Anda di halaman 1dari 11

Human Resources Management Strategy

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA


(PELEPASAN)

Dr. Kasmir, SE,MM

Magister Manajemen (2020)

1
A. Latarbelakang

Setelah bekerja sekian tahun dan seiring dengan terjadi suatu perubahan
yang tidak dapat dielakkan oleh siapapun, sikap seseorang dapat segera berubah.
Perubahan diberbagai sektor telah ikut merubah niat seseorang yang semula ingin
tetap mengabdi dan bekerja menjadi berbeda. Akibatnya terjadi keputusan yang
tidak diinginkan, misalnya keputusan keluar dari perusahaan jika perusahaan tidak
mampu mengatasi tuntutan karyawan. Walaupun banyak karyawan yang keluar
diperusahaan karena memang sudah waktunya dalam arti telah memasuki usia
pensiun, sehingga memang harus dilepaskan statusnya sebagai karyawan.
Keputusan keluar atau memang seharusnya keluar dengan perusahaan ini kita
sebut dengan Pemutusan Hubungan Kerja atau Pelepasan. Dengan kata lain
pemutusan hubungan kerja atau pelepasan merupakan ahir keberadaan karyawan
diperusahaan atau berahirnya karir seseorang.
Keputusan seseorang karyawan untuk bertahan tetap bekerja dalam suatu
perusahaan memang sangat tergantung dari berbagai hal, terutama akibat adanya
berbagi perubahan. Tidak sedikit yang bekerja seumur hidupnya hanya disalah satu
perusahaan, artinya tidak pernah pindah keperusahaan lain, karena memang
perusahaan mampu memberikan seperti yang diinginkannya. Namun banyak pula
yang berpindah-pindah dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya, berkali-kali,
karena selalu merasa tidak puas apa yang telah diterimanya.
Dalam praktiknya karyawan yang dimiliki oleh suatu perusahaan tentu
memiliki karakter atau perilaku yang berbeda satu sama lainnya. Artinya karyawan
dapat saja bertindak diluar seperti yang diinginkan perusahaan dengan berbagai
sebab, misalnya berbuat kecurangan yang dapat merugikan perusahaan. Dalam hal
ini tentu akan merepotkan pihak manajemen dan harus diberikan tindakan tegas,
misalnya salah satunya adalah dikeluarkan dari perusahaan agar tidak merugikan
perusahaan lebih besar lagi. Atau jika kesalahannya masih dapat dimaafkan maka
diberikan sangsi peringatan atau penggantian akibat kerugian yang diderita.
Secara umum karyawan keluar dari perusahaan biasanya disebabkan oleh 2
(dua) hal, yaitu :

2
1. Diberhentikan
Diberhentikan maksudnya adalah karyawan diberhentikan dari perusahaan
disebabkan oleh berbagai sebab, misalnya telah memasuki usia pensiun, atau
mengalami cacat sewaktu bekerja, sehingga tidak mampu lagi bekerja. Untuk
yang pensiun alasannya karena sudah memasuki usia pensiun, sedangkan yang
dipensiunkan karena cacat, karena dianggap sudah tidak atau kurang memiliki
kemampuan,sehingga tidak mampu lagi bekerja seperti semula. Kemudian
diberhentikan juga dapat dilakukan perusahaan karena karyawan melakukan
perbuatan yang telah merugikan perusahaan, misalnya kasus penipuan,
pencurian atau hal-hal yang merugikan lainnya.
2. Berhenti sendiri,
Artinya karyawan berhenti dengan keinginan atau permohonannya sendiri, untuk
keluar dari perusahaan, tanpa campur tangan pihak perusahaan. Alasan
pemberhentian ini juga bermacam, macam, misalnya karena masalah lingkungan
kerja yang kurang kondusif, kompensasi yang kurang, atau jejang karir yang
tidak jelas atau ketidaknyaman lainnya. Alasan seperti ini terkadang tidak dapat
diproses oleh pihak sumber daya manusia dan berusaha untuk dipertahankan
dengan petimbangan berbagai hal, misalnya kemampuan karyawan masih
dibutuhkan. Namun jika karyawan tersebut merasa tidak diperlukan tenaganya,
maka segera akan diproses untuk diberhentikan. Mengapa demikian? karena jika
karyawan yang suadah minta berhenti dan tetap dipertahankan, akan
mengakibatkan motivasi kerjanya lemah dan berdampak kepada kinerjanya.
Bahkan dalam banyak kasus terkadang karyawan tersebut membuat ulah yang
dapat menggangu operasi perusahaan.

