Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.

1, Juni 2016

Hubungan Psychological Capital Dan Perilaku Kerja


Inovatif Di Industri Kreatif: Studi Pada Karyawan
Perusahaan Xyz

The Relationship between Psychological Capital and


Innovative Work Behavior in Creative Industry : A
Study among Employees of XYZ Company
Dila Fitriza Rulevy1 & Endang Parahyanti2
Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
Email: dilafitriza@gmail.com; parahyanti@gmail.com

KATA KUNCI perilaku positif organisasi, psychological capital, perilaku kerja


inovatif, industry kreatif
KEYWORDS positive organization behavior, psychological capital, innovative
work behavior, creative industry, .

ABSTRAK Penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai


hubungan antara psychological capital dan perilaku kerja inovatif
di industri kreatif perusahaan XYZ. Hal ini didasari oleh
perkembangan industri kreatif yang mengalami peningkatan pada
beberapa tahun belakangan, sehingga dibutuhkannya inovasi.
Pendekatan psychological capital dapat dilakukan untuk unggul
dalam kompetisi berkelanjutan yang didasarkan pada fakta bahwa
kebanyakan organisasi saat ini tidak menyadari potensi penuh dari
sumber daya manusianya. Psychological capital dapat menjadi
salah satu faktor internal yang berperan terhadap perilaku kerja
inovatif yang merupakan inovasi pada tingkat individu. Pengukuran
psychological capital menggunakan alat ukur Psychological Capital
Questionaire (PCQ-12) yang disusun oleh Luthans, Youssef, dan
Avolio (2007). Pengukuran perilaku kerja inovatif menggunakan
alat ukur Innovative Work Behavior Scale (IWB Scale) yang disusun
oleh Janssen (2000) dan telah diadaptasi oleh Damayanti (2013).
Partisipan penelitian berjumlah 398 karyawan perusahaan XYZ.
Melalui teknik statistik Pearson Correlation, diketahui bahwa
terdapat hubungan positif yang signifikan antara psychological
capital dan perilaku kerja inovatif (r = 0.448, n = 398, p <0.01, two
tailed)..

ABSTRACT This research was conducted to find the correlation between


psychological capital and innovative work behavior among XYZ
company’s employees. It was based on the development of creative
industries which have increased in recent years, so it took
innovation to deal with that condition. This new psychological
capital approach to gaining sustained competitive advantage is
based on the generally accepted fact that most organizations today
are not realizing the full potential of their human resources.
Psychological capital can be one of internal factors that may
contribute to innovative work behavior which is an innovation on

99
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

individual level. Psychological capital was measured by using an


instrument named Psychological Capital Questionaire (PCQ-12)
made by Luthans, Youssef, and Avolio (2007). Innovative work
behavior was measured by using Innovative Work Behavior Scale
(IWB Scale) made by Janssen (2000) and adapted by Damayanti
(2013). Participants of this research were 398 employees of XYZ
company. The Pearson Correlation indicates positive significant
correlation between psychological capital and innovative work
behavior (r = 0.448, n = 398, p <0.01, two tailed).

PENDAHULUAN kemampuan pihak di dalamnya untuk


Pada era globalisasi ini, ide-ide dan berinovasi tentunya memiliki peran penting
inovasi individu atau kelompok khususnya dalam mempertahankan dan
di bidang ekonomi terus mengalami mengembangkan industrinya guna
perkembangan yang dapat memberikan menyesuaikan diri dengan perubahan atau
luaran dalam berbagai bentuk dan terus perkembangan kompetitornya. Hal ini
mengalami peningkatan kualitas seiring didukung oleh Miron, Erez, dan Naveh
berjalannya waktu. Berkembangnya ide-ide (dalam Schermuly, 2013) yaitu untuk dapat
dan inovasi ini menimbulkan persaingan bertahan dalam ruang lingkup bisnis global,
ekonomi khususnya di negara berkembang organisasi harus secara terus menerus
yang memperluas akses bisnis mereka yang mengembangkan produk dan pelayanan
kompetitif. Hal ini dibuktikan dengan yang berinovasi.
kenyataan bahwa di Indonesia, peningkatan Waenink (2012) mengatakan inovasi
ide dan inovasi menyebabkan semakin memiliki hubungan erat dengan karyawan,
meningkatnya peranan industri kreatif yang dimana masing-masing fase dalam inovasi
telah berkembang sejak 10 tahun terakhir beserta kegiatan yang terkait memerlukan
(Ghazali, 2015). berbagai perilaku dari karyawan secara
Berdasarkan data dari Tim Studi individu. Berkaitan dengan hal tersebut,
Ekonomi Kreatif, Kementerian Pariwisata perilaku kerja inovatif (innovative work
dan Ekonomi Kreatif 2014, selama behavior) muncul sebagai suatu bentuk
beberapa tahun belakangan, tercatat bahwa inovasi pada tingkat individu (Waenink,
terdapat peningkatan kontribusi dari 2012). Janssen (2000) mengikuti Scott dan
industri kreatif terhadap Produk Domestik Bruce (1994) memberikan pemahaman
Bruto (PDB) Indonesia. Industri kreatif mengenai perilaku kerja inovatif
telah berkontribusi sebanyak 7% terhadap berdasarkan proses atau tahapannya yang
PDB di Indonesia diawali dengan adanya idea generation
(program.industrikreatif.net). Industri sehingga memunculkan sebuah ide yang
kreatif menyerap 8,6 juta orang atau 7,9% baru dan berguna dalam domain tertentu.
dari tenaga kerja Indonesia, dan menjadi Tahapan dari proses inovasi berikutnya
sektor kelima terbesar setelah pertanian, yaitu idea promotion terhadap pihak-pihak
kehutanan, perikanan dan peternakan, yang memiliki potensi. Ketika seorang
perdagangan, hotel, dan restoran, jasa pekerja telah menggenerasikan sebuah ide,
kemasyarakatan dan industri pengolahan maka individu tersebut telah terikat dalam
(Suara Pembaruan, 2012). Bukti aktivitas sosial untuk mencari teman,
peningkatan ini sesuai dengan gagasan oleh backers, sponsor yang mendukung ide, atau
Cunningham et al. (2008) yang mengatakan membangun koalisi pendukung yang dapat
bahwa industri kreatif memiliki nilai memberikan kekuatan di balik hal tersebut
ekonomi yang dinamis. (Galbraith, 1982; Kanter, 1988 dalam
Melihat kondisi industri kreatif di Janssen, 2000). Tugas akhir dari tahapan
Indonesia yang terus berkembang, proses inovasi adalah idea realization

