REVIEW JURNAL
Pada bagian pengantar ini juga penulis juga menjelaskan keberadaan guru
yang profesional dan berkompeten merupakan suatu keharusan untuk
memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran. Guru yang profesional
mampu mencerminkan sosok keguruannya dengan wawasan yang luas
dan memiliki sejumlah kompetensi yang menunjang tugasnya. Dan juga
upaya pengembangan profesionalisme guru perlu terus dilakukan secara
berkelanjutan supaya pengetahuan, pemahaman dan keterampilan
mereka yang berhubungan dengan tugasnya selalu mengikuti
perkembangan kemajuan dunia pendidikan.
Pembahasan Pada bagian pembahasan, penulis membagi sub pokok bahasan menjadi
enam bagian, yaitu :
Dalam sub pokok bahasan diatas penulis menjelaskan dengan sangat rinci
bagaimana penelitian tersebut dilaksanakan, menggunakan metode-
metode yang telah disebutkan diatas. Pembahasan yang dilakukan oleh
penulis mudah dipahami maksud dan tujuannya oleh pembaca .
Pada bagian pengantar ini juga penulis juga menjelaskan, dengan adanya
sertifikasi guru dan pengakuan statusnya berdasarkan hukum yaitu
undang-undang, para guru menyambut dengan antusiasme tinggi, mereka
menjadi lebih semangat dan termotivasi untuk menjalankan tugas profesi
sebaik-baiknya.
Pembahasan Pada bagian pembahasan, penulis membagi sub pokok bahasan menjadi
tiga bagian, yaitu :
Professionalisme Guru
guru profesional adalah guru yang mampu membelajarkan peserta
didiknya tentang pengetahuan yang dikuasainya dengan baik.
ABSTRAK
Guru memegang peranan yang sangat strategis dalam kerangka menjalankan fungsi dan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Peran guru nyaris tidak bisa digantikan oleh yang lain, apalagi di dalam masyarakat yang
multikultural dan multidimensional. Oleh karena itu pembinaan dan pengembangan profesi guru harus selalu
menjadi prioritas utama. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan pendidikan yang berkaitan dengan
pengembangan dan peningkatan profesi guru. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dengan jenis pendekatana deskriftif studi kasus. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dengan adanya
kebijakan pendidikan mengenai pengembangan dan peningkatan profesi guru, posisi guru semakin dinaungi oleh
sumber hukum serta dengan adanya Pendidikan Profesi Guru, guru menjadi lebih memiliki pengetahuan dan
profesionalitas sebagai guru.
Kata kunci: analisis kebijakan, guru, pengembangan, profesionalisme, pendidikan profesi guru (PPG)
ABSTRACT
Teachers play a very strategic role in the framework of carrying out the functions and realize the goals of national
education. The role of teachers can hardly be replaced by others, let alone in a multicultural and
multidimensional society. Therefore, guidance and professional development of teachers should always be a top
priority. This study aims to analyze educational policies related to the development and improvement of the
teaching profession. The research method used in this study is a qualitative method with the type of descriptive
approach case study. The results of this study indicate that with the existence of an educational policy on the
development and improvement of the teaching profession, the position of teachers increasingly shaded by legal
sources and with the Professional Teacher Education, teachers become more knowledge and professionalism as a
teacher.
Keywords: policy analysis, teachers, development, professionalism, teacher professional education
Analisis kebijakanprospektif
Analisis Kebijakan Prospektif yang berupa
produksi dan transformasi informasi
diimplementasikan. Analisis kebijakan bentuk analisis yang
disini merupakan suatu alat untuk mengkombinasikan gaya operasi para
mensintesakan informasi untuk dipakai praktisi yang menaruh perhatian pada
dalam merumuskan alternatif dan penciptaan dan transformasi
preferensi kebijakan yang dinyatakan informasi sebelum dan sesudah
secara komparatif, diramalkan dalam tindakan kebijakan diambil. Analisis
bahasa kuantitatif dan kualitatif sebagai kebijakan yang terintegrasi tidak hanya
landasan atau penuntun dalam pengambilan mengharuskan para analis untuk
keputusan kebijakan. mengkaitkan tahap penyelidikan retrospektif
dan perspektif, tetapi juga menuntut para
Analisis kebijakanretrospektif analis untuk terus menerus menghasilkan
Analisis Kebijakan Retrospektif adalah dan mentransformasikan informasi setiap
sebagai penciptaan dan transformasi saat.
informasi sesudah aksi kebijakan Salah satu alasan diperlukan kebijakan
dilakukan. Terdapat 3 tipe analis publik, karena terjadi kegagalan pasar
berdasarkan kegiatan yang dikembangkan (public failure) dan kegagalan pemerintah
oleh kelompok analis ini yakni analis yang (government failure), maka pemerintah
berorientasi pada disiplin, analis yang mempunyai peranan yang sangat besar
berorientasi pada masalah dan analis yang dalam pencapaian alokasi sumber ekonomi
berorientasi pada aplikasi. Tentu saja ketiga yang efisien (Weimer & Vining, 2017).
tipe analisis retrospektif ini terdapat
kelebihan dankelemahan. Analisis Kebijakan Pengembangan dan
Peningkatan Profesi Guru
Analisis kebijakan yangterintegrasi Dilihat dari kondisi pendidikan Indonesia
Analisis Kebijakan yang saat ini, guru masih belum secara
terintegrasi merupakan profesional melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya.
