Anda di halaman 1dari 30

Nama : 1.

Mohammad Khoirul Huda (K2517042)

2. Alfiansah Bimo Putro (K2517008)

Prodi : Pendidikan Teknik Mesin

Mata Kuliah : Profesi Kependidikan dan Magang Kependidikan

Dosen : Ngatou Rohman, S.Pd., M.Pd.

REVIEW JURNAL

Jurnal 1 : ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN MENGENAI PENGEMBANGAN DAN


PENINGKATAN PROFESI GURU

Judul Analisis Kebijakan Pendidikan Mengenai Pengembangan dan


Peningkatan Profesi Guru
Jurnal Jurnal Penelitian Pendidikan
Volume & Vol.17 109 halaman
Halaman
Tahun 2017
Penulis Eka Prihatin Disas
Reviewer 1.Alfiansah Bimo Putro

2.Mohammad Khoirul Huda


Tanggal 23 April 2018

Abstrak Jurnal yang berjudul ” Analisis Kebijakan Pendidikan Mengenai


Pengembangan dan Peningkatan Profesi Guru” ini berisi tentang kondisi
pendidikan Indonesia saat ini, dimana guru masih belum secara
profesional melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan inti
pokok pengembangan dan peningkatan profesi guru.

Abstrak yang disajikan penulis hanya menggunakan dua Bahasa yaitu


Bahasa inggris (Bahasa Internasional) dan Bahasa Indonesia. Secara
keseluruhan isi dari abstrak ini langsung menuju ke topic bahasan yang
dibahas dalam jurnal ini, yang menurut saya pembaca menjadi mudah
memahami jurnal ini.

Pengantar Didalam paragraf pertama, penulis menegaskan bahwa pendidikan


merupakan bidang yang sangat penting bagi kehidupan manusia,
pendidikan dapat mendorong peningkatan kualitas manusia dalam bentuk
meningkatnya kompetensi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Masalah
yang dihadapi dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas
kehidupan sangat kompleks, banyak faktor yang harus dipertimbangkan
karena pengaruhnya pada kehidupan manusia tidak dapat diabaikan, yang
jelas disadari bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat
meningkatkan kualitas Sumberdaya manusia suatu bangsa.

Paragraf selanjutnya penulis mengungkapkan bahwa semakin


bekembangnya zaman dan era globalisasi menuntut adanya peningkatan
mutu pendidikan dalam upaya pembangunan pendidikan nasional.

Pada bagian pengantar ini juga penulis juga menjelaskan keberadaan guru
yang profesional dan berkompeten merupakan suatu keharusan untuk
memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran. Guru yang profesional
mampu mencerminkan sosok keguruannya dengan wawasan yang luas
dan memiliki sejumlah kompetensi yang menunjang tugasnya. Dan juga
upaya pengembangan profesionalisme guru perlu terus dilakukan secara
berkelanjutan supaya pengetahuan, pemahaman dan keterampilan
mereka yang berhubungan dengan tugasnya selalu mengikuti
perkembangan kemajuan dunia pendidikan.
Pembahasan Pada bagian pembahasan, penulis membagi sub pokok bahasan menjadi
enam bagian, yaitu :

Isu dan Fenomena Kebijakan Publik


Analisis kebijakan disini merupakan suatu alat untuk mensintesakan
informasi untuk dipakai dalam merumuskan alternatif dan preferensi
kebijakan yang dinyatakan secara komparatif, diramalkan dalam
bahasa kuantitatif dan kualitatif sebagai landasan atau penuntun dalam
pengambilan keputusan kebijakan.

Analisis Kebijakan Publik


Terdapat 3 tipe analis berdasarkan kegiatan yang dikembangkan oleh
kelompok analis ini yakni analis yang berorientasi pada disiplin, analis
yang berorientasi pada masalah dan analis yang berorientasi pada
aplikasi.
Analisis kebijakan prospektif
Bentuk analisis yang mengkombinasikan gaya operasi para praktisi
yang menaruh perhatian pada penciptaan dan transformasi informasi
sebelum dan sesudah tindakan kebijakan diambil.
Analisis kebijakan retrospektif
Terdapat 3 tipe analis berdasarkan kegiatan yang dikembangkan oleh
kelompok analis ini yakni analis yang berorientasi pada disiplin, analis
yang berorientasi pada masalah dan analis yang berorientasi pada
aplikasi.
Analisis kebijakan yangterintegrasi
Analisis kebijakan yang terintegrasi tidak hanya mengharuskan para
analis untuk mengkaitkan tahap penyelidikan retrospektif dan
perspektif, tetapi juga menuntut para analis untuk terus menerus
menghasilkan dan mentransformasikan informasi setiap saat.
Analisis Kebijakan Pengembangan dan Peningkatan Profesi
Guru
Dilihat dari kondisi pendidikan Indonesia saat ini, guru masih belum
secara profesional melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

Dalam sub pokok bahasan diatas penulis menjelaskan dengan sangat rinci
bagaimana penelitian tersebut dilaksanakan, menggunakan metode-
metode yang telah disebutkan diatas. Pembahasan yang dilakukan oleh
penulis mudah dipahami maksud dan tujuannya oleh pembaca .

Simpulan Pada bagian kesimpulan, penulis membuktikan dan menjelaskan


bahwa fungsi pendidikan memungkinkan berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Guru memegang peranan yang sangat strategis dalam kerangka
menjalankan fungsi dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional
sebagaimana disebutkan di atas. Peserta didik sekarang merupakan
manusia masa depan yang diharapkan mampumenguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, terampil, berwatak dan berkarakter
kebangsaan, serta menjadi insan agamis

Kekuatan 1. Teori dan model analisis yang diguakan tepat.


Penelitian 2. Bahasa yang digunakan  oleh penulis mudah dipahami maksud
dan tujuannya oleh pembaca. Analisisnya sangat rinci dan mudah
dipaham.
Kelemahan 1. Penulis kurang lengkap dalam menyimpulkan keseluruhan isi dari
Penelitian jurnal ini.
2. Penulis kurang detail dalam memberikan hasil yang didapat dalam
melakukan penelitiannya.
Jurnal 2 : Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Dalam Menghadapi Sertifikasi.

Judul Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Dalam Menghadapi


Sertifikasi.
Jurnal Jurnal Pendidikan
Volume & Vol.16, No.1
Halaman
Tahun 2010
Penulis Ade Cahyana
Reviewer 1. Alfiansah Bimo Putro

2. Mohammad Khoirul Huda


Tanggal 23 April 2018

Abstrak Jurnal yang berjudul ” Pengembangan Kompetensi Profesional Guru


Dalam Menghadapi Sertifikasi ” ini berisi tentang pengembangan
kompetensi profesional guru melalui sertifikasi. peningkatan
kemampuan profesional guru merupakan kegiatan yang terintegrasi
dengan kegiatan pembelajaran di sekolah, satu sisi mampu
meningkatkan kualitas mengajar mereka sebagai guru, di sisi lain
dapat memberi peluang bagi mereka meningkatkan kemampuan
profesional sekaligus menambah kredit akumulatif mereka untuk
kepentingan sertifikasi.

Abstrak yang disajikan penulis hanya menggunakan dua Bahasa yaitu


Bahasa inggris (Bahasa Internasional) dan Bahasa Indonesia. Secara
keseluruhan isi dari abstrak ini langsung menuju ke topic bahasan yang
dibahas dalam jurnal ini, yang menurut saya pembaca menjadi mudah
memahami jurnal ini.

Pengantar Didalam paragraf pertama, penulis menjelaskan tentang upaya pemerintah


dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Salah satu upaya itu
adalah dengan meningkatkan kualitas guru baik melalui penataran dan
pelatihan maupun peningkatan strata pendidikan yakni D3, D4, S1 dan
S2.
Paragraf selanjutnya penulis mengungkapkan bahwa peningkatan
kualifikasi secara akademik belum cukup dikarenakan tidak diiringi
dengan peningkatan kesejahteraan berupa gaji yang pantas dan tunjangan
profesi dan sebagainya

Pada bagian pengantar ini juga penulis juga menjelaskan, dengan adanya
sertifikasi guru dan pengakuan statusnya berdasarkan hukum yaitu
undang-undang, para guru menyambut dengan antusiasme tinggi, mereka
menjadi lebih semangat dan termotivasi untuk menjalankan tugas profesi
sebaik-baiknya.
Pembahasan Pada bagian pembahasan, penulis membagi sub pokok bahasan menjadi
tiga bagian, yaitu :

Professionalisme Guru
guru profesional adalah guru yang mampu membelajarkan peserta
didiknya tentang pengetahuan yang dikuasainya dengan baik.

Undang – Undang Guru dan Dosen


Undang-Undang Guru dan Dosen (2005), merupakan kebijakan yang
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas kompetensi guru yang salah
satu isinya mengatur mengenai keharusan guru memiliki kualifikasi Strata
1 atau D4, dan memiliki sertifikat profesi.

