Oleh :
OLEH :
NINDYA NINGSIH SARI
Peserta Pendidikan dan Latihan Dasar CPNS Golongan II
NIP. 199509272017122006
PENGUJI, MENTOR,
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan, atas berkat yang telah diberikan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Pada tahap penyelesaian
laporan ini penulis banyak mengalami hambatan. Berbagai pengalaman, motivasi, dan
bantuan telah penulis terima dalam menyelesaikan laporan ini. Bantuan yang penulis terima
didapatkan dari banyak pihak, baik berupa dukungan maupun doa. Oleh karena itu, penulis
dengan segala hormat mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Ibu Herlin Candrawati, Bc., IP,.S.H,.M.H selaku Ibu Kepala Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II A Tangerang
2. Ibu Yusmarni, S.E., M.H selaku Mentor yang membimbing penulis dalam membuat
laporan rancangan aktualisasi ini.
3. Bapak Nurohma, S. IP., M.Si, selaku Coach yang telah banyak membimbing, membagi
ilmu dan pengalamannya dalam penyusunan laporan ini.
4. Para Widyaiswara yang telah banyak memberikan ilmu selama pelatihan dasar CPNS
Golongan II Angkatan I.
5. Para Bapak/Ibu Petugas Kanwil Kemenkumham Banten selaku Pembina selama
mengikuti pelatihan dasar CPNS Golongan II Angkatan I.
6. Teman- teman Kelas 5 yang telah memberikan banyak masukan dan candaan selama
mengikuti pembelajaran pelatihan dasar CPNS Golongan II Angkatan I.
7. Teman – teman seperjuangan pelatihan dasar CPNS Golongan II Gelombang I.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan berkenan membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pengembangan dalam
mengaplikasikan nilai ANEKA sebagai Aparatur Sipil Negara di Kementerian Hukum dan
HAM.
Jakarta, 29 Juni 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................- 1 -
IV.A Kesimpulan...........................................................................................................................49
IV.B Saran.....................................................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................51
ii
DAFTAR TABEL
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pertama kali dibentuk pada tanggal
19 Agustus 1945 dengan nama Departemen Kehakiman. Menteri Kehakiman yang
pertama menjabat adalah Soepomo. Kementerian Hukum dan Hak asasi manusia pada
zaman pemerintahan Belanda disebut Departemen Van Justitie yaitu berdasarkan
peraturan Hederland Yudie Stateblad No. 576. Departemen Kehakiman telah beberapa
kali berubah nama karena disesuaikan dengan fungsi departemen tersebut yaitu dari
Departemen Kehakiman menjadi Departemen Perundang-undangan dan sekarang
menjadi Kementerian Hukum dan Hak asasi manusia.
1
Gagasan Pemasyarakatan dicetuskan pertama kali oleh Sahardjo pada tanggal 5
Juli 1963 dalam pidato penganugrahan gelar Doktor Honoris Causa di bidang Ilmu
Hukum Universitas Indonesia. Sahardjo menyatakan ”di bawah pohon beringin
Pengayoman yang telah kami tetapkan untuk menjadi penyuluh bagi petugas dalam
memperlakukan narapidana maka tujuan pidana penjara kami rumuskan : di samping
menimbulkan rasa derita pada terpidana karena dihilangkannya kemerdekaan bergerak,
membimbing terpidana agar bertaubat, mendidik supaya ia menjadi seorang anggota
masyarakat sosialis Indonesia yang berguna. Dengan singkat tujuan pidana penjara adalah
Pemasyarakatan”.
2
Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 merupakan peraturan hukum yang
dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai dasar hukum dalam
penyelenggaran manajemen dan kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN). Pembentukan
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang profesional diawali dengan Pendidikan dan
Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ditegaskan dalam Peraturan
Kepala LAN Nomor 16 Tahun 2015 untuk membentuk PNS yang profesional yaitu
PNS yang karakternya dibentuk oleh nilai-nilai dasar profesi PNS sehingga mampu
melaksanakan tugas dan perannya secara profesional sebagai pelayan publik.
Dengan demikian pegawai ASN memiliki peran sebagai perencana, pelaksana dan
pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional
melaluis pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional dan bebas dari
intervensi politik serta bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 22 Undang-undang ASN Nomor 5 Tahun 2014.
Persepsi masyarakat pada saat ini terhadap kualitas pelayanan ASN masih belum
memuaskan dan terkesan memiliki alur pelayanan yang berbelit, prosedur yang kurang
jelas bahkan tidak jarang terkesan mempersulit masyarakat awam. Kondisi demikian
menyebabkan kurang positifnya citra kinerja ASN. Banyak kinerja ASN yang masih
kurang disiplin, kurang bertanggung jawab dengan pekerjaannya, lebih mementingkan
kepentingan pribadi dibanding kepentingan masyarakat dan tak jarang terjerumus dalam
kasus korupsi maupun kasus pelanggaran hukum lainnya.
Menyikapi situasi tersebut Pemerintah mulai melakukan pembenahan dan
pengetatan aturan untuk meningkatkan profesionalitas para ASN. Langkah awalnya
dengan melakukan proses perekrutan model sistem CAT (Computer Assisted Test)
sebagai modal dasar untuk menciptakan ASN yang bersih dari KKN dengan SDM yang
3
berkualitas. Lebih lanjut selain proses rekrutmen dengan model baru, diberlakukan pula
Latihan Dasar CPNS pola baru. Latsar pola baru ini diharapkan meningkatkan kualitas
ASN yang berlandaskan pada nilai-nilai dasar yang meliputi: Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi yang kemudian dapat
disingkat menjadi ANEKA. Oleh karena itu peserta Latihan Dasar CPNS mampu
menjadi Aparatur Sipil Negara yang profesional sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayanan publik dan sebagai perekat dan pemersatu bangsa.
