Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji  syukur  kami  haturkan  ke  hadirat  Allah  SWT ,  karena  dengan  karunia-Nya  kami
dapat  menyelesaiakan  makalah  yang  bertema “Riya”.
Meskipun  banyak  hambatan  yang  kami  alami  dalam proses  pengerjaannya , tapi
kami  berhasil  menyelesaikan  makalah  ini tepat  pada  waktunya.

Tidak lupa kami  sampaikan  terimakasih  kepada  guru  pembimbing  ibu Nurhidayati


yang  telah membantu  dan  membimbing  kami  dalam  mengerjakan  makalah  ini .
kami  juga
mengucapkan  terimakasih  kepada  kedua  orang  tua  yang  selalu  memberikan  motivasi-
motivasi  yang  sangat  berguna  bagi  kami serta tidak lupa teman-teman X.F yang kami
sayangi.

Tentunya  ada  hal-hal  yang  ingin  kami  berikan   dari  hasil  makalah  ini
.  Karena  itu  kami
berharap  semoga  makalah  ini  dapat  menjadi  sesuatu  yang  berguna  bagi  kita bersama.

Kami  menyadari  bahwa  dalam  menyusun  makalah  ini  masih  jauh  dari kesempurnaan ,
untuk  itu  kami  sangat  mengharapkan  kritik  dan  saran  yang  bersifat
membangun  guna  sempurnanya  makalah  ini. Kami  berharap  semoga  makalah  ini
bisa  bermanfaat  bagi  penulis  khususnya  dan  bagi  pembaca  pada  umumnya.

Dabo Singkep  , kamis 17 april 2014

Penyusun
                                                                                              i
DAFTAR  ISI
Kata  Pengantar.................................................................................................   
      
BAB
I  Pendahuluan....................................................................................................
A.Latar  belakang...............................................................................................
B. Tujuan
penulisan............................................................................................................
BAB
II Pembahasan....................................................................................................
............
            A.Definisi
Riya..............................................................................................................
            B.Ciri-ciri
Riya...............................................................................................................
            C.Macam-macam
Riya.................................................................................................
            D.Bahaya
Riya..............................................................................................................
            E.Kiat untuk menghilangkan penyakit
Riya..................................................................
            F.Solusi mengatasi
Riya................................................................................................
            G.Perbuatan yang tidak termasuk
Riya........................................................................
BAB III Penutup
Kesimpulan dan
Saran ............................................................................................................
Daftar
pustaka........................................................................................................
......
BAB I
PENDAHULUAN

A.LatarBelakang

Sesungguhnya pembahasan tentang riya adalah pembahasan yang sangat penting yang
berkaitan dengan agama Islam yang hanif (lurus) ini, hal dikarenakan tauhid adalah inti dan
poros dari agama dan Allah tidaklah menerima kecuali yang murni diserahkan
untukNya  bahwasanya riya itu samar sehingga terkadang menimpa seseorang padahal ia
menyangka bahwa ia telah melakukan yang sebaik-baiknya. Dikisahkan bahwasanya ada
seseorang yang selalu sholat berjama’ah di shaf yang pertama, namun pada suatu hari ia
terlambat sehingga sholat di saf yang kedua, ia pun merasa malu kepada jama’ah yang lain
yang melihatnya sholat di shaf yang kedua. Maka tatkala itu ia sadar bahwasanya selama ini
senangnya hatinya, tenangnya hatinya tatkala sholat di shaf yang pertama adalah karena
pandangan manusia.

B. Tujuan Penulisan
1. Agar tahu tentang hadits-hadits yang berkenaan tentang riya.
2. Agar dapat mengetahui ciri-ciri riya.
3  Agar dapat mengetahui macam-macam riya.
4. Agar dapat mengetahui bahaya yang ditimbulkan
riya.                                                                             5. Agar dapat mengetahui kiat dan solusi
mencegah perilaku
riya.                                                                                                                                                
  6. Agar dapat mengetahui perilaku yang tak termasuk riya.

