Anda di halaman 1dari 103

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM GEOTEKNIK TAMBANG

Disusun Oleh:
SYAUQI THIFAL
18080036

Diajukan sebagai syarat akhir Praktikum Geoteknik Tambang


Program Studi D3 Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang

Disahkan Oleh:
Dosen Pengampu

Rizto Salia Zakri, S.T, M.T


NIP. 19920721 201903 1 014

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya, sehingga laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya. Laporan ini disusun
agar mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar Geoteknik Tambang beserta
aplikasinya dalam dunia pertambangan. Dengan telah tersusunnya laporan ini,
maka saya selaku penyusun mengucapkan terimakasih kepada :
1. Rizto Salia Zakri, S.T, M.T selaku dosen matakuliah Geoteknik Tambang yang
telah memberikan bimbingan dan arahan.
2. Aldo Azzana Zuhuri selaku pembimbing Praktikum Geoteknik Tambang
3. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah
membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan kedepan. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat dan
memberikan ilmu bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Padang, 4 Februari 2021


Penyusun

Syauqi Thifal

iii
HALAMAN PENGESAHAN
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, hanya kepada-
Nya lah tempat kita meminta tolong atas segala permasalahan yang kita temui. Rasa
syukur tiada henti-hentinya saya ucapkan kepada-Nya atas izin dan rahmat yang
Allah SWT berikan, atas izin dan rahmat-Nya akhirnya Laporan Resmi Geoteknik
Tambang ini bisa selesai sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Laporan Praktikum Mekanika Batuan ini dipersembahkan kepada:
1. Tuhan Semesta Alam Allah SWT
2. Kedua orang tua, yang selalu memberikan doa serta support kepada
saya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini dengan sebaik
baiknya
3. Dosen pengajar Geoteknik Tambang Bapak Rizto Salia Zakri, S.T, M.T
yang telah memberikan ilmunya kepada kami
4. Asisten dosen mata kuliah Geoteknik Tambang Aldo Azzana Zuhuri
yang telah meluangkan waktu nya untuk membimbing kami dalam
pelaksanaan praktikum Geoteknik Tambang ini.
5. Teman-teman kelompok yang membantu dalam melakukan praktek dan
sekaligus turut andil dalam selesainya laporan ini.
6. Para sahabat dan teman – teman yang turut menyemangati saya selama
proses pembuatan laporan Geoteknik Tambang ini.
Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk semua yang telah membantu,
membimbing, mengajari, dan menyemangati saya, akhir kata saya persembahkan
laporan Geoteknik Tambang ini untuk semua orang dan orang yang saya sayangi.
Dan semoga laporan Geoteknik Tambang ini dapat bermanfaat dan berguna untuk
kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

iv
HALAMAN RINGKASAN

A. Interpretasi Bidang Lemah dan Analisis Kinematik


Bidang lemah adalah merupakan salah satu parameter penting dalam
kemantapan lereng, karena keberadaannya akan merubah batuan utuh menjadi
massa batuan dan karena itu kontinuitas kekuatannya menjadi terganggu. Untuk
menyatakan kedudukan bidang lemah didalam dimensi ruang (agar dapat
dianalisis dengan mudah), maka untuk menentukan arah dipakai besaran sudut
terhadap posisi utara (azimuth), sedangkan untuk menentukan kemiringan
dipakai besaran sudut terhadap bidang datar.
Analisa kinematika merupakan analisa rekonstruksi dari pergerakan
yang terjadi pada saat proses deformasi batuan yang terjadi disemua skala
(Davis dan Reynolds, 1996). Analisa kinematika hanya memperhatikan
perubahan bentuk, ukuran dan pergerakan (strain) yang terjadi tanpa
memperhatikan atau menginterpretasikan gaya atau tekanan yang menyebabkan
deformasi tersebut.
B. Jenis Longsoran
Dalam analisis kinematika digunakan Schmidt net dengan proyeksi
bidang menjadi titik (pole plot) maupun garis lengkung (plane). Data yang
digunakan antara lain data line mapping dan data pemboran geoteknik. Pada data
kekar perlu dilakukan contouring untuk mengetahui arah orientasi utama
selanjutnya arah orientasi utama tersebut digunakan dalam analisis kinematika
maupun analisis kesetimbangan batas. Berdasarkan hasil analisis kinematika,
dengan masukan data orientasi bidang diskontinuitas yang berupa struktur
geologi (sesar dan kekar), maka dapat diketahui tipe longsor dan kemungkinan
ketidakstabilan lerengnya.
Tipe – tipe longsoran:
1. Longsoran Bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi sepanjang
bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa
bidang kekar, rekahan (joint) maupun bidang perlapisan batuan. Syarat-syarat
terjadinya longsoran bidang :

v
a. Terdapat bidang lincir bebas (daylight) berarti kemiringan bidang lurus
lebih kecil daripada kemiringan lereng
b. Arah bidang perlapisan (bidang lemah) sejajar atau mendekati dengan arah
lereng (maksimum berbeda 200).
c. Kemiringan bidang luncur atau lebih besar daripada sudut geser dalam
batuannya.
d. Terdapat bidang geser (tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi
longsoran.
2. Longsoran Baji dapat terjadi pada suatu batuan jika lebih dari satu bidang
lemah yang bebas dan saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang
lemah tersebut lebih besar dari sudut geser dalam batuannya. Bidang lemah
ini dapat berupa bidang sesar, rekahan (joint) maupun bidang perlapisan. Cara
longsoran baji dapat melalui satu atau beberapa bidang lemahnya maupun
melalui garis perpotongan kedua bidang lemahnya. Longsoran baji dapat
terjadi dengan syarat geometri sebagai berikut:
a. Permukaan bidang lemah A dan bidang lemah B rata, tetapi kemiringan
bidang lemah B lebih besar daripada bidang lemah A.
b. Arah penunjaman garis potong harus lebih kecil daripada sudut
kemiringan lereng.
c. Bentuk longsoran dibatasi oleh muka lereng, bagian atas lereng dan kedua
bidang lemah.
3. Longsoran Busur adalah yang paling umum terjadi di alam, terutama pada
batuan yang lunak (tanah). Pada batuan yang keras longsoran busur hanya
terjadi jika batuan tersebut sudah mengalami pelapukan dan mempunyai
bidang-bidang lemah (rekahan) yang sangat rapat dan tidak dapat dikenali
lagi kedudukannya. Pada longsoran bidang dan baji, kelongsoran dipengaruhi
oleh struktur bidang perlapisan dan kekar yang membagi tubuh batuan
kedalam massa diskontinuitas.
Pada tanah pola strukturnya tidak menentu dan bidang gelincir bebas mencari
posisi yang paling kecil hambatannya. Longsoran busur akan terjadi jika
partikel individu pada suatu tanah atau massa batuan sangat kecil dan tidak

vi
saling mengikat. Oleh karena itu batuan yang telah lapuk cenderung bersifat
seperti tanah. Tanda pertama suatu longsoran busur biasanya berupa suatu
rekahan tarik permukaan atas atau muka lereng, kadang-kadang disertai
dengan menurunnya sebagian permukaan atas lereng yang berada disamping
rekahan. Penurunan ini menandakan adanya gerakan lereng yang pada
akhirnya akan terjadi kelongsoran lereng, hanya dapat dilakukan apabila
belum terjadi gerakan lereng tersebut.
4. Longsoran Guling/Topling terjadi pada batuan yang keras dan memiliki
lereng terjal dengan bidang-bidang lemah yang tegak atau hampir tegak dan
arahnya berlawanan dengan arah kemiringan lereng. Longsoran ini bisa
berbentuk blok atau bertingkat. Kondisi untuk menggelincir atau meluncur
ditentukan oleh sudut geser dalam dan kemiringan bidang luncurnya, tinggi
balok dan lebar balok terletak pada bidang miring.
Namun demikian, seringkali tipe longsoran yang ada merupakan gabungan
dari beberapa longsoran utama sehingga seakan-akan membentuk suatu tipe
longsoran yang tidak beraturan (raveling failure) atau seringkali disebut
sebagai tipe longsoran kompleks.
C. Rock Quality Design
Rock Quality Designation (RQD) adalah ukuran dari tingkat sambungan
atau fraktur dalam massa batuan, diukur sebagai persentase dari inti bor yang
memiliki panjang 10 cm atau lebih. Batu berkualitas tinggi memiliki RQD lebih
dari 75%, kualitas rendah kurang dari 50%. Penunjukan kualitas batuan (RQD)
memiliki beberapa definisi,definisi yang paling banyak digunakan
dikembangkan pada tahun 1964 oleh D. U. Deere. RQD merupakan persentase
dari hasil pengeboran inti yang terdiri dari potongan-potongan inti padat yang
panjangnya lebih dari 100 mm,dan diukur di sepanjang garis tengah inti. Dalam
hal ini potongan inti yang tidak keras tidak boleh dihitung meskipun panjangnya
100 mm.
RQD merupakan elemen dasar dalam beberapa sistem klasifikasi massa
batuan yang paling banyak digunakan: Rock Mass Rating system (RMR) dan Q-
system.

vii
D. Analisis Longsoran Baji
Longsoran baji akan terjadi bila ada 2 bidang lemah atau lebih
berpotongan sedemikian rupa sehingga membentuk baji terhadap lereng.
Persyaratan lain yang harus terpenuhi untuk terjadinya longsoran baji adalah bila
sudut lereng lebih besar dari pada sudut garis potong kedua bidang lemah
tersebut (Ψfi>Ψi), dan sudut garis potong kedua bidang lemah lebih besar
daripada sudut geser dalamnya.
E. Analisis Kestabilan Lereng dengan Menggunakan Metode Kesetimbangan
Batas
Salah satu metode yang jarang namun sangat bermanfaat digunakan pada
analisis kestabilan lereng adalah analisis batas (limit analysis). Analisis ini
menggunakan model karakteristik tegangan-regangan tanah atau batuan dengan
memasukkan kriteria keruntuhan tanah. Solusi yang diperoleh berupa batas atas
dan batas bawah.