Sertifikasi Profesi Guru


Untuk dapat menetapkan apakah seorang pendidik sudah memenuhi
standard profesional maka pendidik yang bersangkutan harus mengikuti
uji sertifikasi.
Simpulan Pada bagian kesimpulan, penulis menjelaskan bahwa profesi yang sangat
menentukan kemajuan suatu bangsa atau negara merupakan profesi guru.
Guru yang profesional dituntut untuk mempunyai kualifikasi akademik,
kompetensi dan sertifikat pendidik.
Standardisasi dan sertifikasi profesi guru dapat dipandang sebagai salah
satu reformasi pendidikan. Dengan ini persepsi masyarakat terhadap guru
menjadi lebih positif, membangun kembali kepercayaan diri guru,
menarik minat orang-orang kelas satu untuk mengambil profesi guru, dan
mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada sekolah.
Kekuatan 1. Teori dan model analisis yang diguakan tepat.
Penelitian 2. Analisisnya sangat rinci dan mudah dipahami.
Kelemahan Penulis kurang lengkap dalam menyimpulkan keseluruhan isi dari jurnal
Penelitian ini.
Analisis Kebijakan Pendidikan Mengenai Pengembangan dan ISSN 1412-565 X

Peningkatan Profesi Guru.... (Eka Prihatin Disas) e-ISSN 2541-4135


JURNAL 1

ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN MENGENAI PENGEMBANGAN DAN


PENINGKATAN PROFESI GURU

ANALYSIS OF EDUCATION POLICY ABOUT DEVELOPMENT AND


IMPROVEMENTS TEACHER PROFESSION

Eka Prihatin Disas Universitas


Pendidikan Indonesia E-mail:
ekaprihatin@upi.edu

ABSTRAK
Guru memegang peranan yang sangat strategis dalam kerangka menjalankan fungsi dan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Peran guru nyaris tidak bisa digantikan oleh yang lain, apalagi di dalam masyarakat yang
multikultural dan multidimensional. Oleh karena itu pembinaan dan pengembangan profesi guru harus selalu
menjadi prioritas utama. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan pendidikan yang berkaitan dengan
pengembangan dan peningkatan profesi guru. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dengan jenis pendekatana deskriftif studi kasus. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dengan adanya
kebijakan pendidikan mengenai pengembangan dan peningkatan profesi guru, posisi guru semakin dinaungi oleh
sumber hukum serta dengan adanya Pendidikan Profesi Guru, guru menjadi lebih memiliki pengetahuan dan
profesionalitas sebagai guru.
Kata kunci: analisis kebijakan, guru, pengembangan, profesionalisme, pendidikan profesi guru (PPG)

ABSTRACT
Teachers play a very strategic role in the framework of carrying out the functions and realize the goals of national
education. The role of teachers can hardly be replaced by others, let alone in a multicultural and
multidimensional society. Therefore, guidance and professional development of teachers should always be a top
priority. This study aims to analyze educational policies related to the development and improvement of the
teaching profession. The research method used in this study is a qualitative method with the type of descriptive
approach case study. The results of this study indicate that with the existence of an educational policy on the
development and improvement of the teaching profession, the position of teachers increasingly shaded by legal
sources and with the Professional Teacher Education, teachers become more knowledge and professionalism as a
teacher.
Keywords: policy analysis, teachers, development, professionalism, teacher professional education

PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman dan era


Pendidikan merupakan bidang yang sangat globalisasi yang sangat pesat menuntut
penting bagi kehidupan manusia, pendidikan adanya peningkatan mutu pendidikan. Setiap
dapat mendorong peningkatan kualitas sistem pendidikan harus mampu melakukan
manusia dalam bentuk meningkatnya
kompetensi kognitif, afektif, maupun
psikomotor. Masalah yang dihadapi dalam
upaya memperbaiki dan meningkatkan
kualitas kehidupan sangat kompleks, banyak
faktor yang harus dipertimbangkan karena
pengaruhnya pada kehidupan manusia tidak
dapat diabaikan, yang jelas disadari bahwa
pendidikan merupakan salah satu faktor
yang dapat meningkatkan kualitas
Sumberdaya manusia suatu bangsa
(Timperley, Wilson, Barrar, & Fung, 2012;
Rahman, 2014).
perubahan-perubahan ke arah perbaikan
dan peningkatan mutu (Goodwin, 2014).
Dalam upaya pembangunan pendidikan
nasional, sangat diperlukan guru (pendidik)
dalam standard mutu kompetensi dan
profesionalisme yang terjamin. Untuk
mencapai jumlah guru profesional yang
dapat menggerakan dinamika kemajuan
pendidikan nasional diperlukan suatu
proses pembinaan berkesinambungan, tepat
sasaran dan efektif (Petrie & Mcgee, 2012).
Pada peradaban bangsa manapun termasuk
Indonesia, profesi guru bermakna strategis
karena penyandangnya mengemban tugas
sejati bagi proses kemanusiaan,
pemanusiaan, pencerdasan, pembudayaan,
dan pembangun karakter bangsa. Makna
strategis guru sekaligus meniscayakan
pengakuan guru sebagai profesi. Lahirnya
Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005
Analisis Kebijakan Pendidikan Mengenai Pengembangan ISSN 1412-565 X
dan Peningkatan Profesi Guru.... (Eka Prihatin Disas) e-ISSN 2541-4135

tentang Guru dan Dosen, merupakan bentuk perkawinan, kekurangmampuan, orientasi


nyata pengakuan atas profesi guru dengan
segala dimensinya. Di dalam UU No. 14
Tahun 2005 ini disebutkan bahwa guru
adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Sebagai implikasi dari UU No.
14 Tahun 2005, guru harus menjalani proses
sertifikasi untuk mendapatkan Sertifikat
Pendidik. Guru yang diangkat sejak
diundangkannya UU ini, menempuh
program sertifikasi guru dalam jabatan, yang
diharapkan bisa tuntas sampai dengan 2015.
Pada spektrum yang lebih luas, pengakuan
atas profesi guru secara lateral
memunculkan banyak gagasan. Pertama,
diperlukan ekstrakapasitas untuk
menyediakan gagasan. Guru yang
profesional sejati dalam jumlah yang cukup,
sehingga peserta didik memasuki bangku
sekolah tidak terjebak pada hal yang sia-sia
akibat layanan pendidikan dan pembelajaran
yang buruk (Phillips, 2013).
Kedua, regulasi yang implementasinya taat
asas dalam penempatan dan penugasan guru
agar tidak terjadi diskriminasi akses layanan
pendidikan bagi mereka yang berada pada
titik-titik terluar wilayah negara, di tempat-
tempat yang sulit dijangkau karena
keterisolasian, dan di daerah-daerah yang
penuhkonflik.
Ketiga, komitmen guru untuk mewujudkan
hak semua warga negara atas pendidikan
yang berkualitas melalui pendanaan dan
pengaturan negara atas sistem pendidikan.
Keempat, meningkatkan kesejahteraan dan
status guru serta tenaga kependidikan
lainnya melalui penerapan yang efektif atas
hak asasi dan kebebasan profesional mereka.
Kelima, menghilangkan segala bentuk
diskriminasi layanan guru dalam bidang
pendidikan dan pembelajaran, khususnya
yang berkaitan dengan jender, ras, status
Analisis Kebijakan Pendidikan Mengenai Pengembangan ISSN 1412-565 X
dan Peningkatan Profesi Guru.... (Eka Prihatin Disas) e-ISSN 2541-4135
seksual, usia, agama, afiliasi politik perlindungan, kesejahteraan,
atauopini, status sosial dan ekonomi, suku pembinaan karir,
bangsa, adat istiadat, serta mendorong pengembangan keprofesian berkelanjutan,
pemahaman, toleransi, dan penghargaan pengawasan etika profesi, serta pengelolaan
atas keragaman budaya komunitas guru di daerah khusus yang relevan dengan
(Goodwin & Kosnik, 2013). tuntutan kekinian dan masa depan
Keenam, mendorong demokrasi, (Masnyur, 2012; Asmarani, 2014).
pembangunan berkelanjutan, perdagangan Keberadaan guru yang profesional dan
yang fair, layanan sosial dasar, kesehatan berkompeten merupakan suatu keharusan
dan keamanan, melalui solidaritas dan untuk memudahkan pencapaian tujuan
kerjasama di antara anggota organisasi pembelajaran. Guru yang profesional
guru di mancanegara, gerakan organisasi mampu mencerminkan sosok keguruannya
kekaryaan internasional, dan masyarakat dengan wawasan yang luas dan memiliki
madani (Besharov & Oser, 2014). sejumlah kompetensi yang menunjang
Beranjak dari pemikiran teoritis di atas, tugasnya (Sobri, 2016). Upaya
diperlukan upaya untuk merumuskan pengembangan profesionalisme guru perlu
kebijakan dan pengembangan profesi guru. terus dilakukan secara berkelanjutan supaya
Itu sebabnya, akhir-akhir ini makin kuat pengetahuan, pemahaman dan keterampilan
dorongan untuk melakukan kaji ulang mereka yang berhubungan dengan tugasnya
atas sistem pengelolaan guru, terutama selalu mengikuti perkembangan kemajuan
berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen, dunia pendidikan (Supriadi, 2013). Untuk
pengangkatan dan penempatan, sistem tujuan itu, Kementerian Pendidikan dan
distribusi, sertifikasi, peningkatan kebudayaan selalu berusaha untuk
kualifikasi dan kompetensi, penilaian menyempurnakan
kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan
kebijakan di bidang pembinaan dan diteliti mengenai kebijakan pengembangan
pengembangan profesi guru. dan peningkatan profesi guru dalam rangka
untuk mewujudkan tujuan pendidikan
METODE nasional. Penelitian ini memusatkan diri
Metode yang dipakai dalam penelitian ini secara intensif terhadap kebijakan
adalah metode kualitatif, metode ini dipilih pengembangan dan peningkatan profesi guru
karena bertujuan untuk menentukan cara dan mempelajarinya sebagai suatu kasus.
mencari, mengumpulkan, mengolah dan Data yang diambil dalam penelitian ini
menganalisis data dari hasil penelitian berasal dari berbagai sumber dan hasil
tersebut. Adapun jenis pendekatan penelitian yang bersangkutan dengan kasus
penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian yang diselidiki.
deskriptif yaitu penelitian yang berusaha
untuk menuturkan pemecahan masalah HASIL DAN PEMBAHASAN
yang ada sekarang berdasarkan data-data. Isu dan Fenomena Kebijakan Publik
Jenis pendekatan deskriptif yang diapakai Dalam Kebijakan Pengembangan dan
dalam penelitian ini adalah studi kasus. Peningkatan Guru ini banyak dibahas
Studi kasus termasuk ke dalam penelitian mengenai isu tentang peningkatan dan
analisis deskriptif yang mana penelitiannya pengembangan profesi guru yang sekarang
terfokus pada suatu kasus tertentu yang berkembang di media mengenai perubahan
diamati dan dianalisis secara cermat. pola PLPG menjadi PPG. Menurut Wahab
Analisis ini dilakukan terhadap berbagai (2012:95) bahwa lingkup analisis kebijakan
faktor yang terkait dengan kasus yang publik (public policy analysis), makna yang
diteliti, dalam penelitian ini kasus yang terkandung dalam terminologi “isu” bukanlah
Analisis Kebijakan Pendidikan Mengenai Pengembangan ISSN 1412-565 X
dan Peningkatan Profesi Guru.... (Eka Prihatin Disas) e-ISSN 2541-4135
seperti apa yang umumnya dipahami oleh
Jadi pada intinya isu-isu kebijakan (policy
orang awam dalam perbincangan sehari-
issues) lazimnya muncul karena telah terjadi
hari.
silang pendapat di antara para pemangku
kepentingan mengenai arah tindakan yang
telah atau akan ditempuh, atau pertentangan
pandangan mengenai karakter permasalahan
itu sendiri.