H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho melihat lebih professional (Asmarani, 2014).
proses pendidikan sebagai pengembangan Menurut UU No 14 tahun 2005 bahwa
kepribadian mencakup upaya yang sangat prospek profesi guru adalah profesional,
luas, terdapat banyak teori mengenai terlindungi dan sejahtera. UU Guru juga
kepribadian, strukturnya, memberi perlindungan hukum, termasuk
pengembangannya, serta tujuannya. Proses perlindungan profesi, kesejahteraan, jaminan
pemberdayaan tenaga pendidik dan peserta sosial, hak dan kewajiban.
didik berarti menghormati kebersendirian Guru memiliki klasifikasi, kualifikasi
dari pribadi manusia dan bukan merampas akademik, kompetensi, dan sertifikasi. Guru
hak-hak asasinya dan martabat tenaga memiliki tugas utama mendidik, mengajar,
pendidik dan peserta didik sebagai manusia membimbing,mengarahkan,melatih,menilai,
(Tilaar & Nugroho, 2012:45). mengevaluasi peserta didik(Kimshanov &
Mutu pendidikan masih rendah, hal ini Dyikanbaeva, 2015). Menurut kebijakan,
juga karena mutu guru sendiri masih rendah. guru profesional memiliki panggilan jiwa dan
Memang bukan sepenuhnya salah guru, tapi idealisme, mampu meningkatkan mutu
guru dan pengajar adalah titik sentral pendidikan, memiliki kualifikasi akademik,
pendidikan. Bila kualitas guru bisa memiliki kompetensi sesuai tugasnya,
dinaikkan maka kualitas pendidikan juga tanggung jawab profesional, penghasilan
bisa meningkat. Maka dari itu, perlu sesuai prestasi, mampu mengembangkan
diadakan sertifikasi yang secara efektif keprofesiannya secara berkelanjutan, jaminan
dapat menjadikan guru-guru di Indonesia perlindungan hukum dan memiliki organisasi
profesi (Agung, 2015; Mustofa, 2017).
diamanatkan dalam peraturan perundang-
Dalam upaya mewujudkan Guru
undangan dengan segalakonsekuensinya;
Profesional, ada beberapa poin yang perlu
2) Mewujudkan pembinaan profesi Guru
diperhatikan,antaralain:1)Konsistensikepada
sebagai siklus yang berkesinambungan dan
standarisasi profesi Guru sebagaimana yang
saling mendukung (mulai dari pra-jabatan,
proses rekruitmen dan pembinaan Guru
dalamjabatan); 3) Melakukan
penyempurnaan manajemen pengelolaan
Guru sesuai dengan karakteristiknya; dan 4)
Mewujudkan sinergi peran dan tanggung
jawab antara Guru, Pemerintah, LPTK dan
Organisasi Profesi (Gunawan, 2013).
Pendidikan profesional guru adalah
mengembangkan dan membekali lulusan
dengan standar kompetensi guru mata
pelajaran sehingga lulusan menjadi guru
profesional. Standar kompetensi guru
tersebut dicapai melalui dua tahapan
pendidikan yakni pendidikan S1 dan
pendidikan profesi guru yang dilakukan
secara berkelanjutan. Standar kompetensi
lulusan pada pendidikan S1 adalah
menguasai kompetensi akademik,
sedangkan standar kompetensi yang hendak
dicapai pada program pendidikan profesi
guru adalah kompetensi profesional (Re-
Desain Pendidikan Profesional Guru: 2010).
Pendidikan profesional guru dapat dilalui
melalui dua tahapan pendidikan yakni
pendidikan S1 dan pendidikan profesi guru.
Pendidikan profesi guru membekali dan
mengembangkan kompetensi profesional
melalui praktik mengajar pada seting
otentik lapangan dengan mengaplikasikan
kompetensi akademik yang telah dicapai
pada pendidikan S1. Untuk kepentingan
tersebut, maka diperlukan kualifikasi dan
kompetensi sumber daya manusia, yakni
dosen PPG yang memenuhi persyaratan.
