Anda di halaman 1dari 19

PRAKTIKUM 1

PEMBUATAN LARUTAN I

1.1 Tujuan
Terampil dalam melakukan pembuatan larutan dengan berbagai satuan
konsentrasi

1.2 Teori Pengantar


Larutan merupakan jenis campuran yang bersifat homogen. Artinya, pelarut
dengan zat pelarut memiliki fasa yang sama sehingga sulit untuk dilihat
perbedaannya. Biasanya, zat yang memiliki jumlah lebih banyak disebut sebagai
pelarut, sedangkan zat jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut. Fasa larutan
dapat berupa gas, padat, dan cair tergantung dari sifat kedua komponen atau lebih
pembentuk larutan.
Jumlah zat terlarut yang larut di dalam pelarut disebut dengan konsentrasi
larutan. Konsentrasi larutan sangat mempengaruhi tingkat kepekatan dari suatu
larutan. Ada beberapa jenis satuan konsentrasi yang biasanya digunakan, yaitu
molaritas (M), molalitas (m), normalitas (N), persen volume, persen massa, dan
ppm (Part Per Million).

1.3 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Gelas Kimia 100 mL
2. Batang pengaduk (1 buah)
3. Spatula (1 buah)
4. Kaca arloji (1 buah)
5. Neraca analitik (1 buah)
6. Gelas ukur 10 mL
7. Labu ukur
8. Corong
9. Pipet volume/pipet gondok (1 buah)

Page 1 of 19
STIKES Rajawali Bandung
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. NaCl
2. Akuades
3. Kertas label

1.4 Langkah-Langkah Percobaan


A. Membuat Larutan (Molaritas)
1. Lakukan perhitungan massa NaCl yang harus dilarutkan dalam 100
mL akuades dengan konsentrasi 0,1 M
2. Timbanglah NaCl berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan
neraca analitik
3. Masukkan NaCl ke dalam gelas kimia yang berisi 50 mL akuades,
aduk hingga larut seluruhnya.
4. Masukkan larutan NaCl ke dalam labu ukur 100 mL
5. Masukkan 25 mL akuades ke dalam gelas kimia dan masukkan ke
dalam labu ukur sekaligus membilas corong yang digunakan
6. Tambahkan akuades ke dalam labu ukur hingga tanda batas, kemudian
homogenkan dan beri label

B. Membuat Larutan (molalitas)


1. Lakukan perhitungan massa NaCl yang harus dilarutkan dalam 100
mL akuades dengan konsentrasi 0,1 molal
2. Timbanglah NaCl dengan menggunakan neraca analitik
3. Masukkan NaCl ke dalam gelas kimia yang berisi 50 mL akuades,
aduk hingga larut seluruhnya.
4. Masukkan larutan NaCl ke dalam labu ukur 100 mL
5. Masukkan 25 mL akuades ke dalam gelas kimia dan masukkan ke
dalam labu ukur sekaligus membilas corong yang digunakan
6. Tambahkan akuades ke dalam labu ukur hingga tanda batas, kemudian
homogenkan dan beri label.

Page 2 of 19
STIKES Rajawali Bandung
C. Membuat Larutan (Normalitas)
1. Lakukan perhitungan massa NaCl yang harus dilarutkan dalam 100
mL akuades dengan konsentrasi 0,1 N
2. Timbanglah NaCl dengan menggunakan neraca analitik
3. Masukkan NaCl ke dalam gelas kimia yang berisi 50 mL akuades,
aduk hingga larut seluruhnya.
4. Masukkan larutan NaCl ke dalam labu ukur 100 mL
5. Masukkan 25 mL akuades ke dalam gelas kimia dan masukkan ke
dalam labu ukur sekaligus membilas corong yang digunakan
6. Tambahkan akuades ke dalam labu ukur hingga tanda batas, kemudian
homogenkan dan beri kertas label

D. Membuat Larutan (Persen)


1. Lakukan perhitungan massa NaCl yang harus dilarutkan dalam 100
mL akuades dengan konsentrasi 5 %
2. Timbanglah NaCl dengan menggunakan neraca analitik
3. Masukkan NaCl ke dalam gelas kimia yang berisi 50 mL akuades,
aduk hingga larut seluruhnya.
4. Masukkan larutan NaCl ke dalam labu ukur 100 mL
5. Masukkan 25 mL akuades ke dalam gelas kimia dan masukkan ke
dalam labu ukur sekaligus membilas corong yang digunakan
6. Tambahkan akuades ke dalam labu ukur hingga tanda batas, kemudian
homogenkan dan beri label.

