Anda di halaman 1dari 16

Makanan yang bersih dan aman dihasilkan oleh berbagai tempat pengolahan makanan, akan

memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan sumber daya manusia yang berkualitas.

Rumah makan merupakan tempat pengolahan makanan yang memproduksi dan menjual berbagai
jenis makanan dan minuman bagi masyarakat luas yang cendeung berkembang pesat.

Selain itu, keadaan higiene makanan dan minuman antara lain dipengaruhi oleh higiene alat
masak dan alat makan yang dipergunakan dalam proses penyediaan makanan dan minuman.

Keamanan pangan merupakan hal yang sedang banyak dipelajari, karena manusia semakin sadar
akan pentingnya sumber makanan dan kandungan yang ada di dalam makanannya.

Pengertian Rumah Makan Menurut MENKES Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/Vll/2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi rumah
makan dan rumah makan pada pasal (1) terdapat pengertian rumah makan dan rumah makan.

b) Fasilitas makanan dan minuman yang tidak bersih seperti sendok, gelas, garpu, mangkok,
dan piring yang dapat menjadi benda perrantara untuk penularan penyakit infeksi usus.

c) Fasilitas sanitasi yang tidak memenuhi persyaratan seperti tempat sampah, tempat cuci
tangan, kebersihan ruangan, d) Karyawan rumah makan yang tidak sehat seperti penderita
penyakit/carrier merupakan sumber penularan penyakit di dalam rumah makan.

Agar makanan dan minuman yang dihasilkan restoran dan rumah makan dalam keadaan bersih
dan aman dikonsumsi 2.

Mencegah terjadinya gangguan penyakit dan keracunan yang ditimbulkan atau disebabkan oleh
pengotoran makanan dan minuman selama proses pengolahan dan penyajian 3.

D. Persyaratan Hygiene dan Sanitasi Rumah Makan Dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi
Rumah Makan Dan Restoran Menteri Kesehatan Republik Indonesia disebutkan dalam Bab IV
pasal 91 bahwa rumah makan dan restoran dalam menjalankan usahanya harus memenuhi
persyaratan hygiene sanitasi.

Lokasi dan Bangunan Rumah makan tidak berada pada arah angin dan pada jarak kurang dari
100 meter dari sumber pencemaran debu, asap, bau dan cemaran lain.
Langit-langit tinggi minimal 2,4 meter, rata dan bersih, tidak terdapat lubang-lubang.Pintu rapat
dari serangga dan tikus, menutup dengan baik dan membuka ke arah luar, terbuat dari bahan
yang kuat dan mudah dibersihkan.

Tempat cuci tangan tersedia air cuci tangan yang mencukupi, tersedia sabun dan alat
pengering/lap, jumlah cukup untuk pengunjung dan karyawan .Tempat mencuci peralatan
tersedia air dingin dan panas yang cukup, terbuat dari bahan yang kuat, aman dan halus, terdiri
dari tiga bilik/bak pencuci.

Tempat pencuci bahan makanan tersedia air pencuci yang cukup, terbuat dari bahan yang kuat,
aman dan halus, air pencuci yang dipakai mengandung larutan cuci hama.

Dapur, Ruang makan, dan Gudang Makanan Dapur bersih, ada fasilitas penyimpanan makanan,
tersedia penyimpanan makanan panas, ukuran dapur cukup memadai, ada cukup dan cerobong
asap, terpasang tulisan pesan-pesan hygiene bagi penjamah/karyawan.

Gudang makanan tidak terdapat bahan lain selain bahan makanan, tersedia rak-rak penempatan
bahan makanan sesuai dengan ketentuan, kapasitas gudang cukup memadai, rapat serangga dan
tikus.

Bahan makanan dan Makanan Jadi Bahan makanan kondisi fisiknya baik, angka kuman dan
bahan kimia makanan memenuhi persyaratan yang ditentukan, bahan makanan berasal dari
sumber resmi, bahan makanan kemasan terdaftar pada Depkes.

RI Makanan jadi, kondisi fisik makanan jadi baik, angka kuman dan bahan kimia makanan
memenuhi persyaratan yang ditentukan, makanan jadi kemasan tidak ada tanda-tanda kerusakan
dan terdaftar pada Depkes RI.

Pengolahan Makanan Proses pengolahan, tenaga pengolah memakai pakaian kerja dengan benara
dan cara kerja yang bersih, pengambialan makanan jadi menggunakan alat yang khusus,
mengguanakan peralatan dengan benar.

Tempat Penyimpanan Bahan Makanan dan Makanan Jadi Penyimpanan bahan makanan, suhu
dan kelembaban penyimpanan sesuai dengan persyaratan jenis makanan, ketebalan penyimpanan
sesuai dengan persyaratan jenis makanan, penempatan terpisah dengan makanan jadi, tempat
bersih dan terpelihara, disimpan dalam aturan sejenis dan disusun dalam rak-rak.
Penyajian Makanan Cara Penyajian, suhu penyajian makanan hangat tidak kurang dari 600C,
pewadahan dan penjamah makanan jadi menggunakan alat yang bersih, cara membawa dan
penyajian makanan dengan tertutup, penyajian makanan harus pada tempat yang bersih.

Ketentuan Peralatan Cara pencucian, pengeringan dan penyimpanan memenuhi persyaratan agar
selalu dalam keadaan bersih sebelum digunakan, peralatan dalam keadaan baik dan utuh,
peralatan makan dan minum tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi nilai ambang
batas yang ditentukan, permukaan alat yang kontak langsung dengan makanan tidak ada sudut
mati dan halus, peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak mengandung zat beracun.

Personal hygiene, setiap karyawan/penjamah makanan berperilaku bersih dan berpakaian rapi,
setiap mau kerja cuci tangan, menutup mulut dengan sapu tangan bila batuk-batuk atau bersin,
menggunakan alat yang sesuai dan bersih bila mengambil makanan.

Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas, bahan
pembentuk pupuk berupa urea, bahan pembuatan produk parfum, bahan pengawet produk
kosmetik dan pengeras kuku, pencegah korosi untuk sumur minyak, bahan untuk isolasi busa,
bahan perekat untuk produk kayu lapis (playwood), dalam konsentrasi yang sangat kecil ( < 1
% ) digunakan sebagai pengawet, pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut,
perawat sepatu, shampo mobil, lilin dan karpet ( Astawan, 2006).

Bakso memiliki tekstur kenyal seperti ciri spesifiknya, kualitas bakso sangat bervariasi karena
perbedaan bahan baku dan bahan tambahan yang digunakan, proporsi daging dan tepung dan
proses pembuatannya (Widyaningsih, 2006).

BAB III
METODE PRAKTIKKUM
A.     Pengambilan Contoh Usap Alat Makan
1.      Alat dan Bahan
 Alat :
-       Kapas lidi steril (lidi water), yaitu lidi yang pada ujungnya dilipat kapas.
-       Spidol huruf kecil.
-       Kertas label.
-       Lampu spritus.
-       Termos es.
-       Alkohol.
-       Lap / tissue.
Bahan :
Media transport cairan buffer (Pepton) dalam botol. Media transport berisi cairan ½ - ¾
botol dalam keadaan steril.

2.      Teknik Pengambilan
Untuk mendapatkan angka yang dapat mewakili dari seluruh alat yang diperiksa, maka
perlu pemeriksaan dari sejumlah sampel yang dapat mewakili keseluruhan.
1.         Persiapkan sarung tangan yang steril untuk memulai mengambil sampel.
2.         Alat makan/masak yang dapat diperiksa masing-masing diambil 4-5 buah tiap jenis yang
diambil secara acak dari tempat penyimpanan.
3.         Persiapkan cacatan formulir pemeriksaan dengan membagi alat makan/masak dalam
kelompok-kelompok.
4.         Persiapkan lidi kapas steril, kemudian bukan tutup botol dan masukkan lidi kapas steril ke
dalamnya.
5.         Lidi kapas steril dalam botol ditekan kedinding botol untuk membuang airnya. Baru diangkat
dan diusapkan pada setiap alat-alat yang diusapkan sampai satu kelompok selesai diusap.
6.         Permukaan tempat alat/perabot yang diusap yaitu :
·      Cangkir dan gelas         : Permukaan luar dan dalam bagian bibir setinggi 6mm.
·      Sendok                         : Permukaan bagian luar dan dalam seluruh mangkok sendok.
·      Garpu                           : Permukaan bagian luar dan dalam alat penusuk.
·      Piring                            : Permukaan dalam tempat makanan diletakkan.
7.         Cara melakukan usapan :
-       Pada cangkir dan gelas dengan usapan mengelilingi bidang permukaan pada sendok dan garpu
dengan usapan seluruh permukaan luar dan dalam.
-       Pada piring dengan usapan pada permukaan tempat makanan dengan mengilang siku-siku
antara usapan yang satu dengan garis usapan kedua.
8.         Setiap bidang permukaan yang diusap dilakukan 3 kali berturut-turut, dan satu lidi kapas
digunakan untuk satu kelompok alat makan yang diperiksa.
9.         Pada peralatan masak, setiap usapan seluas 8 inchi persegi atau 50 cm² dilakukan 3 kali
berturut-turut dianggap satu kelompok setelah dilakukan luas permukaan sebanyak 5 kali @ 8
inchi persegi.
10.     Setiap hasil mengusap 1 alat dari satu kelompok selalu dimasukkan kedalam botol cairan
diputar-putar dan ditekan kedinding, demikian dilakukan berulang-ulang sampai semua
kelompok diambil usapnya.
11.     Pada usapan peralatan setiap usapan alat harus mencapai luas sekitar 8 inchi persegi atau
50cm² dan dilakukan 5 kali (tempat) sehingga cukup mencapai luas 40 inchi atau 256cm² (1
inchi persegi = 0,4 cm²).
12.     Setiap satu kelompok menggunakan 1 lidi kapas sebab yang diusapkan dengan cara seperti
butir no. 11 diatas.
13.     Setiap semua kelompok alat makan atau luas permukaan peralatan masa diusap, kapas lidi
dimasukkan kedalam botol, lidinya dipatahkan atau digunting, dan bibir botol dipanaskan dengan
api spirtus baru ditutup dengan kapas.
14.     Tempelkan kertas cellotape yang telah dipersiapkan, tulis etiket dengan spidol menyatakan
nama alat makan dan tempat yang diambil sampelnya diberi nomor (kode) sesuai dengan
lembar/formulir.
15.     Kerimkan segera ke laboraturium dengan suhu dingin untuk diperiksa. Bila tidak dapat dikirim
segera, disimpan dalam tempat penyimpanan dingin.

 Pemeriksaan Angka Lempeng Total (ALT).


1.         Alat dan Bahan :
-        Medium Nutrien Agar
-        Larutan pengencer/NaCl 0,9 %
-        Petridih steril disesuaikan dengan jumlah pengenceran yang dilakukan.
-        Pipet steril
-        Lampu spirtyus/Bunsen
-        Korek api
-        Tabung reaksi 7 buah
-        Rak kayu
-        Inkubator
2.         Cara Kerja :
-            Siapkan larutan pengencer NaCl 0,9 % sebanyak masing-masing 2 tabung untuk setiap jenis
alat makan dan 3 buah yang diberi kode 10¯¹, 10¯², dan kontrol
-            Ambil 1 ml larutan pengencer NaCl steril dengan kode control dan masukkan kedalam petridish
yang juga berkode kontrol.
-            Ambil 1 ml sampel dengan pipet steril dan masukkan ke tabung reaksi dengan kode 10¯¹ pipet
lepas dan tidak boleh ditiup.
-            Pipet 2 ml dari tabung 10¯¹ dan masukkan kedalam petridish yang berkode 10¯¹ dan 1 ml
sisanya ketabung 10¯² pipet lepas sebanyak 25 kali atau berkali-kali dan setelah itu masukkan
kedalam petridish yang sudah diberi kode 10¯².
-            Tuangi petridish yang berisi sampel dengan Nutrien Agar 55°C - 56°C sebanyak ± 15 ml.
-            Digoyang-goyang agar rata dan beku.
-            Bungkus dengan Koran dan petridish dibalik.
-            Eramkan pada incubator dengan suhu 37°C selama 1 x 24 jam.

Pemeriksaan Boraks.
1.         Alat dan Bahan
Alat :                                                 Bahan :
a.     Lumpang                                      a. Sampel (Bakso)
b.    Oven                                             b. Reagent Boraks (BO407)
c.     Pipet ukur                                     c. Larutan standart Boraks
d.    Cawan porselin                             d. Kertas Boraks
e.     Pipet tetes

2.         Prosedur Pemeriksaan
a.    Timbang sampel sebanyak 25 gr.
b.    Haluskan dengan menggunakan lumpang.
c.    Tambahkan aquadest sebanyak 50 ml. Aduk hingga homogen.
d.    Untuk sampel minuman yang sudah cair, tidak perlu dilakukan perlakuan awal, karena boraks
dalam keadaan dingin membentuk garam sebaiknya sampel sebelum diperiksa dipanaskan
terlebih dahulu dengan suhu 80ºC selama 3-5 menit setelah tercapai.
e.    Masukkan sampel kedalam tabung sebanyak 5 ml.
f.     Tambahkan reagent boraks-1 sebanyak 3 tetes diaduk hingga merata.
g.    Siapkan kertas Boraks teteskan sampel pada perlakuan “2” pada permukannya 3 tetes dan
diamkan beberapa saat nika ada boraks (B4O7²) akan terbentuk perubaha warna dari kuning
menjadi merah.
h.    Untuk lebih meykinkan bandingkan dengan standart Boraks.
i.      Lihat hasil pemeriksaan Boraks pada sampel (Bakso)

D.     Pemeriksaan Formalin
1.      Alat dan Bahan
Alat :                                                  Bahan :
a.       Lumpang                                     a. Sampel (Mie Tepung)
b.      Pengaduk                                     b. Aquadest
c.       Pipet tetes                                    c. Larutan Reagent FO-1
d.      Tabung reaksi                         
e.       Beaker glass                            
f.       Gelas ukur

2.      Prosedur Pemeriksaan
a.          Siapkan alat dan bahan.
b.         Haluskan sampel (Mie Tepung) dengan menggunakan lumpang.
c.          Setelah di timbang tambahkan 50 ml Aquadest.
d.             Setelah itu, pindahkan sampel pada beaker glass. Kemudian ambil sampel dan pindahkan
cairan sampel (Mie Tepung) ke dalam tabung reaksi.
e.          Tambahkan 10 tetes Reagent formalin 1.
f.          Celupkan kertas pendeteksi selama 1 detik.
g.         Setelah itu angkat kertas formalin, lalu dikeringkan dengan cara di angin-anginkan
h.         Bandingkan dengan larutan standart.
i.      Amati warna yang terjadi pemeriksaan Mie Tepung yang positif mengandung Formalin.

DAFPUS : Laporan Inspeksi Sanitasi Rumah Makan (mahasiswakeslingmks.blogspot.com)


Pengertian Hygiene Dan Sanitasi Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara
memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk kebersihan piring, membuang
bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene: Perilaku seseorang melakukan


personal hygienedipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain: Citra tubuh (body image)
Penampilan umum penjamah makanan dapat menggambarkan pentingnya personal hygienepada
orang tersebut.

Pengetahuan tentang pentingnya personal hygiene dan implementasinya bagi kesehatan


mempengaruhi praktik personal hygiene. Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi
kemampuan perilaku personal hygiene.

Sama halnya dengan penjamah makanan yang tidak menerapkan personal hygiene dalam
mengolah makanan akan menjadi sebuah kebiasaan jika hal itu dilakukan secara terus menerus
sehingga mempengaruhi kesehatan penjamah makanan itu sendiri dan kualitas pangan yang
dihasilkan (Mustikawati, 2013)

Penyimpanan bahan makanan

a. Tempat penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi


baik oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya maupun bahan berbahaya.
b. Tempat atau wadah penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan makanan Contohnya
bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam lemari pendingin dan bahan makanan
kering disimpan yang kering dan tidak lembab.
c. Penyimpanan bahan makanan harus memperhatikan suhu.
d. Ketebalan dan bahan padat tidak lebih dari 10 cm.
e. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan : 80% - 90% g. Penyimpanan bahan olahan
pabrik makanan dalam kemasan tertutup disimpan pada suhu ± 100C.
f. Pengolahan makanan Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan
mentah menjadi makanan jadi/masak atau siap saji, dengan meperhatikan kaidah cara
pengolahan makanan yang baik yaitu :
a. Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi persyaratan teknis hygiene
sanitasi untuk mencegah resiko pencemaran terhadap makanan dan dapat mencegah
masuknya lalat, kecoa, tikus dan hewan lainnya.
b. Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan pengolahan dan prioritas dalam memasak
harus dilakukan sesuai tahapan dan harus hygiene dan semua bahan yang siap dimasak
harus dicuci dengan air mengalir.
c. Persiapan pengolahan harus dilakukan dengan menyiapkan semua peralatan yang akan
digunakan dan bahan makanan yang akan diolah sesuai urutan prioritas.
d. Makanan tidak rusak, tidak busuk atau basi yang ditandai dari rasa, bau,berlendir,
berubah warna, berjamur, berubah aroma atau adanya cemaran lain b. Penyimpanan harus
memperhatikan prinsip firs in first out (FIFO) dan first expired first out (FEFO) yaitu
makanan yang disimpan terlebih dahulu dan yang mendekati kadarluwarsa dikonsumsi
lebih dahulu.
e. Tempat atau wadah penyimpanan harus terpisah untuk setiap jenis makanan jadi dan
mempunyai tutup yang dapat menutup sempurna tetapi berventilasi yang dapat
mengeluarkan uap air.
f. Makanan yang disajikan pada tempat yang bersih, peralatan yang digunakan bersih,
sirkulasi udara dapat berlangsung, penyaji berpakaian bersih dan rapi menggunakan tutup
kepala dan celemek tidak boleh terjadi kontak langsung dengan makanan yang disajikan
(Kusmayadi, 2008).

Tinjauan Umum Tentang Higiene Penjamah Makanan Telah menjadi sifat manusia
mendukung terjadinya sebab-sebab dalam hal yang dipercayainya dan menganggap rendah pada
hal-hal yang kelihatannya kurang begitu penting.

Oleh karena itu sangat diharapkan agar pimpinan selalu dalam keadaan memperoleh
informasi yang lengkap dan jelas tentang berbagai aspek yang berhubungan dengan sanitasi.

Petunjuk tentang sanitasi pada pelayanan makanan yang dikeluarkan oleh badan pelayanan
kesehatan masyarakat AS pada tahun 1962 menyatakan bahwa disarankan agar peraturan yang
ada ditaati dan dilaksanakan dengan baik, sekurang-kurangnya sekali waktu dalam enam bulan
sekali petugas pengwas kesehatan melakukan pemeriksaan pada tempat-tempat di mana
dilaksanakan pelayanan makanan kepada masyarakat dan membuat pemeriksaan tambahan serta
pemeriksaan yang berulang-ulang guna menegakkan peraturan-peraturan yang ada. Selalu
memakai pakaian kerja yang bersih yang tidak dipakai di luar tempat kerja.

Jenis makanan jajanan Kemenkes (2011) a. Makanan sepinggan Makanan sepinggan


merupakan kelompok makanan utama, yang dapat disiapkan di rumah terlebih dahulu atau
disiapkan di tempat penjualan.

b. Makanan camilan Makanan camilan adalah makanan yang dikonsumsi diantara dua waktu
makan.

c. Minuman Kelompok minuman yang biasanya dijual meliputi : 1) Air minum, baik dalam
kemasan maupun yang disiapkan sendiri 2) Minuman ringan dibagi menjadi dua yaitu dalam
kemasan, misalnya teh, minuman sari buah, minuman berkarbonasi, dan minuman ringan yang
disiapkan sendiri oleh kantin, misalnya es sirup dan teh.

Persyaratan personal hygiene Berdasarkan peraturan perundang-undangan hygiene dan


sanitasi makanan, (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
942/MENKES/SK/VII/2003) tentang pedoman persyaratan hygiene sanitasi makanan jajanan,
penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan
peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan
penyajian.

Hygiene tenaga penjamah makanan dengan tujuan untuk mewujudkan penyehatan


perorangan yang layak dalam penyelenggaraan makanan, diperlukan tenaga penjamah yang
memenuhi syarat sebagai berikut tidak menderita penyakit mudah menular, menutup luka (pada
luka terbuka/bisul atau luka lainnya), memakai celemek dan tutup kepala, mencuci tangan setiap
kali hendak menangani makanan, menjamah makanan harus memakai alat/ perlengkapan atau
dengan alas tangan, tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut,
atau bagian lainnya), tidak batuk atau bersin dihadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau
tanpa menutup mulut atau hidung (Yulianto, 2015) Keadaan perorangan yang perlu diperhatikan
penjamah makanan untuk mencegah penularan penyakit dan atau kontaminasi mikroba patogen
melalui makanan adalah sebagai berikut : 1. Tidak menderita penyakit mudah menular Penjamah
makanan yang menderita penyakit mudah menular seperti batuk, pilek dianjurkan untuk tidak
bekerja sebagai penjamah dikarenakan dapat menyebarkan bakteri dan mengkontaminasi
makanan yang akan diolah.

Celemek dan tutup kepala harus diganti setelah mengolah makanan, jika persediaan
celemek dan tutup kepala sedikit, setelah dipakai celemek dan tutup kepala dicuci kemudian
disterilisasi agar mikroorganisme yang berada pada celemek dan tutup kepala menjadi hilang,
sehingga tidak menimbulkan kontaminasi silang pada makanan.

Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan Menurut Depkes (2006)
hendaknya tangan selalu dicuci sebelum bekerja, sesudah menangani bahan makanan
kotor/mentah atau terkontaminasi, setelah dari kamar kecil, setelah tangan digunakan untuk
menggaruk, batuk atau bersin dan setelah makanan atau merokok.

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan kemudian mengadakan


penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan
melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik).

Praktik atau tindakan dibedakan menjadi beberapa tingkatan menurut kualitasnya yaitu (S
Notoatmodjo, 2007): Persepsi (perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan
dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

Bila hubungan keempat konsep diatas diterapkan pada perilaku penjamah makanan dalam
mengelola makanan, maka proses penjamah makanan untuk berperilaku sehat dalam mengelola
makanan adalah sebagai berikut: pertama, harus mengetahui tentang penyediaan bahan makanan
yang sehat dari kualitas dan kesegarannya, cara pengolahan, penyimpanan dan penyajian serta
manfaatnya bagi kesehatan.

Secara teori perubahan perilaku atau seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam
kehidupannya melalui 3 tahap: a. Pengetahuan Sebelum seseorang mengadopsi perilaku
(berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi
dirinya atau keluarganya.
Oleh sebab itu indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan,
yakni: 1) Sikap terhadap sakit dan penyakit Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang
terhadap gejala, penyebab, cara penularan dan cara pencegahan penyakit.

c. Praktik Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan
penilaian terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau
mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik).

Perilaku pencarian informasi (Wilson, dalam Rizsa Puspitaningtyas, 2015) dalam Pendit Putu
(2003: 4) menganggap bahwa perilaku informasi merupakan proses melingkar yang langsung
berkaitan dengan pengolahan dan pemanfaatan informasi dalam konteks kehidupan seseorang.

Seseorang yang sedang risau memperlihatkan perilaku informasi yang berbeda dibandingkan
dengan seseorang yang sedang gembira dan berwajah sumringah.

d. Lingkungan, secara luas dapat terlihat perilaku seseorang e. Karakteristik sumber informasi,
dalam bentuk media yang digunakan dalam pencarian informasi seseorang terbiasa
menggunakan sumber informasi tersebut.

Pengukuran dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat pengetahuan dalam domain kognitif (S
Notoatmodjo, 2007) a. Pertanyaan subyektif Pertanyaan essay disbut pertanyaan subyektif
kerena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subyektif dari penilaian, sehingga cara
menilainya akan berbeda-beda.

Metode didaktif Metode didakatif merupakan metode penyuluhan dimana yang aktif adalah
orang yang melakukan penyuluhan kesehatan, sedangkan sasaran bersifat pasif.

Contoh metode didaktif : a. Langsung : Ceramah Metode ceramah merupakan metode pertemuan
yang sering digunakan.

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun yang berpendidikan rendah (S
Notoatmodjo, 2010) b. Tidak langsung 1) Media Visual (Poster) Bentuk media cetak yang berisi
informasi kesehatan yang biasanya terpampang di tempat-tempat umum atau di kendaraan
umum.
2) Media Cetak (majalah, surat kabar) Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan pesan-
pesan kesehatan, biasanya dimuat menggunakan majalah, surat kabar, dll 3) Media video Media
pembelajaran meliputi alat yang scara fisik digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan,
biasannya dimuat menggunakan paduan antara gambar dan suara membentuk karakter sama
dengan objek aslinya (Setiawati, 2012).

Dapat digunakan sebagai tampilan nyata dari suatu adegan, suatu situasi diskusi, dokumentasi,
promosi suatu produk, interview, dan menampilkan satu percobaan yang berproses b) Langkah-
langkah penggunaan media video (Djamarah dan Azwan Zaian 2002:154) : 1.

Metode Sokratik Metode sokratik merupakan metode penyuluhan dimana sasaran ikut aktif
dalam proses belajar mengajar sehingga.

Contoh metode sokratik: a. Langsung 1) Diskusi Dalam diskusi kelompok agar semua anggota
kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk peserta diatur
sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadapan atau saling memandang satu sama lain.

Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan yang berupa
pertanyaan-pertanyaan atau kasus yang sehubungan dengan topik yang dibahas.

3) Demonstrasi Metode demonstrasi adalah salah satu cara penyajian pengertian atau ide yang
dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan,
adegan atau menggunakan suatu prosedur.

a) Cara melakukan : Demonstrasi dapat dilakukan pada kelompok kecil dengan


mempertimbangkan adanya timbal balik, dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan
bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma kepada para anggotanya.

(S Notoatmodjo, 2003) 4) Bermain Peran (roleplaying) Dalam metode ini beberapa anggota
kelompok ditunjuk seebagai pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya
sebagai dokter, bidan, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat.

7) Studi kasus metode penelitian secara kasus menyelidiki fenomena kontemporer yang terdapat
dalam konteks kehidpan nyata, yang dilaksanakan ketika batasan - batasan antara fenomena dan
konteksnya belum jelas dengan menggunakan sumber data.
b. Tidak langsung Penyuluhan kesehatan melalui telepon atau satelit komunikasi Menurut Van
Deb Ban dan Hawkins yang dikutip oleh Lucie (2005), metode yang dipilih oleh seorang agen
penyuluhan sangat tergantung pada tujuan yang ingin dicapai.

Metode berdasarkan pendekatan perorangan Pada metode ini, penyuluh berhubungan langsung
maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan. Metode berdasarkan pendekatan
massa Metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah yang banyak.

Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan yaitu: a. Flip chart
(lembar balik) ialah media penyampaian pesan kesehatan dalam bentuk lembar balik, dimana
tiap lembar berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi informasi yang berkaitan dengan
gambar tersebut.

b. Booklet ialah pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar c.
Poster ialah lembaran kertas dengan kata-kata dan gambar atau simbol untuk menyampaikan
pesan/ informasi kesehatan.

Media elektronik sebagai saluran untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan memiliki jenis
yang berbeda, antara lain: a. Televisi: penyampaian informasi kesehatan dapat dalam bentuk
sandiwara, diskusi, kuis, cerdas cermat seputar masalah kesehatan.

I. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian ini menggambarkan bahwa yang akan diteliti
adalah pengaruh penyuluhan dengan metode demonstrasi dan video terhadap pengetahuan
pedagang tentang penyimpanan makanan jadi, penyajian makanan dan hygiene perorangan.
Tingkat pengetahuan terhadap penyimpanan makanan jadi, penyajian makanan dan hygiene
perorangan diukur dengan pretest. Untuk melihat sejauh mana pengaruh penyuluhan diukur
dengan posttest
J. Hipotesis Penelitian 1. Hipotesisi Mayor Ada pengaruh penyuluhan metode demonstrasi dan
video terhadap peningkatan praktik pedagang tentang hygiene sanitasi makanan jajanan. 2.
Hipotesis Minor a. Ada pengaruh penyuluhan metode demonstrasi terhadap peningkatan praktik
pedagang tentang hygiene sanitasi makanan jajanan. b. Ada pengaruh penyuluhan pemutaran
video terhadap peningkatan praktik pedagang tentang hygiene sanitasi makanan jajanan. c. Ada
perbedaan signifikan antara kelompok metode demonstrasi dan video terhadap peningkatan
praktik pedagaang tentang hygiene sanitasi makanan jajanan.

DAFPUS : 4 Chapter 2.doc.pdf (poltekkesjogja.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai