Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS MEDIA PROMOSI KESEHATAN

Sumber: http://ciptakarya.pu.go.id/plp/index.php/v2/baca_informasi/33
Dalam HEPI, 2007 Langkah-Langkah Pengembangan Media Promosi Kesehatan
sebagai berikut :
1. Analisis masalah dan sasaran
Pada poster di atas dapat kita perkirakan masalah yang muncul adalah
terkontaminasinya sumber air oleh cemaran limbah. Dimana limbah yang dibahas
adalah limbah domestik (tinja). Kebiasaan Buang Air Besar Sembarangan (BABS)
di Indonesia masih sering dijumpai. Berdasarkan data STBM 2018, diketahui bahwa
kebiasaan BABS masih dilakukan oleh 8.081.667 KK. Kegiatan tersebut masih
sering dijumpai di pelosok daerah dengan keterbatasan fasilitas. Untuk itu sebelum
upaya promotif dilakukan perlu mengetahui karakteristik daerah, penggunaan bahasa
komunikasi yang digunakan sasaran, pendidikan sasaran, kebijakan daerah dll.
Selain itu, dalam data STBM 2018 juga diketahui bawasannya secara nasional angka
akses jamban yaitu 79,85%. Meski begitu beberapa kota telah mencapai 100%.
Artinya masih perlu dilakukan upaya promotif untuk tidak BAB sembarangan
(Kemenkes, 2018).
Dampak penggunaan jamban ini sangat penting bagi derajat kesehatan
masyarakat. Penggunaan jamban sebagai faktor lingkungan penting dalam
penyebaran penyakit perut seperti typhus, diare, kolera. Data dan informasi dari
profil kesehatan Indonesia tahun 2019 menunjukkan bahwa angka kesakitan diare di
Indonesia masih cukup tinggi. Pada tahun 2019 angka kesakitan diare untuk semua
umur sebesar 270/1000 penduduk sedangkan pada balita sebesar 843/1000 penduduk
(Kesehatan Kemenkes RI, 2020). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
menyatakan bahwa penyakit diare, menurut diagnosis dokter dan gejala yang pernah
dialami, mengalami peningkatan dari 7% pada tahun 2013 menjadi 8% pada tahun
2018 (Kemenkes RI, 2018 dalam Dharmayanti 2020).
Selain mendukung penyebaran penyakit, kebiasaan BAB sembarangan
menyebabkan dampak yang tak kalah penting yakni akan mencemari lingkungan.
Apabila lingkungan tercemar akan menyebabkan dampak buruk yang
berkepanjangan bagi keberlangsungan hidup ekosistem. Limbah tinja apabila tidak
diolah secara memadai bisa merembes ke dalam sumur (apalagi bila jarak antara
sumur dan septic tank tidak sesuai baku mutu, seperti yang banyak ditemukan di
permukiman padat). Bila air sumur yang sudah tercemar tersebut dimasak, bakteri
akan mati, tetapi bakteri tetap dapat menyebar melalui proses lain, seperti; cuci
piring, mandi, gosok gigi, wudhu dan kegiatan penggunaan air sumur lainnya tanpa
melalui proses memasak (Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan
Permukiman, 2020).
Sebelum membuat media juga harus ditetapkan sasaran media ditujukan
kepada siapa. Sasaran media terbagi menjadi 3: Sasaran primer (yang terkena
masalah), sasaran sekunder (potensi melakukan intervensi), dan sasaran tersier
(pemangku kebijakan). Dari poster di atas sasaran yang dituju adalah sasaran primer
yakni ajakan untuk BAB pada jamban yang benar. Selain itu bisa juga ditujukan
untuk pemangku kebijakan agar membuat SOP maupun aturan wajib BAB di
jamban yang benar.
2. Rancangan pengembangan media
Dalam rancangan pengembangan media perlu dilakukan beberapa hal seperti :
a. Menentukan tujuan (SMART : Specific, Measurable, Achievable, Relevan,
Time-Based) : Penggunaan poster di atas secara spesifik merupakan ajakan untuk
tidak BAB sembarangan karena air limbah dapat mencemari sumber air, agar
pemilihan media poster ini efektif maka untuk pengembangannya harus bisa
terukur dan terdapat tenggang waktu untuk pencapaian yang ditargetkan.
Pengukuran keberhasilan bisa dilakukan penyebaran kuesioner terkait perubahan
pengetahuan, perilaku maupun sikap setelah pemberian poster tersebut.
b. Identifikasi segmentasi sasaran : agar pengembangan media semakin efektif
dapat dilakukan pengelompokkan sasaran.
c. Mengembangkan pesan yang disesuaikan tujuan awal : pesan dalam poster dapat
dikembangkan menjadi “Gunakan jamban sehat !, Gunakan jamban bertangki
septik”.
d. Apabila media poster kurang efektif dapat dilakukan pengembangan media
seperti video yang mampu memberikan informasi secara audio dan visual.
3. Pengembangan pesan, ujicoba dan produksi media
Pada tahap ini media dilakukan uji coba agar lebih efektif. Untuk mengetahui
tingkat keberhasilannya dapat dinilai dari kriteria : attraction, comptehension,
acceptability, personal involment, persuasion. Poster di atas sudah menggunakan
pemilihan warna desain yang terang, cerah, kontras dan bervariasi. Pemilihan warna
yang baik dapat mempengaruhi ketertarikkan pembaca seperti dalam penelitian
Amalia, 2013 diketahui bahwa warna poster yang baik yakni mengandung warna
putih, hijau dan merah. Warna tersebut menarik perhatian pembaca sehingga besar
peluangnya pesan dalam media dapat dipahami. Untuk ukuran font isi pesan poster
perlu sedikit diperbesar agar mengantisipasi masyarakat dengan kondisi mata rabun
jauh. Sedangkan kesesuaian gambar dengan pesan juga sudah sesuai dan cukup
menarik serta mudah dipahami, penggunaan ilustrasi kartoon sudah mirip dengan
ilustrasi asli sehingga pesan tersampaikan pada masyarakat untuk dapat lebih
meresapi dan menumbuhkan rasa malu seperti, “BAB di sungai itu jorok, BAB di
sungai dapat mengotori sungai sama halnya dengan kegiatan mencuci piring, baju,
sayur dan mandi”. Sungai merupakan saluran air yang mengalir panjang, yang
seharusnya kita jaga kebersihannya agar dapat dimanfaatkan secara bijak. Dengan
melihat ilustrasi tersebut harapannya masyarakat mulai berfikir bagaimana jika
kotoran mengontaminasi piring, sayur, dan pakaian. Layout yang digunakan dalam
poster ini cukup mudah diingat, bagian kedua dalam poster ilustrasi ukuran lebih
besar sehingga mengalihkan fokus terhadap pesan yang diberikan yakni untuk
menggunakan WC bertangki septik. Sedangkan untuk isi pesan sebenarnya sudah
jelas dan padat. Namun pengunaan kata dalam slogan dirasa kurang familiar.
Penggunaan kata limbah dalam, “Ayo, kelola air limbah kita!” dirasa kurang
familiar karena dapat membingungkan apabila ditujukan pada masyarakat daerah
pelosok. Apa itu limbah ? bukannya limbah hanya dari pabrik ? Bukannya limbah
bentuknya cair? Tinjakan benda padat?. Untuk mencegah hal tersebut dapat
dilakukan pemilihan kata yang lebih mudah dipahami semua kalangan sehingga
pesan dapat tersampaikan.
4. Pelaksanaan dan pemantauan
5. Evaluasi dan rancang ulang
Referensi

