Anda di halaman 1dari 50

FIELD STUDY PUSKESMAS

SUKMAJAYA DEPOK JAWA BARAT


MANAGEMENT PUSKESMAS
PROGRAM KB, KIA, dan IMUNISASI
Makalah

Kelompok
dr. Toni Hermawan

Disusun oleh :
Mochammad Auzan S 111 0211 139
Antonius Rohidi 111 0211 199
Siti Arah Dasopang 111 0211 189
Sarah Jihan 121 0211 186
Wahyu Aprianto 121 0211 076
Norman Prabowo 121 0211 060

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
TAHUN AJARAN 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang
telah dilimpahkan kepada kami kelompok 4 selaku penyusun, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini kami lakukan untuk pembelajaran mengenai
management puskesmas dalam program KB, KIA, dan imunisasi. Makalah ini
berisi tentang hasil kegiatan kami selama field study pada tanggal 18 Mei 2015 di
Puskemas Sukmajaya, Depok, Jawa Barat. Dalam proses penyusunan makalah ini
kami telah memperoleh banyak dorongan dan bantuan baik berupa bimbingan
maupun berupa sumbangan materi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat dr.
Toni Hermawan selaku pembimbing kelompok 4, serta rekan-rekan lain yang
tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun.
Kami berharap, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan kami sendiri sebagai penyusun pada khususnya. Demikian
pengantar yang dapat kami sampaikan.Terimakasih.

Jakarta,
Mei 2015

Kelompok 4
LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini, sebagai pembimbing
field study angkatan 2012 untuk kelompok 4 mengesahkan makalah field study
yang telah dibuat oleh kelompok 4.

Jakarta, Mei 2015

Pembimbing

dr. Toni Hermawan


DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar …………………………………. i
Lembar Pengesahan …………………………………. ii
Daftar Isi …………………………………. iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………. 1
1.2 Perumusan Masalah …………………………………. 2
1.3 Tujuan …………………………………. 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ………………………………….
2.2 ………………………………….
BAB III
HASIL
………………………………….
………………………………….
BAB IV
PEMBAHASAN
………………………………….
………………………………….
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran ………………………………….

Daftar Pustaka ………………………………….

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas) adalah unit pelaksana teknis
dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten atau kota (UPTD). Puskesmas berperan menyelenggarakan
sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten atau kota
dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak
pembangunan kesehatan di Indonesia (Sulastomo, 2007).
Puskesmas hanya bertanggung jawab untuk sebagian upaya pembangunan
kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota
sesuai tdengan kemampuannya. Secara nasional, standar wilayah kerja
puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila disatu kecamatan terdapat
lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah keja dibagi antar
puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa, kelurahan,
RW), dan masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung
jawab langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/ kota (Sulastomo, 2007).
Puskesmas merupakan salah satu cara bagi pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia khususnya di bidang
kesehatan. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa kehadiran puskesmas merupakan
sebuah keutuhan di tengah-tengah masyarakat Indonesia.
Puskesmas mendapat tempat tersendiri di dalam hati masyarakat. Akses
yang cepat dan harga terjangkau menjadi salah satu alasan mengapa begitu
pentingnya puskesmas di tengah masyarakat.

Salah satunya adalah Puskesmas Sukmajaya, Depok, Jawa Barat.


Kehadiran puskesmas ini di tengah-tengah masyarakat merupakan sebuah
kebutuhan yang mutlak diperlukan terutama bagi mereka yang kurang mampu.
Setiap Puskesmas memiliki management yang berbeda, begitu pula
dengan Puskesmas Sukmajaya, Depok, Jawa Barat. Puskesmas ini memiliki
management dan struktur organsasi tersendiri. Dalam penyusunan makalah
ini, kelompok kami akan mencari tahu mengenai management dan struktur
organisasi yang ada di puskesmas tersebut.
Terdapat 6 program yang ada di Puskesmas Sukmajaya yaitu :
1. Promosi kesehatan
2. Kesehatan lingkungan
3. Pencegahan pemberantasan penyakit menular
4. Kesehatan keluarga dan reproduksi
5. Perbaikan gizi masyarakat
6. Penyembuhan penyakit dan pelayanan kesehatan
Dalam hal ini yang akan kami bahas yaitu point nomor 4 tentang
kesehatan keluarga dan reproduksi. Program yang terdapat di dalamnya yaitu
Keluarga Berencana (KB), Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), dan imunisasi.
Semua program tersebut merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
kesehatan keluarga. Banyak hal yang belum kami ketahui tentang KB, KIA,
dan imunisasi, maka dari itu dalam makalah ini kami akan mencari tahu
tentang data KB, KIA, dan imunisasi yang berada di Puskesmas Sukmajaya,
Depok, Jawa Barat.
Jaraknya yang dekat dari kampus UPN “Veteran” Jakarta menjadi
pertimbangan kami untuk mengambil sampel dari Puskesmas Sukma Jaya,
Depok, Jawa Barat.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah management serta pelayanan puskesmas Sukmajaya,
Depok terutama dalam pelayanan KB, KIA, dan imunisasi?

1.3 Tujuan Umum


Mengumpulkan, mengolah, menginterpretasi data dan informasi
mengenai administrasi kesehatan masyarakat yang diterapkan di puskesmas
kuhususnya program KB dan KIA untuk menganalisis dan menyelesaikan
masalah yang dimaksud di atas.
1.4 Tujuan Khusus
1. Mengetahui tentang definisi puskesmas
2. Mengetahui tentang tujuan puskesmas
3. Mengetahui fungsi dari puskesmas
4. Mengetahui peran dari puskesmas
5. Mengetahui upaya penyelenggaraan
6. Mengetahui tentang program KB
7. Mengetahui tentang program KIA
8. Mengetahui tentang Imunisasi

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
PUSKESMAS

Definisi
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat
yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit
pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja (Effendi, 2009).
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan
yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif
(pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan
kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak
membedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam
kandungan sampai tutup usia (Effendi, 2009).
Konsep puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan terdepan yang
merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan tingkat dasar,pertama kali
dicetuskan pada tahun 1968 ketika dilangsungkan rapat kerja kesehatan nasional
(rakernas) I dijakarta. Lahirnya ide tersebut berdasarkan adanya rasa kurang puas
terhadap pelayanan kesehatan tingkat pertama pada waktu itu seperti balai
kesehatan ibu dan anak (BKIA), balai pengobatan (BP), dan sebagainya yang
masih timbul gagasan untuk menyatukan semua pelayanan tingkat pertama
kedalam suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan
Masyarakat (PUSKESMAS) (Aldina, 2007)

Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang
bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya (Trihono, 2005).