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iv
HALAMAN RINGKASAN .....................................................................................v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

ACARA

I. INTERPRETASI BIDANG LEMAH DAN ANALISIS

KINEMATIK ..................................................................................... x

II. JENIS LONGSORAN ....................................................................... xi

III. PERHITUNGAN RQD (ROCK QUALITY DESIGNATION ........... xii

IV. ANALISIS LONGSORAN BAJI ................................................... xiii

V. ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN METODE

KESETIMBANGAN BATAS ........................................................ xiv

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. xv

ix
ACARA I
INTERPRETASI BIDANG LEMAH DAN
ANALISIS KINEMATIK
LAPORAN
PRAKTIKUM GEOTEKNIK TAMBANG

ACARA I
“Interpretasi Bidang Lemah dan Analisis Kinematik”

Disusun Oleh:
SYAUQI THIFAL
18080036

Pelaksanaan Praktikum:
Hari / Tanggal : Selasa / 17 November 2020
Sesi / Jam : II / 15.00 – 17.00 WIB
Dosen Pembimbing : Rizto Salia Zakri, S.T., M.T.

LABORATORIUM TAMBANG
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK PERTAMBANGAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

ACARA I
“Interpretasi Bidang Lemah dan Analisis Kinematik”

Disusun Oleh:

SYAUQI THIFAL
18080036

Disetujui untuk Laboratorium Tambang


Prodi D3 Teknik Pertambangan
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang

Tanggal: 23 November 2020

Asisten Pembimbing

Aldo Azzana

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya, sehingga laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya. Laporan ini disusun
agar mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar Geoteknik Tambang beserta
aplikasinya dalam dunia pertambangan. Dengan telah tersusunnya laporan ini,
maka saya selaku penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rizto Salia Zakri, S.T, M.T. selaku dosen matakuliah Geoteknik Tambang yang
telah memberikan bimbingan dan arahan.
2. Aldo Azzana Zuhuri selaku pembimbing Praktikum Geoteknik Tambang
3. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu
sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan kedepan. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat dan
memberikan ilmu bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Padang, 23 November 2020


Penyusun

Syauqi Thifal

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ ii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iii

DAFTAR ISI ............................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ v

DAFTAR TABEL ................................................................................... vi

BAB

I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Tujuan Praktikum ..................................................................... 1
II. LANDASAN TEORI .................................................................... 2
A. Konsep Dasar............................................................................ 2
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM ................................................. 6
A. Peralatan dan Perlengkapan ...................................................... 6
B. Prosedur Praktikum ................................................................. 6
IV. HASIL PRAKTIKUM .................................................................. 7
A. Tabel Data Praktikum .............................................................. 7
V. PEMBAHASAN ........................................................................... 8
A. Gambar Proyeksi Stereografis .................................................. 8
VI. PENUTUP ..................................................................................... 9
A. Kesimpulan ............................................................................... 9
B. Saran ........................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 10


LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Longsoran Bidang ................................................................................. 3


Gambar 2. Longsoran Baji ...................................................................................... 4
Gambar 3. Longsoran Busur ................................................................................... 5
Gambar 4. Longsoran Guling.................................................................................. 5

v
DAFTAR TABEL

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metode stereografi banyak digunakan untuk membantu mengidentifikasi jenis
longsoran yang mungkin terjadi pada suatu lereng batuan. Berdasarkan data
jurus dan kemiringan bidang diskontinuitas dan muka lereng, serta besarna
sudut geser dalam pada suatu stereonet maka dapat diketahui tipe dan arah
potensi longsorannya.
Analisa kinematika merupakan analisa rekonstruksi dari pergerakan yang
terjadi pada saat proses deformasi batuan yang terjadi disemua skala (Davis dan
Reynolds, 1996). Analisa kinematika hanya memperhatikan perubahan bentuk,
ukuran dan pergerakan (strain) yang terjadi tanpa memperhatikan atau
menginterpretasikan gaya atau tekanan yang menyebabkan deformasi tersebut.
Dalam analisis kinematika digunakan Schmidt net dengan proyeksi bidang
menjadi titik (pole plot) maupun garis lengkung (plane). Data yang digunakan
antara lain data line mapping dan data pemboran geoteknik. Pada data kekar
perlu dilakukan contouring untuk mengetahui arah orientasi utama selanjutnya
arah orientasi utama tersebut digunakan dalam analisis kinematika maupun
analisis kesetimbangan batas. Berdasarkan hasil analisis kinematika, dengan
masukan data orientasi bidang diskontinuitas yang berupa struktur geologi
(sesar dan kekar), maka dapat diketahui tipe longsor dan kemungkinan
ketidakstabilan lerengnya.
B. Tujuan praktikum
1. Mampu menggambarkan arah dan kemiringan bidang lemah pada
stereonet.
2. Menentukan family kekar dari data yang diukur.
3. Menentukan tipe longsoran dan deskripsi analisis yang mungkin
terjadi berdasarkan bidang lemah dan hasil proyeksi

1
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori
Pada prinsipnya terdapat dua proses untuk melakukan evaluasi kestabilan
lereng batuan. Langkah pertama adalah menganalisis pola-pola atau orientasi
diskontinuitas yang dapat menyebabkan ketidakstabilan lereng batuan. Proses
ini pada umumnya dilakukan dengan metode stereografi dan analisis kinematik
(Piteu dan Packover, 1978 op cit. Hoek,2000).
Metode stereografi banyak digunakan untuk membantu mengidentifikasi jenis
longsoran yang mungkin terjadi pada suatu lereng batuan. Berdasarkan data
jurus dan kemiringan bidang diskontinuitas dan muka lereng, serta besarna
sudut geser dalam pada suatu stereonet maka dapat diketahui tipe dan arah
potensi longsorannya.
Analisa kinematika merupakan analisa rekonstruksi dari pergerakan yang
terjadi pada saat proses deformasi batuan yang terjadi disemua skala (Davis dan
Reynolds, 1996). Analisa kinematika hanya memperhatikan perubahan bentuk,
ukuran dan pergerakan (strain) yang terjadi tanpa memperhatikan atau
menginterpretasikan gaya atau tekanan yang menyebabkan deformasi tersebut.
Dalam analisis kinematika digunakan Schmidt net dengan proyeksi bidang
menjadi titik (pole plot) maupun garis lengkung (plane). Data yang digunakan
antara lain data line mapping dan data pemboran geoteknik. Pada data kekar
perlu dilakukan contouring untuk mengetahui arah orientasi utama selanjutnya
arah orientasi utama tersebut digunakan dalam analisis kinematika maupun
analisis kesetimbangan batas. Berdasarkan hasil analisis kinematika, dengan
masukan data orientasi bidang diskontinuitas yang berupa struktur geologi
(sesar dan kekar), maka dapat diketahui tipe longsor dan kemungkinan
ketidakstabilan lerengnya.

2
1. Longsoran bidang
Merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur
yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa bidang kekar,
rekahan (joint) maupun bidang perlapisan batuan. Syarat-syarat terjadinya
longsoran bidang :
a. Terdapat bidang lincir bebas (daylight) berarti kemiringan bidang lurus
lebih kecil daripada kemiringan lereng
b. Arah bidang perlapisan (bidang lemah) sejajar atau mendekati dengan
arah lereng (maksimum berbeda 200).
c. Kemiringan bidang luncur atau lebih besar daripada sudut geser dalam
batuannya.
d. Terdapat bidang geser (tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi
longsoran.