E. Membuat Larutan (ppm)


1. Lakukan perhitungan massa NaCl yang harus dilarutkan dalam 100
mL akuades dengan konsentrasi 100 ppm
2. Timbanglah NaCl dengan menggunakan neraca analitik
3. Masukkan NaCl ke dalam gelas kimia yang berisi 50 mL akuades,
aduk hingga larut seluruhnya.
4. Masukkan larutan NaCl ke dalam labu ukur 100 mL
Page 3 of 19
STIKES Rajawali Bandung
5. Masukkan 25 mL akuades ke dalam gelas kimia dan masukkan ke
dalam labu ukur sekaligus membilas corong yang digunakan
6. Tambahkan akuades ke dalam labu ukur hingga tanda batas, kemudian
homogenkan dan beri label

F. Pengenceran
1. Lakukan perhitungan volume yang harus diukur untuk melakukan
pengenceran larutan menjadi 0,01 M; 0,01 m; 0,01 N; NaCl 2%; dan
NaCl 50 ppm. Persamaan untuk pengenceran:
𝑀1 𝑉1 = 𝑀2 𝑉2 (molaritas)
𝑚1 𝑉1 = 𝑚2 𝑉2 (molalitas)
𝑃1 𝑉1 = 𝑃2 𝑉2 (persen)
2. Masukkan larutan dengan volume tersebut ke dalam labu ukur,
kemudian tambahkan akuades hingga tanda batas
3. Masukkan larutan tersebut ke dalam botol reagen, kemudian beri label.

Page 4 of 19
STIKES Rajawali Bandung
PRAKTIKUM 2
PEMBUATAN LARUTAN II

2.1 Tujuan
 Membuat larutan baku primer
 Membuat larutan baku sekunder dari zat berwujud padat dan zat berwujud cair
 Menentukan konsentrasi larutan baku sekunder dengan larutan baku primer
menggunakan metode titrasi

2.2 Teori Pengantar


Larutan baku atau larutan standar merupakan larutan yang dapat diketahui
konsentrasinya secara tepat dari suatu zat. Larutan baku standar biasanya digunakan
untuk mengetahui konsentrasi dari larutan lainnya dengan metode titrasi. Ada dua
macam larutan baku, yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder.
Larutan baku primer merupakan larutan yang dapat diketahui konsentrasinya
secara tepat melalui metode gravimateri zat yang dilarutkan. Konsentrasi larutan
dapat diketahui melalui perhitungan sederhana. Zat-zat yang dapat dijadikan
sebagai larutan baku primer harus mudah diperoleh dalam keadaan murni, tidak
reaktif (stabil) sehingga tidak mempengaruhi saat proses penimbangan, berat
molekul besar, dan memiliki kelarutan yang tinggi. Contoh dari zat yang dapat
dijadikan sebagai larutan baku primer adalah asam oksalat, asam benzoat, kalium
dikromat, dan natrium klorida.
Larutan baku sekunder dibuat dari zat yang tidak murni atau sulit untuk
diperoleh dalam keadaan murni. Larutan ini dapat diketahui konsentrasinya melalui
proses titrasi oleh larutan baku primer. Contoh dari larutan baku sekunder adalah
perak nitrat, kalium permanganate, besi(II) sulfat, dan natrium hidroksida, dan
sebagainya.

