Anda di halaman 1dari 270

HYBRID LEARNING

INOVASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA


SEKOLAH DASAR

Tim Penulis
Ida Zulaeha
Panca Dewi Purwati
Howin Hendria Santana
Ramadhani Putri Praswanti
Rekno Handayani
Halani Felda Sunbanu
Ade Rahayu
I Kadek Tony Suantara
Dewi Anjarsari
Titis Handayani
Sabahul Khair
Resy Ardiansyah
Hilwa Layyina
Lintang Ayu Fitriyani

Penerbit

LPPM UNNES
Gedung Prof. Retno Sriningsih Satmoko
Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229

2 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Hak Cipta © pada penulis dan dilindungi Undang-Undang
Penerbitan
Hak Penerbitan pada LPPM UNNES.
Gedung Prof. Retno Sriningsih Satmoko, Kampus UNNES Sekaran,
Gunungpati, Semarang 50229

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apapun tanpa izin dari
penerbit.

HYBRID LEARNING
INOVASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
SEKOLAH DASAR

Cetakan pertama, 2021

Tim Penulis
Ida Zulaeha I Kadek Tony Suantara
Panca Dewi Purwati Dewi Anjarsari
Howin Hendria Santana Titis Handayani
Ramadhani Putri Praswanti Sabahul Khair
Rekno Handayani Resy Ardiansyah
Halani Felda Sunbanu Hilwa Layyina
Ade Rahayu Lintang Ayu Fitriyani

Penyunting
Prof. Dr. Ida Zulaeha, M.Hum.
Dr. Panca Dewi Purwati, M.Pd.
Howin Hendria Santana
Ramadhani Putri Paraswanti

Layout & Desain Cover


Rekno Handayani
I Kadek Tony Suantara
Sabahul Khair
Lintang Ayu Fitriyani
PRAKATA

Kurikulum merupakan seperangkat rencana, pelaksanaan, dan pengaturan yang


berisi tujuan, isi, metode, dan evaluasi tentang pendidikan. Kurikulum berkembang dari
era ke era sesuai dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan. Selain itu, konsep
kurikulum berkembang mengikuti perubahan dan perkembangan zaman, serta tuntutan
kemajuan zaman. Perkembangan kurikulum di Indonesia sudah berganti 11 kali, dari
kurikulum tahun 1947 hingga kurikulum 2013 yang masih berlaku sampai sekarang.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang saat ini berlaku pada sistem pendidikan di
Indonesia. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian yaitu aspek kognitif,
psikomotor, dan afektif. Pembelajaran pada kurikulum 2013 di sekolah dasar
diintegrasikan menjadi suatu pembelajaran yang utuh berupa tematik integratif.
Pembelajaran tematik integratif merupakan pembelajaran yang menggunakan suatu
tema untuk mengintegrasikan atau mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga
dapat memberikan pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran tematik integeratif
diterapkan sebagai suatu bentuk perkembangan kurikulum untuk menyesuaikan
dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Siswa sekolah dasar memiliki karakteristik
yang memandang sesuatu secara holistik atau menyeluruh.
Salah satu mata pelajaran yang diintegrasikan dalam suatu tema di sekolah dasar
adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, lisan maupun tulisan. Pembelajaran Bahasa Indonesia sekaligus
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia memiliki empat aspek berbahasa, yaitu menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Kegiatan pada pembelajaran Bahasa Indonesia dikelompokkan
ke dalam dua kategoti yaitu aspek reseptif, dan aspek produktif. Aspek reseptif
merupakan kemampuan siswa dalam memhami bahasa yang dituturkan oleh pihak lain,
baik lisan maupun tulisan. Aspek reseptif berkaitan dengan keterampilan menyimak dan
membaca siswa. Sedangkan aspek produktif merupakan keterampilan siswa dalam
memproduksi bahasa, seperti pada keterampilan berbicara dan menulis.
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan pendidikan di era-modern saat ini.
Oleh karena itu, pembelajaran juga harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku,
tak terkecuali pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan maksimal, diperlukan teknik dan strategi yang tepat dalam
pembelajaran. Selain itu, teknik dan strategi dalam pembelajaran dapat menciptakan
pembelajaran yang bermakna bagi siswa sehingga dapat menarik perhatian dari siswa.
Berdasarkan hal tersebut, sangat penting untuk menghadirkan inovasi-inovasi
pembelajaran sebagai penunjang dalam kegiatan pemerolehan ilmu di sekolah.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | i


Sehingga kami menyusun buku tentang inovasi pembelajaran Bahasa Indonesia di
sekolah dasar, baik pada kelas rendah maupun kelas tinggi. Buku ini diharapkan mampu
meberikan inspirasi pada guru sekolah dasar untuk mengembangkan kegatan
pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Kami ucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Ida Zulaeha, M.Hum., dan Dr. Panca
Dewi Purwati, M.Pd., atas bimbingan dan arahan hingga buku ini dapat diterbitkan
dengan baik. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak yang turut
berkontribusi positif dalam penerbitan buku ini. Kritik dan saran sangat kami harapkan
untuk meningkatkan kualitas buku ini di kemudian hari.

Semarang, 03 Januari 2021

Penulis,

ii Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


DAFTAR ISI

Prakata ............................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................. iii
Daftar Tabel ........................................................................................................ vi
Daftar Gambar .................................................................................................... vii

BAGIAN I KONTRIBUSI POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KETERAMPILAN


MENULIS TEKS NARASI PADA ANAK FASE OPRASIONAL FORMAL ..................... 1
Ida zulaeha

BAGIAN II MODEL SINEKTIRTULA SARANA PENDIDIKAN KARAKTER


PEMBELAJARAN MELISANKAN PANTUN PADA SISWA KELAS TINGGI ............... 14
Panca Dewi Purwati

BAGIAN III MODEL PICTURE AND PICTURE DAN ARTIKULASI BERBASIS


MEDIA VISUAL UNTUK PENGENALAN KOSA KATA ANGGOTA TUBUH
MANUSIA SISWA KELAS RENDAH ...................................................................... 38
Howin Hendria Sananta

BAGIAN IV JAS TO MIND: PEMACU IDE KREATIF PUISI SISWA KELAS TINGG ..... 50
Ramadhani Putri Praswanti

BAGIAN V MODEL WAYANG DOMETERAN: UNTUK MENINGKATKAN


KETERAMPILAN BERBICARA KELAS II SEKOLAH DASAR...................................... 77
Rekno Handayani

BAGIAN VI MEDIA KOMIK BERWARNA BAGI PENINGKATAN KETERAMPILAN


MEMBACA SEJARAH LOKAL .............................................................................. 100
Halani Felda Sunbanu

BAGIAN VII DRIBEL BAGI PENINGKATAN PEMAHAMAN TEKS EKSPLANASTORI


PADA SISWA KELAS TINGGI .............................................................................. 110
Ade Rahayu

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | iii


BAGIAN VIII SALINDIA INTERAKTIF DALAM PENINGKATAN MEMAHAMI
GAGASAN POKOK DAN PENDUKUNG SISWA KELAS TINGGI ........................... 132
I Kadek Tony Suantara

BAGIAN IX SOGUDMASI: MODEL PENGOPTIMALAN KATERAMPILAN


MENULIS TEKS NARASI SISWA KELAS V ........................................................... 153
Dewi anjarsari

BAGIAN X PEMANFAATAN UTAK-ATIK FENOMENA EBEG DALAM


PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA .................................................... 173
Titis Handayani

BAGIAN XI MATIC STORY PUTRI MANDALIKA BAGI PENINGKATAN


KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS TINGGI .......................................... 187
Sobahul Khair

BAGIAN XII BIBO SAS BAGI PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA


PERMULAAN..................................................................................................... 200
Resy Ariadsyah

BAGIAN XIII PEMANFAATAN MEDIA AIR POPUDUS BERBASIS FIKSI LOKAL


SEBAGAI SARANA MERANGSANG SISWA BERPENDAPAT................................ 217
Hilwa Layyina

BAGIAN XIV MODEL FISH PIC STORY DALAM PENINGKATAN DAYA IMAJINASI
SISWA DALAM MENULIS CERITA FIKSI SISWA KELAS TINGGI .......................... 237
Lintang Ayu Fitriyani

iv Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


BAGIAN I

KONTRIBUSI POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS


TEKS NARASI PADA ANAK FASE OPRASIONAL FORMAL

Prof. Dr. Ida Zulaeha, M.Hum.


Guru Besar Pendidikan Bahasa, Universitas Negeri Semarang
idazulaeha@mail.unnes.ac.id

Pendahuluan
Menulis narasi adalah menceritakan suatu peristiwa atau kejadian
secara runtut dan sistematids sesuai dengan kronologi waktu dan peristia
kejadiannya secara tulis. Narasi (narration) bermakna kisah atau cerita
(Wiyanto, 2004). Kisah atau cerita yang lengkap dengan konteksnya
membentuk sebuah wacana narasi. Perwujudan dari wacana narasi, baik tulis
mauun lisan adalah teks narasi. Keterampilan menulis teks narasi dibelajarkan
di Sekolah Dasar pada kelas tinggi, yakni peserta didik kelas lima. Pembelajaran
menulis teks narasi bertujuan membiasakan peserta didik terampil
mengisahkan atau menceritakan suatu peristiWa atau kejadian secara
sistematis dan kronologis (Ayuningsih & Zulaeha, 2019). Dengan keterampilan
ini, peserta didik dapat mengembangkan pola berpikir analitis, kreatif, dan
solutif yang dimiliki dengan cerdas.
Secara kognitif, perkembangan bahasa anak kelas lima Sekolah Dasar
termasuk dalam kategori fase operasional formal, yakni usia 11 tahun s.d.
dewasa (Hurlock, 1995). Mereka dapat mengelompokkan objek, benda, atau
situasi tertentu; mengurutkan sesuatu; memahami konsep sebab-akibat secara
rasional dan sistematis; membaca; dan berhitung dengan baik. Fase
operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori
Piaget. Fase ini dialami anak pada usia sebelas tahun (saat pubertas) dan
berlanjut sampai dengan dewasa. Karakteristik perkembangan anak pada fase
ini adalah mampu berpikir secara abstrak; menalar secara logis; dan menarik
simpulan dari informasi yang mereka peroleh. Anak-anak pada fase ini dapat
memahami hal-hal, seperti cinta, bukti logis, dan nilai-nilai. Ia tidak melihat
segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ia dapat melihat
ada ‘garis merah’ yang menghubungkan keduanya. Secara biologis, pada fase
ini muncul saat pubertas yang ditandai oleh berbagai perubahan masuknya ke
dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 1


psikoseksual, dan perkembangan sosial meskipun tidak semua anak-anak
sepenuhnya mengalami tanda-tanda yang sama karena pola asuh orang tua
berkontribusi terhadap perkembangan bahasa mereka.
Setiap orang tua selalu menginginkan anaknya menjadi memiliki sikap dan
mental yang baik sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Orang tua
sebagai tempat belajar anak yang pertama hendaknya melakukan pengasuhan
yang baik agar tujuan tersebut dapat tercapai. Hurlock (1995:59) berpendapat
bahwa pola asuh diartikan kedisiplinan. Disiplin merupakan cara masyarakat
mengajarkan kepada anak perilaku moral yang dapart diterima kelompok.
Tujuannya adalah memberitahu kepada anak mengenai sesuatu yang baik dan
buruk serta mendorongnya untuk berperilaku dengan standar yang berlaku
dalam masyarakat di lingkungan sekitarnya. Casmini (2007:6) menambahkan
bahwa pola asuh orang tua adalah perlakuan orang tua dalam membentuk
perilaku anak sehingga dapat sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan
kelompok budaya dan kelompok individu itu diidentifikasi. Pola asuh orang tua
adalah sikap atau cara orang tua dalam mempersiapkan anaknya agar dapat
mengambil keputusan sendiri dan bertindak sendiri (Gunarsa, 2007:109;
Alizadeh, Thalib, Abdullah, & Mansor, 2011) sehingga dapat menjadi orang
yang mandiri dan bertanggung jawab kepada diri sendiri. Pola asuh merupakan
cara atau metode yang dilakukan oleh orang tua untuk menanam kebiasaan-
kebiasaan yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Pengasuhan kepada anak secara umum dapat dilakukan dengan tiga jenis
pola (Edmay, 2014; Asfandiyar, 2012), yaitu otoriter, permisif, dan demokratis.
Pola asuh otoriter adalah cara mengasuh dengan membatasi dan menghukum.
Orang tua mengharuskan anak untuk mengikuti arahan dan menghargai kerja
keras serta usaha. Orang tua yang otoriter, menurut Hurlock (1995:95)
menerapkan peraturan-peraturan kepada anak dan mereka harus mematuhi
peraturan tersebut. Orang tua tidak tidak memberi kesempatan kepada
mereka untuk mengemukakan pendapat tentang adil atau tidaknya dan masuk
akal atau tidak peraturan tersebut. Anak yang tidak mematuhi aturan akan
diberi hukuman karena orang tua otoriter memiliki anggapan bahwa hukuman
merupakan cara efektif untuk mencegah pelanggaran aturan di masa
mendatang. Dampaknya, anak mengalami kesulitan untuk masuk atau keluar
dari pembicaraan, mengungkapkan pikirannya, tidak mandiri, merasa rendah
diri, dan memberontak. Pola asuh permisif ditandai dengan orang tua yang
tidak terlalu banyak mengeluarkan aturan, sangat longgar terhadap
kedisiplinan, dan apapun diperbolehkan. Anak tidak dibiasakan mandiri dan
hampir semua keingingannya dipenuhi. Hal ini berakibat pada kebebasan anak,
rakus, penuntut, memiliki kontrol diri yang rendah, kurang bertanggung jawab,

2 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


kurang disiplin, dan tidak memikirkan orang lain. Orang tua dengan pola asuh
permisif, menurut Hurlock (1995:93) tidak mengajarkan peraturan kepada
anak. Mereka cenderung tidak diberi batas-batas atau kendala-kendala yang
mengatur dan apa saja yang boleh dilakukan; diizinkan mengambil keputusan
sendiri; tidak dihukum jika melanggar; dan tidak diberi penghargaan ketika
mereka berperilaku sosial baik. Berbeda dari pola asuh otoriter dan permisif,
pola asuh demokratis ditandai dengan sikap orang tua yang cenderung hangat,
menghargai anak, dan penuh perhatian serta kasih saying, seperti ketika anak
kalah dalam lomba, orang tua tidak menyalahkan. Orang tua memposisikan
dirinya untuk lebih mengerti dan memberi semangat kepada anak. Orang tua
lebih menekankan sikap terbuka antara anak dan orang tua. Paraturan disusun
dan disepakati bersama. Dampaknya, anak dengan pola asuh ini akan menjadi
orang yang bertanggung jawab, mandiri, kreatif, memiliki kontrol diri yang
baik, dan dapat berpendapat. Pola asuh yang diberikan orang tua kepada
anaknya berpengaruh terhadap kecerdasan emosional mereka (Karmila, 2013).
Pola asuh orang tua merupakan cara yang dilakukan oleh orang dalam
membimbing dan mendidik anak-anaknya dalam mencapai proses
kedewasaan yang lebih baik sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat yang berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan emosional
anaknya.
Kecerdasan emosional (EQ) adalah kemampuan mengekspresikan emosi
dan mengatasinya dengan cara yang positif terutama dalam situasi yang penuh
tekanan. Seseorang yang memiliki EQ tinggi mampu berkomunikasi dengan
efektif, berempati dengan orang lain, mengatasi kesulitan, dan meredakan
konflik secara cerdas. Kecerdasan emosional ini dibiasakan melalui proses non-
verbal yang membentuk pemikiran dan mempengaruhi kualitas hubungan
seseorang dengan orang lain di sekitarnya. Proses non-verbal pembiasaan yang
dapat dilakukan, salah satunya dengan menulis teks narasi. Seseorang dapat
menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang dialaminya atau yang dialami
oleh orang lain secara kronologis. Pilihan kata dan kalimat yang digunakan akan
memperlihatkan kualitas kecerdasan emosional mereka yang dipengaruhi oleh
pola asuh orang tuanya dalam membiasakan anak-anaknya.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 3


Kontribusi Pola Asuh Otoriter terhadap Keterampilan Menulis Teks Narasi
pada Anak Awal Fase Operasional Formal
Teks Narasi yang ditulis oleh anak pada awal fase operasional formal
memperlihatkan karakteristik yang unik. Cerita pengalaman pribadi bersama
orang tuanya di rumah ditulis dengan kualitas yang sangat baik. Ide gagasan
diungkapkan dengan jelas pada kalimat awal paragraf, Setiap libur aku selalu
merasa tidak suka. Kalimat kedua sampai dengan kelima adalah kalimat penjelas
yang menceritakan peristiwa atau kejadian yang membuatnya tidak suka
dengan libur. Mulai Ibuku selalu memarahi dan menyuruhku membersihkan
rumah... sampai dengan …Aku harus mengikuti semua perintah ibuku agar aku
tidak dihukum. Pada akhir paragraf, anak awal fase operasional formal ini
kembali menegaskan tidak suka libur dengan kalimat yang lengkap, terperinci,

dan pilihan kata yang sesuai dengan yang dirasakan …Aku lebih senang sekolah
bertemu teman-teman mendapatkan uang saku, dan belajar bersama-sama.
Cerita 1.
(Aini & Zulaeha, 2020)
Alur cerita disajikan dengan jelas sesuai kronologi kejadian atau peristiwa

4 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


yang selalu dialami, yaitu klimaks/komplikasi Setiap libur aku merasa tidak
suka, ibuku selalu memarahiku dan menyuruhku membersihkan rumah; evaluasi
Sebenarnya aku ingin …; orientasi Namun aku selalu dimarahi jika …; resolusi
Aku harus mengikuti semua perintah ibuku agar aku tidak dihukum; dan koda
Aku lebih senang sekolah bertemu teman-teman, mendapat uang saku, dan ….
Kronologi kejadian atau peristiwa ditandai dengan keterangan waktu kualitas
kejadian, baik berupa frasa setiap libur ... maupun kata …selalu…, kadang (-
kadang), keterangan evaluatif sebenarnya, keterangan bersyarat jika (memilih),
jika (aku), konjungsi antarkalimat namun, dan konjungsi setara penjumlahan
dan.
Kemampuannya menggunakan kata/frasa yang mencerap panca indera
untuk menceritakan suasana otoriter orang tuanya tampak pada ...selalu
memarahiku dan menyuruhku…., …selalu dimarahi…, ibu mencubit.., tidak
memberi uang jajan. Penanda-penanda formal ini dipahami dan digunakan
dalam mengekspresikan perasaan tidak suka dan membuatnya tertekan.
Bahkan, berpendapat pun tidak berkesempatan sehingga teks narasi yang
ditulisnya benar-benar menjadi ekspresi atau ungkapan perasaan atau emosi
yang tertahan.

Cerita 2.
(Aini & Zulaeha, 2020)
Kecerdasan emosional yang diekspresikan dengan penanda-penanda

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 5


formal juga tampak pada cerita 2, yakni penanda kronologi kejadian atau
peristiwa dan penanda kebahasaan yang berupa keterangan waktu. Kronologi
kejadian atau peristiwa ditandai dengan keterangan waktu kualitas setiap hari,
pulang sekolah, sering, dan keterangan waktu kuantitas jam tujuh sampai jam
setengah sepuluh, serta keterangan waktu bersyarat jika ….Teks narasi yang
ditulis oleh anak fase operasional formal dalam pola asuh otoriter ini memiliki
kesamaan alur cerita. Ada keunikan pada koda dalam cerita 2, yakni penulis
mengakhiri cerita dengan ungkapan empaty sebagai wujud perasaan berdamai
dengan suasana pola asuh dan emosinya.

Kontribusi Pola Asuh Permisif terhadap Keterampilan Menulis Teks Narasi


pada Anak Awal Fase Operasional Formal
Teks Narasi yang ditulis oleh anak pada awal fase operasional formal
dalam pola asuh permisif memperlihatkan karakteristik yang unik. Cerita
pengalaman pribadi bersama orang tuanya di rumah ditulis dengan kualitas yang
kurang baik. Ide gagasan diungkapkan dengan kurang jelas dan kurang tajam
pada kalimat awal paragraf, Hari yang paling aku suka adalah hari minggu. Teks
narasi yang ditulis oleh anal dalam pola permisif ini berbalik dengan teks narasi
yang ditulis oleh anak dalam pola asuh otoriter. Semua kalimat cenderung
pendek dan berstruktur sederhana yang terdiri atas Subjek (S) + Predikat (P),
SPKeterangan (K), dan SPPelengkap (P), seperti Biasanya aku bangun jam 9.
Kalimat kedua sampai dengan ketujuh adalah kalimat penjelas yang
menceritakan peristiwa atau kejadian yang membuatnya suka dengan hari
Minggu, yaitu Aku bisa bermain sesukaku sampai dengan Setelah sore kita
pulang mandi. Seluruh kalimat, kedua sampai ke delapan mendukung gagasan
pokok hari Minggu yang paling disuka.

6 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Cerita 3.
(Aini & Zulaeha, 2020)
Alur cerita disajikan dengan tidak lengkap sesuai dengan kronologi
kejadian atau peristiwa yang telah dialami, yaitu orientasi Hari yang paling aku
suka adalah ….; evaluasi Biasanya jika jam 12 aku belum pulang ibu mencariku;
resolusi Kemudian kita makan bersama ….; dan koda Setelah sore kita pulang
mandi. Alur cerita datar, tidak ada klimaks/komplikasi.
Kronologi kejadian atau peristiwa ditandai dengan konjungsi antarkalimat
penanda waktu, seperti lalu, kemudian, setelah…, dan setelah itu. Penanda
keterangan kualitas waktu yang digunakan biasanya dan keterangan bersyarat
jika.

Kontrubusi Pola Asuh Demokratis terhadap Keterampilan Menulis Teks Narasi


pada Anak Awal Fase Operasional Formal
Teks Narasi yang ditulis oleh anak dalam pola asuh demokratis pada awal
fase operasional formal memperlihatkan karakteristik yang unik. Cerita
Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 7
pengalaman pribadi bersama orang tuanya di rumah ditulis dengan kualitas yang
sangat baik. Ide gagasan diungkapkan dengan jelas pada kalimat pertama,
Kegiatanku pada hari Minggu bersama keluarga. Kalimat kedua sampai dengan
kesembilan kalimat penjelas yang menceritakan peristiwa atau kejadian pada
hari minggu. Kegiatannya bersama keluarga pada hari Minggu.
Alur ceritanya runtut dan datar. Orientasi dimulai kalimat Hari ini hari
Minggu sampai dengan Aku sangat senang setiap hari Minggu selalu
membersihkan rumah. Cerita ditutup dengan koda Ayah, Ibu, Kak Devi, dan Kak
Dian selalu mengajariku untuk membersihkan rumah dengan baik.

Cerita 4.
(Aini & Zulaeha, 2020)
Cerita berikutnya memiliki alur yang berbeda. Cerita dimulai dari

8 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


orientasi Aku dan orang tuaku memiliki peraturan dalam melakukan belajar.
Kemudian klimaks Senin sampai Sabtu jam tujuh sampai setengah Sembilan
adalah jadwal belajarku; evaluasi Ibuku tidak pernah marah Ketika aku tidak
bisa mengerjakan tugas…. dan resolusi …namun aku diminta membaca buku
yang ditunjukkan Ibu. Cerita ditutup dengan koda Tugas yang sulit menjadi
sangat mudah Ketika belajar bersama Ibu.
Kualitas teks narasi yang ditulis oleh sembilan anak dalam pola asuh
otoriter memiliki rata-rata skor 88.44, 5; dalam pola asuh permisif dengan rata-
rata skor 78.60, dan enam belas anak dalam pola asuh demokratis memiliki rata-
rata skor 81.25. Kualitas teks narasi yang ditulis anak dalam pola asuh otoriter
lebih tinggi daripada teks narasi yang ditulis oleh anak dalam demokratis, dan
permisif. Sementara itu, kualitas teks narasi yang ditulis oleh anak dalam pola
asuh permisif lebih rendah daripada anak dalam pola asuh demokratis.
Secara teoretis, anak dalam pola asuh otoriter lebih bersikap pasif. Orang
tua yang otoriter menerapkan peraturan-peraturan kepada anaknya dan
mereka harus mematuhi peraturan tersebut (Hurlock, 1995). Anak-anak
merespon cenderung tidak melakukan sesuatu hal dengan perintah, bukan atas
inisiatif atau inovasi sendiri tanpa izin. Rerata skor keterampilan menulis teks
narasi yang lebih tinggi pada anak dalam pola asuh otoriter ini menjawab
kebutuhan mereka untuk mengekspresikan perasaan dan keinginannya. Teks
narasi yang dihasilkan merupakan suara hati mereka (Gutiérrez1, 2015). Mereka
membutuhkan aktivitas yang memberi kebebasan untuk berekspresi (Mahmudi,
2013), mengungkapkan perasaan dan pikiranya dengan kreatif dalam bentuk
teks narasi.
Kecerdasan emosional dan kognitif mereka berkembang dengan baik.
Ketika mereka diberi kesempatan mengembangkan cara berpikir aktif, berpikir
analitis, berpikir kreatif, dan berpikir solutif (Zulaeha, 2016) ternyata mereka

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 9


bisa memecahkan masalah yang dihadapinya sendiri dan mentransfer kebiasaan
itu dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan Arbayah (2013) dan Mustofa (2017) bahwa belajar menemukan
sendiri dapat mengembangkan pola berpikir analitis dan solutif, memecahkan
masalahnya sendiri dengan cara menemukan. Mereka berusaha berdamai
dengan kondisi pola asuh otoriter orang tuanya. Akan tetapi, pada kesempatan
yang tepat mereka mengekspresikan diri secara positif dengan terus mencari
solusi kreatif atas permasalahan yang dialaminya. Mereka merasa tertantang
(Ishak & Lau, 2012; Wulansari & Zulaeha, 2018) oleh suatu kondisi pola asuh
untuk bisa keluar dari permasalahan dengan positif. Meskipun demikian, anak-
anak dalam pola asuh ini tetap memerlukan bimbingan dan arahan agar mereka
selamat berada di jalan yang benar. Peran pendidik dan orang-orang di
sekitarnya sangat signifikan dalam perkembangan psikis maupun psikologis
serta perkembangan bahasa mereka.

Penutup
Pola asuh orang tua berkontribusi signifikan terhadap keterampilan
menulis teks narasi pada anak fase operasional formal. Kemampuan mereka
mengenali dan menggunakan penanda-penanda formal, seperti peraturan di
keluarga dan sekolah, diekspresikan dalam kalimat-kalimat yang dijalin dengan
koheren dan koherensi sehingga menghasilkan teks narasi yang runtut dan
cerita yang memiliki alur yang dinamis. Meskipun demikian, pola asuh orang tua
ini bukan satu-satunya penentu perkembangan bahasa anak, dalam hal ini
keterampilan menulis teks narasi. Faktor lingkungan, pendidikan, dan karakter
anak turut berkontribusi terhadap perkembangan pola berpikir mereka. Strategi
pembelajaran yang digunakan oleh pendidik di sekolah, bimbingan dan arahan

10 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


oleh orang-orang di lingkungan rumah dan tempat bermain turut berkontribusi
terhadap pembentukan pola berpikir analitis dan berpikir solutif dalam
menghadapi permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Kebutuhan
kebebasan berekspresi dapat mereka peroleh ketika pendidik memberinya
kesempatan menceritakan kehidupannya di rumah bersama orang tuanya
dalam bentuk teks narasi. Keinginan-keinginan dan gagasan-gagasan yang
terpendam dapat diekspresikan dalam teks narasi yang runtut dan lengkap alur
ceritanya. Ini adalah wujud aktualisasi diri positif. Keberhasilan aktualisasi diri
ini salah satunya dapat diwujudkan dengan adanya kebebasan menuangkan
kreativitas mereka.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 11


Daftar Pustaka
Aini, I.N. & Zulaeha, I. (2020). Kefektifan Pembelajaran Menulis Teks Narasi
dengan Model Problem Based Learning dan Discovery Learning
Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua pada Peserta Didik Sekolah Dasar”.
Journal of Primary Education, hidden.

Alizadeh, S., Thalib, M. B. A., Abdullah, R., & Mansor, M. (2011). “Relationship
between Parenting Style and Children’s Behavior Problems”. Asian Social
Science, 7(12):198.

Arbayah. (2013). “Model Pembelajaran Humanistik”. Dinamika Ilmu. 13 (2):205.


Asfandiyar, Andi Yudha. (2012). Creative Parenting Today: Cara Praktis Memicu
dan Memacu Kreativitas melalui Pola Asuh Kreatif. Bandung: Kaifa.

Ayuningsih, H. & Zulaeha. I. (2019). “The Effectiveness of Learning Using Short


Story Writing Multiliteracy Model with Public Service Advertising Media
Based on The Learning Types of Senior High School Students”. Seloka:
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 8 (3):71.

Casmini. (2007). Dasar-Dasar Pengasuhan Kecerdasan Anak. Yogyakarta: Pilar


Media.

Edmay, Lydia V. D., dkk. (2014). “Pola Asuh Demokratis, Kemandirian dan
Motivasi Berprestasi pada Peserta Didik”. Pesona Jurnal Psikologi
Indonesia. 3 (1): 69.

Gutiérrez1, Katia G. C., Puello2 M. N., & Galvis, L.A.P. (2015). “Using Pictures
Series Technique to Enhance Narrative Writing among Ninth Grade
Students at Institución Educativa Simón Araujo”. English Language
Teaching. 8 (5): 59.

Hurlock, Elizabeth B. (1995). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Ishak, Z. Low, S. F., & Lau, P.L. (2012). “Parenting Style as a Moderator for
Students' Academic Achievement”. Journal of Science Education and
Technology. 21 (4): 490-491.

12 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Karmila, Mila. (2013). “Pengaruh Metode Bercerita dan Pola Asuh Orang Tua
terhadap Kecerdasan Emosional”. Jurnal Pendidikan Usia Dini. 7 (2).

Mahmudi, Zulaeha, I., & Supriyanto, T. (2013). “Menulis Narasi dengan Metode
Karyawisata dan Pengamatan Objek Langsung serta Gaya Belajarnya”.
Journal of Primary Education. 2 (1): 182.

Wulansari, D. E. & Zulaeha, Ida. (2018). “Keefektifan Pembelajaran Menyusun


Teks Eksplanasi dengan Model Investigasi Kelompok dan Problem Based
Learning pada Peserta Didik Kelas VII SMP”. Jurnal Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia. 7 (2): 27.

Zulaeha, Ida. (2016). Teori, Model, dan Implementasi Pembelajaran Menulis


Kreatif. Semarang: Unnes Press.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 13


BAGIAN II

MODEL SINEKTURTILA SARANA PENDIDIKAN KARAKTER


PEMBELAJARAN MELISANKAN PANTUN PADA SISWA KELAS TINGGI

Dr. Panca Dewi Purwati, M.Pd.


Dosen PGSD/Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
Email: pancadewi@mail.unnes.ac.id

Pendahuluan
Pantun adalah salah satu puisi khas milik bangsa Indonesia sebagai aset
budaya Indonesia bernilai luhur. Pantun berasal dari bahasa Minangkabau yaitu
patuntun (Pangesti dkk. 2016) yang beramakna nasihat. Pantun hampir-hampir
dilupakan karena sekarang jarang diproduksi. Pada era digital ini sudah
selayaknya bangsa Indonesia berupaya mengenal, memiliki pengetahuan,
menyelamatkan, dan melestarikan pantun yang sangat berguna untuk
membangun karakter bangsa.
Standar isi kurikulum 2013 jenjang SD telah berpihak pada konservasi
budaya asli Indonesia. Salah satunya muncul pada kurikulum bahasa Indonesia
jenjang sekolah dasar kompetensi dasar melisankan pantun (KD 4.6) di kelas lima
(V). Para pendidik seharusnya bersepakat untuk bersungguh-sungguh
memfasilitasi pembelajaran sehingga siswa mencapai tujuan pembelajaran, yaitu
dapat melisankan pantun hasil karya pribadi. Siswa perlu dibelajarkan dengan
model pembelajaran yang tepat sehingga pembelajaran berjalan dengan efektif
dengan memberi arah produk pantun siswa tetap memiliki style Indonesia.
Menurut Benjamin S. Bloom tujuan pendidikan adalah agar manusia lebih
berkualitas segi kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Tujuan itu sejalan
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menyatakan bahwa pendidikan harus berimbang antara pengembangan
kemampuan otak, hati, serta pengembangan kekuatan otot (Supriyono, 2002:
1). Demikian juga dengan satu ciri kurikulum 2013, kompetensi pengetahuan
harus diimbangi dengan keterampilan, dan sikap. Pengetahuan cara menyusun
pantun dilanjutkan dengan keterampilan melisankan pantun yang disyaratkan
dalam KD tersebut. Proses pembelajaran diamati agar sikap siswa dapat
diidentifikasi. Siswa dalam mewujudkan KD tersebut wajib memiliki simpanan

14 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


memori kosakata yang bagus sebagai hasil literasi. Deskripsi ini merupakan
penerapan ideal tentang pembelajaran melisankan pantun yang ideal, harapan
semua guru.
Fakta yang ada kualitas literasi di Indonesia masih sangat rendah. PISA
2018 melaporkan peringkat Indonesia ada di nomor 7 dari bawah dengan angka
capaian 382 (Merdeka Belajar Kampus Merdeka 2020). Hasil survey dari studi
Most Littered Nation in The Word 2016 bahwa minat baca masyarakat Indonesia
menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara (http://tirto.id/najwa-papa). Di sisi
lain, kita sudah masuk pada abad ke-21. Sekarang ini tuntutan kemampuan
berliterasi bangsa Indonesia berkaitan erat dengan tingkat keterampilan
berbahasa yang berujung kemampuan memahami informasi secara analitis,
kritis, dan reflektif. Ini dua sisi yang tak berimbang. Literasi Indonesia masih
rendah, tetapi tuntutan begitu tinggi. Perlu upaya agar kenyataan dan harapan
tersambung dengan baik. Salah satunya berliterasi budaya melalui pembelajaran
melisankan pantun.
Hasil analisis kebutuhan melalui angket terhadap pembelajaran
melisankan pantun hasil karya sendiri diperoleh data bahwa umumnya siswa
kelas V masih kesulitan menentukan tema, amanat (unsur batin pantun), dan
rangkaian kata konkret (unsur lahir pantun) sebagai bentuk nyata satu jenis
pantun yang strukturnya tertata sesuai dengan aturan konvensional. Meskipun
umumnya guru telah memfasilitasi pembelajaran melisankan pantun dengan
pendekatan saintifik yang disarankan kurikulum 2013, ternyata dirasa kurang
memberi kesempatan siswa berkreasi. Siswa memiliki keterbatasan menentukan
teman dan amanat pantun secara cepat.
Fakta permasalahan pembelajaran tersebut diidentifikasi sebelum terjadi
wabah covit-19 melanda dunia. Sekarang dengan merebaknya pandemi
tersebut, tentu semakin banyak hambatannya. Setidaknya ada lima kegiatan
yang dilarang untuk dilakukan selama masih ada pandemi. 1) Menyelesaikan
target pekerjaan dan studi dalam komunitas bersama di kantor/kampus
/sekolah/dll. 2) Melakukan wisata alam, wisata kuliner, dan lainnya di tempat
umum. 3) Melakukan perjalanan ke luar kota/luar negeri. 4) Melakukan olah
raga di luar rumah. 5) beribadah/rapat /berdagang/dll bersama-sama di ruang
yang sama.
Hal ini tentu tidak pernah diharapkan oleh bangsa Indonesia. Bahkan
Indonesia berharap akan segera lahir GIE (Generasi Indonesia Emas) yang
berkarakter dan siap memberikan berbagai perubahan tahun 2045 (1945-2045).
Ini adalah tantangan yang wajib direspon para pendidik. Alokasi waktu
pembelajaran melisankan pantun memiliki keterbatasa. Salah satu upaya guru

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 15


bisa memanfaatkan alokasi waktu GLS (gerkan literasi sekolah) yang umumnya
sudah ditata hampir semua sekolah setiap hari.
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 bahwa kegiatan gerakan literasi
sekolah (GLS) melibatkan unsur eksternal dan unsur publik, orang tua, alumni,
masyarakat, dunia usaha, dan merupakan komponen penting literasi (Panduan
GLS 2016:1). Apabila alokasi GLS diberdayakan secara berkelanjutan (literasi
pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran), khususnya pada
pembelajaran menulis dan melisankan pantun, tentu akan sangat membantu
guru memberikan pembekalan aspek pengetahuan dengan cara menyiapkan
modul tentang pembelajaran melisankan pantun yang dapat diunduh siswa
sebagai panduan pembelajaran secara mandiri.
Pantun sebagai salah satu puisi rakyat memiliki struktur yang sudah
distandarkan sejak jenis puisi itu ada. Maka, aliran strukturalisme perlu dijadikan
kerangka berpikir yang penting untuk menetapkan bentuk fisik pantun. Masih
ada satu lagi yang menjadi modal siswa dalam membuat puisi rakyat, yaitu
struktur batin puisi rakyat. Struktur batin puisi memiliki kebebasan sesuai
dengan gaya pribadi masing-masing. Maka, aliran stilistika perlu dimaknai bahwa
siswa perlu mengembangkan style pribadi dan pandangan hidup bangsanya
melalui pantun buatan siswa. Agar berdaya membangun karakter, maka struktur
batin penting untuk dikaitkan dengan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Bangsa yang besar adalah yang menghargai sejarahnya. Pantun adalah
satu sejarah budaya lama Indonesia yang menjadi ciri jati diri bangsa. Di sisi lain,
Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang menjadi landasan berpikir,
berperilaku, dan menilai kualitas. Kesulitan siswa menemukan tema dan amanat
pantun akan efektif bila guru memberikan arah style tema pantun dengan
mengarahkannya pada nilai-nilai luhur Pancasila. Dengan demikian, guru sudah
membantu memberikan inspirasi yang mengarah pada produk pantun berjati
diri bangsa Indonesia.
Lebih dari itu kompetensi menulis dan melisankan pantun merupakan
keterampilan menulis sastra yang penting. Keterampilan tersebut sangat
diperlukan untuk membangun kepekaan rasa, cipta, dan karsa siswa.
Keterampilan menulis puisi adalah satu keterampilan berbahasa yang paling
tinggi tingkatannya (Nurhadi 1995:343). Artinya kompetensi pantun perlu
dibelajarkan dengan model pembelajaran yang tepat. Karena penciptaan puisi
membutuhkan ruang gerak kreativitas siswa yang cukup luas, maka penerapan
model sinektik dalam pembelajaran melisankan pantun diprediksi sangat efektif.

16 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Model sinektik (Joyce dkk 2009:253) merupakan model pembelajaran yang
efektif untuk mengembangkan kreativitas. Tujuan model ini adalah
menumbuhkan kreativitas sehingga diharapkan siswa mampu menghadapi
setiap permasalahan yang dihadapinya. Model sinektik mengungkapkan bahwa
model pembelajaran ini memberikan siswa kebebasan untuk menuangkan ide
dan gagasannya tanpa pemikiran tata bahasa, cara mengawali tulisan, dan lain-
lain. Maka model sinektik ini akan lengkap bila dilengkapi dengan aliran
strukturalisme dan aliran stilistika. Ide/gagasan yang menjadi permasalahan
siswa perlu dipantik dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Maka model ini
selanjutnya disebut model sinekturtila, perpaduan antara sintagmatik model
sinektik yang dilengkapi dengan bahan ajar berupa modul tentang pembelajaran
pantun berdasarkan aliran strukturalis dan stilistika (unsur lahir dan unsur batin
pantun) dengan pemacu ide berupa nilai-nilai luhur Pancasila (sinekturtila
akronim dari sinektik, strukturalis, stilistika, dan Pancasila).
Pengembangan model sinekturtila ini diprediksi berdampak positif
terhadap proses dan hasil belajar. Pengembangan model sinekturtila untuk
memfasilitasi pembelajaran melisankan pantun memiliki dua tujuan
pengembangan. 1) Mendeskripsi teori konseptual model sinekturtila. 2)
Mendeskripsi pengimplementasian model sinekturtila pada proses belajar
menulis dan melisankan pantun.
Permasalahan Pembelajaran
Banyak masalah dalam pembelajaran kompetensi melisankan pantun.
Bahan ajar yang spesifik, model pembelajaran yang tepat, media pembelajaran
yang kontekstual, atau bahkan figur guru yang inspiratif sangat dibutuhkan
untuk mengatasi plagiasi yang dilakukan siswa. Karena ide kreatif siswa belum
dirangsang secara efektif maka kebuntuan siswa tersebut biasanya
ditindaklanjuti dengan usaha menyalin atau melakukan plagiasi dengan cara
mengambil pantun yang ada di berbagai media/buku. Dampaknya adalah ketika
melisankan pantun tersebut maka rasa percaya diri siswa dan penghayatannya
kurang maksimal. Hal ini mempengaruhi ketepatan lafal, intonasi, dan ekspresi
yang menjadi indikator penilaian pelafalan pantun. Siswa tidak memiliki
penjiwaan dalam melisankan pantun ‘buatannya.” Artinya bahwa keberhasilan
siswa membuat pantun secara mandiri mampu menjadi kunci keberhasilan
melisankan pantun tersebut.
Rendahnya kemampuan siswa dalam hal keterampilan menulis dan
melisankan pantun karya pribadi sekurang-kurangnya dipengaruhi oleh tiga

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 17


faktor. Pertama, faktor diri siswa. Kedua, keterbatasan guru. Ketiga, sarana
prasarana pendukung berhasilnya saat melisankan pantun.
Faktor dari siswa adalah ide, batang tubuh pantun, dan konteks. Faktor
guru dan sarana prasaran pembelajaran bisa saja tanpa disadari menyebabkan
tidak maksimalnya proses dan hasil belajar siswa. Keterbatasan guru sekolah
dasar hal yang wajar. Seperti diketahui bahwa guru sekolah dasar wajib
menguasai semua mata pelajaran. Hal ini memungkinkan guru lebih menonjol di
satu mata pelajaran tetapi lemah di mata pelajaran lainnya. Namun guru tetap
berkewajiban mencari solusi permasalahan pembelajaran.
Maka perlu ada upaya guru dalam menyiapkan perangkat, media, sumber
bahan, alat evaluasi, yang ditata berdasarkan model pembelajaran yang
diprediksi efektif memfasilitasi pembelajaran melisankan pantun. Sarana ruang
kelas dapat disiasati dengan penyiapan kelas faktual dan kelas virtual agar
pembelajaran berlangsung secara fleksibel dalam rangkaian kegiatan
pembelajaran berbasis nilai-nilai luhur Pancasila.
Model sinekturtila dikembangkan mengacu pada pendapat Joyce. Model
pembelajaran adalah suatu usaha merencanakan satu pola prosedur, sistematis,
dan terstruktur yang digunakan sebagai pedoman perencanaan pembelajaran,
termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain
(Joyce 2009:4).
Model sinekturtila berupa teori konseptual yang selanjutnya teori tersebut
dituangkan secara riel dalam bentuk perangkat pembelajaran. Model
pembelajaran diharapkan mampu memberi arah siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Dan tentu saja model pembelajaran
tersebut perlu dilakukan uji validasi oleh pakar dan praktisi sebelum
diimplementasikan.
Teori Konseptual dan Implementasi Model Sinekturtila
Teori Konseptual Sinekturtila Berikut ini beberapa teori-teori yang digunakan
sebagai dasar konseptual dalam menetapkan model sinekturtila.

18 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


a) Karakteristik Siswa Kelas Tinggi
Karakteristik siswa (Alfin 2015) merupakan ciri khusus yang dimiliki oleh
masing-masing siswa baik sebagai individu atau kelompok sebagai pertimbangan
dalam proses pengorganisasian pembelajaran. Karakteristik siswa penting untuk
dipertimbangkan untuk menetapkan desain pembelajaran. Berikut penjelasan
tentang perkembangan siswa kelas tinggi jenjang sekolah dasar dari segi sikap
sosial emosional, mental, psikomotor, dan kognitif.
Ciri khas karakteristik sikap sosial dan emosional siswa kelas tinggi,
khususnya kelas V dapat dideskripsikan sebagai berikut. (a) Bersamaan dengan
proses kematangan fisik, emosinya pada waktu itu tidak stabil. (b) Karena hasrat
bergabung dan adanya perbedaan cara menimbulkan salah paham antara anak
satu dan lainnya. (c) Siswa usia ini mudah timbul takjub. (d) Siswa usia ini emosi
biasa berontak. (e) Mempunyai tanggapan positif terhadap penghargaan dan
puji-pujian. (f) Siswa masa ini punya pandangan kritis terhadap tindakan orang
dewasa. (g) Rasa kebanggaan berkembang. (h) Setiap hal yang dikerjakan,
menginginkan adanya penghargaan atau pengenalan. (i) Ingin pengenalan atau
penghargaan dari kelompok. (j) Siswa mudah memperoleh teman. Mereka lebih
senang melakukan kegiatan kelompok dari pada kegiatan yang bersifat
perorangan (individual).
Karakteristik mental siswa kelas V sudah menunjukkan kemantapan
bersikap dan berperilaku. (a) Siswa masa ini gemar bermain. (b) Siswa lebih
berminat dalam permainan-permainan dalam tim. (c) Siswa sangat terpengaruh
apabila ada kelompok yang menonjol atau mencapai prestasi tinggi. (d)
Sementara siswa masa ini mudah putus asa, karena itu usahakan bangun
kembali atau bangkit kembali apabila tidak berhasil dalam mencapai sesuatu. (d)
Dalam melakukan sesuatu usaha, selalu berusaha mendapat persetujuan dari
guru terlebih dahulu. (e) Siswa masa ini pada umumnya memperhatikan soal
waktu, karena itu berusaha bekerja tepat pada waktunya.
Karakteristik perkembangan psikomotorik tingkat operasional konkrit
pada umur 7-11 tahun siswa sudah berkembang motorik kasar dan motorik halus
dengan lebih nyata. Siswa telah dapat mengetahui simbol-simbol matematis,
tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak.
Kecakapan kognitif siswa dapat dikelompokkan ke dalam lima jenis:
kombinasivitas/klasifikasi, reversibelitas, asosiativitas, identitas, seriasi. Ada
Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 19
empat faktor yang berpengaruh dalam perkembangan kognitif. (a) Lingkungan
fisik; kontak dengan lingkungan fisik perlu karena interaksi antara individu dan
dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru. (b) Kematangan, artinya
membuka kemungkinan untuk berkembang, sedangkan kalau kurang hal itu
akan membatasi secara luas prestasi kognitif. (c) Pengaruh sosial, artinya
termasuk penanaman bahasa dan pendidikan lingkungan sosial adalah
pengalaman seperti itu seperti pengalaman fisik dapat memacu atau
menghambat perkembangan struktur kognitif. (d) Proses pengaturan diri yang
disebut equilibrasi. Alih-alih ekuilibrasi mengatur interaksi spesifik dari individu
dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial, dan jasmani.
Ekuilibrasi menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan
tersusun dengan baik.
Siswa dengan karakteristik tersebut sangat efektif bila ditanamkan nilai-
nilai luhur Pancasila dengan rangkaian model sinektik yang memacu kreativitas
siswa yang memang sudah mulai tumbuh. Menulis dan melisankan pantun
sangat menantang untuk dibelajarkan dengan tata cara yang kreatif dan efektif.
b) Menulis dan Melisankan Pantun
Kegiatan pembelajaran ini adalah proses belajar menulis dan melisankan
pantun sehingga si pembelajar menghasilkan produk: teks pantun dan
pembacaan pantun tersebut. Ada sejumlah tahapan/langkah yang harus
ditempuh si pembelajar agar menunjukkan kemampuan terampil menulis dan
melisankan pantun. Tahap pembelajaran menulis yang efektif sebaiknya
berlangsung secara alamiah namun dengan cara yang ilmiah.

Kondisi belajar menulis yang ideal adalah dalam suasana yang


menggembirakan. De Porter dan Hernacki (2002:9) menyatakan bahwa belajar
dapat dan harus menyenangkan agar menghasilkan. Agar proses pembelajaran
menulis dan melisankan pantun berlangsung dengan menyenangkan, diperlukan
cara inovasi yang tepat. Aktivitas inovasi pembelajaran menurut Fontana
(2011:91) meliputi kegiatan penggalian ide dan konsep, pengembangan
mengubah ide dan konsep menjadi produk baru, dan penyebaran ide. Kegiatan

20 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


menulis pantun yang berorientasi pada proses dan produk sesuai dengan teori
tersebut.
Pembaharuan pembelajaran akan mengubah kegiatan kompleks menjadi
lebih menyenangkan. Demikian pula pembelajaran menulis dan melisankan
pantun, sintakmatik/langkah-langkah pembelajaran yang simpel akan mampu
memandu pembelajar mengikuti tahapan secara runtut dan efektif. Untuk
mewujudkan konsep tersebut diperlukan satu model belajar yang sesuai dengan
tujuan, materi, konteks, dan ketersediaan instrumen atau sarana prasarana
belajar.
c) Aliran Strukturalisme
Aliran Strukturalisme merupakan gerakan intelektual yang dimulai di
Prancis tahun 1950-an. Pertama kali aliran strukturalisme diketahui dalam karya
Antropologis Claude Levi-Strauss (1908) dan kritik sastra Roland Barthes (1915 –
1980). Menurut aliran strukturalisme ini pengalaman mental yang kompleks
sebenarnya adalah struktur yang terdiri atas keadaan-keadaan mental yang
sederhana. Orientasi aliran ini adalah menyelidiki struktur satu bentuk karya
sastra dan mengembangkan aspek pembentukannya. Salah satu karya sastra
tersebut adalah puisi rakyat yang tentu memiliki struktur khas.
Pendapat Ferdinand de Saussure tentang analisis bahasa lebih mudah
untuk dijadikan cara mengkaji bahasa dan kesastraan. Teori yang dikemukakan
Saussure meliputi (1) penampang diakronis dan sinkronis, (2) langue/bahasa dan
parole/tuturan, (3) penanda/bentuk dan petanda/gagasan, dan (4) sintakmatik
dan asosiatif. Bentuk kesastraan yang dimaksud Ferdinand adalah sastra secara
umum, berupa prosa, puisi, maupun drama.
Struktur semua karya sastra tentu berbeda satu sama lain. Struktur karya
sastra berupa puisi ada beberapa kararker yang berbeda dengan prosa, misalnya
aspek bunyi, irama, dan tipografi puisi. Menurut Waluyo (2002:27) struktur yang
membangun puisi ada dua, yaitu struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik
adalah larik-larik puisi yang bersama-sama membangun bait-bait dalam puisi.
Struktur ini membangun kesatuan makna dalam keseluruhan pantun
sebagai sebuah teks. Struktur fisik merupakan media untuk mengungkap
struktur batin puisi (Kurniawan 2009:93). Hal ini menyiratkan bahwa dalam
sruktur fisik pantun terdapat struktur batin pantun. Adapun struktur fisik pantun

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 21


berupa tipografi (bentuk pantun) yang dibangun oleh kata-kata yang dipilih,
berimaji, bermajas, dan berrima. Struktur batin pantun berupa tema yang
dilengkapi dengan nada, rasa, dan amanat.
Struktur batin dapat dikuasai dengan menangkap makna pantun, sesuatu
yang ada tetapi berada di luar fisik pantun. Ada tiga pernyataan kaum
strukturalis yang berkenaan dengan makna: 1) bahasa adalah sistem tanda yang
didasarkan pada kearbitreran, 2) makna kata adalah relasional, dan 3) bahasa
adalah konstitusif, mengangkat dunia kita, bukan sekadar rekaman atau nama
dari dunia. Makna berhubungan dengan objek dalam pikiran manusia, dan
dibangun serta diekspresikan melalui bahasa, belum dimuat dalam sesuatu.
Jalan pikiran mengenai bahasa sangat memengaruhi kaum strukturalis, karena
memberi mereka model sebuah sistem yang menunjukkan bahwa satu individual
berhubungan dengan individu atau hal lain, sehingga membentuk struktur yang
lebih luas.
d) Aliran Stilistika
Stilistika berasal dari bahasa Inggris “style” yang berarti gaya. Stilistika
menurut kamus bahasa Indonesia yaitu ilmu kebahasaan yang memelajari gaya
bahasa. Istilah stilistika berasal dari istilah stylistics dalam bahasa Inggris. Istilah
stylistics terdiri atas dua kata style dan ics. Stylist adalah pengarang atau
pembicara yang baik gaya bahasanya, perancang atau ahli dalam mode. Ics
adalah ilmu, kaji, telaah. Stilistika adalah ilmu gaya atau ilmu gaya bahasa.
Sedangkan menurut C. Bally, Jakobson, Leech, Widdowson, Levin, Ching,
Chatman, C. Dalan, dan lain-lain menentukan stilistika sebagai suatu deskripsi
linguistik dari bahasa yang digunakan dalam teks sastra.

Salah satu aliran stilistika menganggap bahwa struktur puisi (Pradopo


2002:118) berupa susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antarunsurnya
terjadi hubungan timbal balik, saling menentukan. Stilistik dibatasi kepada
penggunaan gaya bahasa dalam karya sastra, termasuk puisi. Gaya bahasa
adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang tertentu
untuk maksud tertentu. Akan tetapi secara tradisional gaya bahasa selalu
dikaitkan dengan teks sastra, khususnya teks sastra tertulis. Gaya bahasa

22 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


mencakup diksi atau pilihan kata, struktur kalimat, majas, dan citra, pola rima,
makna yang digunakan seorang sastrawan.
Keraf (2006:115) menjeniskan gaya bahasa berdasarkan dari berbagai
sudut pandang. (1) Bahasa berdasarkan pilihan kata berdasarkan pilihan kata.
Gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat, sesuai untuk posisi-
posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata dilihat
dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. (2) Gaya bahasa berdasarkan
nadanya bahasa. Ada tiga gaya bahasa ditinjau dari nadanya: sederhana, mulia
bertenaga, dan gaya bahasa menengah. Gaya sederhana ialah gaya yang
biasanya cocok untuk memberi instruksi, perintah, pelajaran, perkuliahan dan
sejenisnya. Gaya mulia dan bertenaga ialah gaya yang penuh dengan vitalitas
dan enersi dan biasanya digunakan untuk menggerakkan sesuatu. Gaya
menengah ialah gaya yang diarahkan kepada usaha untuk menimbulkan suasana
senang dan damai. (3) Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk
meciptakan gaya bahasa.
Berdasarkan pilihan kata gaya bahasa dibagi menjadi tiga. Pertama, gaya
bahasa resmi, ialah gaya dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang digunakan
dalam kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang dipergunakan oleh mereka
yang yang diharapkan mempergunakannya dengan baik dan terpelihara. Kedua,
gaya bahasa tak resmi, ialah yang digunakan dalam cakupan nuansa tidak resmi,
dalam cakupan bahasa nonformal. Ketiga, gaya bahasa percakapan, ialah gaya
bahasa yang digunakan dalam kata-kata populer dan percakapan.
Gaya/style menjadi salah satu penentu sampainya tema atau gagasan
(unsur batin) sebuah karya sastra kepada pembaca karya sastra tersebut.
Menurut Aminuddin (2002:2) dalam studi retorik dikenal adanya tiga tahapan
dalam memaparkan tema/gagasan. Pertama adalah invensi (invention), yakni
tahap pelintasan gagasan dan penemuan ide, penciptaan yang sebelumnya tidak
ada. Kedua disposisi (disposition), yakni tahap penyusunan gagasan hingga
membentuk kesatuan isi tertentu sesuai dengan ide yang ingin disampaikan.
Ketiga adalah cara (style) dalam memaparkan isi tuturan yang telah disusun
melalui wahana kebahasaan. Maka stilistika sangat penting dilibatkan dalam
upaya membangun karya sastra, juga termasuk pantun.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 23


e) Model Sinektik
Menurut Trianto (2007:3) model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran
diorganisasikan untuk membantu menjawab banyak permasalahan sehari-hari.
Model pembelajaran menurut Joyce dan Weil (2009:30) tidak saja berupa
perencanaan model interaksi pembelajaran, lebih dari itu model pembelajaran
juga meliputi perencanaan materi ajar dan sumber belajar yang digunakan baik
secara klasikal maupun mandiri.
Sinektik digagas oleh Gordon (dalam Joyce 2011: 252) berdasarkan empat
gagasan yang sekaligus juga menyaingi pandangan-pandangan konvensional
tentang kreativitas. Pertama, karena kreativitas sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Kedua, proses kreatif tidak selamanya serius. Ketiga, penemuan
yang dianggap inovasi atau kreatif sama rata di semua bisang seni, sains, teknik,
dan ditandai oleh proses intelektual yang sama. Keempat, bahwa penemuan
(pola pikir kreatif) individu maupun kelompok tidak berbeda. Model sinektik
dapat diterapkan dalam pembelajaran melisankan pantun memiliki perbedaan
dengan penerapan model sinektik lainnya.
Pembeda setiap model pembelajaran dapat diidentifikasi berdasarkan
lima unsur model, yaitu: struktur pembelajaran, sistem sosial, sistem
pendukung, dampak instruksional, dampak pengiring.
Struktur pembelajaran model sinektik salah satu didasarkan membuat
sesuatu yang baru (creating something new). Sesuatu yang baru, misalnya
pantun yang kekinian, dirancang untuk membuat hal familiar menjadi asing,
membantu melihat masalah-masalah hidup, mengemukakan gagasan kreatif,
mengemukakan hasil-hasil pantun lama dengan cara yang baru dengan
pandangan kreatif.
Model sinektik bertujuan mengembangkan kreativitas individu dalam
aktivitas tim. Kreativitas individu dapat dimulai membuat produk bersama tim
kecil terlebih dahulu. Setelah memiliki pengalaman bersama tim, berikutnya
secara mandiri setiap pembelajar menghasilkan produk puisi rakyat hasil inovasi
dan kreativitas secara mandiri.