B. Pengertian Pemutusan Hubungan Kerja

Lalu pertanyaannya apa yang dimaksud dengan Pemutusan Hubungan


Kerja? Pemutusan hubungan kerja adalah putusnya perikatan atau perjanjian

3
antara perusahaan dengan karyawan/pekerja secara resmi sejak dikeluarkan
surat pemberhentian kerja yang berkibat putusnya hak dan kewajiban masing-
masing pihak.
Artinya pemutusan hubungan kerja, bahwa perjanjian antara karyawan dan
perusahaan batal demi hukum. Karyawan/pekerja tidak lagi memiliki kewajiban
terhadap perusahaan dan pihak perusahaan tidak lagi memberikan hak-haknya
kepada karyawan. Kecuali hak yang berkaitan dengan kompensasi karena sebab
sebab keluar yang diatur oleh peraturan yang berlaku, misalnya pensiun yang harus
dibayar setiap bulan (untuk PNS, TNI dan Kepolisian).
Menurut undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaaan,
pengertian Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja
karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban
antara pekerja/buruh dan pengusaha.
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemutusan hubungan
kerja berisi :
1. Berahirnya hubungan perjanjian kerja antara karyawan dengan pihak
perusahaan, artinya karyawan sudah tidak bekerja lagi setelah keluarnya surat
pemutusan kerja dan perusahaan tidak mempekerjakan lagi sebagi karyawan.
Dan kalaupun tenaganya masih dibutuhkan, maka dapat dikaryakan, namun
tetap dipensiunkan lebih dulu. Pada saat dikaryakan karyawan tersebut digaji
dengan kontrak tertentu.
2. Dikeluarkannya surat keputusan pemberhentian dengan menyebutkan alasan
pemberhentian, baik yang sudah memasuki usia pensiun atau bagi yang
mengundurkan diri atau yang dikeluarkan.
3. Perusahaan membayar hak-hak karyawan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, seperti misalnya uang pensiun (baik sekaligus atau
bulanan), uang jasa, uang penghargaan atau uang lainnya.
4. Karyawan diwajibkan membayar kewajiban atas perbuatannya jika ada, khusus
untuk karyawan yang diberhentikan dengan lasan tertentu, terutama yang
merugikan perusahaan, misalnya mengganti kerugian akibat perbuatannya.
Khusus bagi mereka yang pendidikannya dibiayai perusahaan dan masih dalam

4
ikatan dinas, maka diwajibkan mengganti biaya pendidikan sesuai dengan
perjanjian yang sudah dibuat sebelumnya.

Perlu diingat bahwa pemutusan hubungan kerja antara karyawan dengan


pihak perusahaan harus dibuktikan dengan surat pemberhentian kerja, dengan
disertai pembayaran hak dan kewajiban masing-masing pihak. Adapun bentuk jenis
surat pemberhentian terdiri dari.:
1. Dengan hormat,
Artinya pemutusan hubungan kerja dilakukan dengan baik-baik, karyawan
diperlakukan dengan baik, dengan memberikan sejumlah penghargaan atas
jasa-jasanya, termasuki sejumlah kompensasi atas jasanya selama ini terhadap
perusahaan. Jenis pemberhentian seperti ini misalnya sudah memasuki usia
pensiun.
2. Dengan tidak hormat,
Artinya pemutusan hubungan kerja dilakukan dengan tidak baik, akibat
perbuatan karyawan yang telah merugikan perusahaan, misalnya melakukan
tindakan pencurian atau kecurangan yang merugikan baik materil maupun
merusak citra perusahaan.

Berikut ini jenis pemutusan hubungan kerja ditinjau dari jumlah yang
diberhentikan yaitu.
1. Pemutusan hubungan kerja individu,
Artinya yang diberhentikan adalah pribadi atau orang perorang dengan batas
waktu tertentu. Dalam kasus ini sering terjadi misalnya karyawan memasuki usia
pensiun, sehingga jumlahnya tidak banyak karena ada batas waktu untuk
pensiun. Atau perbuatan curang yang dilakukan oleh individu, sehingga
pemberhentian hanya kepada sipelaku yang berbuat kecurangan atau kerugian
perusahaan.
2. Pemutusan hubungan kerja kelompok,
Merupakan Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan kepada sekelompok
karyawan (lebih dari seorang). Pemutusan hubungan kerja kelompok terjadi

5
kepada sekelompok karyawan yang melakukan pencurian atau kecurangan yang
membuat perusahaan menderita kerugian. Atau akibat dari sekelompok
karyawan mengundurkan diri dengan alasan tertentu, misalnya menuntut
kenaikan upah atau keselamatan kerja.
3. Pemutusan hubungan kerja masal
Pemutusan hubungan kerja masal adalah pemutusan yang dilakukan terhadap
sejumlah karyawan dengan berbagai sebab. Misalnya karena ketidak mampuan
perusahaan sehingga terjadi pengurangan karyawan, seperti penutupan unit atau
cabang atau pabrik tertentu, sehingga terjadi pengurangan karyawan
(rasionalisasi). Penutupan ini tentu saja membawa konsekuensi pemberhentian
seluruh atau sebagian dari mereka yang terkena kebijakan pemutusan hubungan
kerja. Pemutusan hubungan kerja ini untuk mengurangi beban biaya tenaga kerja
yang dikeluarkan, mengingat dengan penutupan sebagian usaha akan banyak
tenaga yang menganggur.

C. Alasan Pemutusan Hubungan Kerja


Pemutusan hubungan kerja bisa terjadi dengan berbagai alasan atau sebab
antara lain :
1. Telah memasuki usia pensiun
2. Permintaan pengunduran diri
3. Diberhentikan karena lalai atau berbuat kecurangan
4. Diberhentikan karena mengalami cacat fisik atau mental
5. Adanya program rasionalisasi

Alasan yang pertama yaitu memasuki usia pensiun merupakan alasan yang
alamiah. Seorang karyawan akan berhenti bekerja sesudah memasuki usia tertentu
tergantung dari kebijakan perusahaan (biasanya 55 tahun). Artinya perusahaan
mematok batas usia karyawan yang akan dipensiunkan. Pada usia ini karyawan
sudah dianggap sudah tidak produktif sehingga perlu digantikan oleh karyawan yang

