Tim Penulis
Ida Zulaeha
Panca Dewi Purwati
Howin Hendria Santana
Ramadhani Putri Praswanti
Rekno Handayani
Halani Felda Sunbanu
Ade Rahayu
I Kadek Tony Suantara
Dewi Anjarsari
Titis Handayani
Sabahul Khair
Resy Ardiansyah
Hilwa Layyina
Lintang Ayu Fitriyani
Penerbit
LPPM UNNES
Gedung Prof. Retno Sriningsih Satmoko
Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apapun tanpa izin dari
penerbit.
HYBRID LEARNING
INOVASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
SEKOLAH DASAR
Tim Penulis
Ida Zulaeha I Kadek Tony Suantara
Panca Dewi Purwati Dewi Anjarsari
Howin Hendria Santana Titis Handayani
Ramadhani Putri Praswanti Sabahul Khair
Rekno Handayani Resy Ardiansyah
Halani Felda Sunbanu Hilwa Layyina
Ade Rahayu Lintang Ayu Fitriyani
Penyunting
Prof. Dr. Ida Zulaeha, M.Hum.
Dr. Panca Dewi Purwati, M.Pd.
Howin Hendria Santana
Ramadhani Putri Paraswanti
Penulis,
Prakata ............................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................. iii
Daftar Tabel ........................................................................................................ vi
Daftar Gambar .................................................................................................... vii
BAGIAN IV JAS TO MIND: PEMACU IDE KREATIF PUISI SISWA KELAS TINGG ..... 50
Ramadhani Putri Praswanti
BAGIAN XIV MODEL FISH PIC STORY DALAM PENINGKATAN DAYA IMAJINASI
SISWA DALAM MENULIS CERITA FIKSI SISWA KELAS TINGGI .......................... 237
Lintang Ayu Fitriyani
Pendahuluan
Menulis narasi adalah menceritakan suatu peristiwa atau kejadian
secara runtut dan sistematids sesuai dengan kronologi waktu dan peristia
kejadiannya secara tulis. Narasi (narration) bermakna kisah atau cerita
(Wiyanto, 2004). Kisah atau cerita yang lengkap dengan konteksnya
membentuk sebuah wacana narasi. Perwujudan dari wacana narasi, baik tulis
mauun lisan adalah teks narasi. Keterampilan menulis teks narasi dibelajarkan
di Sekolah Dasar pada kelas tinggi, yakni peserta didik kelas lima. Pembelajaran
menulis teks narasi bertujuan membiasakan peserta didik terampil
mengisahkan atau menceritakan suatu peristiWa atau kejadian secara
sistematis dan kronologis (Ayuningsih & Zulaeha, 2019). Dengan keterampilan
ini, peserta didik dapat mengembangkan pola berpikir analitis, kreatif, dan
solutif yang dimiliki dengan cerdas.
Secara kognitif, perkembangan bahasa anak kelas lima Sekolah Dasar
termasuk dalam kategori fase operasional formal, yakni usia 11 tahun s.d.
dewasa (Hurlock, 1995). Mereka dapat mengelompokkan objek, benda, atau
situasi tertentu; mengurutkan sesuatu; memahami konsep sebab-akibat secara
rasional dan sistematis; membaca; dan berhitung dengan baik. Fase
operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori
Piaget. Fase ini dialami anak pada usia sebelas tahun (saat pubertas) dan
berlanjut sampai dengan dewasa. Karakteristik perkembangan anak pada fase
ini adalah mampu berpikir secara abstrak; menalar secara logis; dan menarik
simpulan dari informasi yang mereka peroleh. Anak-anak pada fase ini dapat
memahami hal-hal, seperti cinta, bukti logis, dan nilai-nilai. Ia tidak melihat
segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ia dapat melihat
ada ‘garis merah’ yang menghubungkan keduanya. Secara biologis, pada fase
ini muncul saat pubertas yang ditandai oleh berbagai perubahan masuknya ke
dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan
dan pilihan kata yang sesuai dengan yang dirasakan …Aku lebih senang sekolah
bertemu teman-teman mendapatkan uang saku, dan belajar bersama-sama.
Cerita 1.
(Aini & Zulaeha, 2020)
Alur cerita disajikan dengan jelas sesuai kronologi kejadian atau peristiwa
Cerita 2.
(Aini & Zulaeha, 2020)
Kecerdasan emosional yang diekspresikan dengan penanda-penanda
Cerita 4.
(Aini & Zulaeha, 2020)
Cerita berikutnya memiliki alur yang berbeda. Cerita dimulai dari
Penutup
Pola asuh orang tua berkontribusi signifikan terhadap keterampilan
menulis teks narasi pada anak fase operasional formal. Kemampuan mereka
mengenali dan menggunakan penanda-penanda formal, seperti peraturan di
keluarga dan sekolah, diekspresikan dalam kalimat-kalimat yang dijalin dengan
koheren dan koherensi sehingga menghasilkan teks narasi yang runtut dan
cerita yang memiliki alur yang dinamis. Meskipun demikian, pola asuh orang tua
ini bukan satu-satunya penentu perkembangan bahasa anak, dalam hal ini
keterampilan menulis teks narasi. Faktor lingkungan, pendidikan, dan karakter
anak turut berkontribusi terhadap perkembangan pola berpikir mereka. Strategi
pembelajaran yang digunakan oleh pendidik di sekolah, bimbingan dan arahan
Alizadeh, S., Thalib, M. B. A., Abdullah, R., & Mansor, M. (2011). “Relationship
between Parenting Style and Children’s Behavior Problems”. Asian Social
Science, 7(12):198.
Edmay, Lydia V. D., dkk. (2014). “Pola Asuh Demokratis, Kemandirian dan
Motivasi Berprestasi pada Peserta Didik”. Pesona Jurnal Psikologi
Indonesia. 3 (1): 69.
Gutiérrez1, Katia G. C., Puello2 M. N., & Galvis, L.A.P. (2015). “Using Pictures
Series Technique to Enhance Narrative Writing among Ninth Grade
Students at Institución Educativa Simón Araujo”. English Language
Teaching. 8 (5): 59.
Ishak, Z. Low, S. F., & Lau, P.L. (2012). “Parenting Style as a Moderator for
Students' Academic Achievement”. Journal of Science Education and
Technology. 21 (4): 490-491.
Mahmudi, Zulaeha, I., & Supriyanto, T. (2013). “Menulis Narasi dengan Metode
Karyawisata dan Pengamatan Objek Langsung serta Gaya Belajarnya”.
Journal of Primary Education. 2 (1): 182.