24 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Setiap model ditandai berdasarkan lima unsur model, yaitu: (1) struktur
pembelajaran, (2) sistem sosial, (3) sistem pendukung, (4) dampak instruksional,
dan (5) dampak pengiring. Demikian model sinektik, kelima unsur model
tersebut dapat dideskripsi sebagai berikut. Baik model-model maupun strategi-
strategi pengajaran sinektik (Zulaeha 2016:258) sebenarnya disusun dengan
mudah untuk memprakarsai rangkaian pembimbingan dan mekanisme
operasional.
f) Nilai-Nilai Luhur Pancasila
Sebagai dasar dan ideologi negara, Pancasila memuat nilai-nilai mulia. Nilai
dalam Pancasila menjadi asas dalam sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia.
Dalam berpikir, bersikap, dan bertindak, nilai-nilai itu juga senantiasa menjadi
tolok ukur (Zamroni 2013:10). Artinya, nilai-nilai Pancasila merupakan sesuatu
yang diidealkan, yang hendak dicapai dalam kehidupan nyata kita
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Mengenal, memahami, menulis, dan melisankan teks puisi rakyat
menunjukkan menjunjung tinggi nilai persatuan. Menghargai dan berusaha
melestarikan salah satu budaya bangsa berarti menunjukkan sikap cinta tanah
air dan bangsa. Dalam kegiatan berlatih menulis, dibutuhkan tema pemicu yang
penting, mendasar, dan mudah diidentifikasi oleh semua orang Indonesia. Upaya
menawarkan nilai-nilai Pancasila sebagai tema pantun buatan siswa adalah
solusi yang baik untuk menanggulangi kebuntuan ide. Nilai-nilai tersebut
penting, mendasar, dan sangat berguna untuk mengatur sendi-sendi kehidupan
bangsa Indonesia. Ada lima nilai utama, yaitu: ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan.

Berpedoman lima nilai Pancasila diprediksi proses berlatih menulis puisi


rakyat lebih efektif karena tema utama dan amanat dengan cepat ditemukan.
Siapa pun yang mau menulis puisi rakyat akan lebih fokus dalam mempersiapkan
unsur batin, yang sesungguhnya unsur terpenting dalam menulis puisi rakyat.
Bila tema dan amanat yang sesuai dengan rasa dan nada sudah teridetifikasi,
tinggal satu langgah menuju produksi, mempersiapkan unsur lahir puisi, yaitu
kata-kata untaian larik dan bait pantun.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 25


Setelah tema dan amanat dengan dapat ditemukan, selanjutnya
memnyiapkan unsur fisik, yaitu kata-kata yang akan ditata dalam larik dan bait
puisi. Maka penulis pantun membutuhkan pemahaman tentang aspek
kebahasaan, utamanya adalah kelas kata, klausa, dan kalimat.
g) Kelas Kata, Klausa, dan Kalimat
Puisi lama Indonesia berupa gurindam dan puisi lama lainnya menurut
Alisjahbana (2004:75) terjadi dari sebuah kalimat majemuk, yang dibagi menjadi
dua larik bersajak. Hal ini menyiratkan bahwa menyusun gurindam
membutuhkan kalimat majemuk. Kalimat majemuk minimal terdiri atas dua
klausa. Klausa membutuhkan minimal fungsi subjek dan predikat. Menentukan
fungsi kalimat membutuhkan pengetahuan tentang kelas kata. Maka menyusun
gurindam setidak-tidaknya membutuhkan keterlibatan kelas kata, klausa, dan
kalimat. Hal ini menandakan bahwa menyusun pantun membutuhkan modal
sintaksis berupa kata, klausa, dan kalimat yang dituliskan tanpa harus menaati
ejaan.
Kelas kata digunakan untuk menyusun satu klausa sebagai baris-baris
pantun, umumnya ada dua kelas kata yang tinggi penggunaannya, yaitu nomina
(kata benda) dan verba (kata kerja). Rangkaian keduanya akan menjadi lebih
logis dan lengkap jika dilengkapi dengan satu kelas kata, umumnya adjektiva
(kata sifat) atau adverbial (kata keterangan). Karena dalam satu larik (atau dapat
disebut satu klausa) pantun umumnya dibatasi maksimal 12 suku kata. Beberapa
unsur kelas kata tersebut sangat penting untuk ‘dihadirkan’ dalam larik-larik
pantun. Deretan kata tersebut antara lain nomina, verba, adjektiva, adverbial,
atau lainnya.
Deretan kata-kata dapat secara spontan disusun siswa dengan
berdasarkan tema dan amanat yang telah mereka tetapkan. Deretan kata
tersebut berupa rancangan mula-mula. Selanjutnya, sesuai dengan tahapan
berlatih menulis puisi rakyat, kata-kata tersebut dapat diganti dengan kata lain
bahkan kelas kata lain sehingga memenuhi struktur setiap jenis pantun yang
akan dibuat (strukturalisme) dan sesuai dengan style/gaya diri (stilistika).
Berdasarkan beberapa kerangka teori tersebut maka dapat dinyatakan
model sinekturtila adalah model pembelajaran yang sintagmatiknya

26 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


berdasarkan model sinektik yang diintegrasikan dengan struktur khas pantun
dan keunikan isi berbasis nilai-nilai luhur Pancasila. Model sinekturtila dalam
pembelajaran melisankan pantun ditetapkan berdasarkan penjabaran lima
unsur model pembelajaran. Kelima unsur model tersebut meliputi: struktur
pembelajaran/urutan sintakmatik, sistem sosial, sistem pendukung, dampak
instruksional, dan dampak pengiring.
Tabel 1 Karakteristik Model Sinekturtila
No Unsur Uraian
1 Sintak matik Berupa fase rangkaian kegiatan pembelajaran yang dimulai dari (1)
Penetapan tema yang bersifat umum. (2) pembatasan ruang
lingkup tema. (3) Rumusan kerangka pantun dengan tema dan
amanat berdasarkan nilai Pancasila. (4) Pengembangan kerangka
pantun dengan amanat negatif sebagai balasan/jawaban bait
sebelumnya. (5) Produk teks pantun bernuansa nasihat dan
laranga. (6) Penyuntingan produk pantun berdasarkan aspek
struktur, rima, aspek bahasa.
2. Sistem Sosial Siswa mendapat teman diskusi untuk menyusun kerangka,
menyunting, mampu menghasilkan produk, dan melisankan
pantun buatan sendiri.
3. Prinsip Reaksi Pembelajar aktif mengidentifikasi tema, amanat, menyusun
deretan kelas kata, merevisi kerangka, dan menghasilkan pantun,
dan melisankan pantun buatan pribadi. Siswa berlatih menulis
pantun dan melisankannya dengan melibatkan intelektual,
emosional, dan kreativitasnya.
4. Sistem Kerangka teoretis, format tema, dan deretan kelas kata sebagai
Penunjang draff baris-baris pantun, dan sarana prasarana untuk melisankan
pantun.
5. Dampak Dampak instruksional: produktivitas tim/individu, menulis dan
melisankan pantun.
Dampak pengiring: harga diri, petualang berpikir analogi, dan
pencapaian keterampilan menulis pantun.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 27


Selanjutnya model sinekturtila direalisasikan dalam bentuk perencanaan
perangkat pembelajaran yang akan digunakan sebagai pedoman pelaksanaan
memfasilitasi pembelajaran di kelas.Perangkat tersebut meliputi silabus, RPP,
sistem penilaian (yang dapat diunduh guru) dan modul Gerakan Literasi Sekolah
tentang pembelajaran melisankan pantun (yang dapat diunduh siswa untuk
melakukan pembelajaran mandiri).
h) Implementasi Model Sinekturtila
Model sinekturtila melibatkan pembelajaran secara tim maupun individu
melalui enam langkah pembelajaran. Guru dapat menyesuaikan dengan kondisi
yang ada Disarankan bila siswa belum memperoleh pengalaman menggunakan
fase ini, sebaiknya dimulai pembelajaran bersama tim terlebih dahulu, baru
kemudian secara mandiri.
Sintagmatik pembelajaran model sinekturtila meliputi enam fase. 1)
Penetapan tema. 2) Pembatasan ruang lingkup tema. 3) Rumusan kerangka
pantun dengan amanat positif (wajib dilakukan). 4) Pengembangan kerangka
pantun dengan amanat negatif (ditinggalkan). 5) Produk pantun bernuansa dua
tujuan. 6) Penyuntingan pantun berdasarkan aspek struktur, rima, aspek bahasa.
Secara sederhana dapat diperjelas dengan rangkaian kegiatan pembelajaran
sebagai berikut.
Pertama, kegiatan pramenulis pantun meluputi tiga kegiatan. (a)
Pemberian modul untuk digunakan siswa pada kegiatan GLS. Yang ideal modul
diberikan pada awal semester sebagai salah satu sumber literasi siswa. (b)
Pembentukan tim pembelajaran melisankan pantun. (3) Arahan/motivasi guru
untuk mengondisikan siswa belajar tentang kompetensi tersebut secara mandiri.
Kedua, kegiatan saat menulis pantun. Pembelajaran sesuai dengan
sintagmatik pembelajaran. Rangkaian kegiatan pembelajaran melisankan
pantun ada tiga kali tatap muka (faktual atau virtual) dengan alokasi waktu dua
jam pelajaran. Dan ada satu kali tatap muka lagi untuk kegiatan penialaian
melisankan pantun.
Ketiga, kegiatan pascamenulis pantun

28 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Ada empat hal yang dapat dilakukan sebagai bentuk pascamenulis pantun.
(1) Menyunting. Revisi ulang untuk kesekian kalinya penting dilakukan untuk
memastikan bahwa produk pantun sudah memenuhi syarat. Sangat jarang
seorang penulis bisa membuat karya sekali jadi. Umumnya membutuhkan
penyuntingan. (2) Berdiskusi dengan teman-teman tentang permasalahan yang
dihadapi saat menulis. Beberapa kendala atau kesulitan yang adapi bisa
diperbincangkan dengan teman agar ada masukan jalan keluar dari masalah
yang kita hadapi. (3) Mencoba melakukan perenungan. Seperti yang dilakukan
novelis Budi Darma (Siswanto 2008:41), satu hasil perenungan justru
menghasilkan produk tulisan sastra lagi yang selanjutnya. (4) Merencanakan
membuat antologi pribadi/tim berisi pantun.
Penilaian proses pembelajaran dilakukan dengan cara mengamati saat
siswa mengikuti proses pembelajaran. Sarana penilaian berupa jurnal terbuka
yang digunakan guru untuk mencatat dua nilai sikap yang telah ditetapkan, misal
dua nilai karakter disiplin dan bertanggung jawab. Kedua nilai karakter tersebut
ditulis sebagai hasil pengamatan dalam jurnal setiap tatap muka. Adapun olahan
hasil pengamatan proses pembelajaran berupa rumusan deskripsi capaian SB
(Sangat Baik), B (Baik), C (Cukup), dan K (Kurang). Berikutnya masuk pada inti
penilaian produk hasil belajar pantun meliputi nilai pengetahuan dan nilai
keterampilan. Indikator nilai pengetahuan dan keterampilan menulis pantun
dilakukan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kriteria
Ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan disesuaikan kondisi sekolah
masing-masing.
Namun sesungguhnya proses pembelajaran melisankan pantun sudah
dipenuhi dengan suasana pembelajaran yang berkarakter. Ada nilai kejujuran
dalam berkarya, ada nilai kerja sama dan saling menghargai, nasionalis dari tema-
tema pantun, dan nilai karakter lainnya. Inilah yang menjadi dasar bahwa model
sinekturtila sesungguhnya sangat efektif untuk menerapkan pendidikan karakter
dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia.
Aktivitas pembelajaran dalam setiap fase kegiatan melisankan pantun
dapat dideskripsikan dalam tabel berikut ini.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 29


Tabel 2 Langkah Menulis dengan Model Sinekturtila
No Fase Aktivitas Pembelajaran Menulis dan Melisankan Pantun
1. Mendeskripsi Kelas/komunitas dibagi menjadi lima tim dan diberi label sila-
kondisi saat sila Pancasila (Tim Ketuhanan, Tim Kemanusiaan, Tim Persatuan,
ini Tim Kerakyatan, dan Tim Keadilan). Setiap tim menetapkan
kerangka pantun yang akan dibuat, tema, dan pembatasan ruang
lingkup tema.
2. Analogi Setiap tim mulai membuat analogi langsung dengan cara
langsung membuat rumusan kerangka pantun dengan amanat positif minimal
satu bait.
3. Analogi Memperbaiki kerangka pantun tahap 1 berdasarkan aspek
personal sruktur, rima, dan keunikan style/gaya bahasa pribadi sesuai tema
timnya.
4. Merespons Pengembangan kerangka pantun tahap 2 (dengan amanat
pertanyaan negatif), minimal satu bait. Kerangka yang sudah siap minimal dua
konfliks bait berupa kerangka pro-kontra (berisi nasihat dan larangan).

5. Analogi Mengembangkan kerangka lengkap (pro-kontra) tersebut


Langsung menjadi produk pantun esuai dengan jenisnya berdasarkan tahap 1
Lanjut dan 2. Setiap jenis pantun dibuat minimal dua bait.
6. Review hasi Melakukan penyuntingan pantun berdasarkan aspek struktur,
analogi rima, dan gaya bahasa pribadi. Produk puisi rakyat dilanjutkan
dengan publikasi dengan cara melisankan pantun tersebut secara
bergantian.

Rangkaian kegiatan tersebut dapat dilakukan di kelas faktual (tatap muka


di luar jaringan) maupun kelas virtual (tatap muka di dalam jaringan, misalnya
menggunakan zoom meeting).

Bila guru hanya membaca teori-teori tersebut kelihatannya sangat sulit


dipraktikkan. Padahal sesungguhnya sangat sederhana bila diterapkan dalam
pembelajaran. Pantun membutuhkan kata-kata. Maka yang disiapkan guru

30 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


adalah kata-kata yang dalam pikiran siswa sesuai dengan batasan tema yang
sudah sudah ditetapkan sebagai langkah awal pembelajaran. Tema utamanya
nilai-nilai Pancasila. Maka dibutuhkan tabel tema-tema bersumber nilai luhur
Pancasila. Tabel ini memudahkan siswa untk dapat memilih tema pantun yang
akan dibuatnya. Tabel tersebut dapat dideskripsikan seperti berikut ini.

Tabel 3 Tabel Pilihan Tema-Tema Pancasila untuk Menulis Pantun


No Sila BNP (Butir-Butir Nilai Pancasila)
1 Ketuhanan 1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan agama dan kepercayaan masing- asing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Hormat menghaormati dan bekerjasama antar
pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan
yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan
kepada orang lain.
2 Kemanusian 5. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan
persamaan kewajiban antara sesama manusia.
6. Saling mencintai sesama manusia.
7. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
8. Tidak semena-mena terhadap orang lain
9. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
10. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
11. Berani membela kebenaran dan keadilan.
12. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari
seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap
hormat-menghormti dan bekerjasama dengan bangsa
lain.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 31


3 Persatuan 13. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan
keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi atau golongan.
14. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan
negara.
15. Cinta Tanah Air dan Bangsa.
16. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air
Indonesia.
17. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan
bangsa yang ber-Bhineka Tunggal Ika.
4 Kerakyatan 18. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat
19. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
20. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil
keputusan untuk kepentingn bersama.
21. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi
semangat kekeluargaan.
22. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab
menerima dan melaksanakan hasil musyawarah.
23. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur.
24. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung
jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai kebenaran dan keadilan
5 Keadilan 25. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur
yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan
dan
gotong-royong.
26. Bersikap adil
27. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
28. Menghormati hak-hak orang lain.
29. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.

32 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


30. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
31. Tidak bersifat boros
32. Tidak bergaya hidup mewah
33. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan
kepentingan umum.
34. Suka bekerja keras.
35. Menghargai hasil karya orang lain.
36. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial.

Ada 36 butir nilai-nilai Pancasila yang dapat digunakan siswa sebagai


sumber inspirasi tema dan amanat dalam menetapkan calon janin pantun.
Penjabaran nilai-nilai Pancasila yang lain dapat dilakukan karena perilaku positif
berpedoman nilai luhur Pancasila sesungguhnya sangat luas. Ada dua alasan
yang melandasi penetapan 36 butir nilai Pancasila tersebut. Pertama,
berdasarkan batasan yang telah dibuat para ahli di bidang Pancasila. Kedua,
sebagai upaya untuk memudahkan menyusun tabel tema pilihan yang berguna
sebagai modal utama menulis pantun.
Pengembangan Model Sinekturtila
Model sinekturtila direncanakan akan dikembangkan lebih lanjut
menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan model ADDIE (Branch,
R. M. 2009). Model ADDIE terdiri atas lima tahapan: (1) Analyze; (2) Design, (3)
Develop; (4) Implement; dan (5) Evaluate. Model ADDIE digambarkan sebagai
proses desain pengembangan yang bersifat iteratif dimana hasil evaluasi
formatif tiap tahap dapat menjadi masukan bagi perancang untuk kembali ke
tahapan-tahapan sebelumnya. Produk akhir satu tahapan merupakan awal dari
tahapan berikutnya. Secara garis besar, tahap-tahap perencanaan pembelajaran
daring model ADDIE (Branch, 2009) sebagai berikut.
(1) Tahap Analysis/Analisis. Langkah analisis terdiri atas empat tahap
yaitu analisis kinerja, analisis siswa, analisis materi pembelajaran dan analisis
tujuan pembelajaran. (2) Tahap Design/Desain. Langkah kedua yang dilakukan
yaitu merancang (desain), ibarat bangunan maka sebelum dibangun harus ada
rancang bangunan di atas kertas terlebih dahulu. Tahapan desain terdiri atas dua
Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 33
tahap, yaitu tahap desain model pembelajaran sinekturtila dan tahap desain
perangkat pembelajaran model sinekturtila. (3) Tahap
Development/Pengembangan. Pengembangan dalam Model ADDIE berisi
kegiatan realisasi rancangan model pembelajaran sinekturtila. Tahap-tahap yang
dilakukan peneliti dalam mengembangkan model sinekturtila adalah sebagai
berikut: melakukan pengembangan prototipe model sinekturtila, melakukan
validasi model sinekturtila kepada tim ahli dan praktisi, dan memperbaiki model
sinekturtila sesuai dengan saran dan masukan dari tim ahli dan praktisi. (4) Tahap
Implementation/Implementasi. Pada tahapan implementasi dalam penelitian ini
merupakan tahapan untuk mengimplementasikan model sinekturtila yang telah
dikembangkan pada situasi yang nyata di kelas. Setelah diimplementasikan
dalam bentuk kegiatan pembelajaran kemudian dilakukan evalusi awal untuk
memberikan umpan balik pada penerapan pengembangan media sinekturtila
berikutnya. (5) Tahap Evaluation/Evaluasi. Evaluasi merupakan langkah terakhir
dari model desain sistem pembelajaran ADDIE. Berdasarkan tahapan
implementasi, model sinekturtila perlu dievaluasi. Pada tahap evaluasi dilakukan
revisi akhir terhadap produk yang dikembangkan berdasarkan saran dan
masukan dari tim ahli, praktisi, dan siswa yang diberikan selama tahap
implementasi.
Prediksi Pengimplementasian Model Sinekturtila
Penerapan model sinekturtila perlu direalisasi setelah model tersebut
dikembangkan secara ilmiah. Adapun prediksi penerapan model sinekturtila
dapat dideskripsikan sebagai berikut.
Pertama, model sinekturtila berupa model pembelajaran dengan
sintagmatik sinektik yang berpusat pada kegiatan membangun struktur pntun
berbentuk deret kelas kata konkret (unsur fisik/struktural) yang disusun
berpedoman pada tema (unsur batin) bersumber nilai luhur Pancasila sebagai
ungkapan jiwa nasionalis yang menjadi jati diri gaya hidup bangsa Indonesia
(stilistika) yang memberikan kemudahan siswa. Maka diprediksi siswa mampu
menghasilkan produk pantun buatan sendiri tanpa harus melakukan plagiasi
karya orang lain. Nilai pengetahuan dan keterampilan dapat diperoleh guru
melalui desain pembelajaran model sinekturtila ini. Bahkan produk pantun yang

34 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


dihasilkan siswa pun memberikan gambaran pantun yang memilik karakter khas
bangsa Indonesia.
Kedua, proses pembelajaran melisankan pantun dengan penerapan model
sinekturtila ditetapkan berdasarkan penjabaran enam fase proses belajar. Nilai-
nilai karakter akan tercapai dalam proses pembelajaran yang ditetapkan guru
sesuai dengan konteks kelas yang dihadapinya. Maka model sinekturtila ini
sangat penting untuk ditindaklanjuti dalam penelitian pengembangan sesuai
perencanaan yang diharapkan.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 35


Daftar Pustaka

Alfin, Jauharoti. (2015). Analisis Karakteristik Siswa Pada Tingkat Sekolah Dasar.
Prosidding Halaqoh Nasional & Seminar Internasional Pendidikan Islam :
UIN Sunan Ampel Surabaya.

Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.


Bangka.tribunnews.com/2018 diunduh tanggal 29 April 2018.

Bangkapos.com 28 April 2018 diunduh tanggal 30 April 2018.

Branch, R. M. (2009). Instructional design: The ADDIE approach. New York:


Springer Science & Business Media.

De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2002. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.

Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah. 2016. Panduan Gerakan Literasi


Sekolah di SMP. Jakarta: Kemendikbud RI.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2020. Buku Panduan Merdeka Belajar-


Kampus Merdeka. Jakarta: Kemendikbud RI.

Direktorat Pembinaan SMP. 2017. Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan
Pendidikan SMP. Jakarta: Kemendikbud RI.

Fontana, Avanti. 2011. Innovative We Can. Jakarta: Cipta Inovasi Sejahtera.

Joyce, Bruce dkk. 2009. Models of Teaching. Model-model Pengajaran. Edisi


kedelapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kurniawan, Heru. 2009. Sastra Anak: dalam Kajian Strukturalisme, Sosiologi,


Semiotika, hingga Penulisan Kreatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan: Landasan Penyusunan Buku Pelajaran.


Semarang: IKIP Semarang Press.

36 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Pangesti, Wiedarti dkk. 2016. Desain Induk Gerakan Literasi di Sekolah. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud RI.

Permendikbud RI Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

Permendikbud RI Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan


Karakter.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik dan Sastra Modern. Yogyakarta: Gama
Media.

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Gramedia.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Zamroni, Akhmad. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP/MTs Kelas


VIII. Surakarta: PT Masmedia

Zulaeha, Ida. 2016. Pembelajaran Menulis Kreatif. Semarang: Penerbit UNNES


PRESS.Buana Pustaka.

Waluyo, H.J. 200. Apresiasi Puisi: Panduan untuk Pelajar da Mahasiswa. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 37


BAGIAN III

MODEL PICTURE AND PICTURE DAN ARTIKULASI BERBASIS MEDIA VISUAL


UNTUK PENGENALAN KOSAKATA ANGGOTA TUBUH SISWA KELAS RENDAH

Howin Hendria Santana, S.Pd.


Mahasiswa Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
Email: santanahowinhendria@students.unnes.ac.id

Pendahuluan
Siswa kelas rendah, khususnya kelas 1 Sekolah Dasar, masih rendah
kemampuannya dalam mengenali kosakata anggota tubuh. Hal ini dikarenakan
kelas satu masih peralihan dari tingkat TK, belum sepenuhnya mengingat dan
menguasai anggota tubuh dan fungsinya secara baik. Pada kelas satu juga siswa
masih asyik dalam dunia permainannya. Hal ini memaksa guru harus mampu
membawa proses pembelajaran pada kelas rendah dengan karakteristik
mereka masing-masing agar siswa bisa mengikuti proses pembelajaran yang
menyenangkan.
Pendidikan tidak terlepas dengan istilah pembelajaran di sekolah.
Sudjana (2009:43) menyatakan bahwa proses pembelajaran merupakan suatu
proses terjadinya interaksi guru dan siswa melalui kegiatan terpadu dari dua
bentuk kegiatan, yakni belajar siswa dan kegiatan mengajar guru. Pembelajaran
yang baik tentu bisa menumbuhkan semangat siswa mencapai tujuan belajar.
Guru memegang peran sentral dalam mengatur proses interaksi antara
siswa dan lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pengajaran.
Fakta tentang siswa kelas 1 Sekolah Dasar yang masih rendah
kemampuannya dalam mengenali kosakata anggota tubuh perlu dicarikan
solusi agar dapat diatasi oleh guru. Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara,
dan analisis kebutuhan diprediksi model pembelajaran Picture and Picture dan
Artikulasi (PPA) berbasis Media Visual (DIVI) dapat menyelesaikan masalah
tersebut. Metode pembelajaran aktif menggunakan gambar yang dipasangkan
atau diurutkan menjadi urutan yang sistematis, seperti menyusun gambar
secara berurutan, menunjukkan gambar (Suprijono, 2009) diprediksi efektif

38 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


untuk membantu guru memaksimalkan proses belajar siswa. Dengan adanya
gambar-gambar yang berkaitan dengan materi belajar siswa lebih kreatif dan
dapat mencapai tujuan akhir dari proses pembelajaran sehingga standar
kompetensi dan kompetensi dasar dari aspek menulis dalam pembelajaran KD
3.4 dapat tercapai.

Permasalahan Pembelajaran
Di era berkembang pesatnya teknologi, kurikulum di tingkat satuan
pendidikan juga mengalami modifikasi yang sesuai dengan tutunan zaman dan
kebutuhan masyarakat. Kurikulum yang berlaku di sekolah dasar pada saat ini
yakni kurikulum 2013. Berlakunya kurikulum 2013 juga ikut merubah
paradigma pendidikan yang semula berorientasi pada guru atau teacher
centerd learning menjadi pada siswa atau students centerd learning. Perubahan
paradigma ini juga diimbangi dengan berbagai strategi ataupun model
pembelajaran yang mampu menekankan kepada aktivitas siswa pada proses
pembelajaran.
Memiliki kemampuan berpikir dan tindakan yang efektif serta kreatif
dalam ranah abstrak dan konkrit sebagai pengembangan diri dari yang
dipelajari di sekolah secara mandiri. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum
yang mendayagunakan keseluruhan aspek dalam tubuh siswa. Retnawati
(2016) mengemukakan bahwa kurikulum 2013 mengharuskan siswa untuk
menjadi manusia yang memiliki kretivitas, produktif, inovatif, dan sikap yang
luhur. Namun pada kenyataannya tidak seluruh model pembelajaran mampu
mengacu kepada keseluruhan aspek-aspek tersebut. Tidak dapat dipungkiri
bahwa perlu adanya modifikasi-modifikasi yang harus dilakukan dalam proses
pembelajaran agar pembelajaran lebih efektif dan sesuai dengan tujuan
pendidikan, sehingga dengan modifikasi tersebut diharapkan guru mampu
melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan juga siswa cepat
memahami materi yang disampaikan oleh guru.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 39


Permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran tentu dialami
oleh setiap guru, seperti salah satu guru di SDN 01 Teko Lombok Timur yang
mengalami kesulitan saat menjelaskan bagian-bagian anggota tubuh manusia,
menggunakan media sederhana seperti poster yang menggambarkan tubuh
manusia, tentu ini kurang efektif jika dilihat dari ukurannya yang kecil serta
jarak pandang dengan tempat duduk siswa yang jauh tentu akan mengurangi
kefokusan siswa dalam memperhatikan dan menyimak, tentu guru harus
mampu menghadirkan media pembelajaran yang mampu menarik minat siswa
dalam memperhatikan serta kefokusan akan berpusat pada media tersebut.
Selain itu juga, sistem pembelajaran masih belum melibatkan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran.
Kebiasaan siswa kelas rendah terutama kelas I SD masih asyik dalam
dunia permainannya, artinya siswa belum bisa diajak dalam proses
pembelajaran yang serius serta menegangkan. Ini akan membuat mental siswa
melemah serta takut dalam proses pembelajaran di kelas. Sebagai guru harus
mampu memahami karakteristik siswa, dengan memahami siswa maka guru
akan bisa memulaikan pembelajaran dari apa yang disukai oleh siswa tersebut,
sehingga akan berlangsungnya proses pembelajaran yang sesuai dengan
harapan.
Mengenal kosakata anggota tubuh tentu membutuhkan pemahaman
dan kefokusan siswa yang lebih, karena ada saja siswa yang belum menguasai
kosakata disetiap anggota tubuh, terkadang ada yang terbalik penyebutannya
seperti dagu dan dahi serta punggung dan pundak, bahkan ada yang tidak tahu
sama sekali kosakata dari anggota tubuh yang tidak terlihat. Pembelajaran
mengenal kosakata anggota tubuh ini tentu tidak efektif dengan sekedar
menjelaskan begitu saja tanpa melibatkan siswa dengan aktif dalam praktik

40 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


langsung dalam pembelajaran, sehingga harus ada model pembelajaran yang
mengacu keaktifan siswa serta media pembelajaran yang membantu siswa
dalam praktik tentang materi tersebut.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan maka dibutuhkan
inovasi dalam pembelajaran guna untuk memacu keaktifan siswa dalam kelas.
Solusi yang bisa dilakukan yakni Kombinasi model PPA berbasis DIVI untuk
mengenal kosakata bagian tubuh pada siswa kelas 1 SD.
Teori Konseptual PPA Berbasis DIVI
Model pembelajaran PPA merupakan model pembelajaran yang
mengkolaborasikan model dan media pembelajaran yang memudahkan siswa
dalam memahami dan mengenal kosakata anggota tubuh. PPA merupakan
proses pembelajaran melaui gambar yang mudah dipahami oleh siswa dalam
penyajian materi anggota tubuh pada kelas rendah. Berikut teori yang
mendukung model pembelajaran PPA berbasis DIVI ini.
a. Model Picture and Picture
Model pembelajaran picture and picture merupakan sebuah model
dimana guru menggunakan alat bantu atau media gambar untuk menerangkan
sebuah materi atau memfasilitasi siswa untuk aktif belajar. Dengan
menggunakan alat bantu atau media gambar, diharapkan siswa mampu
mengikuti proses pembelajaran dengan fokus dan baik serta dalam kondisi yang
menyenangkan. Sehingga apapun pesan yang disampaikan bisa diterima
dengan baik dan mampu meresap dalam pikiran, serta dapat diingat kembali.
Pendapat lain juga mengatakan Picture and picture adalah suatu model
pembelajaran aktif dengan menggunakan gambar dan dipasangkan atau
diurutkan menjadi urutan yang sistematis. Hakikatnya metode pembelajaran
aktif untuk mengarahkan potensi siswa terhadap materi yang dipelajarinya
(Suprijono, 2009:125). Model pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 41


media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama
dalam proses pembelajaran.
Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan
gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk
chart dalam ukuran besar. Menurut Ahmadi (2011:58) Picture and picture
adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau
diurutkan menjadi urutan logis. Picture and picture ini berbeda dengan media
gambar dimana picture and picture berupa gambar yang belum disusun secara
berurutan dan yang menggunakannya adalah siswa, sedangkan media gambar
berupa gambar utuh yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.
b. Model Artikulasi
Menurut Mustain (2010: 30) artikulasi adalah apa yang kita definisikan
sebagai struktur-struktur dalam otak yang melibatkan kemampuan bicara (area
kemampuan bicara), membaca atau pemprosesan kata lainnya dan area gerak
tambahan (menulis, membuat sketsa, dan gerak-gerak ekspresif lainnya).
Artinya, artikulasi merujuk kepada apa-apa saja yang berkaitan dengan
berbicara atau melakukan sesuatu akibat dari pemprosesan hasil kerja otak.
Penerapan model artikulasi dalam pembelajaran juga melibatkan kemampuan
berbicara serta gerak ekspresi akibat kegiatan berpikir siswa. Model artikulasi
berbentuk kelompok berpasangan, di mana salah satu siswa menyampaikan
materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian,
presentasi di depan kelas perihal hasil diskusinya dan guru membimbing siswa
untuk memberikan kesimpulan.
Huda (2013: 269) menjelaskan bahwa pembelajaran artikulasi
merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam
pembelajaran. Pada pembelajaran ini, siswa dibagi ke dalam kelompok-

42 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


kelompok kecil yang masing-masing anggotanya bertugas mewawancarai
teman kelompoknya tentang materi yang baru dibahas, hal ini dilakukan
bergantian. Kemudian tiap kelompok menyampaikan hasil kegiatan kelompok
kepada kelompok yang lain. Skill pemahaman sangat diperlukan dalam model
pembelajaran ini.
c. Media Visual
Media pembelajaran ini memfokuskan indra penglihatan saat proses
belajar mengajar. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memanfaatkan berbagai
macam teknologi, salah satunya menggunakan alat proyeksi atau proyektor.
Keunggulan dari media pembelajaran menggunakan alat bantu visual ini ialah
dapat menarik perhatian, memperjelas sajian, ide serta menggambarkan ide
pokok yang mudah diingat. Selain itu, proses belajar mengajar menggunakan
media visual ini juga dapat dicerna dengan baik oleh siswa siswi. Sehingga hal
ini menjadi salah satu jenis media pembelajaran yang menyenangkan.
Kemudian menurut Djamarah dan Zain (2002) media adalah sumber
belajar dan dengan mengutip Winataputra (2001) menggabungkan sumber
belajar menjadi lima kategori, adalah manusia, buku/perpustakaan, media
massa, alam lingkungan dan media pendidikan. Dilihat dari penjelasan diatas
bisa dikatakan bahwa media pembelajaran yaitu media alat untuk menggapai
tujuan pembelajaran tersebut, alat tersebut berupa buku, koran, majalah,
televise, radio dan lain sabagainya, termasuk perbuatan yang dapat di
contohkan oleh guru dalam proses belajar mengajar.
Dalam proses belajar media merupakan salah satu hal penting sebagai
pendukung untuk memberikan pesan pembelajaran kepada siswa, karena
media pembelajaran merupakan sebuah alat atau perangkat yang di perlukan
oleh guru untuk menyampaikan informasi berupa ilmu pengetahuan kepada
siswa.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 43


d. Anggota Tubuh Manusia
Tubuh manusia seperti sebuah mesin yang di rancang unik dan terdiri
dari berbagai sistem biologi dan diatur oleh organ dalam tubuh. Tubuh manusia
terdiri atas bagian-bagian yang bersatu-padu membentuk satu kesatuan untuk
melayanti kebutuhan manusia dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

Gambar 1.1. Pecahan Anggota Tubuh


(Sumber: https://id.pinterest.com/pin/752030837760946991 )

Gambar 1.2. Tubuh Manusia


(Sumber: https://nadiawani96.wordpress.com/tugasan-edup-3053/tema-
2/bahagian-dan-fungsi-tubuh-badan/bahagian-tubuh-manusia)

44 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Pengembangan Model PPA Berbasis DIVI
Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu pembelajaran
yang mengguanakan gambar dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis
(Hamdani, 2011: 89). Pembelajaran ini memiliki ciri aktif, inovatif, kreatif, dan
menyenangkan. Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam
proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses
pembelajaran. Menurut Suprijono (2009: 129), model pembelajaram Picture
and Picture adalah suatu model yang menggunakan gambar dan dipasangkan
atau diurutkan menjadi bentuk dan urutan yang logis.
Huda (2013: 269) menjelaskan bahwa pembelajaran artikulasi
merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam
pembelajaran. Pada pembelajaran ini, siswa dibagi ke dalam kelompok-
kelompok kecil yang masing-masing anggotanya bertugas mewawancarai
teman kelompoknya tentang materi yang baru dibahas.
Kombinasi model pembelajaran picture and picture dan Artikulasi ini
sangat cocok digunakan pada materi mengenal anggota tubuh manusia pada
kelas rendah, apalagi memakai bantuan melalui media visual, sehingga ini akan
memudahkan siswa dalam memahami kosakata bagian tubuh serta praktik
dalam pembelajaran. Sehingga mampu membuat siswa aktif dalam proses
pembelajaran dan mampu bersosialisasi dengan teman sebangku dan
sekelasnya.
Langkah-langkah model pembelajaran PPA berbasis DIVI antara lain sebagai
berikut.
a. Pembukaan
Sebelum pembelajaran dimulai, diharapkan guru akan membuka kelas
dengan berdoa lalu melihat persiapan siswa dalam pembelajaran serta

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 45


memberikan motivasi siswa, ini bertujuan untuk memperkuat keinginan
mereka dalam mengikuti proses belajar mengajar.
b. Menyampaian kompetensi
Guru akan menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai saat
pembelajaran, dengan begitu pembelajaran akan terarah guna tercapainya
tujuan pembelajaran.
c. Menyajikan materi
Guru akan memberikan ulasan materi yang akan disampaikan dengan
sesuatu yang disenangkan atau disukai oleh siswa, ini bertujuan untuk menarik
minat siswa dalam belajar. Pada materi mengenal anggota tubuh, guru akan
meminta siswa menjelaskan anggota tubuh keluarganya, seperti perbedaan
tinggi seorang ayah dengan ibunya. Ini akan memacu minat belajar siswa,
karena dimulai dari orang yang disayanginya. Selain itu juga melalui media
visual guru akan manampilkan gambar pecahan anggota tubuh, kemudian
meminta siswa untuk menyebut nama-nama anggota tubuh yang sudah
ditampilkan oleh guru.

Gambar 1.3. Anggota Keluarga


(Sumber: https://www.kompas.com/lembaga-keluarga-fungsi?page=all)

46 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


d. Membuat kelompok
Setelah itu guru akan membagi kelompok siswa menggunakan teman
sebangkunya, satu kelompok terdiri dari dua orang. Ini bertujuan untuk melatih
komunikasi siswa lebih aktif dari sebelumnya, sehingga ia mampu
berkomunikasi dengan baik.
e. Bertukar cerita
Dari kelompok yang sudah dibentuk, siswa akan bertukar cerita yang
dimulai dari keluarga masing-masing, mereka akan menceritakan yang
berkaitan dengan anggota tubuh keluarganya, siswa yang satu akan menyimak
cerita dari temannya. Ini akan melatih kemampuan siswa dalam berbicara dan
menyimak, tentu akan membantu keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
f. Bertukar peran
Setelah guru menyajikan materi anggota tubuh melalui media visual,
siswa akan diminta bertukar peran dari kelompok yang sudah dibentuk. Siswa
akan mempraktikkan materi yang sudah didapatkan baik dari guru dan teman
kelompoknya tadi. Masing-masing kelompok akan bergantian maju, setiap
kelompok akan berbagi peran. Siswa pertama akan menjadi alat peraga, ia akan
menunjuk bagian dari anggota tubuhnya dan siswa yang kedua akan
melapalkan kosakata dari anggota tubuh yang ditunjuknya.
g. Menjelaskan kembali
Diakhir pembelajaran, guru akan menjelaskan kembali materi yang
dibahas sejak awal pembelajaran, sehingga apa yang belum dipahami oleh
siswa menjadi bahan evaluasi untuk pembelajaran selanjutnya.
h. Kesimpulan/penutup
Untuk menutup pembelajaran, guru akan memberikan kesimpulan
kepada siswa, untuk memberikan pemahaman yang jelas terhadap materi yang
sudah disampaikannya.
Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 47
Predisksi Pengimplementasian Model PPA Berbasis DIVI
Inovasi pembelajaran mengenal anggota tubuh menggunakan model
PPA yang berbantuan media visual dalam pelaksanaan pembelajaran
menunjukkan perubahan seperti suasana yang menyenangkan dan tidak
membosankan saat proses pembelajaran, selain itu juga siswa akan terlihat
aktif, bersemangat, senang, dan fokus. Hal ini disebabkan dalam model PPA ini
siswa dituntut bekerja sama dalam kelompok untuk mengenal kosakata
anggota tubuh yang diamati dari keluarga serta gambar yang disajikan oleh
guru, sehingga siswa memiliki banyak informasi untuk mengenal kosakata
anggota tubuh dalam pembelajaran sehingga menjadi berbeda dan
menyenangkan serta mudah dimengerti oleh siswa.
Perkembangan siswa pada kelas rendah harus diimbangi dengan model
pembelajaran yang memadai, sehingga siswa mampu memahami materi yang
disampaikan oleh guru. Pada materi mengenal kosakata anggota tubuh ini
sangat efektif sekali dengan menggunakan model PPA berbantuan DIVI.
Sehingga siswa tidak hanya mendapatkan materi namun mampu
mempraktikkannya langsung, dengan model ini siswa juga akan lebih fokus
pada pembelajaran karena akan diarahkan pada satu pandangan yakni media
tersebut.

48 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


DAFTAR PUSTAKA
Djamarah., & Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Ekasianto Rico, dkk. Dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Picture And
Picture Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Siswa Kelas
IV” : Pontianak 2013

Hamdani, M. A. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Mustain. 2010. Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi melalui


ModelPembelajaran Artikulasi pada Siswa Kls X Madrasah Aliyah
(MA)Raudhatul Mubtadiin Kundur Kecamatan Tebing Tinggi Barat
Kabupaten Kepulauan Meranti (Skripsi). Universitas Islam
Riau.Pekanbaru.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran berorientasi standar proses


pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Suprijono Agus. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Winataputra, U. S. (2001). Model-model pembelajaran inovatif. Jakarta: PAU.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 49


BAGIAN IV

JAS TO MIND: PEMACU IDE KREATIF PUISI SISWA KELAS TINGGI

Ramadhani Putri Praswanti, S.Pd.


Mahasiswa Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
Email: ramadhaniputrii@students.unnes.ac.id

Pendahuluan
Kreativitas siswa dalam menulis puisi perlu dikembangkan, mengingat
sekolah merupakan sarana bagi pengembangan kreativitas siswa. Kreativitas
siswa dapat dibangun dan digali dengan menggunakan strategi yang tepat untuk
mendayagunakan pikiran siswa. Salah satu model yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kreativitas siswa dalam menulis puisi yakni dengan model
pembelajaran jas to mind.
Tujuan dari penulisan ini untuk mendeskripsikan model pembelajaran jas
to mind untuk memacu ide kreatif puisi siswa. Jas to mind merupakan
pengkolaborasian antara strategi, teknik dan juga metode dalam pembelajaran
yang memungkinkan siswa untuk menemukan dan membangun ide yang
tersimpan dalam dirinya. Jas to mind juga memberikan manfaat dalam menulis
puisi karena siswa dapat merasakan secara langsung hal yang akan ia jadikan
topik dalam pembelajaran sehingga dapat digunakan untuk menggali dan
memperoleh informasi untuk menungkan ide kreatif dalam penyusunan dan
pelisanan puisi. Di mana model ini memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi
dan juga mengenal lingkungannya lebih dalam.
Pembelajaran dengan model ini akan menjadikan proses pembelajaran
lebih bermakna, karena model ini mampu memacu keterampilan dan
pengetahuan siswa sehingga daya kreativitas siswa akan terlatih. Ada delapan
langkah yang dapat digunakan dalam pembelajaran dengan model
pembelajaran jas to mind yakni: 1) menentukan tema puisi; 2) memberikan
pengantar: 3) eksplorasi lingkungan; 4) pendataan kata-kata onometope; 5)
penyusunan puisi; 6) menyunting puisi; 7) membaca puisi; dan 8) memberikan
penguatan. Tema dalam puisi ini dikaitan dan disesuaikan dengan lingkungan
belajar siswa, yakni mengenai keindahan dan kecanggihan alam sekitar.
Kegiatan ini diharapkan mampu memacu kreativitas siswa kelas tinggi dalam

50 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


membuat dan melisankan puisi dengan memadukan kegiatan yang berorientasi
dengan lingkungan sekitarnya.

Permasalahan Pembelajaran
Seiring berkembangnya zaman, kurikulum di tingkat satuan pendidikan
juga mengalami modifikasi yang sesuai dengan tutunan zaman dan juga
kebutuhan masyarakat. Kurikulum yang berlaku di sekolah dasar pada saat ini
yakni kurikulum 2013. Berlakunya kurikulum 2013 juga ikut merubah paradigma
pendidikan yang semula berorientasi pada guru atau teacher centerd learning
menjadi pada siswa atau students centerd learning. Perubahan paradigma ini
juga diimbangi dengan berbagai strategi ataupun model pembelajaran yang
mampu menekankan kepada aktivitas siswa pada proses pembelajaran.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang mendayagunakan
keseluruhan aspek dalam tubuh siswa. Retnawati (2016) mengemukakan bahwa
kurikulum 2013 mengharuskan siswa untuk menjadi manusia yang memiliki
kretivitas, produktif, inovatif, dan sikap yang luhur. Namun pada kenyataannya
tidak seluruh model pembelajaran mampu mengacu kepada keseluruhan aspek-
aspek tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa perlu adanya modifikasi-
modifikasi yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran agar pembelajaran
lebih efektif dan sesuai dengan tujuan pendidikan.
Berdasarkan wawancara dengan guru kelas di salah satu sekolah di
Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus kesulitan yang ia hadapi dalam proses
pembelajaran yakni untuk memacu kemampuan berpikir kreatif siswa, salah
satunya yakni kreativitas menulis puisi siswa. Penulisan puisi memerlukan
kemampuan berpikir kreatif, mengingat di zaman yang serba mudah seperti saat
ini, siswa cenderung lebih menyukai hal yang instant yakni dilakukan dengan
plagiasi atau imitasi. Melakukan plagiasi bagi siswa di zaman sekarang ini sangat

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 51


mudah, karena dapat dilakukan dengan mengakses layanan internet dari gadget
yang siswa miliki.
Kecenderungan siswa SD untuk melakukan plagiasi ini menjadikan
mereka kesulitan untuk membuat puisi yang kreatif dan didasarkan atas ide yang
ia temukan. Selain itu pembelajaran puisi yang selama ini dilakukan hanya
sebatas pengimajinasian, artinya siswa hanya diberikan sebuah tema dan
kemudian diminta untuk menyusun puisi berdasarkan imajinasi yang muncul
dalam diri siswa. Tentu hal ini akan menjadi kesulitan tersendiri bagi siswa,
khusunya siswa SD. Mengingat karakteristik dan daya pikir siswa SD masih pada
tahap operasional konkret.
Pembuatan puisi merupakan salah satu cara siswa mengolah
kemampuan berpikir kreatifnya. Pratiwi, Maryaeni, dan Suwignyo (2016)
mengungkapkan bahwa menulis puisi dapat dikatakan sebagai proses kreatif,
yang mana dimulai dari penemuan ide penulisan, hingga menjadi sebuah puisi
yang utuh. Proses pembuatan puisi kreatif inilah yang perlu disoroti dan
ditekankan pada proses pembelajaran. Di mana dengan pembuatan puisi yang
kreatif memungkinkan siswa untuk menggali ide-ide yang menarik untuk
dituangkan dalam sebuah karya puisi.
Puisi menjadi penting dalam proses pembelajaran, dimana puisi
merupakan materi yang esensial dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di
sekolah dasar. Keterampilan menulis puisi tertuang dalam salah satu kompetensi
dasar yang terdapat pada kelas IV dan kelas VI. Pengulangan materi puisi ini
mengisyaratkan bahwa keterampilan menulis puisi merupakan sebuah materi
yang esensial sehingga diperlukan beberapa kali pelaksanaan. Sebagai materi
yang esensial, maka dibutuhkan sebuah inovasi guna menjadikan siswa lebih
mudah dalam pengaplikasian dalam pembelajaran. Selain itu dengan

52 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


pembelajaran puisi menjadikan siswa aktif dan mampu mendorong daya
imajinasi siswa, membawa siswa berandai-andai dan mampu menyelami daya
kreativitasnya.
Selama ini pembelajaran di sekolah dasar hanya terbatas oleh ruang
kelas, yang diartikan ruang yang dibatasi oleh tembok-tembok dan pembatas
lainnya. Padahal makna pembelajaran tidak hanya didapatkan pada
pembelajaran di ruang kelas saja, namun juga pembelajaran di alam terbuka,
yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar siswa. Pembatasan sumber belajar
inilah yang seringkali menjadikan pembelajaran pada kompetensi dasar puisi
kurang maksimal.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan maka dibutuhkan
sebuah inovasi dalam pembelajaran guna memacu ide kreatif puisi oleh siswa
kelas tinggi. Solusi yang dapat diterapkan yakni dengan penerapan model jas to
mind. Model jas to mind merupakan pengkolaborasian antara strategi, metode
dan model pembelajaran yang telah dikembangkan sebelumnya. Model
pembelajaran jas to mind lebih mendekat kepada strategi pembelajaran jelajah
alam sekitar sebagai sumber belajar siswa, namun terdapat beberapa kolaborasi
atau inovasi dengan metode dan teknik pembelajaran lainnya sehingga
kekurangan yang ada dalam strategi jelajah alam sekitar dalam memacu ide
kreatif puisi siswa dapat teratasi.

Teori Konseptual Jas To Mind


Model pembelajaran jas to mind merupakan model pembelajaran yang
mengkolaborasikan strategi, metode dan juga teknik dalam proses
pembelajaran. Pengkolaborasian model ini digunakan dengan tujuan
peminimalan kendala yang dihadapi siswa dan guru dalam proses pembelajaran
pada materi puisi. Berikut teori yang mendukung model pembelajaran ini.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 53


a. Jelajah Alam Sekitar
Jelajah alam sekitar (JAS) merupakan sebuah kegiatan yang memanfaatkan
lingkungan alam sekitar siswa, yang meliputi lingkungan fisik, sosial teknologi,
dan budaya yang diamati dan dirasakan siswa sebagai sumber belajarnya.
Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah lebih berfokus pada
pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Marianti dan Kartijono (2005: 3)
menyatakan bahwa jelajah alam sekitar adalah pendekatan pembelajaran yang
memanfaatkan lingkungan alam sekitar kehidupan siswa, baik lingkungan fisik,
social, teknologi maupun budaya sebagai objek belajar yang fenomenanya
dipelajari melalui kerja ilmiah.
Mulyani, dkk (2008) menyatakan bahwa pembelajaran JAS adalah salah
satu inovasi pendekatan pembelajaran biologi dan maupun bidang kajian ilmu
lain yang bercirikan memanfaatkan lingkungan sekitar dan simulasinya sebagai
sumber belajar melalui kerja ilmiah, serta diikuti pelaksanaan belajar yang
berpusat kepada siswa.
Jelajah alam sekitar merupakan strategi pembelajaran yang dapat
menekankan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. Belajar di alam sekitar
juga dapat memotivasi siswa dan menjadikan proses belajar lebih bermakna.
Sejalan dengan hal tersebut, Dalyono (2008: 130) mengatakan bahwa
pembelajaran jelajah alam sekitar (JAS) dilaksanakan dengan mengeksplorasi
sumber daya alam dan eksplorasi pengetahuan siswa yang dilakukan dalam
suasana yang menyenangkan, tidak membosankan sehingga siswa belajar
dengan bersemangat.
Pembelajaran dengan model JAS memiliki ciri yakni pengaitan dengan
lingkungan sekitar yakni sebagai media dengan kegiatan memprediksi,
mengamati, mejelaskan kemudian terdapat pelaporan baik berupa tulisan

54 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


maupun lisan sehingga menimbulkan minat belajar siswa (Salu dan Tadius,
2019).
Pembelajaran jelajah alam sekitar sangat erat kaitannya dengan konsep
pembelajaran yang bermakna. Kebermaknaan terletak pada objek yang
dipelajari oleh siswa berdasarkan atas realitas dalam lingkungan belajarnya.
Selama ini banyak siswa yang merasa pembelajaran yang disajikan jauh dengan
lingkungannya, namun dengan pembelajaran berbasis jelajah alam sekitar ini
siswa dapat mengamati dan juga membangun ide dan gagasannya sendiri
tentang pembelajaran menulis puisi.
b. Teknik Onomatope
Teknik onometope merupakan salah satu teknik untuk merubah suara
dari benda-benda yang ada di alam sekitar ke dalam bentuk tulisan. Teknik
onometope ini juga banyak digunakan dalam penulisan komik agar pembaca
mendapatkan jiwa dari bacaan komik tersebut. Onometope merupakan salah
satu cara yang dapat mengajak siswa untuk membentuk sebuah kata baru yang
ia dengar dan ia rasakan ke dalam bentuk tulisan. Secara etimologis, kata
onometope berasal dari bahasa Yunani “Onomatopoeia”, yang artinya
pembentukan kata. Kemudian juga didapatkan pada bahasa Perancis yang
terkenal dengan penggunaan istilah onomatope. Teknik onomatope ini dapat
digunakan untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam menuliskan suara-suara
yang ia dengar dengan benda yang membersamainya.
Menurut Wardoyo (2013) teknik onomatope berfokus pada kreativitas
siswa dalam hal memadukan kata-kata dengan diksi suara yang dipilih oleh
siswa. Chaer (2012) juga mendefinisikan onomatope sebagai tiruan bunyi yang
merujuk pada kesan atau bunyi dari suatu benda, suatu keadaan, dan tindakan.
Senada dengan Kridalaksana (2008) mendefinisikan bahwa onomatope

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 55


merupakan penamaan benda atau perbuatan yang menirukan bunyi kemudian
diasosiasikan dengan benda atau perbuatan.
Berdasarkan paparan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
teknik onomatope merupakan sebuag teknik dalam menulis puisi yang
didasarkan atas menirukan atau mendengarkan bunyi-bunyi yang ada di
lingkungan sekitar siswa yang kemudian dituangkan ke dalam bentuk tulisan
secara kreatif. Contoh dari onomatope yakni suara angin (wuzz wuzz), suara
motor (nggeng nggeng) dan sebagainya.
c. Metode Mind Mapping
Mind mapping atau peta pikiran adalah sebuah pendekatan yang
memungkinkan siswa mampu membuat catatan mengenai informasi yang ia
temukan dengan kerangka yang ia bangun sendiri. Kosmajadi (2015)
menyatakan bahwa teknik pemetaan pikiran dapat digunakan karena sesuai
dengan usia sekolah dasar untuk melatih daya nalar secara sistematis. Artinya
metode peta pikiran ini dapat diterapkan kepada siswa SD agar memiliki daya
nalar yang tinggi.
Teknik ini cocok dengan karakteristik siswa SD yang mana mereka
diminta untuk dapat mengembangkan ide dan gagasan yang ia miliki dalam
sebuah kertas. Haliq, Aswanti, dan Fitri (2017) mengemukakan bahwa setiap
mind mapping adalah hasil khas pribadi sesorang yang membuatnya dan tidak
ada pemetaan yang benar atau salah. Metode ini diharapkan menjadi efektif
untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam pembuatan peta pikiran, juga
pembuatan puisi. Mind mapping merupakan cara mencatat yang kreatif dan
efektif bagi siswa untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil
informasi ke luar dari otak (Puspita dalam Ristiasari, Priyono, & Sukaesih, 2012).

56 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Berdasarkan urian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode
mind mapping merupakan salah satu metode yang dapat menjadikan siswa
berpikir kreatif, yang mana dengan metode ini siswa akan menuliskan gagasan
atau ide yang ia miliki ke dalam peta pikiran yang ia buat secara kreatif.
d. Blended Learning
Konsep pembelajaran Blended Learning berasal dari dua kata yakni
Blended dan Learning. Blended berasal dari kata Bahasa Inggris yang berarti
campuran, sedangkan Learning berarti belajar. Jika digabungkan Blended
Learning memiliki arti bahwa pembelajaran dilakukan dengan mencampurkan
dua konsep atau pola dalam pembelajaran, yakni dengan pembelajaran tatap
muka (face to face) dan pembelajaran online. Mosa, Yoo, dan Sheets (2011)
menyatakan bahwa pola belajar yang dicampurkan dalam konsep blended
learning yakni terdiri dari unsur utama pembelajaran di kelas dengan
pembelajaran online. Amin (2017) menyatakan bahwa konsep blended learning
adalah pencampuran antara model pembelajaran konvensional dengan belajar
secara online.
Konsep pembelajaran blended learning yang mencampurkan beberapa
hal dalam proses pembelajaran, yakni pengolaborasian antara model
pembelajaran yang dilakukan di dalam sekolah secara tatap muka, dan juga
dengan sistem online learning. Lebih lanjut Hussin (2015) menyatakan bahwa
dengan model pembelajaran blended learning pengetahuan siswa akan menjadi
lebih kuat karena model yang digunakan berupa konvensional melalui
pengembangan teknologi dalam pendidikan.
Blended learning mulai dipikirkan dan digunakan oleh banyak pengajar,
terutama di masa pandemic seperti saat ini. Di masa pandemic perlu adanya
sebuah trobosan guna terciptanya pembealajran yang efektif dan tetap menarik
bagi siswa. Menurut Sandi (2012) blended learning memadukan berbagai

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 57


metode dan strategi pembelajaran yang memanfaatkan teknologi virtual. Jadi
pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dengan menyesuaikan kondisi
yang telah diepakati bersama.
Pembelajaran di era 21 ini menjadikan teknologi merupakan salah satu
kebutuhan dan suatu keharusan yang harus ada dan menjadi ciri khas dalam
proses pembelajaran. Pembelajaran pada era 21 ini tidak hanya memfasilitasi
siswa secara tatap muka saja, namun juga secara virtual. Hal ini relevan dengan
konsep pembelajaran blended learning yang mengolaborasikan antara model
konvensional dan juga virtual. Pembelajaran blended learning merupakan salah
satu solusi pembelajaran di kelas yang membosankan dan perkembangan
teknologi yang semakin luas pula (Deklar, dkk. 2018).
Tujuan pembelajaran blended learning menurut Amin (2017) yakni untuk
meningkatkan fleksibilitas bagi guru dengan menggabungkan aspek terbaik dari
tatap muka dan instruksi online, sehingga mampu melibatkan para siswa dalam
pengalaman interaktif. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa terdapat enam unsur
yang harus ada dalam pembelajaran blended learning yakni tatap muka, belajar
mandiri, aplikasi, tutorial, kerjasama, dan evaluasi.
Berdasarkan paparan tersebut maka pembelajaran dengan konsep
blended learning merupakan salah satu solusi untuk mengombinasikan
pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran dengan virtual atau online.
Pengombinasian ini diharapkan mampu menjadi solusi untuk mengatasi
kejunuhan siswa dan juga menerapkan teknologi dalam proses pembelajaran,
agar siswa terbiasa untuk bijak dalam menggunakan teknologi.
e. Karakteristik Puisi Siswa SD Kelas Tinggi
Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima yang
artinya “membuat” atau poeisis “pembuatan”, dan dalam bahasa Inggris disebut

58 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


poem atau poetry, selain itu pengertian puisi juga dikemukakan oleh Waluyo
(2003: 25) menyebutkan puisi adalah sebuah karya sastra yang mengungkapkan
pikiran dan juga perasaan penyair secara imajinatif yang disusun dengan
konsentrasi pada semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur
fisik dan batin puisi.