Setelah mempelajari dan memahami kelima nilai dasar, peserta diklat latsar
dituntut untuk memliki nilai-nilai dasar tersebut sebagai pedoman dan prinsip yang
menjadi landasan dalam menjalankan profesinya sebagai ASN. Untuk menunjang
aktualisasi nilai-nilai dasar profesi ASN terlaksana dengan baik, maka peserta diklat
latsar perlu membuat Rancangan Aktualisasi kelima dasar tersebut yang dituangkan
dalam dokumen Rancangan Aktulisasi yang kemudian akan diaktualisasikan di tempat
tugas masing-masing. Ada harapan besar bahwa nilai-nilai dasar ASN yang sudah
diaktualisasi bisa menjadi suatu pembiasaan (habituasi) dalam setiap pelaksanaan tugas
ASN.
Seiring berjalannya waktu pada Diklat Latsar kali ini mengalami perubahan baru
yang di atur dalam Peraturan Kepala LAN No. 25 Tahun 2017 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III.
Pengembangan terhadap konsep diklat terintegrasi sejalan dengan perkembangan
dinamika tuntutan jabatan dan penguatan terhadap kompetensi bidang sesuai dengan
formasi jabatan yang ditetapkan maka nomenklatur Diklat Latsar diubah menjadi
Pelatihan Dasar Calon PNS, Peserta pola baru yang terdapat pada diklat golongan II ini
wajib mengikuti Struktur KurikulumPembentukan Karakter PNS, yang terdiri dari:
1. Agenda Sikap dan Perilaku Bela Negara
Kemampuan tersebut diperoleh melalui pembelajaranmata pelatihan Kesehatan
Jasmani dan Mental, Tata Upacara Sipil dan Keprotokolan, dan Kesiapsiagaan secara
terintegrasi. Setelah mempelajari mata pelatihan tersebut, peserta menerapkannya
sebagai proses pembentukan sikap perilaku sebagai PNS Profesional selama
penyelenggaraan pelatihan
2. Agenda Nilai–Nilai Dasar PNS
Kemampuan tersebut diperoleh melalui pembelajaran mata Pelatihan Akuntabilitas
PNS, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi. Setelah
4
mempelajari mata Pelatihan tersebut, peserta melakukan studi lapangan dengan
tujuan untuk memperkuat pemahaman terhadap pembelajaran internalisasi Nilai-
Nilai Dasar PNS.
3. Agenda Kedudukan dan Peran PNS Dalam NKRI
Kemampuan tersebut diperoleh melalui pembelajaran mata Pelatihan Manajemen
ASN, Pelayanan Publik, dan Whole ofGovernment. Setelah peserta mempelajari mata
Pelatihan tersebut, peserta melakukan studi lapangan dengan tujuan untuk
memperkuat pemahaman terhadap pembelajaran Pengetahuan tentang Kedudukan
dan Peran PNS dalam NKRI.
4. Agenda Habituasi
Agenda pembelajaran ini memfasilitasi agar peserta melakukan proses aktualisasi
melalui pembiasaan diri terhadap kompetensi yang telah diperolehnya melalui
berbagai mata Pelatihan yang telah dipelajari.
5
2. Tujuan Aktualisasi Bagi Organisasi yaitu :
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang mencerminka nilai-nilai ANEKA
mencakup Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika publik, Komitmen mutu, dan Anti
korupsi.
Untuk menjadikan organisasi yang dapat memberikan pelayanan yang
menjunjung tinggi tata nilai PASTI (profesional, akuntabel, sinergi, transparan
dan inovatif) dan SMART (serius, minded, aktif, responsif dan talk).
6
Terwujudnya kontrol yang baik dari UPT Lapas Perempuan Kelas II A
Tangerang melalui Monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan secara berkala.
7
Jabatan : Kasi. Kegiatan Kerja Lapas Perempuan Kelas II A Tangerang
Unit Kerja : Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II A Tangerang
2) Coach / Pembimbing
Nama : Nurohma, S. IP., M.Si.
Pangkat / Gol. Ruang :Pembina / IVa
NIP : 19760508 200901 1 009
Jabatan : Widyaiswara Ahli Madya
Unit Kerja : BPSDM Hukum dan HAM
3) Peserta
Nama : Nindya Ningsih Sari
NIP : 19950927 201712 2 006
Pangkat /Gol. Ruang : Pengatur Muda / IIa
Jabatan : Penjaga Tahanan
Unit Kerja : Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II A Tangeran
Nurohma
Yusmarni,S.E,.M.H
NIP. 19760508 200901 1 009
NIP. 19680213 199403 2 001
I.F Judul
Berdasarkan latar belakang, tujuan, manfaat dan ruang lingkup di atas maka penulis
mengambil Judul “Optimalisasi Pelaksanaan Perhitungan Jumlah Warga Binaan
Pemasyarakatan Saat Aplusan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, PROFIL ORGANISASI DAN ISU
8
Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai-nilai bela negara dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga
negara, demi menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan
segenap bangsa dari segala bentuk ancaman yang pada hakikatnya mendasari
proses nation and character building. Proses nation and character building tersebut
didasari oleh sejarah perjuangan bangsa, sadar akan ancaman bahaya nasional yang
tinggi serta memiliki semangat cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara,
yakin Pancasila sebagai idieologi negara, kerelaan berkorban demi bangsa dan
Negara.
Kesiapsiagaan bela negara bagi CPNS menjadi titik awal langkah penjang
pengabdian yang didasari oleh nilai-nilai dasar negara. Ketangguhan mental yang
didasarkan pada nilai-nilai cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara,
yakin Pancasila sebagai idiologi negara, kerelaan berkorban demi bangsa dan
negara akan menjadi sumber energi yang luar biasa dalam pengabian sebagai abdi
negara dan abdi rakyat. Cinta Tanah Air Kesadaran Berbangsa dan bernegara,
misalnya yakin terhadap Pancasila sebagai ideologi negara dan rela berkorban
untuk bangsa dan negara, ini adalah contoh awal kesediaan bela negara. Banyak
contoh lain misalnya melestarikan budaya dan mentaati aturan.