Analisis Kebijakan Publik


Analisis kebijakan merupakan penelitian
sosial terapan yang secara sistematis disusun
dalam rangka mengetahui substansi dari
kebijakan agar dapat diketahui secara jelas
informasi mengenai masalah-masalah yang
dijawab oleh kebijakan dan masalah-
masalah yang mungkin timbul sebagai
akibat dari penerapan kebijakan. Ruang
lingkup dan metode analisis kebijakan
umumnya bersifat deskriptif dan faktual
mengenai sebab-sebab dan akibat-akibat
suatu kebijakan.
MenurutFattah & Latifah (2012:134) bahwa
kebijakan publik mengacu pada semua
wilayah tindakan pemerintah yang
membentang dari kebijakan ekonomi
hingga kebijakan yang biasanya merujuk
pada kebijakan sosial termasuk pendidikan,
kesehatan, dan wilayah kesejahteraan
lainnya.
Kebijakan pendidikan khususnya kebijakan
tentang Pengembangan dan peningkatan
profesi guru setidaknya harus memenuhi
tantangan dan tuntutan global dan
perkembangan jaman sebagaimana
diungkapkan oleh Fattah & Latifah
(2012:145) bahwa analisis kebijakan
pendidikan menggambarkan bagaimana
Negara merencanakan dan menuju pada
prioritas pendidikan, kemudian hasil analisis
tersebut harus dijelaskan oleh adanya faktor-
faktor global kebijakannya.
Dunn (2016) mengemukakan bahwa analisis
kebijakan adalah suatu disiplin ilmu sosial
terapan yang menggunakan berbagai macam
metode penelitian dan argumen untuk
menghasilkan dan memindahkan informasi
yang relevan dengan kebijakan, sehingga
dapat dimanfaatkan ditingkat politik dalam
rangka memecahkan masalah-masalah sebelum aksi kebijakan dimulai dan
kebijakan.
Mead (2015:1) mengemukakan bahwa the
product of policy analysis is advice.
Specifically, it is advice that inform some
public policy decision. Jadi analisis
kebijakan publik lebih merupakan nasehat
atau bahan pertimbangan pembuat kebijakan
publik yang berisi tentang masalah yang
dihadapi, tugas yang mesti dilakukan oleh
organisasi publik berkaitan dengan masalah
tersebut, dan juga berbagai alternatif
kebijakan yang mungkin bisa diambil
dengan berbagai penilaiannya berdasarkan
tujuan kebijakan.
Analisis kebijakan publik bertujuan
memberikan rekomendasi untuk membantu
para pembuat kebijakan dalam upaya
memecahkan masalah-masalah publik. Di
dalam analisis kebijakan publik terdapat
informasi-informasi berkaitan dengan
masalah-masalah publik serta argumen-
argumen tentang berbagai alternatif
kebijakan, sebagai bahan pertimbangan atau
masukan kepada pihak pembuat kebijakan
(Hanushek, 2015).
Analisis kebijakan publik berdasarkan
kajian kebijakannya dapat dibedakan
antara analisis kebijakan sebelum adanya
kebijakan publik tertentu dan sesudah
adanya kebijakan publik tertentu. Analisis
kebijakan sebelum adanya kebijakan publik
berpijak pada permasalahan publik semata
sehingga hasilnya benar-benar sebuah
rekomendasi kebijakan publik yang baru
(Haddad, 2013). Keduanya baik analisis
kebijakan sebelum maupun sesudah adanya
kebijakan mempunyai tujuan yang sama
yakni memberikan rekomendasi kebijakan
kepada penentu kebijakan agar didapat
kebijakan yang lebih berkualitas. Dunn
(2016:117) membedakan tiga bentuk utama
analisis kebijakan publik, yaitu:

