Anda di halaman 1dari 13

FILSAFAT PENDIDIKAN

MATERI : FILSAFAT PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM DAN


SUBSTANSI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2 :

1. ENJELITA TOGATOROP : 1203351003


2. EXAUDI P MANURUNG : 1203351001

KELAS BK REGULER C 2020

DOSEN PENGAMPU : Dr. Naeklan Simbolon, M.Pd

FIP-UNIMED
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyekesaikan makalah ini. Atas rahmat dan kasih karunia-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Filsafat Sebagai Sistem dan Substansi tepat waktu.

Makalah Filsafat Sebagai Sistem dan Substansi disusun guna memenuhi tugas Dosen
pada mata kuliah di kampus. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang Filsafat Sebagai Sistem dan Substansi.

Terimakasih .

Sipoholon, 21 September 2020

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………………..


B. Rumusan Masalah ………………………………………………………….
C. Tujuan ……………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

A. Filsafat Sebagai Sistem ……………………………………………………..


B. Filsafat Sebagai Substansi …………………………………………………..

BAB III PENUTUP

A. Simpulan …………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada dasarnya manusia sebagai makhluk hidup berpikir dan selalu berusaha untuk
mengetahui segala sesuatu, tidak mau menerima begitu saja apa adanya sesuatu itu, selalu
ingin tahu apa yang ada dibalik yang dilihat dan diamati. Segala sesuatu yang dilihatnya,
dialaminya, dan gejala yang terjadi di lingkungannya selalu dipertanyakan dan dianalisis
atau dikaji . Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu keheranan,
kesangsian, dan kesadaran atas keterbatasan. Berfilsafat kerap kali didorong untuk
mengetahui apa yang telah tahu dan apa yang belum tahu, berfilsafat berarti berendah hati
bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas.

Filsafat memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setidaknya
ada tiga peran utama yang dimiliki yaitu sebagai pendobrak, pembebas, dan pembimbing
(Jan Hendrik Rapar dalam Diktat Filsafat Pendidikan). Pendidikan bertujuan menyiapkan
pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai
tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam
studi mengenai masalah-masalah pendidikan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Filsafat Pendidikan Sebagai Sistem
2. Filsafat Pendidikan Sebagai Subsitem

C. TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH


1. Agar mahasiswa tau apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan sebagai sistem
2. Agar mahasiswa tahu apa yang dimaksud dengan substansi filsafat pendidikan
3. Agar para mahasiswa dapat memahami tentang hubungan filsafat dan pendidikan
BAB III

PEMBAHASAN

A. FILSAFAT PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

Sistem filsafat pendidikan adalah kata sistem barasal dari bahasa Yunani
yaitu systema yang berarti “cara, strategi”. Dalam bahasa Inggris system berarti “system,
susunan, jaringan, cara”. System juga diartikan “suatu strategi, cara berpikir atau model
berpikir”. Sedangkan pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang secara
sadar dan disengaja serta penuh tanggung jawab yang dilakukan orang dewasa kepada
anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan.

Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar


Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokraris serta
bertanggung jawab.Untuk mengembangkan fungsi tersebut pemerintah
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kehidupan
bangsa mencakup seluruh bangsa; warga Negara tua-muda, kaya-miskin, di kota–di desa,
tanpa memandang latar belakang dan cerdas dalam hidup dan kehidupan,kognitif,
psikomotor, dan afektif, totalitas dan integratif.

Menurut Purba E (2019) filsafat seolah-olah dijabarkan secara langsung dalam


pendidikan dengan maksud untuk menghasilkan konsep pendidikan yang berasal dari satu
cabang atau aliran filsafat, misalnya dengan idealism. Bila konsep dasar tentang
kenyataan yang pada hakikatnya, menurut idealism, adalah sama dengan hal-hal bersifat
kerohanian ataupun yang lain yang sejenis dengan itu, maka pendidikan itu adalah
mengutamakan perkembangan aspek aspek spiritual dan kerohanian pada peserta didik.
Pendekatan lain yang akan dikembangkan adalah ketika pendidikan itu
menghadapi masalah atau keadaan yang tidak seperti yang diharapkan, pasti memerlukan
jawaban yang tidak semata-mata berada dalam ruang lingkup pendidikan. Misalnya
tentang manusia seutuhnya, untuk memperjelas konsep ini memerlukan penjelasan dari
filsafat. Bila hal ini akan dijawab dengan menggunakan ilmu pengetahuan yang lain,
jawaban itu tidak dapat seketika secara spekulatif seperti halnya dalam filsafat.
Kemungkinan-kemungkinan tersebut dengan mengingat tujuan pendidikan bila
dikembangkan secara proporsional akan sangat memadai dalam mengisi fundasi-fundasi
ilmu pendidikan, sebagai bagian utama dalam ilmu pendidikan umumnya.