Gambar 1. Longsoran Bidang


2. Longsoran Baji
Dapat terjadi pada suatu batuan jika lebih dari satu bidang lemah yang bebas
dan saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang lemah tersebut
lebih besar dari sudut geser dalam batuannya. Bidang lemah ini dapat
berupa bidang sesar, rekahan (joint) maupun bidang perlapisan. Cara
longsoran baji dapat melalui satu atau beberapa bidang lemahnya maupun

3
melalui garis perpotongan kedua bidang lemahnya. Longsoran baji dapat
terjadi dengan syarat geometri sebagai berikut:
a. Permukaan bidang lemah A dan bidang lemah B rata, tetapi kemiringan
bidang lemah B lebih besar daripada bidang lemah A.
b. Arah penunjaman garis potong harus lebih kecil daripada sudut
kemiringan lereng.
c. Bentuk longsoran dibatasi oleh muka lereng, bagian atas lereng dan
kedua bidang lemah

Gambar 2. Longsoran Baji


3. Longsoran Busur
Adalah yang paling umum terjadi di alam, terutama pada batuan yang lunak
(tanah). Pada batuan yang keras longsoran busur hanya terjadi jika batuan
tersebut sudah mengalami pelapukan dan mempunyai bidang-bidang lemah
(rekahan) yang sangat rapat dan tidak dapat dikenali lagi kedudukannya.
Pada longsoran bidang dan baji, kelongsoran dipengaruhi oleh struktur
bidang perlapisan dan kekar yang membagi tubuh batuan kedalam massa
diskontinuitas.
Pada tanah pola strukturnya tidak menentu dan bidang gelincir bebas
mencari posisi yang paling kecil hambatannya. Longsoran busur akan
terjadi jika partikel individu pada suatu tanah atau massa batuan sangat kecil
dan tidak saling mengikat. Oleh karena itu batuan yang telah lapuk
cenderung bersifat seperti tanah. Tanda pertama suatu longsoran busur
biasanya berupa suatu rekahan tarik permukaan atas atau muka lereng,

4
kadang-kadang disertai dengan menurunnya sebagian permukaan atas
lereng yang berada disamping rekahan. Penurunan ini menandakan adanya
gerakan lereng yang pada akhirnya akan terjadi kelongsoran lereng, hanya
dapat dilakukan apabila belum terjadi gerakan lereng tersebut .

Gambar 3. Longsoran Busur


4. Longsoran Guling/Topling
Terjadi pada batuan yang keras dan memiliki lereng terjal dengan bidang-
bidang lemah yang tegak atau hampir tegak dan arahnya berlawanan dengan
arah kemiringan lereng. Longsoran ini bisa berbentuk blok atau bertingkat.
Kondisi untuk menggelincir atau meluncur ditentukan oleh sudut geser
dalam dan kemiringan bidang luncurnya, tinggi balok dan lebar balok
terletak pada bidang miring.
Namun demikian, seringkali tipe longsoran yang ada merupakan gabungan
dari beberapa longsoran utama sehingga seakan-akan membentuk suatu tipe
longsoran yang tidak beraturan (raveling failure) atau seringkali disebut
sebagai tipe longsoran kompleks

Gambar 4. Longsoran Guling

5
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Kalkir
2. Stereonet
3. Jangka
4. Alat Tulis
B. Prosedur Praktikum
1. Persiapkan data orientasi kekar yang telah diukur sebelumya.
2. Gambarkan bidang-bidang lemah tersebut dalam bentuk garis lengkung
pada kertas kalkir dengan bantuan stereonet.
3. Konversi garis lengung menjadi pole (titik) pada kertas kalkir.
4. Tentukan family/orientasi umum dari masing-masing kekar.
5. Berdasarkan orientasi umum kekar tentukan jenis longsoran dan
deskripsi analisis longsoran tersebut

6
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

A. Tabel Data Praktikum

NO Strike (Right) Dip


1 80 36
2 74 46
3 278 46
4 92 33
5 103 81
6 282 50
7 100 61
8 285 65
9 96 45
10 90 32
11 291 50

7
BAB V
PEMBAHASAN

A. Gambar proyeksi stereografi

8
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Metode stereografi banyak digunakan untuk membantu mengidentifikasi jenis
longsoran yang mungkin terjadi pada suatu lereng batuan. Berdasarkan data
jurus dan kemiringan bidang diskontinuitas dan muka lereng, serta besarna
sudut geser dalam pada suatu stereonet maka dapat diketahui tipe dan arah
potensi longsorannya.
B. Saran
Pada praktikum diatas disaran kan agar praktikan lebih teliti dalam pembuatan
menggunakan stereonet agar tidak terjadi kesalahan data.

9
DAFTAR PUSTAKA

Sujatmiko, E. (2020). Geologi dan Analisis Struktur Kinematik-Dinamik Daerah


Bantarkawung dan Sekitarnya, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

10
ACARA 2
JENIS LONGSORAN
LAPORAN
PRAKTIKUM GEOTEKNIK TAMBANG

ACARA II
“Jenis Longsoran”

Disusun Oleh:
SYAUQI THIFAL
18080036

Pelaksanaan Praktikum:
Hari / Tanggal : Selasa / 17 November 2020
Sesi / Jam : II / 15.00 – 17.00 WIB
Dosen Pembimbing : Rizto Salia Zakri, S.T., M.T.

LABORATORIUM TAMBANG
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK PERTAMBANGAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

ACARA II
“Jenis Longsoran”

Disusun Oleh:

SYAUQI THIFAL
18080036

Disetujui untuk Laboratorium Tambang


Prodi D3 Teknik Pertambangan
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang

Tanggal: 23 November 2020

Asisten Pembimbing

Aldo Azzana

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya, sehingga laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya. Laporan ini disusun
agar mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar Geoteknik Tambang beserta
aplikasinya dalam dunia pertambangan. Dengan telah tersusunnya laporan ini,
maka saya selaku penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rizto Salia Zakri, S.T, M.T. selaku dosen matakuliah Geoteknik Tambang yang
telah memberikan bimbingan dan arahan.
2. Aldo Azzana Zuhuri selaku pembimbing Praktikum Geoteknik Tambang
3. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu
sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan kedepan. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat dan
memberikan ilmu bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Padang, 23 November 2020


Penyusun

Syauqi Thifal

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iii

DAFTAR ISI ............................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ v

DAFTAR TABEL ................................................................................... vi

BAB

I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Tujuan Praktikum ..................................................................... 1
II. LANDASAN TEORI .................................................................... 2
A. Konsep Dasar............................................................................ 2
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM ................................................. 6
A. Peralatan dan Perlengkapan ...................................................... 6
B. Prosedur Praktikum ................................................................. 6
IV. HASIL PRAKTIKUM .................................................................. 7
A. Tabel Data Praktikum .............................................................. 7
V. PEMBAHASAN ........................................................................... 8
A. Gambar Proyeksi Stereografis .................................................. 8
VI. PENUTUP ..................................................................................... 9
A. Kesimpulan ............................................................................... 9
B. Saran ........................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 10


LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Longsoran Bidang ................................................................................. 3


Gambar 2. Longsoran Baji ...................................................................................... 4
Gambar 3. Longsoran Busur ................................................................................... 5
Gambar 4. Longsoran Guling.................................................................................. 5

v
DAFTAR TABEL

vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Analisa kinematika hanya memperhatikan perubahan bentuk, ukuran dan
pergerakan (strain) yang terjadi tanpa memperhatikan atau menginterpretasikan
gaya atau tekanan yang menyebabkan deformasi tersebut. Dalam analisis
kinematika digunakan Schmidt net dengan proyeksi bidang menjadi titik (pole
plot) maupun garis lengkung (plane). Data yang digunakan antara lain data line
mapping dan data pemboran geoteknik. Pada data kekar perlu dilakukan
contouring untuk mengetahui arah orientasi utama selanjutnya arah orientasi
utama tersebut digunakan dalam analisis kinematika maupun analisis
kesetimbangan batas. Berdasarkan hasil analisis kinematika, dengan masukan
data orientasi bidang diskontinuitas yang berupa struktur geologi (sesar dan
kekar), maka dapat diketahui tipe longsor dan kemungkinan ketidakstabilan
lerengnya.
B. Tujuan praktikum
1. Mampu menggambarkan arah dan kemiringan bidang lemah pada
stereonet.
2. Menentukan family kekar dari data yang diukur.
3. Menentukan tipe longsoran dan deskripsi analisis yang mungkin
terjadi berdasarkan bidang lemah dan hasil proyeksi

1
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori
Pada prinsipnya terdapat dua proses untuk melakukan evaluasi kestabilan
lereng batuan. Langkah pertama adalah menganalisis pola-pola atau orientasi
diskontinuitas yang dapat menyebabkan ketidakstabilan lereng batuan. Proses
ini pada umumnya dilakukan dengan metode stereografi dan analisis kinematik
(Piteu dan Packover, 1978 op cit. Hoek,2000).
Metode stereografi banyak digunakan untuk membantu mengidentifikasi jenis
longsoran yang mungkin terjadi pada suatu lereng batuan. Berdasarkan data
jurus dan kemiringan bidang diskontinuitas dan muka lereng, serta besarna
sudut geser dalam pada suatu stereonet maka dapat diketahui tipe dan arah
potensi longsorannya.
Analisa kinematika merupakan analisa rekonstruksi dari pergerakan yang
terjadi pada saat proses deformasi batuan yang terjadi disemua skala (Davis dan
Reynolds, 1996). Analisa kinematika hanya memperhatikan perubahan bentuk,
ukuran dan pergerakan (strain) yang terjadi tanpa memperhatikan atau
menginterpretasikan gaya atau tekanan yang menyebabkan deformasi tersebut.
Dalam analisis kinematika digunakan Schmidt net dengan proyeksi bidang
menjadi titik (pole plot) maupun garis lengkung (plane). Data yang digunakan
antara lain data line mapping dan data pemboran geoteknik. Pada data kekar
perlu dilakukan contouring untuk mengetahui arah orientasi utama selanjutnya
arah orientasi utama tersebut digunakan dalam analisis kinematika maupun
analisis kesetimbangan batas. Berdasarkan hasil analisis kinematika, dengan
masukan data orientasi bidang diskontinuitas yang berupa struktur geologi
(sesar dan kekar), maka dapat diketahui tipe longsor dan kemungkinan
ketidakstabilan lerengnya.