Page 5 of 19
STIKES Rajawali Bandung
2.3 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Buret 50 mL 1 buah
2. Pipet volume 10 mL 1 buah
3. Pipet volume 5 mL 1 buah
4. Gelas Kimia 100 mL 2 buah
5. Karet penghisap 1 buah
6. Erlenmeyer 250 mL 2 buah
7. Labu ukur 100 mL 1 buah
8. Labu ukur 50 mL 1 buah
9. Gelas kimia 100 mL 2 buah
10. Batang pengaduk 2 buah
11. Corong 1 buah
12. Botol semprot 1 buah
13. Neraca 1 buah
14. Kaca arloji 2 buah
15. Pipet tetes 1 buah
16. Statif dan klem 1 buah
17. Botol reagen 100 mL 3 buah

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:


1. Kristal asam oksalat
2. Akuades
3. Kristal NaOH
4. HCl pekat
5. Indikator PP
6. Kertas label

Page 6 of 19
STIKES Rajawali Bandung
2.4 Langkah-Langkah Percobaan
1. Pembuatan Larutan Baku Primer
a. Timbanglah kristal asam oksalat yang diperlukan untuk membuat 100
mL larutan asam oksalat 0,01 M
b. Larutkan kristal asam oksalat yang telah ditimbang dengan 50 mL
akuades
c. Masukkan larutan ke dalam labu ukur 100 mL menggunakan corong
d. Bilaslah gelas kimia dengan 25 mL akuades, kemudian air bilasan
dituangkan ke dalam labu ukur dengan menggunakan corong
e. Tambahkan akuades ke dalam labu ukur hingga tanda batas
f. Tutuplah labu ukur dan homogenkan
g. Tuangkan larutan tersebut ke dalam botol reagen dan beri label

2. Membuat Larutan Baku Sekunder (Zat Padat)


a. Timbanglah sebanyak 1 gram kristal NaOH dengan menggunakan
neraca analitik
b. Masukkan kristal NaOH tersebut ke dalam gelas kimia 100 mL,
kemudian larutkan dengan 25 mL akuades
c. Masukkan larutan ke dalam labu ukur 50 mL menggunakan corong
d. Bilas gelas kimia dengan 10 – 15 mL akuades, kemdian air hasil
bilasan dimasukka ke dalam labu ukur dengan menggunakan corong
e. Tambahkan akuades ke dalam labu ukur hingga tanda batas
f. Tutup labu ukur dan homogenkan
g. Tuangkan larutan ke dalam botol reagen 100 mL dan beri label
h. Rangkailah alat titrasi untuk mengetahui konsentrasi dari larutan
NaOH tersebut
i. Masukkan larutan asam oksalat ke dalam buret 50 mL (kran buret
dalam keadaan tertutup)
j. Ambil 10 mL larutan NaOH yang telah dibuat menggunakan pipet
volume 10 mL, kemudian masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250
mL
k. Tambahkan 2 tetes larutan indikator pp ke dalam Erlenmeyer
Page 7 of 19
STIKES Rajawali Bandung
l. Lakukan titrasi hingga terjadi perubahan warna dan catat volume
larutan asam oksalat yang digunakan
m. Ulangi langkah j – l sekali lagi, kemudian cata volume yang digunakan
n. Lakukan perhitungan untuk memperoleh nilai konsentrasi larutan
NaOh

3. Membuat Larutan Baku Sekunder (Zat Cair)


a. Ambillah 5 mL larutan HCl pekat dari botol kemasan menggunakan
pipet volume 5 mL (lakukan di lemari asam)
b. Masukkan larutan HCl pekat ke dalam gelas kimia 100 mL dan
tambahkan 25 mL akuades, kemudian diaduk
c. Masukkan larutan HCl ke dalam labu ukur 50 mL dengan
menggunakan corong
d. Bilas gelas kimia dengan menggunakan 10 – 15 mL akuades, air hasil
bilasan dituangkan ke dalam labu ukur dengan menggunakan corong
e. Tambahkan akuades ke dalam labu ukur hingga tanda batas, kemudian
homogenkan
f. Masukkan larutan tersebut ke dalam botol reagen 100 mL
g. Pasanglah set alat titrasi
h. Masukkan larutan HCl yang telah dibuat ke dalam buret 50 mL
i. Ambil 10 mL larutan NaOH dan masukka ke dalam Erlenmeyer 100
mL, kemudian tambahkan 2 tetes indikator pp
j. Titrasi larutan NaOH dengan larutan HCl hingga terjadi perubahan
warna
k. Catat volume larutan HCl yang digunakan
l. Lakukan langkah h – k sekali lagi
m. Lakukan perhitungan untuk memperoleh konsentrasi larutan HCl