Analisis kebijakanprospektif
Analisis Kebijakan Prospektif yang berupa
produksi dan transformasi informasi
diimplementasikan. Analisis kebijakan bentuk analisis yang
disini merupakan suatu alat untuk mengkombinasikan gaya operasi para
mensintesakan informasi untuk dipakai praktisi yang menaruh perhatian pada
dalam merumuskan alternatif dan penciptaan dan transformasi
preferensi kebijakan yang dinyatakan informasi sebelum dan sesudah
secara komparatif, diramalkan dalam tindakan kebijakan diambil. Analisis
bahasa kuantitatif dan kualitatif sebagai kebijakan yang terintegrasi tidak hanya
landasan atau penuntun dalam pengambilan mengharuskan para analis untuk
keputusan kebijakan. mengkaitkan tahap penyelidikan retrospektif
dan perspektif, tetapi juga menuntut para
Analisis kebijakanretrospektif analis untuk terus menerus menghasilkan
Analisis Kebijakan Retrospektif adalah dan mentransformasikan informasi setiap
sebagai penciptaan dan transformasi saat.
informasi sesudah aksi kebijakan Salah satu alasan diperlukan kebijakan
dilakukan. Terdapat 3 tipe analis publik, karena terjadi kegagalan pasar
berdasarkan kegiatan yang dikembangkan (public failure) dan kegagalan pemerintah
oleh kelompok analis ini yakni analis yang (government failure), maka pemerintah
berorientasi pada disiplin, analis yang mempunyai peranan yang sangat besar
berorientasi pada masalah dan analis yang dalam pencapaian alokasi sumber ekonomi
berorientasi pada aplikasi. Tentu saja ketiga yang efisien (Weimer & Vining, 2017).
tipe analisis retrospektif ini terdapat
kelebihan dankelemahan. Analisis Kebijakan Pengembangan dan
Peningkatan Profesi Guru
Analisis kebijakan yangterintegrasi Dilihat dari kondisi pendidikan Indonesia
Analisis Kebijakan yang saat ini, guru masih belum secara
terintegrasi merupakan profesional melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya.
H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho melihat lebih professional (Asmarani, 2014).
proses pendidikan sebagai pengembangan Menurut UU No 14 tahun 2005 bahwa
kepribadian mencakup upaya yang sangat prospek profesi guru adalah profesional,
luas, terdapat banyak teori mengenai terlindungi dan sejahtera. UU Guru juga
kepribadian, strukturnya, memberi perlindungan hukum, termasuk
pengembangannya, serta tujuannya. Proses perlindungan profesi, kesejahteraan, jaminan
pemberdayaan tenaga pendidik dan peserta sosial, hak dan kewajiban.
didik berarti menghormati kebersendirian Guru memiliki klasifikasi, kualifikasi
dari pribadi manusia dan bukan merampas akademik, kompetensi, dan sertifikasi. Guru
hak-hak asasinya dan martabat tenaga memiliki tugas utama mendidik, mengajar,
pendidik dan peserta didik sebagai manusia membimbing,mengarahkan,melatih,menilai,
(Tilaar & Nugroho, 2012:45). mengevaluasi peserta didik(Kimshanov &
Mutu pendidikan masih rendah, hal ini Dyikanbaeva, 2015). Menurut kebijakan,
juga karena mutu guru sendiri masih rendah. guru profesional memiliki panggilan jiwa dan
Memang bukan sepenuhnya salah guru, tapi idealisme, mampu meningkatkan mutu
guru dan pengajar adalah titik sentral pendidikan, memiliki kualifikasi akademik,
pendidikan. Bila kualitas guru bisa memiliki kompetensi sesuai tugasnya,
dinaikkan maka kualitas pendidikan juga tanggung jawab profesional, penghasilan
bisa meningkat. Maka dari itu, perlu sesuai prestasi, mampu mengembangkan
diadakan sertifikasi yang secara efektif keprofesiannya secara berkelanjutan, jaminan
dapat menjadikan guru-guru di Indonesia perlindungan hukum dan memiliki organisasi
profesi (Agung, 2015; Mustofa, 2017).
diamanatkan dalam peraturan perundang-
Dalam upaya mewujudkan Guru
undangan dengan segalakonsekuensinya;
Profesional, ada beberapa poin yang perlu
2) Mewujudkan pembinaan profesi Guru
diperhatikan,antaralain:1)Konsistensikepada
sebagai siklus yang berkesinambungan dan
standarisasi profesi Guru sebagaimana yang
saling mendukung (mulai dari pra-jabatan,
proses rekruitmen dan pembinaan Guru
dalamjabatan); 3) Melakukan
penyempurnaan manajemen pengelolaan
Guru sesuai dengan karakteristiknya; dan 4)
Mewujudkan sinergi peran dan tanggung
jawab antara Guru, Pemerintah, LPTK dan
Organisasi Profesi (Gunawan, 2013).
Pendidikan profesional guru adalah
mengembangkan dan membekali lulusan
dengan standar kompetensi guru mata
pelajaran sehingga lulusan menjadi guru
profesional. Standar kompetensi guru
tersebut dicapai melalui dua tahapan
pendidikan yakni pendidikan S1 dan
pendidikan profesi guru yang dilakukan
secara berkelanjutan. Standar kompetensi
lulusan pada pendidikan S1 adalah
menguasai kompetensi akademik,
sedangkan standar kompetensi yang hendak
dicapai pada program pendidikan profesi
guru adalah kompetensi profesional (Re-
Desain Pendidikan Profesional Guru: 2010).
Pendidikan profesional guru dapat dilalui
melalui dua tahapan pendidikan yakni
pendidikan S1 dan pendidikan profesi guru.
Pendidikan profesi guru membekali dan
mengembangkan kompetensi profesional
melalui praktik mengajar pada seting
otentik lapangan dengan mengaplikasikan
kompetensi akademik yang telah dicapai
pada pendidikan S1. Untuk kepentingan
tersebut, maka diperlukan kualifikasi dan
kompetensi sumber daya manusia, yakni
dosen PPG yang memenuhi persyaratan.
Terdapat 11 peryaratan minimal dosen
PPG, baik yang bersifat administrasi
maupun kompetensi, persyaratan tersebut
adalah: (1) jenjang Pendidikan minimal S2;
(2) memiliki latar belakang kependidikan;
(3) memiliki bidang keahlian kependidikan;
(4)lektor; (5) masa Kerja minimal lima
tahun; (6)memiliki Sertifikat dosen; (7)
memiliki Sertifikat dosen PPG bidang
studi; (8) lulus penyetalaan
Dosen Gurniwan Kamil Pasya, Pemukiman bukan kenaikan pangkat semata;
Penduduk Perkotaan 53 PPG; (9) memiliki secara konsisten dan konsekuen,
kompetensi tentang penelitian tindakan berupaya membangun
kelas (PTK); (10)memiliki kompetensi
tentang penyusunan perangkat
pembelajaran; dan
(11) memiliki kompetensi supervise klinis
(Panduan Program Pendidikan Profesi Guru:
2010).
Efisiensi program pendidikan profesi guru
dipengaruhi oleh komponen sarana
prasaranpendukung ketercapaian standar
proses pada pelaksanaan kegiatan workshop
Subject Spesific Pedagogy (SSP). Kegiatan
workshop SSP dilakukan melalui delapan
tahap, yaitu: pleno 1, diskusi kelompok,
kerja kelompok/mandiri, pleno 2
(peerteaching), revisi, persetujuan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP),
microteaching, refleksi dan revisi (Panduan
Program Pendidikan Profesi Guru: 2010).
Dalam mewujudkan Guru yang Profesional,
masing-masing pihak memiliki peran, antara
lain:
1. Peran LPTK, menjadi “kawah
candradimuka” bagi pendidikan
calon Guru yang paripurna; proses
rekruitmen yang selektif; banyak
memberikan porsi praktek, baik
untuk membangun etika profesi
maupun ketrampilan lain;
mengembangkan berbagai inovasi
untuk memperkaya kemampuan dan
membangun pribadi calon Guru;
berperan sebagai lembaga penguatan
kinerja; membangun kerjasama dan
sinergitas peran dengan
unsur/stakeholderterkait;
2. Peran Guru, penghayatan profesi.
Guru adalah profesi pilihan dan
bukan profesi alternatif dengan
segala konsekuensinya;
pengembangan profesi sebagai
bagian integral yang dilaksanakan
secara inheren dengan pelaksanaan
TUPOKSI Guru, dalam rangka
meningkatkan profesionalisme dan
pribadi sebagai penyandang jabatan profesi lulusan S1 Kependidikan maupun S1/DIV
yangkompeten; non- Kependidikan (sudah menempuh 144-
3. Peran Pemerintah, pembenahan 160 sks) yang memiliki minat dan bakat
manajemen dan pelaksanaan untuk menjadi Guru, mereka akan
kewenangan pengelolaan Guru menempuh 1 (satu) tahun atau lebih
secara lebih tepat; konsistensi Pendidikan tambahan untuk bisa menjadi
pelaksaan reward and punishment; Guru Profesional (mendapatkan 18-20 sks
mempersiapkan berbagai instrumen untuk PGPAUD/ PGSD dan 36-40 sks untuk
yang diperlukan; fasilitasi PGSMTP- PGSMTA).
peningkatan kompetensi Dari penjelasan itu, maka tidak dapat
(revitalisasi KKG/MKKS/MGMP, dikatakan bahwa PPG merupakan jalur
kegiatan bintek teknis yang pintas untuk menjadi guru profesional,
komprehensif, penyediaan media melainkan jalur yang sangat sulit dan lama
ilmiah, wahana kompetisi, untuk ditempuh. Bahkan untuk bisa
kelompok-kelompok mengikuti PPG ini, calon pendaftar juga
pengembangan profesi, diharapkan mengikuti SM-3T yaitu Sarjana
mengembangkan profesi secara Mengajar di daerah Terpencil, Terluar, dan
inheren-adaptif dankontinyu). Terdepan dari wilayah Republik Indonesia.
Sebagai pelaksanaan nyata dari upaya- Setelah lulus dari PPG, maka mereka akan
upaya dan peran-peran diatas, maka mendapat gelar Gr. dan baru bisa menjadi
pemerintah akan melaksanakan kebijakan CPNS. PPG ini juga dibagi menjadi dua,
Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang yaitu Pendidikan pra-jabatan dan Pendidikan
dilaksanakan oleh LPTK yang diberi dalam jabatan. Jumlah calon guru yang
mandat untuk melaksanakannya. Dalam mengikuti PPG ini juga harus disesuaikan
proses pelaksanaannya, PPG diikuti oleh dengan kebutuhan
(supply anddemand)(Pangestika & Alfarisa, belajar baik sistem pengajarannya maupun
2015). tugas-tugas kependidikan lainnya sehingga
Kegiatan Pendidikan Profesi Guru (PPG) diharapkan model pembelajaran akan
bermanfaat bagiGuru, dimana menjadi lebih baik. Selain itu, dengan adanya
1)Memperoleh pengalaman tentang calon guru praktikan dapat memberikan
caraberfikir dan bekerja warna baru walaupun dalam waktu yang
secara interdisipliner sehingga dapat relatif singkat. Sehingga memungkinkan
memahami tentang keterkaitan ilmu dalam siswa mendapat masukan ataupun motivasi
mengatasi permasalahan pendidikan yang terutama yang berkaitan dengan pendidikan
ada disekolah; 2) Menambah pengalaman tinggi yang akan mereka tempuh/jalani pada
dan penghayatan guru tentang proses masa-masaberikutnya.
pendidikan dan pembelajaran disekolah; 3) Sedangkan manfaat bagiMasyarakat yaitu
Mempertajam daya nalar dalam penelaahan tersedianya calon-calon pendidik yang
perumusan dan pemecahan masalah memiliki kualitas yang baik akan
pendidikan yang ada disekolah; 4) menumbuhkan motivasi masyarakat untuk
Memberikan kesempatan kepada semakin mantap dan percaya bahwa dunia
mahasiswa untuk dapat berperan sebagai pendidikan mampu membeirkan pelayanan
motivator, dinamisator, dan yang cukup memuaskan. Hal ini akan
membentuk pemikiran sebagai problem mendorong masyarakat untuk lebih turut aktif
solver dalampembelajaran (Ningrum, 2012). menggalakkan program wajib belajar yang
Manfaat bagiSekolah yaitu menemukan dicanangkan oleh pemerintah. Kelebihan dan
penyegaran serta ide-ide baru dalam proses kekurangan PPG dapat dilihat dari tabel di
bawah ini:
Kelebihan PPG Kekurangan PPG
1. Menciptakan guru 1. Biaya dalam
yang rofesional menempuh PPG
Meningkatkan mahal
kesejahteraan 2. Sosialisasi belum
guru maksimal
2. Semua sarjana 3. Banyak guru
non kependidikan yang belum bisa
bisa masuk PPG keluar dari zona
nyamannya

SIMPULAN
Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan mem-
bentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Aktualitas fungsi
pendidikan memungkinkan berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Guru memegang peranan yang sangat
strategis dalam kerangka menjalankan
fungsi dan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional sebagaimana disebutkan di atas.
Peserta didik sekarang merupakan manusia
masa depan yang diharapkan
mampumenguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, terampil, berwatak dan
berkarakter kebangsaan, serta menjadi insan
agamis.
Peran guru nyaris tidak bisa digantikan oleh
yang lain, apalagi di dalam masyarakat yang
multikultural dan multidimensional, dimana
peran teknologi untuk menggantikan tugas-
tugas guru masih sangat minim. Kalau pun
teknologi pembelajaran tersedia mencukupi,
peran guru yang sesungguhnya tidak akan
tergantikan. Sejarah pendidikan di Indonesia
telah mencatatkan bahwa profesi guru
sebagai profesi yang disadari pentingnya
dan diakui peran strategisnya bagi
pembangunan masa depan bangsa.
Rekomendasi kependidikan adalah anggota masyarakat
Pembinaan dan pengembangan profesi guru yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
harus sejalan dengan kegiatan sejenis bagi menunjang penyelenggaraan pendidikan,
tenaga kependidikan pada umumnya. Dilihat di mana di dalamnya termasuk pendidik.
dari sisi UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidik adalah tenaga kependidikan
Sistem Pendidikan Nasional, profesi guru yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
sesungguhnya termasuk dalam spektrum konselor, pamong belajar, widyaiswara,
profesi kependidikan itu sendiri. Frasa tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain
“tenaga kependidikan” ini sangat dikenal yang sesuai dengan kekhususannya, serta
baik secara akademik maupun regulasi. berpartisipasi dalam menyelenggarakan
Dari persepektif ketenagaan, frasa ini pendidikan. Dengan lahirnya UU No. 14
mencakup dua ranah, yaitu pendidik dan Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru
tenaga kependidkan. Pendidik dan tenaga yang tadinya masuk ke dalam “rumpun
kependidikan (PTK) merupakan dua jenis pendidik”, kini telah memiliki definisi
“profesi” atau pekerjaan yang saling tersendiri.
mengisi. Pendidik, dalam hal ini guru, Padatataran menjalankan tugas keprofesian
dengan derajat profesionalitas tingkat tinggi keseharian, guru Indonesia
sekali pun nyaris tidak berdaya dalam bertanggungjawab mengantarkan peserta
bekerja, tanpa dukungan tenaga didiknya untuk mencapai kedewasaan
kependidikan. Sebaliknya, tenaga sebagai calon pemimpin bangsa pada
kependidikan yang profesional sekali pun semua bidang kehidupan. Dalam
tidak bisa berbuat banyak, tanpa dukungan melaksanakan tugas profesinya itu, guru
pendidik atau guru yang profesional sebagai Indonesia mestinya menyadari sepenuhnya
aktor langsung di dalam dan di luar kelas, bahwa perlu ditetapkan kode etik sebagai
termasuk di laboratoium sekolah. pedoman bersikap dan berperilaku yang
Karenanya, ketika berbicara mengenai mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai
“profesi kependidikan”, semua orang moral dan etika dalam jabatan guru sebagai
akan melirik pada esensi dan eksistensi pendidik putera-puteri bangsa.
PTK itu sendiri. Merujuk pada UU No.
20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Tenaga

DAFTAR RUJUKAN
Agung, G. A. A. (2015). Pengembangan Model Peningkatan Profesionalisme Guru Berkelanjutan Pasca
Sertifikasi Melalui Pendekatan Pengayaan Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi Di Provinsi
Bali.Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan, 5(3), 377–395.
Asmarani, N. (2014). Peningkatan Kompetensi Profesional Guru Di Sekolah Dasar.Bahana Manajemen Pendidikan
| Jurnal Administrasi Pendidikan, 2(1), 60–78. Retrieved from file:///E:/3791-7883-1-SM.pdf
Besharov, D. J., & Oser, J. (2014). Teaching in Today’s Global Classroom: Policy Analysis in Cross-National
Settings. Journal of Public Affairs Education, 19(3), 381–387.
Dunn, W. N. (2016). Public Policy Analysis (fifth). New York: Routledge.
Fattah, N., & Latifah, P. (2012). Analisis kebijakan pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Goodwin, A. L. (2014). Globalization and the preparation of quality teachers: rethinking knowledge domains for
teaching. Teaching Education, 21(1), 19–32. https://doi.org/10.1080/10476210903466901
Goodwin, A. L., & Kosnik, C. (2013). Quality teacher educators = quality teachers? Conceptualizing essential
domains of knowledge for those who teach teachers. Teacher Development: An International Journal of
Teachers’ Professional Development, 17(3), 334–346. https://doi.org/10.1080/13664530.2013.813766
Gunawan, R. (2013). Implementasi Pengembangan Profesionalisme Bagi Guru. Journal of Socius. , 5(2), 89–103.
Retrieved from http://repository.uhamka.ac.id/12/1/2011 jurnal socius makalah Rudy G.pdf
Haddad, W. D. (2013). Education policy-planning process: an applied framework (fifth). United States: The United
Nations Educational, Scientific and Cultural Organization. Retrieved from http://www.unesco.
org/education/pdf/11_200.pdf
Hanushek, E. A. (2015). Policy Analysis: Is It, or Could It Be, the Fifth Estate? Association for Public Policy
Analysis and Management, 4(3), 340–354. Retrieved from http://www.appam.org/assets/1/7/Policy_
Analysis_Is_It,_or_Could_It_Be,_the_Fifth_Estate.pdf
Kimshanov, K., & Dyikanbaeva, T. (2015). Teacher Professional Development and Appraisal. TARBIYA: Journal of
Education in Muslim Society, 2(2), 146–152. https://doi.org/10.15408/TJEMS.V2I2.2802
Masnyur, T. (2012). Pengembangan Profesi, Kecerdasann Emosionla dan Sikap Profesional Guru Sekolah Dasar,
1(1). Retrieved from http://pgsduntad.com/wp-content/uploads/2014/04/Abstrak-8.pdf
Mead, L. M. (2015). Teaching Public Policy: Linking Policy and Politics. Journal of Public Affairs Education,
389(193), 389–403.
Mustofa. (2017). Upaya Pengembangan Profesionalisme Guru Di Indonesia. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, 4(1),
68–84.
Ningrum, E. (2012). Membangun Sinergi Pendidikan Akademik (S1) Dan Pendidikan Profesi Guru (PPG). Jurnal
Pendidikan Geografi, 12(2), 61–70.
Pangestika, R. R., & Alfarisa, F. (2015). Pendidikan Profesi Guru (Ppg): Strategi Pengembangan Profesionalitas
Guru Dan Peningkatan Mutu Pendidikan Indonesia. Prosiding Seminar Nasional , 4(1), 40–51.
Petrie, K., & Mcgee, C. (2012). Teacher Professional Development: Who is the learner? Australian Journal of
Teacher Education, 37(2), 34–56. https://doi.org/10.14221/ajte.2012v37n2.7
Phillips, P. (2013). Professional Development as a Critical Componenet of Continuing Teacher Quality. Australian
Journal of Teacher Education, 33(1), 120–134. https://doi.org/10.14221/ajte.2008v33n1.3
Rahman, B. (2014). Refleksi Diri Dan Peningkatan Profesionalisme Guru.Jurnal Paedagogia, 17(1), 1–12.
Retrieved from file:///E:/5256-11465-4-PB.pdf
Sobri, Y. A. (2016). Model-Model Pengembangan Profesionalisme Guru. Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia
(KONASPI) VIII Tahun, 4(2), 55–67. Retrieved from http://ap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/ Artikel-
Konaspi-AY-Sobri.pdf
Supriadi, O. (2013). Pengembangan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar.Jurnal Tabulrasa PPS Unimed, 6(1), 32–
45.
Tilaar, H. A. ., & Nugroho, R. (2012). Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Timperley, H., Wilson, A., Barrar, H., & Fung, I. (2012). Teacher Professional Learning and Development : Best
Evidence Synthesis Iteration [BES]. Ministry of Education, 3(1), 130–153. Retrieved from http://www.
oecd.org/edu/school/48727127.pdf
Wahab, S. A. (2012). Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Penyusunan Model-Model Implementasi Kebijakan
Publik. Jakarta: Bumi Aksara.
Weimer, D. L., & Vining, A. R. (2017). Public Policy: Concepts and Practice (sixth). New York: Routledge.
JURNAL 2

Ade Cahyana, Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Dalam Menghadapi Sertifikasi

Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Dalam


Menghadapi Sertifikasi
Ade Cahyana
Pusat Statistik Pendidikan, Balitbang Kemendiknas

Abstrak: Sertifikasi guru dinilai sebagai salah satu kebijakan reformasi pendidikan untuk meningkatkan
profesionalisme guru. Keluarnya Undang-Undang Nomor 14/2006 tentang Guru dan Dosen adalah merupakan
tonggak sejarah tentang bagaimana guru dan dosen diakui sejajar sebagai pekerja profesi sebagaimana pula
dokter, insinyur, atau profesi lainnya. Hal ini akan mengubah opini publik terhadap guru menjadi semakin
positif, selain juga akan meningkatkan kepercayaan diri mereka, juga akan menarik minat orang-orang yang
potensial dan berkualitas untuk menjadi guru, serta mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada
sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berwibawa. Berdasarkan elaborasi aspek-aspek profesi guru,
sangat disarankan bahwa peningkatan kemampuan profesional guru merupakan kegiatan yang terintegrasi
dengan kegiatan pembelajaran di sekolah, satu sisi mampu meningkatkan kualitas mengajar mereka sebagai
guru, di sisi lain dapat memberi peluang bagi mereka meningkatkan kemampuan profesional sekaligus
menambah kredit akumulatif mereka untuk kepentingan sertifikasi.