2
1. Longsoran bidang
Merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur
yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa bidang kekar,
rekahan (joint) maupun bidang perlapisan batuan. Syarat-syarat terjadinya
longsoran bidang :
a. Terdapat bidang lincir bebas (daylight) berarti kemiringan bidang lurus
lebih kecil daripada kemiringan lereng
b. Arah bidang perlapisan (bidang lemah) sejajar atau mendekati dengan
arah lereng (maksimum berbeda 200).
c. Kemiringan bidang luncur atau lebih besar daripada sudut geser dalam
batuannya.
d. Terdapat bidang geser (tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi
longsoran.

Gambar 1. Longsoran Bidang


2. Longsoran Baji
Dapat terjadi pada suatu batuan jika lebih dari satu bidang lemah yang bebas
dan saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang lemah tersebut
lebih besar dari sudut geser dalam batuannya. Bidang lemah ini dapat
berupa bidang sesar, rekahan (joint) maupun bidang perlapisan. Cara
longsoran baji dapat melalui satu atau beberapa bidang lemahnya maupun

3
melalui garis perpotongan kedua bidang lemahnya. Longsoran baji dapat
terjadi dengan syarat geometri sebagai berikut:
a. Permukaan bidang lemah A dan bidang lemah B rata, tetapi kemiringan
bidang lemah B lebih besar daripada bidang lemah A.
b. Arah penunjaman garis potong harus lebih kecil daripada sudut
kemiringan lereng.
c. Bentuk longsoran dibatasi oleh muka lereng, bagian atas lereng dan
kedua bidang lemah

Gambar 2. Longsoran Baji


3. Longsoran Busur
Adalah yang paling umum terjadi di alam, terutama pada batuan yang lunak
(tanah). Pada batuan yang keras longsoran busur hanya terjadi jika batuan
tersebut sudah mengalami pelapukan dan mempunyai bidang-bidang lemah
(rekahan) yang sangat rapat dan tidak dapat dikenali lagi kedudukannya.
Pada longsoran bidang dan baji, kelongsoran dipengaruhi oleh struktur
bidang perlapisan dan kekar yang membagi tubuh batuan kedalam massa
diskontinuitas.
Pada tanah pola strukturnya tidak menentu dan bidang gelincir bebas
mencari posisi yang paling kecil hambatannya. Longsoran busur akan
terjadi jika partikel individu pada suatu tanah atau massa batuan sangat kecil
dan tidak saling mengikat. Oleh karena itu batuan yang telah lapuk
cenderung bersifat seperti tanah. Tanda pertama suatu longsoran busur
biasanya berupa suatu rekahan tarik permukaan atas atau muka lereng,

4
kadang-kadang disertai dengan menurunnya sebagian permukaan atas
lereng yang berada disamping rekahan. Penurunan ini menandakan adanya
gerakan lereng yang pada akhirnya akan terjadi kelongsoran lereng, hanya
dapat dilakukan apabila belum terjadi gerakan lereng tersebut .

Gambar 3. Longsoran Busur


4. Longsoran Guling/Topling
Terjadi pada batuan yang keras dan memiliki lereng terjal dengan bidang-
bidang lemah yang tegak atau hampir tegak dan arahnya berlawanan dengan
arah kemiringan lereng. Longsoran ini bisa berbentuk blok atau bertingkat.
Kondisi untuk menggelincir atau meluncur ditentukan oleh sudut geser
dalam dan kemiringan bidang luncurnya, tinggi balok dan lebar balok
terletak pada bidang miring.
Namun demikian, seringkali tipe longsoran yang ada merupakan gabungan
dari beberapa longsoran utama sehingga seakan-akan membentuk suatu tipe
longsoran yang tidak beraturan (raveling failure) atau seringkali disebut
sebagai tipe longsoran kompleks

Gambar 4. Longsoran Guling

5
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Kalkir
2. Stereonet
3. Jangka
4. Alat Tulis
B. Prosedur Praktikum
1. Persiapkan data orientasi kekar yang telah diukur sebelumya.
2. Gambarkan bidang-bidang lemah tersebut dalam bentuk garis lengkung
pada kertas kalkir dengan bantuan stereonet.
3. Konversi garis lengung menjadi pole (titik) pada kertas kalkir.
4. Tentukan family/orientasi umum dari masing-masing kekar.
5. Berdasarkan orientasi umum kekar tentukan jenis longsoran dan
deskripsi analisis longsoran tersebut

6
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

A. Tabel Data Praktikum


NO Strike (Right) Dip
1 80 36
2 74 46
3 278 46
4 92 33
5 103 81
6 282 50
7 100 61
8 285 65
9 96 45
10 90 32
11 291 50

7
BAB V
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Jenis Longsoran


Proyeksi stereografis memproyeksikan garis dan bidang kedalam bidang
proyeksi biasanya berupa permukaan setengah bola bagian bawah . Proyeksi
stereografis dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan geometri
berupa besaran arah dan sudut dalam analisa geomoetri struktur geologi karena
proyeksi ini dapat menggambarkan geometri kedudukan atau orientasi bidang
dan garis dalam bidang proyeksi yang digunakan.Berdasarkan gambar dan hasil
analisis stereografis,
Dari hasil proyeksi stereografis diatas, dapat disimpulkan bahwa tipe longsoran
yang terjadi adalah longsoran baji. Longsoran baji itu tersebut terbentuk dari
bidang lemah. Terjadi longsoran baji tersebut karena adanya dua bidang
diskontinuitas atau lebih berpotongan sehingga membentuk lereng berupa baji.

8
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Analisa kinematika hanya memperhatikan perubahan bentuk, ukuran dan
pergerakan (strain) yang terjadi tanpa memperhatikan atau menginterpretasikan
gaya atau tekanan yang menyebabkan deformasi tersebut. Dalam analisis
kinematika digunakan Schmidt net dengan proyeksi bidang menjadi titik (pole
plot) maupun garis lengkung (plane). Data yang digunakan antara lain data line
mapping dan data pemboran geoteknik. Pada data kekar perlu dilakukan
contouring untuk mengetahui arah orientasi utama selanjutnya arah orientasi
utama tersebut digunakan dalam analisis kinematika maupun analisis
kesetimbangan batas. Berdasarkan hasil analisis kinematika, dengan masukan
data orientasi bidang diskontinuitas yang berupa struktur geologi (sesar dan
kekar), maka dapat diketahui tipe longsor dan kemungkinan ketidakstabilan
lerengnya.
B. Saran
Pada praktikum diatas disaran kan agar praktikan lebih teliti dalam pembuatan
menggunakan stereonet agar tidak terjadi kesalahan data.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ge, S., & Stover, S. C. (2000). Hydrodynamic response to strike and dip slip faulting
in a half-space. Journal of geophysical Research: solid earth, 10(B11), 25513-
25524

10
ACARA 3
PERHITUNGAN RQD (ROCK QUALITY
DESIGNATION)
LAPORAN
PRAKTIKUM GEOTEKNIK TAMBANG

ACARA III
“Rock Quality Designation”

Disusun Oleh:
SYAUQI THIFAL
18080036

Pelaksanaan Praktikum:
Hari / Tanggal : Selasa / 17 November 2020
Sesi / Jam : II / 15.00 – 17.00 WIB
Dosen Pembimbing : Rizto Salia Zakri, S.T., M.T.