Puisi merupakan sebuah sastra yang mulai dikenalkan kepada anak


sekolah dasar. Saleh dalam Sopandi (2010: 3) mengungkapkan bahwa puisi
adalah sebuah bentuk karya sastra yang kental dengan musik, bahasa, serta
kebijaksanaan dan tradisinya. Kemudian, Kosasih (2012: 97) mendefinisikan
bahwa puisi yakni bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan
kaya makna. Bahasa yang digunakan dalam puisi berbeda dengan bahasa yang
digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari. Puisi menggunakan bahasa yang
ringkas, namun kaya akan makna. Kata-kata yang digunakan juga merupakan
kata konotatif atau kiasan yang memiliki lebih dari satu penafsiran. Sementara
itu, Nurgiantoro (2013: 312) menyatakan bahwa puisi adalah karya sastra
dengan penggunaan bahasa “terasing”. Terasing mengartikan bahwa dalam
penyusunan puisi telah melewati pemilihan diksi dan juga bahasa yang ketat
sehingga dapat menghasilkan keindahan di dalamnya. Zulela (2013: 31)
menyatakan bahwa puisi siswa SD umumnya menggunakan kata yang
sederhana, lugas, jujur, lugu dalam belum mengandung kebohongan di
dalamnya. Puisi merupakan sebuah kepaduan dari beberapa unsur. Waluyo
dalam Kosasih (2012: 97) menyatakan bahwa secara garis besar, unsur-unsur
puisi terbagi ke dalam dua macam, yakni struktur fisik dan struktur batin.
Dari berbagai pengertian ahli tentang puisi, dapat disimpulkan bahwa
puisi merupakan sebuah karya sastra yang tersusun atas bait yang penulisannya
menggunakan kaidah penulisan yang meliputi pemilihan diksi, rima, irama dan
disajikan dengan kata-kata yang sederhana namun kaya akan makna. Puisi
Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 59
mengandung keindahan yang dituliskan oleh penyairnya, dan memiliki makna
yang mendalam setelah kita membaca dan menghayatinya.
Puisi pada siswa sekolah dasar tentunya disesuaikan dengan tingkat pemahaman
siswa sekolah dasar. Sesuai dengan kompetensi dasar 3.6 dan 4.6 pada kelas IV
siswa diminta untuk menuliskan puisi yang bersifat kesenangan serta merupakan
ekspresi dan ungkapan dari diri siswa. Kompetensi dasar tersebut
mengisyaratkan bahwa karakteristik puisi pada siswa kelas tinggi yakni puisi yang
bersifat kebahagiaan, ataupun kekaguman.
Selain itu jika dilihat pada tahap perkembangan kognitif siswa sekolah
dasar, pada siswa sekolah dasar cenderung memiliki kemampuan berpikir pada
tahap konkret, artinya pemerolehan informasi berdasarkan hal-hal yang ada
disekitar tempat tinggal siswa. Dari paparan tersebut maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa karakteristik puisi pada kelas tinggi yakni mengacu pada
lingkungan sekitar. Di mana pada lingkungan sekitar siswa akan menemukan
banyak hal yang mampu membangun pengetahuannya untuk menulis puisi
secara kreatif. Hal ini disebabkan puisi yang dibuat oleh siswa berdasar atas
pengelihatan, dan bukan pengimajinasian.

f. Kreativitas Siswa Sekolah Dasar


Pembelajaran pada kurikulum 2013 ini lebih menekankan pada ranah
keterampilan siswa, tanpa mengesampingkan ranah sikap dan juga
pengetahuan. Kreativitas siswa perlu dibangun dan digali agar siswa mampu
mengambil keputusan secara kreatif tanpa ada paksaan dari siapapun. Berpikir
kreatif diperlukan bagi siswa SD yang merupakan sebuah tuntutan zaman agar
siswa dapat berpikir secara luwes dan fleksibel.
Secara etimologis, kreativitas (creativity) berasal dari kata “mencipta” (to
creat) yang berarti mempunyai sifat kreatif (creative). Kreativitas didefinisikan

60 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


sebagai kemampuan sesorang dalam menciptakan sesuatu (ide, cara, produk)
yang baru Andheska (2016). Menurut Susongko (2015: 20) kreativitas
merupakan karakter manusia yang masih dan sulit untuk didefinisikan. Secara
tidak langsung kreativitas merujuk pada sesuatu yang bersifat orisinil dari pikiran
pencipta karya. Proses penulisan puisi memerlukan kreativitas yang tinggi.
Pratiwi, Maryaeni, dam Suwignyo (2016) mengatakan bahwa proses
penulisan puisi disebut sebagai proses kreatif, adalah cara-cara yang ditempuh
oleh sesorang dalam menulis puisi mulai dari mendapatkan ide untuk ditulis
menjadi sebuah puisi yang utuh. Proses penulisan puisi melibatkan unsur
kreativitas karena mengoptimalkan seluruh daya piker dan juga imajinasi yang
dimiliki oleh penulis. Menurut Sholikhah, Kartana, dan Utami (2018) kreativitas
adalah suatu kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu hal yang baru
dan merupakan karakter manusia yang tidak terdefinisi.
Menurut Moreno, yang menjadi acuan dalam kreativitas bukanlah
penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang, melainkan produk
kreativitas yang merupakan hal baru bagi di sendiri dan tidak harus memiliki
kebaruan terhadap orang lain (Slameto, 2010: 146). Kreativitas siswa sekolah
dasar perlu dilatih dan dikembangkan, mengingat anak sekolah dasar
merupakan individu yang masih senang untuk mencari hal baru dan juga masih
mampu untuk mengolah dan menumukan ide-ide baru yang ia miliki. Salah satu
cara meningkatkan kreativitas siswa yakni dengan menulis puisi.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas
merupakan salah satu hal yang bersifat orisinil bagi siswa tersebut, dan tidak
berdasarkan sudut pandang orang lain. Kreativitas siswa sekolah dasar perlu
dikembangkan agar siswa terbiasa untuk memikirkan hal-hal baru untuk
kepentingan menemukan ide-ide kreatif.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 61


g. Model Pembelajaran Jas To Mind
Model pembelajaran jas to mind merupakan salah satu inovasi dalam proses
pembelajaran yang mengkolaborasikan strategi, metode dan juga teknik dalam
proses pembelajaran sehingga menghasilkan sesuatu keterbaruan dalam
kegiatan pembelajaran. Model ini memiliki beberapa ciri yang sehingga mudah
untuk diingat dan aplikasikan dalam berbagai materi yang relevan dengan model
ini.
Ciri pertama dalam model ini yakni mengajak siswa untuk mengeksplorasi
lingkungan sekitar. Artinya pada model ini siswa diajak untuk mengamati dan
juga memahami kejadian-kejadian yang ada di lingkungan belajar siswa
berdasarkan pengamatan dan juga rasa ingin tahu siswa. Eksplorasi siswa
dengan mendata apa yang siswa lihat pada peta pikiran yang dikembangkan
sendiri oleh siswa merupakan salah satu ciri dalam model pembelajaran ini.
Ciri lain dari model jas to mind yakni pembuatan karya dengan teknik
onomatope. Teknik onomatope yang merupakan teknik menuliskan hal-hal yang
dilihat oleh siswa melalui panca indera sehingga menjadikan karya yang
dihasilkan oleh siswa lebih hidup dengan penggunaan kata-kata indah dan kaya
akan makna. Penulisan dengan teknik onomatope ini akan menjadikan siswa
mampu menuliskan kata-kata yang kreatif sesuai dengan pemahaman dan juga
mengandalkan indera pendengarannya.
Selain ketiga ciri tersebut, model jas to mind juga memiliki beberapa
karakterstik dalam proses pembelajarannya. Model jas to mind ini memiliki
karakter pembelajaran yang berbasis penugasan, artinya dalam pelaksanaan
pembelajarannya tidak habis dan selesai dalam sekali pembelajaran saja, namun
juga membutuhkan beberapa kali pertemuan untuk menuntaskan
pembelajaran. Selain itu model ini juga mempunyai karakterstik kerja tim guru.

62 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Artinya dalam proses pembelajaran dengan model ini mengharuskan guru untuk
membentuk tim atau kelompok agar pembelajaran tetap efektif.
Model pembelajaran ini juga memiliki karakteristik mencampurkan konsep
pembelajaran tatap muka dengan konsep pembelajaran online. Sehingga siswa
tetap mampu menggunakan model pembelajaran ini secara mandiri melalui
virtual. Sehingga pembelajaran yang semacam ini menjadi lebih fleksibel dan
mampu menarik perhatian siswa, sehingga siswa akan termotivasi dalam
mengikuti proses pembelajaran ini.

Pengembangan Jas To Mind


Dalam proses pembelajaran kita mengenal banyak istilah yang hampir
memiliki kemiripan makna, yakni model, teknik, strategi, metode dan
pendekatan. Model pembelajaran merupakan sebuah rencana yang digunakan
dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang disusun secara sistematis dan
juga terencana. Joyce & Weil dalam Rusman (2010) mengemukakan bahwa
model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum atau rencana jangka panjang, untuk merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan juga membimbing pembelajaran di kelas
ataupun di lingkungan belajar lainnya.
Model pembelajaran berbeda makna dengan strategi, teknik, metode
dan juga pendekatan. Jika model pembelajaran sifatnya lebih terperinci, maka
pendekatan merupakan tolak ukur terhadap proses pembelajaran yang merujuk
pada sifat umum, sedangkan strategi pembelajaran yakni turunan dari
pendekatan pembelajaran yang di dalamnya terkandung makna perencanaan.
Sedangkan metode pembelajaran memiliki arti yang lebih sempit dari strategi,
yakni cara dalam mengimplementasian dari rencana yang telah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata. Turunan dari metode ialah teknik atau gaya

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 63


pembelajaran. Teknik lebih memiliki arti pengimplementasian dari perencanaan
yang dibuat dengan kegiatan yang lebih spesifik.
Dari paparan tersebut maka terdapat perbedaan antara model, strategi,
pendekatan, metode dan juga teknik. Untuk lebih lanjut model pembelajaran
memiliki beberapa karakteristik seperti yang dikemukakan oleh Joyce & Well
(1986) yang menyatakan bahwa setiap model pembelajaran memiliki
karakteristik umum yang dibedakan atas beberapa unsur, yakni terdapat sintaks
atau tahapan pembelajaran, sistem social, prinsip reaksi, sistem pendukung,
dampak instruksional, dan juga dampak pengiring. Yang paling dominan dalam
karakteristik model pembelajaran yakni adanya sintaks atau langkah
pembelajaran.
Model pembelajaran jas to mind memiliki dua definisi yang berbeda.
Dapat diadopsi dari bahasa Indonesia maupun bahasa asing. Definisi pertama
yakni jas to mind merupakan gabungan kata dari jelajah alam sekitar,
onomatope, dan juga mind mapping. Yang mana penggabungan kata ini berasal
dari kolaborasi antara strategi, teknik dan juga metode dalam model
pembelajaran jas to mind. Dapat diartikan bahwa jas to mind merupakan model
pembelajaran yang mengajak siswa untuk memacu ide kreatif dengan cara
menjelajahi alam sekitar.
Sedangkan makna yang kedua dari jas to mind yakni dapat diartikan
dalam bahasa asing yakni jas yang berarti pakaian untuk menghangatkan dan
juga to mind atau pola pikir. Dari kedua kata tersebut maka jas to mind dapat
diartikan sebagai pakaian siswa untuk menghangatkan atau membangkitkan
rasa senang dalam membangun pola piker siswa untuk menyusun ide kreatif
puisi karya pribadi berdasarkan eksplorasi siswa terhadap lingkungan alam
sekitar.

64 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Model pembelajaran jas to mind merupakan model pembelajaran yang
mengolaborasikan antara strategi, metode dan juga teknik dalam proses
pembelajaran. Model pembelajaran jas to mind lebih mengadopsi dan
memodifikasi strategi pembelajaran jelajah alam sekitar, yang mana
menggunakan alam sekitar siswa sebagai sumber untuk mengeksplorasi atau
mengkonstruk pengetahuan siswa. Pembelajaran menulis puisi dengan
pemanfaatan lingkungan sekitar siswa memungkinkan untuk meningkatkan
aktifitas dan juga menggali kreativitas siswa. Kreativitas siswa tidak hanya
dilakukan pada pembelajaran SBdP saja, namun juga melalui ata pelajaran
lainnya dan menjadi ciri khas dari setiap mata pelajaran.
Selain memodifikasi pembelajaran jelajah alam sekitar, model
pembelajaran jas to mind juga dikombinasikan dengan metode mind mapping
yakni penggunaan peta pikiran dalam menuangkan ide atau gagasan yang
dilakukan siswa saat pelaksanaan jelajah alam sekitar. Penggunaan model
pembelajaran jas to mind memungkinkan siswa untuk menuliskan ide-ide
kreatifnya ke dalam peta pikiran yang dibuat secara mandiri dan kreatif oleh
masing-masing siswa. Pembuatan peta pikiran pada model ini mengarah kepada
penuangan ide atau gagasan yang terlihat secara visual menjadi tulisan kreatif.
Kelebihan metode mind mapping juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Haliq, Asri, dan Fitri (2019) yang berjudul “Teknik Mind Mapping dalam
Menulis Puisi: Studi Eksperimen pada Mahasiswa”. Hasil temuan penelitian
didapatkan hasil bahwa metode mind mapping efektif dalam penyusunan puisi,
pada subjek yang dikenai perlakuan yakni mahasiswa.
Namun dalam pelaksanaan metode peta pikiran dibutuhkan kolaborasi
lain dengan teknik menulis lainnya agar siswa dapat secara maksimal menuliskan
kata-kata dengan diksi yang indah. Untuk itulah bagian yang tak kalah penting
dalam model pembelajaran ini yakni dengan memasukkan teknik onomatope,

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 65


yang merupakan teknik menulis dengan mendata bunyi-bunyi atau suara yang
siswa lihat pada lingkungan sekitar. Teknik onomatope ini menjadi penting,
mengingat siswa akan mendapat perbendaharaan kata yang lebih banyak dalam
penggunaan teknik ini. Pemasukan teknik onomatope dalam proses
pembelajaran yang mampu memberikan kata-kata indah dalam puisi siswa
didukung oleh Adawiah, dkk (2018). Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik
onomatope dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas X.
Dimana terdapat peningkatan skor tes akhir dibandingkan dengan skor pada tes
akhir.
Proses eksplorasi lingkungan yang dilakukan oleh siswa bersama dengan
guru membutuhkan persiapan dan juga pendampingan yang penuh. Mengingat
dalam proses eksplorasi lingkungan, memungkinan siswa untuk bermain
bersama dengan temannya dan mengakibatkan siswa tidak fokus dalam proses
pembelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut model pembelajaran ini
mengolaborasikan dengan konsep team teaching di mana guru kelas
bekerjasama dengan guru lainnya, seperti guru olahraga untuk membantu
mengawasi jalannya proses eksplorasi lingkungan. Sehingga siswa tetap akan
terkondisikan dan fokus dalam proses pengeksplorasian lingkungan.
Model pembelajaran jas to mind juga mengadopsi konsep pembelajaran
blended learning di mana dalam proses pembelajaran tidka hanya dapat
digunakan untuk tatap muka saja, naumn juga memungkinkan untuk proses
pembelajaran secara online. Hal ini tentu relevan dengan kondisi pandemi
seperti saat ini yang mana siswa akan lebih banyak menghabiskan waktu di
rumah dan mengkonstruk pengetahuannya dari hal-hal yang dekat dengan
lingkungan siswa. Model ini memungkinkan siswa untuk dapat memacu ide

66 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


kreatifnya dalam membuat puisi dengan mengeksplorasi lingkungan sekitar
rumah bersama dengan orang tuanya.
Proses pembuatan hingga pelisanan puisi yang membutuhkan waktu
tidak sebentar menjadikan model ini menggunakan metode penugasan. Jadi
proses pembelajaran tidak hanya dilakukan di lingkungan sekolah dan di dalam
kelas saja, namun juga berupa penugasan untuk dikerjakan di rumah. Penugasan
ini membutuhkan tanggung jawab siswa dan juga kerjasama dengan orang tua,
mengingat jika dikerjakan di rumah akan memungkinkan siswa meminta bantu
orang lain, sehingga tanggung jawab, kejujuran dan juga kerjasama dengan
orang tua sangat dibutuhkan
Model jas to mind ini yang diterapkan dalam materi puisi dapat
mengangkat tema yang berkaitan dengan alam sekitar, sepert iindahnya alamku,
kotaku yang hebat, dan sebagainya. Sehingga model ini tidak terbatas oleh lokasi
tempat tinggal ataupun lokasi belajar siswa. Model pembelajaran ini juga erat
kaitannya dengan teori kebahasaan yakni sosiolinguistik, dimana pembelajaran
yang dilakukan dengan mengeksplorasi alam sekitar akan menjadikan siswa
lebih dekat dengan kebudayaan yang ada di daerah tempat tinggalnya.
Penggunaan kaidah sosiolinguistik dalam proses pembelajaran dengan model jas
to mind ini juga memungkinkan siswa untuk mampu menggunakan bahasa yang
baik dan benar sesuai dengan kaidah yang berlaku di masyarakat setempat.
Langkah-langkah dalam model jas to mind untuk memacu ide kreatif puisi siswa
SD kelas tinggi sebagai berikut.
Pertama, Menentukan Tema Puisi.
Siswa diajak untuk berdiskusi tentang tema yang akan ia tulis
berdasarkan kondisi alam di lingkungan sekolah. Tema menjadi penting karena
menjadi titik awal dalam penyusunan karya puisi yang ingin ia eksplorasi dan ia
rangkai. Berdasarkan tema yang telah disepakati siswa akan lebih fokus dalam

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 67


penulisan puisi. Tema yang dapat digunakan dalam lingkungan perdesaan
seperti indahnya desaku. Tema lingkungan perkotaan atau industri yakni
megahnya kotaku. Tema dalam pembuatan puisi ini disesuaikan dengan
lingkungan sekitar sekolah, dimana jika lingkungan sekolah berada di perdesaan,
maka dapat menggunakan tema indahnya negeriku, sedangkan jika di daerah
perkotaan atau kota industri dapat menggambil tema megahnya kotaku.
Pembedaan tema ini disesuaikan dengan karaktersitik dan juga objek yang akan
mereka lihat dan rasakan nantinya. Karena tahap berpikir dan bernalar anak usia
sekolah dasar masih dalam kondisi operasional konkrit, jadi tema dalam
pembuatan puisi harus disesuaikan dengan lingkungan dimana ia belajar.
Kedua, Pemberian Pengantar.
Pada langkah kedua ini siswa akan diberikan pengantar sebelum nantinya
mereka akan mengeksplorasi lingkungan. Pemberian pengantar dimaksudkan
agar siswa memiliki gambaran umum mengenai manfaat dan juga hasil akhir
dalam pembelajaran ini. Siswa diberikan penjelasan bagaiamana cara menulis
puisi yang baik, yakni dengan penggunaan kata-kata yang indah serta
berdasarkan apa yang mereka lihat. Manfaat lain dri menulis puisi dari alam
sekitar yakni untuk bersyukur atas ciptaan Tuhan serta untuk menambah
kecintaan terhadap lingkungan. Siswa juga diberikan contoh mengenai puisi
yang bertema sama, sehingga siswa memiliki gambar mengenai puisi yang akan
ia tulis. Contoh puisi yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan tema yang
akan mereka tuliskan, sehingga tahap berpikirnya tidak jauh membayangkan hal
yang jauh darinya. Pada tahap pemberian pengantar ini guru juga memberikan
kesepakatan kepada siswa untuk mengikuti pembelajaran ini dengan baik dan
tidak digunakan untuk bermain.

68 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Ketiga, Eksplorasi Lingkungan.
Setelah penentuan tema, siswa diajak untuk mengeksplorasi lingkungan
alam sekitar. Pengeksplorasian ini tentunya dengan panduan dan arah dari guru.
Guru dapat mengawasi siswa dalam menjelajah alam sekitar. Sebelumnya guru
telah memilih rute atau jalur mana yang harus dilewati siswa. Pemilihan rute
diusahakan sesuai dengan tema dan terdapat banyak objek yang dapat
dieksplorasi dan dituangkan siswa dalam bentuk tulis nantinya. Proses eksplorasi
siswa dapat dilengkapi dengan catatan kecil. Siswa diperbolehkan untuk
menuliskan objek-objek penting yang akan ia tuangkan dalam menulis puisi.
Catatan ini nantinya akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan siswa untuk
menambahkan objek dalam puisinya nantinya. Catatan inilah yang dimaksud
dengan mind mapping. Siswa diarahkan untuk membuat peta pikiran
berdasarkan apa yang telah ia lihat dan ketahui. Dalam tahap eksplorasi siswa
diberikan kebebasan untuk bertanya ataupun mencari suatu hal yang ingin
mereka cari tahu. Pencarian informasi ini dapat dilakukan dengan komunikasi
bersama dengan teman sebaya, bertanya dengan guru atau berkomunikasi
dengan masyarakat sekitar, dengan menggunakan bahasa yang santun.
Keempat, Pendataan Kata-kata Onomatope
Proses berakhirnya eksplorasi lingkungan ditandai dengan siswa mulai
memasuki lingkungan sekolah dan bersiap untuk fokus terhadap pemyusunan
puisi yang akan ia lakukan. Penyusunan puisi dilakukan setelah pendataan kata-
kata onomatope. Untuk melengkapi peta pikiran yang siswa buat, maka
diperlukan pendataan kata-kata onomatope. Pada tahap ini siswa menuliskan
bunyi-bunyi yang tadi ia lihat ke dalam peta pikirannya agar didapatkan karya
puisi yang lebih Indah. Pada tahap ini tentunya tidak terlalu sulit untuk dilakukan
siswa, mengingat siswa sudah mendengar dan merasakan sendiri hal yang lihat,

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 69


maka dimungkinkan siswa akan dengan lancar menuliskan kata-kata dari
pengimplemntasian bentuk yang ia lihat.
Kelima, Menyusun Puisi.
Setelah siswa melakukan pendataan kata-kata onomatope, langkah
selanjutnya yakni menyusun kerangka puisi. Berdasarakan pencatatan hasil
eksplorasi terhadap lingkungan, siswa dibimbing untuk mulai menyusun
kerangka puisi. Pengembangan kerangka puisi dimulai dari pembuatan judul
yang sesuai dengan tema yang kemudian digabungkan. Siswa dibebaskan untuk
membuat puisi sesuai dengan apa yang telah mereka temukan pada proses
jelajah alam tadi. Judul dalam tema dibuat sesuai dengan tema yang telah
disepakati sebelumnya. Pada tahap menyusun puisi ini siswa diminta untuk
merenungkan kata-kata dan juga kerangka yang akan ia tulis menjadi puisi yang
indah. Penyusunan puisi ini diperlukan konsetrasi dan ingatan siswa terhadap
pengeksplorasian lingkungan yang telah ia lakukan, maka dibutuhkan kelas
dengan suasana yang tenang dan juga tidak banyak aktivitas di dalamnya. Pada
tahap ini guru berfungsi sebagai fasilitator dalam pembelajaran, artinya guru
memfasilitasi siswa untuk bertanya jawab dengan guru jika merasa kesulitan
ataupun kebingungan. Guru juga mendampingi siswa jika kesulitan dalam
mengembangkan dan menentukan pemilihan bahasa yang sesuai.
Keenam, Menyunting Kembali Puisi.
Tahap selanjutnya yakni melakukan penyuntingan terhadap puisi yang
telah ditulis oleh siswa. Pada tahap ini siswa secara mandiri atau secara
berpasangan dapat saling menukarkan puisi yang telah ia tulis guna
mendapatkan komentar ataupun tambahan yang diperlukan menjadikan puisi
lebih terlihat indah. Pada tahap ini guru juga dapat membimbing jalannya proses
diskusi dan penyuntingan dengan cara pendekatan kepada siswa. Puisi yang

70 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


telah disunting oleh teman sebangku diharapkan merupakan hasil puisi yang
sudah menggunakan kata-kata yang indah sehingga masukan dari teman sebaya
dapat digunakan untuk menjadikan puisi lebih bermakna dan lebih indah. Puisi
yang telah disunting kemudian dikembalikan kepada pembuatnya untuk
dipertimbangkan dan diperbaik sebelum dibacakan di hadapan teman-teman.
Ketujuh, Membaca Puisi
Tahap keenam yakni dengan membacakan puisi. Membacakan puisi ini
dilakukan dengan penuh penghayatan dan mendapat perhatian penuh dari
siswa lainnya. Dalam proses membaca puisi siswa membacakan secara lantang
puisi karya mereka dengan rasa percaya diri dan pengekspresian yang tepat.
Siswa yang telah membacakan puisi mendapat apresiasi dari teman-teman
lainnya dengan cara pemberian tepuk tangan. Pemberian tepuk tangan dalam
proses akhir pembelajaran ini bertujuan agar siswa lebih termotivasi dan
bersemangat karena mendapat apresiasi dari teman sebaya. Setelah siswa
membacakan puisi di depan kelas, kemudian siswa tersebut dapat
menempelkan puisi hasil karya mereka di papan karya siswa. Setiawan, dkk
(2019) menyatakan tujuan kegiatan publikasi yakni untuk pemberian reward
(penguatan) bagi siswa sekaligus memotivasi kelas untuk lebih aktif dalam
menghasilkan karya tulis dan juga menimbulkan minat baca terhadap hasil karya
yang dipajang.
Kedelapan, Penguatan Materi
Tahap terakhir yakni penguatan mengenai materi. Guru berperan
penting dalam memberikan penguatan kepada siswa. Penguatan dilakukan agar
tidak terjadi mispresepsi mengenai menulis puisi yang telah dilakukan oleh
siswa. Penguatan juga dapat dilakukan untuk merefleksi pembelajaran, dengan
cara tanya jawab kepada siswa tentang pembelajaran yang dilakukan hari ini.
Jika siswa merasa tertarik dan menjadikan proses pembelajaran menyenangkan

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 71


baginya, maka guru dapat menjadikan strategi belajar tersebut sebagai acuan
dalam pembelajaran yang lainnya. Penguatan yang diberikan oleh guru
diharapkan mampu menjadikan siswa termotivasi untuk menghasilkan karya
baru dan terus mengembangkan kreativitas menulis dalam bidang apapun.

Prediksi Pengimplementasian Jas To Mind


Pengimplementasian model jas to mind dalam proses pembelajaran akan
menjadikan siswa aktif dan juga terpacu untuk mengembangkan ide-ide
kreatifnya di dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena siswa
didorong untuk berpikir secara kreatif yang mana juga mendayagunakan pikiran
siswa sebagai proses pemerolehan informasi dari hal-hal yang mereka lihat
sebelumnya. Model ini juga akan mengatasi kejenuhan siswa yang hanya belajar
terbatas oleh ruang kelas saja, karena siswa akan diajak berkeliling lingkungan
sekitar untuk mengeksplorasi dan juga menemukan hal-hal baru. Pemerolehan
bahasa yang akan dituliskan oleh siswa juga sedikit banyak akan terpengaruh
dengan kondisi sosial atau kaitannya dengan sosiolinguistik yang ada di daerah
siswa.
Pembelajaran yang menjadikan siswa aktif dan juga mampu menarik dan
mengkonstruk pemikiran siswa memungkinkan pembelajaran menjadi lebih
bermakna. Di mana dalam proses pembelajaran yang dimulai dari ketertarikan
akan menghasilkan sesuatu pengetahuan yang juga akan mudah dimengerti oleh
siswa. Pembelajaran yang bermakna akan menjadikan hasil belajar siswa dalam
menulis puisi juga meningkat. Di mana siswa akan mampu memahami dan juga
memiliki ketertarikan dalam proses pembelajaran.
Penambahan metode mind mapping juga akan mampu menjadikan siswa
untuk terbiasa dalam penulisan hal-hal yang siswa alami, termasuk dalam

72 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


pembuatan puisi kreatif. Hal ini didorong oleh penelitian yang dilakukan oleh
Salmiati (2015) dengan subjek siswa sekolah dasar kelas IV. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa mind mapping mampu meningkatkan keterampilan
menulis paraphrase pada siswa kelas IV sekolah dasar.
Model pembelajaran jas to mind ini juga akan menjadikan siswa dekat
dengan lingkungan belajarnya, hal ini disebabkan siswa akan lebih dekat sumber
belajarnya karena mereka diminta untuk mengekplorasi lingkungan dan menjadi
sumber belajar bagi siswa. Tak hanya terbatas pada mendekatkan siswa pada
lingkungan sekitar saja, namun dampak yang diberikan pada model ini yakni
melatih keberanian siswa dalam mengemukakan pendapatnya. Di mana siswa
akan mampu melisankan puisi dengan rasa percaya diri di depan teman-
temannya, dan juga melatih siswa untuk mampu mengemukakan karyanya di
depan teman-teman lainnya.

Penerapan model jas to mind ini akan menghasilkan sebuah puisi yang
kreatif dan merupakan perwujudan dari apa yang siswa lihat dan siswa rasakan,
sehingga puisi yang dihasilkan akan optimal secara fisik dan juga batiniah. Karena
siswa mengalami secara langsung hal-hal yang akan ia tuangkan ke dalam puisi
karyanya, sehingga puisi yang dihasilkan akan bersifat kreatif dan bebas dari
plagiasi, seperti tujuan dalam penulisan puisi karya pribadi.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 73


DAFTAR PUSTAKA
Adawiah, S.R., Pertiwi, L.L., Sukawati, S., Firmansyah, D. 2018. Pembelajaran
Menulis Puisi Dengan Teknik Onomatope Di MA Tanjugjaya. Parole Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1, No. 6, hlm. 897-904.

Amin, Ahmad Kholiqul. 2017. Kajian Konseptual Model Pembelajaran Blended


Learning berbasis Web untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Motivasi
Belajar. Jurnal Pendidikan Edutama, Vol. 4, No. 2, hlm. 51-64.

Andheska, Harry. 2016. Membangun Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran


Menulis dengan Memanfaatkan Media Pembelajaran Inovatif. Bahastra,
Vol. 36, No. 1, hlm. 55-67.

Chaer, A. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Dalyono, M. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Deklara Nanindya,dkk. 2018. “Daya Tarik Pembelajaran di Era 21 Dengan


Blended Learning”. Jurnal teknologi Pendidikan, Vol. 1, No. 1

Haliq, A., Asri, A., dan Fitri, S. 2017. Kemampuan Menulis Puisi Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan
Menggunakan Metode Mind Mapping. Proceding of National Seminar.
Research Institute of Universitas Negeri Makassar.
http://ojs.unm.ac.id/semnaslemlit/article/view/3999.

Joyce, B., & Weil, M. 1986. Models of Teaching (Third Edition). New Jersey:
Prentice-Hall, Inc.

Kosasih, E. 2012. Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.

Kridalaksana, H. Mukti. 2008. Kamus Linguistik Edisi Empat. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama.

Marianti, A dan N.E Kartijono. 2005. Jelajah Alam Sekitar (JAS). Dipresentasikan
pada Seminar dan Lokakarya Pengembangan Kurikulum dan Desain
Inovasi Pembelajaran Jurusan Biologi FMIPA UNNES dalam Rangka
Pelaksanaan PHK A2. Semarang: Jurusan Bilogi FMIPA UNNES.

74 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Mosa, A., Yoo, I., & Sheets, L. 2011. A Systematic Review of Healthcare
Applications for Smartphones. BMC Medical Informatics and Decision
Making, 12, 67.

Mulyani, S., A. Marianti, N.E. Kartijono, T. Widianti, S. Saptono, K. K. Pukan, &


S.H. Bintari. 2008. Jelajah Alam Sekitar (JAS) Pendekatan Pembelajaran
Biologi. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Nurgiantoro, B. 2013. Satra Anak, Pengantar Pemahaman Dunia Anak.


Yogyakarta: UGM Press.

Pratiwi, Yuli Dwi., Maryaeni, dan Suwignyo. 2016. Kreativitas Siswa Dalam
Menulis Puisi. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan,
Vol. 1, No. 5, hlm. 835-843.

Retnawati, H. 2016. Hambatan Guru Matematika Sekolah Menengah Pertama


Dalam Menerapkan Kurikulum Baru. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 3 (3),
390–403.

Ristiasari, T., Priyono, B., dan Sukaesih, S. 2012. Model Pembelajaran Problem
Solving dengan Mind Mapping Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa. Jurnal Unnes Journal of Biology Education, Vol. 3, No. 1

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme


Guru, Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Salmiati. 2015. Peningkatan Keterampilan Menulis Parafrase Menggunakan


Metode Mind Mapping. Jurnal Pelangi, Vol. 8, No. 1.

Salu, Benyamin. Tadius. 2019. Pengaruh Metode Pembelajaran Jelajah Alam


sekitar (JAS) terhadap Motivasi dan Hasil belajar IPA Siswa Kelas VI SDN
1 Rantepao Kab. Toraja Utara. Jurnal KIP, Vol. 7, No. 3.

Sandi, Gede. 2012. Pengaruh Blended Learning Terhadap Hasil Belajar Kimia
Ditinjau Dari Kemandirian Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Vol.
45, No. 3, hlm 241-251.

Setiawan, H., Styo, M.W.A., Abdul, A. 2019. Puisi Berbasis Hasil Karya Gambar:
Upaya penguatan literasi Siswa SD Kelas Tinggi. Intelegensi: Jurnal Ilmu
Pendidikan, Vol. 2, No. 1, hlm. 50-60

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 75


Sholikhah. Z., Kartana. T.J., Utami. W.B. 2018. Efektifitas Model Pembelajaran
Open-Ended Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari
Kreativitas Siswa. JES_MAT, Vol. 4, No. 1, hlm. 35-46.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sopandi. 2010. Memahami Puisi. Bogor: Quadra.

Susongko, P. 2015. Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan. Tegal:


Universitas Pancasakti Tegal.

Waluyo, Herman J. 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wardoyo, S. 2013. Teknik Menulis Puisi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Zulela. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

76 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


BAGIAN V

MODEL WAYANG DOMETERAN: UNTUK MENIGKATKAN KETERAMPILAN


BERBICARA KELAS II SEKOLAH DASAR

Rekno Handayani, S.Pd.


Mahasiswa Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
Email: handayanirekno@students.unnes.ac.id

Pendahuluan
Pembelajaran bahasa Indonesia di kelas rendah dalam hal ini kelas II SD
salah satunya yakni bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara.
Aspek keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan kebahasaan
yang penting untuk dikuasai oleh siswa kelas II SD. Untuk mendukung kreativitas
dalam perkembangan berbicara hendaknya pelaksanaan pembelajaran tidak
hanya dengan menggunakan metode ceramah dan bahan ajar buku saja,
melainkan harus ditekankan inovasi yang menarik untuk meningkatkan minat
belajar siswa kelas II SD. Pembelajaran yang menekankan aspek kebahasaan
berbicara dapat dicarikan solusi inovatif untuk meningkatkan keterampilan
berbicara. Upaya kreatif dalam melaksanakan pembelajaran salah satunya yakni
dengan menerapkan model wayang dometeran. Model wayang dometeran ialah
sebuah model yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara
siswa dengan mengombinasikan antara sastra dongeng, metode bermain peran,
dan penggunaan wayang stik.
Model wayang dometeran menjadi salah satu model belajar inovatif yang
bernuansa kooperatif learning, bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
berbicara pada kelas II SD. Pembelajaran yang dirancang menggunakan model
wayang dometeran akan memfokuskan kegiatan bermain peran dari cerita
dongeng yang dibantu oleh media wayang stik. Melalui kegiatan bermain peran
yang diperagakan dengan media wayang stik akan memicu keterampilan
berbicara siswa pada kelas II SD. Disini siswa diberikan kesempatan seolah-olah
menjadi sebuah pemeran sehingga siswa dapat berdialog sesuai isi dongeng.
Pembelajaran menggunakan model wayang dometeran akan memberikan
nuansa baru dan lebih inovatif karena disini pembelajaran akan memberi
kesempatan siswa untuk bermain peran yang dibantu oleh media wayang stik.
Media wayang stik menjadi daya tarik sendiri karena siswa cenderung
senang dalam memainkan replika wayang yang di desain khusus. Selain itu
pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan model wayang
Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 77
dometeran akan sekaligus menanamkan pendidikan karaker kepada siswa kelas
II. Isi dongeng yang mengandung nilai moral dapat dijadikan media penanaman
karakter pada siswa SD. Selain itu peran penggunaan media wayang stik
sekaligus akan mengenalkan kesenian tradisional yang dikemas secara unik
kepada siswaa, sehingga model tersbut memiliki kelebihan tersendiri. Sesuai
dengan hal tersebut maka model wayang stik efektif digunakan untuk
meningkatkan kreativitas siswa kelas II SD dalam aspek berbicara sekaligus
penanaman pendidikan karakter bagi siswa.

Permasalahan Pembelajaran

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar tentu bertujuan untuk


melatih keterampilan berbahasa pada siwa. Keterampilan berbahasa pada siswa
sekolah dasar baik siswa kelas rendah maupun siswa kelas tinggi diharapkan
mampu menguasai dasar-dasar keterampilan berbahasa. Keterampilan
berbahasa dengan baik dan benar ditekankan pada siswa SD dengan tujuan
siswa mampu melatih dan mengembangkan sejak dini, sehingga hal tersebut
dapat bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Pembelajaran bahasa Indonesia
merupakan salah satu muatan pelajaran utama yang akan disampaikan kepada
siswa, karena pembelajaran bahasa merupakan pengantar atau penghela dari
setiap kegiatan pembelajaran lainnya. Adapun bahasa Indonesia sendiri memiliki
empat keterampilan yang harus dimiliki siswa, empat keterampilan tersebut
diantaranya ialah mentimak, berbicara, membaca, dan menulis. Tentu siswa
akan dapat berkomunikasi dengan baik ketika siswa memiliki keterampilan
berbahasa.
Melihat permasalahan tersebut siswa salah satu keterampilan berbahasa
yang penting untuk dikuasai siswa SD khususnya kelas II ialah keterampilan
berbicara. Disini keterampilan berbicara akan berfungsi sebagai alat komunikasi
yang akan digunakan siswa kelas II SD untuk menyampaikan pesan, perasaan,

78 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


gagasan, dan informasi kepada lawan bicaranya khususnya dalam proses
pembelajaran di lingkungan sekolah. Sebagai mahluk sosial tentu keterampilan
berbicara memiliki kedudukan penting dalam kehidupan bermsayarakat. Tidak
hanya itu berbicara merupakan komunikasi yang sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari seperti menyampaikan informasi, meminjam barang,
menyampaikan rasa terimakasih, dan lain sebagainya. Menurut Tarigan (2008)
berbicara ialah kemampuan untuk mengucapkan berbagai bunyi artikulasi atau
kata sebagai pengekspresian, pernyataan, dan penyampaian pikiran, perasaan,
dan gagasan. Sesuai dengan pendapat tersebut sehingga berbicara dapat
diartikan sebagai kemampuan dalam mengungkapkan ekpresi, perasaan, pesan,
informasi, atau pikiran yang penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Berkaitan dengan hal tersebut untuk memiliki keterampilan bebicara
dengan baik dan benar tidaklah mudah seorang siswa kelas II SD harus selalu
belajar dan berlatih agar dapat mahir dalam berbicara. Siswa kelas II SD
diharapkan dapat berlatih dan praktik dengan baik sehingga ketika
menyampaikan pesan atau berkomunikasi dengan lawan bicaranya dapat
tersampaikan dengan baik. Menurut Haryadi dalam Rosmaya (2020) bahwa
terdapat fungsi berbicara dainataranya ialah (1) pemenuhan kebutuhan sehari-
hari, (2) sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan berbagai keperluan, (3)
sebagai alat ekpresi, demokrasi, dan ungkapan perasaan, (4) alat yang digunakan
untuk penyampaian pengetahuan dan ide seseorang, (5) terakhir ialah untuk
peredam kecemasan. Keterampilan berbicara seyogyanya memang diajarkan
kepada siswa sejak dini, karena hal tersebut sesuai dengan tahap perkembangan
siswa yakni meniru, sehingga usia SD menjadi momen yang tepat untuk melatih
keterampilan berbicara. Guru memiliki peran utama dalam mengajarkan
keterampilan berbicara siswa. Seorang guru dapat menggunakan berbagai

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 79


strategi dalam melaksanakan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran
bahasa akan tercapai secara maksimal.
Pembelajaran bahasa Indonesia dikelas II menekankan keterampilan
berbicara ialah pada KD 3.8 dan 48, dimana KD 4.8 siswa kelas II ditekankan
untuk menceritakan kembali isi dongeng. Sesuai hal tersebut maka salah satu
cara yang dapat digunakan guru dalam melatih keterampilan berbicara siswa
kelas II yakni dengan menggunakan dongeng anak, karena dongeng sudah
disesuaikan dengan karkateristik KD di kelas II yang ada. Sesuai dengan paparan
permasalahan tersebut maka dibutuhkan ide inovatif dalam pembelajaran
bahasa Indonesia. Adapun ide kreatif pembelajaran yang dapat diterapkan yakni
model wayang dometeran. Model wayang dometeran merupakan inovasi dari
pengombinasian karya sastra dongeng, metode bermain peran, dan media
wayang stik. Model wayang dometeran akan membantu dan menjadi
pembelajaran inovatif untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas
II. Model pembelajaran tersebut menekankan siswa akan memainkan peran dari
isi cerita dongeng yang dibantu dengan media wayang stik. kegiatan
pembelajaran akan dilaksanakan berpusat pada siswa, sehingga siswa langsung
dapat memainkan peran dari isi dongeng yang berbantuan media wayang stik,
sehingga siswa seakan-akan menjadi sebuah lakon dengan tugasnya masing-
masing untuk memainkan karakter yang diperankannya.
Model wayang dometeran diharapkan dapat memberikan stimulus positif
terhadpa siswa kelas II SD dalam meningkatkan atau menanamkan
keteramapilan berbicara pada siswa. Mengingat pentingnya keterampilan
berbicara oleh siswa dan perlunya strategi pembelajaran yang kebaruan
sehingga model wayang dometeran menjadi salah satu inovasi pembelajaran
yang dapat dijadikan pedoman. Selain itu penggunaan media wayang stik

80 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


menjadi salah satu pengenalan sejak dini tentang sebuah karya budaya asli yang
harus dipahami oleh siswa usia SD. Adanya penggunaan wayang stik yang
diadopsi dari karya seni wayang kulit menjadi nilai lebih dalam penanaman
pendidikan karakter bagi siswa SD. Benang merah dari ide kreatif yakni model
dometeran yakni menekankan siswa untuk melatih dan mengasah keterampilan
berbicara secara berkelompok dan didampingi oleh guru, sehingga hal tersebut
diharapkan mampu memfasilitasi pembelajaran yang bertujuan untuk
menanamkan keterampilan berbicara siswa SD.

Teori Konseptual Model Wayang Dometeran

Model wayang dometeran merupakan salah satu karya inovasi


pembelajaran bernuansa seni pertunjukan sastra yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di SD. Model wayang dometeran memfokuskan
pengolaborasian antara sastra dongeng yang dijadikan sebagai materi,
selanjutnya metode bermain peran dan wayang stik sehingga disebut atau
akronim dari model wayang dometeran. Sebagai model yang dinilai memiliki
sifat inovatif, maka berikut teori yang melandasi model wayang dometeran:
a. Keterampilan Berbicara
Menurut Tarigan (2008) berbicara ialah kemampuan untuk mengucapkan
berbagai bunyi artikulasi atau kata sebagai pengekspresian, pernyataan, dan
penyampaian pikiran, perasaan, dan gagasan. Sedangkan menurut Rosanti
(2019) berbicara selain menghasilkan bunyi juga memiliki tujuan
pengekspresian, penyampaian ide, perasaan, dan gagasan kepada lawan bicara
menggunakan intonasi, nada, dan gestur tubuh. Sesuai dengan pendapat ahli
berbicara merupakan sebuah kemampuan untuk menyampaikan suatu hal yang
disampaikan secara lisan dengan tujuan tertentu. keterampilan berbicara
menjadi salah satu keterampilan penting yang harus dikuasai siswa sekolah
Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 81
dasar, karena melalui keterampilan berbicara dengan baik dan benar siswa akan
mudah menyampaikan apa yang dirsakan. Hal tersebut sejalan dengan Permana
(2015) menjelaskan bahwa berbicara merupakan sebuah jenis keterampilan
berbahasa secara lisan yang memiliki sifat produktif.
Keterampilan berbicara menjadi salah satu keterampilan yang perlu
ditingkatkan pada siswa SD baik kelas rendah maupun kelas tinggi. Hal ini
penting untuk ditingkatkan karena berbicara menajdi alat komunikasi yang
digunakan dalam pelakanaan pembelajaran, jadi melalui keterampilan berbicara
yang baik akan meudahkan siswa dalam bertkar pikiran maupun diskusi di dalam
kelas. selain itu keterampilan berbicara juga tidak serta merta mudah untuk
dikuasai siswa SD. Perlu adanya latihan dan praktik secara baik untuk
meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Berdasar urian tersebut siswa
dapat melatih ketrampilan berbicara melalui pembelajaran yang disajikan oleh
guru di dalam kelas sehingga siswa akan berlatih keterampilan berbicara dengan
baik.

b. Dongeng Anak
Dongeng merupakan karya sastra yang menceritakan suatu hal yang tidak
nyata dengan tujuan penyampaian pesan moral bagi pembaca atau pendengar.
Dongeng biasanya berisi cerita khayalan kehidupan binatang atau khidupan para
peri dilangit untuk media hiburan bagi anak khsuusnya siswa SD. Cerita dongeng
memiliki tokoh atau karakter didalamnya terdapat juga tokoh baik dan tokoh
jahar, serta tokoh pendukung lainnya. Dongeng biasanya berisi percakapan
sebagai alur cerita yang memiliki nilai pesan moral. Menurut Sugiarto (2015:
159) dongeng ialah cerita yang berdasar pada angan-angan atau khayal dimana
cerita tersebut diceritakan secara turun temurun serta antar generasi.
Sedangkan menurut Priyono (2006) dongeng merupakan cerita khayal atau

82 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


cerita yang mengada-ada serta bersifat fiktif yang bertujuan untuk media
menyampaikan pesan moral. Sesuai dengan penjelasan tersebut dongeng dapat
diartikan sebuah karya yang berisi cerita yang fiktif atau tidak nyata, umumnya
dongeng disajikan kepada siswa SD dengan tujuan pembelajaran keterampilan
berbahasa sekaligus media yang tepat untuk menyampaikan pesan. Didukung
oleh temuan penelitian Mancoro (2015) dengan hasil penelitian tindakan kelas
yang dilaksanakan selama dua siklus disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
keterampilan berbicara pada siswa kelas kelas I SD Negeri 2 Tatura setelah
pembelajaran menggunakan dongeng
Belajar menggunakan dongeng merupakan salah satu upaya mempelajari
bahasa yang baik dan benar. Dongeng akan memberikan sajiaan pada pembaca
tentang cerita cerita yang akan memberikan manfaat bagi pembacanya. Selain
itu dongeng juga bermanfaat untuk mengasah keterampilan bahasa siswa SD
baik keterampilan menulis, membaca, berbicara, dan menyimak. Berbagai
keterampilan tersebut dapat di tingkatkan melalui dongeng yang disajikan oleh
guru. Kemudian berkaitan dengan dongeng menurut Kusneidi (2004) terdapat
lima jenis dongeng yang dapat dielajari oleh siswa diantaranya sebagai berikut:
1. Legenda
Legeda merupakan dongeng yang menceritakan sebuah asal-usul sebuah
tempat, tentu didalam isi legenda terdapat cerita-cerita yang bersifat fiksi yang
dapat menarik minat anak dalam meningkatkan keterampilan berbahasa,
adapun contoh cerita legenda diantaranya asal-usul rawa pening, legenda danau
toba, legenda tangkuban perahu.
2. Fabel
Fabel merupakan dongeng yang menceritakan kehidupan binatang namun
isinya menceritakan seolah-olah mampu menirukan manusia seperti berbicara
dengan hewan lainya. Fabel menjadi salah satu jenis dongeng yang sering

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 83


digemari para siswa SD karena di dalamnya mengandung cerita yang dapat
meningkatkan daya imajinasi dan daya khayal pada siswa sehingga siswa akan
lebih menyukai fabel, adapun contoh fabel yang sering digunakan dalam
pembelajaran diantaranya kura-kura dan kelinci yang sombog, buaya dan si
kancil, dan sang kodok.
3. Mite
Mite merupakan salah satu dongeng yang menceritakan kehidupan para
dewa dan tokoh yang memiliki kesaktian tinggi. Mite biasanya diakitkan dengan
hal-hal mistis sehingga akan menarik pembaca dalam berlatih kebahasaan.
Adapun contoh dari cerita mite diantaranya nyi roro kidul, dan Dewi Sri.
4. Cerita Rakyat
Cerita rakyat merupakan salah satu dongeng yang menceritakan peristiwa
penring di suatu daerah tertentu. cerita rakyat menjadi salah satu dongeng yang
digemari siswa SD karena di dalamnya menceritakan sebuah cerita yang
menarik. Cerita rakyat biasanya memiliki nilai atau pesan moral yang baik kepada
pembacanya, contoh dari cerita lain ialah cerita malin kundang.
5. Pelipur Lara
Pelipur lara merupakan dongeng yang sering digunakan untuk mengisi
waktu luang atau menghibur orang yang sedang sedih. Biasanya dongeng ini
akan menyajikan cerita yang menari dan membuat pembacanya kembali ceria
ketika membaca karya sastra pelipurlara.
Beberapa jenis dongeng tersebut terutama fabel dapat dijadikan sebagai
salah satu media yang digunakan dalam meningkatkan keterampilan berbahasa
siswa sekolah dasar. Dongeng menjadi salah satu materi yang tepat karena
dongeng memiliki karakteistik yang menyenangkan untuk dibaca. Siswa sekolah
dasar lebih suka membaca bacaan yang menyenangkan dari pada paragraf yang

84 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


membosankan, sehingga dongeng menjadi media yang tepat untuk
meningkatkan minat belajar siswa SD dalam meningkatkan kemampuan
berbahasa siswa. menurut Al-qudsy (2010) terdapat manfaat yang dapat
diperoleh ketika siswa mempelajari dongeng sebagai bahan untuk meningkatkan
kemampuan berbahasa, diantaranya sebagai berikut (1) Meningkatkan imajinasi
siswa, (2) Meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, (3) Sebagai penanaman
nilai moral, (4) Pendidikan karakter bagi siswa, (5) Sebagai media hiburan siswa,
(6) Meningkatkan daya konsentrasi siswa, (7) Merangsang rasa ingin tahu siswa
terhadap isi cerita, (8) Meningkatkan minat membaca siswa, (9) Memberikan
kerekatan hubungan antara orang tua dengan anak.
Berdasarkan uraian tersebut berbagai manfaat dapat diperoleh siswa
melalui pembelajaran yang menggunakan dongeng sebagai bahan untuk
meningkatkan keterampilan berbahasa siswa. dongeng dapat dijadikan sebagai
salah satu media yang tepat untuk berinovasi dalam mengembangkan
keterampilan berbahasa khususnya keterampilan berbicara. Melalui berbagai
strategi yang dikembangkan oleh guru dapat dijadikan metode guru dalam
melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa, sehingga
dongeng diharapkan dapat dijadikan rujukan oleh para guru untuk berinovasi
dalam meningkatkan mutu ketarampilan berbicara siswa SD.
c. Metode Bermain Peran

Metode pembelajaran bermain peran marupakan salah satu cara yang


digunakan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan berbahasa siswa SD.
Metode pembelajaran bermain peran termasuk dalam strategi pembelajaran
yang bersifat kooperatif learning. Disini siswa diminta memerankan sebuah
tokoh dalam cerita dengan tujuan meningkatkan keterampilan berbahasa siwa
khususnya keterampilan berbicara siswa SD. Menurut Rosanti (2019) metode
bermain peran merupakan pola pembelajaran berbasis bermain dimana siswa

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 85


akan memerankan tokoh tertentu, disini siswa akan menghayati beberapa peran
yang dimainkannya, metode bermain peran akan secara langsung membuat
siswa aktif dan kreatif dalam mengikuti pemelajaran serta siswa akan dilatih,
diasah untuk terampil dalam berbicara dengan baik dan benar. Sedangkan
menurut.
Sesuai dengan pendapat para ahli dapat ditarik benang merah bahwa
metode pembelajaran bermain peran merupakan sebuah metode kooperatif
dimana siswa akan mendapatkan tugas berpura-pura memainkan peran dari
salah satu karakter yang terdapat dalam cerita. Metode bermain peran akan
memberikan manfaat terutama dalam upaya inovasi peingkatan keterampilan
berbicara siswa. Siswa akan secara langsung melatih keterampilan berbicaranya
melalui peragaan tokoh yang dimainkan. Penggunaan metode bermain peran
didukung oleh Beta (2019) hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan
keterampilan berbicara siswa kelas V di SDN 65 Pajalesang Kota Palopo hal ini
dipengaruhi penggunaan metode bermain peran yang digunakan untuk
pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia.
Biasanya metode ini menggunkan salah satu cerita atau dongeng untuk
dijadikan bahan yang akan diperankan. Metode bermain peran juga akan
membuat siswa menjadi aktif dalam mengikuti pembelajaran, sehingga dalam
upaya peningkatan keterampilan berbicara metode pembelajaran bermain
peran sangat tepat untuk digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di
SD. Menurut Yanto (2015) terdapat beberapa kelebihan dalam penerapan
metode pembelajaran diantaranya yakni melatih (1) keterampilan bahasa lisan
siswa, (2) meningkatkan kerjasama, (3) melatih kreativitas siswa, (4) melatih
daya ingat siswa.