B. SUBSTANSI FILSAFAT PENDIDIKAN

Dalam dunia pendidikan, filsafat pendidikan adalah bagian dari fundasi-fundasi


pendidikan. Yang berarti bahwa filsafat pendidikan perlu mengetengahkan konsep-
konsep dasar pendidikan. Di Indonesia sendiri Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
dan undang-undang pendidikan merupakan dasar atau landasan utama terhadap
pelaksanaan pendidikan. Hal ini yang menjadikan Pancasila, atau khususnya Filsafat
Pancasila mempunyai kedudukan sentral dalam wawasan kependidikan, dan nilai-
nilai serta norma-norma Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 itu melingkupi
pendidikan secara keseluruhan, baik itu mengenai teori maupun mengenai praktek.

Dengan berpijak pada pandangan tentang kedudukan filsafat dan filsafat


pendidikan Pancasila sebagai filsafat terbuka, maka sikap konvergensi atau elektif
inkorporatif terhadap filsafat atau filsafat pendidikan yang berasal dari luar perlu
dikembangkan. Dengan mempelajari filsafat dan filsafat pendidikan dari luar pada
hakikatnya adalah upaya untuk memperkuat atau memperkuat substansi dari pada filsafat
pendidikan telah berada pada peringkat lanjut.

Roh dan Jiwa Undang-Undang Dasar 1945 harus mendasari landasan praksis dan
praktik pendidikan. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah dijelaskan
nyata arah dan tujuan pendidikan yakni : untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Harapan ini didukung oleh batang tubuh dan pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945
yang menyatakan bahwa pemerintah akan melaksanakan pendidikan bermutu bagi setiap
warga negara dan setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan minimal sampai
pada tingkat pendidikan dasar. Tujuan pendidikan semakin diperjelas dan dipertegas
substansi dan arahnya yakni menjadikan manusia yang cerdas, berbudi luhur berakhlak
mulia dan lainnya.

C. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan

Sudah merupakan pandangan atau pemahaman umum bahwa filsafat yang


dijadikan pandangan hidup oleh seseorang atau suatu masyarakat bahkan suatu bangsa
merupakan asas atau pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan orang
atau masyarakat tersebut atau bangsa itu sendiri, termasuk didalamnya bidang
pendidikan. Segala usaha atau aktivitas yang dilakukan dengan mempedomani filsafat
yang dianutnya.

Pandangan filsafat pendidikan sama perannya dengan landasan filosofis yang


menjiwai seluruh kebijaksanaan pelaksanaan pendidikan. Antara filsafat dan pendidikan
terdapat kaitan yang sangat erat. Filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan
masyarakat, sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra tersebut. Formula tentang
hakekat dan martabat manusia serta masyarakat terutama di Indonesia dilandasi oleh
filsafat yang dianut bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Pancasila merupakan sumber dari
segala gagasan mengenai wujud manusia dan masyarakat yang dianggap baik, sumber
dari agama sumber yang menadi pangkal serta muara dari setiap keputusan dan tindakan
dalam pendidikan dan pembelajaran.

Filsafat mengadakan tinjauan yang luas mengenai realita, maka dikupaslah antara
lain pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-konsep mengenai ini dapat menjadi
landasan penyusunan konsep tujuan dan metodologi pendidik. Disamping itu,
pengalaman pendidik dalam menuntut pertumbuhan dan perkembangan anak akan
berhubungan dan berkenalan dengan realita. Semuanya itu dapat disampaikan kepada
filsafat untuk dijadikan bahan-bahan pertimbangan dan tinjauan untuk
memperkembangkan diri. Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Filsafat mempunyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat pendidikan
objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja.
2. Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus, mempersatukan
dan mengkoordinasikannya
3. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan tetapi sudut
pandangannya berlainan.

Brubacher (1950) mengemukakan tentang hubungan antara filsafat dengan filsafat


pendidikan, dalam hal ini pendidikan : bahwa filsafat tidak hanya melahirkan sains atau
pengetahuan baru, melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat merupakan
kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan dan kearifan.
Sedangkan filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada hakekatnya jawab dari
pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam lapangan pendidikan. Oleh karena bersifat
filosofis, dengan sendirinya filsafat pendidikan ini hakekatnya adalah penerapan dari
suatu analisa filosofis terhadap lapangan pendidikan.Filsafat pendidikan sudah
seharusnya dipelajari dan didalami oleh setiap orang yang memperdalam ilmu
pendidikan, terlebih mereka yang memilih profesi sebagai tenaga pendidik. Ada beberapa
alasan yang mendasarnya antara lain;

1. Adanya problema-problema pendidikan dari zaman ke zaman yang menjadi perhatian


para ahli masing masing. Pendidikan adalah usaha manusia untuk meningkatkan
kesejathteraan lahir dan batin masyarakat dan bangsa. Banyak tulisan yang dihasilkan
oleh para ahli pikir, dan tidak jarang gagasan ahli yang satu mempengaruhi gagasan
ahli-ahli yang lain. Corak gagasan yang berlandaskan filsafat sering timbul dari ahli-
pikir ini. Hal ini masuk dalam lapangan filsafat pendidikan.
2. Dapatlah diperkirakan bahwa bagi barangsiapa yang mempelajari filsafat pendidikan
dapat mempunyai pandangan pandangan yang jangkauannya melampaui hal-hal yang
ditemukan secara eksperimental dan empirik. Maka dari itu filsafat pendidikan dapat
diharapkan merupakan bekal untuk meninjau pendidikan beserta masalah-masalahnya
secara kritis.
3. Dapat terpenuhi tuntutan intelektual dan akademik dengan landasan asas bahwa
berfilsafat adalah berfikir logis yang nuntut teratur dan kritis, maka berfilsafat
pendidikan mempunyai kemampuan semacam itu.

Beberapa aliran filsafat pendidikan yang dominan di dunia adalah sebagai berikut :

1) Esensialis

Filsafat pendidikan Esensialis bertitik tolak dari kebenaran yang telah terbukti
berabad-abad lamanya. Kebenaran seperti itulah yang esensial, yang lain adalah
kebenaran secara kebetulan saja. Kebenaran esensial itu adalah kebudayaan klasik yang
muncul pada zaman Romawi yang menggunakan buku-buku klasik ditulis dengan bahasa
latin dikenal dengan nama Great Book.

Tekanan pendidikannya adalah pada pembentukan intelektual dan logika. Dengan


mempelajari kebudayaan Yunani-Romawi yang menggunakan bahasa latin yang sulit itu,
diyakini otak peserta didik akan terarah dengan baik dan logikanya akan berkembang.
Disiplin sangat diperhatikan, pelajaran dibuat sangat berstruktur, dengan materi pelajaran
berupa warisan kebudayaan, yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga mempercepat
kebiasaan berpikir efektif, pengajaran berpusat pada guru.

2) Perenialis

Filsafat pendidikan Perenialis bahwa kebenaran pada wahyu Tuhan. Tentang


bagaimana cara menumbuhkan kebenaran itu pada diri peserta didik dalam proses belajar
mengajar tidaklah jauh berbeda antara esensialis dengan perenialis. Proses pendidikan
mereka sama-sama tradisional.

3) Progresivis

Filsafat pendidikan Progresivis mempunyai jiwa perubahan, relativitas,


kebebasan, dinamika, ilmiah, dan perbuatan nyata. Menurut filsafat ini tidak ada tujuan
yang pasti, begitu pula tidak ada kebenaran yang pasti. Tujuan dan kebenaran itu bersifat
relatif, apa yang sekarang dipandang benar karena dituju dalam kehidupan, tahun depan
belum tentu masih tetap benar. Ukuran kebenaran adalah yang berguna bagi kehidupan
manusia hari ini.

Sebagai konsekuensi dari pandangan ini, maka yang dipentingkan dalam


pendidikan adalah mengembangan peserta didik untuk bisa berpikir, yaitu bagaimana
berpikir yang baik. Hal ini bisa tercapai melalui metode belajar pemecahan masalah yang
dilakukan oleh anak-anak itu sendiri. Karena itu pendidikan menjadi pusat pada anak.
Untuk mempercepat proses perkembangan mereka juga menekankan prinsip mendisiplin
diri sendiri, sosialisasi, dan demokratisasi. Perbedaan-perbedaan individual juga sangat
mereka perhatikan dalam pendidikan.

4) Rekonstruksionis

Filsafat pendidikan Rekonstruksionis merupakan variasi dari Progresivisme,


yang menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus diperbaiki (Callahan, 1983).
Mereka bercita-cita mengkonstruksi kembali kehidupan manusia secara total. Semua
bidang kehidupan harus diubah dan dibuat baru aliran yang ekstrim. Ini berupaya
merombak tata susunan kehidupan masyarakat lama dan membangun tata susunan hidup
yang baru sekali, melalui lembaga dan proses pendidikan. Proses belajar dan segala
sesuatu berkaitan dengan pendidikan tidak banyak berbeda dengan aliran Progresivis.

5) Eksistensialisi

Filsafat pendidikan Eksistensialis berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran


adalah eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri. Adanya manusia didunia ini
tidak punya tujuan dan kehidupan menjadi terserap karena ada manusia. Manusia adalah
bebas, akan menjadi apa orang itu ditentukan oleh keputusan komitmennya sendiri.
(Callahan, 1983)

Pendidikan menurut filsafat ini bertujuan mengembangkan kesadaran individu,


memberikesempatan untuk bebas memilih etika, mendorong pengembangkan
pengetahuan diri sendiri, bertanggung jawab sendiri, dan mengembangkan komitmen diri
sendiri. Materi pelajaran harus memberikesempatan aktif sendiri, merencana dan
melaksanakan sendiri, baik dalam bekerja sendiri maupun kelompok. Materi yang
dipelajari ditekankan kepada kebutuhan langsung dalam kebutuhan manusia. Peserta
didik perlu mendapatkan pengalaman sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual
mereka. Guru harus bersifat demokratis dengan teknik mengajar langsung.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan


kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi
yang bisa diamati oleh manusia saja. Filsafat menjadi sumber dari segala kegiatan
manusia atau mewarnai semua aktivitas warga negara dari suatu bangsa.

Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan


potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang
ada di dalam lingkungan masyarakat dan lingkungan. Ilmu pendidikan yaitu menyelidiki,
merenungi tentang gejala-gejala perbuatan mendidik.

Substansi Filsafat Pendidikan kedudukan dalam jajaran ilmu pengetahuan adalah


sebagai bagian dari fundasi- fundasi pendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan perlu
menerangkan tentang konsep-konsep dasar pendidikan.

Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu:
logika formal yang dibangun atas prinsip koherensi, dan logika dialektis dibangun atas
prinsip menerima dan membolehkan kontradiksi. Hubungan interaktif antara filsafat dan
pendidikan berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya menghasilkan apa
yang disebut dengan filsafat pendidikan.

Filsafat pendidikan adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam


sampai ke akar-akarnya mengenai pendidikan. Filsafat pendidikan dijabarkan dari
filsafat, artinya filsafat Pendidikan tidak boleh bertentangan dengan filsafat
DAFTRAR PUSTAKA

Suriasumantri, S. Jujun. 1996. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta, Pustaka
Sinar Harapan
Purwanto, Ngalim. M. 2003. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya
Tim Pengajar. 2011. Diktat Filsafat Pendidikan. Medan: Universitas Negeri Medan
UUD 1945
Brubacher, John S.,1962. Modern Philosophies of Education, Tokyo: McGraw Hill.
Callahan, Joseph F., Leonard H. Clark. (1983) Foundation of Education. New York: Macmillan
Publishing Company Inc.

Anda mungkin juga menyukai