9
menghadapi situasi kerja yang beragam. Selanjutnya konsep bela negara menurut
kamus besar bahasa Indonesia berasal dari kata bela yang artinya menjaga baik-
baik, memelihara, merawat, menolong serta melepaskan dari bahaya.
Dasar hukum mengenai bela negara terdapat dalam isi UUD NKRI 1945,
yakni: Pasal 27 ayat (3) yang menyatakan bahwa semua warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Selanjutnya pada Pasal 30 ayat (1)
yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara.
10
3) Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan pelatihan) Kesadaran
untuk menaati tata tertib pelatihan (lingkungan kampus/lembaga pelatihan).
4) Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat
(lingkungan masyarakat).
5) Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan
masyarakat).
11
direncanakan oleh Penanggung jawab upacara dalam rangka mencapai tujuan
upacara.
Selain itu dalam kesiapsiagaan bela negara dikenalkan kesiapsiagaan dan
kesehatan jasmani dan mental, ini dikenalkan untuk menghadapi hal-hal yang
terjadi maka diperlukan jasmani dan mental yang kuat dalam menangkal hal-hal
yang buruk yang sangat cepat mengalir ke Indonesia. Kesehatan jasmani
menjadi bagian dari definisi sehat dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36
tahun 2009.
12
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan, memiliki nomor
induk pegawai secara nasional
2. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
PPPK adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian berdasarkan perjanjian
kerja sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah untuk jangka waktu
tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.
Dengan kehadiran PPPK tersebut dalam manajemen ASN, menegaskan
bahwa tidak semua pegawai yang bekerja untuk pemerintah harus
berstatus PNS, namun dapat berstatus sebagai pegawai kontrak dengan
jangka waktu tertentu. Hal ini bertujuan untuk menciptakan budaya kerja
baru menumbuhkan suasana kompetensi yang umumnya pada instansi
swasta, agar memberikan pengaruh pada borokrasi saat ini
Fungsi ASN secara mendasar dituntut untuk professional dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat, maka Pegawai ASN berfungsi
sebagai berikut :
1. Pelaksana kebijakan publik
Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
2. Pelayan publik
Memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas, dan
3. Perekat dan pemersatu bangsa
Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia
13
menjalankan fungsi dan tugasnya. ASN berfungsi, bertugas dan berperan
untuk memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas.
b) Pelayanan Publik
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
menyatakan bahwa Pelayanan publik adalah suatu rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
14
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Tiga unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu pertama, organisasi
penyelenggara pelayanan publik, kedua, penerima layanan (pelanggan) yaitu
orang, masyarakat atau organisasi yang berkepentingan, dan ketiga, kepuasan
yang diberikan dan atau diterima oleh penerima layanan (pelanggan).
Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry (rivalitas) dan
excludability (ekskludabilitas) yang rendah. Barang/jasa publik yang murni
yang memiliki ciri-ciri: tidak dapat diproduksi oleh sektor swasta karena
adanya free rider problem, non-rivalry, dan non-excludable, serta cara
mengkonsumsinya dapat dilakukan secara kolektif.
Perkembangan paradigma pelayanan : Old Public Administration (OPA),
New Public Management (NPM) dan seterusnya menjadi New Public Service
(NPS).
Lembaga Pemasyarakatan dalam menjalankan pelayanan publik yang
prima dengan dengan menerapkan prinsip-prinsip atau nilai, sebagai berikut :
1. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan masyarakat
pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya;
2. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi warga
negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan pelayanan publik
yang diselenggarakan tersebut, seperti: persyaratan, prosedur, biaya, dan
sejenisnya. Masyarakat juga harus diberi akses yang sebesarbesarnya
untuk mempertanyakan dan menyampaikan pengaduan apabila mereka
merasa tidak puas dengan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh
pemerintah;
3. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar
dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait
dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan akan
15
tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam
pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien
masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan
masyarakat yang mendudukan tertinggi;
4. Tidak diskriminatif
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh
dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara yang lain atas
dasar perbedaan identitas sosial, pandangan politik, enisitas, agama,
profesi, jenis kelamin atau orientasi seksual, difabel, dan sejenisnya;
5. Mudah dan Murah
Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat harus memenuhi
berbagai persyaratan dan membayar dalam jumlah tertentu untuk
memperoleh layanan yang mereka butuhkan harus diterapkan prinsip
mudah, artinya berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut masuk akal
dan mudah untuk dipenuhi. Murah dalam arti biaya yang dibutuhkan oleh
masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut terjangkau oleh seluruh
warga negara. Hal ini perlu ditekankan karena pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh pemerintah tidak dimaksudkan untuk mencari
keuntungan melainkan untuk memenuhikewajiban sebagai pemerintahan;
6. Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayan publik harus mampu mewujudkan tujuan-tujuan
yang hendak dicapainya (untuk melaksanakan mandat konstitusi dan
mencapai tujuan-tujuan strategis negara dalam jangka panjang) dan cara
mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur yang sederhana,
tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah;
7. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat
dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik (dekat,
terjangkau dengan kendaraan publik, mudah dilihat, gampang ditemukan,
dan lain-lain.) dan dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang terkait
dengan biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk
mendapatkan layanan tersebut.
8. Akuntabel
16
Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggung-jawabkan
secara terbuka kepada masyarakat. Pertanggungjawaban tidak hanya
secara formal kepada atasan (pejabat atau unit organisasi yang lebih tinggi
secara vertikal) akan tetapi yang lebih penting harus
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat luas melalui
media publik baik cetak maupun elektronik.
9. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah
memiliki berbagai tujuan. Salah satu tujuan yang penting adalah
melindungi warga negara dari praktik buruk yang dilakukan oleh warga
negara yang lain. Oleh karena itu penyelenggaraan pelayanan publik harus
dapat dijadikan sebagai alat melindungi kelompok rentan dan mampu
menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah ketika berhadapan
dengan kelompok yang kuat.
Dengan demikian, ASN mempunyai kedudukan dan berperan
Aktif dalam Pelaksanaan Pelayanan Publik, Pelaksana Kebijakan Publik
dan perekat serta pemersatu bangsa dapat dilaksanakan sesuai dengan
regulasi yang ada dengan mengutamakan prinsip-prinsip pelayanan prima.
