Anda di halaman 1dari 5

1.

Apa yang dimaksud dengan jalur poliol, protein kinase C, heksosamin, dan epigenetik
penyebab DM?
2. Apa yang dimaksud dengan sindrom metabolik resistensi insulin?
3. Bagaimana melakukan pengukuran glukosa darah mandiri dan interpretasinya?
4. Jelaskan pengkajian keperawatan DM dengan infeksi ulkus kaki diabetikum
5. Jelaskan pengkajian keperawatan DM dengan komplikasi nefropati hipokalemi

JAWABAN

1.
2. Sindrom metabolik merupakan suatu kumpulan faktor risiko metabolik, dan ini dapat menjadi
indikator akan terjadinya penyakit yang berkaitan dengan pembuluh darah. Faktor risiko
tersebut antara lain terdiri dari dislipidemia aterogenik, peningkatan tekanan darah,
peningkatan kadar glukosa plasma, keadaan prototrombik, dan proinflamas
Sindromaa metabolik merupakan kelainan metabolik baik lipid maupun non-lipid yang
merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner yang terdiri atas obesitas sentral,
dislipidemia aterogenik (kadar Trigliserida tinggi dan kadar kolesterol high density
lipoprotein (HDL) rendah, hipertensi dan kadar glukosa plasma abnormal,keadaan tersebut
berkaitan erat dengan suatu kelainan sistemik yang dikenal sebagai resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah gangguan respon biologis terhadap insulin dengan akibat
kebutuhan insulin tubuh meningkat sehingga terjadi hiperinsulinemia untuk mempertahankan
kadar glukosa plasma agar tetap dalam batas normal.21 Resistensi insulin sangat berkaitan
dengan obesitas, khususnya dengan penimbunan jaringan lemak abdominal atau obesitas
sentral
Resistensi insulin dan hipertensi sistolik merupakan faktor yang menentukan terjadinya
disfungsi endotel. Sel endotel berespon terhadap insulin, dan resistensi insulin dengan
vasodilatasi endotel-dependen terganggu dalam respon terhadap asetilkolin. Disfungsi endotel
ini berhubungan dengan stres oksidatif dan menyebabkan penyakit kardiovaskuler. Hal ini
menunjukkan bahwa hiperinsulinemia dapat meningkatkan perlekatan makrofag pada
endotelium.
Dua patofisiologi utama yang mendasari terjadinya kasus DMT2 secara genetik adalah
resistensi insulin dan defek fungsi sel beta pankreas. Resistensi insulin merupakan kondisi
umum bagi orang-orang dengan berat badan overweight atau obesitas. Insulin tidak dapat
bekerja secara optimal di sel otot, lemak, dan hati sehingga memaksa pankreas
mengkompensasi untuk memproduksi insulin lebih banyak. Ketika produksi insulin oleh sel
beta pankreas tidak adekuat guna mengkompensasi peningkatan resistensi insulin, maka kadar
glukosa darah akan meningkat, pada saatnya akan terjadi hiperglikemia kronik. Hiperglikemia
kronik pada DMT2 semakin merusak sel beta di satu sisi dan memperburuk resistensi insulin
di sisi lain, sehingga penyakit DMT2 semakin progresif.
Secara klinis, makna resistensi insulin adalah adanya konsentrasi insulin yang lebih
tinggi dari normal yang dibutuhkan untuk mempertahankan normoglikemia. Pada tingkat
seluler, resistensi insulin menunjukan kemampuan yang tidak adekuat dari insulin signaling
mulai dari pre reseptor, reseptor, dan post reseptor. Secara molekuler beberapa faktor yang
diduga terlibat dalam patogenesis resistensi insulin antara lain, perubahan pada protein kinase
B, mutasi protein Insulin Receptor Substrate (IRS), peningkatan fosforilasi serin dari protein
IRS, Phosphatidylinositol 3 Kinase (PI3 Kinase), protein kinase C, dan mekanisme molekuler
dari inhibisi transkripsi gen IR (Insulin Receptor). (Eva Dacroli 2019)

3. Prosedir atau langkah langkah pengukuran gula darah (PERKENI, 2019)


a. Memilih tempat tusukan
Pilihlah tepi ujung jari tangan (bagian lateral ujung jari), terutama pada jari ke-3, 4, dan 5