                                             
BAB II

 PEMBAHASAN

A. Definisi Riya’
Riya’ adalah syirik kecil; demikianlah ungkapan yang dikemukakan Rasulullah SAW dalam
salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dalam musnadnya.
Rasulullah SAW bersabda:

‫ يَقُوْ ُل هللاُ َع َّز َو َج َّل يَوْ َم‬،‫ك ْاألَصْ َغ ُر يَا َرسُوْ َل هللاِ؟ قَا َل ال ِّريَا ُء‬
ُ ْ‫ قَالُوْ ا َو َما ال ِّشر‬،ُ‫ك ْاألَصْ َغر‬
ُ ْ‫إِ َّن أَ ْخ َوفَ َما أَخَافُ َعلَ ْي ُك ْم ال ِّشر‬
)‫ْالقِيَا َم ِة ْاذهَبُوْ ا إِلَى ال ِذيْ تُ َراءُوْ نَ فِي ال ُّد ْنيَا هَلْ تَ ِج ُدوْ نَ ِع ْن َدهُ ُم ال َجزَا َء (رواه أحمد‬
ْ َّ

“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syirik kecil.”
Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah SAW?”, Beliau menjawab,
“Riya.! Dan Allah akan berkata pada hari kiamat, terhadap mereka-meeka yang riya,
‘pergilah kalian kepada orang-orang yang dahulu di dunia kalian riya’, apakah kalian
mendapatkan ganjaran dari mereka?” (HR. Ahmad)

Riya adalah memaksudkan amalan yang dilakukan seseorang guna mendapatkan keridhoan
manusia, baik berupa pujian, ketenaran, atau sesuatu yang diinginkannya selain Allah SWT.
Dr. Sayid Muhammad Nuh, menggambarkan adanya tiga sebab yang memotori timbulnya
riya: Pertama karena ingin mendapatkan pujian dan nama baik di masyarakat. Kedua,
kekhawatiran mendapat celaan manusia, dan ketiga, menginginkan sesuatu yang dimiliki
orang lain (tamak). Ketiga hal ini didasari dari hadits, yang diriwayatkan Imam Bukhari:

َ َ‫صلَّى هللاٌ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَق‬


‫ َوال َّر ُج ُل‬،ً‫ ال َّر ُج ُل يُقَاتِ ُل َح ِميَّة‬،ِ‫ال يَا َرسُوْ َل هللا‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫ أَ َّن أَ ْع َرابًِي~}ًّا َسأ َ َل النَّب‬،ُ‫ض َي هللاُ َع ْنه‬
ِ ‫ع َْن أَبِ ْي ُموْ َسى َر‬
َ ْ ْ َ َ ُ َ ْ َّ َ
ِ‫صلى هللاُ َعل ْي ِه َو َسل َم َمن قاتَ َل لِتَكوْ نَ كلِ َمة هللاِ ِه َي العُليَا فه َُو فِ ْي َسبِي ِْل هللا‬ َّ َّ ْ ِّ
َ ‫ فقا َل النبِ ُّي‬،‫ َوال َّر ُج ُل يُقاتِ ُل لِلذك ِر‬،ُ‫يُقَاتِ ُل لِيُ َرى َم َكانُه‬.
َ َ َ
                                                                                                                                                       
              1

“Dari Abu Musa al-Asyari ra, mengatakan bahwa seorang Badui bertanya kepada Rasulullah
SAW, “Wahai Rasulullah SAW, seseorang berperang karena kekesatriaaan, seseorang
berperang supaya posisinya dilihat oleh orang, dan seseorang berperang karena ingin
mendapatkan pujian? Rasulullah SAW menjawab “Barang siapa yang berperang karena ingin
menegakkan kalimatullah, maka dia fi sabilillah.” (HR. Bukhari)

B. Ciri-Ciri Riya’
~ Tidak akan melakukan perbuatan baik apabila tidak dilihat orang.
~Amal atau perbuatn baik yang telah ia lakukan sering diungkti-ungkit atau disebut-sebut.
~Beramal atau beribadah sekejar ikut-ikutan,itupun dilakukan apabila ia berada ditengah-
tengah orang ramai.
~Amal (perbuatan baiknya) selalu ingin diingat,diperhatikan ingin mendapat pujian dan ingin
didengar orang lain.
~Terlihat tekun dan bertambah motifasinya dalam beribadah apabila mendapat pujian dan
sanjungan,sebaliknya semangatnya akan menurun bahkan meyerah apabila dicela orang.
C.Macam-macam Riya’
Ketahuilah wahai kaum Muslimin hamba hamba Allah ! Riya’ mengalir pada diri setiap
manusia (keturunan Adam) melalui aliran darah. Tujuannya untuk mengusik dan
membuyarkan semua amal perbuatan mereka. Riya’ ini sangat banyak macamnya. Antara
lain :
~Riya’ Badani (Fisik)
Para ahli agama (ahlu ad diin) biasanya menampakkan badan yang kurus dan pucat, agar
mereka dilihat oleh manusia bahwa merena adalah hamba yang rajin beribadah. Dan
memberikan asumsi umum bahwa mereka telah disibukkan oleh urusan akhirat.Para ahli
dunia (ahlu ad dunya) melakukan riya’ dengan menampakkan tubuh yang gemuk dan sehat,
warna kulit yang bersih, ketegapan berdiri, wajah yang ceria, kebersihan badan dan
memperindah perkataan, untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa mereka adalah orang
yang pintar (fasih) dalam bertutur kata.
Mereka ini adalah orang yang dikatakan Allah seperti dalam FirmanNya :
“Dan Apabila kamu melihat mereka, tubuh tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika
mereka berkata kamu mendengarkan mereka. Mereka adalah seakan akan kayu yang
tersandar. Mereka mengira tiap tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka, mereka
itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka, semoga Allah
membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran).” (Al
Munafiqun :4)
~Riya’ dalam berpakaian
Para penganut agama, mereka memakai pakaian sufi yang terkesan sangat kumal untuk
menunjukkan kezuhudan mereka. Sebagian mereka juga memakai satu jenis pakaian khusus
agar orang menyebutnya sebagai ulama. Ketika ia memakai pakaian tersebut orang pun
menganggapnya sebagai ulama.
Adapun para ahlu dunia, riya’ mereka ditunjukkan dengan pakaian yang indah, kendaraan
yang bagus dan rumah rumah mewah.

                                                                                                                                                       
             2             
~Riya’ dalam Perkataan
Para ahli agama, riya’ mereka terlihat pada hafalan hadist dan atsar, karena ingin bergaul dan
berdiskusi dengan para ulama dan mengibuli orang orang bodoh, sehingga mereka merasa
bahwa merekalah orang yang lebih tinggi kedudukannya di mata manusia.
Merendahkan dan mengeraskan suara ketika membaca Al Qur’an untuk menunjukkan
ketakutan atau kekhawatiran dan kegelisahan dan lain sebagainya, juga merupakan bagian
dari riya’. Wallahu a’lam
Para ahli dunia, riya’ mereka terlihat dengan menghafal bait bait syair, kata mutiara,
mendalami tata bahasa dan sastra dalam percakapan dan terus menerus terlibat dalam
pembicaraan.
~Riya’ dalam Amal Perbuatan
Para ahli agama melakukan riya’ seperti orang shalat yang memperpanjang waktu berdiri,
memperpanjang ruku’ dan sujud, memperlihatkan ke khusu’an dan ketundukan, dan
memperindah shalatnya kalau mengetahui bahwa ada orang yang sedang memperhatikannya.
Adapun ahli dunia melakukan riya’ dengan sikap arogansi, kesombongan, mendekatkan
langkah, memperindah pakaian untuk mendapatkan kehormatan yang mereka dambakan.
~Riya’ dengan Para Shahabat dan Kerabat
Para ahli agama melakukan riya’ seperti misalnya orang yang mempersiapkan sebuah
kunjungan seorang alim ulama, agar orang orang mengetahui bahwa si alim Fulan telah
mengunjungi kediamannya.
Sebagian mereka melakukan riya’ dengan menunjukkan bahwa guru mereka banyak sekali
agar ada asumsi dari masyarakat bahwa mereka telah bertemu dengan banyak guru, dan telah
diberi ijazah oleh banyak guru.
D.Bahaya Riya’
Ada beberapa penjelasan tentang bahaya riya’, dan pengaruh buruk (dampak negatifnya) bagi
individu, umat dan amal perbuatan, seperti yang dijelaskan dalam Al Qur’an dan
Sunnah.Rasulullah S.A.W menjelaskan bahwa bahaya riya’ memiliki tingkatan yang
bermacam macam, dan diungkapkan dengan ungkapan yang bermacam, diantaranya :
a. Bagi orang orang Musli, riya’ lebih bahaya dari fitnah Al Masih Ad Dajjal
Bahaya Masih Ad Dajjal tidak melanda orang yang akrab dengan Sunnah Rasulullah S.A.W.
Oleh karenanya riya’ lebih besar bahaya bagi seorang Muslim.
Nabi S.A.W bersabda,
“Maukah kamu aku beritakan kabar yang bagiku lebih berbahaya bagi kalian dibanding
dengan Al Masih Ad Dajjal; yaitu syirik Al Khafi. Yaitu ketika seseorang berdiri untuk
menunaikan shalat, kemudian ia memperindah shalatnya karena ada orang lain yang
melihatnya” (Hadits riwayat Ibnu Majjah (4204) dan perawi lainnya dari hadits Abi Said Al
Khudari R.A. Hadits ini berkualitas hasan).