Terdapat 11 peryaratan minimal dosen
PPG, baik yang bersifat administrasi
maupun kompetensi, persyaratan tersebut
adalah: (1) jenjang Pendidikan minimal S2;
(2) memiliki latar belakang kependidikan;
(3) memiliki bidang keahlian kependidikan;
(4)lektor; (5) masa Kerja minimal lima
tahun; (6)memiliki Sertifikat dosen; (7)
memiliki Sertifikat dosen PPG bidang
studi; (8) lulus penyetalaan
Dosen Gurniwan Kamil Pasya, Pemukiman bukan kenaikan pangkat semata;
Penduduk Perkotaan 53 PPG; (9) memiliki secara konsisten dan konsekuen,
kompetensi tentang penelitian tindakan berupaya membangun
kelas (PTK); (10)memiliki kompetensi
tentang penyusunan perangkat
pembelajaran; dan
(11) memiliki kompetensi supervise klinis
(Panduan Program Pendidikan Profesi Guru:
2010).
Efisiensi program pendidikan profesi guru
dipengaruhi oleh komponen sarana
prasaranpendukung ketercapaian standar
proses pada pelaksanaan kegiatan workshop
Subject Spesific Pedagogy (SSP). Kegiatan
workshop SSP dilakukan melalui delapan
tahap, yaitu: pleno 1, diskusi kelompok,
kerja kelompok/mandiri, pleno 2
(peerteaching), revisi, persetujuan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP),
microteaching, refleksi dan revisi (Panduan
Program Pendidikan Profesi Guru: 2010).
Dalam mewujudkan Guru yang Profesional,
masing-masing pihak memiliki peran, antara
lain:
1. Peran LPTK, menjadi “kawah
candradimuka” bagi pendidikan
calon Guru yang paripurna; proses
rekruitmen yang selektif; banyak
memberikan porsi praktek, baik
untuk membangun etika profesi
maupun ketrampilan lain;
mengembangkan berbagai inovasi
untuk memperkaya kemampuan dan
membangun pribadi calon Guru;
berperan sebagai lembaga penguatan
kinerja; membangun kerjasama dan
sinergitas peran dengan
unsur/stakeholderterkait;
2. Peran Guru, penghayatan profesi.
Guru adalah profesi pilihan dan
bukan profesi alternatif dengan
segala konsekuensinya;
pengembangan profesi sebagai
bagian integral yang dilaksanakan
secara inheren dengan pelaksanaan
TUPOKSI Guru, dalam rangka
meningkatkan profesionalisme dan
pribadi sebagai penyandang jabatan profesi lulusan S1 Kependidikan maupun S1/DIV
yangkompeten; non- Kependidikan (sudah menempuh 144-
3. Peran Pemerintah, pembenahan 160 sks) yang memiliki minat dan bakat
manajemen dan pelaksanaan untuk menjadi Guru, mereka akan
kewenangan pengelolaan Guru menempuh 1 (satu) tahun atau lebih
secara lebih tepat; konsistensi Pendidikan tambahan untuk bisa menjadi
pelaksaan reward and punishment; Guru Profesional (mendapatkan 18-20 sks
mempersiapkan berbagai instrumen untuk PGPAUD/ PGSD dan 36-40 sks untuk
yang diperlukan; fasilitasi PGSMTP- PGSMTA).
peningkatan kompetensi Dari penjelasan itu, maka tidak dapat
(revitalisasi KKG/MKKS/MGMP, dikatakan bahwa PPG merupakan jalur
kegiatan bintek teknis yang pintas untuk menjadi guru profesional,
komprehensif, penyediaan media melainkan jalur yang sangat sulit dan lama
ilmiah, wahana kompetisi, untuk ditempuh. Bahkan untuk bisa
kelompok-kelompok mengikuti PPG ini, calon pendaftar juga
pengembangan profesi, diharapkan mengikuti SM-3T yaitu Sarjana
mengembangkan profesi secara Mengajar di daerah Terpencil, Terluar, dan
inheren-adaptif dankontinyu). Terdepan dari wilayah Republik Indonesia.
Sebagai pelaksanaan nyata dari upaya- Setelah lulus dari PPG, maka mereka akan
upaya dan peran-peran diatas, maka mendapat gelar Gr. dan baru bisa menjadi
pemerintah akan melaksanakan kebijakan CPNS. PPG ini juga dibagi menjadi dua,
Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang yaitu Pendidikan pra-jabatan dan Pendidikan
dilaksanakan oleh LPTK yang diberi dalam jabatan. Jumlah calon guru yang
mandat untuk melaksanakannya. Dalam mengikuti PPG ini juga harus disesuaikan
proses pelaksanaannya, PPG diikuti oleh dengan kebutuhan
(supply anddemand)(Pangestika & Alfarisa, belajar baik sistem pengajarannya maupun
2015). tugas-tugas kependidikan lainnya sehingga
Kegiatan Pendidikan Profesi Guru (PPG) diharapkan model pembelajaran akan
bermanfaat bagiGuru, dimana menjadi lebih baik. Selain itu, dengan adanya
1)Memperoleh pengalaman tentang calon guru praktikan dapat memberikan
caraberfikir dan bekerja warna baru walaupun dalam waktu yang
secara interdisipliner sehingga dapat relatif singkat. Sehingga memungkinkan
memahami tentang keterkaitan ilmu dalam siswa mendapat masukan ataupun motivasi
mengatasi permasalahan pendidikan yang terutama yang berkaitan dengan pendidikan
ada disekolah; 2) Menambah pengalaman tinggi yang akan mereka tempuh/jalani pada
dan penghayatan guru tentang proses masa-masaberikutnya.