Fungsi Puskesmas
Pertama puskesmas pusat pembangunan masyaraakat diwilayah
kerjanya.puskesmas berfungsi untuk mendorong masyarakat melaksanakan
kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan persoalan mereka sendiri.puskesmas
memberi petunjuk kepada masyarakt tentang cara-cara menggali dan
menggunakan sarana yang ada secara tepat guna untuk pelayanan kesehatan
masyarakat.
Kedua puskesmas berfugsi untuk membina peran serta masyarakat
diwilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan utnk hidup sehat.
Ketiga puskesmas berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya.pelayanan
kesehtan yang diberikan puskesmas meliputi pelayanan pengobatan,upaya
pencegahan,dan pemulihan kesehatan (Ilyas 2001)

Peran Puskesmas
Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana
teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan
dalam bentuk keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah melalui sistem
perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan yang tersusun rapi,
serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa mendatang,
puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait
upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu
(Effendi, 2009).

Upaya penyelenggaraan
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni
terwujudnya kecamatan sehat menuju Indonesia sehat, puskesmas bertanggung
jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari kesehatan nasional merupakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan
menjadi dua yakni upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembang
(Trihono, 2005).
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya
ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan
wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah
Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah upaya promosi kesehatan,
upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga
berencana, upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular serta upaya pengobatan (Trihono, 2005).
Sedangkan upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat
serta disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan
pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah
ada yaitu upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatran oleh raga, upaya perawatan
kesehatan masyarakat, upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut,
upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata, upaya kesehatan usia lanjut dan
upaya pembinaan pengobatan tradisional (Trihono, 2005).
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya
inovasi yakni upaya diluar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan
kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam
rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas (Trihono, 2005).

Pemilihan upaya kesehatan pengembangn ini dilakukan oleh puskesmas


bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan
dari konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila
upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target
cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya
kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota. Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan pengembangan
puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota (Trihono, 2005).
Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
pengembangan padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas
kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya.
Untuk itu, dinas kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit
fungsional lainnya (Trihono, 2005).
Perlu diingat meskipun puskesmas menyelenggarakan pelayanan medik
spesialistik dan memiliki tenaga spesialis, kedudukan dan fungsi puskesmas tetap
sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya (Trihono, 2005).

1. Azas penyelenggaraan
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara
terpadu. Azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan
puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar
pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi
puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya
kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaraan
puskesmas yang dimaksud adalah azas pertanggungjawaban wilayah, azas
pemberdayaan masyarakat, azas keterpaduan dan azas rujukan (Trihono, 2005).

2. Azas pertanggungjawaban wilayah


Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas
harus melaksanakan berbagai kegiatan seperti menggerakkan pembangunan
berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga berwawasan kesehatan, memantau
dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya, membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya dan menyelenggarakan
upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan terjangkau di wilayah
kerjanya (Trihono, 2005).
3. Azas pemberdayaan masyarakat
Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat,
agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya puskesmas. Untuk itu,
berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan
Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh
puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain adalah upaya
kesehatan ibu dan anak (posyandu, polindes dan bina keluarga balita), upaya
pengobatan (posyandu, pos obat desa ), upaya perbaikan gizi (posyandu, panti
pemulihan gizi, keluarga sadar gizi), upaya kesehatan sekolah (dokter kecil,
penyertaan guru dan orang tua/wali murid, saka bakti husada dan pos kesehatan
pesantren), upaya kesehatan lingkungan (kelompok pemakai air bersih, dan desa
percontohan kesehatan lingkungan), upaya kesehatan usia lanjut ( posyandu usila
dan panti werda), upaya kesehatan kerja (pos upaya kesehatan kerja), upaya
kesehatan jiwa (posyandu, tim pelaksana kesehatan jiwa masyarakat), upaya
pembinaan pengobatan tradisional (taman obat keluarga dan pembinaan
pengobatan tradisional) serta upaya pembinaan dan jaminan kesehatan (dana
sehat, tabungan ibu bersalin, mobilisasi dana keagamaan) (Trihono, 2005).

4. Azas keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang
optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara
terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan
yang perlu diperhatikan yaitu keterpaduan lintas program dan keterpaduan lintas
sektor (Trihono, 2005).
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan
berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab puskesmas sedangkan
untuk keterpaduan lintas sektor merupakan upaya memadukan penyelenggaraan
upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program
dari sektor terkait tingkat kecamatan termasuk organisasi kemasyarakatan dan
dunia usaha (Trihono, 2005).

5. Azas rujukan
Digunakan sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama,
kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Padahal puskesmas
berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan
kesehatannya. Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah
kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan
setiap upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) harus ditopang oleh
azas rujukan (Trihono, 2005).
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus
atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara
vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana
pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar sarana
pelayanan kesehatan yang sama (Trihono, 2005).

PHC (Primary Health Care)


PHC merupakan hasil pengkajian, pemikiran dan pengalaman dalam
membangun kesehatan di banyak Negara yang diawali dengan kampanye massal
pada tahun 1950-an dalam pemberantasan penyakit menular. Pada tahun 1960,
teknologi kuratif dan preventif mengalami kemajuan. Oleh karena itu, timbullah
pemikiran untuk mengembangkan konsep upaya dasar kesehatan.
Tahun 1977 pada sidang kesehatan dunia di cetuskan kesepakatan untuk
melahirkan “health for all by the Year 2000”, yang sasaran utamanya dalam
bidang sosial pada tahun 2000 adalah tercapainya derajat kesehatan yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Mubarak,
2009). PHC merupakan pelayanan kesehatan pokok berdasarkan kepada metode
dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum, baik
oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka
sepenuhnya serta biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat dan Negara untuk
memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup
mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self determination)
(Mubarak, 2009).
PHC memiliki tujuan secara umum yaitu mencoba menemukan kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan, sehingga akan tercapai
tingkat kepuasan pada masyarakat yang menerima pelayanan. Secara khusus,
PHC memiliki tujuan yaitu pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk
yang dilayani, pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani,
pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani dan
pelayanan harus maksimal, menggunakan tenaga dan sumber daya lain dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat (Mubarak, 2009).