                                                                                                                                                       
              3
b. Riya’ lebih besar bahayanya dari serigala yang mengintai kambing.
Nabi S.A.W bersabda,
“Dua ekor serigala lapar yang dilepaskan di tengah kerumunan kambing, bahayanya tidak
lebih besar dari kerakusan manusia terhadap harta, membanggakan agamanya (riya’) (Hadits
diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi 2376, Imam Ahmad (3/456, 460), Imam Ad Darami 2/304,
Imam Al Baghawi dalam Syarh sunnah 14/258, dan para perawi lainnya. Saya katakana,
hadits ini dishahihkan oleh Imam At Tirmidzi. Ini seperti yang pernah dikatakan. Meskipun
Zakariya Abu Zaidah seorang yang mudallas, tetapi ini telah dijelaskan dengan pembicaraan
Bukhari dalam kitab Tarikh Al Kabir 1/150).
~Bahaya Riya’ bagi Amal Perbuatan
a. Menyia nyiakan amal shalih, dari pengaruh baiknnya dan tujuan luhurnya
b. Membatalkan amal shalih dan meleburnya
Allah S.W.T berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan
hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu
ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai
sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang yang kafir” (Al Baqarah : 264)
 “Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; Dia mempunyai dalam kebun itu segala macam
buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang Dia mempunyai keturunan
yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu
terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu
memikirkannya” (Al Baqarah : 266).
~Bahaya Riya’ bagi Umat dan Individu
a. Riya’ adalah syirik khafi.
Nabi S.A.W bersabda,
“Maukah kamu aku beritakan kabar yang bagiku lebih berbahaya bagi kalian dibanding
dengan Al Masih Ad Dajjal; yaitu syirik Al Khafi. Yaitu ketika seseorang berdiri untuk
menunaikan shalat, kemudian ia memperindah shalatnya karena ada orang lain yang
melihatnya” (Hadits riwayat Ibnu Majjah (4204) dan perawi lainnya dari hadits Abi Said Al
Khudari R.A. Hadits ini berkualitas hasan).
b. Riya’ mewariskan kehinaan dan kekerdilan.
Wahai hamba yang ikhlas, janganlah kamu terbujuk oleh tipu daya orang yang riya’ di suatu
Negara, kemampuan mereka menguasai hamba, banyaknya kendaraan mereka dan
kemewahan kendaraan mereka, karena bayang bayang maksiat ada diatas tengkuk mereka.
Allah menolak, kecuali orang orang yangmelindungi orang orang yang durhaka kepadaNya.

                                                                                                                                                       
              4 
Nabi S.A.W bersabda,
“Barangsiapa yang memperdengarkan amalnya kepada manusia, maka Allah akan
memperdengarkan pendengaran makhluknya kepadanya, mengerdilkan dan
merendahkannya” (Shahih Targhib wa Al targhib (1/6)
c. Riya’ menghalangi pahala akhirat.
Nabi S.A.W bersabda,
“Gembirakanlah umat ini dengan kemuliaan, agama, keunggulan dan kekuatan di bumi.
Barang siapa diantara mereka yang melakukan amal perbuatan amal perbuatan akhirat karena
tujuan duniawi, maka di akhirat kelak ia tidak akan mendapatkan bagiannya” (Hadits
diriwayatkan oleh Imam Ahmad 5/134, Imam Al Hakim 3/318 dan perawi lain dari jalur Abi
Al ‘Aliyah dari Abi bin Ka’ab R.A. “Saya katakana, ini hadits shahih”).
d. Riya’ menambah kesesatan.
Allah S.W.T berfirman,
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya
menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit[23], lalu
ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka
berdusta.” (Al Baqarah : 9-10)
e. Riya’ menyebabkan kehancuran umat.
Nabi S.A.W bersabda,
“Allah akan menolong umat ini karena adanya orang orang yang lemah dengan doa dan
shalat serta keikhlasan mereka.” (Shahih Al Targhib wa Al Targhib, 1/6)
Demikian pula Rasulullah S.A.W menetapkan bahwa keikhlasan karena Allah merupakan
sebab kemenangan umat dari musuh musuh Islam. Tanpa ikhlas, maka itu riya’ dan nifak
mungkin dapat dimanfaatkan oleh musuh musuh umat ini.
Hai orang orang Islam ! Sesungguhnya pelajaran Peperangan Badar Kubra selalu akan
tersimpan di dalam hati orang yang ikhlas yang mau menunggu, selama mereka tidak
mengubahnya.
Firman Allah dalam Al Qur’an,
“Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh
hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya[620] agar kamu beruntung.
Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang
keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya’ kepada manusia serta
menghalangi (orang) dari jalan Allah. dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.”
(Al Anfaal : 45-47).
Ayat ini bertujuan untuk menjaga golongan orang orang beriman yang tidak henti hentinya
memerangi musuh musuh Allah, dengan cara keluar berperang dengan kesombongan dan
keangkuhan. Karena orang beriman tidak akan keluar berperang kecuali untuk menegakkan
kalimat Allah.
                                                                                                                                                    
                 5
E.Kiat untuk menghilangkan penyakit riya’, menurut Imam Ghozali adalah :
1. Menghilangkan sebab-sebab riya’, seperti kenikmatan terhadap pujian orang lain,
menghindari pahitnya ejekan dan anusias dengan apa-apa yang ada pada manusia,
sebagaimana hadits Rasulullah saw dari Abu Musa berkata,”Pernah datang seorang laki-laki
kepada Rasulullah saw dan mengatakan,’Wahai Rasulullah bagaimana pendapatmu tentang
orang yang berperang dengan gagah berani, orang yang berperang karena fantisme dan
orang yang berperang karena riya’ maka mana yang termasuk dijalan Allah? Maka beliau
saw bersabda,’Siapa yang berperang demi meninggikan kalimat Allah maka dia lah yang
berada dijalan Allah.” (HR. Bukhori)
2. Membiasakan diri untuk menyembunyikan berbagai ibadah yang dilakukannya hingga
hatinya merasa nyaman dengan pengamatan Allah swt terhadap berbagai ibadahnya itu.
3. Berusaha juga untuk melawan berbagai bisikan setan untuk berbuat riya pada saat
mengerjakan suatu ibadah.

F.Solusi Mengatasi Riya’


1. Mengetahui bermacam macam Tauhid tentang Keagungan Allah S.W.T
Mengetahui Allah dengan segala nama dan sifatNya akan membersihkan hati dari kelemahan.
Apabila seorang hamba mengetahui bahwa yang mampu memberi kemanfaatan dan
kemudlaratan adalah Allah semata mata, kapan pun Dia menginginkan, maka rasa
kekhawatiran kepada manusia akan hilang dari hatinya ketika syetan menghiasi ibadahnya di
depan manusia, karena khawatir akan celaan manusia dan
2. Mengetahui Balasan Kenikmatan dan Kenikmatan yang Dijanjikan Allah S.W.T di Akhirat
Allah S.W.T berfirman,
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
“Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”. (Al Kahfi :
110)
3. Takut Terhadap Riya’
Barangsiapa yang takut terhadap suatu perkara dan selalu khawatir akan terjadinya perkara
itu maka dia akan selamat. Oleh karenanya jika seseorang ingin menghilangkan keinginannya
untuk mendapatkan pujian dan sanjungan maka hendaknya ia mengingat sendiri akan bahaya
riya’, dan mengemukakan bahayanya. Maka keinginan itu akan membantunya terlepas dari
belenggu bahaya. Karena mengetahui adanya sanjungan manusia berpengaruh kepada
syahwat dan mengetahui bahaya riya’ akan berpengaruh pada ketidaksukaan.