100
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

dengan menghasilkan sebuah prototip atau tujuan, dan mengarahkan langkah menuju
model dari inovasi yang dapat dialami dan tujuan guna mencapai kesuksesan, dan (4)
sangat dapat diaplikasikan dalam sebuah ketika dilanda masalah dan kesulitan,
peran kerja, grup atau organisasi secara individu dapat menyeimbangkan dan
keseluruhan (Kanter, 1988 dalam Janssen, bangun kembali untuk mencapai
2000). Bagi organisasi yang membutuhkan kesuksesan (Luthans, Youssef & Avilio,
perilaku kerja inovatif pada karyawannya, 2007). Alasan penggabungan empat
tentunya penting untuk mempelajari faktor- konstruk yaitu efficacy, optimism, hope, dan
faktor yang berperan di dalamnya sehingga resiliency menjadi satu konstruk
dapat memunculkan perilaku tersebut. psychological capital adalah sudah
Faktor internal yang berasal dari karyawan terbuktinya bahwa banyak sumber daya
secara individu dipelajari memiliki peran psikologis dan personalyang saling
paling penting sebagai faktor perilaku kerja berhubungan satu sama lain, dimana ketika
inovatif (West & Farr, 1989; Ramamoorthy individu memiliki satu sumber daya yang
et al., 2005; Dörner, 2012). West dan Farr tinggi, seringkali akan tinggi pula pada
(1989) memiliki keyakinan bahwa terdapat sumber daya yang lain, sehingga dapat
banyak hal yang dapat dipelajari dari fokus dikatakan bahwa sumber daya tesebut
terhadap perilaku inovatif pada individu. bereaksi secara harmoni (Cozzarelli, 1993).
Salah satu aspek individual yang sangat Peretz, Binyamin dan Carmeli (2011)
membantu munculnya perilaku inovatif menyarankan bahwa kondisi positive
pada individu dapat dipelajari melalui psychological, seperti konsep psychological
perspektif psikologis yang merupakan capital dalam ruang lingkup kerja dapat
faktor internal (West & Farr, 1989). meningkatkan motivasi karyawan yang
Luthans, Youssef, dan Avolio (2007) dapat menanamkan keterikatan pada
mengajukan sebuah konsep baru yang perilaku kerja inovatif.
menarik dan menekankan pada perspektif Teori mengenai psychological capital
psikologis yaitu psychological capital, menunjukkan bahwa sumber positif
berasal dari manusia dan dapat psikologis dari efficacy, hope, resiliency,
diinvestasikan dan dikembangkan untuk dan optimism tidak dapat bertindak
unggul dalam kompetisi yang berkelanjutan maksimal apabila diteliti secara terpisah,
melalui diri individu. Hal ini didasari sebaliknya mereka menyediakan dukungan
anggapan bahwa saat ini, untuk mengelola untuk satu sama lain melalui mekanisme
organisasi secara efektif dibutuhkan bersama yang mendasari, sehingga mereka
paradigma baru dimana keunggulan dan harus dipelajari secara kolektif (Luthans,
manfaat dari kompetitif yang berkelanjutan Avolio, Avey, & Norman, 2007). Oleh
tidak bisa lagi didasarkan pada sumber daya karena itu, peneliti memutuskan untuk
tradisional atau langka, seperti fisik, meneliti hubungan psychological capital
keuangan, dan teknologi, melainkan fokus sebagai konstruk kesatuan dan perilaku
terhadap sumber daya manusia yang kerja inovatif. Meskipun diketahui bahwa
dimiliki (Luthams, Youssef, & Avolio, akan lebih baik ketika psychological capital
2007). Psychological capital merupakan diteliti secara kesatuan, hubungan tiap
suatu keadaan psikologis yang positif pada komponen di dalamnya juga dapat diteliti
individu yang berkontribusi pada kemajuan untuk mengetahui komponen mana yang
dirinya dan terdiri dari beberapa komponen: memiliki hubungan paling kuat terhadap
(1) memiliki kepercayaan diri untuk perilaku kerja inovatif, sehingga dapat
menghadapi dan memberikan usaha yang dilakukan pengembangan terkait komponen
diperlukan untuk menyelesaikan pada tugas psychological capital mengikuti masing-
yang menantang, (2) memiliki atribusi masing cara pengembangannya yang
positif untuk kesuksesan masa kini dan dikembangkan oleh Luthans, Youssef, dan
masa mendatang, (3) tekun dalam mencapai Avolio (2007). Hal ini didukung oleh

101
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

penelitian Sweetman, et al. (2010) yang sangat membutuhkan inovasi bagi


melihat hubungan psychological capital pertumbuhan organisasi berkelanjutan.
dengan kinerja kreatif baik psychological Berdasarkan anggapan-anggapan di
capital secara kesatuan maupun tiap atas, peneliti tertarik untuk melihat
komponennya. Hasil penelitian hubungan antara psychological capital
menunjukkan bahwa tiap komponen dengan perilaku kerja inovatif di industri
psychological capital memiliki hubungan kreatif, dikarenakan keadaan industri kreatif
yang signifikan dengan kinerja kreatif. yang dinamis melihat fakta-fakta yang telah
Moegni dan Sulistiawan (2012) telah dipaparkan di atas, sehingga dirasa
melakukan penelitian mengenai hubungan memerlukan perilaku kerja inovatif untuk
psychological capital dengan perilaku kerja dapat menyesuaikan dengan perkembangan.
inovatif dan hasilnya menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan di antara Dinamika psychological capital dan
keduanya. Menurut Moegni dan perilaku kerja inovatif
Sulistiawan (2012), limitasi penelitian ini Keadaan industri kreatif yang
salah satunya adalah subjek penelitian yang memiliki nilai ekonomi yang dinamis dan
merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS). terus mengalami peningkatan terhadap
Mereka berpendapat bahwa perilaku inovasi perekonomian negara, khususnya di
cenderung kurang begitu tampak pada Indonesia menekankan pihak yang terlibat
organisasi pemerintahan. Menurut Ng dan di dalamnya untuk dapat berlomba dengan
Fieldman (2010, dalam Moegni & kompetitornya guna menyesuaikan diri
Sulistiawan, 2012), di dalam organisasi dengan ruang lingkup bisnis global melalui
pemerintahan terdapat birokrasi yang cukup penerapan inovasi. Inovasi memiliki
kuat, kaku dan tidak mampu mengakomodir hubungan erat dengan keterlibatan
perkembangan zaman. karyawan secara individu, dikarenakan fase
Penelitian serupa yang dilakukan oleh inovasi yang berbeda dan aktivitas di
Abbas dan Raja (2015) mengenai hubungan dalamnya membutuhkan tindakan dari
psychological capital dengan perilaku kerja karyawan. Perilaku kerja inovatif muncul
inovatif menunjukkan terdapatnya sebagai inovasi yang dilakukan pada tingkat
hubungan yang positif secara signifikan di individu. Penelitian-penelitian sebelumnya
antara keduanya. Berbeda dengan penelitian menemukan bahwa faktor internal yang
yang dilakukan oleh Moegni dan berasal dari karyawan secara individu
Sulistiawan (2012), populasi penelitian ini memiliki peran paling penting yang
adalah beragam karyawan yang bekerja di berperan terhadap perilaku kerja inovatif
bank, kementerian, perusahaan (West & Farr, 1989; Ramoorthy et al.,
telekomunikasi, dan perusahaan tekstil di 2005; Dörner, 2012). Berkaitan dengan hal
Pakistan. Hasil penelitian Abbas dan Raja tersebut, West dan Farr (1989) memiliki
(2015) menunjukkan bahwa terdapat keyakinan bahwa terdapat banyak hal yang
hubungan yang positif dan signifikan antara dapat dipelajari dari fokus terhadap perilaku
psychological capital dan perilaku kerja inovatif pada individu. Salah satu aspek
inovatif. Namun, penelitian tersebut individual yang sangat membantu
memiliki beberapa limitasi, salah satunya munculnya perilaku inovatif pada individu
industri-industri pada sampel penelitian dapat dipelajari melalui perspektif
yang dirasa tidak memiliki tingkat psikologis (West & Farr, 1989).
kebutuhan inovasi yang tinggi. Oleh karena Luthans, Youssef, dan Avolio
itu, Abbas dan Raja (2015) menyarankan (2007) mengajukan sebuah konsep baru
penelitian berikutnya untuk meneliti yang menarik dan menekankan pada
hubungan psychological capital dan perspektif psikologis yaitu psychological
perilaku kerja inovatif pada industri yang capital, berasal dari manusia dan modal
sosialnyadapat diinvestasikan dan