Fungsi dari PHC untuk memelihara kesehatan, mencegah penyakit,


diagnosis dan pengobatan, pelayanan tindak lanjut dan pemberian sertifikat.
Dalam pelaksanaan PHC paling sedikit harus memiliki beberapa elemen yaitu
pendidikan mengenai masalah kesehatandan cara pencegahan penyakit serta
pengendaliannya, peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi,
penyediaan air bersih dan sanitasi dasar, kesehatan ibu dan anak termasuk
keluarga berencana, imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama,
pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat, pengobatan penyakit
umum dan ruda paksa serta penyediaan obat-obat esensial (Mubarak, 2009).

KESEHATAN IBU dan ANAK


Definisi
Menurut WHO (World Health Organization), Kesehatan merupakan suatu
keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang komplet dan bukan semata-mata
terbebas dari penyakit. Kesehatan juga dinilai dari angka mortalitas (kematian)
dan morbiditas (kesakitan) selama periode tertentu. Oleh karena itu,
keseimbangan antara kesejahteraan fisik, mental, dan sosial serta keberadaan
penyakit menjadi indikator utama kesehatan.
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Upaya kesehatan ibu dan anak
adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan
ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan
keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh
kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia
seutuhnya.

Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :


1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan prilaku) dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi
tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah
secara mandiri di dalam lingkungan keluarga.
3. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan ibu meneteki.
4. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas,
ibu meneteki, bayi dan anak balita.
5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga seluruh
anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya

Prinsip Pengelolaan Program KIA


Prinsip pengelolaan program KIA adalah memantapkan dan peningkatan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efesien. Pelayanan KIA
diutamakan pada kegiatan pokok :
1. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu
yang baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya.
2. Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada
peningkatan pertolongan oleh tenaga profesional secara berangsur.
3. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga
kesehatan maupun di masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta
penanganan dan pengamatannya secara terus menerus.
4. Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1 bulan)
dengan mutu yang baik dan jangkauan yang setinggi-tingginya

Sasaran

Adapun sasaran dari program kesehatan ibu dan anak dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok sasaran, yaitu:
1. Sasaran langsung KIA adalah para calon Ibu, Ibu masa Interval, para ibu
maternal  (ibu hamil, ibu melahirkan, ibu menyusui), anak balita dan anak
pra sekolah.
2. sasaran tidak langsung dari KIA adalah : Keluarga pada
umumnya.masyarakat dalam bentuk kelompok-kelompok khusus,keluarga
peminat kesehatan ibu dan anak, organisasi wanita kelompok profesi,
masyarakat luas secara keseluruhan.

Pelayanan dan jenis indikator KIA, diantaranya adalah :


1. Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal.
2. Pertolongan persalinan, jenis tenaga yang memberikan pertolongan
persalinan kepada masyarakat; tenaga profesional, dukun bayi yang
terlatih atau yang belum terlatih.
3. Deteksi dini ibu hamil beresiko.
4. Indikator pelayanan kesehatan ibu dan bayi

.    Pelayanan dan jenis Indikator KIA


     a.    Pelayanan antenatal :
    Adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa
kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal.
                

Standar minimal “5 T “ untuk pelayanan antenatal terdiri dari :


1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Ukur Tekanan darah
3. Pemberian Imunisasi TT lengkap
4. Ukur Tinggi fundus uteri
5. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan
dengan ketentuan waktu minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali
pada triwulan kedua, dan minimal 2 kali pada triwulan ketiga.

b.    Pertolongan Persalinan


Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat :

1. Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan,


pembantu bidan dan perawat.
2. Dukun bayi terlatih : ialah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan tenaga
kesehatan yang dinyatakan lulus.

c. Deteksi dini ibu hamil berisiko :

 Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah :


1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun .
2. Anak lebih dari 4
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang 2 tahun atau lebih dari
10 tahun
4. Tinggi badan kurang dari 145 cm
5. Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm
6. Riwayat keluarga mendeita kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat
kengenital.
7. Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul.
Risiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dan normal
yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi .
Risiko tinggi pada kehamilan meliputi :
1. Hb kurang dari 8 gram %
2. Tekanan darah tinggi yaitu sistole lebih dari 140 mmHg dan diastole lebih dari
90 mmHg
3. Oedema yang nyata
4. Eklampsia
5. Perdarahan pervaginam
6. Ketuban pecah dini
7. Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu.
8. Letak sungsang pada primigravida
9. Infeksi berat atau sepsis
10. Persalinan prematur
11. Kehamilan ganda
12. Janin yang besar
13. Penyakit kronis pada ibu antara lain Jantung,paru, ginjal.
14.Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan.

Risiko tinggi pada neonatal meliputi :


1. BBLR atau berat lahir kurang dari 2500 gram
2. Bayi dengan tetanus neonatorum
3. Bayi baru lahir dengan asfiksia
4. Bayi dengan ikterus neonatorum yaitu ikterus lebih dari 10 hari setelah lahir
5. Bayi baru lahir dengan sepsis
6. Bayi lahir dengan berat lebih dari 4000 gram
7. Bayi preterm dan post term
8. Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang
9. Bayi lahir dengan persalinan dengan tindakan.

KELUARGA BERENCANA (KB)

Beberapa konsep tentang KB


 KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan
dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan
dan penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1).
 KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri
untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran
(Hartanto, 2004; 27).
 KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah
dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78).

Tujuan Keluarga Berencana


a. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan
pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.
b. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang
bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Sasaran Program KB
a. Sasaran langsung
Pasangan usia subur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan
cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan.
b. Sasaran tidak langsung
Pelaksana dan pengelola KB, dengan cara menurunkan tingkat kelahiran melalui
pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai
keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani,2010; 29).

Ruang lingkup Program KB Menurut Handayani (2010:29) ruang lingkup


program KB,meliputi:
a. Komunikasi informasi dan edukasi.
b. Konseling.
c. Pelayanan infertilitas.
d. Pendidikan seks.
e. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan.