Page 8 of 19
STIKES Rajawali Bandung
2.5 Hasil Pengamatan
Penentuan konsentrasi larutan NaOH
No Volume asam oksalat Volume natrium hidroksida

Perhitungan:

Penentuan konsentrasi larutan HCl


No Volume asam klorida Volume natrium hidroksida

Perhitungan:

Page 9 of 19
STIKES Rajawali Bandung
PRAKTIKUM 3
LARUTAN INDIKATOR

2.6 Tujuan
Setelah melakukan praktikum diharapkan mahasiswa mampu:
 Membuat berbagai jenis larutan indikator
 Melakukan pengujian pada larutan indikator

2.7 Teori
Senyawa indikator merupakan salah satu jenis senyawa yang memiliki sifat
khas, yaitu dapat mengalami perubahan warna pada suasana yang berbeda.
Senyawa ini biasanya digunakan sebagai petunjuk bagi para pekerja di
laboratorium. Umumnya, senyawa indikator ini tergolong ke dalam senyawa
organik.
Berdasarkan sumbernya, ada dua macam indikator yaitu indikator alami dan
indikator sintetis. Indikator alami umumnya berasal dari bagian tumbuhan, baik itu
bagian daun, batang, akar, bunga, buah atau pun bijinya. Beberapa tumbuhan yang
dapat digunakan sebagai indikator adalah ekstrak bunga mawar, ekstrak kunyit, dan
sebagainya. Sedangkan indikator sintesis umunya berasal dari senyawa golongan
sulfonftalein dan ftalein.
Ditinjau dari segi fungsinya, indikator terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu
sebagai berikut.
 Indikator asam-basa (kertas lakmus, fenoltalein, metil jingga, metil merah, dan
sebagainya)
 Indikator redoks (metilen biru, difenil-amin, difenil-benzidin, dan sebagainya)
 Indikator kulometrik (merupa elektroda pembanding-indikator)
 Indikator kelometrik (kalmagit, eriochrome black T, difenil karbazon, dan
sebagainya)
 Indikator pengendapan (eosin, fluoresin, ion kromat, ion ferri, dan sebagainya)
 Indikator pendar-flour (kuinin, diazol kuning-brilian, asam naftol-sulfonat, dan
sebagainya)
Page 10 of 19
STIKES Rajawali Bandung
2.8 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah:
1. Neraca analitik
2. Kaca arloji
3. Spatula
4. Gelas ukur
5. Gelas kimia
6. Plat tetes
7. Batang pengaduk
8. Pipet tetes
9. Pipet ukur/pipet volume
10. Botol reagen

Bahan-bahan yang digunakan adalah:


1. Kristal NaCl
2. Asam asetat glasial
3. Akuades
4. Larutan KI 0,1 N
5. Amilum
6. Larutan sampel (pH 2, 4, 6, 8, dan 10 (masing-masing 25 mL))
7. Fenolfthalein
8. Metil merah
9. Metil kuning
10. Bromtimol biru
11. Timol biru

2.9 Langkah-Langkah Percobaan


 Pembuatan Indikator Amilum
1. Buatlah 50 mL larutan NaCl jenuh, kemudian disaring dengan
menggunakan kertas saring.
2. Masukkan 8 mL asam asetat glasial ke dalam gelas kimia yang berisi
filtrat.
Page 11 of 19
STIKES Rajawali Bandung
3. Tambahkan 2 mL akuades ke dalam gelas kimia, kemudian diaduk
agar homogen.
4. Masukkan 0,3 gram serbuk amilum sambil diaduk di dalam gelas
kimia.
5. Tutup gelas kimia dengan menggunakan kaca arloji, lalu panaskan
hingga mendidih.
6. Dinginkan larutan dan simpan di dalam botol reagen bertutup.
7. Setelah larutan dingin, uji larutan indikator yang telah dibuat dengan
menggunakan larutan KI 0,1 N.
8. Teteskan larutan amilum ke dalam larutan KI, jika terjadi perubahan
warna menjadi biru, maka larutan indikator yang dibuat dapat
digunakan.

