Anda di halaman 1dari 4

F.

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada percobaan kami tentang Asam, Basa, Larutan Penyangga dan pH


larutan kami memperoleh hasil pada pengujian asam basa menggunakan larutan
HCl, NaOH, CH₃COOH dan NH₄OH dengan menggunakan indikator warna
fenolftalein (PP), metal orange (mo), kertas lakmus biru dan kertas lakmus merah
serta indikator universal. Pada pengujian asam dan basa ini kami mendapatkan data
seperti berikut: larutan HCl tidak berwana ketika ditetesi fenolftalein (PP) warnanya
tetap, ditetesi metal orange (mo) berubah warna menjadi ungu, diuji menggunakan
kertas lakmus merah warna kertas lakmus merah tetap sedangkan dengan kertas
lakmus biru warna kertas lakmus biru berubah menjadi merah. Diuji menggunakan
indikator universal mendapatkan pH 1.

Larutan NaOH tidak berwana ketika ditetesi fenolftalein (PP) warnanya


berubah menjadi ungu, ditetesi metal orange (mo) berubah warna menjadi orange,
diuji menggunakan kertas lakmus merah warna kertas lakmus merah berubah
menjadi warna biru sedangkan dengan kertas lakmus biru tetap. Diuji menggunakan
indikator universal mendapatkan pH 13. Larutan CH 3COOH tidak berwana ketika
ditetesi fenolftalein (PP) warnanya tetap, ditetesi metal orange (mo) berubah warna
menjadi orange, diuji menggunakan kertas lakmus merah warna kertas lakmus
merah tetap sedangkan dengan kertas lakmus biru berubah warna menjadi merah.
Diuji menggunakan indikator universal mendapatkan pH 3. Larutan NH 4OH tidak
berwana ketika ditetesi fenolftalein (PP) warnanya menjadi ungu, ditetesi metal
orange (mo) berubah warna menjadi orange, diuji menggunakan kertas lakmus
merah warna kertas lakmus merah berubah menjadi biru sedangkan dengan kertas
lakmus biru tetap. Diuji menggunakan indikator universal mendapatkan pH 11.

Pada pengamatan kedua yaitu larutan penyangga menggunakan 2 buah


tabung reaksi yang masing masing isinya yaitu tabung A berisi 20 tetes larutan
natrium asetat 0,1 M ditambah dengan 20 tetes larutan asam asetat 0,1 M. Tabung B
berisi 20 tetes larutan amoniak ditambah 20 tetes larutan ammonium klorida 01 M.
Dalam pengamatan kedua ini kita mengamati tentang pH masing masing tabung.
Kita bagi menjadi tiga yaitu kondisi awal, setelah penambahan HCl dan setelah
penambahan NaOH. Sebelumnya setelah kita mengisi tabung dengan larutan yang
ditentukan, larutan yang telah homogen itu (Tabung A&B) diukur nilai pH-nya
menggunakan indikator universal mendapatkan hasil tabung A dengan harga pH
awal 4 sedangkan tabung B pH-nya 7.

Tabung A dan B dibagi menjadi 2 sama rata untuk diuji pHnya dengan
penambahan sedikit asam (HCl) dan sedikit basa (NaOH). Untuk tabung A setelah
ditambah sedikit asam (HCl) harga pH-nya tetap. Sedangkan ditambah sedikit basa
(NaOH) harga pH-nya berubah menjadi 5. Tabung B setelah ditambah sedikit asam
(HCl) harga pH-nya tetap. Sedangkan ditambah sedikit basa (NaOH) harga pH-nya
berubah menjadi tetap.

Berdasarkan percobaan diatas tentang asam, basa, larutan penyangga dan pH


larutan didapatkan hasil pada pengujian asam basa 4 larutan dengan indikator warna
fenolftalein (PP) HCl tetap, NaOH dari tidak berwarna berubah warna menjadi
ungu, CH3COOH tetap, dan NH4OH berubah dari tidak berwarna menjadi ungu.
Pengujian tersebut sesuai dengan teori bahwa indikator fenolftalein (PP) tidak
berwana dalam bentuk asam dan berwarna merah keunguan dalam bentuk basa
(Budiyanto, 2011). Pengujian menggunakan indikator metil orange (mo) HCl
berubah warna menjadi ungu, NaOH dari tidak berwarna berubah warna menjadi
orange, CH3COOH orange, dan NH4OH berubah dari tidak berwarna menjadi
orange. Pada percobaan kali ini terdapat kesalahan kami dalam penelitian yaitu
ketika pengujian HCl yang ditetesi metil orange (mo) yang semula tidak berwarna
seharusnya berubah menjadi merah. Kesalahan tersebut dimungkinkan karena
kesalahan pengamatan yang dilakukan pengamat tentang kejeliannya mengamati
perubahan warna. Selain itu adanya kemungkinan larutan tercampur dengan larutan
sebelumnya karena penyucian plat tetes kurang bersih. Hal tersebut sesuai dengan
teori bahwa terjadi perubahan warna ketika penambahan asam atau basa
penjelasannya identik dengan kasus lakmus bedanya adalah warna. Pada kasus metil
orange (mo) di asam dan netral menunjukkan warna merah dan kuning (Alex,
2009).

Pada pengujian kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru kami
mendapatkan hasil bahwa kertas lakmus merah tetap warnanya ketika diuji dengan
larutan HCl dan larutan CH3COOH, tetapi membirukan kertas lakmus merah ketika
diuji menggunakan larutan NaOH dan larutan NH4OH. Kertas lakmus biru tetap
warnanya ketika diuji dengan larutan NaOH dan larutan NH 4OH, tetapi
memerahkan kertas lakmus biru ketika diuji menggunakan larutan HCl dan larutan
CH3COOH. Percobaan tersebut sesuai dengan teorinya bahwa kertas lakmus
dibedakan menjadi dua macam yaitu kertas lakmus merah dan biru. Jika kertas
lakmus merah dicelupkan kedalam larutan dan warna kertas berubah menjadi biru
berarti larutan tersebut bersifat basa sedangkan pada kertas lakmus biru dicelupkan
kedalam larutan dan ternayata berubah warna menjadi merah berarti larutan tersebut
bersifat asam. Kemudian apabila kertas lakmus dan biru dicelupkan kedalam larutan
dan tidak mengalami perubahan warna berarti bersifat netral (Lestari, 2016).

Pada peercobaan yang diuji menggunakan indikator universal didapatkan pH


HCl dengan harga 1 yang berarti menunjukkan bahwa HCl bersifat asam, NaOH
dengan pH 13 menunjukkan bahwa larutan tersebut basa, CH 3COOH dengan harga
pH 3 yang menunjukkan bahwa sifatnya yang asam dan terakhir NH4OH dengan
harga pH 11 yang menunjukkan bahwa sifat larutan tersebut basa. Hal tersebut
sesuai dengan teori bahwa indikator universal akan memberikan warna tertentu jika
diteteskan atau dicelupkan kedalam larutan asam atau basa. Warna yang terbentuk
kemudian dicocokkan dengan warna standar yang sudah diketahui nilai pH-nya.
Nilai pH dapat ditentukan dengan indikator pH (indikator universal), yang
memperlihatkan warna macam-macam untuk setiap nilai pH, sehingga kita bisa
menentukan nilai pH suatu cairan berdasarkan warna-warna berbeda (Surahman,
2018).

Alex. 2009. Cara Kerja Indikator. Yogyakarta: Laboratorium Biologi Fakultas


Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UAD.

Budiyanto. 2011. Titrasi Asam Basa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lestari, P. 2016. Kertas Indikator Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoabilimbi L)


untuk Uji Larutan Asam Basa. Jurnal Pendidikan Madrasah Vol 1 (1): 69-84

Surahman. 2018. Alternatif Pembuatan Indikator Asam dan Basa. Yogyakarta: PT.
Pelita Harapan

Anda mungkin juga menyukai