FIELD STUDY PUSKESMAS SUKMA JAYA Kelompok A2
FIELD STUDY PUSKESMAS SUKMA JAYA Kelompok A2
Kelompok
dr. Toni Hermawan
Disusun oleh :
Mochammad Auzan S 111 0211 139
Antonius Rohidi 111 0211 199
Siti Arah Dasopang 111 0211 189
Sarah Jihan 121 0211 186
Wahyu Aprianto 121 0211 076
Norman Prabowo 121 0211 060
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
TAHUN AJARAN 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang
telah dilimpahkan kepada kami kelompok 4 selaku penyusun, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini kami lakukan untuk pembelajaran mengenai
management puskesmas dalam program KB, KIA, dan imunisasi. Makalah ini
berisi tentang hasil kegiatan kami selama field study pada tanggal 18 Mei 2015 di
Puskemas Sukmajaya, Depok, Jawa Barat. Dalam proses penyusunan makalah ini
kami telah memperoleh banyak dorongan dan bantuan baik berupa bimbingan
maupun berupa sumbangan materi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat dr.
Toni Hermawan selaku pembimbing kelompok 4, serta rekan-rekan lain yang
tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun.
Kami berharap, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan kami sendiri sebagai penyusun pada khususnya. Demikian
pengantar yang dapat kami sampaikan.Terimakasih.
Jakarta,
Mei 2015
Kelompok 4
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini, sebagai pembimbing
field study angkatan 2012 untuk kelompok 4 mengesahkan makalah field study
yang telah dibuat oleh kelompok 4.
Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………. 1
1.2 Perumusan Masalah …………………………………. 2
1.3 Tujuan …………………………………. 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ………………………………….
2.2 ………………………………….
BAB III
HASIL
………………………………….
………………………………….
BAB IV
PEMBAHASAN
………………………………….
………………………………….
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran ………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
PUSKESMAS
Definisi
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat
yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit
pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja (Effendi, 2009).
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan
yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif
(pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan
kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak
membedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam
kandungan sampai tutup usia (Effendi, 2009).
Konsep puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan terdepan yang
merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan tingkat dasar,pertama kali
dicetuskan pada tahun 1968 ketika dilangsungkan rapat kerja kesehatan nasional
(rakernas) I dijakarta. Lahirnya ide tersebut berdasarkan adanya rasa kurang puas
terhadap pelayanan kesehatan tingkat pertama pada waktu itu seperti balai
kesehatan ibu dan anak (BKIA), balai pengobatan (BP), dan sebagainya yang
masih timbul gagasan untuk menyatukan semua pelayanan tingkat pertama
kedalam suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan
Masyarakat (PUSKESMAS) (Aldina, 2007)
Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang
bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya (Trihono, 2005).
Fungsi Puskesmas
Pertama puskesmas pusat pembangunan masyaraakat diwilayah
kerjanya.puskesmas berfungsi untuk mendorong masyarakat melaksanakan
kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan persoalan mereka sendiri.puskesmas
memberi petunjuk kepada masyarakt tentang cara-cara menggali dan
menggunakan sarana yang ada secara tepat guna untuk pelayanan kesehatan
masyarakat.
Kedua puskesmas berfugsi untuk membina peran serta masyarakat
diwilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan utnk hidup sehat.
Ketiga puskesmas berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya.pelayanan
kesehtan yang diberikan puskesmas meliputi pelayanan pengobatan,upaya
pencegahan,dan pemulihan kesehatan (Ilyas 2001)
Peran Puskesmas
Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana
teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan
dalam bentuk keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah melalui sistem
perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan yang tersusun rapi,
serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa mendatang,
puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait
upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu
(Effendi, 2009).
Upaya penyelenggaraan
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni
terwujudnya kecamatan sehat menuju Indonesia sehat, puskesmas bertanggung
jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari kesehatan nasional merupakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan
menjadi dua yakni upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembang
(Trihono, 2005).
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya
ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan
wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah
Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah upaya promosi kesehatan,
upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga
berencana, upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular serta upaya pengobatan (Trihono, 2005).
Sedangkan upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat
serta disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan
pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah
ada yaitu upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatran oleh raga, upaya perawatan
kesehatan masyarakat, upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut,
upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata, upaya kesehatan usia lanjut dan
upaya pembinaan pengobatan tradisional (Trihono, 2005).
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya
inovasi yakni upaya diluar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan
kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam
rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas (Trihono, 2005).
1. Azas penyelenggaraan
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara
terpadu. Azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan
puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar
pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi
puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya
kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaraan
puskesmas yang dimaksud adalah azas pertanggungjawaban wilayah, azas
pemberdayaan masyarakat, azas keterpaduan dan azas rujukan (Trihono, 2005).
4. Azas keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang
optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara
terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan
yang perlu diperhatikan yaitu keterpaduan lintas program dan keterpaduan lintas
sektor (Trihono, 2005).
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan
berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab puskesmas sedangkan
untuk keterpaduan lintas sektor merupakan upaya memadukan penyelenggaraan
upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program
dari sektor terkait tingkat kecamatan termasuk organisasi kemasyarakatan dan
dunia usaha (Trihono, 2005).
5. Azas rujukan
Digunakan sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama,
kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Padahal puskesmas
berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan
kesehatannya. Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah
kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan
setiap upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) harus ditopang oleh
azas rujukan (Trihono, 2005).
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus
atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara
vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana
pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar sarana
pelayanan kesehatan yang sama (Trihono, 2005).
Sasaran
Adapun sasaran dari program kesehatan ibu dan anak dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok sasaran, yaitu:
1. Sasaran langsung KIA adalah para calon Ibu, Ibu masa Interval, para ibu
maternal (ibu hamil, ibu melahirkan, ibu menyusui), anak balita dan anak
pra sekolah.
2. sasaran tidak langsung dari KIA adalah : Keluarga pada
umumnya.masyarakat dalam bentuk kelompok-kelompok khusus,keluarga
peminat kesehatan ibu dan anak, organisasi wanita kelompok profesi,
masyarakat luas secara keseluruhan.
Sasaran Program KB
a. Sasaran langsung
Pasangan usia subur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan
cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan.
b. Sasaran tidak langsung
Pelaksana dan pengelola KB, dengan cara menurunkan tingkat kelahiran melalui
pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai
keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani,2010; 29).
e. Akseptor langsung adalah para istri yang memakai salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.
f. Akseptor dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian
kontrasepsi lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2007).
Pengertian pasangan usia subur Pasangan usia subur yaitu pasangan suami
istri yang istrinya berumur 25 - 35 tahun atau pasangan suami istri yang istrinya
berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri berumur lebih dari 50
tahun tetapi masih haid (datang bulan) (BKKBN, 2007;66).
Kontrasepsi
Pengertian Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi.
Kontra berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan
kehamilan. Maksud dari konsepsi adalah menghindari / mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma.
Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan
kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua -
duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan
(Depkes, 1999). Kontrasepsi adalah usaha - usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan, usaha itu dapat bersifat sementara dapat bersifat permanen
(Prawirohardjo, 2008; 534).
Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran
adalah 2 - 4 tahun.Ktiteria kontrasepsi yang perlukan yaitu efektifitas tinggi,
reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak
lagi.Kontrasepsi dapat dipakai 3 - 4 tahun sesuai jarak kelahiran yang
direncanakan.
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30
tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan
kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan
hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu
dan anak. Di samping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk
mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode
kontap, AKDR, implan, suntik KB dan pil KB (Pinem, 2009.).
IMUNISASI
Pengertian
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi,
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau
resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang
lain.
Macam Kekebalan
Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan menjadi 2, yakni :
1. Kekebalan Tidak Spesifik (Non Specific Resistance), yang dimaksud
dengan faktorfaktor non khusus adalah pertahanan tubuh pada manusia
yang secara alamiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit. Misalnya
kulit, air mata, cairan-cairan khusus yang keluar dari perut (usus), adanya
refleks-refleks tertentu, misalnya batuk, bersin dan sebagainya.
2. Kekebalan Spesifik (Specific Resistance)
A. Imunisasi Wajib
1. Imunisasi Rutin
a. Imunisasi dasar
Catatan: - Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan
Praktik Swasta, imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum
dipulangkan. - Bayi yang telah mendapatkan imunisasi dasar DPT-
HB-Hib 1, DPT-HB-Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3, dinyatakan
mempunyai status imunisasi T2.
2.Imunisasi tambahan
Yang termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan adalah:
a. Backlog fighting
Merupakan upaya aktif untuk melengkapi imunisasi dasar pada
anak yang berumur di bawah 3 (tiga) tahun. Kegiatan ini diprioritaskan
untuk dilaksanakan di desa yang selama 2 (dua) tahun berturut-turut
tidak mencapai UCI.
b. Crash program
Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi
secara cepat untuk mencegah terjadinya KLB. Kriteria pemilihan
daerah yang akan dilakukan crash program adalah: 1) Angka kematian
bayi akibat PD3I tinggi. 2) Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang.
3) Desa yang selama 3 tahun berturut-turut tidak mencapai UCI. Crash
program bisa dilakukan untuk satu atau lebih jenis imunisasi, misalnya
campak, atau campak terpadu dengan polio.