Akseptor Keluarga Berencana


Konsep tentang KB Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh
pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran(Barbara
R.Stright,2004;78).

jenis - Jenis Akseptor KB


a. Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini
menggunakan salah satu cara / alat kontrasepsi untuk
menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.
b. Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah
menggunakan kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang
tidak diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara
alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara
setelah berhenti / istirahat kurang lebih 3 (tiga) bulan berturut –
turut dan bukan karena hamil.
c. Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali
menggunakan alat / obat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang
kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau
abortus.
d. Akseptor KB dini adalah para ibu yang menerima salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau
abortus.

e. Akseptor langsung adalah para istri yang memakai salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.
f. Akseptor dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian
kontrasepsi lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2007).

Pengertian pasangan usia subur Pasangan usia subur yaitu pasangan suami
istri yang istrinya berumur 25 - 35 tahun atau pasangan suami istri yang istrinya
berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri berumur lebih dari 50
tahun tetapi masih haid (datang bulan) (BKKBN, 2007;66).

Kontrasepsi
Pengertian Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi.
Kontra berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan
kehamilan. Maksud dari konsepsi adalah menghindari / mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma.
Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan
kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua -
duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan
(Depkes, 1999). Kontrasepsi adalah usaha - usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan, usaha itu dapat bersifat sementara dapat bersifat permanen
(Prawirohardjo, 2008; 534).

Akseptor KB menurut sasarannya

a. Fase menunda kehamilan

Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan


yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun.Karena usia di bawah 20 tahun
adalah usia yang sebaiknya menunda untuk mempunyai anak dengan berbagai
alasan.Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya
kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%.
Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum mempunyai anak, serta
efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah pil
KB, AKDR.

b. Fase mengatur / menjarangkan kehamilan

Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran
adalah 2 - 4 tahun.Ktiteria kontrasepsi yang perlukan yaitu efektifitas tinggi,
reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak
lagi.Kontrasepsi dapat dipakai 3 - 4 tahun sesuai jarak kelahiran yang
direncanakan.

c. Fase mengakhiri kesuburan / tidak hamil lagi

Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30
tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan
kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan
hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu
dan anak. Di samping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk
mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode
kontap, AKDR, implan, suntik KB dan pil KB (Pinem, 2009.).

Syarat kontrasepsi Sebagai usaha untuk mencegah kehamilan hendaknya


kontrasepsi memiliki syarat - syarat sebagai berikut :
a. aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.
b. efek samping yang merugikan tidak ada.
c. lima kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
d. tidak mengganggu hubungan persetubuhan.
e. tidak memerlukan bantuan medik atau control yang ketat selama
pemakaiannya.
f. cara penggunaannya sederhana.
g. harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas.
h. dapat diterima oleh pasangan suami istri.

IMUNISASI
Pengertian
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi,
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau
resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang
lain.

Macam Kekebalan
Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan menjadi 2, yakni :
1. Kekebalan Tidak Spesifik (Non Specific Resistance), yang dimaksud
dengan faktorfaktor non khusus adalah pertahanan tubuh pada manusia
yang secara alamiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit. Misalnya
kulit, air mata, cairan-cairan khusus yang keluar dari perut (usus), adanya
refleks-refleks tertentu, misalnya batuk, bersin dan sebagainya.
2. Kekebalan Spesifik (Specific Resistance)

Kekebalan spesifik dapat diperoleh dari 2 sumber, yakni :


a. Genetik
Kekebalan yang berasal dari sumber genetik ini biasanya berhubungan
dengan ras (warna kulit dan kelompok-kelompok etnis, misalnya orang kulit
hitam (negro) cenderung lebih resisten terhadap penyakit malaria jenis vivax.
Contoh lain, orang yang mempunyai hemoglobin S lebih resisten terhadap
penyakit plasmodium falciparum daripada orang yang mempunyai hemoglobin
AA.
b. Kekebalan yang Diperoleh (Acquired Immunity)
Kekebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang
bersangkutan. Kekebalan dapat bersifat aktif dan dapat bersifat pasif. • Kekebalan
aktif dapat diperoleh setelah orang sembuh dari penyakit tertentu. Misalnya anak
yang telah sembuh dari penyakit campak, ia akan kebal terhadap penyakit
campak. Kekebalan aktif juga dapat diperoleh melalui imunisasi yang berarti ke
dalam tubuhnya dimasukkan organisme patogen (bibit) penyakit. • Kekebalan
pasif diperoleh dari ibunya melalui plasenta. Ibu yang telah memperoleh
kekebalan terhadap penyakit tertentu misalnya campak, malaria dan tetanus maka
anaknya (bayi) akan memperoleh kekebalan terhadap penyakit tersebut untuk
beberapa bulan pertama. Kekebalan pasif juga dapat diperoleh melalui serum
antibodi dari manusia atau binatang. Kekebalan pasif ini hanya bersifat sementara
(dalam waktu pendek)

JENIS DAN JADWAL IMUNISASI

A. Imunisasi Wajib
1. Imunisasi Rutin
a. Imunisasi dasar
Catatan: - Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan
Praktik Swasta, imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum
dipulangkan. - Bayi yang telah mendapatkan imunisasi dasar DPT-
HB-Hib 1, DPT-HB-Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3, dinyatakan
mempunyai status imunisasi T2.

b. Imunisasi Lanjutan Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang


bertujuan untuk melengkapi imunisasi dasar pada bayi yang diberikan
kepada anak Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS)
termasuk ibu hamil. Imunisasi lanjutan pada WUS salah satunya
dilaksanakan pada waktu melakukan pelayanan antenatal.

Catatan: - Batita yang telah mendapatkan imunisasi lanjutan DPT-HB-


Hib dinyatakan mempunyai status imunisasi T3. - Anak usia sekolah
dasar yang telah mendapatkan imunisasi DT dan Td dinyatakan
mempunyai status imunisasi T4 dan T5.

Catatan: - Sebelum imunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi T


(screening) terlebih dahulu, terutama pada saat pelayanan antenatal. -
Pemberian imunisasi TT tidak perlu diberikan, apabila pemberian
imunisasi TT sudah lengkap (status T5) yang harus dibuktikan dengan
buku Kesehatan Ibu dan Anak, rekam medis, dan/atau kohort.