86 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


d. Media Wayang Stik

Media wayang merupakan salah satu media pembelajaran inovatif yang


sering digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di SD khusunya pada muatan
bahasa Indonesia untuk meningkakan keterampilan bahasa siswa. keberadaan
dari media pembelajaran wayang sudah digunakan sejak lama namun
keberadaannya masih tetap eksis, karena media wayang cenderung mudah
digunakan dan bersifat fleksibel tergantung kebuutuhan, umumnya media
wayang dirancang atau di desain sesuai dengan karakter tokoh baik diambil dari
tokoh cerita diksi maupun fiksi seperti tokoh pandawa, tokoh kartun, tokoh
binatang, dan tokoh pahlawan, sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan
pembelajaran. Menurut Widyanti (2019) asal kata wayangan yakni dari kata
bayangan atau dalam bahasa jawa disebut wayangan, yang mengartikan bahwa
ide kreatif dalam menggambarkan wujud tokoh. Penggunaan media wayang
memiliki sifat yang ekpresif, dimana wayang akan mengapresiasikan atau
menggambarkan karakter watak tertentu dengan sifat yang dimiliki dari karakter
yang di wayangkan.
Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di SD erat kaitanya
dengan penggunaan media wayang sebagai representasi watak yang
diperankan. Media wayang akan menghadirkan sesuatu yang konkrit yang dpat
dijadikan sebagai media belajar atau alat peraga. Penggunaan media wayang
sering dikaitkan dengan teks cerita baik teks diksi maupun fiksi. Salah satau jenis
teks cerita fikssi yang sering digunakan yakni cerita dongeng anak atau fabel.
Dongeng fabel memiliki karakteristik yang sejalan ketika diperankan
menggunakan media wayang yang digunakan dalam meningkatkan
keterampilan berbahasa khususnya berbicara. Widianto (2017) mengemukakan
bahwa media wayang merupakan sebuah replika yang berasal dari kebudayaan
jawa yakni wayang kulit. Selain itu tidak hanya sebuah replika saja namun media

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 87


wayang dapat digunakan dalam meningkatkan keterampilan berbahasa. Media
wayang yang sering digunakan oleh para siswa untuk memeragakan suatu
karakter diadopsi dari kebudayaan asli yang dimiliki oleh nusantara, sehingga
selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa media wayang juga dapat
digunakan dalam pengenalan budaya lokal sejak usia SD.
Fajrie (2013) menekankan bahwa salah satu media pembelajaran tematik
inovatif untuk siswa SD yang dapat digunakan ialah media wayang sebagai karya
seni. Mengingat keragaman budaya nusantara yang tidak akan pernah habis,
sehingga tentunya sebagai seorang guru harus memanfaatkan kekayaan budaya
yang dimiliki bangsa. Hal itulah yang mendasari adanya penggunaan media
wayang sebagai penanaman pengetahuan dan penanaman karakter oleh
generasi yang akan datang. Sesuai dengan filosofisnya wayang merupakan
sebuah puncak kesenian yang dimiliki oleh nusantara dengan atensi yang
menonjol dari karya seni lainnya sehingga wayang merupakan salah satu media
yang tepat untuk dibelajarkan kepada siswa SD khususnya pembelajaran bahasa
Indonesia.
Berpedoman bahwa media wayang memiliki karakter yang selaras dengan
pembelajaran bahasa. Salah satu keterampilan berbahasa yakni berbicara, yang
dimana penting untuk ditingkatkan oada usia SD. Kelas II SD merupakan usia
perkembangan pra operasional sehingga dalam mengikuti pembelajaran bahasa
Indonesia membutuhkan media konkrit yang menarik untuk meningkatkan
keterammpilan berbicara. Media yang dapat digunakan ialah wayang stik.
Wayang stik merupakan sebuah karya berbentuk replika yang berasal dari watak
atau karakter yang dimainkan dalam hal ini tokoh dri cerita dongeng fabel.
Wayang stik akan dapat digunakan sebagai media unik untuk bercerita dongeng
oleh praktik bermain peran siswa SD, sehingga disini wayang stik di rancang

88 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


untuk kebaruan pembelajaran. Wayang stik menjadi media yang dibuat
menggunakan stik es cream dan cetakan gambar yang diambil dari tokoh dalam
isi dongeng yang digunakan. Seperti karakter buaya, kelinci, dan tokoh
pendukung lainnya. Menggunakan wayang stik menjadi efektif dan dapat
melatih psikomotorik siswa kelas rendah. Selain itu media wayang tepat untuk
dikombinasikan dengan metode bermain peran sehingga hal ini menjadi nilai-
nilai inovatif daam pembelajaran.

e. Karakteristik Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas II SD

Secara umum karakteristik pembelajaran pada siswa kelas II ialah cenderung


menekankan pada kemapuan siswa untuk menguasai kemampuan membaca
menulis, dan berbicara. Salah satu keterampilan yang sukar untuk dikuasai ialah
keterampilan berbicara siswa. hal ini sesuai degan KD 3.8 dan 4.8 yang
menekankan penggalian informasi dan menceritakan kembali isi dongeng.
Berkaitan dengan KD 4.8 menceritakan kembali isi dongeng cenderung kepada
kemampuan berbicara siswa, adapun untuk KD sebagai berikut.
Tabel 1. KD membaca dan bercerita dongeng kelas II SD
KD. 3 (Pengetahuan) KD. 4 (Keterampilan)
3.8 Menggali informasi dari dongeng 4.8 Menceritakan kembali teks
binatang (fabel) tentang sikap dongeng binatang (fabel) yang
hidup rukun dari teks lisan dan menggambarkan sikap hidup
tulis dengan tujuan untu rukun yang telah dibaca secara
kesenangan nyaring sebagai bentuk
ungkapan diri

Sesuai dengan paparan KD tersebut maka salah satu karakteristik dari


pembelajaran di kelas II ialah mengacu pada KD 4.8 yakni keterampilab berbicara
dengan menceritakan kembali isi dongeng. Hal ini sesuai dengan isi pembahasan
Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 89
bahwa dongeng dengan menggunakan metode bermain peran merupakan salah
satu inovasi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan keterampilan
berbicara siswa. penerapan KD tersebut memerlukan strategi yang kreatif dari
seorang guru sehingga siswa kelas II akan mudah untuk menguasai keterampilan
berbicara yang hendak dicapai.

f. Model Wayang Dometeran

Model pembelajaran merupakan sebuah strategi belajar yang tersetuktur


dan memiliki langkah-langkah sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran.
Model pembelajaran ditekankan untuk memiliki karakteristik berpusat pada
siswa atau student center learning. Salah satu model pembelajaran inovatif yang
dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia yakni
model wayang dometeran. Model tersebut marupakan sebuah strategi belajar
inovasi yang mengombinasikan antara teks dongeng, metode bermain peran,
dan penggunaan media wayang stik. disebut dengan wayang dometeran
diadopsi dari penamaan atau akronim dari dongeng, metode bermain peran, dan
media wayang stik. model pembelajaran tersebut menekankan pembelajaran
yang menyenangkan yang dilaksanakan secara berkelompok. Pembelajaran yang
dilaksanakan secara kooperatif diharapkan dapat memicu kreativitas siswa
dalam meningkatkan keterampilan berbahasa siswa SD khusunya keterampilan
berbicara siswa kelas II.
Model wayang dometeran akan menggunakan dongeng anak sebagai
objek materi yang dipelajari secara bersama. Dongeng dinilai dapat memberikan
manfaat positif untuk menarik minat belajar bahasa di lingkungan SD, karena
berisi cerita fiksi yang menarik untuk dipelajari oleh siswa. penggunaan karya
dongeng memberikan nuansa belajar berbasis sastra, selain itu dongeng juga

90 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


memuat nilai moral dan pesan bagi pembaca atau pendengar, sehingga disini
dongeng memiliki peran positif bagi siswa khususnya kelas II SD. Dongeng anak
atau fabel akan menceritakan sebuah cerita tidak nyata dalam kehidupan
binatang yang seakan-akan dapat berinteraksi antar binatang lainnya, sehingga
ahal tersebut akan menarik pehatian siswa.
Selain penggunaan sastra dongeng model wayang dometeran merupakan
model yang menekankan penggunaan metode bermain peran. Metode bermain
peran merupakan metode dimana siswa seakan-akan diminta untuk
memerankan salah satu karakter dalam teks dongeng. Penggunaan metode
bermain peran diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berbahasa di
tingkat SD. Metode bermain peran akan menekankan siswa untuk memerankan
dan memberikan kesempatan siswa melatih keterampilan bericara sesuai dialog
karakter yang ada di dalam isi dongeng. Selanjutnya model wayang dometeran
yakni menekankan penggunaan media wayang stik dalam melaksanakan
pembelajaran. Wayang stik merupakan sebuah karya berbentuk replika yang
berasal dari watak atau karakter yang dimainkan dalam hal ini tokoh dri cerita
dongeng fabel. Wayang stik akan berfungsi sebagai media pemeran tokoh atau
karakter pada isi dongeng yang digunakan.
Selain itu wayang stik juga akan berfungsi sebagai daya tarik siswa dalam
minat belajar. Bentuknya yang unik dan dapat diperagakan akaan membuat
siswa senang dalam memainkannya. Media wayang stik dapat dibuat dengan
menggunakan limbah kardus yang ditempel foto karakter isi dongeng kemudian
diberikan stik yang akan dipegang oleh siswa. manfaat lain dari penggunaan
media wayang stik ialah dapat melatih psikomotorik pada siswa kelas rendah
sehingga media wayang stik tepat untuk diterapkan dalam pemebelajaran
bahasa Indonesia di kela II SD.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 91


Karakteristik model wayang dometeran diantaranya sebagai berikut, (1)
pembelajaran dilaksanakan secara berkelompok, (2) siswa sebagai pusat belajar,
(3) menekankan penggunaan dongeng, metode bermain peran, dan media
wayang stik, (4) melatih kereativitas berbicara siswa SD, (5) memuat nilai moral
dalam pelaksanaan pembelajaran. Sesuai dengan urian tersebut maka model
pembelajaran wayang dometeran dinilai efektif untuk meningkatkan
keterampilan berbicara siswa kelas II SD. Model wayang dometeran memiliki
nilai kebaruan yang belum pernah ada sebelumnya karena mdoel tersebut
merupakan dari pengembangan karya sastra, metode belajar, dan kesenian
sehingga dalam penerapannya model wayang dometeran memiliki niali
kebaruan yang dapat diterapkan untuk pelaksanaan pembelajaran bahasa
Indonesia di kelas II SD.

Pengembangan Model Pembelajaran Wayang Dometeran

Sebagai upaya untuk melaksanakan pembelajaran di tingkat SD yang


inovatif diperlukan strategi khusus dalam kegiatan belajar mengajar.
Pembelajaran hendaknya tidak dilaksanakan secara terus menerus
menggunakan metode konvensional saja, melainkan perlu dikreasikan dengan ,
strategi, pendekatan, metode, dan model inovatf. Adanya penggunaan
pedoman pembelajaran yang inovatif dapat memicu kreativitas siswa dalam
mengikuti pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia pada
tingkat SD. Pembelajaran inovatif memiliki ciri-ciri siswa sebagai pusat
pembelajaran dan guru sebagai fasilitas yang membantu siswa. hal tersebut
dapat diaplikasikan untuk menumbuhkan kreativitas dan motivsi belajar siswa
SD, sehingga dibutuhkan pembelajran yang berbasis inovatif. penggunaan model
pembelajran dinilai menajdi solusi efektif dalam melaksanakan pembelajaran

92 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


pada tingkat SD. Menurut Shoimin (2014) fungsi model pembelajaran sebagai
pedoman bagi pengajar atau guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Sesuai dengan pendapat tersebut model pembelajaran memiliki peran
penting dalam melaksanakan pembelajaran. Salah satu pengembangan model
pembelajaran dalam upaya peningkatan kemampuan berbicara siswa SD yakni
model wayang dometeran. Model wayang dometeran merupakan
pengembangan dari teks dongeng, metode bermain peran, dan media wayang
stik yang disatu padukan sehingga menjadi model inovasi baru. Definisi dari
model pembelajaran wayang dometeran dapat diartikan sebagai model yang
menekankan pemeragaan isi dongeng oleh siswa yang menggunakan media
wayang stik. Dimensi lain dari model wayang dometeran diambil dari akronim
wayang stik, dongeng, dan metode bermain peran, sehingga model tersebut
disebut dengan model wayang dometeran. Model tersebut difokuskan untuk
pembelajaran yang dirancang untuk siswa kelas rendah aSD pada pemebalajaran
yang menekankan ketarampilan berbicara siswa. berdasarkan uraian tersebut
maka model wayang stik merupakan strategi pembelajaran yang menekankan
peragaan isi dongeng oleh siswa yang berbantuan media wayang stik untuk
mengasah aspek kebahasaan.
Penggunaan model wayang dometeran akan berdampak positif bagi
perkembangan kemampuan berbicara kelas II SD. Model tersebut memberikan
kesempatan kepada siswa seluas-luasnya untuk meningkatkan aspek
keterampilan kebahasaan melalui penggunaan dongeng, metode bermain
peran, dan media wayang stik. Aktivitas pembelajaran akan berfokus pada
praktik peragaan peran dengan menggunakan media wayang stik yang diambil
dari cerita dongeng anak. Berbagai elemen yang digunakan dapat berdampak
positif bagi minat belajar siswa SD, karena penggunaan media replika wayang
stik mampu memberi nuansa seni yang dapat dimainkan oleh siswa, sehingga

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 93


pembelajaran tidak semata-mata menggunakan buku teks saja melainkan
menggunakan media kreasi. Tentunya fokus dalam rancangan yang digunakan
dalam model wayang dometeran bertumpu pada peningkatan aspek
kebahasaan. Model ini tepat digunakan untuk pembelajaran yang berbasis
praktik peragaan sehingga dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan
pembelajaran. Adapun mengenai kelebihan dari model wayang dometeran
sebagai berikut.

a. Kelebihan Model Wayang Dometeran

Berdasar pada paparan pengembangan model wayang dometeran,


adapun untuk kelebihan model wayang dometeran sebagai berikut:

- Meningkatkan keterampilan berbicara siswa SD


- Memberikan kesempatan siswa untuk aktif belajar
- Mengasah kreativitas siswa dalam bermain peran
- Meningkatkan kerjasama antar siswa
- Melatih psikomotorik pada siswa usia SD
- Memuat pendidikan karakter dan pengenalan kesenian pada siswa SD

Beberapa kelebihan tersebut dapat memberikan manfaat yang diperoleh


dalam melaksanakan pembelajaran di kelas II SD. Diterapkannya model tersebut
dapat memfasilitasi siswa dengan nuansa belajar yang berbeda, karena
pembelajaran tidak hanya dilaksanakan dalam bentuk ceramah saja namun
terdapat nuansa bermain yang dapat menarik minat belajar siswa.

94 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Wayang Dometeran

Salah satu ciri dari model pembelajaran inovatif ialah memiliki langkah-
langkah yang terstruktur, adapun langkah-langkah model wayang dometeran
sebagai berikut:

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyampaikan materi


dongeng secara sederhana
- Siswa dan guru menyiapkan dongeng yang akan digunakan sebagai skenario
model wayang dometeran
- Guru menyiapkan wayang stik yang digunakan untuk bermain peran yang
disesuaikan dengan karakter yang dimainkan
- Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 anggota
- Siswa mempelajari isi dongeng sesuai kelompoknya masing-masing
- Kelompok mementaskan isi dongeng dengan menggunakan wayang stik
- Guru mendampingi dan mengarahkan peragaan
- Kelompok lain mengamati pementasan peragaan isi dongeng
- Setelah pementasan selesai guru megevalusi dan menyampaikan
kesimpulan pembelajaran.

Prediksi Penerapan Model Wayang Dometeran

Penerapan model wayang dometeran pada pembelajaran bahasa di kelas


II SD dapat memacu kreativitas siswa dalam meningkatkan keterampilan
berbicara. Sesuai dengan karakteristik pembelajaran bahasa Indonesia pada
kelas II SD yakni KD 3.8 dan 4.8 yakni meenkankan keterampilan berbicara sesuai
isi dongeng fabel. Dari karakteristik pembelajaran tersebut memiliki kesamaan
tujuan dari model wayang dometeran yakni meningkatkan aspek keterampilan
berbicara. Model wayang dometeran merupakan strategi pembelajaran yang
berbasis bermain peran isi dongeng yang menggunakan media wayang stik
Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 95
bertujuan untuk melatih keterampilan berbicara siswa SD. Mengingat tujuan
pembelajaran KD 3.8 dan 4.8 bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
berbicara sesuai isi dongeng bahwa model wayang dometeran menjadi solusi
inovatif dalam pembelajaran tersebut.
Model wayang dometeran akan mengasah kreativitas siswa belajar aspek
kebahasaan. Selain itu model wayang dometeran memberikan kesempatan
untuk aktif penuh dalam melaksankan kegitan berbasis bermain peran dan
menggunakan media wayang stik. metode bermain peran memiliki kelebihan
terutama dalam melatih aspek kebahasaan dalam hal ini berbicara. Kegiatan
bermain peran akan memfokuskan siswa untuk mempelajari isi dongeng yang
nantinya akan di pentasan. Selain itu pementasan juga dilakukan dengan
menggunakan media wayang stik. media wayang stik memberikan intepretasi
kepada siswa untuk memerankan karakter yang dimainkan. Seakan-akan siswa
akan memeragakan wayang stik dan berdialog sesuai sis dongeng, dengan
demikian pelaksanaan pembelajaran menjadi menyenangkan dan guru dapat
mengamati kreativitas dan keterammpilan berbicara siswa kelas II SD.
Pelaksanaan dari model wayang dometeran guru dapat mengamati
perkembangan keterampilan berbicara melalui pementasan isi dongeng secara
berkelompok. Pengamatan akan disesuaikan dengan pedoman observasi yang
disesuaikan dengan indikator keberhasilan keterampilan berbicara siswa SD.
Berbagai manfaat dapat diperoleh dalam melaksanakan penerapan
model wayang dometeran, karena selain untuk meningkatkan keterampilan
berbicara model ini dapat dijadikan sebagai media pendidikan karakter pada
siswa kelas II SD. Pendidikan karakter menjadi tugas semua pihak khususnya
seroang guru kelas. penanaman pendidikan karakter akan tumbuh dengan
sendirinya pada pelaksanaan penerapan model wayang dometeran, karena isi

96 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


dongeng akan memberikan pesan, nilai moral, dan amanat untuk pembaca.
Ketika siswa mempelajari isi dongeng secara tidak langsung siswa akan
memahami pesan yang disampaikan dari dongeng, sehingga hal ini menajadi
penguatan karakter budi pekerti maupun kebangsaan utuk siswa SD.
Penanaman pendidikan karakter juga dapat ditekankan pada penggunaan
wayang stik. wayang stik merupakan replika yang mengadopsi kesenian asli
daerah yakni wayang kulit. Penggunaan media wayang stik memberikan peran
positif bagi pengenalan unsur kebudayaan kepada siswa SD, sehingga berbagai
manfaat dapat diperoleh dalam melaksanakan pembelajaran dengan model
pembelajaran wayang dometeran baik dalam meningkatkan keterampilan
berbicara maupun penguatan pendidikan karakter siswa SD.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 97


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qudsy, Muhaimin dan Ulfa Nurhidaya. 2010. Mendidik anak Lewat Dongeng.
Yogyakarta : Madania.

Beta, Pancana. (2019). Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalaui Metode


Bermain Peran. CJPE: Cokroaminoto Journal of Primary Education. Vol.
2, No. 2, hlm, 48-53.

Fajrie, Nur. 2013. Media Pertunjukan Wayang Untuk Menumbuhkan Karakter


Anak Bangsa. Prosiding Pendidikan Profesi dan Karakter Bangsa dalam
Pembelajaran Bahasa dan Sastra, Surakarta: 01 Maret 2013, hlm. 218-
233.

Kusnendi, Dedi. 2004. Pendidikan dan media massa. Pembelajaran mendongeng.


Jakarta: Gerbang.

Mancoro, Nuliyattin. (2015). Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui


Dongeng Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas I Sd Negeri
2 Tatura. Jurnal Kreatif Tadulak, Vol. 4 No. 4, hlm. 306-314.

Permana, E. P. (2015). Pengembangan Media Pembejaran Boneka Kaus Kaki


Untuk. Pengembangan Media Pemebelajaran Boneka Kaus Kaki Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas II Sekolah Dasar. Vol
2, No. 2, hlm, 133–140.

Priyono, Kusumo. 2006, Terampil Mendongeng. Jakarta: Grasindo.

Rosanti, Fahrurozi, dan Rosinar. (2019). Meningkatkan Keterampilan Berbicara


Melalui Metode Bermain Peran Di Kelas V Sekolah Dasar Negeri
Keagungan 05 Pagi Jakarta Barat. Jurnal Dinamika Sekolah Dasar, Vol.
1, No. 1, hlm, 1-14.

Rosanti, Fahrurozi, dan Rosinar. (2019). Meningkatkan Keterampilan Berbicara


Melalui Metode Bermain Peran Di Kelas V Sekolah Dasar Negeri
Keagungan 05 Pagi Jakarta Barat. Jurnal Dinamika Sekolah Dasar, Vol. 1
No. 1, hlm, 1-14.

98 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Rosmaya, Elin. (2020). Penggunaan Metode Picture and picture untuk
Meningkatkan Keterampilan Berbicara (Materi Dongeng) pada Anak
Sekolah Dasar. CARUBAN: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, Vol. 3, No. 1,
67-76.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013.


Yogyakarta: Ar-Rus Media.

Sugiarto, Eko. 2015. Mengenal Sastra Lama. Yogyakarta : Andi.

Tarigan, H. G.2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Jakarta:


Angkasa.

Widianto, Eko. 2017. Media Wayang Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan


Berbicara Bagi Pemelajar Bipa A1 Universitas Ezzitouna Tunisia. Jurnal
Kredo, Vol. 1, No. 1, hlm. 120-143.

Widyanti, Winda Amalia, Rina Wijayanti, dan Henni Anggraini. 2019.


Pengembangan Media Boneka Wayang Family Untuk Meningkatkan
Kemampuan Bercerita Pada Anak Kelompok B Di Tk Muslimat Nu 9
Miftakhul Ulum Turen. Prosidingseminar Nasional Pendidikan Dan
Pembelajaran Bagi Guru dan Dosen, Malang: (3) Tahun 2019, 1003-
1008.

Yanto, Ari. (2015). Metode Bermain Peran (Role Playing) Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips. Jurnal Cakrawala
Pendidikan Dasar, Vol. 1 No. 1, hlm, 53-37.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 99


BAGIAN VI

MEDIA KOMIK BERWARNA BAGI PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA


SEJARAH LOKAL

Halani Felda Sunbanu, S.Pd.


Mahasiswa Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
Email: lanisunbanu@gmail.com

Pendahuluan

Pengembangan teknologi yang sangat pesat di Indonesia berdapak


kurang baik terhadap minat baca siswa. Siswa sekolah dasar pada zaman
sekarang ini memiliki minat mebaca yang sangat kurang di karenakan kemajuan
teknologi yang begitu luar biasa. Siswa lebih suka membaca media sosial
dibanding membaca buku pelajaran. Berdasarkan latar belakang permasalahan
dan beberapa penelitian yang relevan maka pengembangan penggunaan komik
berwarna dalam media pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan
membaca pada siswa kelas VI pada pembelajaran yang berbasis lokal tentang
mengenal sejarah lokal suku Dawan.
Media Komik akan dirancang oleh guru memadukan pembelajaran cerita
fiksi tentang sejarah masyarakat Dawan pada Kabupaten Timor Tengah selatan
Nusa Tenggara Timur. Pengembangan Media Komik berwarna berpadukan
materi sejarah yang terkesan membosanakan bagi siswa sehingga
pengembangan ini diharapkan dapat menarik perhatian siswa dalam
meningkatkan keterampilan membaca siswa.

Permasalahan Pembelajaran
Membaca pada zaman sekarang sangat diperlukan untuk meningkatkan
pemahaman siswa dalam pengetahuan dikarenakan minat membaca pada siswa
yang sangat rendah. Pelnulisan ini bertujuan untuk membantu siswa dalam
meningkatkan keterampilan membaca khususnya pada materi sejarah lokal yang
terdapat Suku Dawan Nusa Tenggara Timur. Pembelajaran sejarah yang abstrak
dan banyak terkesan membuat siswa malas dalam membaca karaena

100 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


penggunaan media yang yang belum kreativ seperti buku bacaan teks tanpa
gambar membuat siswa pada zaman digital ini menjadi malas membaca. Guru
cenderung menggunakan buku teks tematik terpadu, terbatasnya media untuk
materi tersebut. Sehingga siswa kurang memahami hubungan manusia dan
lingkungan dengan membaca teks, siswa tidak dapat menyajikan informasi
tentang alam dan pengaruh kegiatan manusia dengan bermain peran sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Pengembangan Buku
bergambar ataunsering di sebut komik yang biasa disajikan dengan gambar
hitam putih menjadi berwarna dikemas untuk meceritakan sejarah lokal Suku
Dawan Kabupaten Timor tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kemajuan teknologi yang sangat luar biasa di Indonesia berdampak
kurang baik terhadap minat membaca siswa. Siswa sekolah dasar pada zaman
sekarang ini memiliki minat mebaca yang sangat kurang di karenakan kemajuan
teknologi yang begitu luar biasa. Siswa lebih suka membaca media sosial
dibanding membaca buku pelajaran. Sebagian besar orang Indonesia belum
sampai pada tahap menjadikan kegiatan membaca sebagian kebutuhan yang
mendasar. Pada kenyataannya membaca sangat penting dalam proses belajar
anak karena dengan membaca, seseorang dapat memperluas pola pikir dan cara
pandangnya, dapat menambah pengetahuan dan membentuk sikap berprestasi
tinggi di sekolah, sebaliknya anak yang minat membacanya rendah maka akan
rendah juga prestasinya. Perkembangan digital yang sangat luas di Indonesia ini
menyebabkan siswa lebih senang menggunakan teknologi untuk bermain game,
menoton youtobe dan menggunkan media sosial sehingga menyebabkan minat
baca pada siswa tersebut menjadi rendah. Berdasarkan latar belakang
permasalahan dan beberapa penelitian yang relevan maka pengembangan
penggunaan komik berwarna dalam media pembelajaran untuk meningkatkan

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 101


keterampilan membaca pada siswa kelas VI pada pembelajaran yang berbasis
lokal tentang mengenal sejarah lokal suku Dawan.

Teori Konseptual

a. Pengembangan Media Pembelajaran

Menurut Arsyad (2011) media pembelajaran adalah adalah alat


yang dapat membantu proses belajar mengajar sehingga makna pesan yang
disampaikan menjadi lebih jelas dan tujuan pendidikan atau pembelajaran
dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Hasil belajar adalah hasil yang
diberikan kepada siswa berupa penilaian setelah mengikuti proses
pembelajaran dengan menilai pengetahuan, sikap, ketrampilan pada diri siswa
dengan adanya perubahan tingkah laku. Media pembelajaran berfungsi sebagai
salah satu sumber belajar bagi siswa untuk memperoleh pesan dan informasi
yang berikan oleh guru sehingga materi pembelajaran dapat lebih meningkat
dan membentuk pengetahuan bagi siswa.

Media pembelajaran merupakan unsur yang penting dalam proses


pembelajaran. Media pembelajaran merupakan sumber belajar yang dapat
membantu guru dalam memperkaya wawasan siswa, dengan berbagai jenis
media pembelajaran oleh guru maka dapat menjadi bahan dalam
memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Pemakaian media pembelajaran
dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar hal baru dalam materi
pembelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga dapat dengan mudah
dipahami. Media pembelajaran yang menarik bagi siswa dapat menjadi
rangsangan bagi siswa dalam proses pembelajaran. Pengelolaan alat bantu
pembelajaran sangat dibutuhkan dalam lembaga pendidikan formal.

102 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Media pembelajaran dapat digunakan sebagai alat bantu dalam kegiatan
belajar mengajar. Sebagai guru harus dapat memilih media pembelajaran
yang sesuai dan cocok untuk digunakan sehingga tercapai tujuan pengajaran
yang telah ditetapkan oleh sekolah.

b. Media Komik
Novianti & Syaichudin, 2010 mengatakan bahwa media komik adalah
media yang tergolong bahan cetak diperlukan proses pencetakan untuk
memperbanyak media tersebut serta memerlukan proses editing sebelum
mencetaknya. Sedangkan berdasarkan sifatnya media komik pembelajaran
mempunyai sifat sederhana, jelas, mudah untuk di pahami oleh siswa.

Media komik memiliki nilai yang baik dalam proses belajar mengajar.
Menurut Sudjana dan Rivai (2002) menyatakan media komik digunakan dalam
proses belajar mengajar yang dapat menciptakan minat para peserta didik,
melancarkan proses belajar mengajar dan media komik dapat meningkatkan
minat belajar dan nilai apresiasi yang tinggi.
Bentuk media gambar yang dimodifikasi dengan tulisan dalam media
pendidikan sering disebut dengan komik. Komik adalah suatu bentuk kartun
yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang
erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hubungan
kepada pembaca. Kelebihan komik menurut adalah: komik tidak berbahaya dan
tidak merusak minat baca anak-anak. Komik dapat memperkaya kecerdasan
visual dan bisa mendorong anak belajar mencocokan antara latar belakang
dengan kejadian yang dipaparkan dalam cerita. Komik punya peranan yang
positif yaitu mengembangkan kebiasaan membaca. Dunia anak-anak penuh
dengan imajinasi dan kreasi. Itulah sebabnya sebagian besar anak-anak
menyukai gambar, sketsa dan komik. Komik adalah salah satu alat media yang
menyenangkan untuk anak belajar. Edukasi melalui media komik ini diharapkan
Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 103
mampu membentuk pola pikir yang tepat agar anak mampu memilih jajanan
yang sehat dan aman untuk dikonsumsi.
Menurut Sudjana & Rivai (2010, p. 68), peranpokok dari media komik
adalah kemampuannya dalam menciptakan minat para siswa dalam
pembelajaran. Penggunaan komik dalam pembelajaran sebaiknya dipadukan
dengan metode mengajar, sehingga komik akan dapat menjadi media
pembelajaran yang efektif. Melalui penokohan dalam komik, nilainilai karakter
dapat disampaikan kepada para siswa. Adanya media komik diharapkan akan
mempermudah proses belajar mengajar, khususnya dalam merealisasi konsep-
konsep pelajaran yang bersifat abstrak. Dalam hal inilah komik berperan besar
dalam menyajikan konsep-konsep abstrak tersebut ke dalam contoh yang lebih
konkrit dalam kehidupan sehari-hari yang bermuatan nilai-nilai karakter.
Pembelajaran dengan menggunakan media komik, sudah banyak diterapkan
oleh beberapa negara maju seperti Jepang. Beberapa buku pelajaran sekolah di
Jepang ada yang didesain dalam format komik.
c. Keterampilan Membaca
Menurut Slameto, 2010 mengungkapkan bahwa minat adalah rasa lebih
suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antar
diri sendiri dengan suatu diluar diri. Semakin kuat hubungan tersebut maka
semakin besar minat. Menumbuhkan mintam membaca siswa sangat penting
dalam pembelajaran. Ketika siswa sudah terbiasa dalam membaca akan
menambah wawasan siswa dengan mudah.
Membaca sanagat dibutuhkan oleh siswa dalam menambah pemahaman
siswa. menurut Santosa, 2008:1.5-1.6 Bahasa merupakan alat komunikasi yang
memiliki fungsi: Pertama informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi timbal

104 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


balik antaranggota keluarga ataupun anggotaanggota masyarakat; Kedua Fungsi
ekspresi, yaitu untuk menyalurkan perasaan, sikap, gagasan, emosi atau
tekanan-tekanan perasaan pembicara; Ketiga Fungsi adaptasi dan integrasi,
yaitu untuk menyesuaikan dan membaurkan diri dengan anggota masyarakat;
keempat Fungsi control sosial, bahasa berfungsi untuk mempengaruhi sikap dan
pendapat orang lain, Dari empat aspek keterampilan berbahasa tersebut, yang
diteliti hanya aspek keterampilan membaca. Membaca merupakan kegiatan
untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks. Sebagai suatu
proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman
literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata
bisa berupa aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus.
Henry Guntur Tarigan (2008:7) mengungkapkan bahwa membaca adalah
suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh pesan, yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Hal senada juga
dikemukakan oleh Harjasujana (melalui Khuddaru Sadhono, 2012:65) yang
menyatakan bahwa membaca merupakan kegiatan merespon lambang-lambang
tertulis dengan menggunakan pengertian yang tepat. Samsu Somadayo (2011:4)
mengartikan membaca sebagai suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta
memahami arti atu makna yang terkandung di dalam bahan tulis.
Pearson dan Tierney (1984) menyatakan bahwa kemampuan membaca
sebagai proses mental yang aktif melibatkan pengajaran mendapatkan makna
teks. Oleh sebab itu, proses memahami teks yang dibaca melibatkan aktivitas-
aktivitas kognitif, khususnya yang melibatkan kesadaran metakognitif.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 105


Pengembangan Media Komik Berwarna Sebagai Peningkatan Keterampilan
Membaca Sejarah Lokal
Proses pembelajaran pada masa modern sekarang ini membutuhkan
kreativitas guru dalam mengkemas proses pembelajaran agar dapat berjalan
dengan baik dan siswa dapat memahami materi. Pembelajaran yang kurang
kreatif akan mengakibatkan kurangnya minat belajar siswa. Salah satu
permasalahan yang berpengaruh dalam proses belajar siswa adalah kurangnya
minat membaca siswa sehingga mengakibatkan kurangnya pemahaman siswa.
Ketersediaan buku teks yang tidak dilengkapi dengan gambar terkesan
mebosankan bagi siswa. Berdasarkan penelitian relevan dan pengalaman
beberapa guru kelas mengatakan bahwa siswa sangat kurang dalam membaca.
Permasalahan yang di ambil juga adalah pembelajaran Sejarah atau cerita fiksi
yang terkesan monoton dan membosankan membuat siswa tidak tertarik untuk
belajar tentang sejarah.
Media Komik yang di terapkan dalam pembelajaran secara langsung akan
di bantu oleh model pembelajaran agar memaksimalkan pemahaman siswa.
Media Komik dapat meningkatkan minat membaca siswa seperti pada penelitian
Mei Fita Asry Untari pada tahun 2016 dengan judul Keefektifan Media Komik
Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Ada Siswa Kelas IV SD penelitian
ini berhasil menggunakan media komik untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam membaca di kelas IV Sekolah Dasar.
Media Komik yang biasanya digunakan gambarnya msih hitam putih
dalam pembelajaran ini penulis memilih media komik itu berawarna agar lebih
menarik perhatian siswa dalam meningkatkan keterampilan membaca siswa.
Penerapan dalam pembelajaran dikaitkan dengan seharah lokal Suku Dawan NTT
pada KD .

106 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


• KD 3.9.Menelusuri tuturan dan tindakan tokoh serta penceritaan penulis
dalam teks fiksi

Media Komik akan dirancang oleh guru memadukan pembelajaran cerita


fiksi tentang sejarah masyarakat Dawan pada Kabupaten Timor Tengah selatan
Nusa Tenggara Timur.

Prediksi Penerapan
Pengembangan Media Komik berwarna berpadukan materi sejarah yang
terkesan membosanakan bagi siswa sehingga pengembangan ini diharapkan
dapat menarik perhatian siswa dalam meningkatkan keterampilan membaca
sisswa. Jika siswa sudah tertarik akan lebih mudah siswa memahami materi
tersebut. Langkah- langkah penerapan sebagai berikut
1. Persiapan bagi guru
No Pelaksaan
1 Guru melihat Tujuan Pembelajaran
2 Guru menyiapkan konsep Karakter komik
3 Guru mendesain karakter komik
4 Guru memadukan pembelajaran sejarah Lokal Suku Dawan kedapam
cerita Fiksi yang di ramkum menjari percakapan dalam komik
5 Memeriksa Kembali
6 Melakukan Pencatakan

2. Penerapan dalam pembelajaran

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 107


No Penerapan
1 Kelas di buka oleh guru seperti biasa dengan tahapan serti biasa (
Doa, Motivasi pembelajaran, Menyampakain Tujuan
Pembelajaran)
2 Guru menjelaskan Materi pembelajaran menggunakan Komik
tetapi di kemas dalam digital dan di papakarkan di depan kelas
3 Guru membagikan komik di gital kepada setiap siswa
4 Guru memberikan waktu siswa membaca secara mandiri
5 Siswa di berikan kesempatan untuk mendiskusikan materi
tersebut bersama teman sebangku
6 Guru memberikan bebrapa pertanyaan
7 Guru memberikan tugas mandiri
8 Kesimpulan bersama-sama

108 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


DAFTAR PUSTAKA

Ahmat, J. (2013). Penggunaan media komik untuk meningkatkan keterampilan


membaca cerita di kelas V Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, 1(2), 1-9.

HS, H. A. B., Gading, I. K., & Bayu, G. W. (2020). Model Pembelajaran Cooperatif
Integrated Reading Composition (CIRC) Meningkatkan Kemampuan
Membaca Pemahaman Siswa. Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran, 3(2),
233-247.

Lestari Suci, dkk. 2009. Media Grafis; Media Komik. Bandung : Jurusan Kurikulum
dan Teknologi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Maharsi, I. (2010). Komik dunia kreatif tanpa batas. Yogyakarta: Kata Buku.

Saputro, H. B., & Soeharto, S. (2015). Pengembangan media komik berbasis


pendidikan karakter pada pembelajaran tematik-integratif kelas IV
SD. Jurnal Prima Edukasia, 3(1), 61-72.

Suardani, N. L., Ardana, I. K., & Putra, I. K. A. (2013). Pengaruh Model


Pembelajaran SQ4Rterhadap Keterampilan Membaca dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V Sd Gugus I Denpasar
Selatan. MIMBAR PGSD Undiksha, 1(1).

Sudjana, N., & Rivai, A. (2010). Media pengajaran. Bandung: Penerbit Sinar Baru
Algensindo

Tristiantari, N. K. D., & Sumantri, I. M. (2016). Model pembelajaran cooperatif


integrated reading composition berpola lesson study meningkatkan
keterampilan membaca dan menulis. JPI (Jurnal Pendidikan
Indonesia), 5(2), 203-211.

Untari, M. F. A., & Saputra, A. A. (2016). Keefektifan media komik terhadap


kemampuan membaca pemahaman pada siswa Kelas IV SD. Mimbar
Sekolah Dasar, 3(1), 29-39.
Wahyuningsih, A. N. (2012). Pengembangan media komik bergambar materi
sistem saraf untuk pembelajaran yang menggunakan strategi
PQ4R. Journal of Innovative Science Education, 1(1)..

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 109


BAGIAN VII

DIRIBEL BAGI PENINGKATAN PEMAHAMAN TEKS EKSPLANATORI PADA


SISWA KELAS TINGGI

Ade Rahayu, S.Pd.


Mahasiswa Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
Email: aderahayu@students.unnes.ac.id

Pendahuluan
Minimnya kemampuan menulis siswa dan keterbatasan sarana serta
media pembelajaran semakin memperburuk kualitas tulisan siswa yang duduk
di bangku Sekolah Dasar (SD). Teks eksplanasi merupakan teks yang
menginformasikan proses terjadinya sesuatu baik fenomena alam atau sosial.
Pada tahap memahami dan menulis teks tersebut, siswa merasa kesulitan
karena kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki siswa maupun guru
sebagai fasilitator. Diribel hadir sebagai solusi mengatasi minimnya
kemampuan menulis siswa dengan mengkombinasi antara media dan model
pembelajaran yang relevan dengan materi teks eksplanasi.
Model ini memungkinkan siswa untuk dituntut bekerja sama dalam
kelompok mengenai diorama yang telah diamati, sehingga siswa memiliki
banyak bahan dan informasi untuk menulis teks eksplanasi dengan media
diorama ini siswa akan menjadi lebih aktif menulis dikarenakan adanya media
kongkrit yang menggambarkan benda sesuai kejadian yang menjadi topik
sehingga pembelajaran menjadi berbeda dan menyenangkan. Berdasarkan
analisis kelebihan media diorama, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
menulis teks eksplanasis siswa meningkat sesuai dengan konsep media
diorama yang merupakan pemandangan tiga dimensi mini yang bertujuan
untuk menggambarkan pemandangan sebenarnya.

Permasalahan Pembelajaran
Dalam Kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia disebutkan bahwa
keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu keterampilan
mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

110 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


keterampilan menulis (Depdiknas, 2006:XI). Keempat aspek tersebut merupakan
Caturtunggal yang artinya empat aspek keterampilan berbahasa tersebut
penting dan harus dikuasai. Dengan kata lain, bila seseorang hanya memiliki satu
diantara keempat keterampilan tersebut maka ia tidak dapat dikatakan memiliki
keterampilan berbahasa secara utuh.
Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang perlu dikuasai siswa
Sekolah Dasar yaitu keterampilan menulis. Dengan memiliki keterampilan
menulis, siswa akan dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya
berdasarkan informasi yang diterimanya ke dalam bentuk tulis. Oleh karena itu,
keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus
dimiliki dan dikuasai siswa. Namun pada kenyataanya siswa masih mengalami
kesulitan dalam menulis. Permasalahan yang dihadapi adalah ketidakmampuan
dalam menemukan apa yang hendak ditulis, apa topiknya dan bagaimana
memulainya. Siswa juga belum mampu menggunakan bahasa yang baik dan
benar. Dapat dilihat pada tulisan siswa yang kurang sesuai dengan aturan-aturan
ejaan dalam menulis. Padahal menulis sangat penting bagi pendidikan karena
memudahkan para pelajar berpikir secara kritis (Tarigan, 2009: 21-22).
Kemudian, keterampilan menulis merupakan salah satu komponen yang turut
menentukan dalam mencapai tujuan pembelajaran bahasa Indonesia. Terutama
dalam usaha menjadikan siswa yang memiliki kemampuan dan keterampilan
berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Teks eksplanasi adalah salah satu teks yang dipelajari pada jenjang
pendidikan dasar yaitu kelas VI pada KD 3.2 dan 4.2. Teks eksplanasi adalah teks
yang berisi informasi tentang suatu hal atau fenomena yang terjadi di
masyarakat. Anderson (dalam Lela, 1997:80-81) mengungkapkan teks eksplanasi
merupakan suatu jenis teks yang mengungkapkan bagaimana dan mengapa
sesuatu itu terjadi. Tujuan dari teks eksplanasi tersebut adalah untuk

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 111


mengungkapkan setiap langkah dari proses bagaimana dan untuk memberi
alasan mengapa. Untuk hal yang lebih luas, biasanya teks eksplanasi
menjelaskan tentang bagaimana sesuatu itu terjadi, mengapa sesuatu itu terjadi,
mengapa suatu benda itu sama atau berbeda, dan bagaimana untuk
memecahkan suatu masalah.
Mengingat teks eksplanasi tergolong teks yang sulit dan baru bagi siswa
SD, siswa-siswa tersebut merasa kesulitan memahami dan memproduksi teks itu
sendiri. Selanjutnya, keterbatasan sarana juga menjadi salah satu penghambat
guru dalam memperkenalkan kejadian atau fenomena yang baru kepada siswa
sehingga pada akhirnya guru hanya menggunakan media seadanya, yaitu
berdasarkan buku teks siswa dan pengetahuan guru itu sendiri.
Dalam hal ini perlu adanya dilakukan inovasi untuk mengatasi
permasalahan kemampuan menulis siswa guru harus berusaha keras dalam
menyiapkan inovasi materi dan media pembelajaran untuk siswa sebanyak dan
seluas mungkin. Khususnya model dan media pembelajaran yang memudahkan
siswa memahami teks eksplanasi. Selain memahami isi dan informasi yang
terkandung dalam teks eksplanasi, siswa juga harus diperkaya dengan cuplikan
atau video singkat yang menggambarkan kejadian atau fenomena.
Dalam penelitian ini upaya yang ditawarkan peneliti untuk
menyelesaikan masalah tersebut dengan menggunakan model problem based
learning berbantuan media diorama. Margetson (dalam Rusman, 2012:230),
mengemukakan bahwa problem based learning (PBL) membantu meningkatkan
perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang
terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. Penerapan problem based learning
menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang siswa untuk belajar
menyelesaikan masalah yang terjadi di sekitar mereka. Kelas yang menerapkan

112 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


problem based learning akan menuntut siswa bekerja dalam tim untuk
memecahkan masalah yang ditemukan di dunia nyata. Masalah yang diberikan
ini digunakan untuk mengikat rasa ingin tahu siswa pada pembelajaran yang
dimaksud. Masalah diberikan kepada siswa sebelum mereka mempelajari
konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.
Model problem based learning dapat membantu siswa lebih berpikir kritis dalam
menganalisis, mencari, dan menemukan jawaban sehingga dapat menulis teks
eksplanasi dengan baik dan benar.
Rangkaian kegiatan ini relevan digunakan dalam pembelajaran menulis
teks eksplanasi karena teks tersebut merupakan bentuk keterampilan
mengungkapkan fakta, informasi, dan rangkaian kejadian. Proses yang
dikemukakan siswa harus berdasarkan landasan yang kuat, jelas, dan mudah
dipahami. Sehingga pernyataan tersebut dapat diterima secara ilmiah dan dapat
menjadi jawaban atas permasalahan yang diidentifikasi. Selain penggunaan
model problem based learning, untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam
menulis teks eksplanasi dapat dibantu menggunakan media. Media adalah
segala hal meliputi alat fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi materi
pembelajaran (Gagne dalam Arsyad, 2011: 4).

Dalam upaya mencapai tujuan belajar diperlukan perantara yang


digunakan agar informasi yang disampaikan guru dapat diterima dan dipahami
dengan baik oleh siswa. Media yang ditawarkan peneliti untuk membantu model
problem based learning adalah media diorama. Dengan diterapkannya media ini
guru dapat membantu siswa dalam melihat berbagai pandangan, memperluas
persepsi dan membuka pikiran tentang ide-ide baru yang konstruktif untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan nyata.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 113


TEORI KONSEPTUAL DIRIBEL
Model pembelajaran diribel merupakan model pembelajaran yang
mengkolaborasikan model dan media pembelajaran yang memudahkan siswa
memahami teks eksplanasi. Diribel merupakan akronim dari diorama berbasis
problem based learning yang berguna meningkatkan pemahaman siswa kelas
tinggi pada teks eksplanasi. Berikut teori yang mendukung model pembelajaran
ini :
a. Media Pembelajaran Diorama
Media diorama merupakan media tiga dimensi atau sering disebut media
serba aneka. Asyhar (2012:47) mengungkapkan bahwa media tiga dimensi
merupakan media yang tampilannya dapat diamati dari arah pandang mana saja
dan mempunyai dimensi panjang, lebar dan tebal. Menurut Kustandi dkk
(2011:58) Diorama adalah gambaran kejadian—baik yang mempunyai nilai
sejarah atau tidak—yang disajikan dalam bentuk mini atau kecil. Pendapat
tersebut menjelaskan bahwa diorama memberikan informasi berupa peristiwa
yang disajikan dalam bentuk tiruan lebih kecil dari aslinya. Kita bisa membuat
apa saja melalui diorama. Untuk mempermudah dalam membuatnya sebaiknya
gunakan skala yang seragam. Diorama merupakan media yang lebih
menekankan kepada isi pesan dari gambaran visual dan karakter tokoh dengan
bentuk yang lebih hidup. Daryanto (2013: 29) berpendapat bahwa media
diorama merupakan salah satu media tanpa proyeksi yang disajikan secara visual
tiga dimensional berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya. Media diorama
dapat digunakan dalam pembelajaran untuk mewakili benda asli yang sulit
disajikan di dalam kelas.
Sejalan dengan itu, Munadi (2013:109) berpendapat bahwa media
diorama adalah pemandangan tiga dimensi dalam ukuran kecil untuk

114 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


memperagakan atau menjelaskan suatu keadaan atau fenomena yang
menunjukkan aktivitas. Degeng dkk (1993:77) mendefinisikan diorama sebagai
kotak yang melukiskan suatu pemandangan yang mempunyai latar belakang
dengean perspektif sebenarnya, sehingga menggambarkan suatu suasana yang
sebenarnya. Diorama merupakan gabungan antara model (tiruan tiga dimensi)
dengan gambar perspektif (dua dimensi) dalam suatu penampilan utuh.
Menurut Sanaky (2011: 114) diorama adalah sebuah pemandangan tiga dimensi
mini yang bertujuan untuk menggambarkan pemandangan sebenarnya.
Diorama biasanya terdiri atas bentuk-bentuk sosok atau objek-objek yang
ditempatkan di belakang latar dan disesuaikan dengan penyajiannya. Diorama
merupakan sajian tentang suatu keadaan dalam ukuran kecil. Diorama
dilengkapi dengan patung-patung dan penggambaran lingkungan dengan latar
belakang yang dilukiskan di dinding atau ditata di sekitar objek. Hal tersebut
bertujuan agar penggambaran suatu keadaan sesuai dengan suasana
sebenarnya.
Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa diorama
adalah suatu benda yang di dalamnya berisi dengan tiruan suatu gambaran
keadaan lengkap dengan hal yang berada di sekitarnya. Tiruan tersebut dibuat
lebih kecil daripada keadaan aslinya. Diorama biasanya digunakan dalam
menggambarkan kejadian atau suatu proses agar yang melihatnya tertarik untuk
memahami isi dari diorama tersebut.
Penggunaan media diorama menurut Sanaky (2011:118) dalam
pembelajaran dimulai dengan langkah pertama yaitu menentukan tema yang
akan disampaikan kepada siswa. Penentuan tema tersebut sejalan dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat guru sebelumnya. Setelah tema
telah ditentukan, langkah kedua adalah membuat perencanaan pembuatan
diorama terlebih dahulu. Hal ini dimulai dari pemilihan dan pembelian bahan,

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 115


warna, serta menentukan jenis diorama yang akan digunakan. Perencanaan
pembuatan bertujuan agar dapat mengetahui kesulitan-kesulitan dalam proses
pembuatan diorama. Selain itu, perencanaan bertujuan agar waktu yang
digunakan akan efektif dan efisien.
Setelah proses perencanaan selesai, langkah ketiga adalah proses
pembuatan. Pembuatan diorama sangat memerlukan ketelatenan dan
kreatifitas tinggi, sehingga hendaknya mempunyai kedua hal tersebut. Jika tidak
memungkinkan, bisa dialihkan kepada seseorang yang ahli dalam pembuatan
diorama agar tema yang dibuat sesuai dengan apa yang diharapkan. Ketika
diorama tersebut selesai dibuat, maka hendaknya dilakukan simulasi terlebih
dahulu sebelum disampaikan kepada siswa. Hal ini dilakukan agar beberapa
kekurangan yang ada dapat diantisipasi pada waktu simulasi agar dalam proses
pembelajaran tidak ada kendala yang terlalu besar.
Media diorama biasa digunakan pada mata pelajaran ilmu bumi (IPA),
ilmu hayat, dan sejarah. Namun dalam penelitian ini, diorama digunakan pada
pembelajaran menulis teks eksplanasi untuk memudahkan siswa dalam
menuangkan ide dan gagasannya dalam sebuah tulisan. Diorama dapat
memberikan rangsangan pada siswa untuk kreatif dalam menulis karena
memuat suatu gambaran keadaan yang dapat diamati secara langsung.
Keunggulan dari diorama di dalam pembelajaran menulis teks eksplanasi ini
karena memuat tema tentang suatu kejadian yang disesuaikan dengan materi
pembelajaran. Siswa dapat memperhatikan, menganalisis, dan mendiskusikan
tema, lalu membuat tulisan sesuai dengan tema yang ada dalam diorama.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan diorama dapat dijadikan
sebagai media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam
proses pembelajaran. Diorama dapat membangkitkan motivasi dalam

116 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


pembelajaran menulis teks eksplanasi siswa agar dapat menuangkan ide-ide dan
gagasannya dalam sebuah tulisan.
b. Model Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang
menggunakan masalah nyata dalam pembelajarannya sehingga mampu melatih
siswa untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah. Menurut
Hosnan (2014:298), problem based learning adalah pembelajaran yang
menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur dan bersifat
terbuka sebagai konteks bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan
menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membangun
pengetahuan baru. Sanjaya (2012:214-215) menyatakan PBL dapat diartikan
sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses
penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Selanjutnya Duch (dalam
Amir, 2010: 21) menjelaskan bahwa Problem Based Learning adalah suatu model
pembelajaran yang menghadapkan siswa pada tantangan ”belajar untuk
belajar”. Siswa bekerja sama di dalam kelompok untuk mencari solusi
permasalahan dunia nyata, permasalahan ini sebagai acuan bagi siswa untuk
merumuskan, menganalisis dan memecahkannya.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
problem based learning adalah suatu model pembelajaran yang dirancang dan
dikembangkan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah yang ada di dunia nyata sehingga siswa mampu merumuskan,
menganalisis dan memecahkan masalah itu. Problem Based Learning (PBL)
adalah suatu cara memanfaatkan masalah untuk menimbulkan motivasi belajar.
Suksesnya pelaksanaan PBL sangat bergantung pada seleksi, desain dan
pengembangan masalah. Hal lain yang sangat menentukan adalah tujuan yang
ingin dicapai dalam penggunaan model PBL.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 117


Menurut Hosnan (2014:299), ”Tujuan utama PBL bukanlah penyampaian
sejumlah besar pengetahuan kepada siswa, melainkan pada pengembangan
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus
mengembangkan kemampuan siswa untuk secara aktif membangun
pengetahuan sendiri”. Lebih lanjut, Hosnan (2014:299) menyatakan bahwa PBL
juga dimaksudkan untuk mengembangkan kemandirian belajar dan
keterampilan sosial siswa. Kemandirian belajar dan keterampilan sosial itu dapat
terbentuk ketika siswa berkolaborasi untuk mengidentifikasi informasi, strategi,
dan sumber belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah. Menurut
Kunandar (2007:355), tujuan Problem Based Learning (PBL) yaitu sebagai
berikut. 1) membantu guru memberikan informasi sebanyakbanyaknya kepada
siswa, 2) membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan
masalah, dan keterampilan intelektual, 3) belajar tentang berbagi peran orang
dewasa melalui perlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, 4)
menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri. Berdasarkan pendapat di atas,
dapat disimpulkan bahwa tujuan PBL adalah untuk mengembangkan
kemampuan berfikir siswa, pemecahan masalah, dan keterampilan
intelektualnya di dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat belajar
tentang kehidupan yang lebih luas dan bermakna.
Menurut Hosnan (2014:301), problem based learning terdiri atas lima
langkah, yaitu: (1) orientasi siswa kepada masalah, guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan perangkat yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya; (2) mengorganisasi
siswa untuk belajar, guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut;
(3) membimbing penyelidikan individual dan kelompok, guru mendorong siswa

118 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan serta pemecahan masalahnya; (4)
meembangkan dan menyajikan hasil karya, guru membantu siswa
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan
model serta membantu mereka berbagi tugas dengan temannya; dan (5)
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, guru membantu
siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan.
c. Pengertian Menulis Teks Eksplanasi
Semi (2009:2) menyatakan bahwa pada hakikatnya menulis merupakan
pemindahan pikiran dan perasaan ke dalam bentuk lambang-lambang bahasa.
Jika dalam berbicara pikiran dan perasaan disampaikan secara lisan, dalam
menulis bahasa lisan tersebut dipindahkan wujudnya ke dalam bentuk tulis
dengan menggunakan grafem. Pikiran, ide dan gagasan penulis dituangkan alam
bentuk lambang-lambang tulisan yang nantinya akan dipahami oleh pembaca.
Sejalan dengan itu, Thahar (2008:12) mengemukakan bahwa kegiatan menulis
adalah kegiatan intelektual dengan mengekspresikan jalan pikiran seseorang
melalui tulisan dengan media bahasa yang sempurna.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
menulis merupakan ungkapan ekspresi seseorang melalui tulisan dengan
lambang bahasa yang sempurna. Menulis merupakan suatu keterampilan
berbahasa produktif yang memerlukan latihan secara kontinyu agar seseorang
mampu menuangkan ide dan gagasan di dalam pikirannya melalui tulisan
sehingga pembaca mampu memahami informasi dari tulisan tersebut. Teks
eksplanasi adalah teks yang berisi informasi tentang suatu hal atau fenomena
yang terjadi di masyarakat. Anderson (dalam Lela, 1997:80-81) mengungkapkan
teks eksplanasi merupakan suatu jenis teks yang mengungkapkan bagaimana

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 119


dan mengapa sesuatu itu terjadi. Tujuan dari teks eksplanasi tersebut adalah
untuk mengungkapkan setiap langkah dari proses bagaimana dan untuk
memberi alasan mengapa. Untuk hal yang lebih luas, biasanya teks eksplanasi
menjelaskan tentang bagaimana sesuatu itu terjadi, mengapa sesuatu itu terjadi,
mengapa suatu benda itu sama atau berbeda, dan bagaimana untuk
memecahkan suatu masalah.
Isi teks eksplanasi berkaitan erat dengan peristiwa alam dan peristiwa
sosial. Teks eksplanasi juga memainkan peran berharga dalam membangun dan
menyimpan pengetahuan. Penulisan tentang teknologi dan sains sering
dinyatakan dalam bentuk teks eksplanasi. Teks eksplanasi memiliki struktur baku
sebagaimana halnya jenis teks lainnya. Sesuai dengan karakteristik umum dari
isinya, teks eksplanasi dibentuk oleh bagian-bagian berikut. Judul, judul (tajuk)
adalah kepala teks yang berisi topik pembicaraan; Identifikasi fenomena,
mengidentifikasi sesuatu yang akan diterangkan. Hal itu bisa terkait dengan
fenomena alam, sosial, budaya, dan fenomena-fenomena lainnya.
Penggambaran rangkaian kejadian, memerinci proses kejadian yang relevan
dengan fenomena yang diterangkan sebagai pertanyaan atau bagaimana atau
mengapa; Rincian yang berpola atas “bagaimana” akan melahirkan uraian yang
tersusun secara kronologis ataupun gradual. Dalam hal ini fase-fase kejadiannya
disusun berdasarkan urutan waktu; Rincian yang berpola atas “mengapa” akan
melahirkan uraian yang tersusun secara kausalitas. Dalam hal ini fase-fase
kejadiannya disusun berdasarkan hubungan sebab-akibat; Ulasan (review),
berupa komentar atau penilaian tentang konsekuensi atas kejadian yang
dipaparkan sebelumnnya.
Berdasarkan kaidah kebahasaan secara umum, teks eksplanasi sama
dengan kaidah pada teks prosedur. Sebagai teks yang berkategori faktual, teks

120 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


eksplanasi menggunakan banyak kata yang bermakna denotatif. Konjungsi
kausalitas (sebab akibat), antara lain, sebab, karena, oleh karena itu, oleh karena
itu, sehingga. Konjungsi kronologis (hubungan waktu), seperti kemudian, lalu,
setelah itu, pada akhirnnya. Menggunakan keterangan waktu. Keterangan waktu
dapat ditentukan melalui penanda waktu seperti jam, hari, bulan, tahun,
peristiwa dan sebagainya. Selain itu, keterangan waktu dapat juga ditentukan
dengan adanya kata depan pada, di, saat, ketika, sebelum dsb. Mulyadi
(2013:176) menjelaskan langkah-langkah menulis teks eksplanasi secara tertulis
sama dengan langkah-langkah menulis karangan pada umumnya, hanya saja
isinya yang berbeda. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
Menentukan Tema Tulisan. Tahap pertama dalam menulis karangan
adalah menentukan tema atau topik. Tahap ini berguna agar tulisan yang nanti
akan kita tulis tidak melebar dan penulisannya tidak berulang. Tema yang dapat
digunakan untuk menulis teks eksplanasi adalah peristiwa alam seperti banjir,
proses terjadinya hujan, tsunami, gempa bumi, pelangi, dan lain-lain, atau
peristiwa sosial seperti narkoba, kenakalan remaja, tawuran pelajar, dan lain-
lain. Mengumpulkan Bahan Tulisan. Pada tahap ini siswa harus mencari
bahan/data/informasi berkaitan dengan apa yang akan Ananda tulis. Bahan/
data/ informasi awal ini bisa didapat dengan membaca buku-buku, majalah,
koran, ataupun artikel yang berkaitan dengan peristiwa alam atau sosial,
wawancara dengan ahli, melihat video serta gambar tentang peristiwa alam dan
sosial atau pengamatan langsung terhadap objek jika memungkinkan.
Membuat Kerangka Tulisan. Kerangka tulisan berfungsi untuk menjaga
sebuah tulisan agar sesuai dengan apa yang direncanakan. Pada tahap ini, yang
harus siswa lakukan adalah merinci poin-poin penting apa saja yang akan ditulis
dan dikembangkan sesuai dengan tema. Poin-poin tersebut nantinya akan
digunakan sebagai acuan untuk membuat sebuah tulisan sehingga harus sesuai

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 121


dengan struktur teks eksplanasi. Misalnya, pada bagian pernyataan umum
dibuat poin mengenai pengertian banjir, kemudian pada bagian deretan penjelas
dibuat poin penyebab banjir adalah illegal loging, membuang sampah
sembarangan, got yang tidak cukup menampung air dan sebagainya. Lalu pada
bagian interpretasi dibuat poin tentang penangulangan banjir.
Mengembangkan Tulisan. Setelah kerangka karangan dibuat, langkah
berikutnya yang ahrus siswa kerjakan adalah mengembangakan kerangka
menjadi sebuah tulisan (teks eksplanasi). Tahap ini memerlukan kecermatan
siswa dalam menggunakan tanda baca (EBI), pemilihan kata atau diksi, dan
kepaduan kalimat.
d. Model Diribel
Model pembelajaran diribel merupakan salah satu inovasi dalam proses
pembelajaran yang mengkolaborasikan media diorama dan model pembelajaran
problem based learning untuk menghasilkan sesuatu keterbaruan dalam proses
pembelajaran. Model ini memiliki beberapa karakteristik tersendiri yaitu sebagai
berikut :
Karakteristik pertama dalam model ini adalah model ini dapat
memberikan rangsangan pada siswa untuk kreatif dalam menulis karena
memuat suatu gambaran keadaan yang dapat diamati secara langsung. Sehingga
siswa dapat menuangkan ide-ide dan gagasannya dalam sebuah tulisan.
Karakteristik kedua dalam model ini adalah menggunakan model
pembelajaran yang menggunakan masalah nyata dalam pembelajarannya
sehingga mampu melatih siswa untuk mengembangkan keterampilan
memecahkan masalah. Dalam melatih keterampilan menulis siswa perlu rasanya
rangsangan secara nyata terhadap permasalahan yang terjadi sehingg siswa

122 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


dengan mudah untuk menuliskan ide-ideya terhadap permasalahan tersebut
berserta cara memecahkan masalahnya.

Pengembangan Diribel

Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanan yang dilakukan


dengan baik. Pemilihan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
itu juga memerlukan perencanaan yang baik. Arsyad (2011: 75) mengemukakan
kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan
bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Beberapa kriteria yang
harus diperhatikan dalam pemilihan media, antara lain: (1) sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai, (2) tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta,
konsep, prinsip, atau generalisasi, (3) praktis, luwes, dan bertahan, (4) guru
terampil menggunakannya, (5) pengelompokan sasaran, (6) dan mutu teknis.
Pemilihan media pembelajaran yang tepat dapat berfungsi sebagai alat bantu
dalam proses belajar.
Media diorama yang dipilih bersifat praktis, luwes, dan bertahan
mengajar yang dapat membangkitkan motivasi dalam belajar siswa. Media
diorama juga merupakan salah satu media yang dapat bertahan dalam jangka
waktu yang cukup lama. Muedjiono dalam Daryanto (2010:29) mengungkapkan
lima kelebihan media diorama sebagai berikut. (a) memberikan pengalaman
secara langsung, (b) penyajian secara konkret, (c) dapat menunjukkan objek
secara utuh baik konstruksi maupun cara kerjanya, (d) dapat memperlihatkan
struktur organisasi secara jelas, dan (e) dapat menunjukkan alur suatu proses
secara jelas. Sedangkan kelemahan media diorama adalah tidak bisa
menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar, penyimpanannya memerlukan
ruang yang besar dan perawatannya cukup rumit. Sebelum pembelajaran
menulis teks eksplanasi dengan menerapkan model problem based learning

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 123


berbantuan media diorama dilaksanakan, guru harus mempersiapkan atau
menyediakan media diorama yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas
yaitu keterampilan menulis teks eksplanasi. Hosnan (2014:301) menjelaskan
bahwa ada lima langkah pengaplikasian model PBL di dalam kelas, yaitu sebagai
berikut. Pertama, orientasi siswa kepada masalah. Kedua, mengorganisasi siswa
untuk belajar. Ketiga, membimbing penyelidikan individual dan kelompok.
Keempat, mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Kelima, menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Berdasarkan analisis kelebihan media diorama, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan menulis teks eksplanasi siswa menjadi lebih tinggi dibandingkan
sebelum menggunakan model problem based learning berbantuan media
diorama. Hal tersebut sesuai dengan konsep media diorama yang merupakan
pemandangan tiga dimensi mini yang bertujuan untuk menggambarkan
pemandangan sebenarnya. Hal ini senada dengan konsep teks eksplanasi yang
berisi proses terjadinya sesuatu. Dalam hal ini, Diorama berbentuk gunung
meletus akan memperlihatkan kepada siswa bahwa proses letusan gunung api
akan mengeluarkan larva dan menjalar ke seluruh permukaan badan gunung.
Dengan demikian, siswa akan lebih mudah menuliskan prosesnya menjadi teks
eksplanasi. Jadi, dapat disimpulkan model problem based learning berbantuan
media diorama berpengaruh terhadap keterampilan menulis teks eksplanasi
siswa kelas VI SD.

124 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Gambar 2.1 Prototipe Media Diorama

Gambar 2.2 Prototipe Media Diorama Gunung Meletus


(sumber: https://blog.elevenia.co.id/cara-membuat-gunung-meletus-dari-
bahan-sederhana/ dan Dokumen Pribadi )

Ditinjau dari kelebihan model problem based learning berbantuan media


diorama, Diribel ini baik digunakan dalam pembelajaran menulis teks ekspanasi.
Hal ini dikarenakan model ini lebih menekankan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran. Model ini merupakan suatu model pembelajaran yang menuntut
siswa untuk mampu bekerja sama dalam menyelesaikan masalah. Berdasarkan
hasil analisis data diperoleh temuan positif dan temuan negatif. Temuan positif
tersebut ada dua, yaitu (1) siswa kelas VI SD mampu memahami teks eksplanasi
berdasarkan media yang dapat dilihat dan dirasakan siswa; dan (2) siswa kelas
Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 125
VI SD mampu menulis teks eksplanasi berdasarkan media yang dapat dilihat dan
dirasakan siswa.

Selanjutnya, temuan negatif yang didapatkan dari penelitian ini adalah


siswa kesulitan menulis teks eksplanasi sebelum menggunakan model PBL
berbantuan media diorama. Hal ini disebabkan siswa sulit mengemukakan
informasi sesuai dengan topik teks eksplanasi yang diberikan. Selain itu, siswa
belum mendapat bimbingan intensif untuk mengemukakan informasit dalam
bentuk teks eksplanasi seperti yang diajarkan saat menggunakan model PBL
berbantuan media diorama.

Berikut ini merupakan Langkah-langkah Pelaksanaan dari Diribel :

Pertemuan Pertama (Melakukan Pretest)

1. Guru memberikan selembar kertas dan meminta siswa menjelaskan gunung


meletus sesuai dengan materi yang telah dijelaskan sebelumnya tanpa
melihat media Diorama
2. Pemberian Perlakuan dengan Menerapkan Model PBL Berbantuan Media
Diorama Gunung Meletus

Pertemuan Kedua

Kegiatan Awal

a) Siswa berdoa dan mempersiapkan diri untuk mengikuti proses pembelajaran.


b) Guru mengecek kehadiran siswa.
c) Guru memberikan motivasi belajar
d) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai. (Tahap 1: Mengorientasi siswa pada masalah).

126 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Kegiatan Inti
a) Siswa melihat media Diorama gunung meletus (Tahap 1: mengorientasi siswa
pada masalah).
b) Guru membentuk siswa dalam 4 kelompok. Satu kelompok terdiri atas 6—7
siswa.
c) Siswa secara bergantian mengamati media diorama gunung meletus yang
diberikan oleh guru selama 5 menit untuk tiap kelompok (Tahap 2:
mengorganisasikan siswa untuk belajar).
d) Guru memainkan media diorama dengan menceritakan peristiwa terjadinya
gunung meletus.
e) Selanjutnya siswa diberikan LKPD dan siswa mengisi LKPD tersebut sesuai
dengan hasil pengamatan.
f) Dengan bimbingan guru, siswa mengumpulkan informasi yang dapat
dijadikan laporan pengamatan untuk kemudia dijelaskan kembali atau
dipresentasikan. (Tahap 3: membimbing penyelidikan kelompok).
g) Siswa diminta untuk menuliskan informasi yang mereka peroleh sesuai
dengan media diorama gunung meletus yang diamati secara berkelompok,
kemudian mendiskusikan hasil kerjanya (mengomunikasikan) dengan
kelompok yang lain dan dikonfirmasi oleh guru. (Tahap 4: mengembangkan
dan menyajikan hasil karya).
h) Dengan bimbingan guru, siswa merefkleksi aktivitas pembelajaran yang telah
dilakukan. (Tahap 5: menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah).
i) Guru memberikan penguatan (mengasosiasi) terkait materi yang telah
dibahas.

Kegiatan Penutup

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 127


a) Guru memberikan umpan balik.
b) Guru bersama-sama siswa membuat rangkuman materi yang telah dipelajari.
c) Guru memberikan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas
secara berkelompok.
d) Guru menjelaskan informasi rencana kegiatan pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya.
e) Penutup dan salam.

Pertemuan Ketiga (Melakukan Post test)

Pada pertemuan ini guru memberikan selembar kertas dan meminta siswa
menjelaskan gunung meletus sesuai dengan materi yang telah dijelaskan
sebelumnya setelah melihat media Diorama. Berdasarkan uraian tersebut,
disimpulkan bahwa guru sangat berperan penting dalam merencanakan,
melaksanakan, mengevaluasi, dan memberikan variasi model pembelajaran
kepada siswa agar siswa tidak merasa jenuh dalam belajar, khususnya menulis
teks eksplanasi. Salah satu upaya tersebut berupa penggunaan model PBL
berbantuan media diorama dalam pembelajaran keterampilan menulis teks
eksplanasi. Model ini dapat memicu metode berpikir siswa dalam
mengemukakan informasinya ke dalam sebuah teks eksplanasi yang sesuai
dengan struktur pembangun teks eksplanasi. Hal ini dikarenakan informasi yang
sudah dilihat dan didiskusikan oleh siswa dengan menggunakan model PBL
berbantuan media diorama sebelumnya dapat membantu dalam memudahkan
siswa menuangkan gagasan ke dalam bentuk teks eksplanasi. Dengan demikian,
siswa dapat menulis sebuah teks diskusi lebih mudah dan menyenangkan.

128 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Prediksi Pengimplementasian Diorama Berbasis PBL

Inovasi pembelajaran teks eksplanasi menggunakan model problem based


learning berbantuan media diorama dalam pelaksanaan pembelajaran
menunjukkan suasana yang menyenangkan dan tidak monoton. Saat proses
pembelajaran, siswa akan terlihat antusias, bersemangat, aktif, dan serius. Hal
ini disebabkan dalam model ini siswa dituntut bekerja sama dalam kelompok
mengenai diorama yang telah diamati, sehingga siswa memiliki banyak bahan
dan informasi untuk menulis teks eksplanasi sehingga pembelajaran menjadi
berbeda dan menyenangkan.

Pada masa pandemi ini kegiatan pembelajaran terbatas yaitu melalui


daring, sehingga proses belajar-mengajar tidak dapat maksimal. Perlu adanya
model pembelajaran yang bisa beradaptasi dengan situasi tersebut. Model
pembelajaran Diribel ini dapat diimplementasikan secara daring dengan
mengadaptasikan langkah-langkah pembelajaran pada model tersebut seperti
mengganti diorama benda dengan visual. Sehigga, model ini mendukung
pembelajaran daring seperti saat ini.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 129


DAFTAR PUSTAKA

Amir, Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning


Bagaimana Pendidik Memperdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Apriliani, Ni Kadek Winda, dkk. 2016. Pendekatan Saintifik Berbantuan Media


Gambar Berseri Berpengaruh Terhadap Keterampilan Menulis Siswa Kelas I
SD. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Vol 4. No 1. Hal : 1-11

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo.

Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:


Referensi.

Barwick, John. 1998. Targeting Text: Photocopiable Units Based on English Texts
Type: Information Reports. Eksplanations. Disscusions.: Upper Level Book .
Australia: Blake Education. Daryanto. 2010.

Baryadi, Praptomo. 1990. “Teori Kohesi M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan dan
Penerapannya untuk Analisis Wacana Bahasa Indonesia”: (dalam Gatra: Ke
Arah Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, No 10/11/12 tahun 1990).
Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Degeng, I Nyoman Sudana. 1993. Media Pendidikan. Malang : FIP IKIP Malang

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Bahasa Indonesia:


SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI: Buku Siswa. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.

Kustandi, Cecep dkk. 2011. Media Pembelajaran Manual dan Digital. Jakarta:
Ghalia Indonesia.

Mulyadi, Yadi. 2013. Bahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya

Munadi, Yudhi. 2013. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta


Selatan: GP Press.

130 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Rivai, Ahmad. 1991. Media Pengajaran. Bandung: Bina Baru.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Bandung: Rajawali Pers.

Sadiman, Arief. 2002. Media Pengajaran (Pengertian, Pengembangan, dan


Pemanfaatannya) Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada.

Sanaky, Hujair AH. 2009. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safinia Insania Press.

Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Fajar Interpratama Offset.

Soviana, Devi. 2019. Meningkatkkan Keterampilan Siswa Menulis puisi melalui


media kontekstual SDN Bomba Kecamatan Marawola. Jurnal Dikdas. Vol 7.
No 1. Hal : 41-51.

Stubbs, Sue. 2000. Targetting Text. New South Wales: Blake Education.

Sukerti, Ni Komang, dkk. 2014. Penerapan Metode Demonstrasi Dengan


Menggunakan Media Gambar Berseri Untuk Meningkatkan Keterampilan
Menulis Narasi Siswa Kelas V SDN 3 Dencarik Kecamatan Banjar Tahun
Pelajaran 2012/2013. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Vol
2. No 1. Hal : 1-10

Thahar, Harris Effendi. 2008. Menulis Kreatif: Panduan bagi Pemula. Padang:
UNP Press

Wahyuningtyas, Lela Tti. 2015. Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks


Eksplanasi dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menggunakan
Video Peristiwa Alam Pada Peserta Didik Kelas XI SMA N 1 Blora. Skripsi
Sarjana pada FBS UNNES.

Yatim Riyanto. (2010). Paradigma Pembelajaran sebagai Referensi bagi Pendidik


dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakrta:
Prenada Media Group.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 131


BAGIAN VIII

SALINDIA INTERAKTIF DALAM DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN


MEMAHAMI GAGASAN POKOK DAN PENDUKUNG PADA SISWA KELAS TINGGI

I Kadek Tony Suantara, S.Pd.


Mahasiswa Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
Email: tonysuantara@students.unnes.ac.id

Pendahuluan
Pendidikan berperan penting dalam mencerdaskan suatu bangsa
membentuk siswa menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, mandiri, berilmu, bertanggung jawab, taat hukum
dan menjadi warga negara yang demokratis. Masa pandemi ini pendidikan
mengalami berbagai permasalahan, salah satunya adalah kurangnya minat
belajar siswa pada pembelajaran bahasa indonesia pada materi gagasan pokok
dan gagasan pendukung di kelas IV sekolah dasar. Untuk mengatasi hal tersebut
peneliti menggunakan media pembelajaran PPT interaktif diselingi dengan game
crossword puzzle.
Menggunakan PPT interaktif ini guru dan siswa secara tidak langsung
dapat berinteraksi membuat pembelajaran lebih baik karena di masa pandemi
tidak dapat melaksanakan pembelajaran secara luring apalagi pada zona merah
untuk menekan laju penyebaran virus covid 19 ini. Dengan ditambahkan game
crossword puzzle ini membuat pembelajaran menjadi lebih menarik karena
siswa dapat bermain dan merefleksikan pembelajaran yang sudah disampaikan
kedalam soal crossword puzzle ini. Penelitian ini didukung dengan berbagai hasil
dari jurnal penelitian lain yang berhubungan dengan variable pada penelitian ini.
Sehingga diperoleh asumsi bahwa pembelajaran menggunakan PPT interaktif
disertai game crossword puzzle berpengaruh terhadap minat belajar siswa SD
kelas 4 pada muatan materi gagasan pokok dan gagasan pendukung pada
bacaan deskripsi dengan kearifan lokal di Bali.

132 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Permasalahan Pembelajaran
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
pembangunan suatu Negara. Pendidikan berperan dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa. Peningkatan mutu pendidikan sangat berpengaruh terhadap
kualitas sumber daya manusia. Suatu negara dikatakan maju atau tidaknya dapat
dilihat dari seberapa tinggi kualitas pendidikan yang masih ada di negara
tersebut. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan
perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan
bangsa dan negara. Melalui pendidikan dapat dibentuk peradaban bangsa yang
cerdas dan bermartabat. Pendidikan berperan dalam membentuk siswa menjadi
manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, mandiri, berilmu, bertanggung jawab, taat hukum dan menjadi warga
negara yang demokratis. Namun dalam masa pandemi ini, pembelajaran
dibatasi dengan peraturan pemerintah nomor 21 tahun 2020 yang berisi tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka Percepatan Penanganan Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19) ditetapkan pada 31 Maret 2020. Pemerintah
Daerah (Pemda) dapat melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
untuk satu provinsi atau kabupaten/kota tertentu. PSBB dilakukan dengan
pengusulan oleh gubernur/bupati/walikota kepada Menteri Kesehatan. Dalam
peraturan ini proses pembelajaran disekolah dari luring berubah menjadi daring
agar penyebaran covid bisa di tekan penyebarannya. Pembelajaran baik di
sekolah dasar , di sekolah menengah pertama , di sekolah mengengah atas dan
diperguruan tinggi yang bersifat daring ini menimbulkan berbagai masalah salah
satunya di sekolah dasar. Di sekolah dasar kenyataan di keadaan realnya tidak
berjalan lancar dikarenakan banyak dari siswa yang tidak mempunyai mobilitas
dalam melakukan pembelajaran daring, namun ada juga yang mempunyai
mobilitas dalam pembelajaran tetapi tidak digunakan secara maksimal, Ini

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 133


dibuktikan pada hasil observasi yang menunjukan hasil bahwa siswa saat pada
masa pandemi banyak yang tidak ikut dalam pembelajaran online.Adapun
beberapa faktor yang ditemukan saat dalam proses observasi salah satunya.
Guru hanya memaparkan materi dan tugas berupa soal sehingga siswa menjadi
bosan saat mengikuti kelas online dan membuat beberapa siswa memilih tidak
mengikuti kelas online dan bermain game di ponsel mereka. Sehingga perlu
adanya inovasi dalam pembelajaran bahsa indonesia secara daring untuk
meningkatkan minat belajar siswa.
Melalui surat edaran dari kemendikbud no 15 tahun 2020 tentang
pedoman pembelajaran dari rumah dalam masa darurat penyebaran covid ini di
atur untuk pembelajaran yang dilakukakan secara daring dari rumah dan tetap
melaksanakan protokol kesehatan. Dengan surat edaran ini membuat sistem
belajarpun berubah. Kurikulum yang ada di indonesia selalu berubah beserta
perangkat kurikulumnya untuk menyesuaikan berdasarkan perubahan zaman.
Widaningsih (2019 :141) menyatakan seiring berubahnya sistem pendekatan
pembelajaran dan bergesernya tujuan pendidikan, memasuki abad 21 tugas dan
peranan guru memiliki pengaruh dalam proses pembelajaran. Untuk menjadikan
siswa menjadi individu cerdas yang mandiri, unggul, dan tangguh yang mampu
bertahan di abad 21 sehingga inovasi dalam bidang pendidikan sangat
diperlukan. Sebaik apapun kurikulum dan sistem pendidikan yang ada, tanpa
didukung kualitas guru yang kreative dan memenuhi syarat maka semua akan
sia-sia. Apabila proses pembelajaran dikelola oleh guru yang profesional maka
kurikulum dan sistem yang tidak baik akan tertopang. Di masa pandemi ini guru
harus bisa memanfaatkan media yang ada untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dibutuhkan suatu media untuk menarik perhatian siswa dan sekaligus menjadi
sarana bermain sambil belajar. selain itu juga dapat diselingi suatu permaianan

134 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


crossword puzzle yang membuat PPT interaktif itu lebih menarik karena terdapat
permainan crossword puzzle pada pembelajaran tersebut . Selain menjadi
sebuah media permainan , crossword ini juga dapat meningkatkan daya ingat
siswa menjadi jauh lebih lama, otomatis pembelajaran yang sudah disampaikan
dapat tersimpan lebih lama Ariwibowo (2016).
Oleh karena itu perlu dilakukan inovasi pada media pembelajaran di SD.
Inovasi dalam artikel ini saya menerapakan power point interaktif diselingi
crossword puzzle yang di sesuaikan dalam muatan Bahasa Indonesia dan
disesuaikan dengan materi kelas IV tentang gagasan pokok dan gagasan
pendukung pada teks deskripsi dengan kearifan lokal. Penulis memilih
menggunakan PPT interaktif di selingi dengan game crossword puzzle
dikarenakan dengan menggunakan PPT interaktif ini sangat baik dilakukan pada
masa pandemi untuk meningkatkan minat belajar siswa, dengan ditambahkan
game crossword puzzle setelah dilaksanakan pembelajaran siswa dapat
merefleksikan pembelajaran yang sudah di dapat dengan game crossword puzzle
ini , yang tentunya saat menggunakan PPT interaktif akan terjadi suatu interaksi
antara guru dan siswa, setelah terjadi interaksi agar lebih menarik minat belajar
siswa maka setelah pembelajaran akan diberikan suatu game permainan
crossword puzzle untuk sebagai sarana refleksi pembelajaran yang sudah
dilaksanakan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui PPT Interaktif disertai
Game Puzzle Dalam Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas IV SD Pada
Muatan gagasan pokok dan gagasan pendukung pada teks deskripsi berbasis
kearifan lokal di bali.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 135


Teori konseptual PPT Interaktif Disertai Game Puzzle

Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Masa Pandemi ini


memerlukan media pembelajaran yang fleksible dapat digunakan di mana saja,
salah satu media yang dapat digunakan pada masa pandemi ini adalah PPT
Interaktif disertai Game Puzzle. Pengkolaborasian media ini digunakan dengan
tujuan untuk menarik minat belajar siswa bagi siswa yang malas mengikuti kelas
online dan sarana bermain anak sambil merefleksikan kembali pembelajaran
yang telah dilakukan sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai.

a. Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Pendidikan bahasa indonesia merupakan salah satu mata pelajaran di


semua jenjang pendidikan, terutama di Sekolah Dasar (SD). Pembelajaran
bahasa indonesia di SD memiliki peran yang sangat banyak terutama dalam hal
berkomunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran bahasa
indonesia ini sangat sentral untuk bisa berkomunikasi dengan seluruh ras, suku,
agama, daerah yang ada di indonesia. Bahasa indonesia adalah bahasa
pemersatu bangsa dimuat dalam Pasal 36 Tahun 1945 “menyebutkan Bahasa
Negara ialah Bahasa Indonesia” Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai
bahasa resmi negara dalam Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia bersumber dari bahasa yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda
tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan yang dikembangkan sesuai
dengan dinamika peradaban bangsa. Mengingat pentingnya bahasa indonesia
dalam kehidupan manusia, maka setiap individu harus mengembangkan
kemampuan berbahasa yaitu melalui pembelajaran bahasa indonesia di sekolah.

136 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Di sekolah dasar terdapat tingkatan kelas yaitu kelas rendah meliputi
kelas 1,2,3 dan kelas tinggi yang meliputi kelas 4,5, dan 6. Pembelajaran bahasa
indonesia yang dilakukan pun memiliki perbedaan antara kelas rendah dan kelas
tinggi. Kelas rendah memiliki karakteristik yang memerlukan media kongkrit
dalam pembelajarannya namun tidak menutup kemungkinan kelas tinggi juga
membutuhkan suatu media kongkrit untuk menambah pemahaman siswa dalam
belajar bahasa indonesia.

Dalam masa pandemi ini penerapan pembelajaran bahasa indonesia


tidak dapat berjalan dengan maksimal karena pertemuan di dalam kelas dibatasi
karena di atur dalam peraturan pemerintah nomor 21 tahun 2020 yang berisi
tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019.

b. Teks Deskripsi Dengan Kearifan Lokal

Kalimat deskripsi merupakan suatu jenis tulisan yang berkaitan dengan


suatu penulis untuk memberikan perincian objek yang digambarkan. Menurut
Kurniasari (2014: 141) deskripsi adalah berisikan pengalaman yang digambarkan
atau diproyeksikan secara jelas. Pengalaman tersebut bisa dalam bentuk suatu
objek yang dimana ketika membaca dan mendengar seolah olah pembaca
ataupun pendengan merasakan sendiri seperti melihat langsung kejadian atau
pristiwa yang di deskripsikan. Senada dengan pendapat Sandra (2016) Kalimat
deskripsi adalah kalimat yang berisi penjelasan mengenai gambaran sifat-sifat
dari suatu objek atau benda yang sedang di deskripsikan
Pada bacaan deskripsi ini akan dipadukan dengan kearifan lokal yang
berasal dari Bali. Di Bali terdapat banyak deskripsi deskripsi tentang wisataya
yang terkenal sampai manca negara, ada juga banyak tempat tempat wisata
yang dapat dideskripsikan agar pembaca mengetahui apa saja yang ada

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 137


ditempat wisatanya itu. Adapun ciri ciri dari kalimat deskripsi menurut Kurniasari
(2014) adalah
1. Isinya menggambarkan suatu benda, tempat, makhluk hidup, atau sesuana
tertentu.
2. Penggambaran yang dilakukan dengan menggunakan panca indra yang
digunakan diantaranya indra pengelihatan, indra pendengaran, indra
penciuman, indra pengecapan, atau indra perabaan.
3. Tujuan membaca paragraf deskripsi, yakni seolah-olah orang yang membaca
atau diceritakan ikut merasakan dan melihat sendiri objek yang dimaksud.
Jadi dari pendapat tersebut dapat disimpulkan kalimat deskripsi adalah
kalimat yang berisikan penjelasan suatu objek, benda atau suatu pristiwa yang
digambarkan secara jelas dan memiliki ciri ciri ada isi yang menggambarkan
suatu benda, kejadian atau objek dan dapat digambarkan dengan semua indra
yang ada pada tubuh manusia.
c. Media PPT Interaktif
Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran, harus senantiasa
mengupayakan peningkatan kualitasnya untuk mencapai kemajuan,
penggunaan media pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran di tingkat SMP
akan mempengaruhi perkembangan life skill siswa (Pengambangan media
pembelajaran Budi Setiawan).Fungsi media pembelajaran secara umum adalah
sebagai sarana alat bantu mempermudah guru dalam menyampaikan pesan
(bahan ajar) kepada siswa, serta membantu konsentrasi siswa dalam memahami
bahan ajar yang disampaikan oleh guru, meningkatkan efesiensi proses
pembelajaran dan tercipta pemebalajaran yang efektif (efektivitas penggunaan
media sulastri). Teknologi informasi pada saat ini memiliki peran penting dalam
setiap aspek kehidupan, salah satunya dalam bidang pendidikan (Sanjaya, 2016).

138 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Adanya perkembangan teknologi diharapkan mampu menjadikan pendidikan
lebih maju dan berkembang (Diyan & Upik, 2016).
Multimedia interaktif merupakan satu bentuk teknologi informasi yang
digunakan dalam optimasi kegiatan belajar mengajar (Sanjaya, 2016). Kehadiran
media pembelajaran interaktif dalam proses belajar mengajar telah membuat
suasana berbeda dalam kelas, karena materi yang dulunya diajarkan dengan
ceramah dan hanya monoton dapat divariasikan dengan menampilakan
tanyangahn berupa integrasi teks, suara, gambar bergerak dan video (Putri &
Sibuea, 2014). Menurut Asrul (2010) Pembelajaran interaktif memiliki
karakteristik yang meliputi: (1) dapat digunakan secara tidak urut maupun linear
sesuai dengan apa yang dikehendaki siswa, (2) konsep disajikan secara realistic
dalm konteks pengalaman siswa, (3) menerapkan prinsip ilmu pengetahuan dan
kontruktifis dan (4) materi disajikan secara interaktif. Media interaktif yang
dimaksudkan yaitu media interaktif Microsoft PowerPoint. Media pembelajaran
Microsoft PowerPoint dapat menampilkan informasi berupa tulisan, gambar,
animasi, serta suara sehingga siswa dapat lebih tertarik dalam mengikuti proses
pembelajaran (Nurlatifah, n.d.)
d. Crossword Puzzle atau Teki Teki silang
Menurut Fatnoah,dkk (2013) “Media TTS merupakan permainan bahasa
dengan cara mengisi kotak-kotak dengan huruf-huruf sehingga membentuk kata
yang dapat dibaca baik secara vertikal maupun horizontal”. Senada dengan
Hamidah (2020) Teka-teki silang adalah suatu permainan mengisi ruang-ruang
kosong berbentuk kotak dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah kata
berdasarkan petunjuk yang diberikan.
Media permainan teka-teki silang ( TTS ) adalah salah satu media yang
dapat digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan
media permainan ini dapat membuat suasana lingkungan belajar lebih

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 139


menyenangkan, menambah kosakata baru, dan mampu membuat suasana kelas
lebih kondusif.
Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpulkan pengertian dari media
permainan teka-teki silang adalah suatu media pembelajaran permainan bahasa
dengan cara mengisi kotak – kotak dengan huruf sehingga membentuk kata yang
tepat yang dapat mengusir kebosanan, melatih ejaan dan membuat suasana
kelas menjadi lebih kondusif dan menyenangkan.
Menurut Ariwibowo (2016) keunggulan dari media permainan teka-teki
silang adalah sebagai berikut.
1. Mengusir kebosanan
Mengerjakan teka-teki silang merupakan suatu aktivitas yang
menyenangkan. Teka-teki silang dapat merangsang siswa untuk berpikir kritis
dan kreatif sehingga mereka merasa tertantang untuk menyelesaikan teka-teki
silang tersebut.
2. Menambah perbendaharaan kosakata
Pemecahan teka-teki silang melibatkan beberapa keterampilan termasuk
kosakata dan penalaran. Untuk menjawab teka-teki silang, seseorang harus
mampu mengidentifikasi dan memahami istilah-istilah yang digunakan. Hal ini
sering kali melibatkan siswa dalam memperoleh kosakata baru.
3. Meningkatkan kemampuan mengeja
Jawaban pada teka-teki silang terbatas pada kosakata tertentu yang
dibubuhkan pada kotak dengan jumlah tertentu. Jawaban yang tepat menuntut
ketelitian dan kejelian dalam hal ejaan karena apabila terdapat kesalahan
fonem yang keliru, maka akan berpengaruh pada kotak jawaban lain.
4. Mengajarkan problem solving

140 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Teka-teki silang juga dapat dianggap sebagai sejenis permainan
intelektual linguistik yang dalam beberapa cara mirip dengan perdebatan
verbal. Mengisi teka-teki silang biasanya dilakukan dengan soal yang lebih
mudah terlebih dahulu karena jawaban tersebut dapat sebagai alat bantu
dalam menjawab pertanyaan lain yang bersinggungan dalam kotak yang sama.
5. Tidak pernah usang
Teka-teki silang dapat dikatakan telah menjelma sebagai hobi favorit
nasional karena teka-teki ini merupakan permainan yang menarik bagi segala
usia. Itulah sebabnya, teka-teki silang kerap kita jumpai di media cetak seperti
surat kabar, majalah, bahkan pada buku teks pelajaran dan LKS siswa. Teka-teki
silang juga dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif lebih singkat sehingga
tidak menghabiskan banyak waktu.
6. Menyelesaikan TTS sebagai pengalaman sukses.
Teka-teki silang merupakan salah satu model teka-teki (model lain
seperti Sudoku, Scrabble, Word Search). Mengerjakan teka-teki merupakan
salah satu cara “terbaik” untuk melatih otak. Aktivitas ini dapat meningkatkan
fungsi kerja otak melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berikut
pengalaman-pengalaman baru. Bagi siswa, sebagaimana diungkap Laksmi, dkk.
(2014) “memberikan kesempatan bagi siswa untuk membangun sendiri
pemikirannya”. Selain itu, karena menyelesaikan teka-teki silang membutuhkan
penalaran dan memori otak, kita akan merasa puas apabila kita mampu
menyelesaikan teka-teki silang tersebut dengan baik. Pengalaman ini terasa
seperti saat kita mampu menjuarai lomba atau kuis tertentu.
Jadi dari paparan tersebut dapat disimpulkan manfaat permainan teka-
teki silang adalah permainan yang mengusir kebosanan di kelas, membuat siswa
bermain sambil belajar karena teka - teki silang dapat meningkatkan
kemampuan mengeja, menambah perbendaharaan kata, problem solving dan

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 141


dapat melatih otak untuk meningkatkan fungsi kerja otak melalui pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan berikut pengalaman-pengalaman baru.
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan pada masa pandemi ini
adalah kurangnya minat siswa dalam pembelajaran khususnya matapelajaran
bahasa indonesia pada materi gagasan pokok dan gagasan pendukung di kelas
4. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu dilakukan suatu inovasi
pembelajaran penerapan power point interaktif diselingi permainan crossword
puzzle . Penggunaan media power point interaktif ini mampu menarik perhatian
siswa dan mampu meningkatkan minat belajar siswa pada materi gagasan pokok
dan gagasan pendukung pada teks deskripsi. Dengan power point interaktif ini
secara tidak langsung guru dan siswa dapat berinteraksi walau dipisahkan jarak
karena pandemi covid ini. Dengan diselingi permainan crossword puzzle ini selain
siswa bermain, siswa juga merefleksikan kembali pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Dengan crossword puzzle ini mampu membantu siswa dalam
menemukan jawaban dengan tepat sesuai kolom yang tersedia secara sistematis
dan terarah, yakni dengan menjawab pertanyaan mulai dari yang mendatar, dan
menurun dimana setiap jawaban yang sesuai akan menuntun siswa untuk
menjawab pertanyaan selanjutnya dengan benar sehingga dapat meningkatkan
minat belajar siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di masa pandemi.

Pengembangan inovasi pembelajaran PPT Interaktif Disertai Game Crossword


Puzzle
a. Media PPT Interaktif
Pada pembelajaran bahasa indonesia Kompetensi Dasar 3.1 Mencermati
gagasan pokok dan gagasan pendukung pada teks deskripsi yang diperoleh dari

142 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


teks lisan, tulis, atau visual. Guru meminta siswa untuk memperhatikan power
poin Interaktif yang di tampilkan

Gambar 3.1 Guru memberikan Gambar 3.2 Ketika siswa sudah


pertanyaan untuk di jawab siswa. menjawab guru menampilkan jawaban
yang benar.

Pada gambar 3.1, siswa di beri pertanyaan yang otomatis membuat siswa
penasaran dengan jawaban yang ada pada slide, dan memancing perhatian
siswa sehingga fokus terhadap power point interaktif. Kemudian pada slide
berikutnya siswa akan diberikan bacaan. Guru meminta siswa untuk mencari
mana gagasan pokok dan mana gagasan pendukung pada teks deskripsi.

Gambar 3.3 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk


mencari mana gagasan pokok dan gagasan pendukung pada teks
deskripsi

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 143


Pada gambar 3.3 guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencari paragaraf mana yang dinamakan gagasan pokok dan paragraf mana
yang menjadi paragraf pendukung. Setelah jawaban di dapat guru menampilkan
jawaban pada slide

Gambar 3.3 Guru menampilkan Gambar 3.4. Guru menampilkan


jawaban pada gagasan pokok pada gagasan pendukung
teks deskripsi.

Pada gambar 3.3 guru menampilkan jawaban dari gagasan pokok pada
bacaan tersebut, kemudian guru menjelaskan jika gagasan pokok pada bacaan
tersebut terletak pada paragraf pertama. Kemudian dilanjutkan pada gambar 5
yang dimana guru menampilkan jawaban dari gagasan pendukung yang di
tambah berbagai animasi yang membuat pembelajaran menjadi lebih menarik
sehingga meningkatkan minat belajar siswa sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran
Kemudian selingi suatu media crossword puzzle atau teka teki silang yang
dimana lembar dari crossword ini akan di share kepada siswa baik berupa file
maupun berupa kertas yang sudah siap di isi. Kemudian lembar tersebut dapat
disi ketika pembelajaran dilaksanakan.
b. Media Game Crossword Puzzle
Kemudian selingi suatu media crossword puzzle atau teka teki silang yang
dimana lembar dari crossword ini akan di share kepada siswa baik berupa file

144 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


yang dikirim melalui WA Grup, maupun berupa kertas yang sudah siap di isi.
Kemudian lembar tersebut dapat disi ketika pembelajaran dilaksanakan . selain
siswa bermain dengan media ini, siswa dapat melatih daya ingat otak dalam
pembelajaran yang sudah dilaksakan agar tersimpan lebih lama
Setelah guru sebelumnya sudah menshare lembar crossword atau teka
teki silang guru menampilkan teka teki silang itu berupa ppt interaktif .

Gambar 3.5 Guru menampilkan soal pada ppt interaktif

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 145


Pada gambar 3.5 guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
mencatat soal pad ppt dan setelah mencatat soal guru memberikan kesempatan
pada siswa untuk menjawab soal yang berkaitan dengan pembelajaran yang
sudah dilaksanakan.Setelah selesai menjawab soal guru dapat memulai
permainan teka teki silang ini Siswa yang menjawab tepat akan mendapat poin
tambahan.
Guru dapat merandam no berapa saja boleh duluan untuk di jawab siswa

Gambar 3.6. Contoh siswa yang menjawab tepat pada no 7.

Pada gambar 3.6 siswa menjawab dengan tepat , dan siswa


tersebut berhak mendapat poin tambahan , dengan media ppt interaktif
diselingi media crossword puzzle ini walau dalam masa pandemi pembelajaran
akan dapat berjalan maksimal, selain siswa mendapat pembelajaran menarik
siswa juga mendapat suatu permainan yang mengasah otak dan dapat
meningkatkan daya ingat siswa.

146 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


c. Penelitian yang Mendukung PPT Interaktif Disertai Game Puzzle
Dari penelitian yang dilakukan oleh Yuliana dan Hastina (2019) dengan
judul “Peningkatan Kemampuan Kognitif Siswa Melalui Metode Pratikum
Dengan Media Power Point Interaktif ” hasil dari penelitian ini terdapat
perbedaan antara siklus 1 dengan siklus 2 mengalami peningkatan, jadi pada
penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran metode praktikum
dengan media powerpoint interaktif pada materi Eubacteria dapat
meningkatkan kemampuan kogntif dan minat belajar siswa kelas X MIPA 4 di
SMAN 4 Palembang. Jadi dengan menerapkan media interaktif dapat secara
tidak langsung berinteraksi dengan siswa di sekolah dasar untuk meningkatkan
minat belajar dan mencapai tujuan pembelajaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahidah, Miftahul (2017) dengan judul
“Penerapan Media Power Point Interaktif Untuk Meningkatkan Keterampilan
Berbicara Siswa Kelas I SDN Genukwatu IV Ngoro Jombang” hasil dari penelitian
ini penerapan media powerpoint interaktif dapat meningkatkan keterampilan
berbicara siswa kelas I SDN Genukwatu IV Ngoro Jombang. Bukti secara kualitatif
dapat diketahui dari hasil pengamatan proses pembelajaran yang mengalami
peningkatan pada tiap siklusnya, yaitu siswa lebih aktif dan antusias dalam
pembelajaran, lebih percaya diri, lancar dalam berbicara, dan mampu
menggunakan kata secara tepat. Peningkatan hasil pengamatan pada pra-siklus
rata-rata 19,14, sedangkan pada siklus I mengalami peningkatan yaitu 36,
sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan 51,6. Sedangkan bukti secara
kuntitatif siswa mengalami peningkatan rata-rata, yaitu pada pra-siklus nilai
rata-rata 51,1, siklus I adalah 61,9, dan siklus II adalah 80,9.
Penelitian yang dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan Stutik, Fidiana
(2014) “Pengaruh Strategi Pembelajaran Crossword puzzle (Tekateki Silang)

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 147


Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas V SD 3 Temulus Mejobo Kudus Tahun
Pelajaran 2013 / 2014” hasil dari penelitian ini adalah Strategi pembelajaran
crossword puzzle (teka-teki silang) berpengaruh terhadap minat belajar siswa
kelas V SD N 3 Temulus, mengacu perhitungan uji-t diperoleh hasil analisis data
dengan taraf signifikansi 5% Siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap
mata pelajaran IPS dengan menggunakan strategi pembelajaran crossword
puzzle (teka-teki silang) ditinjau dari perasaan senang, perhatian, keterlibatan
siswa dalam pembelajaran dan ketertarikan siswa, sehingga hasil belajar siswa
cenderung lebih tinggi dari sebelum diterapkannya strategi tersebut. Jadi dalam
penggunaan ppt interaktif disertai crosword puzzle dapat meningkatkan minat
belajar siswa karena game crossword puzzle ini adalah media yang simple dan
sebagai sarana bermain sambil belajar karena pada soal crossword puzzle
terdapat soal soal yang merefleksikan kembali pembelajaran yang sudah
dilaksanakan sebelumnya, dan juga dapat melatih ejaan siswa dikelas IV.
Dalam Jurnal yang ditulis oleh Maria Widyastuti, Christina Agnesia (2020)
dengan judul “Upaya Memaksimalkan Pembelajaran Daring Selama Masa
Pandemi Covid-19 Di Universitas Katolik Darma Cendika” kesimpulan dari jurnal
ini menunjukan Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi dosen karena menjadi lebih
memahami cara memanfaatkan teknologi yang baik dalam menyikapi sistim
pembelajaran jarak jauh secara bijak dengan menyiapkan pembelajaran daring
secara menarik seperti ppt di tengah pandemi Covid-19. Jadi dalam penerapan
media interaktif ini dapat meningkatkan minat belajar siswa disertai dengan
crossword puzzle dapat menjadi saran siswa bermain sambil belajar , sekaligus
dapat meningkatkan daya ingat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Dalam Jurnal yang ditulis Sari Inda P. (2018) dengan judul
“Pengembangan Bahan Ajar Struktur Teks Deskripsi Berbasis Kearifan Lokal

148 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Tempat Wisata Di Lubuklinggau Siswa Kelas VII MTS Mazzro’illah Lubuklinggau”
Kesimpulan dari penelitian menunjukan Pengembangan bahan ajar struktur teks
deskripsi berbasis kearifan lokal tempat wisata Lubuklinggau secara umum
mampu memenuhi kebutuhan bahan ajar struktur teks, isi materi bahan ajar
struktur teks deskripsi berbasis kearifan lokal Lubuklinggau yang sesuai dengan
kebutuhan siswa kelas VII Mts Mazro’illah Lubuklinggau adalah bahan struktur
teks deskripsi berbasis kearifan lokal Lubuklinggau. Bahan ajar ini mengarah
pada contoh-contoh di daerah setemapat. Lubuklinggau. Pengembangan bahan
ajar struktur teks deskripsi berbasis kearifan lokal tempat wisata Lubuklinggau
dikategorikan layak untuk digunkan. Jadi dalam penerapan bacaan berbasis
kearifan lokal di bali dapat dijadikan bahan ajar yang layak digunakan saat
pembelajaran bahasa pada materi gagasan utama dan gagasan pendukung di
kelas IV sekolah dasar .
Dari beberapa jurnal yang telah disampaikan dapat diprediksi
penggunaan media pembelajaran powerpoint interaktif desertai game puzzle
dapat meningkatkan minat belajar pada materi gagasan pokok dan gagasan
pendukung di kelas IV Sekolah Dasar pada bacaan deskripsi berbasis kearifan
lokal di bali dapat meningkatkan minat belajar siswa .

Prediksi Penerapan PPT Interaktif disertai Game Puzzle


Kurangnya minat belajar siswa pada pembelajaran bahasa indonesia
Pada muatan gagasan pokok dan gagasan pendukung pada teks deskripsi
disebabkan kurangnya variasi pembelajaran yang dilakukan secara daring ini.
banyak siswa yang kurang antusias dalam pembelajaran bahasa indonesia
menyebabkan tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai. Sebagai salah satu
alternatif dalam meningkatkan minat belajar siswa adalah menggunakan power
point interaktif deselingi game crossword puzzle yang dapat meningkatkan minat

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 149


belajar siswa pada masa pandemii ini. Dengan pembelajaran yang bisa
berinteraksi tanpa harus bertemu dapat mencapai tujuan pembelajaran. Dengan
diselingi game crossword fazle selain mengusir kebosanan dalam belajar,
crossword ini dapat meningkatkan kemampuan mengeja siswa dan juga dapat
sebagai media refleksi pembelajaran yang sudah dilakukan agar pembelajaran
yang sudah tersampaikan dapat disimpan dalam waktu yang lama.
Berdasarkan simpulan diatas, dikemukakan dua saran sebagai berikut.
Pertama bagi Guru disarankan agar lebih kreatif untuk memberikan fasilitas
berupa sumber belajar dan kesempatan yang lebih besar bagi siswa pada
pembelajaran dengan menggunakan media power point interaktif diselingi game
crossword puzzle sehingga tercipta pembelajaran bermakna bagi siswa. Kedua
Peneliti lain Berdasarkan temuan penelitian, disarankan kepada peneliti lain
disarankan agar hasil penelitian ini digunakan sebagai refrensi untuk
melaksanakan penelitian selanjutnya atau menemukan inovasi kegiatan
pembelajaran lainnya yang bermakna bagi siswa.

150 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


DAFTAR PUSTAKA
Ariwibowo, Kunto Eric. 2016. Media Pembelajaran Diy: Membuat Flash Card Dan
Teka-Teki Silang Mandiri. Jurnal PBSD, FKIP, Universitas Widya Dharma
Klaten.
Asrul, A. (2010). Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Pelajaran
Bahasa Inggris Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Helvetia Medan.
Diyan, F., & Upik, Y. (2016). Pengembangan media pembelajaran multimedia
interaktif berbasis android pada materi plantae untuk siswa SMA
menggunakan Eclipse Galileo. Biodik, 2 (1), 1–6.
Fathonah S., Rani. Studi Komparasi Penggunaan Media Teka-Teki Silang dengan
Kartu pada Pembelajaran Kimia Melalui Pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL) terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Zat
Adiktif dan Psikotropika Kelas VIII SMP N 2 Ngasirojo, Wonogiri Tahun
Pelajaran 2011/2012, Jurnal Pendidikan Kimia, Vol.2 No.3,2013
Kurniasari, Anna Nurlaila. 2014. Sarikata Bahasa dan Sastra Indonesia.
Yogyakarta : Solusi Distribusi
Yuliana I., dan Yetty Hastiana (2019). Peningkatan Kemampuan Kognitif Siswa
Melalui Metode Pratikum Dengan Media Power Point Interaktif. Journal
Pendidikan Biologi. 3 (1)
Nurlatifah, A. (n.d.). Pengembangan Media Pembelajaran IPA Berbasis Microsoft
Office PowerPoint Interaktif Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Ngrukeman
Kasihan Bantul. Universitas PGRI Yogyakarta.
Putri, I. P., & Sibuea, A. M. (2014). Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif
Pada Mata Pelajaran Fisika. Jurnal Teknologi Informasi & Komunikasi
Dalam Pendidikan, 1(2), 145–155.
Sanjaya, R. (2016). Multimedia Interaktif Pelatihan Service Excellent
Menggunakan Pendekatan Story Based Learning. Jurnal Informatika, 3
(1), 100–1006.
Sari, Inda P., (2018). Pengembangan Bahan Ajar Struktur Teks Deskripsi Berbasis
Kearifan Lokal Tempat Wisata Di Lubuklinggau Siwa Kelas VII MTS
Mazro’illah Lubuklinggau Jurnal Sriwijaya Vol 2 no 1
Stutik, Fidiana (2014). Pengaruh Strategi Pembelajaran Crossword puzzle
(Tekateki Silang) Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas V SD 3 Temulus
Mejobo Kudus Tahun Pelajaran 2013 / 2014. Jurnal UMS

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 151


Wahidah, Miftahul (2017). Penerapan Media Power Point Interaktif Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas I SDN Genukwatu IV
Ngoro Jombang. Jurnal UIN Malang.
Widyastuti M., Agnesia C.,(2020). Upaya Memaksimalkan Pembelajaran Daring
Selama Masa Pandemi Covid-19 Di Universitas Katolik Darma Cendika.
Jurnal STIE. Vol 2 no 2 halaman 132.

152 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


BAGIAN IX

SOGUDMASI : MODEL PENGOPTIMALAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS


NARASI PADA SISWA KELAS V

Dewi Anjarsari, S.Pd.


Mahasiswa Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
Email: dewianjarsari23@students.unnes.ac.id
Pendahuluan

Mengarang atau membuat tulisan berbentuk prosa merupakan materi


sastra yang ada di SD, karena mengarang merupakan suatu kegiatan karya sastra
yang diluapkan secara spontan dengan mempergunakan imajinasi sebagai
pembantu akal pikiran, maka dalam penyajian materi membuat sebuah karangan
siswa hendaknya seorang guru menggunakan suatu cara atau teknik yang tepat
dan tidak hanya sebatas menugaskan untuk menulis seperti yang dilakukan
selama ini. Saat ini guru dituntutkan untuk mengajar lebih kreatif dan tidak
membosankan. Melihat fenomena tersebut, kiranya perlu dilakukan terobosan
baru dalam pembelajaran menulis, khususnya menulis karangan. Adapun model
pembelajaran yang bisa digunakan untuk mengajarkan menulis karangan yaitu
dengan model pembelajaran Sogudmasi.
Tujuan dari penulisan ini untuk mendiskripsikan model pembelajaran
Sogudmasi untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi siswa. Sogudmasi
merupakan penggabungan antara model pembelajaran serta media
pembelajaran yang akan memunculkan pengalaman baru siswa dalam
pembelajaran menulis karangan yang kurang menarik menjadi menarik dan
bermakna. Sogudmasi juga memiliki manfaat dalam meningkatkan keterampilan
menulis teks narasi pada siswa karena dapat membentuk ingatan emosional
dalam diri siswa dan dapat mengakomodasikan siswa yang lamban dalam
menerima pelajaran menulis karangan narasi. Tidak hanya menyajikan materi
yang dapat diterima dengan indera penglihatan saja akan tetapi juga mengajak
siswa untuk menggunakan indera pendengar, dengan demikian siswa juga dapat
belajar memperkaya kosakatanya karena siswa berkesempatan untuk melihat
penggunaan bahasa sekaligus mendengarkannya.
Adapun Langkah-langkah pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran dengan model pembelajaran Sogudmasi, yaitu: 1) pemaparan
video animasi; 2) pembentukan kelompok; 3) pemberian masalah; 4)
penyusunan teks narasi; 5) diskusi kelompok; 6) pemaparan hasil diskusi

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 153


kelompok; 7) evalusai dan refleksi. Tema pada penulisan teks narasi ini yang
ditampilan pada video animasi yaitu mengenai cerita-cerita rakyat, seperti asal-
usul suatu tempat ataupun cerita legenda. Cerita-cerita yang dipaparkan pun
cerita rakyat yang berasal dari daerah setempat daera dimana siswa tersebut
tinggal. Sehingga akan menumbuhkan pemahaman, pengetahuan dan
mengembangkan kearifan lokal atau budaya yang ada di sekitar daerah siswa.

Permasalahan Pembelajaran

Pendidikan merupakan persoalan yang sangat penting bagi setiap


manusia karena dapat menuntun seseorang kearah yang lebih baik. Pendidikan
dapat memperoleh manfaat pengetahuan dan kecakapan dengan melalui
pembelajaran yang disalurkan melalui pengajaran. Dalam pendidikan sekolah
dasar, ada empat aspek keterampilan yang perlu diajarkan yakni menulis,
berbicara, menyimak dan mendengarkan. Keempat aspek tersebut sangat
berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Menulis memiliki peran penting bagi
siswa karena dapat memudahkan siswa merasakan hubungan, memperdalam
daya tanggap dan persepsi siswa memecahkan masalah serta menyusun urutan
pengalaman. Keterampilan menulis diajarkan dalam pendidikan melalui proses
pembelajaran Bahasa Indonesia. Keterampilan menulis menjadi sarana untuk
merekam atau mengungkapkan pikiran, perasaan atas informasi yang diterima.
Berdasarkan wawancara dengan guru kelas di salah satu sekolah di
Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan kesulitan yang ia hadapi dalam proses
pembelajaran yakni untuk melatih keterampilan menulis teks narasi siswa.
Penulisan teks narasi memerlukan kemampuan berimajinasi yang kreatif. Karena
siswa kurangnya atau malas dalam membaca, siswa selalu berjalan-jalan di kelas
sehinga tidak fokus dalam belajar, serta siswa malas dalam membuat karangan
narasi.