pendidikan dan pembelajaran disekolah; 3) Sedangkan manfaat bagiMasyarakat yaitu
Mempertajam daya nalar dalam penelaahan tersedianya calon-calon pendidik yang
perumusan dan pemecahan masalah memiliki kualitas yang baik akan
pendidikan yang ada disekolah; 4) menumbuhkan motivasi masyarakat untuk
Memberikan kesempatan kepada semakin mantap dan percaya bahwa dunia
mahasiswa untuk dapat berperan sebagai pendidikan mampu membeirkan pelayanan
motivator, dinamisator, dan yang cukup memuaskan. Hal ini akan
membentuk pemikiran sebagai problem mendorong masyarakat untuk lebih turut aktif
solver dalampembelajaran (Ningrum, 2012). menggalakkan program wajib belajar yang
Manfaat bagiSekolah yaitu menemukan dicanangkan oleh pemerintah. Kelebihan dan
penyegaran serta ide-ide baru dalam proses kekurangan PPG dapat dilihat dari tabel di
bawah ini:
Kelebihan PPG Kekurangan PPG
1. Menciptakan guru 1. Biaya dalam
yang rofesional menempuh PPG
Meningkatkan mahal
kesejahteraan 2. Sosialisasi belum
guru maksimal
2. Semua sarjana 3. Banyak guru
non kependidikan yang belum bisa
bisa masuk PPG keluar dari zona
nyamannya
SIMPULAN
Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan mem-
bentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Aktualitas fungsi
pendidikan memungkinkan berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Guru memegang peranan yang sangat
strategis dalam kerangka menjalankan
fungsi dan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional sebagaimana disebutkan di atas.
Peserta didik sekarang merupakan manusia
masa depan yang diharapkan
mampumenguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, terampil, berwatak dan
berkarakter kebangsaan, serta menjadi insan
agamis.
Peran guru nyaris tidak bisa digantikan oleh
yang lain, apalagi di dalam masyarakat yang
multikultural dan multidimensional, dimana
peran teknologi untuk menggantikan tugas-
tugas guru masih sangat minim. Kalau pun
teknologi pembelajaran tersedia mencukupi,
peran guru yang sesungguhnya tidak akan
tergantikan. Sejarah pendidikan di Indonesia
telah mencatatkan bahwa profesi guru
sebagai profesi yang disadari pentingnya
dan diakui peran strategisnya bagi
pembangunan masa depan bangsa.
Rekomendasi kependidikan adalah anggota masyarakat
Pembinaan dan pengembangan profesi guru yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
harus sejalan dengan kegiatan sejenis bagi menunjang penyelenggaraan pendidikan,
tenaga kependidikan pada umumnya. Dilihat di mana di dalamnya termasuk pendidik.
dari sisi UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidik adalah tenaga kependidikan
Sistem Pendidikan Nasional, profesi guru yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
sesungguhnya termasuk dalam spektrum konselor, pamong belajar, widyaiswara,
profesi kependidikan itu sendiri. Frasa tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain
“tenaga kependidikan” ini sangat dikenal yang sesuai dengan kekhususannya, serta
baik secara akademik maupun regulasi. berpartisipasi dalam menyelenggarakan
Dari persepektif ketenagaan, frasa ini pendidikan. Dengan lahirnya UU No. 14
mencakup dua ranah, yaitu pendidik dan Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru
tenaga kependidkan. Pendidik dan tenaga yang tadinya masuk ke dalam “rumpun
kependidikan (PTK) merupakan dua jenis pendidik”, kini telah memiliki definisi
“profesi” atau pekerjaan yang saling tersendiri.