 Pembuatan Indikator Modifikasi


1. Buatlah larutan etanol 66% dengan volume 50 mL
2. Masukkan larutan etanol tersebut ke dalam botol reagen.
3. Timbanglah sebanyak 0,0025 gram metil jingga; 0,0075 gram metil
merah; 0,015gram bromtimol biru; dan 0,0175 gram fenolftalein.
4. Masukkan masing-masing padatan/serbuk indikator ke dalam larutan
etanol 66%, dan aduk hingga homogen.
5. Siapkan masing-masing larutan sampel pada plat tetes, beri tanda pada
masing-masing larutan.
6. Tambahkan 1 tetes indikator pada masing-masing larutan sampel, lihat
perubahan yang terjadi
7. Sebagai referensi untuk perubahan indikator dapat dilihat pada tabel
berikut.
pH 3 pH 4 pH 5 pH 6 pH 7 pH 8 pH 9 pH 10 pH 11
Merah Merah- Jingga Kuning Hijau- Biru Biri Violet Violet
jingga kekuningan kekuningan kemerahan

Page 12 of 19
STIKES Rajawali Bandung
PRAKTIKUM 4
LARUTAN PEREAKSI

5.1 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah membuat larutan pereaksi/reagen yang
dapat digunakan untuk analisis di laboratorium.

5.2 Teori Pengantar


Reagen merupakan suatu zat atau senyawa yang ditambahkan ke dalam suatu
sistem dengan tujuan untuk melihat reaksi yang terjadi. Umumnya reagen
dimanfaatkan di laboratorium untuk pengujian senyawa tertentu, seperti
karbohidrat, protein, dan sebagainya. Selain itu, reagen biasanya dimaksudkan
untuk tujuan penelitian, bahan baku dalam biologi molekuler, penggunaan forensik,
tes darah atau serologi, gram pengujian, imunologi, dan farmasi.
Secara umum ada dua macam reagen atau pereaksi, yaitu pereaksi umum dan
pereaksi khusus. Reagen umum merupakan reagen yang biasa sudah ada dalam
bentuk kemasan, pembuatannya pada umumnya hanya melakukan pengenceran
atau cara yang sederhana tergantung dari konsentrasi yang diinginkan. Reagen
khusus biasanya digunakan untuk analisis di laboaratorium, baik kualitatif maupun
kuantitatif. Umumnya reagen ini diuat dengan mencampurka beberapa zat dengan
tujuan tertentu, seperti larutan benedict, larutan fehling, dan sebagainya.

5.3 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan adalah :
1. Pembakar Bunsen 1 buah
2. Pipet tetes 4 buah
3. Gelas kimia 50 mL 1 buah
4. Gelas kimia 100 mL 1 buah
5. Gelas kimia 250 mL 1 buah
6. Labu ukur100 mL 1 buah
7. Labu ukur 50 mL 2 buah
Page 13 of 19
STIKES Rajawali Bandung
8. Batang pengaduk 2 buah
9. Tabung reaksi 2 buah
10. Neraca analitik 1 buah
11. Kaca arloji 1 buah
12. Kaki tiga 1 buah
13. Kawat kasa 1 buah
14. Botol reagen 3 buah

Bahan-bahan yang digunakan adalah:


1. Natrium sitrat
2. Natrium karbonat
3. Akuades
4. Sampel karbohidrat
5. CuSO4.5H2O
6. Asam sulfat pekat
7. Kalium natrium tartrat
8. NaOH
9. Kertas label

5.4 Langkah-Langkah Percobaan


a. Pembuatan Larutan Benedict
1. Timbanglah sebanyak 8,65 gram natrium sitrat dan 5 gram natrium
karbonat
2. Larutkan kedua zat tersebut ke dalam 40 mL akuades sambil dipanaskan
3. Tambahkan 2,5 mL akuades, kemudian homogenkan.
4. Setelah larutan dingin, simpan larutan di dalam botol reagen.
5. Uji larutan dengan melakukan uji karbohidrat secara kualitatif dengan
memasukkan 2 mL larutan benedict yang dibuat ke dalam tabung reaksi
yang berisi 3 mL larutan sampel.
6. Masukkan tabung reaksi ke dalam penangas air dan amati perubahan yang
terjadi.