LABORATORIUM TAMBANG
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK PERTAMBANGAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

ACARA III
“Rock Quality Designation”

Disusun Oleh:

SYAUQI THIFAL
18080036

Disetujui untuk Laboratorium Tambang


Prodi D3 Teknik Pertambangan
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang

Tanggal: 23 November 2020

Asisten Pembimbing

Aldo Azzana

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya, sehingga laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya. Laporan ini disusun
agar mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar Geoteknik Tambang beserta
aplikasinya dalam dunia pertambangan. Dengan telah tersusunnya laporan ini,
maka saya selaku penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rizto Salia Zakri, S.T, M.T. selaku dosen matakuliah Geoteknik Tambang yang
telah memberikan bimbingan dan arahan.
2. Aldo Azzana Zuhuri selaku pembimbing Praktikum Geoteknik Tambang
3. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu
sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan kedepan. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat dan
memberikan ilmu bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Padang, 23 November 2020


Penyusun

Syauqi Thifal

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ ii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iii

DAFTAR ISI ............................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ v

DAFTAR TABEL ................................................................................... vi

BAB

I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Tujuan Praktikum ..................................................................... 1
II. LANDASAN TEORI .................................................................... 2
A. Konsep Dasar............................................................................ 2
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM ................................................. 5
A. Peralatan dan Perlengkapan ...................................................... 5
B. Prosedur Praktikum ................................................................. 5
IV. HASIL PRAKTIKUM .................................................................. 6
A. Tabel Data Praktikum .............................................................. 6
V. PEMBAHASAN ........................................................................... 7
A. Pembahasan RQD ..................................................................... 7
VI. PENUTUP ................................................................................... 10
A. Kesimpulan ............................................................................. 10
B. Saran ...................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 11


LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penentuan Nilai RQD ............................................................................ 3

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kekuatan batuan berdasarkan nilai RQD ......................................... 4

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rock Quality Designation (RQD) adalah ukuran dari tingkat sambungan atau
fraktur dalam massa batuan, diukur sebagai persentase dari inti bor yang memiliki
panjang 10 cm atau lebih. Batu berkualitas tinggi memiliki RQD lebih dari 75%,
kualitas rendah kurang dari 50%. Penunjukan kualitas batuan (RQD) memiliki
beberapa definisi, definisi yang paling banyak digunakan dikembangkan pada tahun
1964 oleh D. U. Deere. RQD merupakan persentase dari hasil pengeboran inti yang
terdiri dari potongan-potongan inti padat yang panjangnya lebih dari 100 mm, dan
diukur di sepanjang garis tengah inti
B. Tujuan Praktikum
1. Menentukan nilai Rock Quality Designation dari inti bor.
2. Menentukan nilai Rock Quality Designation dari scanline bidang lemah.
3. Menentukan kekuatan batuan berdasarkan nilai RQD.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar
Rock Quality Designation (RQD) adalah ukuran dari tingkat sambungan atau
fraktur dalam massa batuan, diukur sebagai persentase dari inti bor yang
memiliki panjang 10 cm atau lebih. Batu berkualitas tinggi memiliki RQD lebih
dari 75%, kualitas rendah kurang dari 50%. Penunjukan kualitas batuan (RQD)
memiliki beberapa definisi, definisi yang paling banyak digunakan
dikembangkan pada tahun 1964 oleh D. U. Deere. RQD merupakan persentase
dari hasil pengeboran inti yang terdiri dari potongan-potongan inti padat yang
panjangnya lebih dari 100 mm, dan diukur di sepanjang garis tengah inti. Dalam
hal ini potongan inti yang tidak keras tidak boleh dihitung meskipun
panjangnya 100 mm. RQD awalnya diperkenalkan untuk digunakan dengan
diameter inti 54,7 mm (inti ukuran NX). RQD memiliki nilai yang cukup besar
dalam memperkirakan penyangga terowongan batuan. RQD merupakan elemen
dasar dalam beberapa sistem klasifikasi massa batuan yang paling banyak
digunakan: Rock Mass Rating system (RMR) dan Q-system.
RQD dapat didefenisikan sebagai :

2
Lebih detailnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 1. Penentuan Nilai RQD


Jumlah potongan inti bor diukur pada inti bor sepanjang 2 m. Potongan akibat
penanganan pemboran harus diabaikan dari perhitungan. Into bor yang lembek
dan tidak baik berbobot RQD = 0 (Bieniawski, 1989).
Dalam beberapa kondisi inti bor tidak tersedia, penghitungan nilai RQD
menggunakan metode tidak langsung, metode ini menggunakan jarak antar
kekar yang diperoleh dari permukaan batuan.
Priest dan Hudson (1976) mendefenisikan RQD sebagai :
RQD = 100 e-0.1 λ (0.1 λ + 1)
λ = Frekuensi bidang diskontinu per meter
Sementara untuk bidang diskontinu yang mempunya frekuensi 6-16/m, nilai
RQD dapat dihitung sebagai :
RQD = 110.4 – 3.68l λ
Priest dan Hudson, menyatakan nilai error dari persamaan ini adalah sebesar
5%.

3
Berdasarkan nilai RQD maka dapat didefinisakan kekuatan batuan sebagai
berikut:
Tabel 1. Kekuatan batuan berdasarkan nilai RQD

4
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Peralatan dan Perlengkapan


1. Penggaris
2. Papan Jalan
3. Pita Ukur
4. Alat Tulis
B. Prosedur Praktikum
1. Persiapkan peralatan pengukuran
2. Tentukan inti bor yang memiliki panjang ≥ 100 mm
3. Ukur total panjang inti bor yang memiliki panjang ≥ 100 mm
4. Hitung nilai RQD.
5. Siapkan pita ukur dan penggaris
6. Ukur jarak scnaline yang akan dilakukan
7. Ukur jarak antar kekar dengan menggunakan penggaris
8. Hitung frekuensi kekar yang muncul untuk setiap meter scnaline
9. Hitung nilai RQD

5
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

A. Data Praktikum

6
BAB V
PEMBAHASAN

A. Penentuan Rock Quality Designation

7
B. Scanline

8
9
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rock Quality Designation (RQD) adalah ukuran dari tingkat sambungan atau
fraktur dalam massa batuan, diukur sebagai persentase dari inti bor yang
memiliki panjang 10 cm atau lebih. Batu berkualitas tinggi memiliki RQD lebih
dari 75%, kualitas rendah kurang dari 50%.
Nilai RQD yang didapat pada inti bor berdasarkan praktikum ini adalah 81.
388%. Dan nilai RQD dari scanline bidang lemah sebesar 90.97%
B. Saran
Pada praktikum kali ini, praktikan disaran kan untuk lebih teliti dalam
pengolahan data agar tidak terjadinya kesalahan saat pengolahan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Syam, M. A., Trides, T., & Heryanto, H. (2018). Analisis kestabilan lereng bedasarkan
nilai slope mass rating di desa sukamaju, tenggarong seberang, kutai
kartanegara, kalimantan timur. Jurnal geocelebes, 2(2), 53-63.

11
ACARA 4
ANALISIS LONGSORAN BAJI
LAPORAN
PRAKTIKUM GEOTEKNIK TAMBANG

ACARA IV
“Longsoran Baji”

Disusun Oleh:
SYAUQI THIFAL
18080036

Pelaksanaan Praktikum:
Hari / Tanggal : Selasa / 17 November 2020
Sesi / Jam : II / 15.00 – 17.00 WIB
Dosen Pembimbing : Rizto Salia Zakri, S.T., M.T.

LABORATORIUM TAMBANG
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK PERTAMBANGAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

ACARA IV
“Longsoran Baji”

Disusun Oleh:

SYAUQI THIFAL
18080036

Disetujui untuk Laboratorium Tambang


Prodi D3 Teknik Pertambangan
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang

Tanggal: 23 November 2020

Asisten Pembimbing

Aldo Azzana

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya, sehingga laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya. Laporan ini disusun
agar mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar Geoteknik Tambang beserta
aplikasinya dalam dunia pertambangan. Dengan telah tersusunnya laporan ini,
maka saya selaku penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rizto Salia Zakri, S.T, M.T. selaku dosen matakuliah Geoteknik Tambang yang
telah memberikan bimbingan dan arahan.
2. Aldo Azzana Zuhuri selaku pembimbing Praktikum Geoteknik Tambang
3. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu
sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan kedepan. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat dan
memberikan ilmu bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Padang, 23 November 2020


Penyusun

Syauqi Thifal

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ ii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iii

DAFTAR ISI ............................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ v

DAFTAR TABEL ................................................................................... vi

BAB

I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Tujuan Praktikum ..................................................................... 1
II. LANDASAN TEORI .................................................................... 2
A. Konsep Dasar............................................................................ 2
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM ................................................. 7
A. Peralatan dan Perlengkapan ...................................................... 7
B. Prosedur Praktikum ................................................................. 7
IV. HASIL PRAKTIKUM .................................................................. 8
A. Tabel Data Praktikum .............................................................. 8
V. PEMBAHASAN ........................................................................... 9
A. Pembahasan Longsoran Baji .................................................... 9
VI. PENUTUP ................................................................................... 12
A. Kesimpulan ............................................................................. 12
B. Saran ...................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 13


LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Geometri longsoran baji (Hoek &Bray .1981) ...................................... 3


Gambar 2. Gaya-gaya pada longsoran baji (Hoek &Bray.1981)………………….4
Gambar 3. Geometri Baji untuk analisis kemantapan dengan memperhitungkan
kohesi air (Hoek & Bray.1981).............................................................5
Gambar 4. Stereoplot geometri baji dari gambar .3 untuk keperluan analisis (Hoek
& Bray.1981).........................................................................................6

v
DAFTAR TABEL

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Longsoran baji akan terjadi bila ada 2 bidang lemah atau lebih berpotongan
sedemikian rupa sehingga membentuk baji terhadap lereng. persyaratan lain
yang harus terpenuhi untuk terjadinya longsoran baji adalah bila sudut lereng
lebih besar dari pada sudut garis potong kedua bidang lemah tersebut (Ψfi>Ψi),
dan sudut garis potong kedua bidang lemah lebih besar daripada sudut geser
dalamnya.
B. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui bagaiaman analisis dari longsoran baji menggunakan
stereonet.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar
1. Persyaratan Umum Terjadinya Longsoran Baji
Berbeda dengan longsoran bidang, longsoran baji akan terjadi bila ada 2
bidang lemah atau lebih berpotongan sedemikian rupa sehingga membentuk
baji terhadap lereng. persyaratan lain yang harus terpenuhi untuk terjadinya
longsoran baji adalah bila sudut lereng lebih besar dari pada sudut garis
potong kedua bidang lemah tersebut (Ψfi>Ψi), dan sudut garis potong kedua
bidang lemah lebih besar daripada sudut geser dalamnya.
2. Analisis Longsoran Baji
Bila tahanan bidang gelincir (permukaan bidang lemah yang berpotongan)
hanya tergantung pada friksi saja (tanpa kohesi), maka penentuan factor
keamanan dapat menggunakan persamaaan berikut ini.