3. Imunisasi Khusus
a. Imunisasi Meningitis Meningokokus
1) Meningitis meningokokus adalah penyakit akut radang selaput
otak yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis.
2) Meningitis merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan
kematian di seluruh dunia. Case fatality rate-nya melebihi 50%,
tetapi dengan diagnosis dini, terapi modern dan suportif, case
fatality rate menjadi 5-15%.
3) Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi dan profilaksis
untuk orang-orang yang kontak dengan penderita meningitis dan
carrier.
c. Imunisasi Rabies
1) Penyakit anjing gila atau dikenal dengan nama rabies
merupakan suatu penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat
yang disebabkan oleh virus rabies yang ditularkan oleh anjing,
kucing dan kera.
2) Penyakit ini bila sudah menunjukkan gejala klinis pada hewan
dan manusia selalu diakhiri dengan kematian, sehingga
mengakibatkan timbulnya rasa cemas dan takut bagi orang-orang
yang terkena gigitan dan kekhawatiran serta keresahan bagi
masyarakat pada umumnya. Vaksin rabies dapat mencegah
kematian pada manusia bila diberikan secara dini pasca gigitan. 3)
Vaksin anti rabies (VAR) manusia diberikan kepada seluruh kasus
gigitan hewan penular rabies (HPR) yang berindikasi, sehingga
kemungkinan kematian akibat rabies dapat dicegah. B
PENYELENGGARAAN IMUNISASI WAJIB
Perencanaan
Perencanaan harus disusun secara berjenjang mulai dari puskesmas,
kabupaten/kota, provinsi dan pusat (bottom up). Perencanaan merupakan
kegiatan yang sangat penting sehingga harus dilakukan secara benar oleh petugas
yang profesional. Kekurangan dalam perencanaan akan mengakibatkan
terhambatnya pelaksanaan program, tidak tercapainya target kegiatan, serta
hilangnya kepercayaan masyarakat. Sebaliknya kelebihan dalam perencanaan
akan mengakibatkan pemborosan keuangan negara. Perencanaan imunisasi wajib,
meliputi:
Penentuan Sasaran
a. Sasaran Imunisasi Rutin
1) Bayi pada imunisasi dasar Jumlah bayi baru lahir
dihitung/ditentukan berdasarkan angka yang dikeluarkan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) atau sumber resmi yang lain. Dapat
juga dihitung dengan rumus CBR dikalikan jumlah penduduk.
Sasaran ini digunakan untuk menghitung imunisasi Hepatitis B-0,
BCG dan Polio1.
BAB 3
BAB 3
HASIL
3.1 Puskesmas
3.1.1 Profil Puskesmas Sukmajaya
Puskesmas Sukmajaya berdiri sejak tahun 1981, terletak di Kelurahan Mekarjaya
Kecamatan Sukmajaya Kota Depok. Wilayah kerja Puskesmas berbatasan dengan:
– Sebelah Utara : Kelurahan Pondok Cina,
– Sebelah Selatan : Kelurahan Kalimulya dan Cilodong serta
Sukmajaya.
– Sebelah Barat : Kelurahan Kemiri Muka dan Depok,
– Sebelah Timur : Kelurahan Abadijaya dan Bhaktijaya.
3.2 KB-KIA
3.2.1 Pelayanan PONED UPT Sukmajaya
PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) adalah pelayanan
terhadap ibu yang akan melahirkan yang dilakukan puskesmas selama 24 jam
pelayanan ini dilakukan oleh dokter, bidan, perawat dan tim PONED puskesmas
atas pengawasan dokter. Puskesmas Sukmajaya melayani persalinan sejak tahun
2005 tapi belum 24 jam karena kurangnya SDM dan belum lengkap sarana dan
prasarana. Namun pada Februari 2013 mulai dibuka 24 jam sampai dengan
sekarang.
3.2.2 Pelayanan Antenatal
3.2.2.1 Standar Pelayanan Kebidanan
Timbang BB dan Ukur TB
Ukur TD
Nilai status Gizi (Ukur LILA)
Ukur TFU
Tentukan presentasi janin dan DJJ
Skrining status imunisasi TT dan berikan imunisasi TT bila
diperlukan
Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
Test laboratorium (rutin & khusus)
Tatalaksana kasus
Temu wicara (konseling), termasuk P4K serta KB pasca persalinan
3.2.2.2 Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai
42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan
Kunjungan Nifas :
- KF 1 : 6 jam sampai dengan 3 hari setelah partus
- KF 2 : 2 minggu setelah partus (8-14 hari)
- KF 3 : 6 minggu setelah partus (36-42 hari)
3.2.2.3 Pelayanan Kesehatan Neonatus
Pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan
yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0-28
hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan
rumah.
Kunjungan Neonatal :
3.2.2.7 Permasalah terkait program KB KIA dari input, proses dan output
a. Input
- Tenaga : pada Puskesmas SukmaJaya para petugas (non medis, medis)
di rasa sudah cukup untuk melaksanakan berbagai macam program
- Dana : dana mencukupi untuk setiap program dimana biaya berasal
dari APBD II, APBD I, APBN atau sumber lain (ASKES,
JAMSOSTEK).
b. Proses
- Perencanaan : perencanaan tertulis dan di ketahui oleh petugas lain
sehingga nantinya dapat mengevaluasi apakah ada hambatan dalam
melaksanakan kegiatan dsb.
- Pengorganisasian :
-Rencana tertulis berupa jadwal yang diketahui semua petugas
-Kegiatan sudah direncanakan dan tersusun sebelumnya, sehingga para
petugas telah mengetahui petunjuk pelaksanaan program
- Pelaksanaan :
-Rencana tertulis berupa jadwal yang diketahui semua petugas
-Kegiatan sudah direncanakan dan tersusun sebelumnya, sehingga para
petugas telah mengetahui petunjuk pelaksanaan program
- Pencatatan :
-Semua hasil dari semua kegiatan dilaporkan ke dinas kesehatan.
4.1 Definisi
Puskesmas adalah organisasi kes fungsional yg
merup pusat pengembangan kesehatan masy yg juga
membina peran serta masy & memberikan
pelayanan secara menyeluruh & terpadu kpd masy
di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI 1991)
4.2 Tujuan
Mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat
kesahatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat
2010
4.3 Fungsi dan Peran
Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Pusat pemberdayaan masyarakat
Pusat pelayanan kesehatan strata I meliputi pelayanan kesehatan perorangan
dan masyarakat
IBU 1 ORANG, MENINGGAL KARENA PERDARAHAN POST PARTUM, MENINGGAL PADA WAKTU NIFAS
KEMATIAN IBU
JUMLAH KEMATIAN IBU HAMIL JUMLAH KEMATIAN IBU BERSALIN JUMLAH KEMATIAN IBU NIFAS JUMLAH KEMATIAN IBU
NO PUSKESMAS
20-34 ≥35 < 20 20-34 ≥35 < 20 20-34 ≥35 < 20 20-34 ≥35
< 20 tahun JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH
tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun
1 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Sukmajaya 0 0 1 1 0 1 0 1
KASUS KEMATIAN NEONATAL, BAYI & ANAK BALITA DI UPT PUSKESMAS SUKMAJAYA TAHUN 2014
JUMLAH KEMATIAN
LAKI - LAKI PEREMPUAN LAKI - LAKI + PEREMPUAN
NO PUSKESMAS
ANAK NEONAT ANAK NEONAT ANAK
NEONATAL BAYI BALITA BAYI BALITA BAYI BALITA
BALITA AL BALITA AL BALITA
1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Sukmajaya 3 3 2 1 3 3 2 1 6
Permasalahan:
Pencatatan belum lengkap & rapi
BPS/RB/KLINIK belum semuanya melaporkan hasil pelayanan KIA
Pemecahan Masalah:
Sosialisasi ulang & saling mengingatkan antara Bidan KIA dalam
kelengkapan pengisian kartu, kohort & buku bantu
Pengecekan kelengkapan pengisian kartu, kohort & buku bantu setiap
sesudah pelayanan & setiap akhir bulan
Pertemuan rutin dgn BPS/RB/KLINIK
Kerjasama & koordinasi dgn IBI Ranting Sukmajaya
Reward & punishment
Analisis:
Continum Of Care (COC) pelayanan KIA UPT Puskemsas Sukmajaya 2014 dimana
angka K1 yaitu 2292 dan pada data nasional yaitu 100, yang menandakan bahwa
program Puskesmas Sukmajaya sudah terlaksana dengan baik. K1 adalah
pemeriksaan pertama pada <8mgg kehamilan
Continum Of Care (COC) pelayanan KIA UPT Puskemsas Sukmajaya 2014 dimana
angka K4 yaitu 2189 dan pada data nasional yaitu 95, yang menandakan bahwa
program Puskesmas Sukmajaya sudah terlaksana dengan baik.K4 adalah
kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester III (28-36
minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan.
Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Ratio) masih tinggi :
228/100.000 kh
1 ibu meninggal tiap jam
Angka Kematian Neonatal : 19/1000 kh
9 neonatus meninggal tiap jam
Angka kematian Bayi : 34/1.000 kh
17 meninggal tiap jam
Angka kematian Balita : 44/1.000 kh
22 bayi meninggal tiap jam
4.6 Imunisasi
4.6.1 Imunisasi pada Bayi
V. KESIMPULAN