6
lebih muda atau produktif. Dalam praktiknya untuk jabtan atau pekerjaan tertentu
atau dengan alasan tertentu pensiun dapat diperpanjangan sesuai dengan kebijakan
perusahaan.
Alasan yang kedua yaitu permintaan pengunduran diri adalah pengajuan
yang diberikan oleh karyawan secara pribadi. Alasannya biasanya mereka ingin
pindah keperusahaan prospeknya lebih baik. Biasanya pengunduran diri dapat
dilakukan karena memang masalah karyawan itu sendiri, atau atas perintah
perusahaan. Jika atas perintah perusahaan, biasanya dilakukan untuk menghindari
biaya kompensasi yang harus dibayar. Karyawan yang mengundurkan diri biasanya,
tidak dibayar kompensasi. Dan kalaupun dibayar itupun karena alasan tertentu
dengan berbagai pertimbangan tertentu pula.
Alasan ketiga adalah diberhentikan karena karyawan lalai dalam menjalankan
tugasnya atau berbuat kecurangan, seperti kasus pencurian atau penipuan. Hal ini
dilakukan sebagai sanksi terakhir terhadap karyawan tersebut. Untuk karyawan
yang melakukan kecurangan, tentu kompensasi tidak akan dibayar, bahkan kalau
kecurangan yang dilakukannya dirasakan merugikan, maka karyawan yang
bersangkutan harus mengganti sejumlah kerugian yang diakibatkannya. Jika
kerugiannya fatal selanjutnya akan dipidanakan. Hal ini dilakukan untuk memberikan
efek jera bagi karyawan lainnya agar tidak berbuat kecurangan yang sama yang
dapat merugikan dirinya dan perusahaan.
Alasan keempat adalah diberhentikan karena karyawan mengalami cacat fisik
atau mental, sehingga mengganggu aktivitas dalam bekerja. Biasanya gangguan
atau cacat fisik maupun mental terjadi pada saat karyawan sedang melaksanakan
pekerjaaan, atau dalam tujuan hendak berangkat kerja. Untuk kasus seperti ini
kompensasi tetap dibayarkan sesuai dengan peraturan perusahaan, sekalipun
biasanya sudah dibayar oleh asuransi.
Alasan terakhir adanya program rasionalisasi akibat adanya kerugian yang
diderita perusahaan. Kerugian ini berakibat dari penutupan sejumlah unit atau
bagian usaha, sehingga menyebabkan perusahaan kelebihan tenaga kerja. Jalan
keluarnya adalah pengurangan tenaga kerja, terutama mereka yang sudah dekat
memasuki usai pensiun. Atau karyawan yang dianggap oleh perusahaan kurang

7
produktif, atau mereka yang tidak atau kurang memiliki ketrampilan seperti yang
diinginkan perusahaan. Pengurangan yang disebabkan oleh kesalahan perusahaan
ini tentu akan dibayar sejumlah kompensasi. Hal lain adalah pengurangan dapat
terjadi akibat adanya merger atau penggabungan unit usaha yang mengharuskan
adanya rasionalisasi, juga karena adanya kelebihan tenaga kerja seperti yang terjadi
di dunia perbankan (bank mandiri). Penggabungan ini antara Bank Bumi Daya
(BBD), Bank Ekspor Impor (Bank EXIM ), Bank Pembangunan Indonesia
(BAPINDO), dan Bank Dagang Negara (BDN) menjadi Bank Mandiri.
Menurut undang-undang tenaga kerja karyawan pengusaha dapat
memutuskan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh dengan alasan pekerja/buruh
telah melakukan kesalahan berat sebagai berikut:
1. melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau uang milik
perusahaan.
2. memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan
perusahaan.
3. mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan/atau
mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di lingkungan kerja;
4. melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja
5. menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja atau
pengusaha di lingkungan kerja
6. membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
7. dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan
bahaya barang milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan;
8. dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha
dalam keadaan bahaya di tempat kerja;
9. membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya
dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara; atau
10. melakukan perbuatan lainnya di lingkungan perusahaan yang diancam pidana
penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

8
Perusahaan tidak dapat memvonis karyawan begitu saja tanpa alasan dan
alat bukti. Artinya setiap kesalahan harus memiliki bukti kesalahannya, baru
diputuskan sangsi apa yang harus diberikan. Adapun bukti-bukti kesalahan yang
dibuat oleh karyawan atau pekerja harus ditunjukkan adalah seperti :
1. pekerja/buruh tertangkap tangan;
2. ada pengakuan dari pekerja/buruh yang bersangkutan; atau
3. bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang berwenang di
perusahaan yang bersangkutan dan didukung oleh sekurang-kurangnya 2 (dua)
orang saksi.