( R A  RB ) tan 
F
W sin i ……………………………………………(7-1)
Dimana RA dan RB adalah reaksi ke arah normal bidang A dan B dengan
membuat penampang tegak lurus garis potong kedua bidang lemah
tersebut, maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut

R A sin(  1 2  )  RB sin(  1 2  ) …………………………….(7-2)

R A cos(  1 2  )  RB cos(   1 2  )  W cos i …………….(7-3)

Bila kedua persamaan di atas diselesaikan, maka akan diperoleh:


W cos i sin 
R A  RB 
sin 12  …………………………………….(7-4)

2
Dengan mensubstitusikan persamaan (4-4) ke persamaan (4-1) maka akan
diperoleh persamaan sebagai berikut
sin  tan 
F
sin 12  tan i ……………………………………………..(7-5)

Sudut β, ξ, Ψi ini akan sangat mudah ditentukan dengan bantuan stereonet.

Gambar 1. Geometri longsoran baji (Hoek &Bray .1981)

3
Gambar 2. Gaya-gaya pada longsoran baji (Hoek &Bray.1981)

Apabila ternyata ketahanan geser bidang gelincir juga dipengaruhi oleh kohesi
dan dijumpai pula adanya adanya rembesan air di bidang-bidang lemah tersebut
, maka penentuan factor keamanan harus mempertimbangkan kedua factor
tersebut. Dengan membuat asumsi untuk air bahwa air hanya masuk di
sepanjang garis potong bidang lemah dengan muka atas lereng (garis 3 dan 4
pada gambar 4.3) dan merembes keluar di sepanjang garis potong bidang lemah
dengan muka lereng (garis 1 dan 2 pada gambar.3) serta baji bersifat
impermeable, maka persamaan yang digunakan untuk menentukan factor
keamanan adalah sebagai berikut :
3  
F (c A X  c B Y )  ( A  W X ) tan  A  ( B  W Y ) tan  B
H 2 2 ......(7.6)
Dimana: :
CA dan CB = kohesi bidang lemah A dan B

4
øA dan øB = sudut geser dalam bidang lemah A dan B
γ = bobot isi batuan
γw = bobot isi air
H = tinggi keseluruhan dari baji yang terbentuk (gambar 4.3)

X = sin  24 /(sin  45 sin 2.na)

Y = sin 13 /(sin  35 sin 1.nb)


2
A = (cos a cos b cos  na.nb ) /(sin 5 cos  na.nb )
2
B = (cos b cos a cos  na.nb ) /(sin 5 cos  na.nb )
Ψa dan Ψb = dip bidang lemah A dan B
Ψ5 = plunge dari garis potong kedua bidang lemah (garis no 5)
Θ24, dll = sudut-sudut yang diperoleh dengan menggunakan stereonet.

3. Soal Latihan
Bidang C pada soal latihan sub-bab 2.3 adalah muka lereng dimana lereng
tersebut mempunyai tinggi 70m. Baji yang terbentuk dari perpotongan
bidang A dan B serta muka lereng memiliki 50m. Hitung faktor keamanan
lereng tersebut bila γ batuan = 2.6 t/m3, γw = 1 t/m3 cjoint = 11 t/m2 dan
øjoint = 300.

Gambar 3. Geometri Baji untuk analisis kemantapan dengan


memperhitungkan kohesi air (Hoek & Bray.1981)

5
Keterangan :
1 = perpotongan antara bidang A dengan muka lereng.
2 = perotongan antara bidang B dengan muka lereng.
3 = perpotongan antara bidang A dengan bagian atas permukaan lereng
4 = perpotongan antara bidang B dengan bagian atas permukaan lereng.
5 = perpotongan antara bidang A dan B.

Gambar 4. Gambar 4. Stereoplot geometri baji dari gambar .3 untuk


keperluan analisis (Hoek & Bray.1981)

6
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Peralatan dan Perlengkapan


1. Penggaris
2. Kalkir
3. Stereonet
4. Kalsbeek Net
5. Kalkulator
6. Alat tulis
7. Jangka
B. Pelaksanaan Praktikum
1. Plot semua bidang lemah pada stereonet dalam bentuk pole
2. Kelompokan family bidang lemah berdasarkan konsentrasi
3. Tentukan arah tegasan bidang lemah
4. Tentukan jenis longsoran yang terjadi
5. Hitung nilai faktor keamanan dari jenis longsoran tersebut.

7
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

A. Data Praktikum

8
BAB V
PEMBAHASAN

9
10
11
12
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Longsoran baji akan terjadi bila ada 2 bidang lemah atau lebih berpotongan
sedemikian rupa sehingga membentuk baji terhadap lereng. persyaratan lain
yang harus terpenuhi untuk terjadinya longsoran baji adalah bila sudut lereng
lebih besar dari pada sudut garis potong kedua bidang lemah tersebut (Ψfi>Ψi),
dan sudut garis potong kedua bidang lemah lebih besar daripada sudut geser
dalamnya.
B. Saran
Pada praktikum kali ini, praktikan disaran kan untuk lebih teliti dalam
pengolahan data agar tidak terjadinya kesalahan saat pengolahan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Syam, M. A., Trides, T., & Heryanto, H. (2018). Analisis kestabilan lereng bedasarkan
nilai slope mass rating di desa sukamaju, tenggarong seberang, kutai
kartanegara, kalimantan timur. Jurnal geocelebes, 2(2), 53-63.
Lalang, p. C. (2015). Analisis faktor keamanan longsor baji pada penambangan batu
andesit di kuari jeladri pt holcim beton pasuruan jawa timur (doctoral
dissertation, upn''veteran''yogyakarta).

14
ACARA 5
ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN
METODE KESETIMBANGAN BATAS
LAPORAN PROJECT AKHIR
GEOTEKNIK

ANALISIS KESTABILAN LERENG

Disusun Oleh
Kelompok 1:

1. Ega Fermana (18080012)


2. Febby Wulandari (19090042)
3. Maya Gustina (18080024)
4. Regif Perkasa (17080052)
5. Syauqi Thifal (18080036)

Dosen Pengampu: Rizto Salia Zakri S.T, M.T.

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat- Nya, sehingga laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya. Laporan ini
disusun agar mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar geoteknik tambang
dalam kestabilan lereng beserta aplikasinya dalam dunia pertambangan. Dengan
telah tersusunnya laporan ini, maka kami selaku penyusun mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Rizto Salia Zakri S.T, M.T. selaku dosen matakuliah geoteknik tamabang.
2. Aldo Azzana selaku asisten pembimbing pratikum matakuliah geoteknik
tambang
3. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah
membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan kedepan. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat dan
memberikan ilmu bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Padang, 8 Januari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Maksud dan Tujuan................................................................................... 1
C. Ruang Lingkup dan Metode Studi ........................................................... 2
BAB II PERMASALAHAN ................................................................................. 4
A. Identifikasi Masalah .................................................................................. 4
B. Goal dan Objektif....................................................................................... 5
C. Kerangka Kerja .......................................................................................... 5
BAB III KAJIAN TEKNIS .................................................................................. 6
A. Data Bangunan Dua Lantai ...................................................................... 6
B. Data Lereng ................................................................................................ 6
C. Data Gempa ................................................................................................ 7
D. Analisa Kestabilan Lereng ........................................................................ 7
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 13
A. Kesimpulan ............................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kondisi Lereng Awal ......................................................................... 4