17
kompleks. Pentingnya WoG dalam menyatukan institusi pemerintah sebagai
penyelenggara kebijakan dan layanan publik.
Kedua, terkait faktor-faktor internal dengan adanya fenomena
ketimpangan kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi
antar sektor dalam pembangunan. Satu sektor bisa menjadi sangat superior
terhadap sektor lain, atau masing-masing sektor tumbuh namun tidak berjalan
beriringan, melainkan justru kontraproduktif atau ‘’saling membunuh‟. Masing-
masing sektor menganggap bahwa sektornya lebih penting dari yang lainnya.
Ketiga, khususnya dalam konteks Indonesia, keberagaman latar
belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta bentuk latar belakang lainnya
mendrong adanya potensi disintegrasi bangsa. Pemerintah sebagai institusi
formal berkewajiban untuk mendorong tumbuhnya nilai-nilai perekat
kebangsaan yang akan menjamin bersatunya elemen-elemen kebangsaan ini
dalam satu frame NKRI.
Dengan demikian WoG harus dilaksanakan oleh Lembaga
Pemasyarakatan khususnya demi mencapai tujuan yaitu dengan bekerja sama
dengan kementerian/lembaga Pemerintahan Republik Indonesia dalam
menyelesaikan permasalahan dalam rangka mempersiapkan klien
pemasyarakatan menjadi manusia yang berguna dan bertangung jawab di
masyarakat. Bentuk WoG yang memungkinkan dilakukan pada Lemabaga
pemasyarakatan diantaranya :
1) Pemerintah
Penegak hukum seperti Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Bapas
maupun Rutan. Instansi lain dan Yayasan Sosial .
2) Masyarakat atau Publik
18
sehingga dalam melaksanakan tugas jabatannya mampu bertindak secara efektif
dan efisien. Standar kompetensi yang harus dipenuhi meliputi aktualisasi nilai-
nilai dasar profesi ASN itu sendiri, yakni akuntabilitas, nasionalisme, etika
publik, komitmen mutu dan anti korupsi (ANEKA).
a) Akuntabilitas
Pengertian Akuntabilitas
Kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung
jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang
berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab,
sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang
harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu,
kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi
amanahnya. Amanah seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-
nilai publik antara lain adalah :
1) Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor,
kelompok, dan pribadi
2) Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan
mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis
3) Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik
4) Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintahan.
Nilai – Nilai yang Terkandung Dalam Akuntabilitas, meliputi :
Mengambil pilihan yang tepat dan benar, Kepemimpinan, Transparan
Tanggung jawab, Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan,
Konsisten
Fungsi akuntabilitas
Akuntabilitas mempunyai prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku
pada setiap tataran tingkat/level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban
jabatan dalam memberikan pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada
19
atasannya.Dalam beberapa hal, akuntabilitas sering diartikan berbeda-
beda. Adanya norma yang bersifat informal tentang perilaku PNS
sehingga menjadi kebiasaan atau di sebut dengan (“how things are done
around here”). Akuntabilitas publik memiliki 3 fungsi utama yang di
kemukakan oleh seorang ahli (Brovens,2007), yaitu : Untuk
menyediakan control demokratis (peran demokrasi), Untuk mencegah
korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstittusional), Untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Aspek – Aspek Akuntabilitas
1) kuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a
relationship) Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak
antara individu/kelomApok/institusi dengan negara dan masyarakat.
2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results
oriented) Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku
aparat pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan inovatif.
3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requires
reporting) Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.
4) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is
meaningless without consequences) Akuntabilitas adalah kewajiban.
5) Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves
performance) Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk
memperbaiki kinerja PNS dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
Tingkatan Akuntabilitas
1) Akuntabilitas Personal (Personal Accountability) mengacu pada nilai-
nilai yang ada pada diri seseorang seperti kejujuran, integritas, moral dan
etika.
2) Akuntabilitas Individu mengacu pada hubungan antara individu dan
lingkungan kerjanya, yaitu antara PNS dengan instansinya sebagai
pemberi kewenangan.
3) Akuntabilitas Kelompok Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan atas
kerjasama kelompok.
20
4) Akuntabilitas Organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang
telah dicapai, baik pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap
organisasi/institusi maupun kinerja organisasi kepada stakeholders
lainnya.
5) Akuntabilitas Stakeholder, Stakeholder yang dimaksud adalah
masyarakat umum, pengguna layanan, dan pembayar pajak yang
memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap kinerjanya.
b) Nasionalisme
Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana
mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai beraikan bangsa yang satu
dengan bangsa yang lain. Keadaan seperti ini sering disebut chauvinisme.
Sedangkan dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang
rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus
menghormati bangsa lain.
Nasionalisme adalah pandangan atau paham tentang rasa cinta yang
wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa
lain. Fungsi ASN (Aparatur Sipil Negara) sebagai perekat dan pemersatu
bangsa dan negara yaitu setiap pegawai ASN harus memiliki jiwa
nasionalisme dan awasan kebangsaan yang kuat, memiliki sadar sebagai
penjaga kedaulatan bangsa negara, menjadi perekat bangsa dan
mengupayakan situasi damai di seluruh wilayah Indonesia, dan menjaga
keutuhan NKRI.
Pentingnya Nasionalisme Bagi ASN
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai
ASN.Bahkan tidak sekedar wawasan saja tetapi kemampuan
mengaktualisasikan nasionalisme dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya merupakan hal penting.Pada pelaksana kebijakan publik
tentu setiap pegawai ASN harus memiliki nilai-nilai kepublikan,
berorientasi pada kepentingan publik dan senantiasa menempatkan
kepentingan lainnya, mengedepankan kepentingan nasional
21
ketimbang kepentingan sektoral dan golongan.Sebagai pelayaan
publik, setiap pegawai ASN senantiasabersikap adil dan tidak
diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Pegawai ASN harus mempunyai jiwa nasionalisme yang kuat,
memiliki kesadaran sebagai penjaga kedaulatan negara, maka
terdapat pula indikator nasionalisme yang harus di miliki oleh ASN,
meliputi : Berwawasan Kebangsaan yang kuat, Memahami pluralitas,
Berorientasi kepublikan yang kuat, Mementingkan keoentingan
nasional di atas segalanya
Nilai – Nilai yang Terkandung dalam Nasionalisme, meliputi :
Cinta tanah air, Ketuhanan yang maha esa, Menjunjung tinggi HAM,
Persatuan, Demokratis, Adil
c) Etika Publik
Pengertian Etika Publik
Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/ buruk, benar/salah yang
harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar,
sedangkan moral mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik
atau apa yang seharusnya dilakukan. Sedangkan etika publik adalah
refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah
perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik
dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Pada etika publik membentuk nilai-nilai dasar etika pada peserta Diklat
melalui pembelajaran kode etik dan perilaku pejabat publik, bentuk-
bentuk kode etik dan implikasinya, aktualisasi kode etik PNS. Dalam
mewujudkan tercapainya kompetensi dasar tersebut dapat diukur melalui
indikator keberhasilan yang di rumuskan sebagai berikut :
1) Memiki pemahaman tentang kode etik dan perilaku pejabat publik.
Adalah aturan – aturan yang mengatur kelompok dalam bentuk
ketentuan – ketentuan tertulis.
2) Memahami Dimensi Etika Publik
Terdiri dari: dimensi pelayan kualitas publik, dimensi modalitas dan
dimensi tindakan integritas publik.
22
3) Mengenali berbagi bentuk sikap dan perilaku yang bertentangan
dengan kode etik dan perilaku bagi dirinya.
4) Memahami bentuk – bentuk kode etik dan implikasinya sehingga
ASN memiliki pemahaman tentang :
Pentingnya Etika dalam pelayanan publik.
Penggunaan kekuasaan legimitasi kebijakan.
Konflik kepentingan.
Sumber – sumber kode etik bagi ASN.
Implikasi kode etik dalam pelayanan publik.
5) Menunjukan sikap perilaku yang sesuai dengan kode etik dan
perilaku selama Diklat serta mampu mengaktualisasikan nilai – nilai
etika bukan hanya posisinya sebagai ASN tetapi juga sebagai warga
Negara.
Pengertian Kode Etik & Nilai- Nilai Kode Etik ASN
Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal
prinsip dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis. Adapun Kode Etik
Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok
khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang
diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.
d) Komitmen Mutu
Pengertian Komitmen Mutu
Komitmen mutu mengacu kepada ukuran baik buruk yang dipersepsikan
oleh individu terhadap nilai suatu produk atau pun jasa. Dalam
penyelenggaraan pemerintahan, mutu sering dikaitkan dengan pelayanan
kepada masyarakat. Pegawai ASN harus mampu menjadi pelayanan
publik yang handal dan professional, menjadi pendengar yang baik atas
berbagai pengaduan dan keluhan masyarakat, sekaligus mampu
menindaklanjutinya dengan memberikan solusi yang tepat melalui
langkah perbaikan secara nyata, bukan sekedar janji – janji muluk untuk
menenangkan gejolak masyarakat. Komitmen mutu adalah janji pada diri
sendiri atau pada orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk
23
menjaga mutu kinerja pegawai. Bidang apapun yang terkait dengan PNS
semua mesti dilaksanakan secara optimal agar dapat memberikan
kepuasan kepada stakeholder. Komitmen mutu merupakan tindakan
untuk menghargai efektivitas, efisiensi, inovasi dan kinerja yang
berorientasi mutu dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan
publik. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, setiap aparatur mesti
dilandasi oleh kesadaran tinggi untuk memaknai esensi komitmen mutu
dalam memberikan pelayanan kepada publik sesuai dengan ketentuan
perundang – undangan. Adapun indikator komitmen mutu, yaitu :
1) Mampu memahai tindakan yang menghargai efektivitas, efisiensi,
inovasi dan kinerja berorientasi mutu dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik.
- Efektif (tepat sasaran) yaitu tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan
baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja.
- Efisien (tepat guna) yaitu tingkat ketepatan realisasi penggunaan sumber daya
dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan sehingga tidak terjadi pemborosan
sumber daya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur, dan mekanisme
yang keluar alur.
- Inovatif yaitu perubahan yang diciptakan untuk mencapai keadaan yang lebih
baik di masa yang akan datang.
- Berorientasi mutu yaitu setiap kegiatan atau program yang dilakukan diarahkan
untuk pencapaian standar mutu.
2) Menunjukkan sikap perilaku kinerja kreatif dan inovatif yang
berorientasi mutu dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan publik.
3) Mengaktualisasi komitmen mutu dalam menjalankan tugas ASN.
e) Anti Korupsi
Pengertian Anti Korupsi
24
Anti korupsi adalah tindakan atau gerakan yang dilakukan untuk
memberantas segala tingkah laku atau tindakan yang melawan norma-
norma dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi, merugikan
Negara atau masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.
Korupsi berasal dari bahasa Latin Corruptio dan Corruptus yang berarti
kerusakan atau kebobrokan. Dalam bahasa Yunani Corruptio yang
berarti perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dapat disuap, tidak
bermoral, menyimpang dari kesucian, melanggar norma – norma agama,
material mental dan umum. Menurut UU No.31 Tahun 1999 Jo No. UU
20 Tahun 2001 terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi yang terdiri
dari : kerugian keuangan negara, suap – menyuap, pemerasan, perbuatan
curang, penggelapan dalam jabatan, benturan kepentingan dalam
pengadaan, dan gratifikasi.
Menanamkan sikap sadar anti korupsi merupakan salah satu cara untuk
menjauhkan diri kita dari korupsi. Salah satu cara menanamkan sikap anti
korupsi adalah menanamkan nilai integritas anti korupsi jujur, mandiri,
adil, kerja keras, peduli, tanggung jawab, disiplin, sederhana,dan berani.
Kompetensi dasar dalam anti korupsi adalah :
1. Menyadari dampak perilaku dan tindak pidana korupsi bagi kehidupan diri pribadi,
keluarga, masyarakat, dan bangsa.
2. Mampu menjelaskan cara-cara menghindari perilaku dan tindak pidana korupsi.
3. Menjelaskan internalisasi dan pembangunan sistem intregritas untuk mencegah terjadinya
korupsi dilingkungannya ( kesediaan, identifikasi dan internalisasi).
25
Pemasyarakatan.Secara teknis Direktur Jenderal Pemasyarakatan memiliki empat unit
pelaksanaan teknis diantaranya :
26
jawatan kepenjaraan bukan hanya melaksanakan hukuman, melainkan juga tugas yang
jauh lebih berat adalah mengembalikan orang-orang yang dijatuhi pidana ke dalam
masyarakat.
27
salah satu wujud komitmen paya pemerintah dan pemerintah daerah dalam rangka
mendukung keberhasilan terhadap sasaran pembangunan nasional yang ingin dicapai
untuk meningkatkan kualitas penegakan hukum di Indonesia.Keberadaan dan
Kedudukan Lapas Perempuan sendiri sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal (12) ayat (2) diatur "Pembinaan narapidana
perempuan di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) dilaksanakan di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan. Hal tersebut menjadi entry point bahwa perlindungan
hukum terhadap narapidana perempuan haruslah khusus.Adapun di dalam Lapas
khusus perempuan, Narapidana perempuan “hak-hak keperempuanannya” dipenuhi
sama seperti yang dibutuhkan perempuan pada umumnya. Meskipun secara faktual
sedang berada di dalam Lapas.
Visi dan Misi Organisasi
a. Visi :
Mewujudkan Manusia yang beriman, bertakwa, aktif dan produktif serta
bertanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Misi :
Melaksanakan Pembinaan Mental Spiritual baik Rohani dan Jasmani yang
bertujuan kutuk meningkatkan kesadaran sebagai makhluk mandiri, anggota
masyarakat dan Makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
MOTTO Organisasi
I : Inovatif
K : Komunikatif
H : Harmonis
L : Luwes
A : Aman
S : Serasi
28
- Melaksanakan pembinaan dan perawatan Narapidana dan tahanan
- Memberikan bimbingan sosial dan kerohanian pada narapidana dan tahanan
- Mempersiapkan saran dan mengelola hasil kerja
- Melakukan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan lembaga
pemasyarakatan
- Melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib lembaga pemasyarakatan
- Melakukan fungsi registrasi dan administrasi
- Melakukakan urusan tata usaha dan rumah tangga
MAKLUMAT PELAYANAN PUBLIK
1) Memberikan pelayanan yang terbaik dengan sepenuh hati
2) Bersikap ramah, sopan dan santun dalam memberikan pelayanan
3) Siap menanggapi segala keluhan serta ketidakpuasan atas pelayanan kami
4) Memberikan sanksi dan menindak tegas aparat yang merugikan masyarakat dalam
meberikan pelayanan
5) Sanggung menyelenggarakan pelayanan sesuai standar pelayanan yang telah
ditetapkab dan apabila tidak menepati janji kami siap menerima sanksi
sesuai/peraturan.
29
Gambar 1. Struktur Organisasi
30
Adapun penjelasan mengenai tugas pokok dan fungsi pejabat struktural adalah sebagai
berikut, yaitu :
1. KALAPAS
Tugas
Mengkoordinasi pembina dan kegiatan, administrasi, keamanan, dan tata tertib serta
bertanggung jawab atas tata usaha yang meliputi urusan kepegawaian, keuangan dan
rumah tangga sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam rangka pencapaian tujuan
pemasyarakatan narapidana dan anak didik.
Fungsi
- Memimpin Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang.
- Menetapkan Rencana Kerja dan Program Kerja Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas IIA Tangerang.
- Melakukan Koordinasi Pelaksanaan Tugas dengan Pemda dan Instansi Terkait.
- Mengkoordinasikan tindak lanjut petunjuk yang tertuang dalam Laporan Hasil
Pemeriksaan.
35
- Mengikuti Rapat Kerja.
- Membina ketatausahaan di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang
- Menilai dan Mengesahkan Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pejabat Bawahan.
- Melakukan Pembinaan Pegawai di Lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas IIA Tangerang.
- Melakukan pengawasan melekat di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas IIA Tangerang.
- Mengkoordinasikan pengelolaan anggaran rutin Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas IIA Tangerang.
- Mengkoordinasikan Kebutuhan Formasi Pegawai.
- Mengkoordinasikan pengendalian administrasi kepegawaian Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang.
- Melaksanakan Tugas-Tugas yang diberikan oleh Kepala Kantor Wilayah.
- Mengkoordinasikan Pembuatan dan Penyusunan Laporan Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang.
36
2. Sub Bagian Tata Usaha;
Tugas
Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga
LAPAS.
Fungsi
- Melakukan urusan kepegawaian dan keuangan.
- Melakukan urusan surat-menyurat, perlengkapan dan rumah tangga.
37
pengetahuan asimilasi, cuti pengelepasan dan kesejahteraan narapidana / anak didik
serta mengurus kesehatan dan memberikan perawatan bagi narapidana / anak didik.
4. Seksi Kegiatan Kerja
Tugas
Seksi Kegiatan Kerja mempunyai tugas memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan
sarana kerja dan mengolah hasil kerja.
Fungsi
Memberikan bimbingan latihan kerja bagi narapidana / anak didik dan mengelola hasil
kerja.
Mempersiapkan fasilitas sarana kerja.
38
Sub Seksi Keamanan mempunyai tugas mengatur jadwal tugas, penggunaan
perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan.
b) Sub Seksi Pelaporan dan Tata Tertib
Sub Seksi Pelaporan dan Tata Tertib mempunyai tugas Menerima laporan harian dan
berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta menyusun laporan berkala di
bidang keamanan dan menegakkan tata tertib.