Hanya saja apabila karyawan atau pekerja atau buruh yang tidak dapat
menerima pemutusan hubungan kerja seperti yang diatas maka karyawan atau
pekerja atau buruh yang bersangkutan dapat mengajukan gugatan ke lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
Kemudian menurut undang-undang tenaga kerja dalam hal pekerja/buruh
ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak pidana bukan atas
pengaduan pengusaha, maka pengusaha tidak wajib membayar upah tetapi wajib
memberikan bantuan kepada keluarga pekerja/buruh yang menjadi tanggungannya
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk 1 (satu) orang tanggungan: 25% (dua puluh lima perseratus) dari upah;
b. untuk 2 (dua) orang tanggungan: 35% (tiga puluh lima perseratus) dari upah;
c. untuk 3 (tiga) orang tanggungan: 45% (empat puluh lima perseratus) dari upah;
d. untuk 4 (empat) orang tanggungan atau lebih: 50% (lima puluh perseratus) dari
upah

D. Dampak Pemutusan Hubungan Kerja

Karyawan yang keluar disatu sisi memang karena sudah waktunya, namun
disisi lain karena faktor yang karena perusahaan tidak mampu untuk menahannya.
Dalam kondisi seperti ini tentu berdampak cukup besar operasional bagi

9
perusahaan, sehingga harus segera dapat diantisipasi. Dalam praktiknya keluarnya
seseorang karena adanya pemutusan hubungan kerja akan berakibat baik positif
maupun negatif kepada perusahaan seperti :
1. Terjadi kekosongan
Artinya jika ada karyawan yang keluar, maka ada jabatan atau posisi yang
ditinggalkan, sehingga perlu mencari penggantinya. Masalahnya penggantinya
haruslah orang yang memiliki kualitas yang sama atau lebih. Hal ini sering terjadi
pemutusan dalam kondisi mendadak, misalnya karena permohonan sendiri oleh
karyawan..
2. Perlu melakukan rekrutmen dan seleksi,
Kekosongan karyawan dapat pula diisi dari dari dalam jika memang jumlahnya
sedikit. Namun jika tidak mendapatkannya maka terpaksa dilakukan rekrutmen
dari luar perusahaan. Untuk mencari pengganti karyawan yang keluar dari luar
memang memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit, terutama bagi mereka
yang keluar mendadak karena permintaan sendiri.
3. Menganggu proses kerja,
Kehilangan karyawan akan mengganggu proses kerja yang selama ini berjalan
normal. Sekalipun sudah mendapatkan penggantinya kesulitan lain adalah
pengganti yang mengisi kekosongan belum tentu memiliki kualitas yang sama
dengan yang digantikan.
4. Kebocoran Rahasia Perusahaan
Salah satu dampak yang paling ditakuti akibat dari keluarnya karyawan yang
keluar terutama yang memiliki keahlian terentu. Karyawan tersebut akan
membawa sejumlah rahasia perusahaan yang dimilikinya.
5. Menurunkan Moral Karyawan yang ditinggalkan
Terkadang bagi karyawan yang keluar dan memiliki kualitas terbaik, akan ikut
mengganggu aktifitas karyawan lainnya.
6. Kehilangan tenaga potensial
Hal yang terburuk adalah perusahaan kehilangan karyawan yang memiliki
kemampuan atau keahlian khusus. Masalah untuk mencari pengganti karyawan
yang memiliki kemampuan atau keahlian khusus relatif sulit dan memerlukan

10
waktu. Dana yang dibutuhkan untuk merekrut karyawan yang memiliki
kemampuan atau keahlian khusus juga relatif cukup besar.
7. Mengurangi tenaga yang tidak produktif
Keluarnya karyawan yang tidak atau kurang produktif merupakan nilai positif bagi
perusahaan. Artinya memang karyawan tersebut tenaganya memang sudah
tidak dibutuhkan perusahaan. Tambahan lain adalah karyawan tersebut misalnya
sering berbuat ulah (provokator) yang dapat merugikan perusahaan.
8. Mengeluarkan sejumlah biaya.
Perusahaan perlu mengeluarkan sejumlah dana kompensasi bagi yang keluar
karena pensiun atau mengalami kecacatan yang sudah menjadi kewajiban
perusahaan. Biaya ini dikeluarkan sebagai balas jasanya terhadap
pengabdiannya selama ini diperusahaan.

11

Anda mungkin juga menyukai