yang disadarinya
dapat dideritanya dengan baik.
Obat-obat yang dapat mengatasi rasa nyeri digolongkan dalam beberapa kelompok
yaitu:
1. Analgetika yang bekerja secara sentral seperti morfin dan sebagainya
2. Analgetika yang bekerja secara perifer juga adakalanya, dengan komponen efek
sentral yang utama pula.
Pada pemakaian yang tidak hati-hati obat-obat dalam kelompok pertama dapat
menimbulkan ketergantungan, sedangkan obat-obat dalam kelompok kedua adakalanya
juga memiliki efek antipiretik (misal asetosal) dan efek antiradang (misal asetosal dan
fenilbutazon), disamping efek analgesik.

Disamping itu ada beberapa obat yang meskipun tidak digolongkan analgetika, bekerja
secara spesifik untuk meringankan penderitaan nyeri, seperti ergotamin; senyawa-
senyawa nitrit; kolkhisin.

Ketika mengevaluasi efek obat untuk analgesia perlu diperhatikan bahwa metoda-
metoda eksperimental yang ada tidak selalu dapat mendiskriminasikan dengan baik
antara obat-obat yang potensial dan yang tidak potensial sebagai analgesik pada
manusia. Kesulitan disebabkan pula karena tidak semua tipe nyeri dapat direproduksi
secara eksperimental.

Secara umum dianggap bahwa potensi suatu analgesik tidak dapat dievaluasi dengan
baik secara eksperimental dalam orang yang sehat sehingga eksperimen-eksperimen
untuk maksud ini selalu direncanakan untuk situasi klinik.

Prinsip pengujian efek analgesik secara eksperimental pada hewan percobaan ialah
mengukur kemampuan obat untuk menghilangkan atau mencegah kesadaran sensasi
nyeri yang ditimbulkan secara eksperimental. Secara eksperimental sensasi ini
ditimbulkan dengan cara-cara fisik atau cara-cara kimiawi.

4.2.1. Metode Jentik Ekor
ALAT DAN BAHAN
Bahan : Larutan morfina HCl 1%; dosis 10 mg/kg berat badan; rute
pemberian intraperitoneal.
Larutan kodeina HCl 6%; dosis 120 mg/kg berat badan;
rute pemberian intraperitoneal.
Larutan antalgin 10%; 300 mg/kg bobot tubuh, rute
intraperitoneal.
Alat : Alat suntik 1 ml Pipa lambung
Jarum suntik yang sesuai
Penangas air suhu 50oC
untuk penyuntikan
intraperitoneal
Stopwatch restrainer
Timbangan tikus

9
Hewan Percobaan : Tikus putih jantan, tiga ekor

PROSEDUR
1. Sebelum pemberian obat catat dengan mempergunakan stopwatch waktu yang
diperlukan tikus untuk menjentikkan ekornya keluar dari penangas air. Tiap
rangkaian pengamatan dilakukan tiga kali, selang dua menit. Pengamatan pertama
diabaikan, hasil dari dua pengamatan terakhir diratakan dan dicatat sebagai respon
normal masing-masing tikus terhadap stimulus nyeri. Jika perlu, stimulus
disesuaikan untuk mencapai respon normal terhadap stimulus nyeri, sekitar tiga
sampai lima detik.
2. Suntikkan kepada masing-masing tikus obat-obat sebagai berikut:
§ Tikus I : Morfina HCl
§ Tikus II : Kodeina HCl
§ Tikus III : Antalgin
3. Diamkan sepuluh menit, kemudian nilai respon masing-masing tikus terhadap
stimulus nyeri seperti pada I. Jika tikus tidak menjentikkan ekornya keluar air panas
dalam waktu 10 detik setelah pemberian stimulus nyeri, maka dapat dianggap bahwa
ia tidak menyadari stimulus nyeri tersebut. Jangan biarkan ekornya melampaui
waktu ini dalam air panas.
4. Ulangi penilaian respon tikus selang 20 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit dan
seterusnya sampai efek analgesik hilang.
5. Setelah hasil-hasil pengamatan ditabulasi, analisis data tersebut dan gambarkan
suatu kurva yang merefleksikan pengaruh obat-obat yang diberikan terhadap respon
tikus untuk stimulus nyeri.