karena kurang menimbulkan rasa nyeri. Jika tidak memungkinkan, pemeriksaan dapat
dilakukan di daerah telapak tangan pangkal ibu jari (tenar).
Pada kondisi tertentu (misal luka bakar pada kedua tangan), penusukan dapat dilakukan
pada lengan bawah, paha, dan telapak tangan, namun hasilnya tidak seakurat
dibandingkan hasil pemeriksaan pada ujung jari
b. Cucilah tangan dengan air dan sabun dan keringkan. Bersihkan tempat yang akan ditusuk
dengan alkohol 76%, gunakan tetesan darah pertama. Jika permukaan tempat yang akan
ditusuk tidak memungkinkan untuk dibersihkan dan lokasi terlihat kotor, maka tetesan
darah pertama dibersihkan dahulu dan pemeriksaan menggunakan tetesan darah kedua
c. Lakukan pemijatan ringan ujung jari sebelum ditusuk. Setelah ditusuk, jari tidak boleh
ditekan-tekan lagi, karena sampel darah yang keluar merupakan plasma, bukan serum.
d. Gunakan lanset yang tipis dan tajam untuk menghindari rasa nyeri. Gunakan satu lanset
untuk satu kali penggunaan untuk mencegah transmisi bakteri patogen, infeksi kulit, dan
reaksi kulit lainnya, serta mencegah penggunaan jarum lanset yang tumpul.
e. Lakukan pengaturan kedalaman tusukan lanset sesuai kebutuhan masing-masing
penyandang, dengan mengaturnya melalui angka-angka yang tertera pada pen pemegang
lanset.44 Jika menggunakan lanset tanpa pen (safety pro uno), maka kedalaman tidak bisa
diatur.
f. Lakukan penusukan dengan lanset.
g. Teteskan darah pada ujung strip. Masing-masing alat glukometer mempunyai cara yang
berbeda sehingga perlu diperhatikan cara dan syarat masing-masing alat tersebut.
Glukometer seharusnya tidak digunakan bersama dengan penyandang lain. Jika
glukometer digunakan bersama oleh beberapa penyandang, glukometer harus dibersihkan
dan didisinfeksi sebelum digunakan kembali sesuai dengan instruksi pabrik pembuatnya.
h. Jika pemeriksaan telah selesai, bersihkan darah pada ujung jari dengan alkohol ataupun
kapas
i. Lakukan pencatatan hasil dan waktu PGDM dalam buku catatan harian glukosa darah
atau secara digital.
4. Pengkajian ulkus Kaki Diabetes Mellitus
a. Pemeriksaan Vaskuler
1) Lihat: apakah terdapat kemerahan pada ibu jari (penurunan arus balik vena)
2) Lihat dan rasakan tekstur kulit: atropi subkutan (baked-potato skin), perubahan warna,
berkerut, penurunan rambut kaki
3) Lihat dan rasakan tekstur kulit: atropi subkutan (baked potato skin), perubahan warna,
berkerut, penurunan rambut kaki
4) Lihat kondisi luka, apakah terdapat luka iskemik (iregular dan nekrosis)
5) Palpasi: arteri dorsalis pedis, popliteal dan femoralis, CRT pada ibu jari kaki (normal <
3 detik)
6) Gunakan Doppler untuk pemeriksaan vaskuler yang lebih akura
b. Pemeriksaan Neurologi: Semmes - Weinstein Monofilamen
c. Pemeriksaan Dermatologik
1) Gunakan Pencahayaan yang baik untuk memeriksa: 1. Kondisi kulit diantara jari-jari
kaki 2. Ujung kuku 3. Jamur pada ibu jari
2) Kondisi ulser (lokasi, luas, kedalaman, bau, drainase, tipe jaringan pada luka)
d. Pemeriksaan PEDIS
P = Perfusi
1) Perabaan kaki dingin
2) Sianosis
3) Kebiruan/iskemik
4) Nyeri saat istirahat
5) Klaudikasio
6) Pemeriksaan Doppler Sonografi
7) Palpasi (kuat/lemah/hilang) dan TD sistolik arteri dorsalis pedis (ka/ki)
8) Palpasi (kuat/lemah/hilang) dan TD sistolik arteri tibialis posterior (ka/ki)
9) TD sistolik arteri brakhialis - ABI (ANKLE/BRACHIAL INDEKS)
E = Extent/Ukuran Luka
1) Luas luka ……. cm2
2) Gunakan pengukur luas luka/plastik dengan skala
D = Depth/Kedalaman luka
1) Grade 1: Luka hanya sampai lapisan dermis
2) Grade 2: Luka sudah menembus lapisan subkutis yang meliputi fasia, otot atau
tendon
3) Grade 3: Luka sudah sampai sendi dan tulang

I = Infeksi
a. Bengkak b. Eritema c. Nyeri d. Hipertemi lokal e. Sekret (warna, konsistensi, jumlah,
bau) f. Maserasi g. Krepitasi h. Osteomilitis i. Abses j. Sepsis sendi k. Fascilitis l.
TD, N, HR, S, lekosit
S = Sensasi
1) Dokumetasikan setiap temuan pemeriksaan vaskular, neurologic, dermatologic,
PEDIS
2) Laporkan setiap temuan abnormal
5.

Anda mungkin juga menyukai