2.Imunisasi tambahan
Yang termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan adalah:
a. Backlog fighting
Merupakan upaya aktif untuk melengkapi imunisasi dasar pada
anak yang berumur di bawah 3 (tiga) tahun. Kegiatan ini diprioritaskan
untuk dilaksanakan di desa yang selama 2 (dua) tahun berturut-turut
tidak mencapai UCI.

b. Crash program
Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi
secara cepat untuk mencegah terjadinya KLB. Kriteria pemilihan
daerah yang akan dilakukan crash program adalah: 1) Angka kematian
bayi akibat PD3I tinggi. 2) Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang.
3) Desa yang selama 3 tahun berturut-turut tidak mencapai UCI. Crash
program bisa dilakukan untuk satu atau lebih jenis imunisasi, misalnya
campak, atau campak terpadu dengan polio.

c. PIN (Pekan Imunisasi Nasional)


Merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara serentak
di suatu negara dalam waktu yang singkat. PIN bertujuan untuk
memutuskan mata rantai penyebaran suatu penyakit (misalnya polio).
Imunisasi yang diberikan pada PIN diberikan tanpa memandang status
imunisasi sebelumnya.
d. Sub PIN
Merupakan kegiatan serupa dengan PIN tetapi dilaksanakan pada
wilayah wilayah terbatas (beberapa provinsi atau kabupaten/kota).

e. Catch up Campaign Campak


Merupakan suatu upaya untuk memutuskan transmisi penularan
virus campak pada anak usia sekolah dasar. Kegiatan ini dilakukan
dengan pemberian imunisasi campak secara serentak pada anak
sekolah dasar dari kelas satu hingga kelas enam SD atau yang
sederajat, serta anak usia 6 - 12 tahun yang tidak sekolah, tanpa
mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya. Pemberian imunisasi
campak pada waktu catch up campaign campak di samping untuk
memutus rantai penularan, juga berguna sebagai booster atau imunisasi
ulangan (dosis kedua).

f. Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak Response


Immunization/ORI) Pedoman pelaksanaan imunisasi dalam
penanganan KLB disesuaikan dengan situasi epidemiologis penyakit
masing-masing.

3. Imunisasi Khusus
a. Imunisasi Meningitis Meningokokus
1) Meningitis meningokokus adalah penyakit akut radang selaput
otak yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis.
2) Meningitis merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan
kematian di seluruh dunia. Case fatality rate-nya melebihi 50%,
tetapi dengan diagnosis dini, terapi modern dan suportif, case
fatality rate menjadi 5-15%.
3) Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi dan profilaksis
untuk orang-orang yang kontak dengan penderita meningitis dan
carrier.

4) Imunisasi Meningitis meningokokus diberikan kepada


masyarakat yang akan melakukan perjalanan ke negara endemis
Meningitis diberikan minimal 30 (tiga puluh) hari sebelum
keberangkatan.
5) Bila imunisasi diberikan kurang dari 30 (tiga puluh) hari sejak
keberangkatan ke negara yang endemis Meningitis harus diberikan
profilaksis dengan antimikroba yang sensitif terhadap Neisseria
meningitidis

b.Imunisasi Yellow Fever (Demam Kuning)


1) Demam kuning adalah penyakit infeksi virus akut dengan
durasi pendek masa inkubasi 3 (tiga) sampai dengan 6 (enam) hari
dengan tingkat mortalitas yang bervariasi. Disebabkan oleh virus
demam kuning dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae, vektor
perantaranya adalah nyamuk Aedes aegypti.
2) Icterus sedang kadang ditemukan pada awal penyakit. Setelah
remisi singkat selama beberapa jam hingga 1 (satu) hari, beberapa
kasus berkembang menjadi stadium intoksikasi yang lebih berat
ditandai dengan gejala perdarahan seperti epistaksis (mimisan),
perdarahan ginggiva, hematemesis (muntah seperti warna air kopi
atau hitam), melena, gagal ginjal dan hati, 20%-50% kasus ikterus
berakibat fatal.
3) Secara keseluruhan mortalitas kasus di kalangan penduduk asli
di daerah endemis sekitar 5% tapi dapat mencapai 20% - 40% pada
wabah tertentu.
4) Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi demam kuning
yang akan memberikan kekebalan efektif bagi semua orang yang
akan melakukan perjalanan berasal dari negara atau ke
negara/daerah endemis demam kuning.

5) Vaksin demam kuning efektif memberikan perlindungan 99%.


Antibodi terbentuk 7-10 hari sesudah imunisasi dan bertahan
sedikitnya hingga 30-35 tahun. Walaupun demikian imunisasi
ulang harus diberikan setelah 10 (sepuluh) tahun.
6) Semua orang yang melakukan perjalanan, berasal dari negara
atau ke negara yang dinyatakan endemis demam kuning (data
negara endemis dikeluarkan oleh WHO yang selalu di update)
kecuali bayi di bawah 9 (sembilan) bulan dan ibu hamil trimester
pertama harus diberikan imunisasi demam kuning, dan dibuktikan
dengan International Certificate of Vaccination (ICV).
7) Bagi yang datang atau melewati negara terjangkit demam
kuning harus bisa menunjukkan sertifikat vaksin (ICV) yang masih
berlaku sebagai bukti bahwa mereka telah mendapat imunisasi
demam kuning. Bila ternyata belum bisa menunjukkan ICV (belum
diimunisasi), maka terhadap mereka harus dilakukan isolasi selama
6 (enam) hari, dilindungi dari gigitan nyamuk sebelum diijinkan
melanjutkan perjalanan mereka. Demikian juga mereka yang surat
vaksin demam kuningnya belum berlaku, diisolasi sampai ICVnya
berlaku.
8) Pemberian imunisasi demam kuning kepada orang yang akan
menuju negara endemis demam kuning selambat-lambatnya 10
(sepuluh) hari sebelum berangkat, bagi yang belum pernah
diimunisasi atau yang imunisasinya sudah lebih dari 10 (sepuluh)
tahun. Setelah divaksinasi, diberi ICV dan tanggal pemberian
vaksin dan yang bersangkutan setelah itu harus menandatangani di
ICV. Bagi yang belum dapat melakukan tanda tangan (anakanak),
maka yang menandatanganinya orang tua yang mendampingi
bepergian.

c. Imunisasi Rabies
1) Penyakit anjing gila atau dikenal dengan nama rabies
merupakan suatu penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat
yang disebabkan oleh virus rabies yang ditularkan oleh anjing,
kucing dan kera.
2) Penyakit ini bila sudah menunjukkan gejala klinis pada hewan
dan manusia selalu diakhiri dengan kematian, sehingga
mengakibatkan timbulnya rasa cemas dan takut bagi orang-orang
yang terkena gigitan dan kekhawatiran serta keresahan bagi
masyarakat pada umumnya. Vaksin rabies dapat mencegah
kematian pada manusia bila diberikan secara dini pasca gigitan. 3)
Vaksin anti rabies (VAR) manusia diberikan kepada seluruh kasus
gigitan hewan penular rabies (HPR) yang berindikasi, sehingga
kemungkinan kematian akibat rabies dapat dicegah. B
PENYELENGGARAAN IMUNISASI WAJIB
Perencanaan
Perencanaan harus disusun secara berjenjang mulai dari puskesmas,
kabupaten/kota, provinsi dan pusat (bottom up). Perencanaan merupakan
kegiatan yang sangat penting sehingga harus dilakukan secara benar oleh petugas
yang profesional. Kekurangan dalam perencanaan akan mengakibatkan
terhambatnya pelaksanaan program, tidak tercapainya target kegiatan, serta
hilangnya kepercayaan masyarakat. Sebaliknya kelebihan dalam perencanaan
akan mengakibatkan pemborosan keuangan negara. Perencanaan imunisasi wajib,
meliputi:

Penentuan Sasaran
a. Sasaran Imunisasi Rutin
1) Bayi pada imunisasi dasar Jumlah bayi baru lahir
dihitung/ditentukan berdasarkan angka yang dikeluarkan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) atau sumber resmi yang lain. Dapat
juga dihitung dengan rumus CBR dikalikan jumlah penduduk.
Sasaran ini digunakan untuk menghitung imunisasi Hepatitis B-0,
BCG dan Polio1.

Jumlah bayi yang bertahan hidup (Surviving Infant) dihitung/ditentukan


berdasarkan jumlah bayi baru lahir dikurangi dengan jumlah kematian bayi yang
didapat dari Infant Mortality Rate (IMR) dikalikan dengan jumlah bayi baru lahir.
Sasaran ini digunakan untuk menghitung imunisasi yang diberikan pada bayi usia
2-11 bulan.

Jumlah batita dihitung/ditentukan berdasarkan jumlah Surviving infant (SI).


2) Anak sekolah dasar pada imunisasi lanjutan Jumlah sasaran
anak sekolah didapatkan dari data yang dikeluarkan oleh
Kementerian Pendidikan dan atau Kementerian Agama (untuk
siswa MI) atau pendataan langsung pada sekolah.
3) Wanita Usia Subur (WUS) pada imunisasi lanjutan Batasan
Wanita Usia Subur WUS adalah antara 15-49 tahun. Jumlah
sasaran WUS dihitung dengan rumus 21,9% dikalikan jumlah
penduduk. Wanita usia subur terdiri dari WUS hamil dan tidak
hamil.

b.Sasaran Imunisasi Tambahan


Sasaran imunisasi tambahan adalah kelompok resiko (golongan umur)
yang paling beresiko terkenanya kasus. Jumlah sasaran didapatkan
berdasarkan pendataan langsung.
c.Sasaran Imunisasi Khusus

Sasaran imunisasi khusus ditetapkan dengan keputusan tersendiri (misalnya


jemaah haji, masyarakat yang akan pergi ke negara tertentu).

BAB 3
BAB 3
HASIL
3.1 Puskesmas
3.1.1 Profil Puskesmas Sukmajaya
Puskesmas Sukmajaya berdiri sejak tahun 1981, terletak di Kelurahan Mekarjaya
Kecamatan Sukmajaya Kota Depok. Wilayah kerja Puskesmas berbatasan dengan:
– Sebelah Utara : Kelurahan Pondok Cina,
– Sebelah Selatan : Kelurahan Kalimulya dan Cilodong serta
Sukmajaya.
– Sebelah Barat : Kelurahan Kemiri Muka dan Depok,
– Sebelah Timur : Kelurahan Abadijaya dan Bhaktijaya.

3.1.2 Fungsi Puskesmas


1. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
3. Melaksanakan KIE dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang
kesehatan ; menggerakan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan maslaah kesehatan pasa setiap tingkat perkembangan
masyarakat yang berkerjasama dengan sektor lain terkait
4. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan UKBM
5. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumberdaya manusia Puskesmas
6. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
7. Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap askes, mutu,
dan cakupan pelayanan kesehatan , dan
8. Memberikab rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat ,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit

3.1.3 Visi dan Misi


Visi:
Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kesehatan prima melalui
perbaikan berkesinambungan menuju masyarakat sukmajaya sehat dan mandiri
Misi:
a. Menggerakkan kemandirian masyarakat untuk perilaku hidup sehat
dan penanggulangan masalah kesehatan.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan yang merata dan profesional.
c. Menjalin kerjasama yang baik dengan lintas sektoral dalam rangka
mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
d. Melakukan inovasi dan perbaikan berkesinambungan dalam
seluruh aspek.

3.1.4 Cakupan Wilayah Puskesmas Sukmajaya


3.1.5 Struktur Organisasi

Kepala UPT Puskesmas


Dr. Wahyudin
Ka Sub Bag
Aisyah Rosalinda, SKM

Perencanaan Adiministrasi Bendahara Setoran Delfitadan Pelaporan


Evaluasi
Aisyah Rosalinda, SKM Kepegawaian Farlina Tito Mustikaningrum

Penjaga Malam & sopir Bendahara BOP/BPP


Suparno, Samuri,dkk Suyudi

Kebersihan Pengelola Jamkesnas


Mat Roji Harkah Neneg Sumiati, SKM

Promkes & Lansia Gizi


Unit 1 P2P Unit II Kesga Unit III Perawatan
Dr. Yuniarsih Elis R. Am.Keb Dr.AToni
Barav, SKM
Hermawan Dr.Irwan Machjudin

Irma M. AMK Delfita F, AMG Persalinan/PONED


TB Kesling
Henry Dwi Y KIA/KB
Neneg S,SKM
UKS Bd. Umi S dkk

DBD ImunisasiBd Umi S Drg. Saraswati DW


Neneg S,SKM Hj. Marsiah
Bd Liah D Sp.Kg
Surveilans,Ispa,Kusta dan Diare
A Bari Wahyo Wintoro, SKM Kukuh D, AMKG
Irma Maryati AMK
Pembina Keluraha UKGS
Kel Mekarjaya : Siti Drg Anita R
Marliza, AMKeb Kukuh D, AMKG
Unit HR & PTRM
KelPoliTirtajaya
Unit IV YanKesMas Anak : Liah Unit V Penunjang
Dr Linda P M.M
Dr Linda Patricia
Dr Tony Hermawan Drg. Anita Rachmawati
D. AMKeb