mengisi. Pendidik, dalam hal ini guru, Padatataran menjalankan tugas keprofesian
dengan derajat profesionalitas tingkat tinggi keseharian, guru Indonesia
sekali pun nyaris tidak berdaya dalam bertanggungjawab mengantarkan peserta
bekerja, tanpa dukungan tenaga didiknya untuk mencapai kedewasaan
kependidikan. Sebaliknya, tenaga sebagai calon pemimpin bangsa pada
kependidikan yang profesional sekali pun semua bidang kehidupan. Dalam
tidak bisa berbuat banyak, tanpa dukungan melaksanakan tugas profesinya itu, guru
pendidik atau guru yang profesional sebagai Indonesia mestinya menyadari sepenuhnya
aktor langsung di dalam dan di luar kelas, bahwa perlu ditetapkan kode etik sebagai
termasuk di laboratoium sekolah. pedoman bersikap dan berperilaku yang
Karenanya, ketika berbicara mengenai mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai
“profesi kependidikan”, semua orang moral dan etika dalam jabatan guru sebagai
akan melirik pada esensi dan eksistensi pendidik putera-puteri bangsa.
PTK itu sendiri. Merujuk pada UU No.
20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Tenaga
DAFTAR RUJUKAN
Agung, G. A. A. (2015). Pengembangan Model Peningkatan Profesionalisme Guru Berkelanjutan Pasca
Sertifikasi Melalui Pendekatan Pengayaan Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi Di Provinsi
Bali.Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan, 5(3), 377–395.
Asmarani, N. (2014). Peningkatan Kompetensi Profesional Guru Di Sekolah Dasar.Bahana Manajemen Pendidikan
| Jurnal Administrasi Pendidikan, 2(1), 60–78. Retrieved from file:///E:/3791-7883-1-SM.pdf
Besharov, D. J., & Oser, J. (2014). Teaching in Today’s Global Classroom: Policy Analysis in Cross-National
Settings. Journal of Public Affairs Education, 19(3), 381–387.
Dunn, W. N. (2016). Public Policy Analysis (fifth). New York: Routledge.
Fattah, N., & Latifah, P. (2012). Analisis kebijakan pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Goodwin, A. L. (2014). Globalization and the preparation of quality teachers: rethinking knowledge domains for
teaching. Teaching Education, 21(1), 19–32. https://doi.org/10.1080/10476210903466901
Goodwin, A. L., & Kosnik, C. (2013). Quality teacher educators = quality teachers? Conceptualizing essential
domains of knowledge for those who teach teachers. Teacher Development: An International Journal of
Teachers’ Professional Development, 17(3), 334–346. https://doi.org/10.1080/13664530.2013.813766
Gunawan, R. (2013). Implementasi Pengembangan Profesionalisme Bagi Guru. Journal of Socius. , 5(2), 89–103.
Retrieved from http://repository.uhamka.ac.id/12/1/2011 jurnal socius makalah Rudy G.pdf
Haddad, W. D. (2013). Education policy-planning process: an applied framework (fifth). United States: The United
Nations Educational, Scientific and Cultural Organization. Retrieved from http://www.unesco.
org/education/pdf/11_200.pdf
Hanushek, E. A. (2015). Policy Analysis: Is It, or Could It Be, the Fifth Estate? Association for Public Policy
Analysis and Management, 4(3), 340–354. Retrieved from http://www.appam.org/assets/1/7/Policy_
Analysis_Is_It,_or_Could_It_Be,_the_Fifth_Estate.pdf
Kimshanov, K., & Dyikanbaeva, T. (2015). Teacher Professional Development and Appraisal. TARBIYA: Journal of
Education in Muslim Society, 2(2), 146–152. https://doi.org/10.15408/TJEMS.V2I2.2802
Masnyur, T. (2012). Pengembangan Profesi, Kecerdasann Emosionla dan Sikap Profesional Guru Sekolah Dasar,
1(1). Retrieved from http://pgsduntad.com/wp-content/uploads/2014/04/Abstrak-8.pdf
Mead, L. M. (2015). Teaching Public Policy: Linking Policy and Politics. Journal of Public Affairs Education,
389(193), 389–403.
Mustofa. (2017). Upaya Pengembangan Profesionalisme Guru Di Indonesia. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, 4(1),
68–84.
Ningrum, E. (2012). Membangun Sinergi Pendidikan Akademik (S1) Dan Pendidikan Profesi Guru (PPG). Jurnal
Pendidikan Geografi, 12(2), 61–70.
Pangestika, R. R., & Alfarisa, F. (2015). Pendidikan Profesi Guru (Ppg): Strategi Pengembangan Profesionalitas
Guru Dan Peningkatan Mutu Pendidikan Indonesia. Prosiding Seminar Nasional , 4(1), 40–51.
Petrie, K., & Mcgee, C. (2012). Teacher Professional Development: Who is the learner? Australian Journal of
Teacher Education, 37(2), 34–56. https://doi.org/10.14221/ajte.2012v37n2.7
Phillips, P. (2013). Professional Development as a Critical Componenet of Continuing Teacher Quality. Australian
Journal of Teacher Education, 33(1), 120–134. https://doi.org/10.14221/ajte.2008v33n1.3
Rahman, B. (2014). Refleksi Diri Dan Peningkatan Profesionalisme Guru.Jurnal Paedagogia, 17(1), 1–12.
Retrieved from file:///E:/5256-11465-4-PB.pdf
Sobri, Y. A. (2016). Model-Model Pengembangan Profesionalisme Guru. Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia
(KONASPI) VIII Tahun, 4(2), 55–67. Retrieved from http://ap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/ Artikel-
Konaspi-AY-Sobri.pdf
Supriadi, O. (2013). Pengembangan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar.Jurnal Tabulrasa PPS Unimed, 6(1), 32–
45.
Tilaar, H. A. ., & Nugroho, R. (2012). Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Timperley, H., Wilson, A., Barrar, H., & Fung, I. (2012). Teacher Professional Learning and Development : Best
Evidence Synthesis Iteration [BES]. Ministry of Education, 3(1), 130–153. Retrieved from http://www.
oecd.org/edu/school/48727127.pdf
Wahab, S. A. (2012). Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Penyusunan Model-Model Implementasi Kebijakan
Publik. Jakarta: Bumi Aksara.
Weimer, D. L., & Vining, A. R. (2017). Public Policy: Concepts and Practice (sixth). New York: Routledge.
JURNAL 2
Abstrak: Sertifikasi guru dinilai sebagai salah satu kebijakan reformasi pendidikan untuk meningkatkan
profesionalisme guru. Keluarnya Undang-Undang Nomor 14/2006 tentang Guru dan Dosen adalah merupakan
tonggak sejarah tentang bagaimana guru dan dosen diakui sejajar sebagai pekerja profesi sebagaimana pula
dokter, insinyur, atau profesi lainnya. Hal ini akan mengubah opini publik terhadap guru menjadi semakin
positif, selain juga akan meningkatkan kepercayaan diri mereka, juga akan menarik minat orang-orang yang
potensial dan berkualitas untuk menjadi guru, serta mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada
sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berwibawa. Berdasarkan elaborasi aspek-aspek profesi guru,
sangat disarankan bahwa peningkatan kemampuan profesional guru merupakan kegiatan yang terintegrasi
dengan kegiatan pembelajaran di sekolah, satu sisi mampu meningkatkan kualitas mengajar mereka sebagai
guru, di sisi lain dapat memberi peluang bagi mereka meningkatkan kemampuan profesional sekaligus
menambah kredit akumulatif mereka untuk kepentingan sertifikasi.
Kata Kunc: profesionalisme guru, UU Guru dan Dosen, Sertifikasi, profesi guru
Abstract: Certification of teacher have been accounted for as one of the education core reforms to improve
teacher professionalism. The release of the Act No. 14/ 2006 for Teacher and Lecturer (at higher education) is
noticeable to be a historical tombstone which sets teacher and lecturer as profession as well as doctor ,
engineer or others. This will change the public perception to teacher to become more positive, to build up the
teacher self-confident, and to magnetize the interest of those first quality candidates to turn out to be
teachers, and to give the public trust back to school as an educational institution. It is highly recommended
that the enhancement of teacher professional capacity to be integrated with the instructional activities
implemented at schools, which, on one hand are capable of improving their quality of teaching as teachers,
on the other hand capable of giving them the opportunities to improve their professional capacity while
toting-up their cummulative credits mandatory for teacher certification.
Key words: Teacher professionalism, Act for Teacher and Lecturer, Certification, Teacher Profession
85
peningkatan strata pendidikan yakni D3, S1, D4 dan
S2. Dengan peningkatan jenjang pendidikan ini
Pendahuluan diharapkan terjadi peningkatan kemampuan
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk akademik dan kompetensinya.
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Salah
Namun peningkatan kualifikasi akademik saja,
satu upaya itu adalah dengan meningkatkan kualitas
tampaknya belum cukup jika tidak diiringi dengan
guru baik melalui penataran dan pelatihan maupun
peningkatan kesejahteraan berupa gaji yang pantas Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 1, Januari 2010
dan sebagainya, sementara sisi lain yang bersamaan mereka juga membutuhkan
kehidupan ekonomi yang layak. Dengan pemikiran
kesejahteraannya kurang diperhatikan.
itulah, maka program sertifikasi guru menjadi angin
segar tersendiri bagi guru karena diasumsikan
dapat meningkatkan kompetensi atau kemampuan
profesional guru dan sekaligus meningkatkan
kesejahteraan guru itu sendiri.