102
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

dikembangkan untuk unggul dalam memiliki hubungan paling kuat terhadap


kompetisi yang berkelanjutan melalui diri perilaku kerja inovatif, sehingga dapat
individu. Luthans, Youssef, dan Avolio dilakukan pengembangan terkait komponen
(2007) menjelaskan secara spesifik bahwa psychological capital mengikuti masing-
psychological capital terdiri dari empat masing cara pengembangannya yang
komponen yang masing-masing telah dikembangkan oleh Luthans, Youssef, dan
ditemukan secara empiris dapat Avolio (2007). Hal ini didukung oleh
memprediksi kinerja dan kepuasan yang penelitian Sweetman, et al. (2010) yang
lebih baik daripada komponen individu melihat hubungan psychological capital
lainnya. Perets, Binyamin dan Carmeli dengan kinerja kreatif baik psychological
(2011) mengatakan bahwa kondisi positive capital secara kesatuan maupun tiap
psychological, seperti konsep psychological komponennya. Hasil penelitian
capital dalam ruang lingkup kerja dapat menunjukkan bahwa tiap komponen
meningkatkan motivasi karyawan yang psychological capital memiliki hubungan
dapat menanamkan keterikatan pada yang signifikan dengan kinerja kreatif.
perilaku kerja inovatif. Dalam hal ini, Berdasarkan hal di atas, peneliti berusaha
peneliti melihat bahwa psychological untuk mengkaitkan tiap komponen
capital dengan empat konstruk psikologis psychological capital dengan perilaku kerja
penting pada individu dapat menjadi salah inovatif untuk mengetahui komponen
satu dari beberapa faktor internal karyawan psychological capital apa yang memiliki
secara individu yang dapat berperan hubungan paling kuat dengan perilaku kerja
terhadap perilaku kerja inovatif.
inovatif.Berdasarkan kesimpulan dari
penemuan dan gagasan di atas, berikut ini H2 : Self efficacy memiliki hubungan yang
adalah hipotesis penelitian yang peneliti lebih kuat dibandingkan hope, resiliency,
akan lakukan: dan optimism terhadap perilaku kerja
inovatif karyawan di industri kreatif
H1 : Terdapat hubungan yang signifikan perusahaan XYZ.
antara psychological capital dan perilaku H3 : Hope memiliki hubungan yang lebih
kerja inovatif karyawan di industri kreatif kuat dibandingkan self efficacy, resiliency,
perusahaan XYZ. dan optimism terhadap perilaku kerja
inovatif karyawan di industri kreatif
Penelitian sebelumnya yang perusahaan XYZ.
dilakukan oleh Abbas dan Raja (2015) H4: Resiliency memiliki hubungan yang
menemukan bahwa psychological capital lebih kuat dibandingkan self efficacy, hope,
memiliki hubungan positif yang signifikan dan optimism terhadap perilaku kerja
terhadap perilaku kerja inovatif pada inovatif karyawan di industri kreatif
populasi penelitian yang tersebar pada perusahaan XYZ.
perusahaan-perusahaan besar di Pakistan. H5: Optimism memiliki hubungan yang
Hal ini membuat peneliti tertarik untuk lebih kuat dibandingkan self efficacy, hope,
melihat bagaimana psychological capital dan resiliency terhadap perilaku kerja
sebagai konstruk yang dikatakan dapat inovatif karyawan di industri kreatif
memprediksi pencapaian tujuan dan kinerja perusahaan XYZ.
berperan terhadap perilaku kerja inovatif
yang dibutuhkan pada industri kreatif di Pada kaitannya dengan perilaku
Indonesia. Meskipun diketahui bahwa akan kerja inovatif, self efficacy yang lebih tinggi
lebih baik ketika psychological capital memungkinkan untuk melihat tantangan
diteliti secara kesatuan, hubungan tiap sebagai sesuatu yang dapat diatasi dengan
komponen di dalamnya juga dapat diteliti kompetensi yang cukup dan usaha,
untuk mengetahui komponen mana yang sehingga mereka cenderung memilih untuk