Pendaftaran Askes Poli Gigi


Suyudi dkk Drg Anita R
Poli Umum Poli Lansia/R .
Dr Linda P M.M Tindakan
Dr Yuniarsih H Dr Irwan
Machjudin

3.1.6 Program Kegiatan


A. Program Kegiatan Dasar
 Upaya Promosi Kesehatan
 Upaya Penanggulangan Gizi Masyarakat
 Upaya KIA dan KB
 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Menular
 Upaya Kesehatan Lingkungan
 Upaya Pengobatan
B. Program Kegiatan Pengembangan
 KEGIATAN DALAM GEDUNG
1. Klinik Terpadu
Perpaduan antara Klinik Sanitasi, Klinik Gizi dan P2 TB Paru
dengan pendekatan terapi DOTS
2. Klinik LANSIA
3. Klinik Psikologi
bekerja sama dengan Fakultas Psikologi UI
4. Klinik Bersalin
5. Klinik Harm Reduction
Bekerja sama HCPI
6. Program MTBS
7. Panti Pemulihan Gizi
8. Laboratorium
9. Klinik Metadon
 KEGIATAN DALAM GEDUNG
1. Puskesmas Keliling
2. Posyandu
3. Posbindu
4. UKS/UKGS
5. RW Siaga / Kota Sehat
6. Sistem rujukan
7. Pengelolaan limbah medis padat bekerja sama dengan
PT. Java Medivest
3.1.7 Model Manajemen dan Implentasi
a.Perencanaan
b. Pelaksanaan
c. Evaluasi

Rencana kegiatan anggaran perlu dilakukan Lokakarya Mini (LokMin) ,


dimana terdapat 2 jenis Lokakarya Mini yaitu Lintas Program yang dilakukan tiap
bulan dan Lintas Sektor yang dilakukan tiap 3 bulan. Lintas Program merupakan
kegiatan yang rutin dilakukan tiap bulan selama tahun anggaran, dimana peserta
nya adalah LP, Pustu, dan bides. Tujuan dari LokMin Bulanan adalah untuk
evaluasi kegiatan bulan yang lalu dan penyusunan kegiatan bulan depan.

3.2 KB-KIA
3.2.1 Pelayanan PONED UPT Sukmajaya
PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) adalah pelayanan
terhadap ibu yang akan melahirkan yang dilakukan puskesmas selama 24 jam
pelayanan ini dilakukan oleh dokter, bidan, perawat dan tim PONED puskesmas
atas pengawasan dokter. Puskesmas Sukmajaya melayani persalinan sejak tahun
2005 tapi belum 24 jam karena kurangnya SDM dan belum lengkap sarana dan
prasarana. Namun pada Februari 2013 mulai dibuka 24 jam sampai dengan
sekarang.
3.2.2 Pelayanan Antenatal
3.2.2.1 Standar Pelayanan Kebidanan
 Timbang BB dan Ukur TB
 Ukur TD
 Nilai status Gizi (Ukur LILA)
 Ukur TFU
 Tentukan presentasi janin dan DJJ
 Skrining status imunisasi TT dan berikan imunisasi TT bila
diperlukan
 Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
 Test laboratorium (rutin & khusus)
 Tatalaksana kasus
 Temu wicara (konseling), termasuk P4K serta KB pasca persalinan
3.2.2.2 Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
 Pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai
42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan
 Kunjungan Nifas :
- KF 1 : 6 jam sampai dengan 3 hari setelah partus
- KF 2 : 2 minggu setelah partus (8-14 hari)
- KF 3 : 6 minggu setelah partus (36-42 hari)
3.2.2.3 Pelayanan Kesehatan Neonatus
 Pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan
yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0-28
hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan
rumah.
 Kunjungan Neonatal :

- KN 1 : 6-48 jam setelah lahir


- KN 2 : 3-7 hari setelah lahir
- KN 3 : 8-28 hari setelah lahir
3.2.2.4 Pelayanan Kesehatan Bayi
 Pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenakes
kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai
dengan 11 bulan setelah lahir.
 Pelaksanaan :
- Kunjungan bayi 1x pada umur 29 hari-2 bulan
- Kunjungan bayi1 x pada umur 3-5 bulan
- Kunjungan bayi 1 x pada umur 6-8 bulan
- Kunjungan bayi 1 x pada umur 9-11 bulan

3.2.2.5 Pelayanan KB berkualitas


 Pelayanan KB sesuai standar dengan menghormati hak individu dalam
merencanakan kehamilan sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam
menurunkan angka kematian ibu dan menurunkan tingkat fertilitas
(kesuburan) bagi pasangan yang telah cukup memiliki anak (2 anak lebih
baik) serta meningkatkan fertilitas bagi pasangan yang ingin mempunyai
anak.
 Macam KB yg dilayani di Puskesmas :
1. Pil
2. Suntik
3. Implant
4. IUD
5. Kondom
3.2.2.6 Program yang dilakukan dalam program KB KIA
 Imunisasi
 KB
 Posyandu
 Kelas Ibu
 Pelatihan senam hamil
 Pembentukan kelas ibu hamil
 Penjaringan kesehatan ibu, bayi dan balita
 Pemantauan bumil beresiko
 Pemantauan bufas beresiko
 Pemantauan KN beresiko
 Pemantauan KN lengkap
 Pelacakan kasus kematian ibu dan bayi
 Pertemuan dengan bidan praktek swasta (BIKOR)
 Pertemuan dengan petugas pengelola KIA dan pembina kelurahan
puskesmas (BIKOR)

3.2.2.7 Permasalah terkait program KB KIA dari input, proses dan output
a. Input
- Tenaga : pada Puskesmas SukmaJaya para petugas (non medis, medis)
di rasa sudah cukup untuk melaksanakan berbagai macam program
- Dana : dana mencukupi untuk setiap program dimana biaya berasal
dari APBD II, APBD I, APBN atau sumber lain (ASKES,
JAMSOSTEK).
b. Proses
- Perencanaan : perencanaan tertulis dan di ketahui oleh petugas lain
sehingga nantinya dapat mengevaluasi apakah ada hambatan dalam
melaksanakan kegiatan dsb.
- Pengorganisasian :
-Rencana tertulis berupa jadwal yang diketahui semua petugas
-Kegiatan sudah direncanakan dan tersusun sebelumnya, sehingga para
petugas telah mengetahui petunjuk pelaksanaan program
- Pelaksanaan :
-Rencana tertulis berupa jadwal yang diketahui semua petugas
-Kegiatan sudah direncanakan dan tersusun sebelumnya, sehingga para
petugas telah mengetahui petunjuk pelaksanaan program
- Pencatatan :
-Semua hasil dari semua kegiatan dilaporkan ke dinas kesehatan.