Kata Kunc: profesionalisme guru, UU Guru dan Dosen, Sertifikasi, profesi guru

Abstract: Certification of teacher have been accounted for as one of the education core reforms to improve
teacher professionalism. The release of the Act No. 14/ 2006 for Teacher and Lecturer (at higher education) is
noticeable to be a historical tombstone which sets teacher and lecturer as profession as well as doctor ,
engineer or others. This will change the public perception to teacher to become more positive, to build up the
teacher self-confident, and to magnetize the interest of those first quality candidates to turn out to be
teachers, and to give the public trust back to school as an educational institution. It is highly recommended
that the enhancement of teacher professional capacity to be integrated with the instructional activities
implemented at schools, which, on one hand are capable of improving their quality of teaching as teachers,
on the other hand capable of giving them the opportunities to improve their professional capacity while
toting-up their cummulative credits mandatory for teacher certification.
Key words: Teacher professionalism, Act for Teacher and Lecturer, Certification, Teacher Profession

85
peningkatan strata pendidikan yakni D3, S1, D4 dan
S2. Dengan peningkatan jenjang pendidikan ini
Pendahuluan diharapkan terjadi peningkatan kemampuan
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk akademik dan kompetensinya.
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Salah
Namun peningkatan kualifikasi akademik saja,
satu upaya itu adalah dengan meningkatkan kualitas
tampaknya belum cukup jika tidak diiringi dengan
guru baik melalui penataran dan pelatihan maupun
peningkatan kesejahteraan berupa gaji yang pantas Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 1, Januari 2010

dan tunjangan profesi dan sebagainya. Dalam


Undang- undang Nomor 20, Tahun 2003 tentang Dengan adanya sertifikasi guru dan pengakuan
sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa statusnya berdasarkan hukum yaitu undang-
pendidik (guru) merupakan tenaga profesional undang, para guru menyambut dengan antusiasme
(Pasal 39) dan berhak memperoleh penghasilan tinggi, mereka menjadi lebih semangat dan
dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan termotivasi untuk menjalankan tugas profesi
memadai (Pasal 40). Status guru sebagai pendidik sebaik-baiknya. Sepintas, pekerjaan guru tampak
profesional juga dinyatakan lagi dalam Peraturan begitu mudah, sederhana dan ringan adalah naif
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar kalau ada yang beranggapan demikian. Tugas guru
Nasional Pendidikan. Bahkan lebih lanjut dalam cukup berat dan kompleks, namun hasilnya tidak
Undang-Undang Nomor 14, Tahun 2005 tentang nampak dengan segera. Untuk menjalankan
guru dan dosen, pada Pasal 2 dijelaskan bahwa tugasnya guru membutuhkan konsentrasi dan
pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga bekerja dengan penuh tanggung jawab.
profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidikan Tugas guru tidak terbatas pada kegiatan
yang harus dimiliki oleh guru (Balitbang Depdiknas, pembelajaran, tetapi juga membentuk kepri-badian,
2007). menanamkan moral, akhlak dan budi pekerti (Geist
2002). Bahkan, sebelum mengajar mereka juga
Guru yang telah memiliki sertifikat pendidikan harus terlebih dahulu menyiapkan administrasi
inilah yang berhak memperoleh penghasilan di atas pembelajaran seperti bahan ajar, alat evaluasi,
hidup minimal dan jaminan kesejahteraan sosial rencana pelaksanaan pembelajaran, kuis dan
(Pasal 14). Kesejahteraan itu meliputi gaji pokok, sebagainya. Selain itu, guru juga harus membuat
tunjangan fungsional, tunjangan profesi, dan laporan hasil belajar tiap siswa secara berkala.
tunjangan khusus. Besarnya tunjangan profesi Untuk menambah ilmu dan pengetahuan yang
adalah setara dengan satu kali gaji pokok (Pasal 15 selalu berkembang mereka juga harus mengikuti
dan 16). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa berbagai penataran, pelatihan, seminar, lokakarya
peningkatan kesejahteraan guru masih dapat atau diskusi dalam forum MGMP, membaca buku
dilakukan dengan cara memiliki sertifikat atau media informasi lainnya. Belum lagi
pendidikan yang dapat diperoleh melalui sertifikasi menghadapi anak-anak yang sulit diatur atau
guru dalam jabatan yang dilaksanakan oleh orangtua murid yang terkadang cenderung
instansi yang berwenang, seperti Perguruan Tinggi memaksakan kehendak di dalam memperhatikan
dan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) . kepentingan anaknya.
Inilah angin segar bagi guru, satu sisi begitu
banyak tuntutan terhadap guru agar berdisiplin, Semua itu memerlukan pemikiran, energi serta
berdedikasi tinggi, berkualitas, fokus pada tugas, kompetensi yang memadai, sementara pada saat

dan sebagainya, sementara sisi lain yang bersamaan mereka juga membutuhkan
kehidupan ekonomi yang layak. Dengan pemikiran
kesejahteraannya kurang diperhatikan.
itulah, maka program sertifikasi guru menjadi angin
segar tersendiri bagi guru karena diasumsikan
dapat meningkatkan kompetensi atau kemampuan
profesional guru dan sekaligus meningkatkan
kesejahteraan guru itu sendiri.
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk
melakukan elaborasi analitis tentang stan-dardisasi
dan sertifikasi profesi guru dalam meningkatkan
profesionalisme guru sesuai dengan amanat
Undang -Undang Guru dan Dosen Nomor 14, Tahun
2006. Hal ini dipandang penting karena
memposisikan guru dan dosen seba-gaimana
halnya profesi lainnya seperti dokter atau akuntan
yang mememerlukan adanya syarat pengakuan
masyarakat bahwa kinerja dan profesi

86
Ade Cahyana, Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Dalam Menghadapi Sertifikasi

guru setara secara sosial dan ekonomi dengan pengetahuan yang dikuasainya dengan baik; b)
profesi dokter atau akuntan. Hal ini merupakan Senang memasuki organisasi Profesi Keguruan.
tagihan terhadap prestasi kebijakan pemerintah dari Suatu pekerjaan dikatakan sebagai jabatan profesi

masyarakat pengguna pendidikan, bahkan sebagai salah satu syaratnya adalah pekerjaan itu memiliki
organisasi profesi dan anggota-anggotanya senang
bentuk akuntabilitas publik terhadap pengeluaran
memasuki organisasi profesi tersebut. Guru sebagai
sumber daya dan sumber dana yang begitu masif
jabatan profesional seharusnya memiliki organisasi
dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun
ini. Fungsi organisasi profesi selain untuk
2006. melindungi kepentingan anggotanya juga sebagai
Kajian Teori dan Pembahasan dina-misator dan motivator anggota untuk mencapai
Berdasarkan peran dan kepentingan program karir yang lebih baik (Kartadinata dalam Meter, 1999).
Konsekuensinya organisasi profesi turut mengontrol
sertifikasi, perlu dikaji terlebih dahulu beberapa hal
kinerja anggota, bagaimana para anggota dalam
tentang a) apa yang dimaksud dengan
memberikan pelayanan pada masyarakat. PGRI
profesionalisme Guru; b) bagaimana aturan dan
sebagai salah satu organisasi guru di Indonesia
pelaksanaan sertifikasi sesuai dengan Undang-
memiliki fungsi: (a) menyatukan seluruh kekuatan
Undang Guru dan Dosen; dan c) makna sertifikasi dalam satu wadah, (b) mengusahakan adanya satu
profesi guru sebagai upaya meningkatkan kesatuan langkah dan tindakan, (3) melindungi
kompetensi (Adiningsih, 2002) kepentingan anggotanya, (d) menyiapkan program-