39
Gambar 2. Gedung Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang
Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Metode USG
merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas masalah dengan metode teknik
scoring. Proses untuk metode USG dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi dari
masalah, keseriusan masalah yang dihadapi, serta kemungkinan bekembangnya masalah
tersebut semakin besar. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Urgency, yaitu mendesak suatu isu tersebut harus dibahas, dianalisa atau
ditindaklanjuti.
40
2. Seriousness, yaitu seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan akibat
yang akan ditimbulkan.
3. Growth, yaitu seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak
ditangani segera.
1) Kurangnya kerja sama dan koordinasi antara petugas regu jaga dengan petugas
administrasi terkait permasalahan ataupun kebijakan.
2) Kurang optimalnya dan kondusifnya saat pelaksanaan aplusan perhitungan
jumlah WBP.
3) Masih rendahnya disiplin para petugas dalam masalah jam kerja.
41
Tabel 1.Penentuan Prioritas Isu dengan Menggunakan Metode USG
Kriteria
No. Isu Permasalahan Total
U S G
Kurangnya koordinasi antara petugas regu jaga
1. 3 3 4 10
dengan petugas administrasi
Kurang optimalnya dan kondusifnya saat
2. pelaksanaan aplusan perhitungan jumlah 3 4 5 12
WBP
Belum berfungsinya dengan baik dan efektif
3. 3 2 3 8
kotak saran di tempat pelayanan kunjungan
Sesuai dengan hasil analisa metode USG diatas, maka dapat dikatakan bahwa isu yang
menjadi permasalahan utama adalah “Kurang optimalnya dan kondusifnya saat pelaksanaan
aplusan perhitungan jumlah WBP”. Saat pelaksanaan perhitungan jumlah WBP atau aplusan
seharusnya tidak hanya melalui pengeras suara untuk menyuruh WBP kembali ke blok
huniannya. Diperlukan koordinasi dan kerja sama antara petugas dinas yang sebelumnya
dengan petugas dinas selanjutnya untuk menyuruh secara langsung WBP untuk kembali ke
blok huniannya, sehingga saat apel aplusan dilaksanakan seluruh WBP sudah kembali ke blok
huniannya. Apabila, hal ini sering terjadi dikhawatirkan terjadi kesalahan perhitungan WBP
atau bahkan hal fatalnya adanya pelarian yang tidak diketahui oleh petugas langsung karena
tidak optimal, efektif dan kondusifnya saat apel aplusan. Dengan adanya permasalahan
tersebut diharuskan adanya solusi yaitu dengan membariskan WBP di setiap kamarnya
masing-masing, hal itu sesuai dengan SOP perhitungan jumlah WBP saat aplusan
dilaksanakan seluruh WBP baris di depan kamarnya masing-masing. Sehingga perhitungan
jumlah WBP berjalan optimal dan kondusif serta menjaga keamanan dan ketertiban di area
dalam dan luar Lembaga Pemasyarakan
42
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI
1. Identifikasi Isu
Kurangnya koordinasi antara petugas regu jaga dengan petugas administrasi
Kurang optimalnya dan kondusifnya saat pelaksanaan aplusan perhitungan jumlah
WBP
Masih rendahnya disiplin para petugas dalam masalah jam kerja
39
terjadi kesalahan dalam perhitungan jumlah WBP dan agar tidak terjadi tindakan fatal
yaitu pelarian yang terlambat diketahui oleh petugas.
c) Rancangan Kegiatan
Berdasarkan hasil identifikasi isu yang diangkat, maka penulis mencari pemecahan
masalah dengan mengaitkan melalui kegiatan dari SKP, perintah atasan, dan inisiatif
pribadi. Adapun kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
Unit Kerja : Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang
Identifikasi Isu : Mengantisipasi kesalahan dalam perhitungan jumlah WBP
Isu yang Diangkat : Kurang optimalnya dan kondusifnya saat pelaksanaan aplusan
perhitungan jumlah WBP
Gagasan Isu : Melakukan perhitungan jumlah WBP sesuai dengan SOP dengan
membariskan WBP di depan kamar huniannya
40
Tabel 2.Rancangan Kegiatan Aktualisasi
Kontribusi
No Output / Hasil Nilai – Nilai Terhadap Visi Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan
. Kegiatan Dasar dan Misi Organisasi
Organisasi
1. Melakukan konsultasi 1. Berdikusi terlebih Dukungan Akuntabilitas: Dengan kualitas Dengan
dengan Ka. KPLP dan dahulu kepada Mentor pelaksanaan yang pelaksanaan
penuh Memiliki rasa tinggi dan
Kasie.adm.Kamtib terkait dengan isu kegiatan yang
selaku kepala rancangan aktualisasi terhadap isu tanggung mengedepankan dilakukan dengan
pengamanan di beserta penerapannya ketelitian dan penuh tanggung
Rancangan jawab dan tanggung jawab
lingkungan lapas di lingkungan lapas jawab,
perempuan kelas II A perempuan kelas II A Aktualisasi konsisten tanpa mengurangi berintegritas
Tangerang terkait isu Tangerang sikap ramah dan terhadap waktu
2. Menghadap Ka. KPLP yang dalam sopan sesuai maka nilai
yang diambil dan akan
dihabituasikan oleh dan Kasie.adm.kamtib dikemukakan penegakan dengan yaitu: organisasi
penulis dan di dampingi yang di dampingi oleh Mewujudkan Kementerian
mentor dalam oleh penulis hukum pelayanan hukum Hukum dan HAM
oleh mentor.
menyampaikan hal-hal didalam Lapas yang berkualitas; terutama
terkait rancangan Mewujudkan Profesional,
aktualisasi yang akan Adanya Nasionalisme: aparatur Akuntabel, dan
di habituasikan. kementrian hukum Sinergitas dapat
persetujuan Menjunjung
3. Menerimah arahan, dan hem yang diperkuat.
masukan dan Ka.KPLP dan tinggi nilai profesional,
kendalanya dari atasan mewujudkan
Kasie. Adm. demokratis
terkait di bagian penegakan hukum
pengamanan terkait Kamtib agar dalam yang berkualitas
rancangan tersebut. dalam melakukan
Rancangan pelaksanaan perhitungan
Aktualisasi tugas jumlah WBP saat
aplusan dilakukan.
dapat Etika Publik:
direalisasikan Menghormati
41
selama masa Atasan,
habituasi. menjaga sopan
satun dalam
Kegiatan
bertutur kata,
dapat
dan
dilaksanakan
melaksanakan
dengan baik,
tugas sesuai
tertib dan
dengan
sesuai
perintah
prosedur yang
Atasan.
ada
Komitmen
Mutu:
Mewujudkan
pelayanan
prima.