                                                                                                                                                       
              6
4. Menghindari Celaan Allah
Allah S.W.T berfirman :
“(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang
mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka
terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya Kami dapat
kembali (ke dunia), pasti Kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas
diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya
menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (Al
Baqarah : 166 – 167).
Apakah yang kamu takuti itu kemarahan manusia? Padahal Allah lebih berhak untuk ditakuti
jika kamu orang yang bernar.
5. Mengetahui Hal-Hal Yang Dihindari Oleh Syetan.
Syetan adalah musuh bagi manusia. Syetan merupakan sumber riya’ dan malapetaka yang
dating kepada manusia dalam setiap keadaan manusia. Syetan mengirimkan bala tentaranya
untuk menghancurkan benteng ketahanan manusia. Syetan juga mendatangkan pasukan
berkuda dan pasukan berjalan kakinya untuk menyampaikan janji janjinya. Yang dijanjikan
syetan itu hanyalah tipu daya, dan ia menghiasi setiap hal hal yang mungkar.
6. Menyembunyikan Amal Kebaikan
Orang yang ikhlas akan selalu khawatir dengan riya’. Oleh karenanya mereka berusaha untuk
memperdaya agar penglihatan manusia berpaling darinya ketika melakukan perbuatan
baiknya. Orang orang yang ikhlas memiliki kekhawatiran yang besar untuk menjaga
keburukan yang datang dari manusia. Itu semua dilakukan dengan harapan agar amal
perbuatannya dilakukan dengan ikhlas. Agar pada Hari Kiamat nanti Allah membalas
keikhlasan mereka.
Rasulullah S.A.W  bersabda,
”Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai hamba yang suci dan suka menyembunyikan
amal.” (Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim 18/100-Nawawi, Imam Al Baghawi dalam
Syarh Al Sunnah 15/21-22, lafadz hadits ini milik Al Baghawi).
7. Tidak Berlebihan Dalam Mencela dan Memuji Orang
Banyak orang yang hancur karena khawatir akan pujian manusia, senang akan pujiannya.
Sehingga aktifitas, dan diamnya itu menyesuaikan dengan keridhaan manusia, yang
mengharap pujian atau menghindari celaan.
Allah S.W.T berfirman,
“Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka
bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan” (Yunus : 58).
Seperti dikatakan Allah S.W.T,
“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang shaleh, kelak akan
Kami masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai; kekal
mereka di dalamnya; mereka di dalamnya mempunyai isteri-isteri yang Suci, dan Kami
masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman” (An Nisaa : 57).
                                                                                                                                                       
              7
8. Berdoa
Kita mengetahui bahwa Rasulullah S.A.W mendoakan agar kita terhindar dari syirik besar
dan syirik kecil, yaitu riya’. Diriwayatkan oleh Abi Ali, seorang laki laki dari Bani Kahil,
berkata,”Abu Musa Al Asy’ari berkhutbah di hadapan kita, dan berkata,”Wahai manusia
takutlah kamu kepada syirik ini. Karena ia lebih halus dari rambatan semut”
9. Berteman Dengan Orang Ikhlas dan Bertaqwa
Orang yang ikhlas tidak akan menghilangkan keikhlasannya kepadamu sedikitpun. Orang
yang riya’ adakalanya akan menyebabkan kamu terjerumus dalam kehancuran, atau kamu
akan mencium aroma riya’ yang sangat busuk yang akan semakin mendorong dan
memotivasi dirimu untuk melakukan riya’ dan suka kepada orang yang riya’.
10. Mengetahui Faktor Faktor Yang Menyebabkan Riya’
Semoga Allah mengaruniakan kebaikan (surga) dan tambahan (perjumpaan denganNya)
kepada kita. Ketahuilah wahai Muslim! Wahai hamba Allah! Allah telah mengajarkan kepada
kami juga kamu hal ini adalah sejumlah bahaya riya’. Jadilah kamu orang yang selalu
mewaspadainya. Instropeksilah dirimu. Sesungguhnya riya’ itu lebih halus dari bulu pada
seekor semut.
G.Perbuatan yang Tidak Tergolong Riya’
beberapa perbuatan yang tidak tidak tergolong riya’, antara lain:
1. Pujian yang diberikan seseorang atas amal kebaikan yang dilakukan tanpa tujuan apapun
dari manusia.
2. Aktivitas seorang hamba yang melakukan amal shalih di hadapan manusia, dan bersahabat
dengan orang orang ikhlas dan shalih.
3. Menyembunyikan DosaSetiap Muslim hendaknya tidak mengumbar umbar dosanya, akan
tetapi menyembunyikannya. Karena pembicaraan tentang maksiat akan menebarkan
kejahatan diantara orang Mukmin, dan menyebabkan meremehkan batas batas yang telah
ditetapkan Allah S.W.T.
4. Memperindah Pakaian, Sandal atau Lainnya
Dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi S.A.W yang bersabda,
“Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat dosa sekecil biji sawi seperti
sombong.”
Seseorang berkata, “Ada seseorang yang suka agar pakaian dan sandalnya terlihat bagus.”
Nabi S.A.W bersabda,
“Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai yang indah; kesombongan adalah keangkuhan
yang sesungguhnya dan (ghamth) manusia.” (Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim 2/89
Nawawi dan para perawi lainnya)
5.Menampakkan Syi’ar Syi’ar Islam
Islam mengandung ibadah yang tidak mungkin disembunyikan, seperti haji, umrah, shalat
jum’at dan lain lain. Seorang hamba tidak dikatakan riya’ ketika melakukannya di muka
umum, karena bagian dari kewajiban seorang Muslim adalah mempublikasikan, dan
mempopulerkannya
                                                                                                                                                       
              8
BAB III PENUTUP

 Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:
a)      Riya’ adalah memperlihatkan suatu amal kebaikan kepada sesama manusia, adapun
secara istilah yaitu: melakukan ibadah dengan niat dalam hati karena demi manusia,dunia
yang dikehendaki dan tidak berniat beribadah kepada Allah SWT
b)     riya’ adalah memperlihatkan (menampakkan) diri pada orang lain, supaya diketahui
kehebatan perbuatannya ,baik melalui dari pembicaraan, tulisan, atau pun sikap dan perbuaan
dengan tujuan mendapat perhatian, penghargaan dan pujian manusia, bukan ikhlas karena
Allah.
c)      Riya’ itu bisa terjadi di dalam niat, yaitu ketika kita akan melakukan pekerjaan dan bisa
juga terjadi ketika malakukan pekerjaan atau setelah selesai melakukan pekerjaan.
d)     Riya’ berbahaya bagi diri sendiri dan orang lain . Terhadap diri ssendiri , bahaya riya’
itu akan dirasakan oleh dirinya sendiri berupa ketidak puasanan, rasa hampa sakit hati dan
penyesalan
e)     Dampak riya’ kepada orang lain yaitu ketika orang yang telah dibantu kemudian
diumpat dan dicaci itu pasti akan tersinggung dan akhirnya terjadilah perselisihan antara
keduanya.
f)       Perbuatan riya’ itu sangat merugikan, kerena itu Allah tidak akan memberi pahala atas
perbuatannya.
g)     hikmah dari dilarangnya perbuatan riya adalah mendapatkan ridho dari Allah membuat,
hati tenang dan tentram, mempermudah kita bergaul dengan masyarakat
h)     Sebab-sebab Terjadinya Perilaku Riya
        Lingkungan keluarga.
        Tidak mengenal Allah SWT dengan baik.
        Keinginan yang berlebihan untuk menjadi pemimpin atau meraih jabatan.
        Ketamakan kepada harta.
        Kekaguman yang berlebihan dari orang lain.
        Kekhawatiran penilaian yang kurang menyenangkan dari orang lain.

Saran
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat disarankan agar:
- Orang-orang diharuskan menjauhi sifat RIYA karena sifat Riya sangat di benci Allah SWT.
- Sifat riya membuat seseorang menjadi tidak sadar apa yang telah dia lakukan.
- Banyaklah bertwakal kepada allah dan selalu mengingat Allah agar kita terhindar dari sifat
riya.

Anda mungkin juga menyukai