103
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

mengeksplorasi peluang dan ranah penerbitan dan percetakan, yaitu


menggenerasikan ide-ide baru untuk perusahaan XYZ pada tingkat managerial
mengatasi hal tersebut. Individu yang dan staff. Responden penelitian berasal dari
memiliki optimisme tinggi cenderung akan 7 departemen yang berada di kantor
bersikap positif untuk berusaha melakukan perusahaan XYZ. Perusahaan XYZ
sebuah perubahaan ke arah yang lebih baik, memiliki nilai inovatif di dalam salah satu
melihat kesempatan-kesempatan di masa nilai utamanya, yaitu kompetitif.
depan, dan fokus dalam mengambil Responden penelitian harus memenuhi
kesempatan-kesempatan tersebut. Individu persyaratan yaitu memiliki status karyawan
yang memiliki hope tinggi pada umumnya tetap dengan lama bekerja minimal satu
merupakan pemikir yang mandiri dan tahun.Berdasarkan hasil cleaning data
otonom (Luthans, Youssef, & Avolio, diperoleh besaran sampel yang dapat diolah
2007). Pada kaitannya dengan perilaku yaitu sebanyak 398 responden.
kerja inovatif, individu dengan hope yang Pada penelitian ini, alat ukur yang
tinggi dapat akan mengerahkan segala digunakan yaitu alat ukur psychological
usahanya dan membuat perencanaan yang capital dan alat ukur perilaku kerja inovatif.
inovatif untuk memperoleh kesuksesan. Alat ukur psychological capital
Perilaku kerja inovatif membutuhkan menggunakan Psychological Capital
dorongan internal yang gigih untuk Questionnaire (PCQ-12) yang
bergerak melewati tantangan dan halangan dikembangkan oleh Luthans, Youssef, dan
yang ada khususnya pada perkembangan Avolio (2007). PCQ-12 terdiri dari 12 item
industri kreatif, serta untuk beradaptasi yang merupakan short version dari PCQ 24
dengan perubahan lingkungan secara item dan mengukur empat komponen, yaitu
umum. Resiliency yang tinggi dapat self efficacy, hope, resiliency, dan optimism.
memberikan mekanisme yang dibutuhkan Alat ukur ini memiliki nilai cofficient-alpha
oleh individu untuk dapat bertahan sebesar 0.828 dan nilai corrected item-total
menghadapi perubahan dan kebutuhan correlation di atas 0.2. Alat ukur perilaku
dalam memecahkan masalah secara inovatif kerja inovatif menggunakan Innovative
(Luthans, Youssef, & Avolio, 2007). Work Behaviore Scale (IWB Scale) yang
dikembangkan oleh Janssen (2000) dan
METODE PENELITIAN telah diadaptasi oleh Damayanti (2013).
Penelitian ini terdiri dari dua IWB Scale terdiri dari 9 item yang
variabel yaitu, psychological capital dan mengukur 3 tahapan perilaku kerja inovatif,
perilaku kerja inovatif. Berdasarkan Kumar yaitu idea geenration, idea promotion, dan
(1999) tipe penelitian dibagi atas tiga idea realization. Alat ukur ini memiliki
pendekatan, yaitu berdasarkan aplikasi nilai cofficient-alpha sebesar 0.914 dan
(application), tujuan (objective), dan tipe nilai corrected item-total correlation di atas
informasi yang diperoleh (type of 0.2.
information sought). Tipe penelitian pada Seluruh instrumen pengukuran
penelitian ini termasuk dalam penelitian dalam penelitian inimenggunakan metode
aplikatif, penelitian korelasional dan pengerjaan self-report dengan
penelitian kuantitatif. Desain penelitian menggunakan skala likert type yang terdiri
dapat dilihat dari tiga pendekatan, yaitu atas 6 pilihan jawaban. Pada alat ukur PCQ-
berdasarkan number of contacts,reference 12, masing-masing item diisi dengan
period, dan nature of investigation (Kumar, memilih satu di antara enam skala Likert
1999). Penelitian ini menggunakan desain type, yaitu skala 1 untuk “sangat tidak
penelitian retrospektif dan non- setuju”, skala 2 untuk “tidak setuju”, skala
experimental. 3 untuk “agak tidak setuju”, skala 4 untuk
Responden penelitianmerupakan “agak setuju”, skala 5 untuk “setuju”, dan
karyawan dari salah satu industri kreatif skala 6 untuk “sangat setuju”. Pada alat

104
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

ukur IWB Scale, masing-masing itemdiisi dengan memilih satu di antara enam skala
Likert type, yaitu skala 1 untuk dengan persentase sebesar 60.6% (241
“belum pernah sama sekali”, skala 2 untuk orang), sedangkan pada aspek usia,
“sudah mulai sesekali”, skala 3 untuk responden penelitian sebagian besar berada
“mulai agak sering”, skala 4 untuk “agak pada rentang usia 25-44 tahun dengan
sering”, skala 5 untuk “hampir selalu”, dan persentase 77.4% (308 orang). Pada aspek
skala 6 untuk “selalu menampilkan”. Pada pendidikan, sebagian besar responden telah
awalnya, skala Likert berdasarkan IWB menempuh pendidikan pada tingkat sarjana
Scale oleh Janssen (2000) terdiri dari 7 dengan persenrase 70.6% (281 orang). Jika
pilihan jawaban yang mengacu kepada dilihat dari aspek responden yang
frekuensi tidak pernah hingga selalu, berhubungan dengan perusahaan XYZ,
namun peneliti melakukan modifikasi sebagian besar responden penelitian berada
jumlah skala menjadi 1 hingga 6 untuk pada tingkat jabatan staff dengan persentase
menghindari jawaban tengah pada 65.6% (261 orang) dan berasal dari
responden. departemen bisnis dengan persentase 34.7%
Teknik statistik yang digunakan (138 orang). Lebih lanjut lagi, jika dilihat
untuk melakukan pengolahan data antara dari lamanya bekerja, sebagian besar
lain teknik statistik deskriptif, pearson responden penelitian telah bekerja di
correlation, T-test dan ANOVA (Analysis peruahaan XYZ dalam rentang waktu lebih
of Variance). dari 10 tahun dengan persentase 53.3%
(212 orang).
ANALISIS & HASIL Pada variabel penelitian, diperoleh
Responden dalam penelitian ini rata-rata skor total perilaku kerja inovatif
adalah karyawan perusahaan XYZ yang pada responden penelitian sebesar 29.71
terbagi atas tujuh departemen dan berada dengan skor terendah yaitu 10 dan skor
pada layer 3, 4, dan 5 yang diklasifikasikan tertinggi yaitu 54.Pada psychological
berdasarkan tingkah managerial dan staff. capital, diperoleh mean rata-rata skor total
Total responden dalam penelitian ini psychological capital pada responden
sebanyak 398 orang responden. Pada aspek penelitian sebesar 52.67 dengan skor
jenis kelamin, responden penelitian terendah yaitu 37 dan skor tertinggi yaitu
sebagian besar berjenis kelamin laki-laki 71.