Profesionalisme Guru program peningkatan kemampuan para anggotanya,


(e) menyiapkan fasilitas penerbitan dan bacaan
Profesi guru menurut Undang-Undang Guru dan
dalam rangka peningkatan kemampuan pro-fesional,
Dosen harus memiliki prinsip-prinsip profesional
dan (f) mengambil tindakan terhadap anggota yang
seperti tercantum pada Pasal 5 ayat 1, yaitu; “Profesi
melakukan pelanggaran baik administratif maupun
guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus
psychologies; c) Memiliki latar belakang pendidikan
yang memerlukan prinsip-prinsip profesional sebagai
keguruan yang memadai. Keahlian guru dalam
berikut: a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan
melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh
idealisme; b) Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar
setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu
belakang pendidikan sesuai dengan bidang
yang tidak dimiliki oleh profesi lain. Ada beberapa
tugasnya; c) Memiliki kompetensi yang diperlukan
peran yang dapat dilakukan guru sebagai tenaga
sesuai dengan bidang tugasnya; d) Mematuhi kode
pendidik, antara lain: (a) sebagai pekerja profesional
etik profesi; e) Memiliki hak dan kewajiban dalam
dengan fungsi mengajar, membimbing dan melatih,
melaksanakan tugas; f) Memperoleh penghasilan
(b) pekerja kemanusiaan dengan fungsi dapat
yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya; g)
merealisasikan seluruh kemampuan kemanusiaan
Memiliki kesempatan untuk mengembangkan
yang dimiliki, (c) sebagai petugas kemaslahatan
profesinya secara berkelanjutan; h) Memperoleh
dengan fungsi mengajar dan mendidik masyarakat
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
untuk menjadi warga negara yang baik. Peran guru
profesionalnya; dan i) Memiliki organisasi profesi
seperti ini menuntut pribadi harus memiliki
yang berbadan hukum”.
kemampuan managerial dan teknis serta prosedur
kerja sebagai ahli serta keikhlasan bekerja yang
Pada prinsipnya guru yang profesional adalah
dilandaskan pada panggilan hati untuk melayani
guru yang dapat menjalankan tugasnya secara
orang lain; d) Melaksanakan Kode Etik Guru, sebagai
profesional, yang memiliki ciri-ciri antara lain: a)
jabatan profesional guru dituntut untuk memiliki
Ahli di Bidang teori dan Praktek Keguruan. Guru
kode etik, seperti yang dinyatakan dalam Konvensi
profesional adalah guru yang menguasai ilmu Nasional Pendidikan I Tahun 1988, bahwa profesi
pengetahuan yang diajarkan dan ahli meng-ajarnya adalah pekerjaan
(menyampaikannya). Dengan kata lain guru
profesional adalah guru yang mampu
membelajarkan peserta didiknya tentang

87
yang mempunyai kode etik yaitu norma-norma Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 1, Januari 2010

tertentu sebagai pegangan atau pedoman yang


diakui serta dihargai oleh masyarakat. Kode etik bagi kemampuan menyusun program pengajaran,
suatu organisasi sangat penting dan mendasar, kemampuan ini mencakup kemampuan mene-tapkan
sebab kode etik ini merupakan landasan moral dan kompetensi belajar, mengembangkan bahan
pedoman tingkah laku yang dijunjung tinggi oleh pelajaran dan mengembangkan strategi
setiap anggotanya. Kode etik berfungsi untuk
pembelajaran; dan 4) kemampuan menyusun
mendinamisasi setiap anggotanya guna
perangkat penilaian hasil belajar dan proses
meningkatkan diri, dan meningkatkan layanan
pembelajaran.
profesionalismenya demi kemaslahatan orang lain;
Undang-Undang Guru dan Dosen
e) Memiliki otonomi dan rasa tanggung jawab. Otonomi
dalam arti dapat mengatur diri sendiri, berarti guru harus Undang-Undang Guru dan Dosen (2005), merupakan
memiliki sikap mandiri dalam melaksanakan tugasnya. kebijakan yang dimaksudkan untuk meningkatkan
Kemandirian seorang guru dicirikan dengan dimilikinya kualitas kompetensi guru yang salah satu isinya
kemampuan untuk membuat pilihan nilai, dapat mengatur mengenai keharusan guru memiliki
menentukan dan mengambil keputusan sendiri dan kualifikasi Strata 1 atau D4, dan memiliki sertifikat
dapat mempertang-gungjawabkan keputusan yang profesi. Dengan sertifikat profesi ini pula guru berhak
dipilihnya; f) Memiliki semangat untuk mengabdikan diri mendapatkan tunjangan profesi sebesar 1 bulan gaji
kepada masyarakat . Pendidikan memiliki peran sentral pokok guru. Di samping itu, UUGD juga menetapkan
dalam membangun masyarakat untuk mencapai berbagai tunjangan yang berhak diterima guru
kemajuan. Guru sebagai pendidik menjadi jantung dalam sebagai upaya peningkatan kesejahteraan finansial
mencerdaskan kehidupan masyarakat tersebut. Untuk
guru. Kebijakan dalam UUGD ini pada intinya adalah
itulah guru dituntut memiliki pengabdian yang tinggi
meningkatkan kualitas kompetensi guru seiring
kepada masyarakat khususnya dalam membelajarkan
dengan peningkatan kesejahteraan mereka.
anak didik; g) Bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam
melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat Sementara itu, setelah sekian lama UUGD
hendaknya didasari atas dorongan atau panggilan hati
diterapkan dan disosialisasikan adalah sebuah
nurani. Sehingga guru akan merasa senang dalam
kewajaran jika kemudian muncul pertanyaan,
melaksanakan tugas berat mencerdaskan anak didik.
apakah sertifikasi akan secara otomatis
meningkatkan kualitas kompetensi guru, dan
kemudian akan meningkatkan mutu pendidikan?
Adakah jaminan bahwa dengan memiliki sertifikasi,
Usman (2004) membedakan kompetensi guru
guru akan lebih bermutu?
menjadi dua, yaitu kompetensi pribadi dan
Pertanyaan ini penting untuk dijawab secara
kompetensi profesional. Kemampuan pribadi
kritis analitis. Karena bukti -bukti hasil sertifikasi
meliputi; 1) kemampuan mengembangkan
dalam kaitan dengan peningkatan mutu guru
kepribadian, 2) kemampuan berinteraksi dan
bervariasi. Di Amerika Serikat kebijakan sertifikasi
berkomunikasi, 3) kemampuan melaksanakan
bimbingan dan penyuluhan . Sedangkan bagi guru belum berhasil meningkatkan kualitas

kompetensi profesional meliputi: 1) Penguasaan kompetensi guru, hal ini antara lain disebabkan

terhadap landasan kependidikan, yaitu (a) kuatnya resistensi dari kalangan guru sehingga
memahami tujuan pendidikan, (b) mengetahui pelaksanaan sertifikasi berjalan amat lambat.
fungsi sekolah di masyarakat, (c) mengenal prinsip Sebagai contoh dalam kurun waktu sepuluh tahun,
-prinsip psikologi pendidikan; 2) menguasai bahan mulai tahun 1997 – 2006, Amerika Serikat hanya
pengajaran, artinya guru harus memahami dengan mentargetkan 100.000 guru untuk disertifikasi.
baik materi pelajaran yang diajarkan. Penguasaan Bandingkan dengan Indonesia yang dalam kurun
terhadap materi pokok yang ada pada kurikulum waktu yang sama mentargetkan sertifikasi 2,7 juta
maupun bahan pengayaan; 3) guru. sebaliknya kebijakan yang sama telah
berhasil meningkatkan kualitas kompetensi guru di
Singapore dan Korea Selatan.

88
Ade Cahyana, Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Dalam Menghadapi Sertifikasi

Sertifikasi Profesi Guru Sertifikasi pendidik atau guru dalam jabatan


Undang-undang Guru dan Dosen merupakan suatu akan dilaksanakan dalam bentuk penilaian
ketetapan politik bahwa pendidik adalah pekerja portofolio. Penilaian portofolio merupakan
profesional, yang berhak mendapatkan hak- hak pengakuan atas pengalaman profesional guru
sekaligus kewajiban profesional. Dengan itu dalam bentuk kumpulan dokumen yang
diharapkan, pendidik dapat mengabdikan secara total mendeskripsikan: a) kualifikasi akademik; b)
pada profesinya dan dapat hidup layak dari profesi pendidikan dan pelatihan; c) pengalaman mengajar;
tersebut (Fasli Jalal, 2007). d) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran; e)
Dalam UUGD ditentukan bahwa seorang penilaian dari atasan dan pengawas; f) prestasi
pendidik wajib memiliki kualifikasi akademik dan akademik; g) karya pengembangan profesi; h)
kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran. keikutsertaan dalam forum ilmiah; i) pengalaman
Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan organisasi di bidang kependidikan dan sosial; dan
tinggi program sarjana (S1) atau program diploma j) penghargaan yang relevan dengan bidang
empat (D4) yang sesuai dengan tugasnya sebagai pendidikan.
guru dan S2 untuk dosen. Kompetensi profesi
pendidik meliputi kompetensi pedagogik, Guru yang memenuhi penilaian portofolio

kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dinyatakan lulus dan mendapat sertifikat pendidik.

dan kompetensi sosial. Sedangkan guru yang tidak lulus penilaian

Pertama, kompetensi pedagogik adalah portofolio dapat a) melakukan kegiatan-kegiatan

kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik untuk melengkapi portofolio agar mencapai nilai

yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, lulus, atau b) mengikuti pendidikan dan pelatihan

perancangan dan pelaksanaan pembe-lajaran, profesi guru yang diakhiri dengan evaluasi/

evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta penilaian sesuai persyaratan yang ditentukan oleh

didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi.