154 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Rendahnya keterampilan menulis karangan narasi pada siswa tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor: 1) metode pembelajaran yang diterapkan guru
selama ini cenderung konvensional; 2) siswa kurang terampil untuk menemukan
ide dan gagasannya; 3) siswa kesulitan menuangkan idenya kedalam bentuk
tulisan dengan mnggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar; 4) pemilihan
kata atau diksi yang kurang tepat; 5) siswa belum maksimal kurang mampu
menentukan topik dan mengembangkan paragraf. Siswa dirangsang untuk
mengembangkan kemampuan berfikir dan berimajinasi. Buah pemikiran mereka
akan dihargai sehingga siswa akan terdorong untuk terus belajar.
Faktor rendahnya menulis karangan narasi siswa disebabkan karena
kurangnya kesempatan siswa dalam mengemukakan isi hatinya yang dituangkan
dalam bentuk tulisan. Akibatnya sering terjadi ketidaksesuaian antara isi
karangan, bentuk gambar, pada karangan narasi. Indikasi permasalahan tersebut
disebabkan oleh beberapa hal, namun yang paling dominan adalah sikap guru
yang hanya menggunakan metode ceramah saja, guru menganggap siswa
sebagai robot dan tidak pernah mengajak siswa untuk berdiskusi bersama, tidak
juga mengkondisikan kelas agar menjadi nyaman dan menyenangkan.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan maka dibutuhkan
sebuah inovasi dalam pembelajaran guna melatih keterampilan menulis teks
narasi oleh siswa kelas. Solusi yang dapat diterapkan yakni dengan penerapan
model Sogudmasi. Model Sogudmasi merupakan pengkolaborasian antara
model pembelajaran dan media pembelajaran yang telah dikembangkan
sebelumnya. Model pembelajaran Sogudmasi lebih mendekat kepada
pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menulis teks narasi pada siswa
karena dapat membentuk ingatan emosional dalam diri siswa dan dapat
mengakomodasikan siswa yang lamban dalam menerima pelajaran menulis
karangan narasi. Tidak hanya menyajikan materi yang dapat diterima dengan

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 155


indera penglihatan saja akan tetapi juga mengajak siswa untuk menggunakan
indera pendengar, dengan demikian siswa juga dapat belajar memperkaya
kosakatanya karena siswa berkesempatan untuk melihat penggunaan bahasa
sekaligus mendengarkannya.
Teori Konseptual Sogudmasi

Model pembelajaran Sogudmasi merupakan model pembelajaran yang


mengkolaborasikan model dan juga media pembelajaran. Pengkolaborasian
berbagai model pembelajaran dan media pembelajaran ini digunakan dengan
tujuan meningkatkan keterampilan menulis teks narasi pada siswa. Berikut teori
yang mendukung model pembelajaran ini.
a. SGD (Spontaneous Group Discussion)
Spontaneous Group Discussion (SGD) merupakan pembelajaran yang
masuk dalam kategori tipe metode informal dari model pembelajaran kooperatif
yang dalam pelaksanaannya memerlukan kerja sama antar anggota
kelompoknya agar tujuan dari model ini sendiri dapat terpenuhi. Menurut
Anggraini (dalam Simamora: 2019) menyimpulkan bahwa pembelajaran
Spontaneous Group Discuccion (SGD) dapat meningkatkan kemampuan
kreativitas dan hasil belajar matematika siswa. Sehingga model ini sangat
penting untuk dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah.
Huda (2015: 129) mengemukakan bahwa model Spontaneous Group
Discussion adalah model pembelajaran diskusi kelompok yang dilakukan secara
spontan dan tidak direncanakan sebelumnya. Jika siswa diminta untuk duduk
berpasangan atau berkelompok, maka kita akan lebih mudah untuk
menginstruksikan mereka untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, seperti
mencari makna sesuatu, mencari alasan tentang peristiwa tertentu, atau
memecahkan suatu masalah. Meskipun spontan, diskusi kelompok ini tetap

156 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


mengharuskan guru untuk memperhatikan lima elemen dalam pembelajaran
kooperatif. Kelima elemen pembelajaran tersebut antara lain interpredensi
positif, akuntabilitas individu, interaksi promotif, keterampilan sosial, dan
pemrosesan kelompok (Fathurrohman, 2015: 82). Spontaneous Group
Discussion merupakan model pembelajaran diskusi kelompok yang dilakukan
secara spontan.
Teknik pelaksanaannya pun sederhana, Huda (2015: 129) menjelaskan
langkah-langkah dari pelaksanaan model Spontaneous Group Discussion, yaitu:
1) guru menyuruh siswa untuk berdiskusi tentang sesuatu; 2) guru meminta
siswa untuk berkelompok atau membentuk kelompok; 3) setiap kelompok
disuruh guru untuk mengerjakan atau memecahkan masalah yang telah
diberikan guru; dan 4) guru memanggil kelompok tersebut satu per satu untuk
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
Spontaneous Group Discussion merupakan model pembelajaran yang
masuk dalam kategori tipe metode informal dari model pembelajaran kooperatif
yang dalam pelaksanaannya memerlukan kerja sama antar anggota
kelompoknya agar tujuan dari model ini sendiri dapat terpenuhi. Huda
mengemukakan bahwa model Spontaneous Group Discussion adalah model
pembelajaran diskusi kelompok yang dilakukan secara spontan dan tidak
direncanakan sebelumnya. Langkah- langkah model Spontaneous Group
Discussion Model Spontaneous Group Discussion merupakan model
pembelajaran diskusi kelompok yang dilakukan secara spontan.
b. Media Film Animasi
Salah satu film dapat dikemas melalui bentuk animasi atau gambar
bergerak. Menurut Ranang, dkk (2010: 51) animasi merupakan suatu teknik
visualisasi yang banyak sekali dipakai dalam dunia perfileman dewasa ini, baik
seb agai suatu kesatuan yang utuh, bagian dari suatu live action, maupun bersatu

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 157


dengan live action. Sebenarnya dunia film berakar dari dunia fotografi,
sedangkan animasi berakar dari dunia gambar, yaitu gambar ilustrasi dan desain
grafis. Melalui sejarahnya masing- masing, baik fotografi maupun ilustrasi
mendapat dimensi dan wujud baru di dalam film live action dan animasi.
Menurut Azhar Arsyad (2015: 50) film atau gambar hidup merupakan
gambar-gambar dalam frame di mana frame demi frame diproyeksikan
melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar
itu hidup. Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga
memberikannvisual yang kontinu. Sejalan dengan pendapat Azhar Arsyad,
menurut Sukiman (2012: 184-185) film merupakan media komunikasi sosial yang
terbentuk dari penggabungan dua indra, penglihatan dan pendengaran, yang
mempunyai inti atau tema sebuah cerita yang banyak mengungkapkan realita
sosial yang terjadi di sekitar lingkungan tempat di mana film itu sendiri tumbuh.
Keuntungan film dan video menurut Azhar Arsyad (2015: 50-51) yakni:
(1) film dan video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa
ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktik, dan lain-lain. Film merupakan
pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan objek secara normal
tidak dapat dilihat, seperti cara kerja jantung ketika berdenyut; (2) film dan video
dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara
berulang-ulang jika dipandang perlu. Misalnya langkah-angkah dan cara yang
benar dalam berwudu; (3) di samping mendorong dan meningkatkan motivasi,
film dan video menanamkan sikap dan segi- segi afektif lannya. Misalnya,
film kesehatan yang menyajian proses berjangkitnya penyakit diare atau eltor
dapat membuat siswa sadar terhadap pentingnya kebersihan m ak anan dan
lingkungan; (4) film dan video yang mengandung nilai-nilai positif dapat
mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa. Bahkan, flm

158 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


dan video, seperti slogan yang sering didengar, dapat membawa dunia ke dalam
kelas; (5) film dan video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat
secara langsung seperti lahar gunung berapi atau perilaku binatang buas; (6)
film dan video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil,
kelompok yang heterogen maupun perorangan; (7) dengan kemampuan dan
teknik pengambilan frame demi frame, film yang dalam kecepatan normal
memakan waktu satu minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit.
Misalnya lahirnya kuncup bunga hingga kuncup itu mekar.
Maka dapat diketahui bahwa film animasi adalah sebuah gambar yang
diproyeksikan sehingga terlihat seolah-olah gambar itu hidup. Media film
merupakan media yang melibatkan peran audio serta visual pemirsanya. Media
tersebut memiliki alur cerita serta tokoh-tokoh pemeran film tersebut. Cerita
disampaikan dengan gambar bergerak atau animasi, penyampainnya lebih jelas.
Dengan begitu, pemirsa akan lebih paham maksud dan arah pembicaraan.
Untuk membujuk agar pendengar tertarik, yang perlu dilakukan adalah hanya
mengemas animasi dengan gambar dan cerita yang menarik. Dengan begitu,
menyampakan menggunakan animasi akan lebih membuat pemirsa paham dari
pada dengan bahasa verbal.
Berdasarkan paparan diatas dapat ditarik kesimpulan maka dapat
diketahui bahwa film animasi adalah sebuah gambar yang diproyeksikan
sehingga terlihat seolah-olah gambar itu hidup. Media film merupakan media
yang melibatkan peran audio serta visual pemirsanya. Media tersebut memiliki
alur cerita serta tokoh-tokoh pemeran film tersebut. Cerita disampaikan dengan
gambar bergerak atau animasi, penyampainnya lebih jelas. Dengan begitu,
pemirsa akan lebih paham maksud dan arah pembicaraan. Untuk membujuk
agar pendengar tertarik, yang perlu dilakukan adalah hanya mengemas animasi
dengan gambar dan cerita yang menarik. Dengan begitu, menyampaikan

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 159


menggunakan animasi akan lebih membuat pemirsa paham dari pada dengan
bahasa verbal.
c. Keterampilan Menulis
Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan bahasa selain
menyimak, berbicara, dan membaca. Menulis adalah kegiatan yang dilakukan
seseorang untuk menghasilkan tulisan (Mudiono, 2019:119). Menulis bukan
sekadar menuangkan kata ke dalam bentuk tulisan, melainkan mempunyai
mekanisme dan sistematika di mana ide, gagasan, atau ilmu dituliskan dengan
struktur yang benar. Selain itu dipertimbangkan pula diksi dan bebas dari
kesalahan-kesalahan serta turut memperhatikan ejaan dan tanda baca. Zamzani
(dalam Ismi, 2016) mengatakan bahwa tradisi menulis dapat diartikan sebagai
suatu kebiasaan untuk menyatakan gagasan atau pendapat secara tertulis,
sedangkan tradisi membaca adalah kebiasaan orang untuk memanfaatkan
tulisan dalam rangka pengembangan pengetahuan.
Tarigan (dalam Ismi, 2016) mengatakan bahwa menulis merupakan suatu
kegiatan yang produktif dan ekspensif. Dalam kegiatan itu seorang penulis
haruslah terampil memanfaatkan struktur bahasa dan kosakata. Keterampilan
menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan haruslah melalui
latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Menurut Lailiyah (2018)
menyatakan menulis merupakan kegiatan menyampaikan atau mengungkapkan
perasaan, idea tau gagasan dalam symbol angka yang disusun rapi menjadi
sebuah kalimat yang penuh arti. Manfaat dari menulis adalah yang pertama yaitu
menimbulkan rasa ingin tahu dan melatih kepekaan dalam melihat realitas
disekitar. Kedua menambah wawasan untuk bahan menulis dari sebuah
referensi yang relevan. Tujuan menulis adalah agar pembaca mengetahui,
mengerti, menghayati dan memahami serta meniru nilai-nilai yang terkandung

160 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


dalam sebuah tulisan sehingga pembaca ikut berpikir, berpendapat atau
melakukan sesuatu yang berhubungan dengan isi tulisan.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang wajib
dimiliki seorang siswa. Selanjutnya Tarigan (dalam Fitri, 2020) juga menjelaskan
bahwa kemampuan menulis akan sangat membantu siswa dalam memperluas
pikiran, memperdalam pikiran, memperdalam daya tangkap, mencegah masalah
yang dihadapi, dan menyusun pengalaman. Akan tetapi bukan berarti ketiga
keterampilan berbahasa lainnya yaitu menyimak, membaca, dan berbicara di
anggap tidak penting, tetapi keterampilan menulis merupakan keterampilan
yang paling utama dan wajib dimiliki oleh seorang siswa. Menurut Lailiyah
(2018) menyatakan keterampilan menulis adalah kemampuan seseorang
menuangkan ide, gagasan, perasaan dalam bentuk bahasa tulis sehingga orang
lain yang membaca dapat memahami isi tulisan tersebut dengan baik.
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan menulis merupakan
suatu kegiatan yang produktif dan ekspensif. Dalam kegiatan itu seorang penulis
haruslah terampil memanfaatkan struktur bahasa dan kosakata. Manfaat dari
menulis adalah yang pertama yaitu menimbulkan rasa ingin tahu dan melatih
kepekaan dalam melihat realitas disekitar. Kedua menambah wawasan untuk
bahan menulis dari sebuah referensi yang relevan. tujuan menulis adalah agar
pembaca mengetahui, mengerti, menghayati dan memahami serta meniru nilai-
nilai yang terkandung dalam sebuah tulisan sehingga pembaca ikut berpikir,
berpendapat atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan isi tulisan.
d. Menulis Teks Narasi
Narasi merupakan salah satu jenis karangan yang ada pada pembelajaran
bahasa. Karangan narasi adalah karangan yang bercerita tentang suatu
rangkaian peristiwa yang dikaitkan dengan kurun waktu tertentu, baik secara
obyektif maupun imajinatif sehingga pembaca merasakan lika- liku cerita yang

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 161


dirangkai dalam sebuah peristiwa (Wibowo, 2001: 59). Sejalan dengan
pendapat di atas, Keraf (2010: 135-136) berpendapat bahwa, karangan
narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha menceritakan
suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolaholah pembaca melihat
atau mengalami sendiri peristiwa tersebut.
Teks narasi adalah suatu bentuk karangan yang mengisahkan tentang
suatu kejadian atau peristiwa yang disusun secara kronologis sehingga pembaca
seolah-olah mengalami sendiri peristiwa tersebut. Narasi dapat dibedakan
menjadi narasi sugestif dan narasi ekspositoris. Keraf (2010: 137-138)
mengungkapkan bahwa, narasi berdasarkan tujuan dan sasarannya dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu narasi ekspositoris bertujuan untuk
menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan.
Sasaran utama narasi ekspositoris adalah rasio, yaitu berupa perluasan
pengetahuan para pembaca setelah membaca kisah tersebut. Sebagai suatu
bentuk karangan narasi, narasi ekspositoris mempersoalkan tahap-tahap
kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para pembaca. Runtutan
kejadian atau peristiwa yang disajikan bermaksud untuk menyampaikan
informasi untuk memperluas pengetahuan pembaca. Narasi ekspositoris dapat
bersifat khas atau khusus dan dapat pula bersifat generalisasi.
Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajik an sek
ian rupa sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Pembaca menarik
suatu makna baru di luar apa yang diungkapkan secara eksplisit. Sesuatu yang
eksplisit adalah sesuatu yang tersurat mengenai subyek atau obyek yang
bergerak dan bertindak, sedangkan makna yang baru adalah makna yang
tersirat. Semua obyek dipaparkan sebagai suatu rangkaian gerak, kehidupan
para tokoh dilukiskan dalam suatu gerak yang dinamis, bagaimana

162 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


kehidupan itu berubah dari waktu ke waktu. Makna yang baru akan jelas
dipahami sesudah narasi itu dibaca, karena tersirat dalam seluruh narasi
tersebut.
Sebagai karangan yang terbentuk berdasarkan unsur, maka Kristiantari
(2004: 132), mengemukakan beberapa unsur yang dapat membangun karangan
narasi, yaitu. 1) tema, tema sering juga disebut sebagai dasar cerita, yaitu pokok
persoalan yang mendominasi suatu cerita. 2) tokoh cerita, yakni jalannya
sebuah cerita atau peristiwa dalam narasi selalu didukung oleh sejumlah tokoh
atau pelaku-pelaku tertentu. 3) latar, yakni penempatan waktu dan tempat
beserta lingkungannya di dalam cerita disebut. 4) waktu, suatu kejadian dapat
terjadi dalam sebuah rentang waktu, yaitu dari satu titik waktu menuju satu titik
waktu yang lainnya. 5) konflik, sebuah narasi disusun dari rangkaian tindak-
tanduk yang berhubungan dengan makna. 6) alur, merupakan rangkaian
peristiwa yang dijalin berdasarkan urutan waktu atau hubungan tertentu
sehingga membentuk satu kesatuan yang padu, bulat, dan utuh dalam sebuah
cerita.
Berdasarkan paparan diatas dapat disimulkan narasi merupakan suatu
bentuk wacana yang berusaha menceritakan suatu kejadian atau peristiwa
sehingga tampak seolaholah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa
tersebut.Sasaran utama narasi ekspositoris adalah rasio, yaitu berupa perluasan
pengetahuan para pembaca setelah membaca kisah tersebut. Sebagai suatu
bentuk karangan narasi, narasi ekspositoris mempersoalkan tahap-tahap
kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para pembaca. Pembaca
menarik suatu makna baru di luar apa yang diungkapkan secara eksplisit. Semua
obyek dipaparkan sebagai suatu rangkaian gerak, kehidupan para tokoh
dilukiskan dalam suatu gerak yang dinamis, bagaimana kehidupan itu berubah
dari waktu ke waktu.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 163


e. Model Sogudmasi
Model pembelajaran Sogudmasi merupakan salah satu inovasi dalam proses
pembelajaran yang mengkolaborasikan model pembelajaran dan juga media
video animasi. Model pembelajaran Sogudmasi merupakan akronim dari
Spontaneous Group Discussion dan media video animasi. Model ini merupakan
keterbaruan model dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran diskusi ini
harus diterapkan, karena ketika belajar siswa seringkali membutuhkan interaksi
bukan hanya pada guru namun juga pada teman-teman belajarnya untuk
membantu memahami materi pelajaran.
Model sogudmasi merupakan salah satu pembelajaran yang masuk dalam
kategori tipe metode informal dari model pembelajaran kooperatif yang dalam
pelaksanaannya memerlukan kerja sama antar anggota kelompoknya agar
tujuan dari model ini sendiri dapat terpenuhi.
Model Sogudmasi ini memiliki ciri yakni memberikan kesempatan bagi siswa
untuk berdiskusi dan bertukar pendapat mengenai materi dengan menampilkan
video animasi yang sedang dibahas. Disini siswa mengamati dan menganalisis
kejadian hal apa saja yang telah ditampilkan dalam bentuk video animasi.
Kemudian siswa mengeksplorasi dari video animasi yang tela diamati, disini
siswa mengulas sedikit tentang apa yang telah diamati. Kemudian siswa pun
menjelaskan atau sedikit menceritakan tentang film animasi yang sudah dilihat.
Langkah berikutnya yaitu mengasosiasi disini siswa berdiskusi mengenai film
animasi tersebut kemudia siswa diminta secara individu menuliskan karangan
teks narasi, Langkah berikutnya mengkomunikasikan, satu persatu siswa
bergantian memaparkan teks narasi yang telah dibuat ke depan kelas, dan
mempersentasikan di depan teman-temannya

164 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Model sogudmasi juga merupakan proses belajar yang dilakukan secara
spontan dan tidak direncanakan sebelumnya oleh guru. Dengan demikian,
dituntut adanya kesigapan dalam berpikir dan bertindak pada siswa serta siswa
memiliki kesempatan sangat banyak untuk bisa aktif dalam proses pembelajaran
di kelas.
Pengembangan Sogudmasi

Pembelajaran merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang juga


berperan dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Dari proses
pembelajaran itu akan terjadi sebuah kegiatan timbal balik antara guru dengan
siswa untuk menuju tujuan yang lebih baik. Oleh karena itu perlunya
penggunaan model pembelajaran dalam proses pembelajaran. Model
pembelajaran merupakan salah satu unsur dalam proses pembelajaran yang
dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara
berpikir, dan mengekspresikan ide.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematis dalam mengorganisasikan sistem belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
pembelajaran. Yang menjadikan pembeda antara model pembelajaran dengan
strategi, pendekatan, dan juga metode yakni terletak pada sintaks atau langkah-
langkah yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran.
Media pembelajaran dapat dikatakan sebagai alat bantu pembelajaran,
yaitu segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan siswa sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini masih cukup luas dan
mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode
yang digunakan untuk tujuan pembelajaran. Media pembelajaran biasanya

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 165


dipahami sebagai benda-benda yang dibawa masuk ke ruang kelas untuk
membantu efektivitas proses belajar mengajar.
Dari paparan tersebut maka penggunaan model dan media pembelajaran
pada proses pembelajaran biasanya dilihat dari kemudahan model dan media
pembelajaran digunakan saat proses pembelajaran, tanpa memikirkan apakah
model dan media tersebut sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses
pembelajaran tersebut. Sehingga dengan menerapkan penggunaan model serta
media dalam pembelajaran akan mempermudah proses pembelajaran serta
mengefektifkan proses pembelajaran yang terjadi.
Model pembelajaran Sogudmasi memiliki definisi yakni sogudmasi
merupakan gabungan kata dari Spontaneous Group Discussion (SGD) Model
pembelajaran diskusi ini harus diterapkan, karena ketika belajar siswa seringkali
membutuhkan interaksi bukan hanya pada guru namun juga pada teman-teman
belajarnya untuk membantu memahami materi pelajaran. Spontaneous Group
Discussion sendiri pada prakteknya merupakan strategi belajar yang dilakukan
secara spontan dan tidak direncanakan sebelumnya oleh guru menurt Lambok
(2019) dan media video animasi, menurut Siti Arafat (2020) menyatakan media
film animasi merupakan alternatif pembelajaran yang sangat baik diterapkan
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SD. Yang mana penggabungan
Spontaneous Group Discussion dan media film animasi ini berasal dari
kolaborasi antar model pembelajaran serta media pembelajaran dalam model
pembelajaran Sogudmasi. Dapat diartikan bahwa Sogudmasi merupakan model
pembelajaran yang mengajak siswa untuk memacu ide kreatif dengan cara
berdiskusi dan bertukar pendapat yang dilakukan dengan menggunakan media
pembelajaran.

166 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Model pembelajaran Sogudmasi merupakan model pembelajaran yang
mengolaborasikan antara model dan juga media pembelajaran dalam proses
pembelajaran. Model pembelajaran sogudmasi lebih mengadopsi proses
pembelajaran dengan berbantu media pembelajarn yang digunakan saat proses
pembelajaran. Media pembelajaran tersebut yaitu media video animasi.
Pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan media animasi untuk
meningkatkan daya berfikir siswa, karena dengan menggunakan media animasi
Media film merupakan media yang melibatkan peran audio serta visual
pemirsanya. Media tersebut memiliki alur cerita serta tokoh-tokoh pemeran film
tersebut. Cerita disampaikan dengan gambar bergerak atau animasi,
penyampainnya lebih jelas. Dengan begitu, siswa akan lebih paham maksud dan
arah pembicaraan. Selain itu, film juga dapat memberikan umpan balik
“tertunda” kepada siswa secara visual untuk menunjukkan tingkat kemampuan
mereka dalam mengerjakan keterampilan gerak, setelah beberapa waktu
kemudian. Untuk tujuan afektif film paling sesuai kalau digunakan untuk
mempengaruhi sikap dan emosi, yakni dengan menggunakan berbagai cara dan
efek.
Model Sogudmasi ini yang diterapkan dalam materi menulis teks narasi
dengan mengangkat tema yaitu tentang cerita rakyat yang berasal dari daerah
setempat daera dimana siswa tersebut tinggal. Sehingga akan menumbuhkan
pemahaman, pengetahuan dan mengembangkan kearifan atau budaya yang ada
di seitar daerah siswa, sepert legenda terjadi suatu tempat atau asal-usul, dan
cerita rakyat setempat. Sehingga dengan menggunakan model ini akan
mengajak siswa untuk mengerti budaya-budaya yang ada disekitarnya. Langkah-
langkah dalam model Sogudmasi untuk memacu ide kreatif menulias teks narasi
siswa SD kelas tinggi sebagai berikut.
a. Pertama, eksprolasi.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 167


Siswa diminta untuk mengamati video animasi yang ditampilkan oleh
guru, pada tahap ini merupakan tahap eksplorasi dimana siswa mengamati video
yang ditampilkan oleh guru dengan judul “Roro Jongrang”. Setelah siswa
mengamati video yang telah ditampilkan oleh guru. Siswa mengulas sedikit
cerita bagaimana cerita yang terdapat pada video animasi tersebut. Lalu siswa
Bersama dengan guru berdiskusi membahas tentang bagaimana cerita yang ada
pada video tersebut. Dengan memaparkan video yang berjudul “Roro Jongrang”
ini diharapkan akan meumbuhkan ide kreatif siswa, selain itu juga akan
menumbuhkan rasa ingin tahu tentang cerita legenda dan akan memunculkan
nilai-nilai kebudyaan yang ada pada daerah setempat. Serta adanya nilai kearifan
lokal pada paparan video yang ditampilkan.
b. Kedua, mengasosiasi.
Pada langkah kedua ini yaitu mengasosiasi, Pengolahan informasi yang
dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai
kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber
yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan
informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memproses
informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi
lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil
berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. Disini siswa dibagi menjadi
kelompok-kelompok, setelah itu siswa diminta untuk berdiskusi mengolah
informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat
kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/ informasi yang terkait
dalam rangka menemukan tentang apa yang telah diamatai dalam video animasi
tersebut. Kemudian disini siswa diminta untuk menyusun teks narasi yang ada
pada video animasi yang telah ditampilkan.

168 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


c. Ketiga, mengkomunikasikan
Pada lagkah ketiga ini yaitu mengkomunikasihkan, disini siswa diminta
untuk menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis
secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Jadi siswa memaparkan hasil tugasnya
ke depan kelas lalu mempresentasikan di depan teman-teman dari teks narasi
yang telah didiskusikan. Kegiatan lainnya adalah menuliskan atau menceritakan
apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan
menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru
sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut kemudian guru beserta
teman-teman yang lainnya menanggapi hasil dari persentasi lalu saling bertanya
jawab.
d. Keempat, Kesimpulan
Pada Langkah terakhir ini siswa bersama guru menyimpulkan materi yang
telah dipelajari, kemudian siswa dan guru bertanya jawab mengenai mana
materi yang masih belum jelas.

Prediksi Pengimplementasian Sogudmasi

Pengimplementasian model sogudmasi dalam proses pembelajaran akan


menjadikan siswa saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka,
akuntabilitas individual, dan keterampilan untuk menjalin hubungan antara
pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan siswa juga aktif
dan juga terpacu untuk mengembangkan ide-ide kreatifnya di dalam proses
pembelajaran. Hal ini disebabkan karena siswa didorong untuk berpikir secara
kreatif yang mana terjadinya diskusi kelompok yang tidak direncanakan
sebelumnya, tetapi dilaksanakan secara spontan dan sederhana. Model ini juga
akan menumbuhkan antusias belajar siswa, karena penggunaan model ini

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 169


dibantu dengan penggunaan media pembelajaran yaitu media video animasi,
sehingga proses pembelajaran tidah hanya terpacu pada buku teks saja.

Adaanya pemberian variasi model pembelajaran sesuai mata pelajaran


agar siswa tidak merasa jenuh dan lebih memahami pembelajaran.
Pembelajaran dengan model ini dirasa optimal dalam mendongkrak hasil belajar
siswa, pembelajaran juga akan menjadikan siswa menjadi aktif dan efektif.
Proses belajar bemula menarik rasa penasaran siswa sehingga akan
menumbuhkan rasa tertarik pada siswa, dalam hal ini akan menumbuhkan
pembelajaran yang bermakna dan akan meningkatkan keterampilan siswa
dalam menulis teks narasi dengan menumbuhkan pembelajaran menjunjung
nilai kearifan local yang ada pada masyarakat di daeah tersebut.

Model pembelajaran Sogudmasi ini juga akan menjadikan siswa


menumbuhkan rasa cinta terhadap kebudayaan di tempat tinggalnya, hal ini
disebabkan siswa menampilkannya video animasi yang mengeluarkan tema
tentag kebudayaan cerita-cerita asal daerah. Cerita-cerita yang dipaparkan pun
cerita rakyat yang berasal dari daerah setempat daerah dimana siswa tersebut
tinggal. Sehingga akan menumbuhkan pemahaman, pengetahuan dan
mengembangkan kearifan lokal atau budaya yang ada di seitar daerah siswa. Di
mana siswa akan mampu menuliskan dan mempresentasikan teks narasi dengan
rasa percaya diri di depan teman-temannya, dan juga melatih siswa untuk
mampu mengemukakan karyanya di depan teman-teman lainnya.

170 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


DAFTAR PUSTAKA

Azhar Arsyad. (2015). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


Fathurrohman dan Wuryandani, W. 2011. Pembelajaran PKn di Sekolah
Dasar: Untuk PGSD dan Guru SD. Yogyakarta: Nuha Litera.

Fathurrohman, M. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif: Alternatif Desain


Pembelajaran yang Menyenangkan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Gorys Keraf. (2010). Argumentasi dan Narasi. Jakarta : Gramedia Putaka Utama.
Henry Guntur Tarigan. (2008). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa.Bandung: Angkasa.

Hendry Guntur Tarigan. 2016. Peningkatan Ketreampilan Menulis Karanga


Deskripsi Menggnakan Media Audio Visul Pada Siswa Kelas V SD. Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 24 Tahun ke-5 2016

Huda, M. 2015. Cooperatif Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan


ModelTerapan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Huda, M. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu


Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ishak Abdulhak & Deni Darmawan. (2013). Teknologi Pendidikan. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Ismi, Nur. Zamzani.2016. Peningkatan Ketreampilan Menulis Karanga Deskripsi


Menggnakan Media Audio Visul Pada Siswa Kelas V SD. Jurnal Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Edisi 24 Tahun ke-5 2016

Khairani, I. (2013). “Perbandingan Hasil Belajar Fisika Siswa Yang Diajarkan


melalui Model Pembelajaran Spontaneous Group Discussion (SGD) dengan
Model Pembelajaranrn Student Team Achievement Divisions (STAD) di
SMP Negeri 1 Peukan Bada”. Skripsi. Universitas Syiah Kuala
DarussalamAceh.

Mudiono, A. 2019. Penerapan Model Thnik Talk Write untuk eningkatkan


Keterampilan Menulis Kalimat Efektif pada Siswa Kelas III SDN Sumbersari 1
Kota Malang. Jurnal Basicedu Vol 3 No 1 April 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN
2580-1147

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 171


Nur Lailiyah. 2018. Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Flash
Untuk Pembelajaran Keterampilan menulis Kelmbali Cerita Siswa Kelas IV
SD. JPGSD Volume 06 Nomor 07 Tahun 2018, 1150 - 1159

Ranang A.S, dkk. (2010). Animasi Kartun dari Analog Sampai Digital. Jakarta: PT.
Indeks

Rini Kristiantari. (2004). Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar, Menulis


Deskripsi dan Narasi. Sidoarjo: Media Ilmu

Ronald H. Anderson. (1987). Pemilihan dan Pengmbangan Media untuk


Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Rudi Sulisiana & Cepi Riyana. (2008). Media Pembelajaran. Bandung: FIP UPI.

Simamora Lambok dan Ulfah Hernaeni.2019. PENGARUH STRATEGI


PEMBELAJARAN SPONTANEOUS GROUP DISCUSSION (SGD) TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA.Jurnal
Pendidikan Gamedu. DOI: 10.5281/zenodo.2647487

Siti Arafat.2020. Penerapan Model Think Pair Share Berbantu Media Film
Animasi Untuk Meningkatkan Motivasi. Proceng Literasi Dalam Pendidikan
di Era Digital Untuk Generasi Milenial

Sukiman. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: PT


Pustaka Insan Madani, Anggota IKAPI.

Tarigan, Hendri Guntur. Fitri Jayanti. 2020. Jurnal Hasil Penelitian dan Kajian
Kepustakaan di Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran. Juli 2020.
Vol.6, No.2 e-ISSN: 2442-7667 pp.329-339

Teguh Trianton. (2013). Film Sebagai Media Belajar. Yogyakarta: Graha Ilmu
Wahyu Wibowo. (2001). Manajemen Bahasa. Jakarta : Gramedia Pustaka.

Zainurrahman. (2011). Menulis : dari Teori Hingga Praktik. Bandung : Alfabeta.

172 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


BAGIAN X

PEMANFAATAN UTAK-ATIK FENOMENA EBEG DALAM PENINGKATAN


KETERAMPILAN BERBICARA

Titis Handayani, S.Pd.


Mahasiswa Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
Email: handayanititis12@students.unnes.ac.id

Pendahuluan
Bahasa yang digunakan sehari-hari dalam lingkup pendidikan menjadi
salah satu permasalahan yang berasal dari input siswa yang berasal dari berbagai
kultur budaya dan bahasa, sehingga mempengaruhi proses interaksi.
Keberagaman kultur budaya dan bahasa sebagai salah satu penyebab miss
communication dapat diminimalisir dengan ilmu kebahasaan yang dapat
diterapkan di berbagai lapisan masyarakat. Pentingnya pembelajaran
antikorupsi harus dimulai dari pendidikan dasar agar tidak ada kemerosotan nilai
moral yang terjadi pada anak sekarang.
Fakta pada anak usia kelas tinggi masih rendahnya minat membaca
mengakibatkan kemampuan berbicara dalam proses pembelajaran bahasa
sangat rendah. Sehingga perlu dicarikan solusi dalam proses pembelajaran
Bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, dan analisis
kebutuhan dimana dalam proses pembelajarannya, aktivitas pembelajaran oleh
guru dan siswa harus diberi solusi inovatif dalam upaya meningkatkan
kemampuan berbicara menggunakan permainan ular tangga antikorupsi semi
teknologi. Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru kelas VI.
Dengan adanya permainan ular tangga antikorupsi semi teknologi yang
dikaitkan dengan materi belajar siswa tentang fenomena budaya lokal, selama
proses pembelajaran guru akan melaksanakan proses pembelajaran dengan
baik. Selain itu, siswa dalam pembelajaran kemampuan berbicara dengan
permainan ular tangga antikorupsi semi teknologi dapat mencapai tujuan akhir
dari proses pembelajaran sehingga kompetensi dasar 4.2 dan indikator
pencapaian dari aspek berbicara dapat tercapai. Adanya peningkatan aktivitas
siswa dan guru mampu memberikan motivasi dan percaya diri siswa sehingga
kemampuan berbicara siswa meningkat, dan menumbuhkan karakter jujur pada
siswa dengan media permainan ular tangga antikorupsi semi teknologi.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 173


Permasalahan Pembelajaran
Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi untuk berinteraksi dengan
sesama. Sebagai alat komunikasi dibutuhkan bahasa verbal untuk memudahkan
pemahaman komunikasi antar dan inter individu. Dilihat dari penggunaan
bahasa di lingkungan pendidikan sangat diperlukan agar hubungan timbal balik
dapat terjalin. Bahasa yang digunakan sehari-hari dalam lingkup pendidikan
menjadi salah satu permasalahan yang berasal dari input siswa yang berasal dari
berbagai kultur budaya dan bahasa, sehingga mempengaruhi proses interaksi.
Keberagaman kultur budaya dan bahasa sebagai salah satu penyebab miss
communication dapat diminimalisir dengan ilmu kebahasaan yang dapat
diterapkan di berbagai lapisan masyarakat. Permasalahan yang timbul di lapisan
masyarakat adanya perbedaan performa bahasa dikarenakan perbedaan
profesi, pendidikan, keyakinan/agama, kelas ekonomi, tempat tinggal, usia,
gender, dan status sosial.
Rendahnya minat membaca pada anak usia kelas tinggi mengakibatkan
kemampuan berbicara dalam proses pembelajaran bahasa sangat rendah. Pada
proses pembelajarannya Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan
maupun tertulis. Pengajaran Bahasa Indonesia di SD yang bertumpu pada
kemampuan dasar membaca dan menulis juga perlu diarahkan pada tercapainya
kemahirwacanaan.
Media permainan ular tangga merupakan alternative yang bisa digunakan
oleh guru sebagai sarana mendidik siswa dalam kemampuan berbicara. Dalam
permainan ular tangga, akan banyak komunikasi yang terjadi. Komunikasi yang
terjadi tanpa sadar dilontarkan siswa karena terbuai dalam alur permainan yang
menyenangkan. Permainan ular tangga ini dapat kita integrasikan dengan dasar

174 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


keterampilan yang lain, yakni keterampilan berbicara, membaca, menulis, dan
menyimak. Pentingnya pembelajaran antikorupsi harus dimulai dari pendidikan
dasar agar tidak ada kemerosotan nilai moral yang terjadi pada anak sekarang.
Dengan adanya permainan ular tangga antikorupsi ini, proses pembelajaran
kemampuan anak lebih terstimulasi secara efektif pada saat guru melakukan
semacam tes pada siswa untuk bercerita tentang permainan maka disini anak
meningkatkan belajar berbicaranya, menuangkan pengalaman dalam bermain
ular tangga dengan gaya bahasa anak sendiri dan menanamkan kejujuran dalam
proses bermainnya.
Kesenian memiliki peran sebagai media komunikasi, sehingga suatu
bentuk kesenian yang lahir, tumbuh dan berkembang berdasar situasi maupun
kondisi masyarakat dimana kesenian tersebut menampakkan eksistensinya,
serta mampu bertahan dalam perubahan jaman sekaligus menumbuhkan jiwa
tertentu, serta dapat menjadi karakter masyarakat tertentu, maka memelihara
dan melestarikan adalah suatu keniscayaan. Kesenian ebeg banyumasan
merupakan budaya yang lahir dari tradisi dan potensi masyarakat setempat,
untuk itu perlu dipelihara dan dilestarikan sebagai penghargaan terhadap seni
budaya yang telah diwariskan oleh leluhurnya, seni ebeg yang lahir dari
masyarakat dan menjadi alat komunikasi tradisional sehingga seni ebeg akan
selalu hadir dengan latar desa, adat, dan tradisi.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dan berdasarkan jurnal
penelitian yang saya temukan, maka ide yang dapat saya kembangkan mengenai
inovasi pembelajaran bahasa di kelas VI, ditemukan rumusan masalah yang akan
dibahas dalam artikel ini meliputi: (1) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan media ular tangga antikorupsi semi teknologi pada
kompetensi dasar 4.2. dengan materi teks eksplanasi dengan mengaitkan
fenomena budaya ebeg di kelas VI SD; (2) Bagaimana aktivitas siswa dalam

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 175


menggunakan media ular tangga antikorupsi semi teknologi pada kompetensi
dasar 4.2. dengan materi teks eksplanasi dengan mengaitkan fenomena budaya
ebeg di kelas VI SD; (3) Bagaimana hasil belajar siswa kelas VI SD dalam
kemampuan berbicara menggunakan media ulartangga antikorupsi semi
teknologi
Tujuan dalam penulisan artikel ini meliputi: (1) Mendeskripsikan aktivitas
guru dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media ular tangga
antikorupsi semi teknologi pada kompetensi dasar 4.2. dengan materi teks
eksplanasi dengan mengaitkan fenomena budaya ebeg di kelas VI SD; (2)
Mendeskripsikan aktivitas siswa dalam menggunakan media ular tangga
antikorupsi semi teknologi pada kompetensi dasar 4.2. dengan materi teks
eksplanasi dengan mengaitkan fenomena budaya ebeg di kelas VI SD; (3)
Mengetahui hasil belajar siswa kelas VI SD dalam kemampuan berbicara
menggunakan media ulartangga antikorupsi semi teknologi.

Teori Konseptual UTAK-ATIK


Utak-atik memiliki dua definisi/arti khusus yang menarik dan saling terkait.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Utak-atik memiliki arti
melakukan pekerjaan perbaikan dengan mencoba-coba. Sedangkan ide atau
gagasan UTAK-ATIK menurut penulis merupakan akronim dari Ular Tangga
Antikorupsi semi Teknologi, Informasi dan Komunikasi. Utak-atik ini merupakan
sebuah inovasi yang bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran Bahasa materi teks
eksplanasi yang dikaitkan dengan fenomena budaya setempat.
Dari kedua definisi utak-atik diatas, saling berhubungan karena dalam
pembelajaran Bahasa dapat dilakukan dengan cara mencoba-coba permainan

176 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


ular tangga antikorupsi semi teknologi yang dikaitkan dengan fenomena
setempat.
a. Ular Tangga
Permainan (games) adalah setiap kontes antara pemain yang berinteraksi
satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan
tertentu pula (Sadiman, 2007:75). Jadi, permainan merupakan cara bermain
dengan mengikuti aturan-aturan yang sudah disepakati bersama yang dapat
dilakukan secara individu maupun kelompok guna mencapai tujuan tertentu.
Menurut Wati (2017) dalam e-jurnalmitrapendidikan, Vol. 1, No. 1, Maret
2017 menyebutkan bahwa Ular tangga adalah permainan papan untuk anak -
anak yang dimainkan oleh 2 (dua) orang atau lebih. Permainan ini masuk
kedalam kategori “board games” seiring dengan munculnya monopoli, halma,
ludo dan sebagainya. Bisa dilihat bahwa permainan ular tangga tradisional ini
ringan (mudah dimengerti), sederhana peraturannya, mendidik dan menghibur
anak-anak dengan cara yang positif dan sangat interaktif. Papan permainan
dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar sejumlah
"tangga" atau "ular" yang menghubungkannya dengan kotak lain. Ular Tangga
adalah jenis permainan di mana pemain menggerakkan karakternya sesuai
dengan nilai dadu. Apabila karakter menyentuh tangga bagian bawah maka
karakter akan bergerak ke atas sampai ujung bagian atas tangga. Apabila
karakter menyentuh kepala ular maka karakter akan turun sampai ekor ular
(Ahmad Haris, 2010). Jadi, ular tangga merupakan bentuk permainan papan yang
dilakukan anak-anak untuk dimainkan 2 (dua) orang atau lebih, dimana ada
aturan dalam cara bermainnya.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 177


b. Antikorupsi
Menurut Becker, Hauser, dan Kronthaler (2013) dalam jurnal internasional
dengan judul “Fostering management education to deter corruption: what do
students know about corruption and its legal consequences?” menyebutkan
kebanyakan siswa kesulitan untuk mengidentifikasi perbuatan yang termasuk
korupsi dan akibat apa yang ditimbulkan oleh perbuatan korupsi tersebut.
Selanjutnya, usaha untuk mengantisipasi korupsi seharusnya memiliki kesadaran
untuk mengenali korupsi seperti yang disebutkan Tanaka (2001) dalam
International Journal Of Educational Management. Sudah tahu bahwa
perbuatan korupsi dilarang, tetapi tetap saja dilakukan karena lingkungan sekitar
dikelilingi oleh perbuatan-perbuatan yang serupa dengan korupsi. Oleh karena
itu, orang-orang sekitar secara tidak langsung menjadi contoh perbuatan yang
dilarang tersebut. Apalagi tingkat sekolah dasar, anak-anak mudah menirukan
apa yang mereka lihat secara langsung. Hal tersebut menjadi dasar pendidikan
antikorupsi perlu digalakkan di sekolah dasar. Menjadikan pendidikan
antikorupsi sebagai langkah preventif dalam pendidikan di sekolah dasar. Hal ini
bertujuan mengurangi tingkat korupsi tidak hanya cukup dengan hukuman saja,
tetapi juga harus membangun sistem yang intensif salah satunya melalui
kampanye pendidikan (Vaknin, 2009). Di sisi lain Akbar dan Vujic (2014) dalam
jurnal internasional dengan judul “Explaining corruption: the role of national
culture and its implication for international management” mengatakan untuk
mencapai target yang tinggi perlu dilakukan pada semua level masyarakat, dari
sekolah dasar sampai tempat kerja. Harapannya melalui pendidikan antikorupsi
di sekolah dasar akan menciptakan generasi yang bersih dan bebas korupsi.
Negara yang memiliki level yang lebih rendah dalam pendidikan,
ketidakefektifan sistem hukum, dan rezim politik yang totaliter mengakibatkan

178 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


pertumbuhan ekonomi lebih lambat, tingkat inflasi lebih tinggi, dan level korupsi
lebih tinggi (Evrensel, 2010).
Dengan adanya pembelajaran antikorupsi di pendidikan dasar, dalam
pembelajaran permainan ini secara tidak langsung akan membentuk pondasi
bagi siswa sekolah dasar agar dalam pelaksanaan permainan tidak melakukan
kecurangan dan berlatih jujur sejak dini. Bahkan pendidikan antikorupsi jika
sudah dilakukan di pendidikan dasar, akan menjadikan siswa untuk tidak
melakukan kecurangan.
c. Teknologi, Informasi, dan Komunikasi
Menurut Haris Budiman (2020) dalam Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan
Islam menyebutkan bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah payung
besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses
dan menyampaikan informasi. TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi
informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal
yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan
pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu
yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan
mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi
informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak
terpisahkan. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian
luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi,
pengelolaan, pemindahan informasi .
d. Fenomena Ebeg
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Ismah (2018) dalam Jurnal
Warna Vol. 2 meneyebutkan bahwa Ebeg merupakan salah satu kesenian yang
berkembang di daerah Jawa Tengah khususnya daerah sebelah selatan barat. Di
daerah tersebut diantaranya Banyumas, Purbalingga, Cilacap dan Kebumen.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 179


Ebeg merupakan sejenis tari-tarian yang menceritakan latihan perang pada
waktu itu. Biasanya pemain ebeg ada lima sampai delapan orang, yang diiringi
dengan gamelan dan seperangkatnya.
Seni ebeg merupakan warisan budaya yang harus dijaga regenerasinya.
Karena itu Untuk itu, masyarakat diminta tidak melupakan dan meninggalkan
seni budaya yang telah diwariskan oleh leluhur. Karena setiap pagelaran seni
budaya itu diwariskan secara turun temurun dan punya nilai yang tinggi seni
ebeg ini jangan ditinggalkan dan harus tetap ada dan dijaga regenerasinya.
Gerakan-gerakan seni ebeg bukan sekedar atraksi hiburan semata, akan tetapi
memiliki nilai sejarah yang kuat jika dulu atraksi seni ebeg bisa disaksikan hampir
setiap pekan karena para pelaku seninya banyak dan sering berkeliling. Namun
saat ini sudah jarang ditemui.
e. Keterampilan Berbicara
Keterampilan merupakan kecakapan, kecekatan atau kemampuan untuk
melakukan sesuatu dengan baik dan cermat (Poerwodarminto, 2004:1088).
Keterampilan berbicara termasuk salah satu dari empat keterampilan berbahasa
yang harus dikuasai anak atau siswa dalam pembelajaran keterampilan
berbahasa. Selain keterampilan menyimak, keterampilan membaca dan
keterampilan menulis. Keterampilan berbiara juga merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang dianggap sebagai alat kontrol sosial bagi manusia.
(Tarigan, 2001:15) mengatakan bahwa berbicara merupakan suatu bentuk
perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neorologis,
semantis dan linguistik yang sangat intensif.
Tujuan utama pembelajaran berbicara di SD adalah melatih siswa dapat
berbicara dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Untuk mencapai tujuan
tersebut, guru dapat menggunakan bahan pembelajaran membaca atau

180 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


menulis, kosakata dan sastra sebagai bahan pembelajaran berbicara. Misalnya
menceritakan pengalaman yang mengesankan, menceritakan kembali cerita
yang pernah didengar ataupun menyampaikan tanggapan terhadap persoalan
faktual yang dilihat, didengar dan dibacanya.
Sebagai pendukung upaya guru dalam membelajarkan pembelajaran
berbicara beberapa bahan pelajaran yang digunakan disesuaikan dengan
metode pembelajaran yang digunakan. Kesesuaian itu diperlukan karna antara
media/bahan pembelajaran dengan metode saling terkait. Bahan pembelajaran
tersedia apabila tidak didukung oleh metode yang tepat maka pembelajaran
menjadi tidak bermakna. Demikian pula jika metode pembelajaran dengan
prosedur yang teratur dan baik tetapi tidak dilengkapi dengan media atau bahan
ajar yang baik maka proses pembelajaran menjadi tidak baik pula.

Pengembangan Permainan UTAK-ATIK


Pemanfaatan UTAK-ATIK ini dimaksudkan untuk menciptakan
pembelajaran baru yang lebih inovatif dikaitkan dengan fenomena sekitar serta
membawa manfaat bagi pihak yang membutuhkan. Pembelajaran menggunakan
pemanfaatan permainan ular tangga antikorupsi ini bisa menggunakan ruang
kelas atau halaman sekolah dan siswa akan terlibat langsung sebagai pemain
menggunakan desain permainan yang besar. Sehingga setiap kotaknya nanti
akan ada nomor dan kertas QR Code, ketika siswa berhenti di salah satu nomer,
siswa tersebut akan menemukan soal yang berkaitan dengan fenomena ebeg
dengan cara scan QR Code menggunakan aplikasi scanner di perangkat
handphone. Setelah itu, siswa langsung menjawab pertanyaan terkait fenomena
ebeg dengan kesepakatan yang telah dilakukan. Misalkan dengan membuat
kesepakatan, jika bertemu ular harus menjawab dua pertanyaan sekaligus.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 181


Dalam permainan, juga harus dilakukan dengan jujur, bertanggungjawab dan
menyenangkan.
Permainan ini memiliki beberapa karakteristik, diantaranya mendorong
siswa untuk berpikir kritis dan kreatif, melatih siswa dalam bekerjasama dan
bersosialisasi, menumbuhkan mental (keberanian) siswa untuk berkomunikasi di
dalam forum, menumbuhkan sikap jujur, antikorupsi, melek teknologi, serta
menyenangkan.
Gambar 4. Desain UTAK-ATIK

Untuk desain papan raksasa ini tentunya membutuhkan tempat dan ruang
yang harus memadai. Kurang lebih desainnya seperti ini, tinggal menambahkan
ular tangga sesuai selera. Tentunya jika melibatkan siswa dalam proses
pembuatan UTAK-ATIK ini, misal dalam penentuan letak ular dan tangganya,
siswa akan lebih bersemangat dan akan merasa bangga karena terlibat langsung.
Kemudian untuk QR Code, bisa kita menggunakan alat QR Code yang disediakan
di perpustakaan sekolahan. Setelah semuanya selesai dipersiapkan, dapat kita
cetak MMT (Printer Metromedia Technologies) dengan ukuran 3m x 3m dengan
menambahkan gambar dan warna yang menarik perhatian.

182 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Prediksi Pengimplementasian UTAK-ATIK
Dari penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati (2017) dengan judul
“Meningkatkan Kemampuan Berbicara dengan Menggunakan Media
Pembelajaran Ular Tangga” didapat data yang diperoleh pada penelitian, bahwa
nilai rata-rata siswa sebelum menggunakan media ular tangga masih kurang.
Kekurangan ini dijadikan dasar pembenahan dalam proses berikutnya. Hasil
belajar siswa dapat uji dari penghitungan dengan memberikan tes pada siswa
yang telah mengikuti pembelajaran berbicara dengan media permainan ular
tangga antikorupsi. Siswa diberi permainan ular tangga secara berkelompok.
Siswa melakukan permainan, dalam permainan tersebut siswa melakukan
pembicaraan antar teman serta dengan guru. Kemudian guru melakukan
penilaian menggunakan beberapa indikator yaitu kejujuran dalam bermain,
kejelasan vokal, kekuatan vokal, kelancaran pengujaran, kefasihan pengucapan
dan intonasi.
Nantinya terdapat 21 aspek aktivitas guru yang akan digunakan sebagai
indicator pengambilan data dimana akan menunjukkan kemajuan yang
signifikan terhadap proses pembelajaran. Jika selama proses pembelajaran
menggunakan media permainan UTAK-ATIK guru mampu mempertahankan dan
memperbaiki kondisi dan situasi, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
penerapan permainan UTAK-ATIK dalam meningkatkan kemampuan berbicara
efektif diterapkan oleh guru.
Indikator penilaian aktivitas guru dalam penelitian sebelumnya
menggunakan media ular tangga yaitu menyampaikan materi dengan jelas
sesuai dengan hirarki belajar dan karakteristik siswa, melaksanakan
pembelajaran secara runtut, menggunakan media pembelajaran secara efektif
dan efesien, melibatkan siswa dalam pemanfaatan media pembelajaran,
menggunakan bahasa lisan secara jelas, baik dan benar, melakukan refleksi atau

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 183


membuat rangkuman dengan melibatkan siswa dapat ditingkatkan meski masih
ada 2 (dua) kegiatan yang dalam kategori kurang yaitu melaksanakan
pembelajaran yang bersifat kontekstual dan menumbuhkan sikap terbuka
terhadap respon siswa. Untuk rancangan observasi pada aktivitas guru nanti,
dapat kita tambahkan aspek menanamkan siswa agar dalam melakukan
permainan mempunyai sikap antikorupsi.
Kemudian untuk aktivitas siswa, siswa akan merasa senang dan lebih
tertarik karena dalam pembelajaran ini memberikan teknik belajar sambil
bermain, harus scan soal terlebih dahulu menggunakan aplikasi scanner QR
Code, serta harus melakukan permainan dengan jujur dan penuh tanggungjawab
sehingga akan terasa menyenangkan. Karena pada dasarnya siswa di SD di kelas
tinggi membutuhkan pembelajaran yang menyenangkan agar mudah untuk
dipahami. Indikator penilaian aktivitas siswa dalam penelitian sebelumnya
menggunakan media ular tangga yaitu mendengarkan/ memperhatikan
pembelajaran guru, diskusi teman sebaya atau dengan guru, megajukan ide atau
menanggapi pertanyaan. Untuk rancangan observasi pada aktivitas siswa nanti,
dapat kita tambahkan aspek melakukan permainan dengan menanamkan sikap
antikorupsi.
Hasil belajar siswa di kelas VI nantinya dapat diuji dengan memberikan
pertanyaan pada siswa yang telah mengikuti permainan berbicara melalui media
permainan UTAK-ATIK. Seperti yang dilakukan dalam tes siswa mula-mula dalam
menggunakan ular tangga antikorupsi ini indikator yang dinilai untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam belajar menggunakan media ular tangga
antikorupsi ini antara lain adalah kejelasan vokal, kekuatan vokal, kelancaran
pengujaran, kefasihan pengucapan dan intonasi, penggunaan kalimat efektif,
serta penggunaan kata baku.

184 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Y, H., Vujic, V. (2014). Explaining corruption: the role of national culture
and its implication for international management. Emerald Insight, 21
(2), 191-218.

Ambar Wati. (2017). Meningkatkan Kemampuan Berbicara Dengan


Menggunakan Media Permainan Ular Tangga. E-jurnalmitrapendidikan,
Vol. 1, Maret 2017 hlm. 68 – 82

Becker, K., Hauser, C., and Kronthaler, F. (2013). Fostering management


education to deter corruption: what do students know about corruption
and its legal consequences?. Crime law soc change, 60, 227-240.

Febryna Widowati, dkk. (2014). Penggunaaan Media Ular Tangga Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Tema Hiburan. JPGSD Volume
02 No. 01 Tahun 2014

Haris Budiman. (2017). Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam


Pendidikan. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 8 No. I
2017.

Ismah. (2018). Melestarikan Tari Ebeg Banyumasan Sebagai Upaya Memelihara


Kesenian Rakyat. Jurnal Warna Vol. 2, No. 2, Desember 2018.

MZ, Yumarlin. (2013). Pengembangan Permainan Ular Tangga Untuk Kuis Mata
Pelajaran Sains Sekolah Dasar. Jurnal Teknik Vol. 3 No. 1/ April 2013

Sadiman. 2007. Media Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Slamet Widodo. (). Membangun Pendidikan Antikorupsi Di Sekolah Dasar. Jurnal


Pendidikan Dasar. P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

Tanaka, S. (2001). Corruption in education sector: a suggestion for antisipatory


strategy. International journal of educational management, 15 (4), 158-
166.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 185


Vaknin, S. (2009). Financial crime and corruption 3rd edition. Lidija Rangelovska:
Sam vaknin’s United Press International (UPI).

186 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


BAGIAN XI

MATIC STORY PUTRI MANDALIKA BAGI PENINGKATAN KETERAMPILAN


BERBICARA SISWA KELAS TINGGI

Sobahul Khair, S.Pd.


Mahasiswa Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
Email: sobahulkhair58@students.unnes.ac.id

Pendahuluan

Keterampilan berbicara siswa perlu dikembangkan mengingat Sekolah


dasar (SD) sebagai penggalan pertama pendidikan dasar, seyongyanya dapat
membentuk landasan yang kuat untuk tingkat pendidikan selanjutnya. Sesuai
dengan tujuan sekolah yang harus membekali lulusannya dengan kemampuan
dan keterampilan dasar yang memadai, salah satunya yaitu kemampuan proses
strategis. Kemampuan proses merupakan suatu hal yang penting karna minat
siswa dalam mengembangkan keterampilan dalam berbicara masih rendah
sehingga siswa dalam penyampaikan pendapat, gagasan dan ide masih kaku.
Keterampilan siswa dapat dibangun dan digali dengan menggunakan model
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keberanian dan rasa percaya diri
siswa.
Salah satu model yang dapat digunakan untuk meningkatkan
keterampilan siswa dalam berbicara yakni dengan model pembelajaran matic
story putri mandalika. Tujuan dari penulisan ini yaitu untuk mendiskripsikan
keterampilan siswa dalam mengemukakan pendapatnya melalui cerita rakyat
Lombok dengan model pembelajaran matic story putri mandalika. Matic story
putri mandalika juga memberikan mamfaat kepada siswa untuk merasakan
secara langsung apa yang akan dikemukakan oleh siswa sehingga dapat
memberikan pengalaman kepada siswa yang kemampuannya masih kurang.
Matic story putri mandalika merupakan model pembelajaran yang
membuat siswa bisa mengembangkan rasa percaya diri juga keberanian mereka
dalam berbicara ataupun bercerita dan menambah pengetahuan mereka
tentang cerita yang ada di daerah mereka sendiri yang mana didalam cerita
tersebut terkandung nilai-nilai kehidupan yang melekat di dalam kehidupan
masyarakat seperti nilai kebaikan, budi pekerti, dan lainnya.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 187


Permasalahan pembelajaran
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang mendayagunakan
keseluruhan aspek dalam tubuh peserta didik. Retnawati (2016) mengemukakan
bahwa kurikulum 2013 mengharuskan siswa untuk menjadi manusia yang
memiliki kretivitas, produktif, inovatif, dan sikap yang luhur. Namun pada
kenyataannya tidak seluruh model pembelajaran mampu mengacu kepada
keseluruhan aspek-aspek tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa perlu adanya
perubahan yang harus dilakukan bagi guru untuk meningkatkan keterampilan
siswa dalam mengemukakan pendapat agar tujuan pembelajaran bisa tercapai
dengan baik juga menjadikan siswa semakin percaya diri dan berani dalam
berbicara.
Berdasarkan pengalaman dan kenyataan yang ada dilapangan sedikit
sekali siswa yang memiliki rasa percaya diri dan berani dalam mengemukakan
pendapatnya karna disaat guru memberika pertanyan ataupun siswa disuruh
maju untuk berbicara maka siswa tertentu saja yang akan melakukannya
sedangkan yang lainnya hanya melihat dan mendengarkan karna rasa percaya
diri dan keberanian mereka masih kurang. Oleh karna itu guru ada baiknya
melakukan upaya untuk mengubah metode pembelajaran yang digunakan,
karena bukan tidak mungkin keadaan belajar siswa sebagaimana uraian di atas
salah satunya disebabkan karena metode pembelajaran yang tidak sesuai
dengan keinginan dan keadaan belajar siswa dalam kelas. Salah satu upaya yang
dapat ditempuh guru adalah dengan menggunakan model pembelajaran matic
story putri mandalika.
Matic story putri mandilika merupakan sebuah model pembelajaran yang
menggabungkan antara model talking stick yang dalam pelaksanaannya
diperkuat dengan cerita putri mandalika. Penggabungan antara model ini

188 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


dengan cerita putri mandalika yang nantinya akan menghasilkan sebuah
kebaruan untuk mengatasi kendala dalam proses pembelajaran. Hal ini
Diperkuat dengan pendapat Sri Wahyuni (2013:66) menyatakan bahwa model
talking stick merupakan metode pembelajaran yang dipergunakan guru dengan
media stick dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. model ini
dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mengembangkan
intelektualnya serta mendorong siswa untuk bertindak aktif.

Teori Konseptul Matic Story Putri Mandalika


Model pembelajaran matic story putri mandalika merupakan model
pembelajaran yang mengkolaborasikan antara model pembelajaran dan cerita
rakyat lombok. Pengkolaborasian model ini digunakan dengan tujuan
peminimalan kendala yang dihadapi siswa dan guru dalam proses pembelajaran
pada materi menguraikan pendapat pribadi prihal isi buku sastra (cerita,
dongeng dan sebagainya). Berikut teori yang mendukung model pembelajaran
ini.
a. Model Pembelajaran
Istilah model dalam persepektif yang dangkal hampir sama dengan
strategi. Jadi, model pembelajaran hampir sama dengan strategi pembelajaran.
Menurut Sagala dalam (Fathurraohman 2015: 29), istilah model dapat dipahami
sebagai suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan suatu kegiatan. Model dirancang untuk mewakili realitas yang
sesungguhnya walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia yang
sebenarnya. Oleh karena itu, model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Secara konkrit, dapat dikemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dan
mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai
Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 189
tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman dalam perencanaan
pembelajaran bagi para pendidik dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Model Talking Stick

Talking Stick adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh


penduduk Asli Amerika untuk mengajak semua orang untuk berbicara atau
menyampaikan pendapat pada suatu forum. Model pembelajaran Talking Stick
dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang
diberikan secara bergiliran atau bergantian (Shoimin, 2014: 197-198). Talking
Stick dapat dikatakan sebagai model pembelajaran yang menggunakan media
tongkat sebagai alat untuk menentukan giliran dalam menjawab pertanyaan
yang nantinya diajukan oleh guru, sambil bernyanyi tongkat dijalankan dari satu
siswa ke siswa lainnya sampai lagu selesai atau berhenti dinyanyikan. Siswa yang
mendapat giliran memegang tongkat maka harus menjawab pertanyaan (Siti
Hajar, Gde Artawan, dan I Nengah Suandi, 2020).

Cerita Rakyat

Cerita rakyat adalah tradisi lisan yang secara turun temurun diwariskan
dalam kehidupan masyarakat. Cerita rakyat biasanya berbentuk tuturan yang
berfungsi sebagai media pengungkapan perilaku tentang nilai-nilai kehidupan
yang melekat di dalam kehidupan masyarakat. Pada sastra Indonesia, cerita
rakyat adalah “salah satu bentuk folklor lisan” (Bunanta, 1998, hlm. 21). Cerita
rakyat merupakan hasil imajinasi dan kreativitas pengarang dimasa lampau yang
memberikan pandangan yang berhubungan dengan renungan tentang watak
tokoh, tingkah laku, karakter tokoh serta beranekaragam pengalaman tentang
masalah dalam kehidupan sehari-hari.

190 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


b. Cerita Putri Mandalika
Dari sekian banyak legenda dan cerita rakyat dipulau Lombok, ada satu
cerita rakyat yang menjadi brand dari Lombok yakni kisah Putri Mandalika,
menurut buku Literasi Cerita Rakyat yang diterbitkan oleh Kantor Bahasa Nusa
Tenggara Barat, dikisahkan Putri Mandalika, yang lebih dikenal dengan nama
Mandalika adalah seorang putri yang lahir dari sebuah kerajaan dipulau Lombok
bernama kerajaan Tonjang Beru. Ia adalah seorang putri yang sangat cantik,
saking cantiknya sampai tersiar hingga ke pelosok negeri nusantara, namun
walau memiliki kecantikan ang sangat memikat sehingga membuat seluruh
pangeran dipenjuru negeri berniat melamar, namun sang putri tidak menerima
lamaran mereka dan pada akhir kisahnya diceritakan sang putri Mandalika terjun
dari tebing tepat pada waktu sebelum matahari terbit. Disaksikan oleh para
pangeran dan seluruh rakyat kerajaan, tiba-tiba keajaiban terjadi setelah sang
putri melompat dari tebing dan muncul “nyale” dari dalam laut menuju kepesisir
pantai, dan masyarakat pun percaya bahwa “nyale” tersebut adalah jelmaan
sang putri dan akan kembali disetiap tahunnya, dari kisah tersebut kini dijadikan
sebuah festival tahunan “Bau Nyale”.
c. Keterampilan Berbicara
Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada
kehidupan anak yang didahului oleh keterampilan menyimak, pada masa
tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah
barang tentu erat berhubungan dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh
anak melalui kegiatan menyimak dan membaca. Sebelum matang dalam
perkembangan bahasa juga merupakan suatu keterlambatan dalam kegiatan
berbahasa (Yulia Siska,2011). Pada dasarnya, keterampilan berbicara memiliki
hubungan erat dengan tiga keterampilan berbahasa lain, yakni keterampilan
menyimak, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Hubungan yang

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 191


dimaksud yakni, proses-proses berpikir yang mendasari bahasa (Tarigan, 2008).
Semakin terampil bahasa seseorang maka mencerminkan pikirannya, sehingga
jelas dan lugas pula jalan pikiranya. Keterampilan berbicara dapat diperoleh dan
dikuasai dengan praktik dan latihan. Melalui praktik dan latihan memproduksi
sistem bunyi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan
keinginan kepada orang lain maka keterampilan berbicara dapat terpenuhi
dengan baik.
d. Model Pembelajaran Matic Story Putri Mandalika
Model pembelajaran merupakan salah satu Langkah nyata yang
diaplikasikan dalam proses pembelajaran oleh seorang guru untuk menjalankan
pembelajaran sesuai dengan apa yang telah ia rencenakan. Model pembelajaran
tentunya memiliki perbedaan yang mendasar dengan strategi, model maupun
pendekatan. Yang menjadi pembeda mendasar antara model dengan lainnya
yakni terletak pada sintaks atau Langkah-langkah pembelajaran. Jadi pada model
pembelajaran ini Langkah-langkah sudah tersusun secara rapi dan beurutan
dengan tujuan mempermudah jalannya proses pembelajaran dan pembelajaran
dapat berjalan efektif.
Matic story merupakan sebuah susunan kata yang kaya akan makna,
dimana matic mengartikan sebuah hal yang akan langsung dapat diaplikasikan,
kemudian story mengartikan cerita. Maka matic story dapat diartikan sebagai
cerita yang akan menjadikan siswa secara langsung memiliki kemahiran untuk
berbicara atau bercerita.
Matic story putri mandilika merupakan sebuah model pembelajaran
uang digabungkan dengan cerita msayarakat Lombok. Model pembelajaran yang
dimaksudkan adalah model talking stick yang dalam pelaksanaannya diperkuat
dengan cerita putri mandalika. Penggabungan antara model talking stick ini

192 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


dengan cerita putri mandalika yang nantinya akan menghasilkan sebuah
kebaruan untuk mengatasi kendala dalam proses pembelajaran. Model ini
memiliki beberapa ciri yang sehingga mudah untuk diingat dan aplikasikan dalam
berbagai materi yang relevan dengan model ini.
Ciri pertama dalam model ini yakni mengajak siswa untuk
mengeksplorasi cerita-cerita kebudayaan yang ada di Indonesia khusus di daerah
Lombok pada cerita putri mandalika. Artinya pada model ini siswa diajak untuk
mencari tahu dan memahami kejadian-kejadian yang ada pada cerita tersebut
sehingga siswa bisa mengenal berbagai macam keanekaragaman cerita rakyat
khas Lombok yang salah satunya yaitu cerita putri mandalika.
Ciri lain dari matic story putri mandalika yakni mengajak siswa untuk
bernyanyi dalam proses pembelajarannya. Jadi dalam proses mengasah
keterampilan berbicara siswa juga dilakukan dengan bernyanyi. Fungsi dari
bernyanyi ini untuk memberikan rasa percaya diri bagi siswa mampu berbicara.
Selain itu model ini juga memiliki beberapa karakteristik dalam proses
pembelajarannya. Matic story ini memiliki karakter pembelajaran yang berbasis
penugasan, artinya dalam pelaksanaan pembelajarannya tidak habis dan selesai
dalam sekali pembelajaran saja, namun juga membutuhkan beberapa kali
pertemuan untuk menuntaskan pembelajaran. Selain itu model ini juga
mempunyai karakterstik team teaching atau kerja sama antara guru dan siswa
sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan baik sesuai dengan apa yang
diharapkan.

Pengembangan Matic Story Putri Mandalika


Model pembelajaran matic story putri mandalika memiliki arti yang dapa
diambil dari bahasa Indonesia maupun bahasa asing. Matic story putri mandalika
merupakan gabungan kata dari model pembelajaran talking stick dan cerita

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 193


rakyat khas Lombok yakni cerita putri mandalika. Yang mana penggabungan kata
ini berasal dari kolaborasi antara model pembelajaran dan juga cerita putri
mandalika. Dapat diartikan bahwa matic story putri mandalika merupakan
model pembelajaran yang membuat siswa bisa mengembangkan rasa percaya
diri juga keberanian mereka dalam berbicara ataupun bercerita dan menambah
pengetahuan mereka tentang cerita yang ada di daerah mereka sendiri yang
mana didalam cerita tersebut terkandung nilai-nilai kehidupan yang melekat di
dalam kehidupan masyarakat seperti nilai kebaikan, budi pekerti, dan lainnya
Model pembelajaran matic story putri mandalika ini yang diterapkan
pada KD 3.5 yang berbunyi menguraikan pendapat pribadi tentang isi buku
sastra (cerita, dongeng, dan sebagainya), dan juga KD 4.5 yakni
mengomunikasikan pendapat pribadi tentang isi buku sastra yang dipilih dan
dibaca senduru secara lisan dan tulis yang didukung oleh alasan. Dengan
hadirnya KD tersebut mengisyaratkan bahwa cerita yang diangkat mampu
digunakan untuk mengunggkapkan pendapat pribadi siswa, sehingga model
pembelajaran ini akan mengangkat tema yang berkaitan dengan cerita rakyat
yang ada di daerah Lombok, seperti cerita putri mandalika dan lain sebagainya.
Adapun Langkah-langkah dalam model pembelajaran matic story putri
mandalika adalah sebagai berikut:
a. Guru membuka pembelajaran. Disini siswa diajak oleh guru untuk sama-sama
membuka pelajaran dengan berdoa bersama menurut kepercayaan masing-
masing
b. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari. Pada tahapan ini siswa
menyimak ataupun bertanya bila ada masalah yang tidak dimengerti disaat
guru memberikan penjelasan tentang materi yang dibahas pada saat itu

194 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


c. Guru menyiapkan sebuah tongkat dan menyiapkan nama-nama siswa yang
akan berperan dalam cerita tersebut. Setelah membahas materi guru akan
menyiapkan tongkat dan nama siswa yang akan diberikan tugas seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya.
d. Guru kemudian berjalan menuju siswa dan memberikan siswa tongkat, setiap
siswa yang mendapatkan tongkat akan bertugas sesuai dengan peran yang
diberikan oleh guru. Pada tahapan ini
e. Setelah itu guru kembali menjelaskan setiap tugas yang sudah diberikan
f. Guru mengarahkan setiap siswa untuk mencari naskah cerita yang akan
dipelajari di internet ataupun ditempat lainnya, ini akan membuat siswa
bertanggung jawab atas tugas yang diberikan
g. Guru juga menyuruh siswa untuk membaca dan menulis kembali naskah
cerita yang sudah dicari karna ini akan memungkinkan minat baca dan
menulis siswa bisa dikembangkan
h. Guru memeberikan kebebasan kepada siswa untuk berimajinasi ataupun
mencontohkan peran yang diperagakan baik di rumah maupun didalam kelas
sebelum mempraktikkan cerita tersebut
i. Guru membimbing semua siswa untuk mempraktikan naskah cerita yang
sudah didapatkan
j. Guru memberikan kesimpulan kepada siswa tentang cerita tersebut
k. Guru melakukan evaluasi/penilaian
l. Guru menutup pembelajaran

Prediksi Pengimplementasian Matic Story Putri Mandalika


Pengimplementasian model matic story putri mandalika dalam proses
pembelajaran akan menjadikan siswa aktif dan juga terpacu untuk
membangkitkan rasa percaya diri dan keberanian siswa dalam mengungkapkan
ide-ide kreatifnya yang masih tersimpan dalam pikiran mereka dan juga
Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 195
menumbuhkan pendidikan karakter siswa. Hal ini disebabkan karena siswa
didorong untuk berpikir secara kreatif yang mana juga mendayagunakan pikiran
siswa sebagai proses pemerolehan informasi dari apa yang sudah mereka
ketahui.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran melalui penerapan model
pembelajaran Matic Story putri mandalika membuat siswa lebih aktif dan
antusias pada saat kegiatan pembelajaran, hal tersebut terjadi karena siswa
belajar dengan cara individu ataupun berkelompok, serta dengan menggunakan
model pembelajaran tersebut dapat merangsang pemikiran siswa untuk
mengungkapakan ide/gagasannya mengenai sebuah pokok bahasan, kemudian
siswa dapat membaca dan menuliskan kalimat dan menjelaskannya setelah
memahahi materi yang telah dipelajari. Penerapan model pembelajaran ini
dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
Model pembelajaran matic story putri mandalika ini juga akan
menjadikan siswa lebih mengenal budaya yang ada di Lombok, hal ini
disebabkan karena siswa diminta untuk mencari tahu tentang cerita rakyat atau
budaya yang ada di Lombok. Tak hanya terbatas pada mencari tahu saja, namun
dampak yang diberikan pada model ini yakni menambah minat membaca dan
menulis siswa juga melatih keberanian siswa dalam mengemukakan
pendapatnya dan mengetahui nilai-nilai nilai-nilai budaya yang dapat dijadikan
pelajaran, pandangan hidup dan lain sebagainya.
Diperkuat dengan pendapatnya Aisyah Puspita Sari, M. Nasirun, Anni
Suprapti dalam penelitian yang berjudul “penerapan media talking stick untuk
meningkatkan keterampilan berbicara anak usia dini di Tk Pertiwi 1 Kota
Bengkulu” Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada anak
kelompok B2 TK Pertiwi 1 Kota Bengkulu dapat disimpulkan bahwa: (1) Kegiatan

196 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


pembelajaran menggunakan media talking stick dapat meningkatkan
keterampilan berbicara anak yang meliputi aspek ketepatan pengucapan
(pelafalan), kenyaringan suara, pilihan kata, sikap tubuh, ekspresi dan
pandangan dan kelancaran berbicara yang dapat meningkatkan aspek
perkembangan bahasa anak dengan baik. (2) Kegiatan pembelajaran
menggunakan media talking stcik dapat meningkatkan keterampilan berbicara
anak, terbukti pada siklus I keterampilan berbicara anak mencapai nilai rata-rata
3,31 dengan kriteria cukup, dan meningkat pada siklus II mencapai nilai rata-rata
4,44 dengan kriteria baik.
Maka berdasarkan uraian di atas dan juga diperkuat dengan temuan
dalam penelitian di atas, maka matic story putri mandalika ini akan mampu
meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas IV. Di mana siswa akan
memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat pribadinya melalu model
ini. Model ini juga memberikan rasa percaya diri siswa dalam proses
mengemukakan pendapat pribadi untuk mengasah keterampilan berbicaranya,
karena model ini mampu menjadikan siswa merasa nyaman dan menyenangkan
selama proses pembelajaran

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 197


DAFTAR PUSTAKA
Aisyah Puspita Sari, Nasirun. M , Suprapti. A. (2017) Penerapan Media Talking
Stick Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini Di Tk
Pertiwi 1 Kota Bengkulu. Jurnal Ilmiah Potensia, Vol. 2 (2), 126-130

Bunanta, M. (1998). Problematika: Penulisan Cerita Rakyat di Indonesia. Jakarta:


Balai Pustaka.

Dany Arya Pratama. 2020. Perancangan Buku Pop Up Cerita Rakyat Lombok Putri
Mandalika. Skripsi. Program studi desain komunikasi visual Fakultas
teknik dan desain Universitas Bumigora Mataram

Fathurrohman, Muhammad. (2015). Model-Model Pembelajaran Inovatif:


Alternatif Yang Menyenangkan. Jogjakarta: Ar-Ruzz media.

Firmansyah, M. B. (2017). Model Pembelajaran Diskusi Berbasis Perilaku


Berliterasi Untuk Keterampilan Berbicara. Jurnal Ilmiah Edukasi & Sosial,
Volume 8, Nomor 2, September 2017, hlm. 119–125

Hajar, Gde Artawan, I Nengah Suandi. 2020. Penerapan Metode Talking Stick
Berbantuan Media Visual Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara
Teks Eksposisi. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa Indonesia,
Vol 9 No 1, Maret 2020

Mawar Sri Wulan Br. Sibuea1. Dian Syahfitri. 2018. Metode Tongkat Berbicara
(Talking Stick) dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara Menanggapi
Cerita Pendek. Jurnal Penelitian dan Pengembagan Sains dan
Humaniora, Vol 2(1) April 2018, h. 30-35

Ni Ketut Trianti Lestari, Mg. Rini Kristiantari, Ni Nyoman Ganing (2017). Pengaruh
Model Pembelajaran Talking Stick Berbantuan Lagu Daerah Terhadap
Hasil Belajar IPS. Journal of Education Research and Evaluation. Vol.1 (4)
pp. 290-297.

Retnawati, H. (2016). Hambatan Guru Matematika Sekolah Menengah


Pertama Dalam Menerapkan Kurikulum Baru. Jurnal Cakrawala
Pendidikan, 3(3), 390–403.

198 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Shoimin, Aris. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz media.

Sri Rezki Maulina Azmi. (2019). Peningkatan Keterampilan Berbicara


Menggunakan Metode Bercerita Siswa Kelas V Sekolah Dasar. JOURNAL
OF SCIENCE AND SOCIAL RESEARCH ISSN 2615 – 4307 (Print) February
2019, II (1): 7 – 11.

Sri Wahyuni, dkk. (2013). Penerapan Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar IPA Kelas IV Di SDN Posona. Jurnal Kreatif Tadulako Online
(Vol.1 NO.1, 2018)

Ummul, khair. (2018). Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Sastra (BASASTRA) di


SD dan MI. AR-RIAYAH : Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 2, No. 1.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 199


BAGIAN XII

BIBO SAS BAGI PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN

Resy Ardiansyah, S.Pd.


Mahasiswa Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
Email: Resyardiansyah@students.unnes.ac.id

Pendahuluan

Membaca merupakan salah satu keterampilan bahasa yang penting


bagi kehidupan manusia. Pembelajaran membaca sebaiknya diajarkan sejak dini
agar anak mampu membaca dan melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan baik
(Santrock 2007). Selain berguna bagi kehidupan, membaca juga penting untuk
memperoleh pengetahuan yang sangat luas Aulia, dkk (2019, hlm. 964).
Membaca menjadi salah satu alat komunikasi bagi anak untuk dapat menyerap
pengetahuan yang diajarakan, baik di sekolah maupun di rumah. Selain itu
dengan membaca wawasan anak akan bertambah luas. Pada kelas rendah,
membaca merupakan suatu hal yang sulit dan susah untuk dijelaskan. Dalam
meningkatkan kemahiran dalam membaca permulaan bagi siswa kelas rendah
ada banyak model dan media pembelajaran yang dapat diterapkan salah satunya
Bibo SAS.
Tujuan dari penulisan ini untuk mendeskripsikan media pembelajaran
Bibo SAS dalam upaya meningkatkan membaca permulaan siswa kelas 1. Bibo
SAS merupakan penggabungan antara media Big Book dengan bantuan metode
SAS di dalamnya. Media Bibo SAS ini, dikemas sedemikian rupa dan menarik agar
menambah minat membaca bagi siswa dengan disertai dengan gambar-gambar
yang menarik serta dengan penulisan yang sesuai dengan metode SAS itu
sendiri. Ada beberapa manfaat dalam menggunakan media Bibo SAS ini
diantaranya: 1) Pembelajaran jauh lebih menarik dengan adanya bantuan media
pembelajaran; 2) Media dilengkapi dengan gambar-gambar yang menarik; 3)
Ukuran media yang besar sehingga lebih jelas terlihat; 4) Ukuran huruf dan besar
serta penambahan metode SAS menjadi nilai tambah dalam media Bibo SAS ini.
Dengan media ini diharapkan dapat menjadi solusi dalam meningkatkan minat
membaca permulaan bagi siswa kelas rendah di sekolah dasar.

200 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Permasalahan Pembelajaran

Menurut data statistik dari (UNESCO) pada tahun 2017, dari total 61
negara, Indonesia berada di peringkat 60 dengan tingkat literasi yang rendah.
Peringkat 59 diisi oleh Thailand dan peringkat terakhir diisi oleh Botswana.
Sedangkan Finlandia menduduki peringkat pertama dengan tingkat literasi yang
tinggi, hampir mencapai 100%. Selain itu, data penelitian Internasional The
Programme for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2015, bahwa
kemampuan literasi membaca siswa Indonesia berada pada peringkat ke 64 dari
72 negara. Skor rata-rata membaca yang diperoleh siswa Indonesia adalah 397,
dengan skor rata-rata Internasional 496. Data ini menunjukkan bahwa
kemampuan dalam membaca siswa Indonesia di dunia Internasional masih
rendah. Oleh karena itu pembelajaran membaca sangat penting diajarkan sejak
dini supaya anak mampu membaca dan memahami kegiatan apa yang akan
dilakukan dalam sehari-harinya.
Sesuai dengan data tersebut, dilapangan banyak ditemukan anak-anak
yang enggan membaca buku. Salah satu alasan mereka tidak tidak mau
membaca karena mengalami kesulitan dalam membaca. Literasi berbahasa
berfokus pada pengembangan keterampilan dasar individu untuk memahami
dan menggunakan keterampilan berbahasa seperti keterampilan berbicara,
membaca, menulis, dan menyimak sebagai bagian yang integral Rahman (2018,
hlm. 14). Literasi ini penting untuk dikuasai siswa karena bahasa untuk alat
berkomunikasi, mengekspresikan perasaan, dan memahami suatu gagasan.
Untuk mendapatkan keterampilan literasi tersebut, perlu latihan sejak
dini. Sebagaimana pendapat Hartati. (2015, hlm. 145) yang menyatakan bahwa
keterampilan membaca diperoleh seseorang ketika mereka memasuki
pendidikan formal serta pembelajaran utama dan pertama bagi siswa sekolah
dasar di kelas awal. Keterampilan membaca permulaan diberikan saat anak
Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 201
berada di kelas rendah, di sekolah dasar. Keterampilan ini penting diberikan di
awal karena dapat mendukung terlaksananya proses pembelajaran, memahami
bidang studi lain, dan sebagai dasar bagi keterampilan membaca lanjut. Usia
ideal untuk mengenalkan bacaan adalah dari empat setengah sampai enam
tahun Hainstock (dalam Kurniaman, 2017, hlm 150). Inilah saatnya mengalihkan
dengan mudah minat anak dalam bahasa lisan.
Marlina (2017, hlm. 410) menyatakan bahwa kesulitan- kesulitan umum
yang dihadapi anak dalam belajar membaca adalah: (1) pramembaca pada
umumnya kesulitan anak dalam kurangnya memahami huruf; (2) membaca
suara, kesulitannya pada (a) membaca kata demi kata, (b) pemarafrasean yang
salah, (c) kesalahan pengucapan, (d) penghilangan, (e) pengulangan, (f)
pembalikan, (g) penggantian, dan (3) pemecahan kode (dekoding) yang meliputi
(a) kesulitan konsonan, (b) kesulitan vokal, (c) kesulitan kluster, diftong, digraf,
(d) kesulitan menganalisis struktur kata, dan (e) tidak mengenali makna kata
dalam kalimat. Oleh sebab itu, guru harus memberikan upaya yang terbaik agar
siswa memperoleh kemampuan membaca yang baik.
Masalah lain yang berkaitan dengan cara menyampaikan pembelajaran
adalah masih terdapatnya pembelajaran yang lebih berpusat pada guru
dibandingkan siswa. Hal ini dapat dipahami bahwa dengan karakter siswa yang
cenderung aktif, guru memilih menggunakan metode yang menjadikan siswa
diam di kursi masing-masing sambil menghafal huruf-huruf. Dengan metode
seperti itulah, siswa merasa pembelajaran membaca permulaan jadi
membosankan dan sulit dipahami. Wajar apabila dikemudian hari siswa menjadi
malas membaca.
Metode yang kurang kreatif dan tidak melibatkan siswa, serta tidak ada
media yang digunakan, merupakan kendala yang harus diatasi agar dapat

202 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


menjawab tantangan di era persaingan global yang penuh dengan informasi
sekarang ini. Untuk menuju masyarakat yang memiliki kegemaran membaca
yang tinggi tentunya harus diawali pengajaran membaca yang menunjukkan
kesan menyenangkan, sehingga pengajaran membaca permulaan adalah awal
untuk menanamkan pandangan tersebut.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan maka dibutuhkan
sebuah inovasi dalam pembelajaran guna peningkatan membaca permulaan di
kelas rendah. Solusi yang dapat diterapkan yakni dengan penggunaan media
Bibo SAS. Media Bibo SAS sendiri merupaka pengkolaborasian antara media Big
Book dengan motode SAS. Media Bibo SAS ini dikembangkan dengan harapan
dapat meningkatkan minat membaca dan mengatasi permasalahan dalam
membaca permulaan di keklas rendah.

Teori Konseptual Bibo SAS

Media pembelajaran Bibo SAS merupakan media pembelajaran yang


mengkolaborasikan antara media Big Book dengan menggunakan metode SAS
dengan tujuan dapat meningkatkan membaca permulaan siswa kelas 1 di
sekolah dasar. Berikut teori yang mendukung media pembelajaran ini.
a. Membaca Permulan
Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi
siswa sekolah dasar kelas awal yang diharapkan bagi anak dapat mendukung
terhadap kemampuan anak, meliputi kesanggupan, kecakapan, kekuatan untuk
berusaha dengan diri sendiri. (Partijem, Mohammad Zain, Milman Yusdi, 2017).
Kegiatan membaca dalam memperoleh pengetahuan terdiri dari beberapa
aktivitas. Keterampilan membaca mencakup aktivitas pengenalan kata,
pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Pada
kelas-kelas dasar yang dikenal dengan istilah membaca permulaan. Penekanan

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 203


membaca pada tahap ini adalah perseptual yaitu pengenalan korespondensi
rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa. Hal yang diutamakan dalam
pembelajaran membaca permulaan di kelas adalah agar siswa dapat membaca
kata-kata dan kalimat sederhana dengan tepat dan lancar. (Alfiahesty Choirotun
Nafiah, Farida Rahim, 2016). Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan
itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu
menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai sesuatu yang menyenangkan.
Membaca permulaan merupakan proses keterampilan kognitif. Proses
keterampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang
morfem. Sedangkan proses kognitif menunjuk pada pengguanaan lambang-
lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau
kalimat.
b. Metode SAS (Struktural Analitik Sistetik)
Metode SAS adalah suatu metode yang diawali secara keseluruhan yang
kemudian dari keseluruhan itu dicari dan ditemukan bagian-bagian tertentu dan
fungsi-fungsi bagian itu. Setelah mengenal bagian-bagian serta fungsinya
kemudian dikembangkan pada struktur totalitas seperti penglihatan semula.
Metode SAS dapat merangsang anak didik untuk melibatkan diri secara aktif,
karena anak didik selain mendengarkan, melafalkan, dan mencatat, juga
mempergunakan alat peraga. Metode Struktur Analisis Sintaksis (SAS)
merupakan metode membaca permulaan yang dalam operasionalnya memiliki
langkah membaca secara struktur, analisis, dan sistaksis.
Menurut Solchan (2009), metode Struktural Analitik Sintetik merupakan
metode yang mengawali pembelajarannya dengan menampilkan dan
memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Kalimat utuh yang dijadikan tonggak
dasar diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih kecil yang disebut

204 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


kata. Proses analisis atau penguraian ini terus berlanjut hingga sampai pada
wujud satuan bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi, yakni huruf-huruf.
Dipilihnya metode SAS karena siswa mulai melafalkan huruf, suku kata, kata, dan
kalimat sederhana dengan menggunakan vokal, lafal dan intonasi yang tepat
(Mulyati, 2009).
Menurut Akhadiyah, dkk (1991) langkah-langkah metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS) ini dilaksanakan dalam dua periode sebagai berikut: a.
Periode membaca permulaan tanpa buku, antara lain: (1) merekam bahasa anak;
(2) bercerita dengan gambar; (3) membaca gambar; (4) membaca gambar
dengan kartu kalimat; (5) proses struktural (s); (6) proses analitik (a); (7) proses
sintentik (s) dan b. periode membaca dengan buku.
Menurut Hairuddin, dkk (2007) menjelaskan bahwa proses penguraian
atau penganalisisan pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan
Struktural Analitik Sintetik (SAS), meliputi: a) Kalimat menjadi kata-kata; b.) Kata
menjadi suku-suku kata, dan; c) Suku kata menjadi huruf-huruf. Selanjutnya dari
huruf, suku kata dan kalimat.
Kelebihan metode SAS menurut Kurniasih dan Sani (2016) yaitu: (1)
Metode ini dapat sebagai landasan berfikir analisis; (2) Dengan langkah-langkah
yang diatur sedemikian rupa membuat anak mudah mengikuti prosedur dan
akan dapat cepat membaca pada kesempatan berikutnya; (3) Berdasarkan
landasan linguistik metode ini akan menolong anak dalam menguasai bacaan
dengan lancar. Metode yang dijelaskan diatas bukanlah metode yang terbaik
sebab “tidak ada metode terbaik dan juga tidak ada metode terburuk”. Setiap
metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode yang terbaik adalah
metode yang cocok dengan pemakaiannya, maksudnya yang sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan siswa (Kurniaman, O 2016).
c. Media Big Book

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 205


Media buku besar (big book) adalah sebuah media pembelajaran yang
berupa buku bacaan yang memiliki ukuran, tulisan, dan gambar yang besar.
Media big book memiliki karakteristik khusus yang dibesarkaan, baik teks
maupun gambarnya, sehingga memungkinkan terjadinya kegiatan membaca
bersama antara guru dan murid. Guru dapat memilih big book yang isi cerita dan
topiknya sesuai dengan minat siswa atau sesuai dengan tema pelajaran. Bahkan,
guru dapat membuat sendiri big book sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan peserta didik”. (Umar Sulaiman, 2017). Media Big Book biasanya
dicetak dengan ukuran besar. Ukuran besar yang dimaksud adalah ukuran A3
yang disajikan supaya lebih terlihat jelas. Terdapat kata-kata yang sesuai dengan
nama gambar dengan ukuran huruf yang besar pula. Gambar yang ada di dalam
media Big Book adalah gambar mengenai bagian-bagian tubuh manusia yang
kata-katanya terdiri dari dua suku kata.
Dengan membaca big book secara bersama-sama, timbul keberanian dan
keyakinan dalam diri siswa bahwa mereka sudah bisa membaca, dapat
mengembangkan semua aspek kebahasaan, dapat disekingi percakapan yang
relevan mengena isi cerita bersama siswa sehingga topik bacaan semakin
berkembang sesuai pengalaman dan imajinasi siswa. Penggunaan big book perlu
mendapat perhatian khusus. Selain pembuatannya memakan waktu dan tenaga
yang tidak sedikit. Big book pun membutuhkan pemikiran serius. Penggunaan di
dalam kelar perlu diatur sehingga pembelajaran membaca dan menulis bisa
menjadi efektif (Umar Sulaiman, 2017).
Big book dapat melibatkan ketertarikan anak dengan cepat karena
gambar yang dimilikinya, mengandung irama yang menarik bagi anak, memiliki
gambar yang besar, ada tulisan yang diulang-ulang, memuat kosakata yang
direncanakan dan sebagian diulangulang, mempunyai alur cerita yang

206 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


sederhana. (Sundari Septiyani, Nina Kurniah, Solehuddin, dkk, 2017). Media big
book memiliki beberapa kelebihan yaitu: 1) memberikan kesempatan kepada
anak untuk terlibat dalam situasi nyata dengan cara yang tidak menakutkan; 2)
memungkinkan anak melihat tulisan yang sama ketika guru membaca tulisan
tersebut; 3) memungkinkan anak secara bersama-sama dengan bekerjasama
memberi makna pada tulisan didalamnya; 4) memberikan kesempatan dan
membantu anak yang mengalami keterlambatan membaca untuk mengenali
tulisan dengan bantuan guru dan teman lainnya; 5) mengembangkan semua
aspek bahasa termasuk kemampuan keaksaraan dan pengungkapan bahasa; 6)
dapat diselingi dengan percakapan yang relevan mengenai isi cerita bersama
anak sehingga topik bacaan dan isi berkembang sesuai pengalaman dan
imajinasi anak. (Sundari Septiyani, Nina Kurniah, Lynch, Madyawati, 2017)
d. Media Pembelajaran Bibo SAS
Media pembelajaran Bibo SAS merupakan salah satu inovasi dalam
media pembelajaran yang mengkolaborasikan antara media Big Book dengan
berbantuan Metode SAS di dalamnya. Media ini memiliki beberapa ciri sehingga
mudah untuk diingat dan digunakan dalam berbagai materi yang relevan selama
dalam upaya meningkatkan kesulitan membaca permulaan siswa kelas 1 sekolah
dasar.
Adapun ciri-ciri dari media Bibo SAS ini antara lain :
a) Ukuran media yang besar dengan ukuran A3
b) Dilengkapi dengan gambar-gambar yang menarik
c) Tulisan-tulisan yang besar
d) Tulisan yang digabungkan dengan metode SAS
Selain ciri-ciri tersebut, media Bibo SAS ini juga mempunyai karakteristik
lain seperti penggunaan media yang tidak sulit, harganya yang terjangkau, serta
proses pembuatan yang tidak rumit. Selain itu juga, media ini bisa dibawa

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 207


kamana saja karena tidak berat dan bisa digunakan baik pembelajaran didalam
kelas maupun di luar kelas.
Pengembangan Bibo SAS

Media big book di Indonesia sudah digunakan di beberapa pelajaran dan


jenjang pendidikan. Banyak peneliti yang mengembangkan media pembelajaran
ini di tingkat Sekolah Dasar. Adapun penelitian yang terkait dengan
pengembangan inovasi ini yaitu, penelitian yang dilakukan oleh Alfiah Fitriani,
dkk (2018), bertujuan untuk membantu siswa dalam membaca permulaan
dengan metode suku kata dengan bantuan media Big Book pada kelas 1. Hasil
dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa Hasil uji kelayakan media big book
menunjukkan bahwa media big book sangat layak digunakan dalam
pembelajaran dengan persentase penilaian ahli media sebesar 86,5%, dan dari
ahli materi sebesar 80,3 %. Berdasarkan hasil belajar pretest dan posttest media
big book efektif digunakan dalam pembelajaran, dengan hasil t-test sebesar 0,00
< 0,05 dan N-Gain sebesar 0,74 dengan kategori tinggi. Dapat disimpulkan bahwa
media big book efektif terhadap keterampilan membaca permulaan dengan
metode suku kata siswa kelas satu.
Selain itu juga penelitian serupa dilakukan oleh Khoirun Nisa dan Ganes
Gunansyah pada tahun 2017 dalam Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(volume 05 nomor 03) dengan judul “Penggunaan Media Pembelajaran big book
Terhadap Kemampuan Literasi Informasi Siswa Kelas V SDN I Cerme Kidul Gresik.
Penelitian ini dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas di kelas V SDN 1
Cermai Kidul Gresik”. Penggunaan media big book dalam upaya meningkatkan
keterampilan memahami literasi menunjukkan hasil yang memuaskan. Dengan
hasil peningkatan yang baik setelah menggunakan media big book untuk

208 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


membantu pembelajaran di SD. Hal ini terbukti dari hasil post test jauh lebih
besar dari hasil pre test.Sehingga didapatkan hasil post test di kelas eksperimen
lebih besar daripada hasil post test di kelas kontrol, yang membuktikan bahwa
siswa telah dapat dan mampu dalam mengerjakan soal sesuai dengan informasi
yang diperoleh serta mampu untuk mengaplikasikan informasi yang telah
diperoleh melalui media pembelajaran big book.
Berdasarkan hasil dari bebrapa peneliti yang dilakukan sebelumnya
menunjukkan bahwa penggunaan media Big Book sangan cocok dikembangkan
dalam pembelajaran bahasa Indonesia dalam meningkatkan keterampilan
membaca permulaan pada siswa kelas 1 Sekolah Dasar, namun dalam
pengembangannya media big book yang penulis kembangkan adalah dengan
mengkolaborasikan antara media Big Book dengan metode SAS (Struktural
Analitik Sintetik).
Pengunaan media dalam pembelajaran dapat membantu siswa dalam
memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Penggunaan media dalam
pembelajaran dapat mempermudah siswa dalam memahami sesuatu. Dalam
meningkatkan keterampilan membaca permulaan pada kelas rendah dengan
menggunakan media big book dengan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik)
dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan interaktif karena adanya
penggunaan media dan metode pembelajaran yang tepat.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 209


Gambar 5. Media Bibo SAS

Media Bibo SAS sendiri merupakan media pembelajaran yang bisa


diciptakan oleh guru dengan mengkolaborasikan media Big Book dengan
metode SAS yang disesuikan dengan materi serta siswanya. Adapun
pengembangan yang dilakukan pada media Bibo SAS adalah dengan
memberikan gambar serta tulisan yang besar sehingga memudahkan siswa
dalam mengenali huruf, mengeja ataupun membacanya. Selain itu juga, dibuat
cerita pendek yang menarik yang dapat dinyayikan agar siswa lebih aktif dan
bersemangat dalam belajar membaca permulaan. Selain itu juga bentuk tulisan
yang menggunakan metode SAS di dalamnya, dapat mempermudah dalam
membaca permulaan bagi siswa kelas 1 sekolah dasar. Adapun yang
membedakan media Bibo SAS ini dengan media Big Book pada umunya adalah
pada bentuk tulisan yang ada di dalam buku tersebut. Dalam Bibo SAS setiap
lembarnya memiliki gambar yang sama namun bentuk tulisan serta ukurannya
yang berbeda sesuai dengan metode SAS itu sendiri yang mana pada gambar

210 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


pertaman dituliskan dengan kalimat yang utuh, lembar kedua dituliskan per suku
kata, kemudian di lembar ketiga diuraikan menjadi per huruf. Sehingga dengan
demikian, diharapkan siswa mampu meningkatkan keterampilan membaca
permulaannya.

Prediksi Pengimplementasian Media Bibo SAS


Pengimplementasian media Bibo SAS dalam proses pembelajaran akan
menjadikan siswa aktif dan juga tertarik dalam mengikuti disetiap aktivitas
pembelajaran yang dirancang oleh guru. Hal ini disebabkan dengan adanya
media pembelajaran yang menarik yang disertai dengan gambar-gambar yang
menarik dan tulisan yang besar. Media pembelajaran ini juga akan mengatasi
kejenuhan dan kesulitan siswa dalam proses pembelajaran khususnya pada
membaca permulaan kelas 1 sekolah dasar.
Sebelum pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan
media Bibo SAS dilaksanakan, guru harus menyiapkan atau menyediakan RPP
yang telah dibuat diimplenetasikan pada kegiatan pembelajaran Bahasa
Indonesia. Materi yang diberikan adalah teks kalimat sederhana tentang
membaca permulaan dengan tema diriku. Adapun langkah-lagkah dalam
pembelajaran dengan menggunakan media Bibo SAS sebagai berikut.
a. Pertama, Guru Membuka Kelas
Pada langkah ini, guru membuka kelas dengan memberikan salam
kepada siswa. Selain itu juga guru menanyakan kabar serta kesiapan siswa dalam
melaksanakan proses pelajara. Guru juga bisa melakukan ice breaking agar siswa
lebih bersemangat dan lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran lalu diikuti
dengan guru mengabsensi kehadiran siswa.
b. Kedua, Guru Memberikan Apersepsi
Pada langkah ini, guru memperlihatkan media Bibo SAS yang telah
dibuat. Lalu guru mengajak siswa untuk melihat serta menanyakan siswa gambar
Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 211
cover apa yang dilihat dari media tersebut yaitu gambar manusia. Selanjutnya
guru mengaitkan gambar yang dilihat siswa dengan diri siswa serta mengajak
dan memperkenalkan siswa nama-nama da bagian bagian dalam tubuh manusia.
Pada tahap ini bisa diselingi dengan aktifitas bermain seperti kepala pundak lutut
kaki sembari diperagakan.
c. Ketiga, Guru Membagi Kelompok
Pada langkah ini, guru melakukan pembagian kelompok sebanyak media
Bibo SAS yang telah dibuat. Pembuatan kelompok dibuat dengan tujuan supaya
media yang dibuat dapat dilihat jelas dan digunakan oleh siswa, serta
pengondisian yang lebih tertib dan optimal. Selain itu juga dengan berkelompok,
siswa lebih percaya diri dan melatih kerja sama dalam menyelesaikan
permasalahan.
d. Keempat, Guru Menjelaskan Materi
Pada tahap ini, pembelajaran dimulai dengan siswa mendengarkan dan
mengamati penjelasan dari guru mengenai materi ajar yang akan di sampaikan
yaitu dimulai dengan guru bercerita tentang yang ada di anggota tubuh manusia.
Inti kegiatan pembelajaran adalah guru memberikan contoh membaca
permulaan dengan suara nyaring dan menggunakan intonasi yang jelas,
kemudian siswa mengikuti. Guru memberikan contoh membaca permulaan
sesuai denga langkah-langkah yang digunakan yaitu metode SAS dimulai dari
membaca kalimat utuh (Tubuhku), kemudian menguraikan kata menjadi suku
kata (Tu- buh-ku), kemudian menguraikan suku kata menjadi huruf (T-U-B-U-H-
K-U) lalu menggabungkan huruf menjadi suku kata kata (Tu- buh-ku) dan –
menggabungkan suku kata menjadi kelimat utuh (Tubuhku).
e.Kelima, Melatih Membaca Permulaan

212 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan sebelumnya dilakukan secara
berulang. Siswa dan guru melakukan tanya jawab terkait membaca kalimat
sederhana dengan membaca permulaan menggunkan metode SAS tersebut.
Untuk memahami lebih lanjut siswa berdiskusi dengan teman sebangkunya
mendiskusikan bagaimana membaca yang baik dan benar terkait dengan teks
kalimat sederhana yang telah dicontohkan oleh guru sebelumnya. Kemudian
guru menunjuk salah satu siswa yang berani mencoba membaca kalimat
sederhana tersebut menggunakan suara nyaring dan intonasi yang jelas.
Sekiranya semua siswa sudah cukup paham membaca kalimat sederhana dengan
metode SAS guru memberikan ujian mandiri tes lisan untuk mengukur
kemampaun membaca permulaan siswa setiap individu dengan menggunakan
metode SAS.
f. Keenam, Tahap Penilaian dan Evaluasi
Pada tahap ini, seperti yang sudah dicontohkan oleh guru sebelumnya
siswa membaca kalimat sederhana yang disertai oleh gambar yang ada di media
Bibo SAS yaitu gambar bagian anggota tubuh manusia dengan bertuliskan “Kaki
Kiri”. Setiap siswa satu persatu maju ke depan kelas untuk membaca kalimat
sederhana yang telah diberikan dan dicontohkan oleh guru sebelumnya.
Kemudian guru melakukan penilain hasil belajar siswa yaitu kemampuan
membaca permulaan pada setiap siswa yang maju. Penilaian yang dilakukan oleh
guru adalah:
a) Membaca kalimat utuh (Struktural).
b) Menguraikan kalimat menjadi kata – suku kata – huruf (Analisis).
c) Menggabungkan huruf menjadi suku kata – kata – kalimat utuh (Sintesis).
d) Melafalkan dengan intonasi.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 213


Setelah melakukan tes uji lisan, guru melakukan refleksi pembelajaran
yang telah dilaksanakan dengan melibatkan siswa dengan cara bertanya jawab
untuk perbaikan langkah selanjutnya dan melakukan evaluasi pembelajaran.
g. Ketujuh, Mengakhiri Pembelajaran
Pada tahap ini, setelah kegiatan pembelajaran selesai guru dan siswa
menutup pembelajaran dengan membaca doa sesudah belajar yang dipimpin
oleh ketua kelas. Sebelum guru meninggalkan kelas siswa diingatkan kembali
untuk pembelajaran dipertemuan selanjutnya. Kemudian guru meninggalkan
kelas dengan mengucapkan salam.

214 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, S, dkk. (1991). Bahasa Indonesia I. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Aminah, S., & Yuliawati, F. (2018). Pengaruh Metode Struktur Analitik Sintetik
(SAS) Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Kelas I Di Sekolah
Dasar Muhammadiyah Kleco 1 Yogyakarta. AL-BIDAYAH: Jurnal
Pendidikan Dasar Islam. 10 (1), 1-16.

Aulia, M., Adnan., Yamin M. (2019). Penggunaan big book dalam pembelajaran
membaca permulaan di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu. 3 (3), 963-969.

Fatriani, A., & Samadhy, U. (2018). PENGEMBANGAN MEDIA BIG BOOK


TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN METODE
SUKU KATA. Joyful Learning Journal, 1-9.

Hairuddin, dkk. (2007). Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat


Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Hartati, T & Cuhariah, Y. (2015) Pendidikan bahasa dan sastra indonesia di


sekolah dasar kelas rendah. Bandung: UPI Press.

Kurniaman, O., & Noviana, E. (2017). Metode Membaca SAS (Struktural Analitik
Sintetik) Dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Di
Kelas I SD 79 Pekanbaru. Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau.
5 (2). 149-157.

Kurniasih, I & Sani, B. (2016). Ragam Pengembangan Model Pembelajaran.


Jakarta: Kata Pena.

Marlina, R. (2017). UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI


METODE SCRAMBLE PADA PESERTA DIDIK KELAS 1 SD NEGERI 002
BENTENG KECAMATAN SUNGAI BATANG. Jurnal Primary Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau, 6(2), 409-418

Mulyati, Y. (2009). Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Universitas


Terbuka.
Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 215
Nafiah, Alfiahesty Choirotun. (2016). PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN MELALUI METODE SCRAMBLE KALIMAT SISWA KELAS II SDN
1 SEDAYU. Jurnal Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 24
Tahun ke-5.

Nisa, Khoirun & Gunansyah, Ganes. (2017). Penggunaan Media Pembelajaran Big
book Terhadap Kemampuan Literasi Informasi Kelas V SD N 1 Cereme
Kidul Gresik. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 5 (1): 1374.

Partijem. 2017. Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Media


Flannel Pintar Kelompok A Tk Negeri Pembina Bantul., Jurnal Pendidikan
Anak, Volume 6, Edisi 1

PISA. (2015). Programme for International student assesment PISA.


Rahman. (2018). Kecakapan Literasi di sekolah Dasar: Universitas Pendidikan
Indonesia. Bandung.

Santrock, J. W. (2017). child Development. Boston:Mc graw-Hill.


Septiyani, Sundari., Kurniah, Nina. 2017. Pengaruh Media Big Book Terhadap
Kemampuan Berbicara pada Anak Usia Dini, Jurnal Potensia, PG-
PAUDFKIPUNIB, V o l . 2 N o . 1

Solchan, T.W. (2009). Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Sulaiman, Umar. 2017. Pengaruh Penggunaan Media Big Book Dalam


Pembelajaran Terhadap Keterampilan Literasi Siswa Kelas Awal Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Banta-Bantaeng Makassar Jurnal al-Kalam .Vol. IX No. 2.

216 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


BAGIAN XIII

PEMANFAATAN MEDIA AIR POPUDUS BERBASIS FIKSI LOKAL BAGI


PENINGKATAN SISWA BERPENDAPAT

Hilwa Layyina, S.Pd.


Mahasiswa Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
Email: Layyinahilwa@students.unnes.ac.id

Pendahuluan
Pendidikan di sekolah dasar memiliki peran penting karena merupakan
tahapan perkembangan bagi pendidikan maupun pribadinya. Usia sekolah dasar
kelas IV berada pada tahap operasional konkret. Di mana anak mampu
memecahkan masalah yang bersifat konkret. Salah satunya dalam permasalahan
pembelajaran adalah kemampuan berpendapat siswa dalam KD 3.5
menguraikan pendapat pribadi tentang isi buku sastra atau cerita fiksi pada kelas
IV sekolah dasar. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti mengembangkan Media
AIR POPUDUS yang dihubungkan antara model dan media pembelajaran yang
dikaitkan dengan cerita kearifan lokal KUDUS di dalam media tersebut terdapat
permainan yang akan membuat siswa senang dan tidak bosan dalam mengikuti
pembelajaran.
Penelitian ini sejalan dengan hasil dan dari jurnal penelitian lain yang
berhubungan dengan variabel pada penelitian ini. Sehingga adanya peningkatan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan media dan model pembelajaran
berpengaruh terhadap kemampuan dan motivasi belajar siswa pada kelas IV SD
pada muatan Bahasa Indonesia mengenai materi mengemukkan pendapat
dalam cerita fiksi yang dikaitkan dengan kearifan lokal Kudus.

Permasalahan Pembelajaran
Seiring dengan perkembangan zaman dunia pendidikan pun harus ikut
berubah. Guru sekarang dituntut lebih kreatif dan inovatif dalam
mengembangkan pembelajaran. Guru kreatif adalah guru yang mampu
menggunakan berbagai metode, media, model maupun pendekatan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Umumnya guru kreatif selalu peka terhadap

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 217


kebutuhan siswa. Guru kreatif akan selalu mengembangkan desain
pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa. Guru kreatif tidak akan
menyampaikan materi pembelajaran saja, tanpa memikirkan materi tersebut
bisa terserap atau tidak oleh siswa. Suasana pembelajaran yang dilakukan
bersama guru yang kreatif akan terasa menyenangkan dan jauh dari unsur
membosankan.
Sejauh ini masih jarang sekali ditemukan guru-guru yang menemukan
inovasi pembelajaran. Lagi-lagi guru cukup menggunakan metode, media, model
maupun pendekatan yang itu-itu saja dalam pembelajaran. Guru yang tidak mau
kreatif dan inovatif adalah guru yang egois kafena tidak pernah mau memikirkan
cara untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru yang egois juga tidak mau
berfikir dengan pembelajaran yang monoton seperti itu apakah siswa bisa
memahami pelajaran yang diberikan.
Inovasi pembelajaran dinilai sangat penting untuk mencapai tujuan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang aktif, efektif dan
efisien. Ide, gagasan, tindakan yang dianggap baru dalam bidang tertentu, untuk
memecahkan masalah yang muncul. Inovasi biasanya muncul karena adanya
keresahan pihak tertentu (misalnya guru) tentang penyelenggaraan kegiatan
(misalnya pembelajaran) dalam mengatasi masalah yang terjadi. Inovasi dalam
pembelajaran ini penting untuk menciptakan suasana belajar yang aktif,
menyenangkan, dan efektif untuk mencapai tujuan-tujan pembelajaran. Sejauh
ini, kegiatan pembelajaran di kelas seringkali dinilai menjadi sangat
membosankan karena belum menggunakan model pembelajaran aktif, efektif,
dan efisien. Guru masih menjadi pusat dari kegiatan pembelajaran.
Dalam Pembelajaran terdapat siswa yang kurang aktif dalam
pembelajaran tidak hanya disebabkan penggunaan model melainkan media juga

218 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


. Sebagian guru dalam mengajar cenderung menggunakan metode ceramah dan
guru kurang bisa menggunakan media yang tepat dalam pembelajaran,
menggunakan media itu repot dalam pembelajaran dengan jadwal mengajar
guru yang padat, kehadiran media dalam proses pembelajaran mempunyai arti
yang cukup penting. Kesulitan materi yang akan disampaikan kepada siswa dapat
dibantu dengan menggunakan media, selain itu penggunaan media dan bahan
ajar yang akan menjadikan materi lebih menarik. Meskipun media dapat
membantu siswa dan guru dalam proses pembelajaran, namun keberadaan
media yang kurang tersedia di sekolah akan menjadi kendala bagi seorang guru
dan ditambah lagi kurang tersedianya waktu dalam pembuatan media guru.
Guru yang dalam menggunakan media tidak sesuai dengan materi yang
diajarkan juga menjadi kendala dalam proses belajar mengajar. Guru masih
memakai atau menggunakan pembelajaran konvensional, dimana guru yang
berperan aktif sementara siswa lebih banyak diam, mencatat dan
mendengarkan sehingga pembelajaran menjadi monoton, sehingga motivasi
belajar siswa kurang dan hasil belajar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
masih belum sesuai dengan harapan. Siswa tidak berkonsentrasi dalam
menyimak pelajaran yang dijelaskan guru,hal ini di sebabkan kurangnya
konsentrasi dan daya tarik dari cara atau metode dalam proses belajar mengajar.
Model dan media pembelajaran yang di terapkan oleh guru tidak menarik
perhatian murid, seharusnya guru menggunakan model dengan bantuan media
pembelajaran sehingga anak lebih fokus.

Teori Konseptual Media AIR POPUDUS


Media AIR POPUDUS merupakan perpaduan antara model dan media
pembelajaran, model pembelajaran AIR ialah model pembelajaran yang
menganggap suatu pembelajaran yang efektif jika memperhatikan tiga hal yaitu

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 219


Auditory, Intellectually and Repetition. Auditory berarti indera telinga digunakan
dalam belajar dengan cara menyimak, berbicara, presentasi argumentasi,
mengemukkan pendapat, dan menanggapi. Intellectually berarti kemampuan
berpikir perlu dilatih melalui latihan benalar, menciptakan, memecahkan
masalah, mengkonstruksikan, dan menerapkan. Repettion berarti pengulangan
diperlukan dalam pembelajaran agar pemahaman lebih mendalam dan luas,
siswa perlu dilatih melalui pengerjaan, soal pemberian tugas dan kuis.
Sedangkan media POPUDUS merupakan media Pop Up Kudus seperti buku yang
memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur tiga dimensi serta
memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik, mulai dari tampilan gambar
yang dapat bergerak ketika halamanya. Dalam media POPUDUS terdapat
permaian ular tangga yang nantinya dalam media tersebut terdapat kartu soal
yang materinya dikaitkan dengan cerita kearifan lokal yang ada di Kudus.
Dari hubungan antara model dan media tersebut saling berhubungan
yang bertujuan untuk meningkatkan pendapat pribadi dalam cerita fiksi dalam
mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dikaitkan dengan cerita kearifan lokal
yang ada di Kudus, adapun mengenai kajian konseptual yang terdapat dalam
artikel ini sebagai berikut:
a. Pengertian Bahasa Indonesia
Bahasa merupakan suatu ungkapan yang mengandung maksud untuk
menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh
pembicara bisa dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara
melalui bahasa yang diungkapkan.
Kanzunnudin (2016:4) menjelaskan bahwa bahasa dinyatakan sebagai
lambang bunyi yang arbitter, karena lambang-lambang bunyi tersebut adanya
berdasarkan kesepakatan masyarakat pemakai bahasa yang bersangkutan.