Tabel 1. Hasil Uji Korelasi antara Psychological Capital dengan Perilaku Kerja Inovatif
Variabel r Sig (p)
psychological capital
dan perilaku kerja inovatif .448 .000*
*p <0.01 level, (two-tailed)

Berdasarkan penghitungan korelasi industri kreatif perusahaan XYZ (r = 0.448,


kedua variabel, ditemukan hubungan positif n = 398, p <0.01, two tailed), sehingga hasil
dan signifikan antara psychological capital ini menerima H1
dan perilaku kerja inovatif karyawan di

Tabel 2. Hubungan Tiap Komponen Psychological Capital terhadap Perilaku Kerja inovatif
Komponen r Sig (p)
Self efficacy .444 .000*
Hope .283 .000*
Resiliecy .252 .000*
Optimism .197 .000*

105
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

Berdasarkan pengujian yang sama, efficacy merupakan komponen


ditemukan hubungan yang positif dan psychological capital yang memiliki
signifikan antara tiap komponen hubungan lebih kuat terhadap perilaku kerja
psychological capital dan perilaku kerja inovatif di industri kreatif perusahaan XYZ
inovatif dengan dengan empat karakteristik dibandingkan komponen lainnya, sehingga
responden. Sebaliknya, kedua variabel hasil ini menerima H2 dan menolak H3, H4,
silence memiliki hubungan. Pada dan H5.
komponen self efficacy, r = 0.444, n = 398, Setelah melakukan analisis
p <.01, two-tailed, pada komponen hope, r mengenai hubungan kedua variabel, peneliti
= 0.283, n = 398, p <.01, two-tailed, pada melakukan analisis mengenai kedua
komponen resiliency, r = 0.252, n = 398, p variabel pada penelitian ini dan data
<.01, two-tailed dan pada komponen demografis yang berkaitan dengan variabel
optimism, r = .197, n = 398, p <.01, two- perilaku kerja inovatif menggunakan teknik
tailed. Berdasarkan nilai koefisien korelasi statistik independent-sample t-test dan
(r), dapat dilihat bahwa self efficacy ANOVA (analysis of variance). Melalui
memiliki hubungan lebih kuat dengan teknik statistik tersebut, peneliti dapat
perilaku kerja inovatif yang dignifikan pada mengetahui perbedaan rata-rata yang
LoS 0.01 (r = 0.444, n = 398, p <0.01, two signifikan pada beberapa aspek demografis.
tailed). Hal ini menunjukkan bahwa self

Tabel 3. Perbedaan Perilaku Kerja Inovatif Berdasarkan Aspek Demografis


Aspek Demografis N M Sig (p)
Jenis Kelamin
Laki-laki 241 31.54 t = 4.848
Perempuan 157 26.90 p = .000*
Pendidikan
SMA 41 26.73 F = 5.575
Diploma 58 26.31 p = .001*
Sarjana 281 30.63
Magister 18 33.17
Jabatan
Managerial 137 31.99 t = 3.471
Staff 261 28.52 p = .001*
Departemen
Publishing WC 92 27.84 F = 2.792
GIM 43 30.58 p = .011*
SIM 61 3079
Media Service 29 35.59
Bisnis 138 29.21
HR&GA 32 29
SKG 3 27
*p<0.05; **p <0.01 level, (two-tailed)

Teknik statistik Independent Sampel p < 0.01. Berdasarkan aspek demografis ini,
T-test menunjukan bahwa terdapat responden yang memiliki jenis kelamin
perbedaan rata-rata yang signifikan pada laki-laki memiliki rata-rata skor total
perilaku kerja inovatifjika ditinjau perilaku kerja inovatif yang paling tinggi
berdasarkan jenis kelamin, t (397) = 4.848, (M=31.51). Teknik statistik

106
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

ANOVAmenunjukan bahwa terdapat rata skor total perilaku kerja inovatif yang
perbedaan rata-rata yang signifikan pada paling tinggi (M=31.99). Teknik statistik
perilaku kerja inovatifjika ditinjau ANOVAmenunjukan bahwa terdapat
berdasarkan pendidikan, F (2,395) = 5.575, perbedaan rata-rata yang signifikan pada
p < 0.05. Berdasarkan aspek demografis ini, perilaku kerja inovatifjika ditinjau
responden yang memiliki tingkat berdasarkan departemen, F (6,391) = 2.792,
pendidikan akhir magister memiliki rata- p < 0.05. Berdasarkan aspek demografis ini,
rata skor total perilaku kerja inovatif yang responden yang berada pada departemen
paling tinggi (M=33.17). Teknik statistik bisnis memiliki rata-rata skor total perilaku
independent sampel T-test menunjukan kerja inovatif yang paling tinggi (M=29.21).
bahwa terdapat perbedaan rata-rata yang Pada analisis tambahan ini, peneliti
signifikan pada perilaku kerja inovatifjika melakukan uji pos hoc untuk mengetahui
ditinjau berdasarkan aspek jabatan, t (397) kelompok mana yang memiliki perbedaan
= 3.471, p < 0.05. Berdasarkan aspek yang signifikan pada aspek yang memiliki
demografis ini, responden yang berada pada lebih dari dua kategori, yaitu pendidikan
tingkat jabatan managerial memiliki rata- dan departemen.

Tabel 4. Uji Post Hoc Aspek Pendidikan dan Departemen


Kelompok Perbandingan Mean Difference Sig.
Pendidikan
Diploma - Sarjana 4.320 .009*
Diploma - Magister 6.856 .037*
Departemen
Media Service - Publishing WC 7.749 .003
Media Service - Bisnis 6.376 .018
*p<0.05; **p <0.01 level, (two-tailed)

Perhitungan Post Hoc Tukey Media Service (M = 35.59) menunjukan


menunjukkan rata-rata skor total pada hasil yang signifikan berbeda.
kelompok pendidikan responden
penelitian memiliki perbedaan yang DISKUSI
signifikan. Berdasarkan Tabel 4.9, Pada penelitian mengenai
diketahui bahwa kelompok tingkat hubungan psychological capital dan
pendidikan sarjana (M = 30.62, p = perilaku kerja inovatif, ditemukan bahwa
0.009) dan kelompok tingkat pendidikan terdapat hubungan yang signifikan pada
magister (M = 33.17, p = 0.037) kedua variabel tersebut. Penemuan ini
dibandingkan dengan kelompok tingkat sesuai dengan hasil penelitian terlebih
pendidikan diploma (M = 26.31) dahulu yang dilakukan oleh Abbas dan
menunjukan hasil yang signifikan Raja (2015) dengan populasi penelitian
berbeda. Selain itu, perhitungan Post yang berasal dari beragam karyawan
Hoc Tukey juga menunjukkan rata-rata yang bekerja di bank, kementerian,
skor total pada kelompok departemen perusahaan telekomunikasi, dan
responden penelitian memiliki perbedaan perusahaan tekstil di Pakistan. Abbas
yang signifikan. Berdasarkan Tabel 4.12, dan Raja (2015) mengatakan bahwa
diketahui bahwa departemen Publishing individu yang tinggi pada psychological
WC (M = 27.84, p = 0.003) dan capital, lebih mungkin untuk
departemen Bisnis (M = 29.21, p = menunjukkan perilaku kreatif atau
0.018) dibandingkan dengan departemen inovatif di tempat kerja, daripada rekan-
rekan lainnya yang memiliki