1. Amalia, I S. 2013. Evaluasi Media Poster Hipertensi Pada Pengunjung Puskesmas


Talaga Kabupaten Majalengka. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol: 9(1)
2. Dharmayanti, I., Tjandrarini, D H,. 2020. The Role of the Environment and
Individual towards Diarrhea Problems in Java and Bali. Jurnal Ekologi Kesehatan.
Vol: 19(2)
3. Kementerian Kesehatan Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat-Direktorat
Kesehatan Lingkungan. 2018. Data Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
Diakses pada http://monev.stbm.kemkes.go.id/monev/
4. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Direktorat Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Permukiman. 2020. Limbah Rumah Tangga dalam
Lingkungan Permukiman. Artikel. Diakses pada
http://plpbm.pu.go.id/v2/posts/Limbah-Rumah-Tangga-dalam-Lingkungan-
Permukiman
5. Human Excellence Power Institute. 2007. Pelatihan Promosi Kesehatan &
Pemberdayaan Masyarakat. Bahan Pelatihan. Diakses pada
https://www.slideshare.net/Upi_raharjo/materi-pengembangan-pesan-dan-media-
promkes-bambang-riadi
6. Gambar diakses pada http://ciptakarya.pu.go.id/plp/index.php/v2/baca_informasi/33

Anda mungkin juga menyukai