Gambar 2. Model Lereng Kondisi Awal ............................................................. 6
Gambar 3. Hasil Analisis Kestabilan Lereng Dengan Metode Fellenius
(Ordinary Method of Slice) .................................................................................. 7
Gambar 4. Hasil Analisis Kestabilan Lereng Jika Dipengaruhi Oleh
Keterdapatan Air Tanah Dalam Lereng Dengan Metode Fellenius (Ordinary
Method of Slice) ..................................................................................................... 8
Gambar 5. Hasil Analisis Kestabilan Lereng Jika Dipengaruhi Oleh
Keterdapatan Air Tanah Dalam Lereng dan Faktor Gempa Dengan Metode
Fellenius (Ordinary Method of Slice) .................................................................. 8
Gambar 6. Hasil Analisis Kestabilan Lereng Jika Dilakukan Resloping
Terhadap Lereng Dengan Metode Fellenius (Ordinary Method of Slice) ..... 10
Gambar 7. Ukuran Lereng Setelah Dilakukan Resloping .............................. 10
Gambar 8. Hasil Analisis Kestabilan Lereng Jika Dipengaruhi Oleh Beban
Bangunan 2 Lantai Dengan Metode Fellenius (Ordinary Method of Slice) .. 11
Gambar 9. Hasil Analisis Kestabilan Lereng Jika Dilakukan Resloping dan
Memasang Tiang Pancang Terhadap Lereng Dengan Metode Fellenius
(Ordinary Method of Slice) ................................................................................ 12

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumunya permukaan tanah tidak selalu membentuk bidang datar
namun terdapat permukaan tanah yang memiliki perbedaan ketinggian antara
tempat yang satu dengan tempat yang lain sehingga membentuk lereng. Lereng
dapat terjadi secara alami atau dengan sengaja dibuat oleh manusia.
Dengan adanya perbedaan ketinggian muka tanah akan memungkinkan
terjadinya kelongsoran. Longsor terjadi karena ketidakseimbangan gaya yang
bekerja pada lereng yaitu gaya pendorong pada lereng lebih besar dari pada gaya
penahan yang ada di lereng tersebut. Kerusakan yang ditimbulkan akibat longsor
ini bukan hanya kerusakan secara langsung seperti rusaknya fasilitas umum,
hilangnya lahan-lahan pertanian, korban jiwa, akan tetapi kerusakan secara tidak
langsung melumpuhkan kegiatan ekonomi dan pembangunan daerah yang
terkena bencana.
Untuk mencegah terjadinya longsor diperlukan adanya perkuatan
tambahan sehingga lereng tetap stabil. Salah satu alternatif perkuatan lereng
adalah dengan memotong lereng tersebut (cutting) atau seperti membuat
terasering pada lereng. Dengan dibuat demikian, maka akan mengurangi sudut
kemiringan lereng. Setelah itu dilakukan perhitungan stabilitas lereng guna
memeriksa keamanan dari lereng tersebut.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dibuatnya laporan ini adalah untuk memberikan
informasi yang lengkap mengenai analisis kestabilan lereng pada lokasi
penelitian untuk mendapatkan nilai faktor kemanannya serta pertimbangan
mengenai kelayakan lereng tersebut, yang apabila tidak memenuhi maka
dilakukan beberapa perkuatan untuk membuat lereng tersebut menjadi aman.
Tujuan khusus dibuatnya laporan ini adalah untuk:
1. Memahami pengaruh air tanah pada stabilitas lereng
2. Memahami pengaruh parameter geologi seperti data gempa pada stabilitas
lereng

1
3. Melakukan optimasi desain lereng dengan output faktor keamannya yang
sesuai dengan peraturan yang berlaku
C. Ruang Lingkup dan Metode Studi
Ruang lingkup dari project ini meliputi aspek teknologi, yaitu:
1. Membuat desain atau rancangan rencana lereng untuk bangunan yang aman
dan ideal
2. Melakukan kajian metode yang meliputi perencanaan dari desain lereng
yang aman untuk dijadikan sebagai lahan pembangunan sebuah bangunan
berlantai dua.
3. Melakukan pemilihan alternatif atau solusi untuk keperluan desain lereng
agar lereng menjadi aman dan layak untuk digunakan.
Dalam project ini, analisis kestabilan lereng dihitung menggunakan
Software Rocscience Slide 6.0 Hasil analisis kestabilan lereng dengan
menggunakan Software Rocscience Slide 6.0 akan diperoleh nilai faktor
keamanan dari lereng tersebut. Pengolahan data analisis kestabilan lereng ini
dilakukan dengan metode Fellenius (Ordinary).
Metode Fellenius (Ordinary Method of Slice) diperkenalkan pertama
oleh Fellenius (1927,1936) berdasarkan bahwa gaya memiliki sudut kemiringan
paralel dengan dasar irisan FK dihitung dengan keseimbangan momen.
Fellenius mengemukakan metodenya dengan menyatakan asumsi bahwa
keruntuhan terjadi melalui rotasi dari suatu blok tanah pada permukaan longsor
berbentuk lingkaran (sirkuler) dengan titik O sebagai titik pusat rotasi. Metode
ini juga menganggap bahwa gaya normal P bekerja ditengah - tengah slice.
Diasumsikan juga bahwa resultan gaya-gaya antar irisan pada tiap irisan adalah
sama dengan nol, atau dengan kata lain bahwa resultan gaya-gaya antar irisan
diabaikan. Jadi total asumsi yang dibuat oleh metode ini adalah:
1. Posisi gaya normal P terletak di tengah alas irisan : n
2. Resultan gaya antar irisan sama dengan
a. Nol : n – 1
b. Total: 2n – 1

2
Dengan anggapan - anggapan ini maka dapat diuji persamaan
keseimbangan momen untuk seluruh irisan terhadap titik pusat rotasi dan
diperoleh suatu nilai faktor keamanan. Metode ini merupakan metode dengan
prosedur paling sederhana serta sebagai dasar sernua metode selanjutnya.
Metode Fellenius banyak digunakan dalam prakteknya, karena cara hitungan
sederhana dan kesalahan hitungan yang dihasilkan masih pada sisi aman.

3
BAB II
PERMASALAHAN

A. Identifikasi Masalah
Suatu bangunan berlantai dua akan dibangun di sebuah lereng dengan
data seperti dibawah ini.

Gambar 1. Kondisi Lereng Awal

Tabel 1. Koordinat Lereng

4
Tabel 2. Data Parameter Geoteknik
No. Karakteristik Material 1
1. Kohesi (C) 11,277 kPa
2. Sudut geser dalam (φ) 11,89o
3. Bobot isi () 12.748 kN/m3

Untuk itu, perlu dilakukan analisis kestabilan dari lereng tersebut agar
lereng tersebut dapat aman dan tidak longsor, sehingga bangunan yang terdapat
di atasnya juga akan aman dan tidak runtuh.
B. Goal dan Objektif
1. Goal
Menentukan faktor keamanan dari lereng yang akan dibangun sebuah
bangunan dua lantai.
2. Objective Function
Mendesain lereng yang stabil (aman) untuk digunakan sebagai lahan
pembangunan sebuah bangunan dua lantai.
C. Kerangka Kerja

5
BAB III
KAJIAN TEKNIS

A. Data Bangunan Dua Lantai


Pembebanan total bangunan dua lantai =
1. Total beban bangunan lantai 1 = 614828.595 kg
2. Total beban bangunan lantai 2 = 529277.747 kg
3. Total beban atap bangunan = 1067107. 31 kg
Total berat bangunan dua lantai = total beban bangunan lantai 1 + total
beban bangunan lantai 2 + total beban atap bangunan, yaitu 614828.595 kg +
529277.747 kg + 1067107. 31 kg, hasilnya adalah 2211213.652 kg.
Luas bangunan dua lantai adalah 46.4 m x 16 m = 742.4 m2. Maka berat
per m2 adalah =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 2211213.652
1. Berat bangunan per m2 = = = 2978.46 kg/m2 atau 29.208
(𝐵 𝑥 𝐿) (742.4 )

kN/m2.
2. Beban hidup bangunan hotel berdasarkan SNI 03-2847-2-13 pasal 9.2 adalah
250 kg/m2 atau 2.451 kN/m2.
Agar perkuatan lebih aman, maka digunakan combo beban, yaitu 1 Qd +
1 Ql, sehingga total berat bangunan 2 lantai menjadi (1 x 29.208 kN/m2) + (1 x
2.451) = 31.66 kN/m2 atau 31.66 kPa.
B. Data Lereng

Gambar 2. Model Lereng Kondisi Awal

6
Data – data yang terdapat pada lereng adalah sebagai berikut:
1. Tinggi lereng : 15 m
2. Kohesi tanah (c) : 11,277 kPa
3. Sudut geser dalam (𝜙) : 11,89o
4. Bobot isi tanah (γ) : 12.748 kN/m3
C. Data Gempa
Berdasarkan data kegempaan regional Padang Panjang memiliki nilai
seismic load horizontal sebesar 0,18 dan vertikal 0,2.
D. Analisa Kestabilan Lereng
1. Faktor Keamanan Model Lereng Kondisi Awal
Metode yang digunakan dalam analisis kestabilan lereng ini adalah
metode Fellenius (Ordinary Method of Slice) pada program Rocscience Slide
6.0.

Gambar 3. Hasil Analisis Kestabilan Lereng Dengan Metode Fellenius


(Ordinary Method of Slice)
Hasil analisis kestabilan lereng dengan metode Fellenius (Ordinary
Method of Slice) menggunakan software Rocscience Slide 6.0 diperoleh nilai
faktor keamanan (FS) = 1.148.
Berdasarkan nilai faktor keamanan yang didapat dari hasil analisis,
menandakan bahwa lereng dalam kondisi krisis (Nilai Faktor Keamanan dan
Intensitas Longsor Bowles 1989).
2. Faktor Keamanan Model Lereng Sebelum Didirikan Bangunan
Beberapa faktor yang dapat mengganggu kestabilan lereng adalah
keterdapatan air dalam suatu lereng. Semakin banyak suatu lereng

7
mengandung air maka gaya penggerak akan semakin besar sehingga potensi
terjadinya longsor menjadi tinggi.
Kemudian terdapatnya juga faktor dari gempa yang dapat terjadi
kapan saja sehingga membuat potensi terjadinya longsor menjadi semakin
tinggi. Maka, faktor – faktor tersebut di input ke dalam software Rocscience
Slide 6.0 agar diperoleh nilai faktor keamanan dari lereng jika terdapatnya
faktor – faktor pengganggu tersebut.

Gambar 4. Hasil Analisis Kestabilan Lereng Jika Dipengaruhi Oleh


Keterdapatan Air Tanah Dalam Lereng Dengan Metode Fellenius
(Ordinary Method of Slice)

Gambar 5. Hasil Analisis Kestabilan Lereng Jika Dipengaruhi Oleh


Keterdapatan Air Tanah Dalam Lereng dan Faktor Gempa Dengan Metode
Fellenius (Ordinary Method of Slice)

8
Hasil analisis kestabilan lereng yang dipengaruhi oleh faktor air
tanah dengan metode Fellenius (Ordinary Method of Slice) menggunakan
software Rocscience Slide 6.0 diperoleh nilai faktor keamanan (FS) = 0.980.
Sedangkan hasil analisis kestabilan lereng yang dipengaruhi oleh faktor air
tanah ditambah dengan faktor gempa dengan metode Fellenius (Ordinary
Method of Slice) menggunakan software Rocscience Slide 6.0 diperoleh nilai
faktor keamanan (FS) = 0.621.
Berdasarkan nilai faktor keamanan yang didapat dari hasil analisis,
menandakan bahwa lereng dalam kondisi labil/tidak stabil yang mana
longsoran dapat sering/biasa terjadi. (Nilai Faktor Keamanan dan Intensitas
Longsor Bowles 1989).
3. Solusi (Alternatif I) Untuk Menstabilkan Lereng Sebelum Didirikan
Bangunan
Setelah mengetahui nilai faktor keamanan dari lereng yang
dipengaruhi oleh faktor yang dapat mengganggu kestabilan lereng seperti
keterdapatan air dalam suatu lereng dan faktor gempa, maka harus di ketahui
cara atau solusi untuk menstabilkan lereng tersebut agar aman dan ideal.
Salah satu caranya adalah dengan memperkecil gaya penggerak atau
momen penyebab longsor. Momen penggerak dapat diperkecil dengan cara
merubah bentuk lereng yang bersangkutan, yaitu dengan cara:
a. Merubah lereng lebih datar atau mengurangi sudut kemiringan.
b. Memperkecil ketinggian lereng
c. Merubah lereng menjadi multiple slope (lereng bertingkat).

9
Gambar 6. Hasil Analisis Kestabilan Lereng Jika Dilakukan Resloping
Terhadap Lereng Dengan Metode Fellenius (Ordinary Method of Slice)

Gambar 7. Ukuran Lereng Setelah Dilakukan Resloping

Hasil analisis kestabilan lereng jika dilakukan resloping terhadap


lereng dengan metode Fellenius (Ordinary Method of Slice) menggunakan
software Rocscience Slide 6.0 diperoleh nilai faktor keamanan (FS) = 0.793.
Artinya, cara atau solusi untuk meresloping lereng tersebut layak dijadikan
alternatif karena dapat menaikkan nilai FK dari lereng.
4. Faktor Keamanan Model Lereng Setelah Didirikan Bangunan
Faktor lain yang dapat mengganggu kestabilan lereng adalah
terdapatnya beban yang berada di atas lereng tersebut. Pada project ini
menggunakan berat bangunan 2 lantai dengan total berat 31.66 kN/m2 atau
31.66 kPa.
Dengan adanya pengaruh dari beban bangunan dapat menyebabkan
potensi terjadinya longsor menjadi semakin tinggi. Maka, total dari beban
bangunan 2 lantai tersebut di input ke dalam software Rocscience Slide 6.0
agar diperoleh nilai faktor keamanan dari lereng tersebut.

10
Gambar 8. Hasil Analisis Kestabilan Lereng Jika Dipengaruhi Oleh Beban
Bangunan 2 Lantai Dengan Metode Fellenius (Ordinary Method of Slice)

Hasil analisis kestabilan lereng yang dipengaruhi oleh beban gempa


dengan metode Fellenius (Ordinary Method of Slice) menggunakan software
Rocscience Slide 6.0 diperoleh nilai faktor keamanan (FS) = 0.738.
Berdasarkan nilai faktor keamanan yang didapat dari hasil analisis,
menandakan bahwa lereng dalam kondisi labil/tidak stabil yang mana
longsoran dapat sering/biasa terjadi. (Nilai Faktor Keamanan dan Intensitas
Longsor Bowles 1989).
5. Solusi (Alternatif II) Untuk Menstabilkan Lereng Setelah Didirikan
Bangunan
Setelah mengetahui nilai faktor keamanan dari lereng yang
dipengaruhi oleh faktor yang dapat mengganggu kestabilan lereng seperti
beban bangunan, maka harus di ketahui cara atau solusi untuk menstabilkan
lereng tersebut agar aman dan ideal.
Selain dengan cara meresloping atau mengubah geometri lereng, cara
kedua adalah dengan memperbesar gaya lawan atau momen penahan
longsor, yaitu:
a. Dengan mengurangi air pori di dalam lereng
b. Dengan cara mekanis, yaitu dengan memasang tiang pancang atau
tembok penahan tanah.

11
Gambar 9. Hasil Analisis Kestabilan Lereng Jika Dilakukan Resloping dan
Memasang Support Terhadap Lereng Dengan Metode Fellenius (Ordinary
Method of Slice)

Hasil analisis kestabilan lereng jika dilakukan resloping dan


memasang tiang pancang terhadap lereng dengan metode Fellenius
(Ordinary Method of Slice) menggunakan software Rocscience Slide 6.0
diperoleh nilai faktor keamanan (FS) = 1.492.
Berdasarkan nilai faktor keamanan yang didapat dari hasil analisis,
menandakan bahwa lereng dalam kondisi stabil/aman yang mana longsoran
jarang terjadi. (Nilai Faktor Keamanan dan Intensitas Longsor Bowles
1989). Sehingga, cara atau solusi untuk meresloping lereng dan memasang
tiang pancang tersebut layak dijadikan alternatif karena dapat membuat
lereng menjadi ideal dan aman sesuai dengan peraturan yang berlaku.

12
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil diskusi dan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan
bahwa pada bagian kajian teknis terdapat 2 cara atau solusi yang alternatif untuk
dilakukan, yaitu dilakukannya reslope lereng dan memasang support yaitu
geotextile pada lereng dengan hasil FK yang didapat sebesar 1.492, yang artinya
lereng dalam keadaan stabil atau aman. Sehingga pemodelan dengan kedua
alternatif tersebut layak dijadikan alternatif.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arif, I.I., 2016. Geoteknik Tambang. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Halimah, H. and Octova, A., 2018. Analisis Ground Vibration Untuk Mendesain
Lereng Yang Stabil Pada Penambangan Batu Gamping Cv Tekad Jaya Halaban
Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat. Bina Tambang, 3(4), pp.1784-1792.

Canima, Diky., Heriyadi, Bambang. 2019. Analisis Penentuan Batas Aman Ground
Vibration Akibat Kegiatan Peledakan Terhadap Kestabilan Lereng Highwall
Penambangan Pit 13 West PT. Multi Harapan Utama, Samarinda, Kalimantan
Timur. Jurnal Bina Tambang, Vol. 4, No. 4, pp.24-38.

Sutiyono, Dina Lis., Sarajar, Alva Noviana, dkk. 2017. Analisis Stabilitas Lereng
Akibat Gempa Di Ruas Jalan Noongan – Pangu. Jurnal Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sam Ratulangi, Vol. 15, No. 67, pp.1-12.

Chasanah, Uswatun. 2012. Analisis Stabilitas Lereng Dengan Perkuatan Geotekstil


Menggunakan Program Geoslope. Universitas Sebelas Maret. Semarang.

Bachtiar, Rizky Eka., Hutama, Dio Alif., dkk. 2018. Pengaruh Perubahan Peta
Hazard Gempa Indonesia Terhadap Perencanaan Perkuatan Lereng
Menggunakan Geotekstil. Jurnal Argregat, Vol. 3, No.2, pp.252-259.

Nugraha, Andika Dary., Zakaria, Zufialdi., dkk. 2020. Pengaruh Muka Airtanah
Dan Beban Getaran Terhadap Faktor Keamanan Lereng (Studi Kasus Lereng Di
Citatah, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat). Jurnal Padjajaran
Geoscience, Vol. 4, No. 3, pp.220-226.

14

Anda mungkin juga menyukai