107
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

psychological capital yang rendah. besar dibandingkan hasil penelitian


Penelitian yang dilakukan Abbas dan Abbas dan Raja (2015). Peneliti melihat
Raja (2015) menunjukkan korelasi yang sampel penelitian yang berasal dari
tergolong rendah berdasarkan Guilford industri kreatif dan memiliki nilai
dan Frutcher (1978), yaitu sebesar 0.20. inovatif menjadi salah satu faktor yang
Keterbatasan penelitian tersebut salah menyebabkan nilai korelasi penelitian ini
satunya terletak pada sampel penelitian lebih besar. Berdasarkan nilai korelasi
yang berasal dari industri-industri yang didapatkan, diketahui bahwa 20.7%
dirasa tidak memiliki tingkat kebutuhan varians dalam perilaku kerja inovatif
inovasi yang tinggi, sehingga Abbas dan diprediksi melalui hubungannya dengan
Raja (2015) menyarankan penelitian psychological capital.
berikutnya untuk meneliti hubungan Pada diskusi terkait nilai korelasi
psychological capital dan perilaku kerja yang diperoleh tiap komponen
inovatif pada industri yang sangat psychological capital, diketahui
membutuhkan inovasi bagi pertumbuhan komponen self efficacy memiliki
organisasi berkelanjutan. Penelitian hubungan yang paling kuat terhadap
serupa lainnya yang dilakukan oleh perilaku kerja inovatif. Self efficacy
Moegni dan Sulistiawan (2012) didefinisikan sebagai keyakinan individu
menunjukkan bahwa tidak terdapatnya tentang kemampuannya untuk
hubungan yang signifikan pada memobilisasi motivasi, sumber daya
psychological capital dan perilaku kerja kognitif, dan tindakan yang diperlukan
inovatif pada dengan sampel penelitian untuk berhasil melaksanakan tugas
unit kerja di lingkungan perguruan tinggi tertentu dalam konteks tertentu (Luthans,
X. Menurut Moegni dan Sulistiawan Youssef, & Avolio, 2007). Self efficacy
(2012), hal ini disebabkan oleh perilaku yang memiliki hubungan paling kuat
inovasi yang cenderung kurang begitu dapat dikarenakan self efficacy
tampak pada organisasi pemerintahan merupakan keyakinan dasar individu
dibandingkan organisasi swasta atau akan kemampuannya, sehingga menjadi
yang berorientasi waralaba. hal utama yang harus individu. Pada
Berdasarkan keterbatasan kedua kaitannya dengan perilaku kerja inovatif,
penelitian terdahulu, penelitian kali ini self efficacy yang lebih tinggi
meneliti hubungan psychological capital memungkinkan untuk melihat tantangan
dan perilaku kerja inovatif pada populasi sebagai sesuatu yang dapat diatasi
karyawan yang berasal dari industri dengan kompetensi yang cukup dan
kreatif. Industri kreatif memiliki nilai usaha (Bandura, 2008 dalam Luthans,
ekonomi yang dinamis, dimana cepat Avolio, & Norman, 2007), sehingga
bergerak dan mudah menyesuaikan diri mereka cenderung memilih untuk
dengan keadaan (Cunningham et al., mengeksplorasi peluang dan
2008), sehingga inovasi dirasakan sangat menggenerasikan ide-ide baru untuk
dibutuhkan untuk menyesuaikan dengan mengatasi hal tersebut. Pada perusahaan
perkembangan. Korelasi yang XYZ, karyawan dengan self efficacy
didapatkan dari psychological capital yang tinggi cenderung memiliki tingkat
dan perilaku kerja inovatif adalah perilaku inovatif yang tinggi juga. Dalam
sebesar 0.448. Menurut Guilford dan hal ini, peneliti melihat semakin
Frutcher (1978), nilai korelasi 0.448 karyawan memiliki keyakinan akan
tergolong korelasi yang sedang. Hasil kemampuannya, semakin besar
korelasi yang tergolong sedang ini keinginan mereka untuk dapat
menunjukkan tingkat korelasi yang lebih mengeksplorasi peluang dan

108
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

menggenerasikan idenya menjadi sebuah mempertimbangkan jumlah item pada


inovasi yang dapat memberikan manfaat kuesioner yang harus diisi dalam satu
bagi perusahaan. waktu. Saran praktis untuk penelitian
berikutnya antara lain perusahaan dapat
SIMPULAN melakukan intervensi terkait
Temuan penelitian menunjukkan psychological capital pada karyawan di
bahwa psychological capital memiliki perusahaan industri kreatif. Luthans,
hubungan yang positif dan signifikan Youssef, et al. (2006) mengatakan
dengan perilaku kerja inovatif di industri bahwa psychological capital berisifat
kreatif. Hal ini menunjukkan bahwa terbuka terhadap perkembangan dan
semakin tinggi psychological capital perbaikan melalui program pelatihan,
yang dimiliki oleh karyawan perusahaan aktivitas dalam pekerjaan, dan intervensi
XYZ, semakin tinggi pula perilaku kerja yang terfokus, yang dapat dijadikan
inovatif mereka. Sebaliknya, semakin referensi bagi perusahaan. Selain itu,
rendah psychological capital yang perusahaan juga dapat melakukan
dimiliki oleh karyawan perusahaan pengembangan terhadap komponen
XYZ, semakin rendah pula perilaku psychological capital yang memiliki
kerja inovatif mereka. hubungan lebih kuat terhadap perilaku
Pada hasil penelitian terkait kerja inovatif, yaitu self efficacy yang
komponen psychological capital, diajukan dalam Luthans, Youssef, dan
diketahui bahwa keempat komponen Avolio (2007). Cara yang dapat
psychological capital, yaitu self efficacy, diaplikasikan perusahaan yaitu
hope, resiliency, dan optimism memiliki penyampaian umpan balik positif yang
hubungan yang positif dan signifikan lebih besar dibandingkan penghargaan
dengan perilaku kerja inovatif karyawan finansial dan teknik motivasi lainnya,
di industri kreatif perusahaan XYZ. Di yang merupakan satu dari empat upaya
antara keempat komponen pada pengembangan self efficacy pada
psychological capital, diketahui bahwa karyawan yang dapat dilakukan
self efficacy memiliki hubungan paling perusahaan, sehingga peningkatan self
kuat terhadap perilaku kerja inovatif efficacy akan memengaruhi perilaku
karyawan di industri kreatif perusahaan kerja inovatif. Untuk dapat
XYZ menumbuhkan perilaku kerja inovatif
pada individu, perusahaan juga dapat
SARAN lebih memperhatikan faktor-faktor yang
Terkait dengan kesimpulan, mempengaruhi indidu untuk berinovasi,
diskusi, dan keterbatasan penelitian yang seperti dukungan dari organisasi
telah dijabarkan di atas, peneliti terhadap karyawan, peningkatan
memiliki beberapa saran yang bertujuan kohesivitas kelompok, hubungan atasan
untuk penelitian selanjutnya mengenai bawahan yang efektif melalui umpan
psychological capital dan perilaku kerja balik dan penghargaan, dan turut
inovatif agar dapat lebih baik lagi. Saran melibatkan karyawan dalam keputusan
teoretik untuk penelitian berikutnya yang hendak diambil perusahaan (West
antara lain dilakukannya penelitian & Farr, 1989).
kembali mengenai hubungan
psychological capital dan perilaku kerja DAFTAR PUSTAKA
inovatif pada perusahaan industri kreatif Abbas, M., & Raja, U. (2015). Impact of
di luar penerbitan dan percetakan, lebih psychological capital on innovative
menekankan kerahasiaan data, dan performance and job stress.