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk
melakukan elaborasi analitis tentang stan-dardisasi
dan sertifikasi profesi guru dalam meningkatkan
profesionalisme guru sesuai dengan amanat
Undang -Undang Guru dan Dosen Nomor 14, Tahun
2006. Hal ini dipandang penting karena
memposisikan guru dan dosen seba-gaimana
halnya profesi lainnya seperti dokter atau akuntan
yang mememerlukan adanya syarat pengakuan
masyarakat bahwa kinerja dan profesi
86
Ade Cahyana, Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Dalam Menghadapi Sertifikasi
guru setara secara sosial dan ekonomi dengan pengetahuan yang dikuasainya dengan baik; b)
profesi dokter atau akuntan. Hal ini merupakan Senang memasuki organisasi Profesi Keguruan.
tagihan terhadap prestasi kebijakan pemerintah dari Suatu pekerjaan dikatakan sebagai jabatan profesi
masyarakat pengguna pendidikan, bahkan sebagai salah satu syaratnya adalah pekerjaan itu memiliki
organisasi profesi dan anggota-anggotanya senang
bentuk akuntabilitas publik terhadap pengeluaran
memasuki organisasi profesi tersebut. Guru sebagai
sumber daya dan sumber dana yang begitu masif
jabatan profesional seharusnya memiliki organisasi
dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun
ini. Fungsi organisasi profesi selain untuk
2006. melindungi kepentingan anggotanya juga sebagai
Kajian Teori dan Pembahasan dina-misator dan motivator anggota untuk mencapai
Berdasarkan peran dan kepentingan program karir yang lebih baik (Kartadinata dalam Meter, 1999).
Konsekuensinya organisasi profesi turut mengontrol
sertifikasi, perlu dikaji terlebih dahulu beberapa hal
kinerja anggota, bagaimana para anggota dalam
tentang a) apa yang dimaksud dengan
memberikan pelayanan pada masyarakat. PGRI
profesionalisme Guru; b) bagaimana aturan dan
sebagai salah satu organisasi guru di Indonesia
pelaksanaan sertifikasi sesuai dengan Undang-
memiliki fungsi: (a) menyatukan seluruh kekuatan
Undang Guru dan Dosen; dan c) makna sertifikasi dalam satu wadah, (b) mengusahakan adanya satu
profesi guru sebagai upaya meningkatkan kesatuan langkah dan tindakan, (3) melindungi
kompetensi (Adiningsih, 2002) kepentingan anggotanya, (d) menyiapkan program-
87
yang mempunyai kode etik yaitu norma-norma Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 1, Januari 2010
kompetensi profesional meliputi: 1) Penguasaan kompetensi guru, hal ini antara lain disebabkan
terhadap landasan kependidikan, yaitu (a) kuatnya resistensi dari kalangan guru sehingga
memahami tujuan pendidikan, (b) mengetahui pelaksanaan sertifikasi berjalan amat lambat.
fungsi sekolah di masyarakat, (c) mengenal prinsip Sebagai contoh dalam kurun waktu sepuluh tahun,
-prinsip psikologi pendidikan; 2) menguasai bahan mulai tahun 1997 – 2006, Amerika Serikat hanya
pengajaran, artinya guru harus memahami dengan mentargetkan 100.000 guru untuk disertifikasi.
baik materi pelajaran yang diajarkan. Penguasaan Bandingkan dengan Indonesia yang dalam kurun
terhadap materi pokok yang ada pada kurikulum waktu yang sama mentargetkan sertifikasi 2,7 juta
maupun bahan pengayaan; 3) guru. sebaliknya kebijakan yang sama telah
berhasil meningkatkan kualitas kompetensi guru di
Singapore dan Korea Selatan.
88
Ade Cahyana, Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Dalam Menghadapi Sertifikasi
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dinyatakan lulus dan mendapat sertifikat pendidik.
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik untuk melengkapi portofolio agar mencapai nilai
yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, lulus, atau b) mengikuti pendidikan dan pelatihan
perancangan dan pelaksanaan pembe-lajaran, profesi guru yang diakhiri dengan evaluasi/
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta penilaian sesuai persyaratan yang ditentukan oleh
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan negara, karena di tangan guru harapan tentang
pendidikan nasional. Pengakuan kedudukan guru kemajuan pendidikan disandarkan. Berhasil atau
sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan tidaknya seseorang dalam pendidikannya selalu
sebuah sertifikat guru. Sertifikat guru adalah bukti terkait dengan guru. Oleh sebab itu, peranan guru
formal pengakuan yang diberikan kepada guru sangat strategis. Guru adalah profesi yang sangat
sebagai tenaga profesional. mulia akan tetapi di lain pihak juga mempunyai
Sertifikat guru didapat melalui proses yang beban psikologis yang tinggi. Untuk menjadi guru
disebut sertifikasi guru. Sertifikat pendidik yang profesional seseorang dituntut untuk
diberikan kepada guru yang telah memenuhi mempunyai kualifikasi akademik, kom-petensi dan
persyaratan. Sertifikasi pendidik diselenggarakan sertifikat pendidik.