Guru yang lulus pendidikan dan pelatihan
yang dimilikinya.
profesi guru mendapat sertifikat pendidik. Apa
Kedua, kompetensi kepribadian adalah
yang harus dilakukan? Menyimak dari pengalaman
kepribadian pendidik yang mantap, stabil, dewasa,
pelaksanaan sertifikasi di berbagai negara, maka
arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
akan muncul pertanyaan. “Bagaimana agar
didik, dan berakhlak mulia.
sertifikasi bisa meningkatkan kualitas kompetensi
Ketiga, kompetensi sosial adalah kemam-puan
guru?” Dan apabila gagal, “mengapa sertifikasi
pendidik berkomunikasi dan berinteraksi secara
gagal meningkatkan kualitas guru?” Sertifikasi
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
merupakan sarana atau instrumen untuk
tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik,
meningkatkan kualitas kompetensi guru. Sertifikasi
dan masyarakat.
bukan tujuan, melainkan sarana untuk mencapai
Keempat, kompetensi profesional adalah
suatu tujuan, yakni keberadaan guru yang
kemampuan pendidik dalam penguasaan materi
berkualitas. Kegagalan dalam mencapai tujuan ini,
pembelajaran secara luas dan mendalam yang
terutama dikarenakan menjadikan sertifikasi
memungkinkannya membimbing peserta didik
sebagai tujuan itu sendiri.
memperoleh kompetensi yang ditetapkan.
Untuk dapat menetapkan apakah seorang Pemerintah Indonesia harus senantiasa
pendidik sudah memenuhi standard profesional mewaspadai kecenderungan ini, jangan sampai
maka pendidik yang bersangkutan harus mengikuti sertifikasi menjadi tujuan. Maka, sejak awal harus
uji sertifikasi. Ada dua macam pelaksanaan uji ditekankan khususnya di kalangan guru dan dosen
bahwa tujuan utama adalah kualitas, sedangkan
sertifikasi yaitu 1) Sebagai bagian dari pendidikan
kualifikasi dan sertifikasi merupakan sarana untuk
profesi, bagi mereka calon pendidik, dan 2) Berdiri
mencapai kualitas tersebut.
sendiri untuk mereka yang saat diundangkannya
Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 18
UUGD sudah berstatus pendidik.
Tahun 2007 menyatakan bahwa: Guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
89
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 1, Januari 2010

memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan negara, karena di tangan guru harapan tentang
pendidikan nasional. Pengakuan kedudukan guru kemajuan pendidikan disandarkan. Berhasil atau
sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan tidaknya seseorang dalam pendidikannya selalu
sebuah sertifikat guru. Sertifikat guru adalah bukti terkait dengan guru. Oleh sebab itu, peranan guru
formal pengakuan yang diberikan kepada guru sangat strategis. Guru adalah profesi yang sangat
sebagai tenaga profesional. mulia akan tetapi di lain pihak juga mempunyai
Sertifikat guru didapat melalui proses yang beban psikologis yang tinggi. Untuk menjadi guru
disebut sertifikasi guru. Sertifikat pendidik yang profesional seseorang dituntut untuk
diberikan kepada guru yang telah memenuhi mempunyai kualifikasi akademik, kom-petensi dan
persyaratan. Sertifikasi pendidik diselenggarakan sertifikat pendidik.
oleh perguruan tinggi yang memiliki program Standardisasi dan sertifikasi profesi guru
pengadaan tenaga kependidikan yang ter-akreditasi dapat dipandang sebagai salah sat u core
dan ditetapkan oleh Pemerintah. Peraturan menteri reformasi pendidikan. Indonesia sudah berhasil
di atas melandasi dilak-sanakannya sertifikasi guru melangkah maju dengan melahirkan undang-undang
baru-baru ini. guru dan dosen pada tahun 2006, sebuah tonggak
sejarah yang menempatkan guru dan dosen sebagai
Jika hal ini dikaitkan dengan SDM, seperti profesi sebagaimana halnya dokter, insinyur atau
yang diutarakan Bapak Moedjiman sebagai ketua lainnya. Hal ini akan mengubah persepsi masyarakat
Badan Nasional Sertifikasi Profesi di Indonesia terhadap guru menjadi lebih positif, membangun
yang menyatakan bahwa standarisasi dan kembali kepercayaan diri guru, menarik minat orang-
sertifikasi kompetensi akan dijadikan sebuah orang kelas satu untuk mengambil profesi guru, dan
strategi di dalam paradigma baru pengembangan mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada
SDM berbasis kompetensi karena kompetensi akan sekolah.
menghasilkan produktivitas. Standarisasi profesi
Saran dari tulisan ini agar pertama, sosialisasi
adalah suatu proses penyusunan, penetapan dan
dan bimbingan sertifikasi dilakukan lebih intensif
pemberlakuan serta pemeliharaan pengembangan
dan merata, tidak saja oleh instansi/lembaga
standar kompetensi dalam suatu profesi tertentu.
pendidikan pemerintah tapi juga dapat dilakukan
Oleh karena itu, diharapkan melalui oleh lembaga masyarakat dan organisasi profesi
pelaksanaan sertifikasi guru akan meningkatkan yang memberikan advokasi pada guru. Kedua,
SDM guru pada khususnya dan Indonesia pada adanya pembinaan kegiatan peningkatan kinerja
umumnya. Jika ingin menjadi guru yang profesional guru yang terintegrasi dengan kegiatan
profesional dalam menjalankan pekerjaan pembelajaran di sekolah yang, di satu sisi mampu
seharusnya seorang guru memiliki standar meningkatkan kualitas mengajar mereka sebagai
kompetensi profesi. guru, di sisi lain dapat memberi peluang bagi
mereka meningkatkan kemampuan profesional
Program sertifikasi guru terkait dengan sekaligus menambah kredit akumulatif mereka
peningkatan kompetensi, dalam hal ini adalah untuk kepentingan sertifikasi. Upaya-upaya untuk
konsep manajemen berbasis kompetensi. Melalui menerbitkan pedoman-pedoman penelitian yang
aplikasi kompetensi yang terealisasi melalui terkait dengan materi pem-belajaran yang
sertifikasi guru, institusi pendidikan dapat diajarkan, menerbitkan jurnal-jumal sebagai media
melakukan perubahan ke arah perbaikan dan komunikasi ilmiah antarguru mata pelajaran, dan
pengembangan guru. Kompetensi sangat berguna melaksanakan lomba penelitian atau atau karya
karena kompetensi menjelaskan apa yang tulis bagi para guru adalah beberapa model
dibutuhkan untuk mengimplementasikan tugas dan pembinaan kinerja profesional guru yang sangat
aktivitas untuk hasil yang terbaik dunia pendidikan. direkomendasikan. Ketiga, adanya pembinaan
untuk membiasakan guru mengkomunikasikan

Simpulan dan Saran hasil kajiannya pada bidang garapan yang


diajarkan lewat media cetak. Untuk itu tidak ada
Guru merupakan suatu profesi yang sangat
alternatif lain bagi guru di
menentukan kemajuan suatu bangsa atau
90
Ade Cahyana, Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Dalam Menghadapi Sertifikasi

dalam meningkatkan kemampuan profesionalnya, mereka, dan semakin menyebar pengetahuannya


kecuali dengan melalui pembinaan kemampuan di lingkungan sesama profesi guru yang pada
menulis secara akademik tentang kegiatan gilirannya akan berdampak pada semakin
pembelajaran yang mereka lakukan. Semakin baik meningkatnya kualitas pembelajaran pendidikan
mereka menuliskan pengalaman mengajarnya, kita.
semakin berbobot kemampuan profesional

Pustaka Acuan
Adiningsih, NU. Kualitas dan Profesionlisme Guru, Pikiran Rakyat (Online) Oktober, 2002.
(http://www.pikiranrakyat.co)
Balitbang Diknas, Peningkatan Kemampuan Profesional dan Kesejahteraan Guru, Departemen
Pendidikan Nasional, 2007. (Online) http://www.diknas.go.id
Geist, J.R. 2002. Predictors of Faculty Trust in Elementary Schools: Enabling Bureaucracy, Teacher
Professionalism, and Academic Press. Disertation of The Ohio State Universty, diakses dari
http://www.osu.edu.com
Jalal, Fasli. “Sertifikasi Guru Untuk Mewujudkan Pendidikan Yang Bermutu?” Makalah disampaikan pada

seminar pendidikan yang diselenggarakan oleh PPS Unair, pada tanggal 28 April 2007 di Surabaya

Meter, Gede I. 1999. Hubungan antara Kemampuan Akademik, Moivasi Kerja dan Minat Menjadi Guru dengan
Profesionalisme Guru pada Sekolah Dasar Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng. Thesis
Malang. PPS – UM.
Peraturan Menteri Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan

Undang -Undang no. 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen sebagai Tenaga Profesi.

Usman, M.U. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdkarya


91

Anda mungkin juga menyukai