Anti Korupsi:
Menegakkan
kejujuran dan
berani dalam
mengemukakan
pendapat, serta
disiplin dan
tanggung jawab
dalam pelaksanaan
42
tugas
2. Mensosialisasikan terkait
SOP pelaksanaan
perhitungan jumlah WBP
atas arahan Atasan terkait
dengan didampingi oleh
Mentor kepada petugas
regu jaga dan kepada
Tamping dari masing-
masing blok.
3. Bekerjasama dengan
komandan regu jaga dan
petugas regu jaga untuk
ikut berkontribusi dalam
pelaksanaan perhitungan
jumlah WBP yang
sesuai dengan SOP
4. Melakukan koordinasi
untuk menyuruh WBP
kembali ke blok huniannya
dengan pendekatan
persuasif
5. Melakukan perhitungan
jumlah WBP dengan
membariskan WBP di
depan kamar huniannya
masing-masing dan
43
menulis nama-nama WBP
setiap blok dan setiap
kamar dengan mengabsen
nama WBP setiap kamar
Tabel 0-3 Jadwal Kegiatan Implementasi Rancangan Aktualisasi Pada Bulan Juli di Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang
BULAN JULI
KEGIATAN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1
Melakukan perhitungan
jumlah warga binaan
pemasyarakatan (WBP) pada
saat aplusan regu jaga.
Mencatat buku laporan jaga.
Memeriksa perlengkapan
jaga (kunci, HT (handy
talky), dan lain-lain
Mengawasi WBP secara
44
langsung.
Melakukan pengawalan
kegiatan diluar lapas/
asimilasi)
Melakukan pengawasan
secara keliling.
Tabel 0-4 Jadwal Kegiatan Implementasi Rancangan Aktualisasi Pada Bulan Agustus di Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang
BULAN AGUSTUS
KEGIATAN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1
Melakukan perhitungan
jumlah warga binaan
pemasyarakatan (WBP) pada
saat aplusan regu jaga.
Mencatat buku laporan jaga.
Memeriksa perlengkapan
jaga (kunci, HT (handy
talky), dan lain-lain
Mengawasi WBP secara
langsung.
Melakukan pengawalan
kegiatan diluar lapas/
asimilasi)
Melakukan pengawasan
secara keliling.
45
Tabel 0-5 Jadwal Kegiatan Implementasi Rancangan Aktualisasi Pada Bulan September di Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang
BULAN SEPTEMBER
KEGIATAN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
Melakukan perhitungan
jumlah warga binaan
pemasyarakatan (WBP) pada
saat aplusan regu jaga.
Mencatat buku laporan jaga.
Memeriksa perlengkapan
jaga (kunci, HT (handy
talky), dan lain-lain
Mengawasi WBP secara
langsung.
Melakukan pengawalan
kegiatan diluar lapas/
asimilasi)
Melakukan pengawasan
secara keliling.
Tabel 0-6 Jadwal Kegiatan Implementasi Rancangan Aktualisasi Pada Bulan Oktober di Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang
46
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1
Melakukan perhitungan
jumlah warga binaan
pemasyarakatan (WBP) pada
saat aplusan regu jaga.
Mencatat buku laporan jaga.
Memeriksa perlengkapan
jaga (kunci, HT (handy
talky), dan lain-lain
Mengawasi WBP secara
langsung.
Melakukan pengawalan
kegiatan diluar lapas/
asimilasi)
Melakukan pengawasan
secara keliling.
47
48
BAB IV
KESIMPULAN
IV.A Kesimpulan
Berdasarkan rancangan kegiatan yang akan dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
IV.B Saran
Diharapkan dalam pelaksanaan rancangan aktualisasi di tempat kerja nanti
diharapkan tidak ada halangan yang dapat menghambat penerapan gagasan serta
nilai – nilai ANEKA dapat diterapkan sesuai dengan yang sudah di rencanakan
oleh penulis.
1) Melakukan sosialiasai baik kepada WBP dan petugas regu jaga terkait tata
cara perhitungan jumlah WBP
49
2) Pelaksanaan perhitungan jumlah WBP atau saat aplusan dapat mengikuti
SOP dengan mebariskan WBP di depan kamar huniannya masing-masing,
agar perhitungan berjalan efektif dan kondusif.
Sekian saran dari penulis dan penulis mengharapkan saran dari para
pembaca untuk menyempurnakan rancangan aktualisasi.
50
DAFTAR PUSTAKA
1. https://kemenkumham.go.id/profil/sejarah, diunduh pada tanggal 28 Juni 2018
Pukul 11.00 WIB.
2. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor :
M.09-PR.07.10 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Hukum dan HAM RI, 2007, hlm. 5-6
6. Utomo, T. W., dkk. (2017). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS Habituasi.
Lembaga Administrasi Negara. p.23-24.
11. Kusumasari, B., dkk. (2015). Modul Pelatihan Daar Calon PNS Akuntabilitas.
Lembaga Adminsitrasi Negara. p. 7-8.
12. Kumorotomo, W., dkk. (2015). Modul Modul Pelatihan Daar Calon PNS
Etika Publik Lembaa Administrasi Negara.p. 19.
12. Dwiyanto, A., dkk. (2015). Modul Modul Pelatihan Daar Calon PNS Anti
Korupsi. Lembaa Administrasi Negara. p. 50.