oleh perguruan tinggi yang memiliki program Standardisasi dan sertifikasi profesi guru
pengadaan tenaga kependidikan yang ter-akreditasi dapat dipandang sebagai salah sat u core
dan ditetapkan oleh Pemerintah. Peraturan menteri reformasi pendidikan. Indonesia sudah berhasil
di atas melandasi dilak-sanakannya sertifikasi guru melangkah maju dengan melahirkan undang-undang
baru-baru ini. guru dan dosen pada tahun 2006, sebuah tonggak
sejarah yang menempatkan guru dan dosen sebagai
Jika hal ini dikaitkan dengan SDM, seperti profesi sebagaimana halnya dokter, insinyur atau
yang diutarakan Bapak Moedjiman sebagai ketua lainnya. Hal ini akan mengubah persepsi masyarakat
Badan Nasional Sertifikasi Profesi di Indonesia terhadap guru menjadi lebih positif, membangun
yang menyatakan bahwa standarisasi dan kembali kepercayaan diri guru, menarik minat orang-
sertifikasi kompetensi akan dijadikan sebuah orang kelas satu untuk mengambil profesi guru, dan
strategi di dalam paradigma baru pengembangan mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada
SDM berbasis kompetensi karena kompetensi akan sekolah.
menghasilkan produktivitas. Standarisasi profesi
Saran dari tulisan ini agar pertama, sosialisasi
adalah suatu proses penyusunan, penetapan dan
dan bimbingan sertifikasi dilakukan lebih intensif
pemberlakuan serta pemeliharaan pengembangan
dan merata, tidak saja oleh instansi/lembaga
standar kompetensi dalam suatu profesi tertentu.
pendidikan pemerintah tapi juga dapat dilakukan
Oleh karena itu, diharapkan melalui oleh lembaga masyarakat dan organisasi profesi
pelaksanaan sertifikasi guru akan meningkatkan yang memberikan advokasi pada guru. Kedua,
SDM guru pada khususnya dan Indonesia pada adanya pembinaan kegiatan peningkatan kinerja
umumnya. Jika ingin menjadi guru yang profesional guru yang terintegrasi dengan kegiatan
profesional dalam menjalankan pekerjaan pembelajaran di sekolah yang, di satu sisi mampu
seharusnya seorang guru memiliki standar meningkatkan kualitas mengajar mereka sebagai
kompetensi profesi. guru, di sisi lain dapat memberi peluang bagi
mereka meningkatkan kemampuan profesional
Program sertifikasi guru terkait dengan sekaligus menambah kredit akumulatif mereka
peningkatan kompetensi, dalam hal ini adalah untuk kepentingan sertifikasi. Upaya-upaya untuk
konsep manajemen berbasis kompetensi. Melalui menerbitkan pedoman-pedoman penelitian yang
aplikasi kompetensi yang terealisasi melalui terkait dengan materi pem-belajaran yang
sertifikasi guru, institusi pendidikan dapat diajarkan, menerbitkan jurnal-jumal sebagai media
melakukan perubahan ke arah perbaikan dan komunikasi ilmiah antarguru mata pelajaran, dan
pengembangan guru. Kompetensi sangat berguna melaksanakan lomba penelitian atau atau karya
karena kompetensi menjelaskan apa yang tulis bagi para guru adalah beberapa model
dibutuhkan untuk mengimplementasikan tugas dan pembinaan kinerja profesional guru yang sangat
aktivitas untuk hasil yang terbaik dunia pendidikan. direkomendasikan. Ketiga, adanya pembinaan
untuk membiasakan guru mengkomunikasikan
Pustaka Acuan
Adiningsih, NU. Kualitas dan Profesionlisme Guru, Pikiran Rakyat (Online) Oktober, 2002.
(http://www.pikiranrakyat.co)
Balitbang Diknas, Peningkatan Kemampuan Profesional dan Kesejahteraan Guru, Departemen
Pendidikan Nasional, 2007. (Online) http://www.diknas.go.id
Geist, J.R. 2002. Predictors of Faculty Trust in Elementary Schools: Enabling Bureaucracy, Teacher
Professionalism, and Academic Press. Disertation of The Ohio State Universty, diakses dari
http://www.osu.edu.com
Jalal, Fasli. “Sertifikasi Guru Untuk Mewujudkan Pendidikan Yang Bermutu?” Makalah disampaikan pada
seminar pendidikan yang diselenggarakan oleh PPS Unair, pada tanggal 28 April 2007 di Surabaya
Meter, Gede I. 1999. Hubungan antara Kemampuan Akademik, Moivasi Kerja dan Minat Menjadi Guru dengan
Profesionalisme Guru pada Sekolah Dasar Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng. Thesis
Malang. PPS – UM.
Peraturan Menteri Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan
Undang -Undang no. 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen sebagai Tenaga Profesi.