Pendahuluan
Pantun adalah salah satu puisi khas milik bangsa Indonesia sebagai aset
budaya Indonesia bernilai luhur. Pantun berasal dari bahasa Minangkabau yaitu
patuntun (Pangesti dkk. 2016) yang beramakna nasihat. Pantun hampir-hampir
dilupakan karena sekarang jarang diproduksi. Pada era digital ini sudah
selayaknya bangsa Indonesia berupaya mengenal, memiliki pengetahuan,
menyelamatkan, dan melestarikan pantun yang sangat berguna untuk
membangun karakter bangsa.
Standar isi kurikulum 2013 jenjang SD telah berpihak pada konservasi
budaya asli Indonesia. Salah satunya muncul pada kurikulum bahasa Indonesia
jenjang sekolah dasar kompetensi dasar melisankan pantun (KD 4.6) di kelas lima
(V). Para pendidik seharusnya bersepakat untuk bersungguh-sungguh
memfasilitasi pembelajaran sehingga siswa mencapai tujuan pembelajaran, yaitu
dapat melisankan pantun hasil karya pribadi. Siswa perlu dibelajarkan dengan
model pembelajaran yang tepat sehingga pembelajaran berjalan dengan efektif
dengan memberi arah produk pantun siswa tetap memiliki style Indonesia.
Menurut Benjamin S. Bloom tujuan pendidikan adalah agar manusia lebih
berkualitas segi kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Tujuan itu sejalan
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menyatakan bahwa pendidikan harus berimbang antara pengembangan
kemampuan otak, hati, serta pengembangan kekuatan otot (Supriyono, 2002:
1). Demikian juga dengan satu ciri kurikulum 2013, kompetensi pengetahuan
harus diimbangi dengan keterampilan, dan sikap. Pengetahuan cara menyusun
pantun dilanjutkan dengan keterampilan melisankan pantun yang disyaratkan
dalam KD tersebut. Proses pembelajaran diamati agar sikap siswa dapat
diidentifikasi. Siswa dalam mewujudkan KD tersebut wajib memiliki simpanan
Alfin, Jauharoti. (2015). Analisis Karakteristik Siswa Pada Tingkat Sekolah Dasar.
Prosidding Halaqoh Nasional & Seminar Internasional Pendidikan Islam :
UIN Sunan Ampel Surabaya.
De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2002. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
Direktorat Pembinaan SMP. 2017. Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan
Pendidikan SMP. Jakarta: Kemendikbud RI.
Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik dan Sastra Modern. Yogyakarta: Gama
Media.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.
Waluyo, H.J. 200. Apresiasi Puisi: Panduan untuk Pelajar da Mahasiswa. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Pendahuluan
Siswa kelas rendah, khususnya kelas 1 Sekolah Dasar, masih rendah
kemampuannya dalam mengenali kosakata anggota tubuh. Hal ini dikarenakan
kelas satu masih peralihan dari tingkat TK, belum sepenuhnya mengingat dan
menguasai anggota tubuh dan fungsinya secara baik. Pada kelas satu juga siswa
masih asyik dalam dunia permainannya. Hal ini memaksa guru harus mampu
membawa proses pembelajaran pada kelas rendah dengan karakteristik
mereka masing-masing agar siswa bisa mengikuti proses pembelajaran yang
menyenangkan.
Pendidikan tidak terlepas dengan istilah pembelajaran di sekolah.
Sudjana (2009:43) menyatakan bahwa proses pembelajaran merupakan suatu
proses terjadinya interaksi guru dan siswa melalui kegiatan terpadu dari dua
bentuk kegiatan, yakni belajar siswa dan kegiatan mengajar guru. Pembelajaran
yang baik tentu bisa menumbuhkan semangat siswa mencapai tujuan belajar.
Guru memegang peran sentral dalam mengatur proses interaksi antara
siswa dan lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pengajaran.
Fakta tentang siswa kelas 1 Sekolah Dasar yang masih rendah
kemampuannya dalam mengenali kosakata anggota tubuh perlu dicarikan
solusi agar dapat diatasi oleh guru. Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara,
dan analisis kebutuhan diprediksi model pembelajaran Picture and Picture dan
Artikulasi (PPA) berbasis Media Visual (DIVI) dapat menyelesaikan masalah
tersebut. Metode pembelajaran aktif menggunakan gambar yang dipasangkan
atau diurutkan menjadi urutan yang sistematis, seperti menyusun gambar
secara berurutan, menunjukkan gambar (Suprijono, 2009) diprediksi efektif
Permasalahan Pembelajaran
Di era berkembang pesatnya teknologi, kurikulum di tingkat satuan
pendidikan juga mengalami modifikasi yang sesuai dengan tutunan zaman dan
kebutuhan masyarakat. Kurikulum yang berlaku di sekolah dasar pada saat ini
yakni kurikulum 2013. Berlakunya kurikulum 2013 juga ikut merubah
paradigma pendidikan yang semula berorientasi pada guru atau teacher
centerd learning menjadi pada siswa atau students centerd learning. Perubahan
paradigma ini juga diimbangi dengan berbagai strategi ataupun model
pembelajaran yang mampu menekankan kepada aktivitas siswa pada proses
pembelajaran.
Memiliki kemampuan berpikir dan tindakan yang efektif serta kreatif
dalam ranah abstrak dan konkrit sebagai pengembangan diri dari yang
dipelajari di sekolah secara mandiri. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum
yang mendayagunakan keseluruhan aspek dalam tubuh siswa. Retnawati
(2016) mengemukakan bahwa kurikulum 2013 mengharuskan siswa untuk
menjadi manusia yang memiliki kretivitas, produktif, inovatif, dan sikap yang
luhur. Namun pada kenyataannya tidak seluruh model pembelajaran mampu
mengacu kepada keseluruhan aspek-aspek tersebut. Tidak dapat dipungkiri
bahwa perlu adanya modifikasi-modifikasi yang harus dilakukan dalam proses
pembelajaran agar pembelajaran lebih efektif dan sesuai dengan tujuan
pendidikan, sehingga dengan modifikasi tersebut diharapkan guru mampu
melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan juga siswa cepat
memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Ekasianto Rico, dkk. Dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Picture And
Picture Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Siswa Kelas
IV” : Pontianak 2013
Pendahuluan
Kreativitas siswa dalam menulis puisi perlu dikembangkan, mengingat
sekolah merupakan sarana bagi pengembangan kreativitas siswa. Kreativitas
siswa dapat dibangun dan digali dengan menggunakan strategi yang tepat untuk
mendayagunakan pikiran siswa. Salah satu model yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kreativitas siswa dalam menulis puisi yakni dengan model
pembelajaran jas to mind.