4.2.2. Metode Pelat Panas
ALAT DAN BAHAN
Bahan : Larutan morfin HCl 0,1%; dosis 10 mg/kg berat badan; rute
pemberian intraperitoneal.
Larutan antalgin 1%; dosis 100 mg/kg berat badan; rute
pemberian intraperitoneal.
Larutan NaCl 0,9%; rute pemberian intraperitoneal.
Alat : Pelat panas yang Alat suntik 1 ml
dilengkapi sumber panas
dengan termostat 55-
56oC.
Stopwatch Timbangan mencit
Hewan Percobaan : Mencit jantan 6 ekor

PROSEDUR
1. Timbang masing-masing mencit beri nomor dan catat.
2. Bagi dalam 3 kelompok masing-masing 2 ekor.
3. Letakkan masing-masing mencit dalam kandang pelat panas, catat waktu yang
diperlukan sampai mengangkat menjilat kaki depannya sebagaiwaktu respon; catat
sebagai respon normal atau respon sebelum perlakuan.

10
4. Berikan obat secara intraperitoneal kepada masing-masing kelompok. Kelompok I
diberikan NaCl fisiologis 10 ml/kg; kelompok II diberikan morfin HCl 10 mg/kg dan
kelompok III diberikan antalgin 100 mg/kg
5. Lakukan uji pada pelat panas dan catat waktu responnya,pada 10, 20, 30, 45, 60, dan
90 menit setelah pemberian obat.
6. Evaluasi dan bahas hasil percobaan yang telah ditabulasi.
7. Respon analgetik dinilai positif, bila waktu respon setelah pemberian obat lebih besar
dari 30 detik paling kurang 1 kali atau apabila 3 atau lebih kali memberikan waktu
respon 3 kali respon normal.






4.2.3. Metode Siegmund
ALAT DAN BAHAN
Bahan : Larutan benzokuinon 0,02% dalam etanol 10% atau asam
asetat 0,1%.
Larutan asetosal 1%; dosis 100 mg/kg oral.
Larutan antalgin 1%; dosis 100 mg/kg oral.
NaCl 0,9%.
Alat : seperangkat alat Alat suntik 1 ml
Siegmund
Stopwatch Timbangan mencit
Sonde oral
Hewan Percobaan : Mencit jantan 6 ekor

PROSEDUR
Hewan yang digunakan dalam metode percobaan ini, adalah mencit yang menunjukkan
geliat secara berulang dalam waktu 10 menit dan paling sedikit 1 geliat dalam 5 menit,
setelah penyuntikan intraperitoneal 0,2 ml larutan fenil benzokuinon 0,02%.
1. Beri tanda atau nomor dan timbang bobot tiap hewan.
2. Kelompokkan secara acak dalam tiga kelompok masing-masing terdiri dari 2 ekor.
3. Kepada masing-masing kelompok berikan obatnya secara oral: I. NaCl 0,9% 10 ml/kg;
II. Asetosal 100 mg/kg dan; III. Antalgin 100 mg/kg.
4. Setelah 30 menit kepada semua mencit suntikkan secara ip 0,2 ml larutan fenil
benzokuinon atau asam asetat.
5. Letakkan hewan dalam alat uji Siegmund.
6. Amati dan catat jumlah geliatannya yang ditunjukkan tiap mencit selama 1 jam setiap
kurun waktu 5 menit.
7. Evaluasi data yang diperoleh. Nyatakan lama kerja masing-masing obat yang diuji.

PERTANYAAN/DISKUSI
1) Kemukakan beberapa implikasi praktis dari hasil pengamatan Saudara.
2) Rumuskan dari pengamatan Saudara beberapa parameter untuk pengujian efek
analgesik.

11
3) Kemukakan beberapa alasan mengapa saudara mengamati perbedaan-
perbedaan dalam daya analgesik obat-obat yang digunakan dalam eksperimen
ini.
4) Indonesian Index of Medical Specialities (IIMS) memuat sejumlah analgesik
antipiretik yang beredar di Indonesia dengan susunan dan indikasinya. Pilih satu
5) sediaan yang menurut Saudara dinyatakan secara wajar khasiatnya dan satu
sediaan yang tidak demikian halnya. Kemukakan alasan untuk pendapat Saudara
ini.
6) Kemukakan secara spesifik penderitaan nyeri yang diperingan oleh masing-
masing ergotamina, senyawa-senyawa nitrit dan kolkhisin. Serta cara
perwujudan efek ini.
7) Pelajari beberapa metoda lain untuk menguji efek analgesik secara
eksperimental pada hewan percobaan.

12

Anda mungkin juga menyukai