Page 14 of 19
STIKES Rajawali Bandung
b. Pembuatan larutan Fehling
 Fehling A
1. Timbanglah sebanyak 3,466 gram CuSO4.5H2O dengan menggunakan
neraca analitik.
2. Masukkan 10 mL akuades ke dalam gelas kimia 50 mL
3. Alirkan secara perlahan 0,5 mL H2SO4 pekat ke dalam gelas kimia yang
berisi akuades, kemudian diaduk.
4. Masukkan CuSO4.5H2O ke dalam gelas kimia tersebut, kemudian aduk
hingga semuanya larut
5. Lakukan pengenceran larutan tersebut hingga volumnya menjadi 50 mL.
6. Simpan larutan di dalam botol reagen dan beri label

 Fehling B
1. Timbanglah sebanyak 17,3 gram KNaC4H4O6.4H2O dan 5 gram NaOH
dengan menggunakan neraca analitik.
2. Masukkan 25 mL akuades ke dalam gelas kimia 50 mL
3. Masukkan 5 gram NaOH yang telah ditimbang ke dalam gelas kimia dan
aduk hingga larut
4. Masukkan 17,3 gram kalium natrium tartrat ke dalam gelas kimia dan aduk
hingga larut
5. Encerkan larutan tersebut menjadi 50 mL
6. Simpan larutan di dalam botol reagen dan beri label

 Pengujian Fehling
1. Masukkan masing-masing 5 mL Fehling A dan Fehling B, homogenkan.
2. Masukkan 3 mL larutan sampel dan 2 mL larutan Fehling (campuran A dan
B) ke dalam tabung reaksi, kocok tabung reaksi agar homogen.
3. Panaskan tabung reaksi dengan pembakar Bunsen, kemudian amati yang
terjadi

Page 15 of 19
STIKES Rajawali Bandung
PRAKTIKUM 5
LARUTAN BUFFER

5.1 Tujuan
Setelah melakukan praktikum diharapkan mahasiswa mampu membuat larutan
buffer dengan pH tertentu

5.2 Teori
Larutan buffer merupakan larutan yang dapat mempertahankan pH
lingkungan terhadap penambahan sedikit asam atau basa atau pengenceran. Larutan
penyangga banyak digunakan dalam analisis kimia, biokimia dan mikrobiologi.
Selain itu, dalam bidang industri, juga banyak digunakan pada proses seperti
fotografi, electroplating (penyepuhan), pembuatan bir, penyamakan kulit, sintesis
zat warna, sintesis obat-obatan, maupun penanganan limbah.Larutan buffer dapat
dibuat dengan beberapa cara, diantaranya adalah :
a. mencampurkan asam lemah dengan garam kuatnya
b. mencampurkan basa lemah dengan garam kuatnya
c. mencampurkan asam lemah dengan basa konjugatnya
d. mencampurkan basa lemah dengan asam konjugatnya
Larutan buffer dapat mempertahankan pH lingkungan karena adanya sistem
kesetimbangan antara asam/basa lemah dengan konjugasinya. Sebagai contoh
adalah larutan buffer asam asetat, CH3COOH dan CH3COO-. Bila sejumlah asam
kuat ditambahkan ke kesetimbangan campuran asam lemah dan basa konjugatnya,
kesetimbangannya bergeser ke kiri, sesuai dengan azas Le Chatelier. Karena itu,
konsentrasi ion hidrogen meningkat sebesar kurang dari jumlah yang diharapkan
untuk jumlah asam kuat yang ditambahkan.

5.3 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan adalah:
1. Gelas kimia
2. Pipet tetes
Page 16 of 19
STIKES Rajawali Bandung
3. Neraca analitik
4. Batang pengaduk
5. Gelas ukur
6. Labu ukur
7. Buret 50 mL
8. Erlenmeyer 50 mL

Bahan-bahan yang digunakan adalah:


1. Asam asetat glasial
2. Natrium asetat
3. Amonium hidroksida
4. Amonium klorida
5. HCl 0,1 M
6. NaOH 0,1 M

5.4 Langkah-Langkah Percobaan


 Membuat Larutan Buffer Asam Asetat pH 5
1. Buatlah 100 mL larutan asam asetat 0,5 M kemudian masukan ke
dalam gelas kimia
2. Hitunglah massa natrium asetat yang harus ditimbang dengan
menggunakan perhitungan sebagai berikut.
pH = ….
[asam lemah]
𝑝𝐻 = P𝐾a − log
[garam]

[asam lemah]: [garam] = 𝑎 ∶ 𝑏


mol as. asetat = volume 𝑥 Molaritas
mol as. asetat = 𝑎 mmol = 𝑐 mol

Page 17 of 19
STIKES Rajawali Bandung
𝑎∶𝑏= 𝑐 ∶ 𝑥
𝑏. 𝑐
𝑥=
𝑎
𝑥 = 𝑑 mol
Massa Natrium Asetat = d mol x Mr Natrium asetat = e gram
3. Timbang kristal natrium asetat sesuai dengan hasil perhitungan di
atas
4. Masukkan kristal natrium asetat yang telah ditimbang ke dalam
larutan asam asetat 0,1 M, kemudian aduk hingga larut seluruhnya
5. Masukkan larutan ke dalam botol reagen dan beri label
6. Uji nilai pH larutan dengan menggunakan pH meter.
7. Untuk menguji kemampuan penyangga, ambil masing-masing 10 –
15 mL larutan buffer yang sudah dibuat, kemudian masukkan ke
dalam dua buah Erlenmeyer, kemudian beri label A dan B
8. Tambahkan 1 mL larutan HCl 0,1 M pada erlenmeyer A dan 1 mL
NaOH 0,1 M pada Erlenmeyer B
9. Uji nilai pH nya dengan menggunakan pH meter

 Membuat Larutan Buffer Basa (NH4OH-NH4Cl)


1. Buatlah 100 mL larutan NH4OH 0,1 M kemudian masukan ke dalam
gelas kimia.
2. Hitunglah massa NH4Cl yang harus ditimbang dengan menggunakan
perhitungan sebagai berikut.
pH = ….
pOH = ….
[basa lemah]
pOH = P𝐾b − log
[garam]

[basa lemah]: [garam] = 𝑎 ∶ 𝑏

Page 18 of 19
STIKES Rajawali Bandung
mol amonium hidroksida = volume 𝑥 Molaritas
mol amonium hidroksida = 𝑎 mmol = 𝑐 mol

𝑎∶𝑏= 𝑐 ∶ 𝑥
𝑏. 𝑐
𝑥=
𝑎
𝑥 = 𝑑 mol
Massa ammonium klorida = d mol x Mr ammonium klorida = e gram
3. Timbang kristal ammonium klorida sesuai dengan hasil perhitungan
di atas
4. Masukkan kristal ammonium klorida yang telah ditimbang ke dalam
larutan ammonium hidroksida 0,1 M, kemudian aduk hingga larut
seluruhnya.
5. Masukkan larutan ke dalam botol reagen dan beri label
6. Uji nilai pH larutan dengan menggunakan pH meter.
7. Untuk menguji kemampuan penyangga, ambil masing-masing 10 –
15 mL larutan buffer yang sudah dibuat, kemudian masukkan ke
dalam dua buah Erlenmeyer, kemudian beri label A dan B
8. Tambahkan 1 mL larutan HCl 0,1 M pada erlenmeyer A dan 1 mL
NaOH 0,1 M pada Erlenmeyer B
9. Uji nilai pH nya dengan menggunakan pH meter

Page 19 of 19
STIKES Rajawali Bandung

Anda mungkin juga menyukai