Tujuan dari penulisan ini untuk mendeskripsikan model pembelajaran jas
to mind untuk memacu ide kreatif puisi siswa. Jas to mind merupakan
pengkolaborasian antara strategi, teknik dan juga metode dalam pembelajaran
yang memungkinkan siswa untuk menemukan dan membangun ide yang
tersimpan dalam dirinya. Jas to mind juga memberikan manfaat dalam menulis
puisi karena siswa dapat merasakan secara langsung hal yang akan ia jadikan
topik dalam pembelajaran sehingga dapat digunakan untuk menggali dan
memperoleh informasi untuk menungkan ide kreatif dalam penyusunan dan
pelisanan puisi. Di mana model ini memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi
dan juga mengenal lingkungannya lebih dalam.
Pembelajaran dengan model ini akan menjadikan proses pembelajaran
lebih bermakna, karena model ini mampu memacu keterampilan dan
pengetahuan siswa sehingga daya kreativitas siswa akan terlatih. Ada delapan
langkah yang dapat digunakan dalam pembelajaran dengan model
pembelajaran jas to mind yakni: 1) menentukan tema puisi; 2) memberikan
pengantar: 3) eksplorasi lingkungan; 4) pendataan kata-kata onometope; 5)
penyusunan puisi; 6) menyunting puisi; 7) membaca puisi; dan 8) memberikan
penguatan. Tema dalam puisi ini dikaitan dan disesuaikan dengan lingkungan
belajar siswa, yakni mengenai keindahan dan kecanggihan alam sekitar.
Kegiatan ini diharapkan mampu memacu kreativitas siswa kelas tinggi dalam
Permasalahan Pembelajaran
Seiring berkembangnya zaman, kurikulum di tingkat satuan pendidikan
juga mengalami modifikasi yang sesuai dengan tutunan zaman dan juga
kebutuhan masyarakat. Kurikulum yang berlaku di sekolah dasar pada saat ini
yakni kurikulum 2013. Berlakunya kurikulum 2013 juga ikut merubah paradigma
pendidikan yang semula berorientasi pada guru atau teacher centerd learning
menjadi pada siswa atau students centerd learning. Perubahan paradigma ini
juga diimbangi dengan berbagai strategi ataupun model pembelajaran yang
mampu menekankan kepada aktivitas siswa pada proses pembelajaran.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang mendayagunakan
keseluruhan aspek dalam tubuh siswa. Retnawati (2016) mengemukakan bahwa
kurikulum 2013 mengharuskan siswa untuk menjadi manusia yang memiliki
kretivitas, produktif, inovatif, dan sikap yang luhur. Namun pada kenyataannya
tidak seluruh model pembelajaran mampu mengacu kepada keseluruhan aspek-
aspek tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa perlu adanya modifikasi-
modifikasi yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran agar pembelajaran
lebih efektif dan sesuai dengan tujuan pendidikan.
Berdasarkan wawancara dengan guru kelas di salah satu sekolah di
Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus kesulitan yang ia hadapi dalam proses
pembelajaran yakni untuk memacu kemampuan berpikir kreatif siswa, salah
satunya yakni kreativitas menulis puisi siswa. Penulisan puisi memerlukan
kemampuan berpikir kreatif, mengingat di zaman yang serba mudah seperti saat
ini, siswa cenderung lebih menyukai hal yang instant yakni dilakukan dengan
plagiasi atau imitasi. Melakukan plagiasi bagi siswa di zaman sekarang ini sangat
Penerapan model jas to mind ini akan menghasilkan sebuah puisi yang
kreatif dan merupakan perwujudan dari apa yang siswa lihat dan siswa rasakan,
sehingga puisi yang dihasilkan akan optimal secara fisik dan juga batiniah. Karena
siswa mengalami secara langsung hal-hal yang akan ia tuangkan ke dalam puisi
karyanya, sehingga puisi yang dihasilkan akan bersifat kreatif dan bebas dari
plagiasi, seperti tujuan dalam penulisan puisi karya pribadi.
Haliq, A., Asri, A., dan Fitri, S. 2017. Kemampuan Menulis Puisi Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan
Menggunakan Metode Mind Mapping. Proceding of National Seminar.
Research Institute of Universitas Negeri Makassar.
http://ojs.unm.ac.id/semnaslemlit/article/view/3999.
Joyce, B., & Weil, M. 1986. Models of Teaching (Third Edition). New Jersey:
Prentice-Hall, Inc.
Marianti, A dan N.E Kartijono. 2005. Jelajah Alam Sekitar (JAS). Dipresentasikan
pada Seminar dan Lokakarya Pengembangan Kurikulum dan Desain
Inovasi Pembelajaran Jurusan Biologi FMIPA UNNES dalam Rangka
Pelaksanaan PHK A2. Semarang: Jurusan Bilogi FMIPA UNNES.
Pratiwi, Yuli Dwi., Maryaeni, dan Suwignyo. 2016. Kreativitas Siswa Dalam
Menulis Puisi. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan,
Vol. 1, No. 5, hlm. 835-843.
Ristiasari, T., Priyono, B., dan Sukaesih, S. 2012. Model Pembelajaran Problem
Solving dengan Mind Mapping Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa. Jurnal Unnes Journal of Biology Education, Vol. 3, No. 1
Sandi, Gede. 2012. Pengaruh Blended Learning Terhadap Hasil Belajar Kimia
Ditinjau Dari Kemandirian Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Vol.
45, No. 3, hlm 241-251.
Setiawan, H., Styo, M.W.A., Abdul, A. 2019. Puisi Berbasis Hasil Karya Gambar:
Upaya penguatan literasi Siswa SD Kelas Tinggi. Intelegensi: Jurnal Ilmu
Pendidikan, Vol. 2, No. 1, hlm. 50-60
Pendahuluan
Pembelajaran bahasa Indonesia di kelas rendah dalam hal ini kelas II SD
salah satunya yakni bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara.
Aspek keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan kebahasaan
yang penting untuk dikuasai oleh siswa kelas II SD. Untuk mendukung kreativitas
dalam perkembangan berbicara hendaknya pelaksanaan pembelajaran tidak
hanya dengan menggunakan metode ceramah dan bahan ajar buku saja,
melainkan harus ditekankan inovasi yang menarik untuk meningkatkan minat
belajar siswa kelas II SD. Pembelajaran yang menekankan aspek kebahasaan
berbicara dapat dicarikan solusi inovatif untuk meningkatkan keterampilan
berbicara. Upaya kreatif dalam melaksanakan pembelajaran salah satunya yakni
dengan menerapkan model wayang dometeran. Model wayang dometeran ialah
sebuah model yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara
siswa dengan mengombinasikan antara sastra dongeng, metode bermain peran,
dan penggunaan wayang stik.
Model wayang dometeran menjadi salah satu model belajar inovatif yang
bernuansa kooperatif learning, bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
berbicara pada kelas II SD. Pembelajaran yang dirancang menggunakan model
wayang dometeran akan memfokuskan kegiatan bermain peran dari cerita
dongeng yang dibantu oleh media wayang stik. Melalui kegiatan bermain peran
yang diperagakan dengan media wayang stik akan memicu keterampilan
berbicara siswa pada kelas II SD. Disini siswa diberikan kesempatan seolah-olah
menjadi sebuah pemeran sehingga siswa dapat berdialog sesuai isi dongeng.
Pembelajaran menggunakan model wayang dometeran akan memberikan
nuansa baru dan lebih inovatif karena disini pembelajaran akan memberi
kesempatan siswa untuk bermain peran yang dibantu oleh media wayang stik.
Media wayang stik menjadi daya tarik sendiri karena siswa cenderung
senang dalam memainkan replika wayang yang di desain khusus. Selain itu
pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan model wayang
Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 77
dometeran akan sekaligus menanamkan pendidikan karaker kepada siswa kelas
II. Isi dongeng yang mengandung nilai moral dapat dijadikan media penanaman
karakter pada siswa SD. Selain itu peran penggunaan media wayang stik
sekaligus akan mengenalkan kesenian tradisional yang dikemas secara unik
kepada siswaa, sehingga model tersbut memiliki kelebihan tersendiri. Sesuai
dengan hal tersebut maka model wayang stik efektif digunakan untuk
meningkatkan kreativitas siswa kelas II SD dalam aspek berbicara sekaligus
penanaman pendidikan karakter bagi siswa.
Permasalahan Pembelajaran
b. Dongeng Anak
Dongeng merupakan karya sastra yang menceritakan suatu hal yang tidak
nyata dengan tujuan penyampaian pesan moral bagi pembaca atau pendengar.
Dongeng biasanya berisi cerita khayalan kehidupan binatang atau khidupan para
peri dilangit untuk media hiburan bagi anak khsuusnya siswa SD. Cerita dongeng
memiliki tokoh atau karakter didalamnya terdapat juga tokoh baik dan tokoh
jahar, serta tokoh pendukung lainnya. Dongeng biasanya berisi percakapan
sebagai alur cerita yang memiliki nilai pesan moral. Menurut Sugiarto (2015:
159) dongeng ialah cerita yang berdasar pada angan-angan atau khayal dimana
cerita tersebut diceritakan secara turun temurun serta antar generasi.
Sedangkan menurut Priyono (2006) dongeng merupakan cerita khayal atau
Salah satu ciri dari model pembelajaran inovatif ialah memiliki langkah-
langkah yang terstruktur, adapun langkah-langkah model wayang dometeran
sebagai berikut:
Al-Qudsy, Muhaimin dan Ulfa Nurhidaya. 2010. Mendidik anak Lewat Dongeng.
Yogyakarta : Madania.
Yanto, Ari. (2015). Metode Bermain Peran (Role Playing) Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips. Jurnal Cakrawala
Pendidikan Dasar, Vol. 1 No. 1, hlm, 53-37.
Pendahuluan
Permasalahan Pembelajaran
Membaca pada zaman sekarang sangat diperlukan untuk meningkatkan
pemahaman siswa dalam pengetahuan dikarenakan minat membaca pada siswa
yang sangat rendah. Pelnulisan ini bertujuan untuk membantu siswa dalam
meningkatkan keterampilan membaca khususnya pada materi sejarah lokal yang
terdapat Suku Dawan Nusa Tenggara Timur. Pembelajaran sejarah yang abstrak
dan banyak terkesan membuat siswa malas dalam membaca karaena
Teori Konseptual
b. Media Komik
Novianti & Syaichudin, 2010 mengatakan bahwa media komik adalah
media yang tergolong bahan cetak diperlukan proses pencetakan untuk
memperbanyak media tersebut serta memerlukan proses editing sebelum
mencetaknya. Sedangkan berdasarkan sifatnya media komik pembelajaran
mempunyai sifat sederhana, jelas, mudah untuk di pahami oleh siswa.
Media komik memiliki nilai yang baik dalam proses belajar mengajar.
Menurut Sudjana dan Rivai (2002) menyatakan media komik digunakan dalam
proses belajar mengajar yang dapat menciptakan minat para peserta didik,
melancarkan proses belajar mengajar dan media komik dapat meningkatkan
minat belajar dan nilai apresiasi yang tinggi.
Bentuk media gambar yang dimodifikasi dengan tulisan dalam media
pendidikan sering disebut dengan komik. Komik adalah suatu bentuk kartun
yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang
erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hubungan
kepada pembaca. Kelebihan komik menurut adalah: komik tidak berbahaya dan
tidak merusak minat baca anak-anak. Komik dapat memperkaya kecerdasan
visual dan bisa mendorong anak belajar mencocokan antara latar belakang
dengan kejadian yang dipaparkan dalam cerita. Komik punya peranan yang
positif yaitu mengembangkan kebiasaan membaca. Dunia anak-anak penuh
dengan imajinasi dan kreasi. Itulah sebabnya sebagian besar anak-anak
menyukai gambar, sketsa dan komik. Komik adalah salah satu alat media yang
menyenangkan untuk anak belajar. Edukasi melalui media komik ini diharapkan
Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 103
mampu membentuk pola pikir yang tepat agar anak mampu memilih jajanan
yang sehat dan aman untuk dikonsumsi.
Menurut Sudjana & Rivai (2010, p. 68), peranpokok dari media komik
adalah kemampuannya dalam menciptakan minat para siswa dalam
pembelajaran. Penggunaan komik dalam pembelajaran sebaiknya dipadukan
dengan metode mengajar, sehingga komik akan dapat menjadi media
pembelajaran yang efektif. Melalui penokohan dalam komik, nilainilai karakter
dapat disampaikan kepada para siswa. Adanya media komik diharapkan akan
mempermudah proses belajar mengajar, khususnya dalam merealisasi konsep-
konsep pelajaran yang bersifat abstrak. Dalam hal inilah komik berperan besar
dalam menyajikan konsep-konsep abstrak tersebut ke dalam contoh yang lebih
konkrit dalam kehidupan sehari-hari yang bermuatan nilai-nilai karakter.
Pembelajaran dengan menggunakan media komik, sudah banyak diterapkan
oleh beberapa negara maju seperti Jepang. Beberapa buku pelajaran sekolah di
Jepang ada yang didesain dalam format komik.
c. Keterampilan Membaca
Menurut Slameto, 2010 mengungkapkan bahwa minat adalah rasa lebih
suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antar
diri sendiri dengan suatu diluar diri. Semakin kuat hubungan tersebut maka
semakin besar minat. Menumbuhkan mintam membaca siswa sangat penting
dalam pembelajaran. Ketika siswa sudah terbiasa dalam membaca akan
menambah wawasan siswa dengan mudah.
Membaca sanagat dibutuhkan oleh siswa dalam menambah pemahaman
siswa. menurut Santosa, 2008:1.5-1.6 Bahasa merupakan alat komunikasi yang
memiliki fungsi: Pertama informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi timbal
Prediksi Penerapan
Pengembangan Media Komik berwarna berpadukan materi sejarah yang
terkesan membosanakan bagi siswa sehingga pengembangan ini diharapkan
dapat menarik perhatian siswa dalam meningkatkan keterampilan membaca
sisswa. Jika siswa sudah tertarik akan lebih mudah siswa memahami materi
tersebut. Langkah- langkah penerapan sebagai berikut
1. Persiapan bagi guru
No Pelaksaan
1 Guru melihat Tujuan Pembelajaran
2 Guru menyiapkan konsep Karakter komik
3 Guru mendesain karakter komik
4 Guru memadukan pembelajaran sejarah Lokal Suku Dawan kedapam
cerita Fiksi yang di ramkum menjari percakapan dalam komik
5 Memeriksa Kembali
6 Melakukan Pencatakan
HS, H. A. B., Gading, I. K., & Bayu, G. W. (2020). Model Pembelajaran Cooperatif
Integrated Reading Composition (CIRC) Meningkatkan Kemampuan
Membaca Pemahaman Siswa. Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran, 3(2),
233-247.
Lestari Suci, dkk. 2009. Media Grafis; Media Komik. Bandung : Jurusan Kurikulum
dan Teknologi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Maharsi, I. (2010). Komik dunia kreatif tanpa batas. Yogyakarta: Kata Buku.
Sudjana, N., & Rivai, A. (2010). Media pengajaran. Bandung: Penerbit Sinar Baru
Algensindo
Pendahuluan
Minimnya kemampuan menulis siswa dan keterbatasan sarana serta
media pembelajaran semakin memperburuk kualitas tulisan siswa yang duduk
di bangku Sekolah Dasar (SD). Teks eksplanasi merupakan teks yang
menginformasikan proses terjadinya sesuatu baik fenomena alam atau sosial.
Pada tahap memahami dan menulis teks tersebut, siswa merasa kesulitan
karena kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki siswa maupun guru
sebagai fasilitator. Diribel hadir sebagai solusi mengatasi minimnya
kemampuan menulis siswa dengan mengkombinasi antara media dan model
pembelajaran yang relevan dengan materi teks eksplanasi.
Model ini memungkinkan siswa untuk dituntut bekerja sama dalam
kelompok mengenai diorama yang telah diamati, sehingga siswa memiliki
banyak bahan dan informasi untuk menulis teks eksplanasi dengan media
diorama ini siswa akan menjadi lebih aktif menulis dikarenakan adanya media
kongkrit yang menggambarkan benda sesuai kejadian yang menjadi topik
sehingga pembelajaran menjadi berbeda dan menyenangkan. Berdasarkan
analisis kelebihan media diorama, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
menulis teks eksplanasis siswa meningkat sesuai dengan konsep media
diorama yang merupakan pemandangan tiga dimensi mini yang bertujuan
untuk menggambarkan pemandangan sebenarnya.
Permasalahan Pembelajaran
Dalam Kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia disebutkan bahwa
keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu keterampilan
mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan
Pengembangan Diribel
Pertemuan Kedua
Kegiatan Awal
Kegiatan Penutup
Pada pertemuan ini guru memberikan selembar kertas dan meminta siswa
menjelaskan gunung meletus sesuai dengan materi yang telah dijelaskan
sebelumnya setelah melihat media Diorama. Berdasarkan uraian tersebut,
disimpulkan bahwa guru sangat berperan penting dalam merencanakan,
melaksanakan, mengevaluasi, dan memberikan variasi model pembelajaran
kepada siswa agar siswa tidak merasa jenuh dalam belajar, khususnya menulis
teks eksplanasi. Salah satu upaya tersebut berupa penggunaan model PBL
berbantuan media diorama dalam pembelajaran keterampilan menulis teks
eksplanasi. Model ini dapat memicu metode berpikir siswa dalam
mengemukakan informasinya ke dalam sebuah teks eksplanasi yang sesuai
dengan struktur pembangun teks eksplanasi. Hal ini dikarenakan informasi yang
sudah dilihat dan didiskusikan oleh siswa dengan menggunakan model PBL
berbantuan media diorama sebelumnya dapat membantu dalam memudahkan
siswa menuangkan gagasan ke dalam bentuk teks eksplanasi. Dengan demikian,
siswa dapat menulis sebuah teks diskusi lebih mudah dan menyenangkan.
Barwick, John. 1998. Targeting Text: Photocopiable Units Based on English Texts
Type: Information Reports. Eksplanations. Disscusions.: Upper Level Book .
Australia: Blake Education. Daryanto. 2010.
Baryadi, Praptomo. 1990. “Teori Kohesi M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan dan
Penerapannya untuk Analisis Wacana Bahasa Indonesia”: (dalam Gatra: Ke
Arah Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, No 10/11/12 tahun 1990).
Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Degeng, I Nyoman Sudana. 1993. Media Pendidikan. Malang : FIP IKIP Malang
Kustandi, Cecep dkk. 2011. Media Pembelajaran Manual dan Digital. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Sanaky, Hujair AH. 2009. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safinia Insania Press.
Stubbs, Sue. 2000. Targetting Text. New South Wales: Blake Education.
Thahar, Harris Effendi. 2008. Menulis Kreatif: Panduan bagi Pemula. Padang:
UNP Press
Pendahuluan
Pendidikan berperan penting dalam mencerdaskan suatu bangsa
membentuk siswa menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, mandiri, berilmu, bertanggung jawab, taat hukum
dan menjadi warga negara yang demokratis. Masa pandemi ini pendidikan
mengalami berbagai permasalahan, salah satunya adalah kurangnya minat
belajar siswa pada pembelajaran bahasa indonesia pada materi gagasan pokok
dan gagasan pendukung di kelas IV sekolah dasar. Untuk mengatasi hal tersebut
peneliti menggunakan media pembelajaran PPT interaktif diselingi dengan game
crossword puzzle.
Menggunakan PPT interaktif ini guru dan siswa secara tidak langsung
dapat berinteraksi membuat pembelajaran lebih baik karena di masa pandemi
tidak dapat melaksanakan pembelajaran secara luring apalagi pada zona merah
untuk menekan laju penyebaran virus covid 19 ini. Dengan ditambahkan game
crossword puzzle ini membuat pembelajaran menjadi lebih menarik karena
siswa dapat bermain dan merefleksikan pembelajaran yang sudah disampaikan
kedalam soal crossword puzzle ini. Penelitian ini didukung dengan berbagai hasil
dari jurnal penelitian lain yang berhubungan dengan variable pada penelitian ini.
Sehingga diperoleh asumsi bahwa pembelajaran menggunakan PPT interaktif
disertai game crossword puzzle berpengaruh terhadap minat belajar siswa SD
kelas 4 pada muatan materi gagasan pokok dan gagasan pendukung pada
bacaan deskripsi dengan kearifan lokal di Bali.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui PPT Interaktif disertai
Game Puzzle Dalam Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas IV SD Pada
Muatan gagasan pokok dan gagasan pendukung pada teks deskripsi berbasis
kearifan lokal di bali.
Pada gambar 3.1, siswa di beri pertanyaan yang otomatis membuat siswa
penasaran dengan jawaban yang ada pada slide, dan memancing perhatian
siswa sehingga fokus terhadap power point interaktif. Kemudian pada slide
berikutnya siswa akan diberikan bacaan. Guru meminta siswa untuk mencari
mana gagasan pokok dan mana gagasan pendukung pada teks deskripsi.
Pada gambar 3.3 guru menampilkan jawaban dari gagasan pokok pada
bacaan tersebut, kemudian guru menjelaskan jika gagasan pokok pada bacaan
tersebut terletak pada paragraf pertama. Kemudian dilanjutkan pada gambar 5
yang dimana guru menampilkan jawaban dari gagasan pendukung yang di
tambah berbagai animasi yang membuat pembelajaran menjadi lebih menarik
sehingga meningkatkan minat belajar siswa sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran
Kemudian selingi suatu media crossword puzzle atau teka teki silang yang
dimana lembar dari crossword ini akan di share kepada siswa baik berupa file
maupun berupa kertas yang sudah siap di isi. Kemudian lembar tersebut dapat
disi ketika pembelajaran dilaksanakan.
b. Media Game Crossword Puzzle
Kemudian selingi suatu media crossword puzzle atau teka teki silang yang
dimana lembar dari crossword ini akan di share kepada siswa baik berupa file
Permasalahan Pembelajaran
Gorys Keraf. (2010). Argumentasi dan Narasi. Jakarta : Gramedia Putaka Utama.
Henry Guntur Tarigan. (2008). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa.Bandung: Angkasa.
Ranang A.S, dkk. (2010). Animasi Kartun dari Analog Sampai Digital. Jakarta: PT.
Indeks
Rudi Sulisiana & Cepi Riyana. (2008). Media Pembelajaran. Bandung: FIP UPI.
Siti Arafat.2020. Penerapan Model Think Pair Share Berbantu Media Film
Animasi Untuk Meningkatkan Motivasi. Proceng Literasi Dalam Pendidikan
di Era Digital Untuk Generasi Milenial
Tarigan, Hendri Guntur. Fitri Jayanti. 2020. Jurnal Hasil Penelitian dan Kajian
Kepustakaan di Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran. Juli 2020.
Vol.6, No.2 e-ISSN: 2442-7667 pp.329-339
Teguh Trianton. (2013). Film Sebagai Media Belajar. Yogyakarta: Graha Ilmu
Wahyu Wibowo. (2001). Manajemen Bahasa. Jakarta : Gramedia Pustaka.
Pendahuluan
Bahasa yang digunakan sehari-hari dalam lingkup pendidikan menjadi
salah satu permasalahan yang berasal dari input siswa yang berasal dari berbagai
kultur budaya dan bahasa, sehingga mempengaruhi proses interaksi.
Keberagaman kultur budaya dan bahasa sebagai salah satu penyebab miss
communication dapat diminimalisir dengan ilmu kebahasaan yang dapat
diterapkan di berbagai lapisan masyarakat. Pentingnya pembelajaran
antikorupsi harus dimulai dari pendidikan dasar agar tidak ada kemerosotan nilai
moral yang terjadi pada anak sekarang.
Fakta pada anak usia kelas tinggi masih rendahnya minat membaca
mengakibatkan kemampuan berbicara dalam proses pembelajaran bahasa
sangat rendah. Sehingga perlu dicarikan solusi dalam proses pembelajaran
Bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, dan analisis
kebutuhan dimana dalam proses pembelajarannya, aktivitas pembelajaran oleh
guru dan siswa harus diberi solusi inovatif dalam upaya meningkatkan
kemampuan berbicara menggunakan permainan ular tangga antikorupsi semi
teknologi. Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru kelas VI.
Dengan adanya permainan ular tangga antikorupsi semi teknologi yang
dikaitkan dengan materi belajar siswa tentang fenomena budaya lokal, selama
proses pembelajaran guru akan melaksanakan proses pembelajaran dengan
baik. Selain itu, siswa dalam pembelajaran kemampuan berbicara dengan
permainan ular tangga antikorupsi semi teknologi dapat mencapai tujuan akhir
dari proses pembelajaran sehingga kompetensi dasar 4.2 dan indikator
pencapaian dari aspek berbicara dapat tercapai. Adanya peningkatan aktivitas
siswa dan guru mampu memberikan motivasi dan percaya diri siswa sehingga
kemampuan berbicara siswa meningkat, dan menumbuhkan karakter jujur pada
siswa dengan media permainan ular tangga antikorupsi semi teknologi.
Untuk desain papan raksasa ini tentunya membutuhkan tempat dan ruang
yang harus memadai. Kurang lebih desainnya seperti ini, tinggal menambahkan
ular tangga sesuai selera. Tentunya jika melibatkan siswa dalam proses
pembuatan UTAK-ATIK ini, misal dalam penentuan letak ular dan tangganya,
siswa akan lebih bersemangat dan akan merasa bangga karena terlibat langsung.
Kemudian untuk QR Code, bisa kita menggunakan alat QR Code yang disediakan
di perpustakaan sekolahan. Setelah semuanya selesai dipersiapkan, dapat kita
cetak MMT (Printer Metromedia Technologies) dengan ukuran 3m x 3m dengan
menambahkan gambar dan warna yang menarik perhatian.
Akbar, Y, H., Vujic, V. (2014). Explaining corruption: the role of national culture
and its implication for international management. Emerald Insight, 21
(2), 191-218.
MZ, Yumarlin. (2013). Pengembangan Permainan Ular Tangga Untuk Kuis Mata
Pelajaran Sains Sekolah Dasar. Jurnal Teknik Vol. 3 No. 1/ April 2013
Pendahuluan
Cerita Rakyat
Cerita rakyat adalah tradisi lisan yang secara turun temurun diwariskan
dalam kehidupan masyarakat. Cerita rakyat biasanya berbentuk tuturan yang
berfungsi sebagai media pengungkapan perilaku tentang nilai-nilai kehidupan
yang melekat di dalam kehidupan masyarakat. Pada sastra Indonesia, cerita
rakyat adalah “salah satu bentuk folklor lisan” (Bunanta, 1998, hlm. 21). Cerita
rakyat merupakan hasil imajinasi dan kreativitas pengarang dimasa lampau yang
memberikan pandangan yang berhubungan dengan renungan tentang watak
tokoh, tingkah laku, karakter tokoh serta beranekaragam pengalaman tentang
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Dany Arya Pratama. 2020. Perancangan Buku Pop Up Cerita Rakyat Lombok Putri
Mandalika. Skripsi. Program studi desain komunikasi visual Fakultas
teknik dan desain Universitas Bumigora Mataram
Hajar, Gde Artawan, I Nengah Suandi. 2020. Penerapan Metode Talking Stick
Berbantuan Media Visual Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara
Teks Eksposisi. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa Indonesia,
Vol 9 No 1, Maret 2020
Mawar Sri Wulan Br. Sibuea1. Dian Syahfitri. 2018. Metode Tongkat Berbicara
(Talking Stick) dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara Menanggapi
Cerita Pendek. Jurnal Penelitian dan Pengembagan Sains dan
Humaniora, Vol 2(1) April 2018, h. 30-35
Ni Ketut Trianti Lestari, Mg. Rini Kristiantari, Ni Nyoman Ganing (2017). Pengaruh
Model Pembelajaran Talking Stick Berbantuan Lagu Daerah Terhadap
Hasil Belajar IPS. Journal of Education Research and Evaluation. Vol.1 (4)
pp. 290-297.
Sri Wahyuni, dkk. (2013). Penerapan Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar IPA Kelas IV Di SDN Posona. Jurnal Kreatif Tadulako Online
(Vol.1 NO.1, 2018)
Pendahuluan
Menurut data statistik dari (UNESCO) pada tahun 2017, dari total 61
negara, Indonesia berada di peringkat 60 dengan tingkat literasi yang rendah.
Peringkat 59 diisi oleh Thailand dan peringkat terakhir diisi oleh Botswana.
Sedangkan Finlandia menduduki peringkat pertama dengan tingkat literasi yang
tinggi, hampir mencapai 100%. Selain itu, data penelitian Internasional The
Programme for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2015, bahwa
kemampuan literasi membaca siswa Indonesia berada pada peringkat ke 64 dari
72 negara. Skor rata-rata membaca yang diperoleh siswa Indonesia adalah 397,
dengan skor rata-rata Internasional 496. Data ini menunjukkan bahwa
kemampuan dalam membaca siswa Indonesia di dunia Internasional masih
rendah. Oleh karena itu pembelajaran membaca sangat penting diajarkan sejak
dini supaya anak mampu membaca dan memahami kegiatan apa yang akan
dilakukan dalam sehari-harinya.
Sesuai dengan data tersebut, dilapangan banyak ditemukan anak-anak
yang enggan membaca buku. Salah satu alasan mereka tidak tidak mau
membaca karena mengalami kesulitan dalam membaca. Literasi berbahasa
berfokus pada pengembangan keterampilan dasar individu untuk memahami
dan menggunakan keterampilan berbahasa seperti keterampilan berbicara,
membaca, menulis, dan menyimak sebagai bagian yang integral Rahman (2018,
hlm. 14). Literasi ini penting untuk dikuasai siswa karena bahasa untuk alat
berkomunikasi, mengekspresikan perasaan, dan memahami suatu gagasan.
Untuk mendapatkan keterampilan literasi tersebut, perlu latihan sejak
dini. Sebagaimana pendapat Hartati. (2015, hlm. 145) yang menyatakan bahwa
keterampilan membaca diperoleh seseorang ketika mereka memasuki
pendidikan formal serta pembelajaran utama dan pertama bagi siswa sekolah
dasar di kelas awal. Keterampilan membaca permulaan diberikan saat anak
Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 201
berada di kelas rendah, di sekolah dasar. Keterampilan ini penting diberikan di
awal karena dapat mendukung terlaksananya proses pembelajaran, memahami
bidang studi lain, dan sebagai dasar bagi keterampilan membaca lanjut. Usia
ideal untuk mengenalkan bacaan adalah dari empat setengah sampai enam
tahun Hainstock (dalam Kurniaman, 2017, hlm 150). Inilah saatnya mengalihkan
dengan mudah minat anak dalam bahasa lisan.
Marlina (2017, hlm. 410) menyatakan bahwa kesulitan- kesulitan umum
yang dihadapi anak dalam belajar membaca adalah: (1) pramembaca pada
umumnya kesulitan anak dalam kurangnya memahami huruf; (2) membaca
suara, kesulitannya pada (a) membaca kata demi kata, (b) pemarafrasean yang
salah, (c) kesalahan pengucapan, (d) penghilangan, (e) pengulangan, (f)
pembalikan, (g) penggantian, dan (3) pemecahan kode (dekoding) yang meliputi
(a) kesulitan konsonan, (b) kesulitan vokal, (c) kesulitan kluster, diftong, digraf,
(d) kesulitan menganalisis struktur kata, dan (e) tidak mengenali makna kata
dalam kalimat. Oleh sebab itu, guru harus memberikan upaya yang terbaik agar
siswa memperoleh kemampuan membaca yang baik.
Masalah lain yang berkaitan dengan cara menyampaikan pembelajaran
adalah masih terdapatnya pembelajaran yang lebih berpusat pada guru
dibandingkan siswa. Hal ini dapat dipahami bahwa dengan karakter siswa yang
cenderung aktif, guru memilih menggunakan metode yang menjadikan siswa
diam di kursi masing-masing sambil menghafal huruf-huruf. Dengan metode
seperti itulah, siswa merasa pembelajaran membaca permulaan jadi
membosankan dan sulit dipahami. Wajar apabila dikemudian hari siswa menjadi
malas membaca.
Metode yang kurang kreatif dan tidak melibatkan siswa, serta tidak ada
media yang digunakan, merupakan kendala yang harus diatasi agar dapat
Aminah, S., & Yuliawati, F. (2018). Pengaruh Metode Struktur Analitik Sintetik
(SAS) Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Kelas I Di Sekolah
Dasar Muhammadiyah Kleco 1 Yogyakarta. AL-BIDAYAH: Jurnal
Pendidikan Dasar Islam. 10 (1), 1-16.
Aulia, M., Adnan., Yamin M. (2019). Penggunaan big book dalam pembelajaran
membaca permulaan di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu. 3 (3), 963-969.
Kurniaman, O., & Noviana, E. (2017). Metode Membaca SAS (Struktural Analitik
Sintetik) Dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Di
Kelas I SD 79 Pekanbaru. Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau.
5 (2). 149-157.
Nisa, Khoirun & Gunansyah, Ganes. (2017). Penggunaan Media Pembelajaran Big
book Terhadap Kemampuan Literasi Informasi Kelas V SD N 1 Cereme
Kidul Gresik. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 5 (1): 1374.
Pendahuluan
Pendidikan di sekolah dasar memiliki peran penting karena merupakan
tahapan perkembangan bagi pendidikan maupun pribadinya. Usia sekolah dasar
kelas IV berada pada tahap operasional konkret. Di mana anak mampu
memecahkan masalah yang bersifat konkret. Salah satunya dalam permasalahan
pembelajaran adalah kemampuan berpendapat siswa dalam KD 3.5
menguraikan pendapat pribadi tentang isi buku sastra atau cerita fiksi pada kelas
IV sekolah dasar. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti mengembangkan Media
AIR POPUDUS yang dihubungkan antara model dan media pembelajaran yang
dikaitkan dengan cerita kearifan lokal KUDUS di dalam media tersebut terdapat
permainan yang akan membuat siswa senang dan tidak bosan dalam mengikuti
pembelajaran.
Penelitian ini sejalan dengan hasil dan dari jurnal penelitian lain yang
berhubungan dengan variabel pada penelitian ini. Sehingga adanya peningkatan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan media dan model pembelajaran
berpengaruh terhadap kemampuan dan motivasi belajar siswa pada kelas IV SD
pada muatan Bahasa Indonesia mengenai materi mengemukkan pendapat
dalam cerita fiksi yang dikaitkan dengan kearifan lokal Kudus.
Permasalahan Pembelajaran
Seiring dengan perkembangan zaman dunia pendidikan pun harus ikut
berubah. Guru sekarang dituntut lebih kreatif dan inovatif dalam
mengembangkan pembelajaran. Guru kreatif adalah guru yang mampu
menggunakan berbagai metode, media, model maupun pendekatan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Umumnya guru kreatif selalu peka terhadap
Siregar, A., dan Rahmah, E. (2016). Model Pop Up Book Keluarga Untuk
Mempercepat Kemampuan Membaca Anak Kelas Rendah Sekolah Dasar.
Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, 5(1), 10-21. doi:
10.24036/6288-0934.
Wulandari, A., dan Hapsari N.R.P.T. (2018). Pop-Up Legenda Sindoro Sumbing
Berbasis Kearifan Lokal sebagai Media Literasi Siswa. Jurnal Bahasa,
Sastra, dan Pengajarannya, 2(2), 130-139.
Pendahuluan
Daya imajinasi sangat diperlukan ketika siswa menulis cerita fiksi. Daya
imajinasi tersebut tidak selalu langsung hadir ketika siswa hendak menulis cerita
fiksi. Siswa harus diberi stimulus yang sesuai agar daya imajinasi siswa dapat
meningkat sehingga siswa dapat membuat cerita fiksi dengan memaksimalkan
daya imajinasinya. Stimulus yang dapat diberikan oleh siswa bisa berupa model
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan daya imajinasi siswa adalah model pembelajaran fish pic story.
Model pembelajaran fish pic story mengkolaborasikan teknik lanjut cerita, teknik
5W+1H, dan media gambar berseri agar dapat menstimulus daya imajinasi siswa
dalam menulis cerita fiksi.
Model pembelajaran ini memberikan pengalaman yang bermakna
kepada siswa dengan mengajak siswa untuk berimajinasi menulis cerita fiksinya
sendiri dengan bantuan unfinished story atau cerita yang belum selesai dan
gambar cerita berseri. Model fish pic story juga didukung oleh teknik 5W+1H
untuk memunjulkan ide imajinatif siswa.
Dirman & Cicih Juarsih. 2014. Karakteristik Peserta Didik: Dalam Rangka
Implementasi Standar Proses Pendidikan Siswa. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Helda, Trisna. 2017. Menulis Teks Cerita Pendek Berbantuan Media Gambar
Berseri Siswa Kelas VII SMP Islam Khaira Ummah Padang. Jurnal Penelitian
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Volume 3, Nomor 2: 216-238.
KBBI, 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (Online) Available at:
http://kbbi.web.id/pusat, Diakses 10 November 2020.
Kosasih & Endang Kurniawan. 2018. Jenis-Jenis Teks. Bandung: Penerbit Yrma
Widya.
Muhardi & Hasanuddin W S. 2006. Prosedur Analisis Fiksi. Padang: Citra Budaya
Indonesia.
Nurmina. 2014. Menulis Kreatif Cerita Fiksi Anak. Jupendas, Volume 1, Nomor 2:
10-14.
Putri, Irmayani. 2018. Analisis Kesulitan Belajar Menulis pada Siswa Kelas III
Sekolah Dasar Negeri 1 Rantau Selamat Kec. Rantau Selamat Kab. Aceh
Timur. Jurnal Edukasi Kultura, Volume 5, Nomor 1.
Rayanto, Yudi Hari & Sugianti. 2020. Penelitian Pengembangan Model ADDIE dan
R2D2: Teori dan Praktek. Pasuruan: Lembaga Academic & Research
Institute.
Sahrawany, Esy & Dian Indihadi. 2018. Implementasi Teknik Kluster 5W+1H
dalam Keterampilan Menulis Karangan Narasi. Pedadidaktika, Volume 5,
Nomor 3: 18-26.