- Pengawasan dan Penilaian :


-Evaluasi dilakukan oleh seluruh staf kesehatan, dengan tujuan untuk
meningkatkan mutu dihasil berikutnya.
c. Output
- Pencatatan belum lengkap dan rapi
- BPS/RB/Klinik belum semuanya melaporkan hasil pelayanan KIA
d. Penyelesaian masalah
- Sosialiasi ulang dan saling mengingatkan antara bidan KIA dalam
kelengkapan pengisian kartu, kohort dan buku bantu
- Pengecekan kelengkapan pengisian kartu, kohort dan buku bantu seudah
pelayanan dan setiap akhir bulan
- Pertemuan rutin dengan BPS/RB/Klinik
- Kerjasama dan koordinasi dengan IBI rantin sukmajaya
- Reward dan punishment
3.3 IMUNISASI
3.3.1 Sasaran
Sasaran imunisasi rutin :
 Bayi
 Anak sekolah dasar
 Wanita usia subur ( 15 – 39 thn )

3.3.2 Jenis Imunisasi yang diberikan


 HB 0
 BCG
 Polio
 Pentabio (DPT, Hep B, HIB)
 Campak
 Kontrol bayi baru lahir (1 minggu PP)
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Definisi
Puskesmas adalah organisasi kes fungsional yg
merup pusat pengembangan kesehatan masy yg juga
membina peran serta masy & memberikan
pelayanan secara menyeluruh & terpadu kpd masy
di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI 1991)
4.2 Tujuan
Mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat
kesahatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat
2010
4.3 Fungsi dan Peran
 Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
 Pusat pemberdayaan masyarakat
 Pusat pelayanan kesehatan strata I meliputi pelayanan kesehatan perorangan
dan masyarakat

4.4 Upaya Penyelenggaraan dan Program KB KIA


CONTINIUM OF CARE (COC) CAKUPAN PELAYANAN
KIA
UPT PUSKESMAS SUKMAJAYA TAHUN 2014
7000
6195
6000
5287
5000
4000
3000
2292218920222022
19401902201720171929 1955
2000
908 1005
1000 458
0
f i i
K1 K4 kes KF1 KF L ufas KN1 it K N L lusi Bay bay pak alita alita
a b V K ks j A m B B
Lin t A n j
I E Ku Vit Ca un it A
V i S K V
A
KASUS KEMATIAN IBU DI UPT PUSKESMAS SUKMAJAYA TAHUN 2014

IBU 1 ORANG, MENINGGAL KARENA PERDARAHAN POST PARTUM, MENINGGAL PADA WAKTU NIFAS
KEMATIAN IBU
JUMLAH KEMATIAN IBU HAMIL JUMLAH KEMATIAN IBU BERSALIN JUMLAH KEMATIAN IBU NIFAS JUMLAH KEMATIAN IBU
NO PUSKESMAS
20-34 ≥35 < 20 20-34 ≥35 < 20 20-34 ≥35 < 20 20-34 ≥35
< 20 tahun JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH
tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun
1 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Sukmajaya 0 0 1 1 0 1 0 1
KASUS KEMATIAN NEONATAL, BAYI & ANAK BALITA DI UPT PUSKESMAS SUKMAJAYA TAHUN 2014

JUMLAH KEMATIAN
LAKI - LAKI PEREMPUAN LAKI - LAKI + PEREMPUAN
NO PUSKESMAS
ANAK NEONAT ANAK NEONAT ANAK
NEONATAL BAYI BALITA BAYI BALITA BAYI BALITA
BALITA AL BALITA AL BALITA
1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Sukmajaya 3 3 2 1 3 3 2 1 6

Permasalahan:
 Pencatatan belum lengkap & rapi
 BPS/RB/KLINIK belum semuanya melaporkan hasil pelayanan KIA

Pemecahan Masalah:
 Sosialisasi ulang & saling mengingatkan antara Bidan KIA dalam
kelengkapan pengisian kartu, kohort & buku bantu
 Pengecekan kelengkapan pengisian kartu, kohort & buku bantu setiap
sesudah pelayanan & setiap akhir bulan
 Pertemuan rutin dgn BPS/RB/KLINIK
 Kerjasama & koordinasi dgn IBI Ranting Sukmajaya
 Reward & punishment

Analisis:
 Continum Of Care (COC) pelayanan KIA UPT Puskemsas Sukmajaya 2014 dimana
angka K1 yaitu 2292 dan pada data nasional yaitu 100, yang menandakan bahwa
program Puskesmas Sukmajaya sudah terlaksana dengan baik. K1 adalah
pemeriksaan pertama pada <8mgg kehamilan
 Continum Of Care (COC) pelayanan KIA UPT Puskemsas Sukmajaya 2014 dimana
angka K4 yaitu 2189 dan pada data nasional yaitu 95, yang menandakan bahwa
program Puskesmas Sukmajaya sudah terlaksana dengan baik.K4 adalah
kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester III (28-36
minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan.
 Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Ratio) masih tinggi :
228/100.000 kh
 1 ibu meninggal tiap jam
Angka Kematian Neonatal : 19/1000 kh
 9 neonatus meninggal tiap jam
Angka kematian Bayi : 34/1.000 kh
 17 meninggal tiap jam
Angka kematian Balita : 44/1.000 kh
 22 bayi meninggal tiap jam

Menurut RISKESDAS 2013, pada Puskesmas Sukmajaya ini hasil angka


kematian pada Ibu, Neonatal, Bayi, dan Balita sangat kecil tetapi harus
tetap ditilik masalahnya dan diberi pencatatan penyebab kematiannya.

4.6 Imunisasi
4.6.1 Imunisasi pada Bayi

4.6.2 Imunisasi Pada Balita (Di Bawah 3 tahun)


4.6.3 Imunisasi Anak Sekolah Dasar

4.6.4 Imunisasi wanita usia subur (15-39 tahun)


BAB V

V. KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai