Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BELA NEGARA SEBAGAI KETAHANAN NASIONAL

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 12 :
SURYANI NABABAN 4193311069
NAZLA KHAIRANI NASUTION 4193311044
ANNISA FAJRIKA ADINIA 4193311063
ALEK CANDRA SINAGA 4193311065
DOSEN PEMBIMBING : WIRA FIRMANSYAH S.Pd, M.Pd
KELAS : PSPM F 2019
MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
DESEMBER ,2020
A. Esensi dan Urgensi Ketahanan Nasional

Istilah Ketahanan Nasional memang memiliki pengertian dan cakupan yang luas. Sejak
konsep ini diperkenalkan oleh Lembaga Pertahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhanas RI)
pada sekitar tahun 1960-an, terjadi perkembangan dan dinamika konsepsi Ketahanan Nasional
sampai sekarang ini.Suradinata (2005 : 47) mengemukakan pengertian Ketahanan Nasional suatu
kondisi dinamis suatu bangsa, yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala
ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan baik yang datang dari luar maupun dari dalam
negeri, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas kelangsungan
hidup bangsa dan negara serta perjuangan dalam mengejar tujuan nasional Indonesia.Sedangkan
Suryohadiprojo (1997) menyatakan Ketahanan Nasional meliputi kemanan nasional dan
kesejahteraan nasional yang berarti Ketahanan Nasional sejalna dengan kepentingan nasional.
Oleh karena itu implementasi Ketahanan Nasional Indonesia dalam proses pembangunan
nasional dilakukan melalui 2 pendekatan yaitu:
a) pendekatan kemanan
digunakan untuk mengembangkan kemampuan dalam melindungi eksistensi serta
nilai-nilai luhur yang dimiliki oleh masyarakat, bangsa dan negara terhadap segala
ancaman dari dalam maupun dari luar negeri.
b) Pendekatan kesejahteraan
digunakan untuk mewujudkan Ketahanan Nasional itu dalam bentuk kemampuan
bangsa dalam mengidentifikasi, membina, mengelola serta mengembangkan potensi dan
kekuatan nasional menjadi kemakmuran masyarakat, bangsa dan negara secara adil
merata serta proporsional.

Terdapat tiga cara pandang dalam melihat ketahanan. Ketiganya menghasilkan tiga wajah
ketahanan nasional yakni
1. ketahanan nasional sebagai konsepsi,
2. ketahanan nasional sebagai kondisi, dan
3. ketahanan nasional sebagai konsepsi atau doktrin.

Ketiganya bisa saling berkaitan karena diikat oleh pemikiran bahwa kehidupan nasional
ini dipengaruhi oleh delapan gatra sebagai unsurnya atau dikenal dengan nama “Ketahanan
Nasional berlandaskan ajaran Asta Gatra.” Konsepsi ini selanjutnya digunakan sebagai strategi,
cara atau pendekatan di dalam mengupayakan ketahanan nasional Indonesia. Kedelapan gatra ini
juga digunakna sebagai tolok ukur dalam menilai ketahanan nasional Indonesia sebagai kondisi.
Esensi dari ketahanan nasional pada hakikatnya adalah kemampuan yang dimiliki bangsa dan
negara dalam menghadapi segala bentuk ancaman yang dewasa ini spektrumnya semakin luas
dan kompleks.
Hal yang menjadikan ketahanan nasional sebagai konsepsi khas bangsa Indonesia
adalah pemikiran tentang delapan unsur kekuatan bangsa yang dinamakan Asta Gatra.
Pemikiran tentang Asta Gatra dikembangkan oleh Lemhanas. Bahwa kekuatan nasional
Indonesia dipengaruhi oleh delapan unsur terdiri dari tiga unsur alamiah (tri gatra) dan lima
unsur sosial (panca gatra).Perihal unsur-unsur kekuatan nasional ini telah mendapat banyak
kajian dari para ahli. Morgentahu dalam bukunya “Politics Among Nations : The Struggle for
Power and Peace” mengemukakan bahwa menurutnya ada dua faktor yang memberikan
kekuatan bagi suatu negara, yakni:
1) faktor-faktor yang relatif stabil (stable factors), terdiri atas
a) geografi
b) sumber daya alam,
2) faktor-faktor yang relatif berubah (dinamic factors), terdiri atas
a) kemampuan industri,
b) militer,
c) demografi,
d) karakter nasional,
e) moral nasional,
f) kualitas diplomasi, dan
g) kualitas pemerintah.

Alfred Thayer Mahan dalam bukunya The Influence Seapoer an History, mengatakan
bahwa kekuatan nasional suatu bangsa dapat dipenuhi apabila bangsa tersebut memenuhi unsur-
unsur: letak geografi, bentuk atau wujud bumi, luas wilayah, jumlah penduduk, watak nasional
dan sifat pemerintahan.
Menurut Mahan kekuatan suatu negara tidak hanya tergantung luas wilayah daratan, akan
tetapi tergantung pula pada faktor luasnya akses ke laut dan bentuk pantai dari wilayah negara.
Sebagaimana diketahui Alfred T. Mahan termasuk pengembang teori geopolitik tentang
penguasaan laut sebagai dasar bagi penguasaan dunia. Barang siapa menguasai lautan akan
menguasai kekayaan dunia (Armawi, 2012).Cline dalam bukunya World Power Assesment, A
Calculus of Strategic Drift, melihat suatu negara dari luar sebagaimana dipersepsikan oleh
negara lain. Kekuatan sebuah negara sebagaimana dipersepsikan oleh negara lain merupakan
akumulasi dari faktor-faktor sebagai berikut :
1. sinergi antara potensi demograsi dengan geografi
2. kemampuan militer; kemampuan ekonomi
3. strategi nasional; dan
4. kemauan nasional atau tekad rakyat untuk mewujudkan strategi nasional.

Potensi demografi dan geografi; kemampuan militer; dan kemampuan ekonomi


merupakan faktor yang tangible, sedangkan strategi nasional dan kemauan nasional merupakan
intangible factors. Menurutnya, suatu negara akan muncul sebagai kekuatan besar apabila ia
memiliki potensi geografi besar atau negara secara fisik wilayahnya besar, dan memiliki sumber
daya manusia yang besar pula.

B. Model Ketahanan Nasional Negara Indonesia

konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia, yakni konsepsi tahun 1968, tahun 1969 dan
tahun 1972. Menurut konsepsi tahun 1968 dan 1969 ketahanan nasional adalah keuletan dan
daya tahan, sedang pada konsepsi 1972 ketahanan nasional merupakan suatu kondisi dinamik
yang berisi keuletan dan ketangguhan. Jika pada dua konsepsi sebelumnya dikenal istilah
IPOLEKSOM (Panca Gatra), dalam konsepsi tahun 1972 diperluas dan disempurnakan berdasar
asas Asta Gatra (Haryomataraman dalam Panitia Lemhanas, 1980: 95-96 dalam Triharso 2013).

Pada tahun-tahun selanjutnya konsepsi ketahanan nasional dimasukkan ke dalam Garis Besar
Haluan Negara (GBHN), yakni mulai GBHN 1973 sampai dengan GBHN 1998. Adapun
rumusan konsep ketahanan nasional dalam GBHN tahun 1998 adalah sebagai berikut;

1. Untuk tetap memungkinkan berjalannya pembangunan nasional yang selalu harus menuju
ke tujuan yang ingin dicapai dan agar dapat secara efektif dielakkan dari hambatan,
tantangan, ancaman dan gangguan yang timbul baik dari luar maupun dari dalam, maka
pembangunan nasional diselenggarakan melalui pendekatan Ketahanan Nasional yang
mencerminkan keterpaduan antara segala aspek kehidupan nasional bangsa secara utuh
dan menyeluruh.
2. Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integrasi dari kondisi tiap
aspek kehidupan bangsa dan negara. Pada hakekatnya Ketahanan Nasional adalah
kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidup
menuju kejayaan bangsa dan negara. Berhasilnya pembangunan nasional akan
meningkatkan Ketahanan Nasional. Selanjutnya Ketahanan Nasional yang tangguh akan
mendorong pembangunan nasional.
3.Ketahanan Nasional meliputi ketahanan ideologi, ketahanan politik, ketahanan ekonomi,
ketahanan sosial budaya dan ketahanan pertahanan keamanan.
Apabila menyimak rumusan mengenai konsepsi Ketahanan Nasional dalam GBHN tersebut, kita
mengenal adanya tiga wujud atau wajah konsepsi Ketahanan Nasional, yaitu ;

1. Ketahanan nasional sebagai metode, tercermin dari rumusan pertama


2. Ketahanan nasional sebagai kondisi, tercermin dari rumusan kedua
3. Ketahanan nasional sebagai doktrin dasar nasional, tercermin dari rumusan ketiga
Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia, dikemukakan adanya sejumlah unsur atau faktor yang
selanjutnya diistilahkan sebagai gatra. Gatra Ketahanan Nasional Indonesia disebut Asta
Gatra (delapan gatra), yang terdiri atas Tri Gatra (tiga gatra) dan Panca Gatra (lima gatra).
Berdasarkan pengertian konsepsi ketahanan nasional, seluruh aspek kehidupan nasional diperinci
dengan sistematika Astagatra (Delapan aspek) yang terdiri dari Trigatra (Tiga aspek alamiah)
dan Pancagatra (Lima aspek sosial).
1.Aspek Trigatra (tiga aspek alamiah)
aspek-aspek suatu negara yang sudah melekat pada negara itu. Oleh karena itu unsur-unsurnya
tidak sama dalam tiap negara. Trigatra meliputi Geografi, Kekayaan alam, dan Kependudukan.

1. Geografi
Geografi suatu negara adalah segala sesuatu pada permukaan bumi yang dapat dibedakan antara
hasil proses alam dan hasil ulah manusia, dan memberikan gambaran tentang karakteristik
wilayah kedalam maupun keluar.

Menurut letak geografinya, bentuk negara dapat dibagi dalam negara yang berada di daratan, di
lautan, atau keduanya.

1. Negara yang dikelilingi daratan. Lingkungan negara ini bersifat serba daratan atau serba
benua.
2. Negara dikelilingi lautan. Dapat dibedakan dalam :

 Negara kepulauan (Archipelagis state) adalah suatu negara yang bersifat kepulauan
(Archipelago)
 Negara pulau (Island state), berbeda dengan negara kepulauan. Pada negara pulau unsur
darat lebih besar daripada unsur laut.
 Negara mempunyai bagian wilayah yang bersifat kepulauan. Negaranya sendiri bersifat
negara daratan, tetapi mempunyai suatu bagian wilayah yang bersifat kepulauan. Ini tidak
dapat disamakan dengan Negara kepulauan.
 “Circume marine” state adalah negara yang komponennya hanya dapat dicapai melalui
transportasi laut.
2. Kekayaan alam
Kekayaan alam adalah segala sumber dan potensi alam yang terdapat di bumi, di     laut, dan di
udara dalam wilayah suatu negara yang dapat diperinci sebagai berikut :
a)  Kekayaan alam yang digolongkan dalam :
 Kekayaan alam hewani (fauna)
 Kekayaan alam nabati (flora)
 Kekayaan alam mineral (tambang)
b)      Sifat kekayaan alam
 Dapat diperbaharui (hutan, hewan, dll)
 Tidak dapat diperbaharui (minera)
c)      Keberadaan kekayaan alam
 Diatmosfir (oksigen, sinar matahari dll)
 Di permukaan bumi (fauna dan flora)
 Di dalam bumi (barang tambang)
Sifat khusus kekayaan alam di bumi ini distribusinya tidak merata dan tidak teratur, sehingga ada
negara yang kaya dan Negara yang miskin akan kekayaan alam. Perbedaan akan kekayaan alam
ini menyebabkan adanya ketergantungan antara negara yang satu dengan negara lainnya yang
dapat menimbulkan problema hubungan internasional yang kompleks. Bila kebutuhan suatu
negara tidak terpenuhi, maka negara tersebut akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut
dari negara lain dengan berbagai cara.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan tersebut itulah sering timbul masalah-masalah politik,
ekonomi, sosial budaya dan hankam. Pemanfaatan kekayaan alam yang tidak produktif akan
mengundang campur tangan negara lain terutama dari negara industry yang membutuhkan bahan
baku bagi industrinya. Oleh karena itu perlu dibina kesadaran nasional untuk memanfaatkan
kekayaan alam sebaik-baiknya, sehingga tercapai nilai guna yang maksimal bagi kesejahteraan
dan keamanan nasional.

3. Kependudukan
Penduduk adalah manusia yang mendiami suatu wilayah negara. Manusia adalah faktor penentu
apa yang dilakukan atau tidak dilakukan disuatu negara. Dengan kata lain manusia yang tinggal
di suatu negara akan menentukan apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan ketahanan
nasional, dalam arti manusialah yang akan mengusahakan penyelenggaraan kesejahteraan dan
keamanan suatu negara.

Masalah yang berkaitan dengan kependudukan adalah

a)      Jumlah penduduk

Apabila jumlah penduduk bertambah akan bertambah pula jumlah tenaga kerja yang akan dapat
dimanfaatkan untuk produksi dan dapat meningkatkan kesejahteraan kerja dan peningkatan
keterampilan kerja agar  kapasitas berproduksi meningkat, sebab bila tidak, maka akan
menambah pengangguran dengan segala dampaknya akan dapat melemahkan ketahanan nasional

b)      Komposisi penduduk

Komposisi penduduk menurut umur banyak mempengaruhi Ketahanan nasional karena jika di
presentase kelompok umur terbesar pada umur produktif maka hal ini berarti akan dapat
meningkatkan ketahanan nasional tetapi jika yang terbesar kelompok umur non-produktif maka
akan dapat melemahkan ketahanan nasional.
c)      Penyebaran penduduk

Penyebaran penduduk akan akan sangat besar pengaruhnya terhadap penyelenggaraan


kesejahteraan dan keamanan nasional, karena penyebaran penduduk akan berpengaruh langsung
terhadap penyediaan tenaga kerja untuk mengelolah kekayaan alam.

Namun pada kenyataan manusia ingin selalu bertempat tinggal di daerah yang memungkinkan
jaminan kehidupannya yang maksimal, hal ini menyebabkan adanya daerah padat dan daerah
jarang penduduknya. Untuk menyebarkan penduduk tersebut pemerinah berupaya dengan
melaksanaka program transmigrasi dan penyebaran pembangunan pusat industry dan sebagainya,
dan diharapkan usaha tersebut akan dapat meningkatkan ketahanan nasional.

2. Aspek Panca Gatra (lima aspek sosial)


     Tri Gatra meliputi Gatra Geologi, Gatra Politik, Gatra Ekonomi, Gatra Sosial Budaya, Gatra
Pertahanan Keamanan.
1. Gatra Geologi
Ideologi adalah serangkaian nilai yang tersusun secara sistematis dan merupakan kebulatan
ajaran atau doktrin yang dijadikan dasar serta member arah dan tujuan yang ingin dicapai di
dalam kelangsungan hidup bangsa dan negara.

Ketahanan ideologi adalah kondisi dinamik suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan
yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional di dalam menghadapi dan
mengatasi ancaman, gangguan, hambtan dan tantangan baik yang datang dari luar maupun dari
dalam yang langsung atau tidak langsung membahayakan kelangsungan hidup ideologi suatu
bangsa.

2. Gatra Politik
Politik diartikan sebagai asas, haluan dan kebijaksanaan yang digunakan untuk mencapai tujuan,
dan oleh kekuasaan karena itu masalah politik selalu dihubungkan dengan masalah kekuasaan
dalam suatu negara yang berada di tangan pemerintah. Pemerintah akan menentukan system
politik yang tepat untuk dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan nasionalnya.

Ketahanan ideologi adalah kondisi dinamik suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan
yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional di dalam menghadapi dan
mengatasi ancaman, gangguan, hambtan dan tantangan baik yang datang dari luar maupun dari
dalam yang langsung atau tidak langsung membahayakan kelangsungan hidup ideologi suatu
bangsa.

3. Gatra Ekonomi
Kegiatan ekonomi adalah keseluruhan kegiatan pemerintah dan masyrakat di dalam pengelolaan
faktor produksi (sumber daya alam, tenaga kerja, modal, teknologi dan manajemen) dan
distribusi barang dan jasa hasil produksi demi kesejahteraan rakyat, baik fisik maupun mental
spiritual.

Upaya meningkatkan ketahanan ekonomi adalah upaya meningkatkan kapasitas produksi (barang
dan jasa) serta meningkatkan kelancaran distribusi (barang dan jasa) secara merata ke seluruh
wilayah negara.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kethanan ekonomi, antara lain :

Bumi dan Sumber Alam, meliputi :

 Tenaga kerja
 Modal
 Industrialisasi
 Teknologi
 Hubungan ekonomi luar negeri
 Prasarana
 Manajemen
 

4. Gatra Sosial Budaya


Istilah sosial budaya menunjukkan dua segi kehidupan bersama dari manusia, yaitu segi
kemasyaralatan dan segi kebudayaan.

1)      Kemasyarakatan
Untuk memelihara kelangsungan hidupnya dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, maka
manusia harus hidup berkelompok dan berhubungan dengan lingkungannya, dengan kata lain
harus bermasyarakat (bekerjasama satu dengan lainnya). Hidup bermasyarakat akan lebih baik
bila diwadahi dalam suatu organisasi dan kehidupan diatur dalam suatu tertib social yang dapat
menampung semua aspirasi seluruh warganya.

2)      Kebudayaan
Budaya adalah seluruh cara hidup suatu masyarakat dimanifestasikan dalam tingkah laku yang
sudah melembaga. Tingkah laku masyarakat kebudayaan tercipta karena faktor yaitu

a). Organ biologis manusia dalam arti kebutuhan hakiki manusia

 Lingkungan alam yang melahirkan kebiasaan manusia yang hidup disuatu daerah
 Lingkungan sejarah
 Lingkungan psikologis
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan di bidang social budaya adalah :

 Tradisi
 Pendidikan
 Kepemimpinan Nasional
 Tujuan Nasional
 Kepribadian Nasional
5. Gatra Pertahanan Keamanan
Pertahanan keamanan (Hankam) adalah upaya rakyat semesta dengan angkatan bersenjata
TNI/POLRI sebagai intinya mempertahankan dan mengamankan bangsa dan Negara serta hasil
perjuangannya. Pertahanan keamanan adalah merupakan salah satu fungsi pemerintahan dalam
menegakkan ketahanan nasional dengan tujuan untuk mencapai keamanan bangsa dan Negara
serta hasil perjuangannya.
Upaya meningkatkan ketahanan nasional di bdang Hankam adalah peningkatan partisipasi
seluruh rakyat an seluruj kekuatan nasional sesuai fungsi dan profesinya dalam upaya bela
negara.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan bidang Hankam adalah :

 Doktrin
 Wawasan nasional
 Sistem hankam

C. Bela Negara Sebgai Pendekatan Astagatra Dalam Upaya Mewujudkan Ketahanan


Nasional

Pada hakikatnya Ketahanan Nasional merupakan kondisi sekaligus konsepsi


pembangunan nasional dalam pencapaian tujuan dan cita – cita bangsa. Sebagai suatu kondisi,
Ketahanan Nasional merupakan kondisi dinamis bangsa yang berisi ketangguhan serta
keuletan dan kemampuan bangsa untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi segala macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan baik
yang datang dari dalam maupun luar, yang mengancam dan membahayakan integritas,
identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan negara.Sebagai kondisi, Ketahanan Nasional
merupakan kondisi kehidupan nasional yang harus diwujudkan dan dibina secara dini, terus
menerus, terpadu dan sinergis.
Sebagai konsepsi, Ketahanan Nasional merupakan landasan konsepsional strategis
yang sekaligus merupakan pisau analisis untuk memecahkan berbagai permasalahan
strategis bangsa melalui pendekatan 8 (delapan) aspek kehidupan nasional (asta gatra) yang
terdiri dari 3 (tiga) aspek alamiah (tri gatra) yang bersifat statis dan 5 (lima) aspek
kehidupan (panca gatra) yang bersifat dinamis. Peran dan hubungan diantara kedelapan
gatra saling terkait dan saling tergantung secara utuh menyeluruh membentuk tata laku
masyarakat dalam kehidupan nasional. Dalam implementasinya, ketahanan nasional
diselenggarakan dengan mengutamakan pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) dan
pendekatan keamanan (security approach) yang serasi, selaras dan seimbang.
Dalam perspektif Ketahanan Nasional, pertahanan negara Indonesia tidak terlepas
dari pengaruh dan dinamika kondisi yang terkait dengan delapan aspek kehidupan nasional di
atas. Konsep keseimbangan dan saling keterkaitan antar satu gatra dengan gatra lainnya serta
sistem pertahanan negara yang bersifat kesemestaan, mencerminkan adanya keterhubungan
yang kuat antara kondisi Ketahanan Nasional dengan Pertahanan Negara secara menyeluruh.
Oleh karena itu, pembinaan dan pengkondisian Ketahanan Nasional dalam berbagai
aspeknya, akan menentukan kualitas Pertahanan Negara, baik di masa damai maupun dalam
masa perang. Kualitas Pertahanan Negara akan berbanding lurus dengan kondisi Ketahanan
Nasional yang dimiliki, artinya setiap perubahan kondisi Ketahanan Nasional bangsa, dengan
sendirinya akan berpengaruh terhadap kualitas pertahanan negara dalam implementasinya.
Sebagai manusia budaya ia melakukan hubungan dengan lingkungannya, contohnya:
 Hubungan manusia dengan Tuhan, mewujudkan kehidupan beragama.
 Hubungan manusia dengan manusia secara individu dan berkelompok, mewujudkan
kehidupan sosial dan masyarakat.
 Hubungan manusia dengan kebutuhan dalam hidup sehari-hari terwujud dalam ekonomi.
 Hubungan manusia dengan rasa aman terwujud dalam bentuk pertahanan dan keamanan.

Contoh tersebut, merupakan pemetaan atau pengelompokan aspek kehidupan yang sangat
luas dan sebenarnya terkait satu sama lain. Karena luas dan kompleksnya aspek kehidupan itu
maka untuk memudahkan kita dalam pengkajian dibuat “model” dari aspek kehidupan tersebut.
Model adalah penyederhanaan dari keadaan yang sebenarnya tanpa menghilangkan ciri-ciri asli
hasil dari pemetaan. Aspek kehidupan tersebut dipetakan ke dalam salah satu gatra (model)
untuk memudahkan pengamatan maupun pemahaman interaksi. Selanjutnya, peta model (gatra)
aspek kehidupan nasional atau disebut model tannas atau model tata kehidupan nasional.
Sesungguhnya jumlah gatra (model) yang digunakan di dalam satu model dapat beberapa saja,
akan tetapi perlu diwaspadai bahwa model tannas tersebut harus dapat merefleksikan sifat-sifat
asli atau nyata dari tata kehidupan nasional.
Menurut model tannas Indonesia, aspek kehidupan nasional dibagi dua yaitu aspek
alamiah dan aspek sosial. Aspek alamiah mencakup tiga gatra sebagai berikut.
 Kondisi geografis negara.
 Kekayaan alam.
 Keadaan dan kemampuan penduduk (demografi).
Oleh karena aspek alamiah tersebut mencakup tiga gatra maka disebut Trigatra. Aspek
sosial mencakup lima gatra, yaitu sebagai berikut.
 Ideologi.
 Politik.
 Ekonomi.
 Sosial budaya.
 Hankam (Pertahanan dan Keamanan).
Oleh karena aspek sosial tersebut terdiri atas lima gatra maka disebut Pancagatra.
Penggabungan aspek alamiah (Trigatra) dan aspek sosial (Pancagatra) menghasilkan delapan
gatra atau yang dikenal dengan istilah Astagatra (asta = delapan).
Pada umumnya negara-negara maju menerapkan prinsip diferensiasi, diversifikasi, dan
spesialisasi. Bangsa Indonesia seperti kebanyakan negara berkembang lainnya, masih
menitikberatkan pada generalisasi (pembidangan yang bersifat umum atau luas) seperti yang
terlihat pada Astagatra. Ini adalah salah satu pendekatan dalam menelaah atau mengukur tannas,
selain yang telah Anda pelajari, pendekatan keuletan dan ketangguhan serta pendekatan
kesejahteraan dan keamanan.
Pada hakikatnya, Tannas tergantung pada “kemampuan” bangsa dan negara
meningkatkan kondisi Astagatra tersebut dengan jalan memanfaatkan Trigatra sebagai modal
dasar untuk meningkatkan kondisi Pancagatra. Trigatra bersifat relatif statik sedangkan
Pancagatra bersifat dinamik. Tannasitu merupakan resultante (hasil) dari ketahanan masing-
masing aspek kehidupan (IPOLEKSOSBUD HANKAM).
Unsur-unsur yang diutarakan di sini adalah unsur yang dominan yang masih perlu
dijabarkan ke dalam parameter yang lebih rinci. Perlu diingat bahwa unsur-unsur yang ada dalam
Astagatra pada hakikatnya tidak berdiri sendiri, tetapi terkait satu sama lainnya. Pembagian dan
pengelompokannya hanya untuk memudahkan kita dalam kajian. Unsur dominan dari Parameter
Astagatra adalah sebagai berikut.
1. Geografi dengan unsur dominan
 Letak geografi.
 Luas
 Bentuk wilayah dan parameternya Posisi silang dan terbuka.
 Bentuk.Iklim.
 Daerah inti, daerah khusus.
2. Demografi dengan unsur dominan
 Struktur atau jumlah penduduk.
 Kualitas penduduk dan parameternya Struktur, jumlah dan pertumbuhan.
 Kepadatan dan persebaran.
 Kualitas, keterampilan, keuletan, dan kemandirian.
3. Sumber kekayaan alam dengan unsur dominan
 Potensi.
 Jenis kekayaan alam dan parameternya Bahan makanan.
 Bahan mineral, flora, dan fauna.
 Energi.
 Tingkat eksploitasi.
4. Ideologi dengan unsur dominan, seperti kemantapan penghayatan dan pengamalan Pancasila
dan parameternya
 Penghayatan agama dan kepercayaan menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
secara rukun dan saling menghormati antar- agama.
 Sikap tenggang rasa dan berani membela kebenaran dan keadilan.
 Kesadaran berbangsa dan bernegara, serta rela berkorban demi kepentingan persatuan,
kesatuan serta mengutamakan keselamatan negara daripada kepentingan pribadi atau
golongan.
 Demokrasi yang berkesatuan dan persatuan serta mengutamakan kepentingan nusa dan
bangsa dengan tetap menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Bersikap adil, tidak
boros, sederhana, bekerja keras, dan menghargai hasil kerja orang lain.
5. Politik dengan unsur dominan
 Kebijaksanaan pemerintah sesuai dengan keinginan dan tuntutan rakyat.
 Sistem pemerintahan.
 Politik luar negeri atau kualitas diplomasi dan parameternya
 Sistem manajemen nasional.
 Sistem kehidupan politik.
 Penegakan hukum, ABRI.
 Kualitas aparatur negara.
6. Ekonomi dengan unsur dominan
 Kekuatan pertumbuhan ekonomi nasional.
 Pemerataan pendapatan.
 Stabilitas dan parameternya.
 Tenaga dan lapangan kerja
 Modal.
 IPTEK.
 Manajemen.
 Pertanian atau pangan.
 Perindustrian.
 Prasarana dan sarana komunikasi, transportasi.
 Perdagangan.
 Moneter.
 Neraca pembayaran.
7. Sosial budaya dengan unsur dominan
 Kematangan watak atau identitas nasional bangsa.
 Moral, kebudayaan nasional, bangsa, dan parameternya
 Kehidupan beragama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
 Penghayatan dan pengamalan Pancasila di segenap bidang kehidupan bangsa, jiwa,
semangat dan nilai Pancasila berdasarkan tradisi dan pewarisan sejarah.
 Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, kepribadian Indonesia, rasa harga diri dan
kebanggaan nasional, kemampuan akulturatif terhadap budaya asing secara positif.
 Disiplin nasional dan tanggung jawab serta kesetiakawanan sosial.
 Kesejahteraan sosial, kependudukan dan pembauran nasional.
 Kesehatan, keluarga berencana, perumahan dan pemukiman.
 Ilmu pengetahuan, teknologi, penelitian dan produktivitas nasional.
 Generasi muda dan peranan wanita dalam pembangunan.
8. Hankam dengan unsur dominan
 Kualitas dan kuantitas Angkatan Bersenjata.
 Kesiagaan penyelenggaraan Hankamrata dan parameternya
 Kesadaran bela negara.
 Kepemimpinan.
 Sishankamrata.
 Pembinaan Hankamneg.
 Industri dan prasarana.

Keterkaitan (Hubungan) Antargatra


Gatra-gatra dalam sistem tannas tidak berdiri sendiri, tetapi terkait satu sama lainnya.
Keseluruhan gatra harus dilihat sebagai satu keutuhan yang bulat, yang mencerminkan kondisi
dinamika tata kehidupan nasional. Gatra-gatra tersebut hanya dapat dibedakan secara teoretik
akan tetapi tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Kelemahan di dalam satu gatra akan
melemahkan gatra yang lain dan mempengaruhi pula keadaan keseluruhan (sistem).
a. Hubungan Antargatra di Dalam Trigatra
 Antara kondisi geografis dengan kekayaan alam
Sumber kekayaan alam perlu didata lokasi penyebaran dan potensinya di seluruh -
tanah air. Oleh karena di dalam perencanaan dan pemanfaatan kekayaan alam itu,
kedekatan suatu usaha industri dengan sumber bahan baku, misalnya sangat
menguntungkan dari sisi biaya produksi (biaya rendah) yang pada akhirnya akan
menentukan tingkat harga yang dapat dijangkau oleh rakyat (masyarakat) sekaligus daya
saing produk tersebut. Sebagai contoh, industri besi baja, berdekatan dengan lokasi biji
besi atau baja, sumber energi (batu bara, minyak bumi). Industri listrik berdekatan
dengan daerah industri. Industri kertas dekat dengan hutan bambu atau kayu sebagai
bahan bakunya.
 Antara penduduk dengan kondisi geografi
Masalah yang kita hadapi adalah penyebaran penduduk yang tidak merata.
Banyak pulau di Indonesia yang kaya potensi sumber daya alam kekurangan penduduk
untuk mengolahnya. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam ini tidak mungkin
dapat kita capai karena kekurangan penduduk yang mengolahnya. Di sinilah relevansinya
program transmigrasi kendatipun program transmigrasi tidak hanya ditujukan untuk
pengolahan sumber daya alam tetapi juga untuk meningkatkan kemakmuran dan menjaga
keamanan wilayah. Penyebaran penduduk pada daerah-daerah yang kurang penduduknya
dalam upaya pengembangan dan peningkatan kesejahteraan serta keamanan wilayah
adalah salah satu bentuk keterkaitan antara kondisi geografi dengan faktor demografi
(penduduk). Lain dari itu, mata pencaharian penduduk sangat erat hubungannya dengan
kondisi geografi.
 Antara kekayaan alam dan penduduk
Kekayaan alam akan bermanfaat nyata apabila ada penduduk yang mengolah.
Manfaat ini akan lebih besar apabila dalam pengolahannya didukung oleh kemampuan
penguasaan teknologi sehingga bermanfaat secara optimal. Dalam hal ini, bukan saja
jumlah penduduk yang besar diperlukan tetapi juga kualitas penduduk menguasai
teknologi harus memadai. Budaya tanam atau gali-petik-jual harus diganti dengan tanam
atau gali-petik-olah-jual. Di sinilah kita melihat adanya hubungan sumber daya alam dan
kualitas serta kuantitas penduduk. Saya yakin Anda sebagai bangsa Indonesia, tidak mau
terus-menerus membeli barang yang bahan bakunya berasal dari daerah Anda, diolah di
luar negeri, kemudian diekspor ke Indonesia dan dibeli atau jual dengan harga mahal.
b. Hubungan Antargatra di Dalam Pancagatra
Ideologi sebagai falsafah hidup bangsa dan landasan ideal negara, bernilai sebagai
penentu memberikan arah dalam pemeliharaan kelangsungan hidup serta pencapaian tujuan
suatu bangsa. Karena itu, ideologi perlu diamankan dari segala bentuk ancaman yang akan
mengubah atau meniadakannya. Di sisi lain ideologi itu juga harus dapat atau mampu
memberikan harapan hidup lebih baik bagi penganutnya. Jika tidak, ideologi tersebut akan
ditinggalkan oleh penganutnya (lihat runtuhnya negara-negara komunis).
Tingkah laku politik dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, seperti
kecerdasan, keadaan berpolitik, tingkat kemakmuran, ketaatan beragama, keakraban sosial,
keamanan. Dengan demikian, perubahan pada salah satu aspek akan mempengaruhi aspek-
aspek lainnya. Situasi politik yang kacau dan menimbulkan pertikaian serta pemberontakan
akan membahayakan tannas. Sebaliknya, keadaan politik yang stabil dan dinamik
memungkinkan terlaksananya pembangunan di segala bidang untuk meningkatkan
kesejahteraan, memberikan rasa aman dan mempertinggi tannas.
Ketahanan di bidang ideologi, politik, sosial budaya dan hankam dapat menunjang
ketahanan di bidang ekonomi. Sebaliknya, keadaan ekonomi yang stabil dan maju menunjang
stabilitas serta meningkatkan ketahanan di bidang lain. Keadaan sosial yang serasi, stabil,
dinamik, berbudaya, dan berkepribadian hanya dapat berkembang di dalam suasana damai
dan aman. Kemegahan sosial budaya suatu bangsa mencerminkan tingkat kesejahteraan
nasionalnya, fisik maupun mental. Sebaliknya, keadaan sosial yang timpang, dengan berbagai
kontradiksi (kesenjangan), tanpa budaya (tak beradab) dan kepribadian, memungkinkan
timbulnya ketegangan sosial. Ketegangan ini dapat berkembang menjadi revolusi sosial yang
membahayakan tannas.
Keadaan yang stabil di bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya memperkokoh
ketahanan di bidang hankam. Demikian pula sebaliknya, tanpa hankam yang memadai tannas
suatu bangsa akan menjadi lemah.

D. Dinamika dan Tantangan Ketahanan Nasional Indonesia

Pengalaman sejarah bangsa Indonesia telah membuktikan kepada kita, konsep


ketahanan nasional kita terbukti mampu menangkal berbagai bentuk ancaman sehingga tidak
berujung pada kehancuran bangsa atau berakhirnya NKRI. Setidaknya ini terbukti pada saat
bangsa Indonesia mengahadapi ancaman komunisme tahun 1965 dan yang lebih aktual
menghadapi krisis ekonomi dan politik pada tahun 1997-1998. Sampai saat ini kita masih kuat
bertahan dalam wujud NKRI. Bandingkan dengan pengalaman Yugoslivia ketika menhadapi
ancaman perpecahan tahun 1990-an. Namun demikian, seperti halnya individu yang terus
berkembang, kehidupan berbangsa juga mengalami perubahan, perkembangan dan dinamika
yang terus menerus. Ketahanan nasional Indonesia akan selalu mengahapi aneka tantangan
dan ancaman yang terus berubah. Ketahanan nasional sebagai kondisi-salah satu wajah
Tannas akan selalu mewujudkan dinamika sejalan dengan keadaan atau obyektif yang ada
dimasyarakat. M. Erwin (2012 : 212) mengemukakan : masalah pokok pertama dan ketahanan
nasional Indonesia jika dilihat dari sudut geopolitik dapat dilihat dari bagaimana menghadapi
paham geopolitik negara-negara lain, terutama negara yang mengandalkan power concept dan
bertujuan menciptakan kondisi “penguasaan” dan “dominasi”. Lalu permasalahan pokok lain
ketahanan nasional Indonesia adalah bagaimana menciptakan hubungan bilateral yang
“simetris” dengan negara-negara lain. Hubungan simetris ini dimaksudkan sebagai hubungan
yang disadari motivasi kerjasama saling menguntungkan dan saling menghormati, dalam arti
“duduk sama rata dan tegak sama tinggi”. Dalam kenyataan, tipe hubungan simetris ini sulit
dilaksanakan terutama dalam interaksi dengan negara-negara maju. Sebagai contoh hubungan
bilateral Indonesia dengan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Hubungan itu pada
umumnya bersifat asimetris. Indonesia dianggap hanya berpotensi sebagai negara menengah
dan kekuatan “regional” dimana ekonominya belum begitu kuat dan percaturan Internasional.
Indonesia dianggap sebagai negara phery phery dalam sistem politik Internasional yang
dikuasai negara ini dalam hal ini Amerika Serikat.

Anda mungkin juga menyukai