109
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

Canadian Journal of Applied Psychology: An


Administrative Sciences. International Review, 44, 199-215.
Aiken, L. R. (2000). Psychological Cozzarelli, C. (1993). Personality and
testing and assessment. Needham self-efficacy as predictors of
Height. Allyn & Bacon. coping with abortion.Journal of
Amabile, T. M. (1988). A model of Personality and Social
creativity and innovation in Psychology, 65, 1224–1237.
organization. Research in Cunningham, S., Ryan, M., Keane, M.,
Organizational Behavior, 10, 123- & Ordonez, D. (2008). Financing
167. creative industries in developing
Amabile, T. M. (1996). Creativity in countries. Creative Industries and
Context. Westview Press: Boulder, Developing Countries: Voice,
CO. Choice and Economic Growth, 65-
Arif, S., Zubair, A., & Manzoor, Y. 110.
(2012). Innovative work behavior Dessler, G. (2008). Human resources
and communication climate among management (11th ed). New Jersey:
employees of advertising agencies. Pearson Prentice Hall.
National Institute of Psychology Damayanti, R.R. (2013). Pengaruh
Quaid-i-Azam, 65-72. kepemimpinan transformasional
Avey, J. B., Reichard, R. J., Luthans, F., terhadap perilaku kerja inovatif
& Mhatre, K. H. (2011). Meta- pada karyawan. (Skripsi).
analysis of the impact of positive Universitas Indonesia. Depok.
psychological capital on employee De Jong, J. P. J., & Hartog, D. N. D.
attitudes, behaviors, and (2008). Innovative work behavior:
performance. Human Resource measurement and validation.
Development Quarterly, 127-151. Scientific Analysis of
Avey, J. B., Avolio, B. J., & Luthans, F. Entrepreneurship and SMEs, 1-27.
(2011). Experimentally analyzing De Jong, J., & Den Hartog, D. (2003).
the process and impact of leader Leadership as a determinant
positivity on follower positivity innovative behavior a conceptual
and performance. The Leadership framework. Retrieved from
Quarterly, 22(2), 282-294. http://www.ondernemerschap.nl/
Basu, R. & Green, S. G. (1997). Leader- pdf- ez/h200303.pdf
member exchange and Dorenbosch, L. W., Engen, M. L., &
transformational leadership: An Verhagen, M. (2005). On-the-job
empirical examination of innovation: The impact of job
innovative behaviors in leader- design and human resource
member dyads. Journal of Applied management through product
Social Psychology, 27 (6), 477- ownership. Creativity and
499. Innovation Management, 14(2),
Bisnis UKM (2012). Artikel [on-line]. 129-141.
Diakses 15 Maret 2015 dari Friedenberg, L. (1995). Psychological
http://bisnisukm.com/mengenal- testing : Design, analysis, and use.
industri-kreatif-di-indonesia.html Boston : Allyn and Bacon.
Bunce, D. & West, M. A. (1995). Garet, H. (1960). Statistic in psychology
Personality and perceptions of and education (5th ed). New York:
group climate factors as predictors Longman, Green & Company.
of individual innovation at work.

110
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

Gravetter, F. J., & Forzano, L.B. (2012). of Occupational and


Research methods in behavioral Organizational Psychology, 76,
science. California: Wadsworth 347–364.
Cengage Learning. Janssen, O. (2004). How fairness
Ghazali, A (2015, 16 Februari). perceptions make innovative
Pemetaan industri kreatif di behavior more or less stressful.
Indonesia. Artikel [on-line]. Journal of Organizational
Diakses 15 Maret 2015 dari Behavior, 25(2), 201-16.
http://www.cielsbm.org/pemetaan- Janssen, O. & Van Yperen, N.W.
industri-kreatif-di-indonesia.html
Guilford, J. P., & Frutcher, B. (1978). (2004). Employees’ goal orient
Fundamental statistics in ations, the quality of leader-
th
psychology and education (6 ed). member exchange, and the
New York: McGraw-Hill, Inc. outcomes of job performance and
Hair. J. F., Black. W. C., Babin. B. J., & job satisfaction. Academy of
Anderson. R. E. (2010). Overview Management Journal, 47(3), 368-
of multivariate methods. Pearson 384.
Prentice Hall. Jaya, E. S., & Mangundjaya, W. (2010).
Hammond, M.M., Farr, J.L., Neff, N.L., Examining the Factorial Validity
Schwall, A.R., & Zhao, X. (2011). of Indonesian General
Predictors of individual level of Psychological Capital
innovation at work: A meta Questionnaire (I- GPCQ). Diakses
analysis. Psychology of Aesthetics, dari
Creativity, and the Arts, 5(1), 90- http://www.academia.edu/7147734
103. /The_Impact_of_Workplace_Well-
Hsiao, H. C., Chang, J. C., Ling Tu, Y., Being_and_Psychological_Capital
& Chen, S. C. (2011). The impact _to_the_Individual_Readiness_for
of self efficacy on innovative work _Change
behavior for teachers. Kaplan, R., & Saccuzo, D. (2005).
International Journal of Social Psychological testing: Priciples,
Science and Humanity, 1(1), 31- application, and issues (6th ed.).
36. Belmount: Wadsworth.
Hsu, M. L A., Hous, S. T., & Fan, H. L. Kanter, R. (1988), When a thousand
(2011). Creative self-efficacy and flowers bloom: structural,
innovative behavior in a service collective, and social conditions
setting: optimism as a moderator. for innovation in organizations, in
Journal of Creative Behavior, Staw, B.M. and Cummings, L.L.
45(4), 258-272. (Eds). Research in Organizational
Janssen, O. (2000). Job demands, Behavior, 10, 169-211.
perception of effort-reward Kerlinger, F. N. (2000). Foundations of
fairness and innovative work behavioral research (2nd ed). New
behavior. Journal of Occupational York: New York University.
and Organizational Psychology, Kumar, R. (1999). Research
73(3), 287-302. metodology: A step-by-step guide
Janssen, O. (2003). Innovative behaviour for beginners. Malaysia: Sage
and job involvement at the price of Publications.
conflict and less satisfactory Luthans, F. (2002). The need for and
relations with co-workers. Journal meaning of positive organizational

111
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

behavior. Journal of perspective. Social and Behavioral


Organizational Behavior, 23, 695– Sciences,110, 738 – 746.
706. Ornstein, S., Cron, W. L., & Slocum, J.
Luthans, F., Avolio, B. J., Avey, J. B., & W. (1989). Life Stage Versus
Norman, S. M. (2007). Positive Career Stage: A Comparative Test
psychological capital: of The Theories of Levinson and
Measurement and relationship with Super. Journal of Organizational
performance and satisfaction. Behavior, 10(2), 117-133.
Personnel Psychology, 60, 541– Oukes, T. (2010). Innovative work
572. behavior: a case study at a tire
Luthans, F., & Youssef, C. M. (2007). manufacturer. Belanda: University
Emerging positive organizational of Twente.
behavior. Journal of Management, Parman, A., Subagiyo, Chairi, B.,
33, 321-349. Erwidodo, Kresnarini, H, I., &
Luthans, F., Youssef, C. M., & Avolio, Suseno, E. (2008). Pengembangan
B. J. (2007). Psychological Ekonomi Kreatif Indonesia 2025.
capital: Developing the human Indonesia : Departemen
competitive edge. USA : Oxford Perdagangan Republik Indonesia.
University Press, Inc. Diakses dari http://dgi-
Luthans, F., Avey, J. B., Smith, R. C., & indonesia.com/wp-
Li, W. (2008). More evidence on content/uploads/2009/05/buku-1-
the value of Chinese workers’ rencana-pengembangan-ekonomi-
psychological capital: A kreatif-indonesia-2009.pdf
potentially unlimited competitive Patterson, F., Kerrin, M., & Gatto-
resource?. The International Roissard, G. (2009).
Journal of Human Resource Characteristics and behaviours of
Management,19, 818–827. innovative people in organizations.
Kleysen, R. F., & Street, C. T. (2001). NESTA ResearchReports. London:
Towards a multi-dimensional Nesta.
measure of individual innovative Peterson, S. J., Luthans, F., Avolio, B. J.,
behavior. Journal of Intellectual Walumbwa, F. O., & Zhang, Z.
Capital, 2 (3), 284-296. (2011). Psychological capital and
Michaelis, B., Buch, V., Stegmaier, R. & employee performance: a latent
Sonntag, K. (2008). A recipe for growth modeling approach.
effective and non-stressful change: Personnel Psychology, 64, 427–
The role of organizational support 450.
and fairness. The Seventh Ramamoorthy, N., Flood, P.C., Slattery,
International Conference on T., & Sardessai, R. (2005).
Occupational Stress and Health, Determinants of innovative work
2004 (Washington, DC). behaviour: development and test of
Moegni, N., & Sulistiawan, J. (2012). an integrated model. Creativity and
Pengaruh Psychological Capital Innovation Management, 14(2),
terhadap Innovative Work 142-150.
Behaviors: Efek Moderasi Royal, K. (2011). Understanding
Perceived Procedural Fairness. Reliability in Higher Education
Majalah Ekonomi, 125-134. Student Learning Outcomes
Moore, I. (2013). Cultural and creative Assessment. Dalam D. Hopen
industries concept: A historical (Ed). Quality Approaches in

112
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

Higher Education. Milwaukee: Tim Studi Ekonomi Kreatif, (2014).


American Society for Quality. Artikel [on-line]. Diakses 15
Scott, S. G., & Bruce, R. A. (1994). Maret 2015 dari
Determinants of innovative http://program.indonesiakreatif.net
behavior: A path model of /research/kontribusi-ekonomi-
individual innovation in the kreatif-indonesia/
workplace. Academy of UNCTAD. (2010). Creative Economy
Management Journal, 37 (3), 580- Report 2010. Diakses dari
607. http://unctad.org/en/Docs/ditctab20
Schermuly, C. C., Meyer, B., & 103_en.pdf
Dammer, L. (2013). Leader- UNESCO. (2005). Understanding
member exchange and innovative Creative Industries. Diakses dari
behavior. Journal of Personnel http://portal.unesco.org/culture/es/f
Psychology, 12(3), 132–142. iles/30297/11942616973cultural_st
Seibert, S. E., Kraimer, M. U., & Crant, at_EN.pdf/cultural_stat_EN.pdf
J. M. (2001). What do proactive Utami, L. D., & Lantu, D. C. (2014).
people do? A longitudinal model Development competitiveness
linking proactive personality and model for small medium
career success. Personnel enterprises among the creative
Psychology, 54, 845-874. industry in bandung. Social and
Spreitzer, G.M. (1995), Psychological Behavioral Sciences, 115, 305-
empowerment in the workplace: 323.
Dimensions, measurement, and Vinarski-Perets, H., Binyamin, G., &
validation, Academy of Carmeli, A. (2011). Subjective
Management Journal, 38, 1442- relational experiences and
146. employee innovative behavior in
Suara Pembaruan (November, 2012). the workplace. Journal of
Artikel [on-line] Diakses 15 Maret Vocational Behavior, 78(2), 290-
2015 dari 304.
http://sp.beritasatu.com/ekonomida Waenink, E. (2012). Creating innovation
nbisnis/dorong-pertumbuhan- in employees, the effect of
industri-kreatif-di-indonesia/26954 competences on innovative work
Sweetman, D., Luthans, F., Avey, J. B., behavior and the moderating role
& Luthans, B. C. (2010). of human resources practices.
Relationship between positive (Master’s Thesis). Universiteit
psychological capital and creative Twente, Enschede.
performance. Canadian Journal of West, M.A., & Farr, J.L. (1989).
Administrative Sciences, 28(1), 4- Innovation at work: Psychological
13. perspectives. Social Behavior, 4,
15-30.

113

Anda mungkin juga menyukai