220 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Setiap negara memiliki bahasa nasional, demikian pula bangsa Indonesia yang
memiliki bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia yang memiliki fungsi khusus
bagi bangsa Indonesia yaitu untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan
sesama bangsa di Indonesia. Susanto (2013:242) menyatakan bahwa
pembelajaran Bahasa Indoensia terutama disekolah dasar tidak akan terlepas
dari empat keterampilan berbahasa, yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Keempat keterampilan tersebut harus dimiliki seseorang agar dapat
berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik, baik secra lisan maupaun tertulis.
Berdasarkan uraian pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
Bahasa Indonesia adalah bahasa komunikasi bagi bangsa Indonesia yang dipakai
untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesama bangsa Indonesia.
b. Materi Mengomunikasikan Pendapat Pribadi dari Cerita Fiksi
Mengomunikasikan atau meyampaikan suatu pendapat merupakan salah
satu aspek dari keterampilan bahasa dalam aspek berbicara. Dalam
menyampaikan pendapat dimuka umum terbagi menjadi beberapa jenis. Salah
satunya yaitu jenis berbicara untuk melaporkan. Tarigan (2015:30) menjelaskan
bahwa berbicara untuk melaporkan dilaksanakan jika seseorang berkeinginan
untuk:
1. Memberi atau menanamkan pengetahuan
2. Menetapkan atau menentukan hubungan-hubungan antar benda-benda
3. Menerangkan atau menjelaskan sesuatu proses
4. Menginterprestasikan atau menafsirkan sesuatu persetujuan atau pun
menguraikan sesuatu secara tulisan.
Berbicara merupakan alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan
baik. Hal ini sesuai dengan tujuan berbicara menurut Tarigan (2015:16) yaitu
unuk berkomunikasi. Dengan berkomunikasi kita dapat untuk saling bertukar
pendapat, gagasan, perasaan dan keinginan melalui sebuah kata. kemampuan

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 221


berbicara dalam mengemukakan atau mengkomunikasikan pendapat mampu
memberikan siswa keberanian dalam berkomunikasi. Untuk mengungkapkan
suatu pendapat siswa harus mempersiapkan apa yang akan disampaikan, siswa
yang lainnya bisa mendukung argument yang disampaikan oleh temannya atau
bisa juga memperluas komentar.
Nurgiyantoro (2013:2) menjelaskan bahwa fiksi merupakan suatu karya
yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak
ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya pada
dunia nyata. Fiksi diartikan sebagai cerita rekaan, namun tidak semua yang
mengandung unsur rekaan disebut dengan karya fiksi. Wellek & Warren dalam
Nurgiyantoro (2013:8) mengemukakan bahwa realitas dalam karya fiksi
merupakan ilusi kenyataan dan kesan yang menyakinkan yang ditampilkan,
namun tidak selalu merupakan kenyataan sehari-hari. Dunia fiksi banyak yang
mengandung unsur berbagai kemungkinan dari pada kenyataan nyata, hal itu
terjadi diakibatkan oleh kreativitas pengarang yang bersifat tidak terbatas.
pengarang dapat mengkreasi dan memanipulais berbagai masalah kehidupan
yang sedang dialaminya baik itu nyata maupun tidak nyata, sehingga pengarang
dapat mengemukakan sesuatu atau menghasilkan sebuah karya yang hanya
mungkin terjadi, dapat terjadi, walau secara faktual tidak pernah terjadi.
c. Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)
Model pembelajaran AIR merupakan singkatan dari Auditory,
Intellectually, Repetition. Gaya pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition
(AIR) merupakan gaya pembelajaran yang mirip dengan model pembelajaran
Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually (SAVI) dan pembelajaran
Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK). Huda (2013:289) menytakan bahwa
terdapat perbedaanya yang terletak pada pada pengulangan (Repetisi) yang

222 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


bermakna pendalaman, perluasan, dan pemantapan dengan cara pemberian
tugas dan kuis (Huda, 2013:289).
Shoimin (2014:29) menyatakan bahwa belajar bermodel auditory, yaitu
belajar mengutamakan berbicara dan mendengarkan. Gaya belajar auditorial
adalah gaya yang mengakses segala jenis bunyi dan kata, baik yang diciptakan
maupun diingat. Maka guru sebaiknya melakukan hal-hal berikut ini, seperti: (1)
melakukan diskusi kelas atau debat, (2) meminta siswa untuk presentasi, (3)
meminta siswa untuk membaca teks dengan keras, (4) meminta siswa untuk
mendiskusikan ide mereka secara verbal, (5) melaksanakan belajar kelompok
(Huda, 2013:290). Meier (2013:95) mengatakan bahwa pikiran auditory kita
lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita terus-menerus menangkap dan
menyimpan informasi Auditory, bahkan tanpa kita sadari. Dan ketika kita
membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting otak kita
menjadi aktif. Menurut Meier (20013:99) intelektual adalah penciptaan makna
dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan
pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru, dan belajar. Intellectually juga
bermakna belajar haruslah menggunakan kemampuan berfikir, konsentrasi,
menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengontruksi,
memecahkan masalah, dan menerapkan (Shoimin, 2014:29).
Repetition merupakan pengulangan dengan tujuan memperdalam dan
memperluas pemahaman siswa yang perlu dilatih melalui pengerjaan soal,
pemberian tugas, dan kuis (Huda, 2013:291). Pengulangan dalam kegiatan
pembelajaran dimaksudkan agar pemahaman siswa lebih mendalam, disertai
pemberian soal dalam bentuk tugas latihan atau kuis. Melalui pemberian tugas
diharapkan siswa lebih terlatih dalam menggunakan pengetahuan yang didapat
untuk menyelesaikan soal dan mengingat apa yang telah diterima. Sementara
pemberian kuis dimaksudkan agar siswa siap menghadapi ujian atau tes yang

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 223


dilaksanakan sewaktu-waktu serta melatih daya ingat dari siswa (Shoimin,
2014:30). Jika guru menjelaskan suatu unit pelajaran, guru harus mengulangnya
dalam beberapa kali kesempatan. Ingatan siswa tidak selalu stabil, karena itu
siswa mudah lupa dengan materi yang sudah diajarkan. Untuk itulah guru
membantu mereka dengan pengulangan pelajaran yang sedang atau sudah
dijelaskan. Pelajaran yang diulang akan memberi tanggapan yang jelas dan tidak
mudah dilupakan, sehingga siswa bisa dengan mudah mengingat materi
pelajaran yang diajarkan. Pengulangan bisa diberikan secara teratur, pada
waktu-waktu tertentu, atau setiap kali materi pelajaran selesai diberikan
maupun pada saat-saat tertentu jika dianggap perlu (Slamet dalam Huda,
2013:291-292). Adapun langkah-langkah pembelajaran AIR (Auditory,
Intellectually, Repetition) menurut Shiomin (2014:30) sebagai berikut:
a) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
b) Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru.
c) Setiap kelompok mendiskusikan tentang materi yang mereka pelajari dan
menuliskan hasil diskusi tersebut dan selanjutnya untuk dipresentasikan di
depan kelas (Auditory).
d) Saat diskusi berlangsung siswa mendapat soal atau permasalahan yang
berkaitan dengan materi. Masing-masing kelompok memikirkan cara
menerapkan hasil diskusi serta dapat meningkatkan kemampuan mereka
untuk menyelesaikan masalah (Intellectually).
e) Setelah selesai berdiskusi, siswa mendapat pengulangan materi dengan cara
mendapatkan tugas atau kuis untuk tiap individu (Repetition). Setiap model
pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan seperti halnya pada model
pembelajaran AIR.

224 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Berdasarkan uraian tentang model pembelajaran AIR (Auditory,
Intellectual, Repetition) tersebut peneliti menyimpulkan bahwa model
pembelajaran AIR (Auditory, Intellectual, Repetition) sangat tepat dan efektif
diterapkan pada pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV. Karena model
pembelajaran AIR merangsang siswa untuk belajar secara efektif melalui proses
auditory, membantu siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
dan membangun pengetahuannya, selain itu melalui model AIR siswa dapat
mempelajari materi pelajaran secara lebih mendalam melalui kuis maupun
pengerjaan soal sebagai proses pengulangan.
d. Media POPUDUS (Pop Up Kudus)
Media pembelajaran sangat dibutuhkan oleh seorang guru dalam proses
pembelajaran untuk membantu siswa dalam memahami materi. Arsyad (2016:3)
menjelaskan bahwa media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah
bearti ‘tengah’, ‘perantara’, ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Ringkasnya media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-
pesan pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan penjelasan Sadiman (2014:6)
menyatakan media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke
penerima pesan yang dimaksud yaitu sebuah bahan atau meteri dalam
pembelajaran yang disampaikan oleh guru kepada siswa.
Dalam proses belajar mengajar, kehadiran media sangat membantu dan
cukup penting dalam kegiatan proses pembelajaran. Karena dalam kegiatan
tersebut ketidakjelasan bahan yang di sampaikan dapat di bantu dengan
kehadiran media. Briggs dalam Sadiman (2014:06) menyatakan bahwa media
adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa
untuk belajar. Dengan demikian, siswa akan mudah memahami materi jika ada
bantuan media dari pada hanya teori – teori saja.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 225


Media Pop Up merupakan sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat
bergerak atau memiliki unsur tiga dimensi serta memberikan visualisasi cerita
yang lebih menarik, mulai dari tampilan gambar yang dapat bergerak ketika
halamannya dibuka Dzuanda dalam Dewanti, Toenlioe, Soepriyanto (2018:222).
POPUDUS ini dirancang dengan kreasi sekreatif mungkin sehingga mampu
menumbuhkan minat belajar siswa yang akan berdampak pada hasil belajar
siswa. Juga akan membantu guru supaya siswa dapat mengimplementasikan
contoh menjadi lebih konkrit.
Dalam penerapan media pembelajaran POPUDUS, permainan media
tersebut mengaitkan pembelajaranya dengan materi kearifan lokal atau budaya
yang ada di Kudus. Sehingga siswa dalam pembelajaran juga mengetahui materi
tentang cerita fiksi yang dikaitkan mengenai kearifan lokal yang ada di Kudus.
Adupun langkah-langkah penggunaan media yang dihubungkan dengan model
pembelajaran yang di berinama media AIR POPUDUS, sebagai berikut:
1. Guru menyajikan materi pembelajaran.
2. Siswa dibagi menjadi beberpa kelompok, terdiri dari 4-5 kelompok.
3. Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru.
4. Siswa bersama - sama membuka media POPUDUS, kemudian setelah
membuka perwakilan kelompok akan di suguhkan gambar yang memiliki
unsur tiga dimensi beserta pertanyaan atau kuis dalam permainan POPUDUS.
5. Ketua kelompok melakukan hom pim pa dengan kelompok yang lainya siapa
yang akan bermain terlebih dahulu.
6. Selanjutnya ketua pada giliran kelompok yang menang hom pim pa
dipersilahkan melempar dadu dan memajukan dadunya beberapa petak
sesuai dengan angka hasil lemparan dadu.

226 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


7. Mengambil kartu soal yang sudah disedikan oleh guru dalam permainan
POPUDUS.
8. Siswa berdiskusi untuk menjawab kuis atau kartu soal selanjutnya
dipresentasikan di depan kelas (Auditory).
9. Apabila menjawab dengan benar akan mendapatkan 10 point, dimana point
tersebut akan menambah nilai kelompok.
10. Selanjutnya apabila siswa pemain tidak bisa menjawab maka akan diberikan
punishment
11. Lakukanlah bergantian kelompok, lalu masing-masing kelompok yang akan
menjawab kuis atau kartu soal memikirkan jawabnya agar dapat
meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah (Intellectual).
12. Setelah selesai bermaian sambil diskusi untuk menjawab kuis atau kartu soal
yang terdapat di media POPUDUS, siswa mendapatkan pengulangan materi
dengan cara mendapatkan tugas untuk setiap individ (Repetition).
13. Guru memberikan kesimpulan diikuti dengan menutup pelajaran dengan
berdoa bersama.

Dari beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa media sangat


penting dalam proses pembelajaran karena media sangat membantu siswa dan
guru untuk menyampaikan materi agar tujuan pembelajaranya tercapai dengan
baik. Maka dari itu media yang akan peneliti gunakan adalah media POPUDUS
singkatan dari “Pop Up Kudus”.
e. Kearifan Lokal
Kearifan lokal dan keunggulan lokal mempunyai hubungan yaitu sama –
sama ingin mengunggulkan budaya. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan
budaya. Asmani (2012:29) menyatakan keunggulan lokal adalah segala sesuatu
yang menjadi ciri khas kedaerahan yang mencakup aspek ekonomi, budaya,
teknologi informasi, komunikasi, ekologi, dan lain sebagianya. Keunggulan lokal
Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 227
harus di kembangkan dari potensi daerah. Potensi daerah mempunyai sumber
spesifik yang dimiliki oleh suatu daerah, misalnya potensi budaya yang ada
Kudus yang mengunggulkan wisata religi, yaitu Sunan Kudus dan Sunan Muria.
Pemerintah dan masyarakat kota Kudus sudah menjadikan keunggulan
mengenai wisata religi yang ada di kota Kudus, sehingga ekonomi di wilayah kota
tersebut dapat berkembang dengan baik.
Purwanto (2012:16) menyatakan bahwa Kearifan lokal di ungkapkan
dalam bentuk kata-kata bijak (falsafah) berupa nasehat, pepatah, pantun, syair,
folklore (cerita lisan) dan sebagainya; aturan, prinsip, norma dan tata aturan
sosial dan moral yang menjadi sistem sosial; ritus, seremonial atau upacara
tradisi dan ritual; serta kebiasaan yang terlihat dalam perilaku sehari-hari dalam
pergaulan social. Sistem pembelajaran dalam kurikulum 2013 dirancang terpadu
antara satu muatan dengan muatan lainnya dengan pembelajaran tematik.
Kegiatan dilakukan pendekatan saintifik yang meliputi kegiatan mengamati,
menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan sehingga efektif.
Pembelajaran tematik seharusnya dikaitkan dengan lingkungan siswa
yang mengarah kepada tercapainya pengetahuan maupun pengenalan
lingkungan sekitar siswa dan penanaman nilai-nilai karakter yang terkandung
dalam kearifan local tersebut. Kearifan lokal bukan hanya tepat diterapkan
dalam pembelajaran yang bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan siswa
serta sebagai penanaman karakter dan membekali siswa untuk menghadapi
segala permasalahan diluar sekolah.
Pembelajaran tematik menggunakan kearifan lokal dengan guru
merancang dan mengembangkan pembelajaran. Shufa (2018:51) menyatakan
adapun upaya guru bias dilaksanakan dengan mengidentifikasi potensi daerah,

228 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


menentukan fungsi dan tujuan, menentukan kriteria bahan kajian, dan
menyusun RPP berbasis kearifan lokal.
Adapun potensi yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu pendapat
dalam cerita fiksi yang di kaitkan denga cerita-cerita yang berkembang di Kudus
dan sekitarnya. Alasan memilih kearifan lokal tersebut, karena relevan dengan
materi yang akan diajarkan.

Pengembangan Media AIR POPUDUS


Media pembelajaran merupakan alat yang digunakan sebagai sebuah
penghubung bagi guru dengan siswa dengan harapan dapat menghantarkan
pengetahuan baru yang memberikan pembelajaran yang bermanka. Menurut
Musfiqon (2016) media pembelajaran diartikan sebagai alat bantu yang sengaja
digunakan sebagai perantara dalam menyampaikan materi pembelajaran
sehingga menjadi lebih efektif, dan efisien.
Pernyataan Musfiqon diatas diperkuat dengan pendapat Kosasih (2016)
bahwa media pembelajaran sebuah alat yang digunakan untuk memperoleh
pembelajaran yang bermakna sehingga siswa terlibat pada pengalaman pada
proses pembelajaran, serta mampu meningkatkan kemampuan melihat,
mendengara,merasakan, menghayati, mencium serta mencici pembelajaran itu,
karena dengan menggunakan alat belajar yang menyenangkan akan
meningktakan aktivitas mental, emosional, dan intelektualnya, sehingga media
itu merupakan bahan atau pondasi pembelajaran yang sebenarnya. Kriteria
pemilihan media pembelajaran bersumber dari konsep bahwa media menjadi
sumber instruksional secara keseluruhan dari penentuan media itu sebagai
sumber belajar.
Musfiqon (2016) menyebutkan bahwa ada beberapa kriteria yang harus
diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran, sebagai berikut; a) tujuan

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 229


pembelajaran sesuai dengan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran; b)
isi pembelajaran mendukung fakta, konsep, prinsip dan generalisasi pelajaran; c)
media berbentuk praktis, luwes serta bertahan lama; d) terampilnya guru dalam
menggunakan media pembelajaran; e) sasaran pengelompokan media
pembelajaran; f) mutu teknis.
Dzuanda (2011) menyatakan bahwa media pembelajaran dapat berupa
media dua dimensi ataupun tiga dimensi. Salah satu media yang dapat
digunakan adalah media pop-up book. Pop-up Book merupakan buku yang
memiliki unsur tiga dimensi dan memberikan visualisasi cerita yang menarik.
Dengan demikian, siswa tidak akan merasa bahwa media pembelajaran mereka
kurang atraktif dan monoton sehingga mematikan minat belajar mereka
(Haryoko dan Purnama, 2013).
Media pop-up book memiliki beberapa manfaat, menurut Siregar dan
Rahma (2016) di antaranya (1) mengajarkan anak untuk menghargai buku dan
merawatnya dengan baik. (2) Manfaat lainnya adalah mendekatkan anak dengan
orangtua karena pop-up book memberikan kesempatan orangtua mendampingi
anak saat menggunakannya (3) Media pop-up dapat mengembangkan
kreativitas anak. (4) Media pop-up Merangsang imajinasi anak (5) Menambah
pengetahuan serta memberikan pengenalan bentuk pada benda. (6) Media
untuk menumbuhkan minat baca pada anak. Oleh karena itu, penggunaan pop-
up book sebagai media pembelajaran dapat membantu guru untuk
menyampaikan materi pembelajaran dengan baik, menarik, dan dapat
meningkatkan kemampuan literasi siswa.
Pengembangan dalam penelitian ini adalah Media AIR POPUDUS
merupakan hubungan antara model dan media pembelajaran, dari model
Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) yang dikaitkan dengan media

230 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


pembelajaran POPUDUS singaktan dari Pop Up Kudus yang dalam media Pop Up
tersebut dikaitkan dengan cerita kearifan lokal yang di Kudus. Fajarini (2014:
123) mengemukakan bahwa kearifan lokal merupakan pandangan hidup, ilmu,
serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh
masyarakat lokal dalam menjawab permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan
mereka. Dalam penelitian ini, konten materi pop-up book mengangkat cerita
lokal di Kabupaten Kudus, yakni cerita kearifan yang ada di Kudus, seperti Sunan
Kudus, Sunan Muria, Pabrik Djarum, Dandangan dsb. Kenyataan di lapangan
menyatakan bahwa buku-buku yang beredar saat ini adalah buku-buku yang
berkonten kebudayaan asing. Hal inilah yang menjadi dasar dan alasan untuk
mengangkat cerita kearifan lokal sehingga diharapkan nilai-nilai kearifan dan
kebudayaan di Indonesia sudah tertanam sejak dini dan membentengi diri siswa
dari kebudayaan asing.
Media AIR POPUDUS di dukung oleh temuan penelitian Wulandari
(2018) yang berjudul “Pop-Up Legenda Sindoro Sumbing Berbasis Kearifan lokal
sebagai Media Literasi Siswa” yang di dalam penelitian tersebut sama-sama
mengaitkan dengan kearifan lokal dalam media pop Up yang terdapat materi
cerita legenda atau cerita fiksi dalam lingkungan sekitarnya. Sedangkan,
menurut penelitian Syamsijulianto (2020) yang berjudul “Penerapan Media
Pembelajaran Mobuya pada Indahnya Keragaman Budaya Bangsaku di Sekolah
Dasar” dalam penelitianya juga sama-sama menggunakan media yang
mengaitkan kearifan lokal yang ada di Indonesia dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia di kelas IV. Adapun media dan langkah-langkah, sebagai berikut:

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 231


Gambar 6. Contoh Media POPUDUS (Pop Up Kudus)

Langkah-langkah dalam permainan POPUDUS, sebagai berikut:


1. Guru menyajikan materi pembelajaran.
2. Siswa dibagi menjadi beberpa kelompok, terdiri dari 4-5 kelompok.
3. Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru.
4. Siswa bersama - sama membuka media POPUDUS, kemudian setelah
membuka perwakilan kelompok akan di suguhkan gambar yang memiliki
unsur tiga dimensi beserta pertanyaan atau kuis dalam permainan
POPUDUS.
5. Ketua kelompok melakukan hom pim pa dengan kelompok yang lainya
siapa yang akan bermain terlebih dahulu.
6. Selanjutnya ketua pada giliran kelompok yang menang hom pim pa
dipersilahkan melempar dadu dan memajukan dadunya beberapa petak
sesuai dengan angka hasil lemparan dadu.
7. Mengambil kartu soal yang sudah disedikan oleh guru dalam permainan
POPUDUS.

232 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


8. Siswa berdiskusi untuk menjawab kuis atau kartu soal selanjutnya
dipresentasikan di depan kelas (Auditory).
9. Apabila menjawab dengan benar akan mendapatkan 10 point, dimana
point tersebut akan menambah nilai kelompok.
10. Selanjutnya apabila siswa pemain tidak bisa menjawab maka akan
diberikan punishment
11. Lakukanlah bergantian kelompok, lalu masing-masing kelompok yang akan
menjawab kuis atau kartu soal memikirkan jawabnya agar dapat
meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah (Intellectual).
12. Setelah selesai bermaian sambil diskusi untuk menjawab kuis atau kartu
soal yang terdapat di media POPUDUS, siswa mendapatkan pengulangan
materi dengan cara mendapatkan tugas untuk setiap individ (Repetition).
13. Guru memberikan kesimpulan diikuti dengan menutup pelajaran dengan
berdoa bersama.

Prediksi Pengimplementasian Media AIR POPUDUS


Pengimplementasian media AIR POPUDUS dalam proses belajar akan
sangat membantu dan cukup penting dalam kegiatan proses pembelajaran,
kerena dalam kegiatan ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu
dengan kehadiran media pembelajaran apalagi media tersebut di kaitkan
dengan model pembelajaran. Dengan demikian, siswa akan mudah memahami
materi mengenai pendapat pribadi dalam cerita fiksi yang diaitkan dengan
kearifan lokal Kudus di bandingan jika hanya teori-teori saja menjelaskan materi
tersebut.
Dengan digunakan Auditory Intellectually Repetition (AIR) berbantuan
POPUDUS pada materi pendapat pribadi dalam cerita fiksi mampu memberikan
inovasi dalam muatan bahasa indonesia karena dengan menggunakan model AIR

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 233


akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan
dan partisipasi mereka dalam pembelajaran. Selain itu, siswa lebih memiliki
kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan
secara komprehensif yang mengutamakan berbicara dan mendengarkan tidak
hanya itu siswa dengan kemampuan rendah dapat merespon permasalahan
dengan cara berkelompok maupun individu.
Media POPUDUS merupakan sebuah buku yang memiliki bagian yang
dapat bergerak atau memiliki unsur tiga dimensi serta memberikan visualisasi
cerita yang lebih menarik, mulai dari tampilan gambar yang dapat bergerak
ketika halamannya dibuka. Media POPUDUS ini dirancang dengan kreasi
sekreatif mungkin sehingga mampu menumbuhkan minat belajar siswa yang
akan berdampak pada hasil belajar siswa dan dalam kegiatan pembelajaran akan
lebih menyenangkan dan tidak membosankan siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran Bahasa Indonesia.

234 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2016. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Asmani, Jamal. M. 2012. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal. Yogyakarta:


DIVA Press.

Dzuanda. 2011. Design Pop-Up Child Book Puppet Figures Series?


Gatotkaca?.Jurnal Library ITS Undergraduate, (Online),
(http://library.its.undergraduate.ac.id). Diakses 15 Januari 2018.

Dzuanda, D. (2011). Perancangan Buku Cerita Anak Pop-Up Tokoh-Tokoh


Wayang Berseri Seri Gatotkaca (Unpublished Thesis). Retrieved
fromhttp://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate-3100009035043/5380.

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Belajar.

Fajarini, U. (2014). Peranan Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Karakter. Jurnal


Sosio Didaktika: Social Science Education Journal, 1(2), 123-130. doi:
10.15408/sd.v1i2.1225.

Kanzunnudin, Mohammad. 2016. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.


Yogyakarta: Magnum Pustakan Utama.

Kosasih, E. (2016). No Title. Bandung: Penerbit Yrama Widya.

Meier, Dave. 2013. Metode pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual,


Intelektual). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Musfiqon, H. (2016). No Pengembangan Media Dan Sumber PembelajaranTitle.


Jakarta: Prsestasi Pustaka.

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press

Purwanto, j. 2012. Beberapa Unsur Pembentukan Estetika Karawitan Jawa Gaya


Surakarta. Jurnal Seni Budaya Vol 10.

Sadiman, Arief S. 2014. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan


Pemanfaatanya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 235
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Shufa, N. F. 2018. Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Di Sekolah Dasar:


Sebuah Kerangka Konseptual. Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 1 No. 1,
Februari 2018 Hal. 48-53.

Siregar, A., dan Rahmah, E. (2016). Model Pop Up Book Keluarga Untuk
Mempercepat Kemampuan Membaca Anak Kelas Rendah Sekolah Dasar.
Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, 5(1), 10-21. doi:
10.24036/6288-0934.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.


Jakarta: Prenadamedia Group.

Syamsijulianto, T,. Penerapan Media Pebelajaran Mobuya pada Indahnya


Keragaman Budaya Bangsaku di Sekolah Dasar.
http://dx.doi.org/10.28926/briliant.v3i4.449.

Tarigan, H. G. 2015. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:


Angkasa.

Wulandari, A., dan Hapsari N.R.P.T. (2018). Pop-Up Legenda Sindoro Sumbing
Berbasis Kearifan Lokal sebagai Media Literasi Siswa. Jurnal Bahasa,
Sastra, dan Pengajarannya, 2(2), 130-139.

236 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


BAGIAN XIV

MODEL FISH PIC STORY DALAM PENINGKATAN DAYA IMAJINASI MENULIS


CERITA FIKSI PADA SISWA KELAS TINGGI

Lintang Ayu Fitriyani, S.Pd.


Mahasiswa Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
Email: lintangayufitriyani@students.unnes.ac.id

Pendahuluan
Daya imajinasi sangat diperlukan ketika siswa menulis cerita fiksi. Daya
imajinasi tersebut tidak selalu langsung hadir ketika siswa hendak menulis cerita
fiksi. Siswa harus diberi stimulus yang sesuai agar daya imajinasi siswa dapat
meningkat sehingga siswa dapat membuat cerita fiksi dengan memaksimalkan
daya imajinasinya. Stimulus yang dapat diberikan oleh siswa bisa berupa model
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan daya imajinasi siswa adalah model pembelajaran fish pic story.
Model pembelajaran fish pic story mengkolaborasikan teknik lanjut cerita, teknik
5W+1H, dan media gambar berseri agar dapat menstimulus daya imajinasi siswa
dalam menulis cerita fiksi.
Model pembelajaran ini memberikan pengalaman yang bermakna
kepada siswa dengan mengajak siswa untuk berimajinasi menulis cerita fiksinya
sendiri dengan bantuan unfinished story atau cerita yang belum selesai dan
gambar cerita berseri. Model fish pic story juga didukung oleh teknik 5W+1H
untuk memunjulkan ide imajinatif siswa.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 237


Permasalahan Pembelajaran
Kurikulum terus dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum yang meliputi relevansi, fleksibilitas, kontinuitas,
efisiensi, dan efektifitas. Kurikulum juga dikembangkan berdasarkan pada
berkembangnya ilmu pengetahuan, seni, dan teknologi secara dinamis, sehingga
sistem pendidikan harus menyesuaikan hal tersebut melalui suatu kurikulum.
Kurikulum di Indonesia sudah diganti atau dikembangkan sebanyak 11 kali, dari
kurikulum 1947 hingga kurikulum 2013 yang masih berlaku sampai dengan
sekarang. Bahkan kurikulum 2013 ini terus direvisi agar sesuai dengan berbagai
faktor yang berkaitan.
Kurikulum 2013 memiliki perbedaan yang signifikan dengan kurikulum
yang berlaku sebelumnya terutama pada jenjang sekolah dasar yaitu
pengemasan pembelajaran yang sebelumnya berdiri sendiri-sendiri dibentuk
menjadi pembelajaran tematik integratif. Pembelajaran tematik integratif
merupakan suatu sistem pembelajaran yang mengintegerasikan konsep dan
kompetensi beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan pembelajaran yang
utuh dengan menggunakan suatu tema. Pembelajaran tematik integratif ini
menyatukan beberapa kompetensi pada mata pelajaran. Salah satu mata
pelajaran yang diintegrasikan dari kelas I hingga kelas VI yaitu mata pelajaran
Bahasa Indonesia.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 bertujuan agar
siswa mampu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran
Bahasa Indonesia di sekolah memiliki 4 keterampilan berbahasa yang
diharapkan dapat dikuasai oleh siswa. Keterampilan tersebut meliputi
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa

238 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan, antara keterampilan yang satu dengan
yang lain saling mempengaruhi.
Terkait dengan konsep literasi pada Kurikulum 2013, diartikan sebagai
kemampuan siswa dalam menulis dan membaca. Kemampuan berliterasi
merupakan suat bentuk integrasi dari kemampuan menyimak, berbicara,
membaca, menulis, dan berpikir kritis. Pengembangannya literasi merupakan
upaya meningkatkan kemampuan membaca dan menulis siswa yang
berhubungan dengan keberhasilannya dalam meraih prestasi akademis. Hal
tersebut ditandai dengan kemampuan dan kegemarannya dalam membaca
makna tersurat maupun tersirat, kemampuan menulis secara tepat dan jelas,
serta dapat mengembangkan kemampuan tersebut melalui berbagai kegiatan
sehari-hari di sekolah, maupun di masyarakat.
Menulis merupakan suatu proses kegiatan berekspresi yang dilakukan
oleh penulis. Menulis merupakan suatu kegiatan melukiskan atau menurunkan
suatu bahasa kedalam bentuk lambang-lambang grafik, sehingga orang yang
membaca lambing-lambang grafik tersebut dapat memahami maksud dari
penulis (Mardika, 2017:29). Menulis bertujuan agar ide–ide penulis dapat
didengar atau dibaca oleh orang lain melalui lambing-lambang grafis atau
tulisan. Sehingga, keterampilan menulis melibatkan perkembangan kognitif,
motorik dan bahasa siswa. Karakteristik perkembangan kognitif, motorik, dan
bahasa pada siswa kelas IV sekolah dasar sudah memungkinkan mereka untuk
dapat mengungapkan ide/gagasan dan imajinasi kedalam bentuk tulisan.
Pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV sekolah dasar terdapat
pokok bahasan tentang cerita fiksi yang memerlukan ide/gagasan, serta
imajinasi siswa. Cerita fiksi merupakan sebuah karya sastra yang di dalamnya
terdapat unsur-unsur cerita seperti pada umumnya, namun yang berbeda yaitu
cerita fiksi bersifat khayalan atau imajinatif. Kisah yang disuguhkan oleh cerita

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 239


fiksi berasal dari khayalan atau imajinasi penulisnya dan tidak harus sejalan
dengan keadaan dan kebenaran di kehidupan nyata.
Ketika menulis cerita fiksi, siswa masih kebingungan untuk menemukan,
merangkai, dan mengungkapkan idenya menjadi sebuah tulisan. Ide merupakan
daya imajinasi yang muncul ketika ada stimulus baik dari dalam diri atau dari luar
yang bersifat sugestif. Pada umumnya proses mencari ide didasarkan oleh
pengalaman dan pengamatan pada kehidupan nyata. Sumber pengalaman
pribadi hanya terbatas pada peristiwa yang dialami. Namun, sumber
pengamatan kehidupan tidak terbatas.
Banyak masalah di sekeliling siswa yang dapat dijadikan sebagai ide
sebuah cerita, namun diperlukan stimulus agar siswa bisa menyalurkan ide
imajinasinya dengan baik. Stimulus bisa berupa pembiasaan pada siswa untuk
berpikir imajinatif dan dapat menyalurkannya dalam bentuk tulisan.
Pembiasaan ini seharusnya dapat diterapkan sedini mungkin, agar menjadi
fondasi yang kuat bagi siswa. Sekolah dasar sebagai dasar pembentukan siswa,
memegang peran penting dalam pembiasaan berpikir imajinatif siswa.
Pembiasaan ini harus dikemas dengan menyenangkan agar siswa tertarik dan
dapat menyalurkan idenya dengan maksimal.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu strategi
yang dapat menstimulus ide atau daya imajinatif siswa pada keterampilan
menulis cerita fiksi. Solusi yang dapat diterapkan yaitu dengan menggunakan
model pembelajaran fish pic story yang merupakan pengkolaborasian beberapa
teknik dan media, meliputi teknik lanjut cerita, teknik 5W+1H, dan media
gambar berseri. Melalui pengkolaborasian beberapa teknik, strategi, dan media
inilah diharapkan dapat meningkatkan daya imajinatif siswa dalam menulis
cerita fiksi.

240 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Teori Konseptual Fish Pic Story
Model pembelajaran Fish Pic Story merupakan suatu model
pembelajaran yang mengkolaborasikan beberapa strategi, teknik, dan media
pembelajaran agar dapat meningkatkan daya imajinatif siswa. Penggabungan
dari beberapa teknik, dan media ini bertujuan untuk saling melengkapi agar
dapat memaksimalkan kelebihan yang dimiliki dan meminimalisir kendala.
Adapun teori yang mendukung model pembelajaran ini, sebagai berikut:
a. Daya Imajinasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), imajinasi adalah daya
pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan) atau menciptakan gambar
(lukisan, karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan kenyataan atau
pengalaman seseorang. Secara singkat imajinasi adalah khayalan. Imajinasi
adalah kemampuan menciptakan citra dalam pikiran atau angan-angan tentang
sesuatu yang belum pernah dialami dalam kenyataan (Muzakki: 2011:81).
Imajinasi merupakan unsur yang dapat membantu manusia untuk merekam
peristiwa yang telah berlalu dan yang akan datang. Imajinasi tidak sama dengan
realitas. Oleh karena itu, suatu sastra tidak terikat dengan kenyataan, dan
kebenaran. Imajinasi berbeda dengan fantasi. Istilah fantasi lebih berkaitan
dengan daya untuk membayangkan sesuatu khususnya hal yang tidak real atau
tidak mungkin terjadi. Sedangkan khayalan lebih diartikan sebagai ilusi.
Imajinasi lebih dilihat sebagai daya manusiawi yang bersifat intuitif, yang
mengutamakan faktor rasa (Nugraheni & Dhyajeng A. S., 2016:19).
Liang, dkk, (2012:366) menunjukkan bahwa imajinasi adalah fungsi yang
esensial bagi kehidupan manusia karena ada empat cara untuk menghubungkan
imajinasi dengan kenyataan. Pertama, imajinasi berasal dari pengalaman
seseorang yang berdasarkan kenyataan. Kedua, produk akhir imajinasi individu
memiliki asosiasi yang kompleks dengan kenyataan/fenomena. Jenis asosiasi

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 241


ketiga antara fungsi imajinasi dan realitas terkait emosi. Setiap emosi sesuai
dengan gambar tertentu, dan memiliki kapasitas untuk memicu kesan dan
pikiran pada saat tertentu. Terakhir, imajinasi yang secara eksternal telah
diwujudkan ke dalam bentuk yang nyata menjadi objek yang ada dalam
kenyataan. Sehingga didapatkan bahwa daya imajinasi merupakan suatu
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menciptakan citra pada angan-
angan atau pikirannya dan bersifat intuitif.
Adapun indikator imajinatif menurut Liang (2012:367) sebagai berikut:
a) Transformasi
Imajinasi membantu orang dalam mentransfer fungsi dari satu objek ke
lainnya yang sebelumnya tidak memiliki fungsi seperti itu. Individu yang
imajinatif biasanya mereka yang membuat hubungan yang bermanfaat antara
ide-ide yang tampaknya berbeda di berbagai bidang, dan itu yang
memproyeksikan diri ke dalam situasi yang tidak biasa. Transformasi
merepresentasikan kemampuan untuk melakukan tugas dengan
mentransformasikan pengetahuan di berbagai bidang belajar.
b) Kristalisasi
Aktivitas imajinatif adalah mengkristal budaya, ia menegaskan bahwa
semua objek kehidupan bersama muncul sebagai kristalisasi imajinasi. Jadi,
kristalisasi muncul sebagai indikator imajinasi yang merepresentasikan
kemampuan individu untuk mengekspresikan ide-ide abstrak dengan
menggunakan contoh-contoh konkret.
c) Efektivitas
Efektifas merepresentasikan kemampuan individu untuk menghasilkan
ide yang efektif untuk mencapai tujuanyang diinginkan.

242 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


d) Elaborasi
Elaborasi merupakan kemampuan individu untuk mencari perbaikan
dengan memformalkan ide.
e) Eksplorasi.
Eksplorasi merupakan kemampuan individu untuk menjelajahi hal yang
belum diketahui.
f) Intuisi
Intuisi dapat didefinisikan sebagai cara mengetahui langsung,
pengetahuan sebagai wawasan, atau pemahaman secara keseluruhan. Intuisi
adalah kemampuan individu untuk menghasilkan asosiasi langsung ke suatu
target.
g) Kebaruan
Kebaruan yaitu kemampuan individu untuk menciptakan ide-ide yang
tidak biasa.
h) Produktifitas
Produktivitas merepresentasikan kemampuan individu untuk
menghasilkan banyak ide.
i) Sensibilitas
Sensibilitas merepresentasikan kemampuan individu untuk
membangkitkan perasaan selama proses penciptaan.
b. Keterampilan Menulis
Menulis merupakan suatu kegiatan melukiskan atau menurunkan suatu
bahasa ke dalam bentuk lambang-lambang grafik, sehingga orang yang
membaca lambing-lambang grafik tersebut dapat memahami maksud dari
penulis (Mardika, 2017:29). Menulis juga berkaitan dengan pemahaman bahasa
dan kemampuan berbicara (Putri, 2018). Putri (2018) juga menjelaskan bahwa
proses belajar menulis merupakan suatu proses neurofisiologis. Akan terjadi

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 243


peningkatan aktivitas pada susunan saraf pusat dan bagian bagian organ tubuh
pada saat menulis. Piaget menyatakan bahwa proses pembelajaran
keterampilan menulis pada siswa sekolah dasar termasuk pada tahapan
operasional konkret (Schunk, 2012: 333). Tahapan operasional konkret ditandai
dengan pertumbuhan kognitif yang pesat ditandai dengan penguasaan
keterampilan-keterampilan dasar siswa yang bertambah secara cepat dan
dramatis. Sehingga, dapat diketahui bahwa keterampilan menulis merupakan
kemampuan seseorang dalam menginterpretasikan suatu bentuk bahasa ke
dalam bentuk lambing-lambang grafik untuk dapat dipahami maksudnya oleh
orang lain yang membacanya.
Menurut Lerner ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan
anak untuk menulis, yaitu memori, perilaku, motorik, persepsi, kemampuan
melaksanakan cross modal, kemampuan memahami instruksi, dan penggunaan
tangan yang dominan (Assjari & Sopariah, 2011:231). Nurgiyantoro (2015: 110)
menyatakan terdapat indikator keterampilan menulis siswa, sebagai berikut: a)
isi gagasan yang dikemukakan, b) organisasi isi, c) tata bahasa, d) gaya bahasa
(pilihan struktur dan kosakata), e) ejaan dan tata tulis. Kunci utama dalam
membelajarkan menulis imajinatif kepada siswa yaitu dengan mengeksplorasi
pengalaman-pengalaman siswa. Kemudian, mengkreasikan tulisan tersebut
dengan fantasi dan imajinasi. Sehingga siswa mendapatkan suatu keterampilan
dalam mengolah pengalamannya menjadi suatu karya yang kreatif dan
imajinatif.
c. Cerita Fiksi
Pada hakikatnya menulis cerita merupakan kegiatan mengarang, yang
penulisannya dipengaruhi oleh hasil ide imajinatif pengarangnya. Menulis cerita
menurut Diponegoro merupakan cara menulis yang paling selektif dan

244 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


ekonomis. Tiap bagiannya meliputi kalimatnya, katanya, tanda bacanya, tidak
ada bagian yang sia-sia, semuanya mengambil andil yang penting dalam
menggerakkan jalan cerita (Nurmina, 2014:10). Cerita fiksi merupakan sebuah
karya sastra berupa cerita yang bersifat khayalan atau hanya berdasar rekaan
pengarang saja (Nurgiyanto, 2002:2). Sehingga, cerita fiksi adalah sebuah karya
sastra berupa narasi yang merupakan khayalan dari penulisnya.
Melalui cerita fiksi anak dapat belajar menyikapi apa yang didengar dan
dibacanya, serta dapat berimajinasi tentang keadaan atau tempat-tempat yang
tergambar pada cerita tersebut, sehingga dapat mengasah daya imajinasi siswa
dengan perantaraan buku cerita. Adapun langkah-langkah untuk menulis cerita
fiksi, sebagai berikut: a) Menemukan ide cerita, b) Mengembangkan ide cerita,
c) Membuat cerita menarik (Nurmina, 2014:13).
Cerita fiksi dibangun oleh dua unsur, yaitu unsur instrinsik (unsur yang
membangun dari dalam) dan unsur ekstrinsik merupakan unsur yang
mempengaruhi penciptaan dari luar (Muhardi & Hasanuddin W. S., 1992:20).
Unsur intrinsik terdiri dari:
a) Alur (plot)
Alur adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai
sebuah interrelasi fungsional.
b) Latar (setting)
Latar adalah keadaan lingkungan terjadinya cerita meliputi waktu, tempat,
maupun, keadaan sosialnya (suasana).
c) Tema
Tema adalah suatu gagasan yang menjadi dasar dalam penyusunan cerita.
d) Amanat
Amanat adalah opini, kecendrungan, dan visi pengarang terhadap tema yang
dikemukakan.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 245


e) Tokoh dan penokohan.
Tokoh adalah pelaku cerita, sedangkan penokohan merujuk pada perwatakan
dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita.
f) Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah arah pandang seorang penulis dalam menyampaikan
sebuah cerita, sehingga cerita tersebut lebih hidup dan tersampaikan dengan
baik pada pembaca atau pendengarnya.
g) Sudut pandang
Sudut pandang adalah arah pandang seorang penulis dalam menyampaikan
sebuah cerita, sehingga cerita tersebut lebih hidup dan tersampaikan dengan
baik pada pembaca atau pendengarnya.
Sementara itu, unsur ekstrinsik mencakup nilai sosial, nilai kebudayaan,
nilai ekonomi, dan nilai keagamaan. Cerita fiksi juga memiliki struktur penulisan.
Adapun struktur cerita fiksi menurut Kosasih & Endang Kurniawan (2018:241),
sebagai berikut:
a) Orientasi, berisi pendahuluan cerita yang meliputi pengenalan tema, tokoh,
ataupun latar cerita.
b) Komplikasi, berisi tentang masalah yang dialami tokoh utama.
c) Resolusi, berisi penyelesaian masalah yang dialami oleh tokoh utama.
d. Karakteristik Siswa Kelas IV Sekolah Dasar
Menurut Dirman & Juarsih (2014:59), ciri-ciri siswa pada kelas tinggi (9,
10, 11, atau 12 tahun) adalah sebagai berikut:
a) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan
prestasi.
b) Sikap patuh terhadap peraturan-peraturanyang ada, seperti ketika bermain
bersama teman.

246 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


c) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.
d) Membandingkan dirinya dengan teman.
e) Mengaggap tidak penting soal-soal yang susah.
f) Menghendaki nilai rapor yang baik.
Rentang usia siswa pada kelas IV SD adalah 9 - 11 tahun. Menurut Piaget
anak usia SD (7- 12 tahun) berada pada tahap operasional konkrit, yaitu masa
ketika aktivitas mental siswa terfokus pada objek-objek yang nyata atau
berbagai kejadian yang pernah dialaminya. Dilihat pada aspek perkembangan
bahasa menurut Santrock, siswa pada usia 9–11 tahun perkembangan
kosakatanya bertambah, lebih ahli menggunakan aturan sintasksis, dan
keterampilan berbicara meningkat (Desmita, 2012:104).
Penguasaan dan penggunaan bahasa merupakan kegiatan yang
terkoordinasi. Pengajaran yang tepat dapat memfasilitasi perkembangan
kemampuan berbahasa pada siswa. Pada aspek kemampuan motorik halus,
siswa dalam rentang usia 8 hingga 10 tahun memiliki perkembangan motorik
halus yang lebih sempurna, terutama dalam kemampuan menggunakan alat
tulis. Menurut Desmita (2012:81), pada rentang usia ini koordinasi motorik halus
berkembang, di mana anak sudah dapat menulis dengan baik, ukuran huruf
menjadi lebih kecil dan lebih rata.
Dari uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa karakteristik
perkembangan kognitif, motorik, dan bahasa siswa kelas IV SD memungkinkan
mereka untuk dapat mengungapkan ide/gagasan dan imajinasi mereka kedalam
bentuk tulisan. Pada usia ini, siswa mampu mengkonstruk pengetahuan yang
dimiliki menjadi sebuah gagasan dan menuliskannya secara sistematis.
e. Teknik Lanjut Cerita
Teknik lanjut cerita merupakan suatu teknik yang digunakan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam bercerita, baik secara lisan maupun

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 247


tulisan. Teknik lanjut cerita menstimulus siswa agar dapat mengungkapkan
gagasannya dalam merangkai suatu cerita dengan menggunakan cerita yang
belum selesai (unfinished story). Setiap siswa memiliki gagasan yang berbeda-
beda, teknik lanjut cerita ini dapat memunculkan gagasan yang berbeda dari
setiap anak tersebut. Menurut Nurmina (2016:19), teknik lanjut cerita diawali
dengan membacakan atau memperdengarkan sebuah cerita yang belum selesai
kepada siswa. Kemudian siswa diminta melanjutkan cerita itu dengan arahan
dari guru.
Ada banyak jenis dari teknik lanjut cerita, salah satunya yaitu melengkapi
cerita yang belum selesai (unfinished story). Unfinished story merupakan suatu
cerita yang sengaja tidak diselesaikan untuk diselesaikan siswa dengan imajinasi
masing-masing. Dengan demikian setiap siswa mendapatkan akhir cerita yang
berbeda-beda. Berdasarkan penelitian oleh Nasarudin (2019), teknik lanjut
cerita dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi.
f. Teknik 5W+1H
5W+1H merupakan akronim dari what, who, when, where, why, dan
how. Teknik 5W+1H merupakan suatu teknik untuk menghimpun ide-ide dengan
berbagai pertanyaan yang telah dibuat. Teknik 5W+1H dapat menstimulus ide-
ide siswa dalam menulis. Teknik 5W+1H ini biasanya digunakan untuk menulis
teks berita atau teks hasil wawancara sebgai penunjang dalam penghimpunan
informasi di dalam teks. Namun, teknik ini juga dapat digunakan untuk
membantu siswa menemukan ide-ide mereka melalui pertanyaan-pertanyaan
tersebut dalam menulis cerita fiksi. Adapun unsur-unsur dari teknik 5w+1H,
sebagai berikut:
a) What yang berarti apa, meliputi tema apa yang akan digunakan, apa saja
yang akan ditulis, dan lain sebagainya.

248 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


b) Who yang berarti siapa, meliputi siapa saja yang terlibat, siapa namanya,
dan lain sebagainya. Unsur ini untuk menghimpun informasi berkaitan
dengan suatu tokoh, baik nama, maupun ciri-cirinya.
c) When yang berarti kapan, digunakan untuk menghimpun informasi yang
berkaitan dengan waktu terjadinya suatu peristiwa.
d) Where yang berarti dimana, digunakan untuk menghimpun informasi yang
berkaitan dengan tempat terjadinya suatu peristiwa.
e) Why yang berarti mengapa, berhubungan dengan peristiwa sebab-akibat.
f) How yang berarti bagaimana, digunakan untuk mengetahui suatu keadaan
Ketika peristiwa tersebut terjadi.
g. Media Gambar Berseri
Media gambar berseri merupakan media visual berisikan beberapa
gambar yang antara satu dengan lainnya saling berkaitan. Gambar berseri
berupa urutan gambar yang saling berkesinambungan dari gambar pertama
hingga gambar terakhir. Media ini dapat menstimulus ide-ide siswa dalam
menulis. Melalui gambar-gambar yang telah disesiakan oleh guru, siswa dapat
merangkai kata-kata berdasarkan gambar tersebut hingga membentuk suatu
cerita yang utuh.
Menurut Hidajati (2013:2), manfaat menggunakan gambar sebagai
penunjang siswa dalam mengembangkan paragraf yaitu: a) meningkatkan
keterampilan dalam memahami hubungan sebab-akibat yang terdapat pada
gambar, b) meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami pesan tersirat
pada gambar, c) mengembangkan daya imajinasi siswa, d) melatih kecermatan
siswa dalam mengamati sesuatu, dan e) meningkatkan daya interpretasi bentuk
visual ke dalam bentuk tulisan. Adapun langkah-langkah dalam menggunakan
media gambar berseri, sebagai berikut: a) Guru menyampaikan pengantar, b)
guru menunjukan gambar kepada siswa, c) siswa mengidentifikasi gambar,

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 249


kemudian d) siswa menyusun tulisan tentang gambar tersebut (Helda,
2017:220).

Pengembangan Fish Pic Story


Pembelajaran merupakan suatu sistem interaksi antara guru dan siswa,
baik secara langsung, maupun tidak langsung. Pembelajaran adalah proses
interaksi antara siswa dan guru, serta sumber belajar yang dilakukan pada suatu
lingkungan belajar. Pada kegiatan pembelajaran diperlukan penunjang untuk
memudahkan interaksi antara siswa dan guru. Salah satu penunjang dalam
kegiatan pembelajaran adalah dengan menggunakan model pembelajaran.
Menurut Octavia (2020:13), model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang berisi tentang prosedur sistematik dalam pengorganisasian
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat dikatakan bahwa model
pembelajaran merupakan prosedur kegiatan belajar mengajar yang disusun
agar berjalan dengan baik, menarik, dan mudah untuk dimengerti. Adapun ciri
khusus dari model pembelajaran, yaitu teori logis yang mendasari
pengembangan, mencakup apa dan bagaimana siswa belajar, dapat mencapai
tujuan pembelajaran, meliputi langkah-langkah pembelajaran, dan lingkungan
belajar yang dibutuhkan (Octavia, 2020:13).
Model pembelajaran Fish Pic Story berasal dari gabungan nama teknik
dan media pembelajaran yang membangunnya, dan diterjemahkan dalam
bahasa Inggris. Pertama, kata ”Fish” adalah gabungan dari kata Unfinished Story
atau cerita yang belum usai yang berkaitan dengan teknik lanjut cerita, dan
”Five W and One H” dari teknik 5W+1H, yang dileburkan membentuk kata
“Fish”. Kedua, kata “Pic” dibentuk dari media yang digunakan yaitu gambar
berseri atau dalam bahasa Inggris “Serial Pictures”, kata ”Pic” sendiri dalam

250 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


bahasa Indonesia berarti gambar. Kemudian kata “Story” yang berarti cerita,
yaitu menggambarkan tujuan model pembelajaran ini agar siswa dapat
mengembangkan imajinasinya untuk menulis cerita fiksi.
Intinya, kegiatan pembelajaran pada model Fish Pic Story ini
membimbing siswa untuk dapat menulis cerita fiksi dengan berbantuan media
gambar berseri yang memerlukan daya imajinasi siswa. Namun, media gambar
berseri ini dirasa kurang maksimal dalam meningkatkan daya imajinasi siswa
dalam menulis cerita fiksi. Sehingga, media ini dikolaborasi dan dadaptasikan
dengan teknik lanjut cerita, dan teknik 5W+1H.
Media gambar berseri dapat menstimulus siswa dalam mengembangkan
ide-ide imajinasinya melalui apa saja yang ada di dalam gambar. Berdasarkan
penelitian oleh Hidajati (2013), Gambar yang disajikan dapat berupa gambar-
gambar animasi yang berkaitan dengan lingkungan siswa, agar memberikan
daya Tarik tersendiri pada diri siswa. Penggunaan gambar berseri membuat
siswa dapat mengamati objek secara mendalam sehingga siswa mudah dan
bebas menumbuhkan ide-idenya menjadi sebuah tulisan berdasarkan objek
yang diamati. Media ini memiliki beberapa gambar yang saling berkelanjutan,
sehingga siswa tidak akan stuck ketika menulis cerita fiksi.
Teknik lanjut cerita berperan untuk mendukung penggunaan media
gambar berseri, sebagai stimulus awal agar ide imajinatif siswa dapat
berkembang. Penelitian oleh Nasarudin (2019), menyatakan bahwa adanya
peningkatan menulis karangan narasi dengan menggunakan teknik lanjut
cerita. Teknik lanjut cerita menyuguhkan cerita yang belum selesai atau
unfinished story baik berupa tulisan maupun lisan. Cerita yang digunakan yaitu
cerita yang berkaitan dan sesuai dengan gambar berseri. Cerita yang belum
selesai ini akan membantu siswa untuk memulai penulisan cerita fiksi.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 251


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sahrawany & Dian Indihadi
(2018), teknik kluster 5W+1H dapat meningkatkan keterampilan menulis
karangan narasi karena dapat memunculkan ide-ide siswa dalam menulis
karangan narasi. Teknik 5W+1H diterapkan untuk membantu siswa
menemukan ide-ide imajinatif pada setiap gambar. Siswa sering kebingungan
untuk menemukan apa yang ada pada objek dalam gambar, dengan teknik
5W+1H ini akan membantu siswa dalam menemukan apa saja yang dapat
dikembangkan pada objek dalam gambar.
Model pembelajaran Fish Pic Story sudah sesuai dengan syarat-syarat
pengembangan model pembelajaran. Adapun syarat model pembelajaran
menurut Rayanto & Sugianti (2020:92), yaitu mampu mengatasi masalah yang
timbul pada pembelajaran, adanya dukungan fasilitas dalam penerapan, dan
mudah untuk dilaksanakan oleh siswa dan guru. Pengkolaborasian ini bertujuan
untuk memaksimalkan ketercapaian tujuan pembelajaran dengan model
tersebut, dan meminimalisir kendala yang akan dihadapi.
Adapun Langkah-langkah pembelajaran menggunakan model Fish Pic
Story, sebagai berikut:
a. Pengantar
Guru memberikan pengantar berupa materi tentang cerita fiksi. Materi ini
meliputi pengertian cerita fiksi, unsur-unsur cerita fiksi, dan strukturnya.
Pemberian pengantar oleh guru ini sangat penting untuk memberikan arahan
sebelum siswa membuat cerita fiksinya. Sebelum memulai menulis cerita fiksi,
siswa harus paham tentang cerita fiksi terlabih dahulu. Siswa harus mengerti apa
yang dimaksud dengan cerita fiksi, sehingga siswa akan lebih mudah dalam
menulis cerita fiksi.

252 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


b. Demonstrasi
Kegiatan demonstrasi ini dilakukan oleh guru dengan menampilkan
gambar seri pertama kepada siswa. Kemudian guru memberikan pertanyaan
kepada siswa tentang objek yang ada pada gambar dengan menggunakan
5W+1H. Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan model kepada siswa, tentang
bagaimana cara membuat pertanyaan pada kegiatan pengamatan gambar.
c. Melanjutkan Cerita
Guru membacakan sebuah cerita yang belum selesai kepada siswa. Cerita
tersebut merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat
pada kegiatan demonstrasi. Cerita yang dibacakan oleh guru tentu saja
merupakan cerita yang belum selesai, dan hanya menggambarkan objek pada
gambar seri pertama. Guru meminta siswa untuk menyimak dengan baik cerita
yang dibacakan oleh guru. Kemudian, guru meminta siswa untuk menebak cerita
selanjutnya. Siswa akan memberikan tanggapan yang berbeda-beda tentang
kelanjutan cerita tersebut. Guru harus mampu menampung setiap tanggapan
dari siswa, dan tidak boleh menyalahkan tanggapan siswa, karena hal tersebut
dapat membunuh ide imajinatif siswa. Pada Langkah pembelajaran ini, guru
memberikan contoh kepada siswa tentang bagaimana cara merangkai jawaban
pertanyaan tentang objek yang ada pada gambar menjadi sebuah paragraf.
d. Membuat dan Menjawab Pertanyaan
Pada kegiatan ini, guru memberikan gambar berseri pada setiap siswa.
Guru meminta siswa untuk mengisi membuat pertanyaan-pertanyaan dan
jawabannya tentang objek yang ada pada setiap gambar, mulai dari gambar seri
kedua hingga gambar seri terakhir. Pertanyaan yang ditulis siswa meliputi
5W+1H. Langkah kegiatan ini bertujuan untuk memunculkan dan menghimpun
ide-ide imajinatif siswa.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 253


e. Membuat Cerita
Setelah siswa membuat pertanyaan beserta jawaban tentang objek yang
ada pada setiap gambar seri, guru meminta siswa menyusun jawaban tersebut
menjadi sebuah paragraf. Guru memberikan arahan kepada siswa tentang
bagaimana menyusun jawaban-jawaban tersebut menjadi sebuah paragraf
dengan tetap memperhatikan unsur-unsur dan struktur cerita fiksi.
f. Menyajikan karya
Setelah cerita fiksi setiap siswa selesai, guru meminta siswa untuk
membacakan cerita fiksi hasil karyanya kepada teman dan guru. Guru
membimbing siswa untuk membacanya dengan artikulasi, dan intonasi yang
sesuai. Kemudian guru bersama siswa yang lain mengapresiasi hasil karya siswa
tersebut, dapat berupa tepuk tangan ataupun ucapan selamat karena telah
menyelesaikan karyanya dengan baik.
g. Penguatan Materi
Setelah semua siswa menampilkan karyanya, guru memberikan penguatan
materi kepada siswa dengan melakukan kegiatan tanya jawab oleh guru dan
siswa yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang telah terlaksana.
Kemudian, guru memberikan rangkuman secara singkat tentang apa yang telah
dipelajari selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Langkah kegiatan
penguatan materi ini juga dapat merefleksi kegaiatan pembelajaran yang telah
terlaksana, sehingga guru dapat memaksimalkan kegiatan pembelajaran
selanjutnya.

Prediksi Penerapan Inovasi


Pengimplementasian model pembelajaran Fish Pic Story akan
meningkatkan daya imajinasi siswa dalam menulis cerita fiksi. Hal tersebut

254 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


dikarenakan pada model pembelajaran Fish Pic Story mengkolaborasikan
beberapa teknik, dan media pembelajaran yang dapat menstimulus ide-ide
imajinasi siswa. Selain itu, kegiatan pada model pembelajaran Fish Pic Story akan
membuat siswa aktif dalam pembelajaran, karena siswa dituntut untuk
membuat suatu karya berupa cerita fiksi.
Penggunaan teknik lanjut cerita dapat membantu siswa untuk mengawali
kegiatan menulis cerita fiksi, dan dapat menumbuhkan ide-ide imajinasi siswa.
Teknik 5W+1H dapat membantu siswa memunculkan dan mengkontruksi ide-
idenya. Kemudian, penggunaan media gambar berseri dapat membantu siswa
untuk menentukan alur cerita dalam menulis cerita fiksi.
Adanya pandemi covid ini membatasi kegiatan pembelajaran, sehingga
penyerapan materi oleh siswa tidak dapat maksimal. Dibutuhkan model
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan dapat memaksimalkan
penyerapan materi oleh siswa. Model pembelajaran Fish Pic Story ini dapat
diimplementasikan pada pembelajaran daring dengan mengadaptasikan
langkah-langkah pembelajaran pada model tersebut, sehingga sesuai dengan
kondisi pandemi seperti pada saat ini.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 255


DAFTAR PUSTAKA
Assjari, Musjafak & Eva Siti Sopariah. 2011. Penerapan Latihan Sensorimotor
Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Pada Anak Autistic Spectrum
Disorder. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Volume 17, Nomor 2: 225-
243.

Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Dirman & Cicih Juarsih. 2014. Karakteristik Peserta Didik: Dalam Rangka
Implementasi Standar Proses Pendidikan Siswa. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Helda, Trisna. 2017. Menulis Teks Cerita Pendek Berbantuan Media Gambar
Berseri Siswa Kelas VII SMP Islam Khaira Ummah Padang. Jurnal Penelitian
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Volume 3, Nomor 2: 216-238.

Hidajati, Ratna Lestari. 2013. Penggunaan Media Gambar Berseri untuk


Meningkatkan Keterampilan Menulis Narasi Siswa Kelas IV SDN Putat Gede
II/95 Surabaya. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Volume 1, Nomor
1: 1-4.

KBBI, 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (Online) Available at:
http://kbbi.web.id/pusat, Diakses 10 November 2020.

Kosasih & Endang Kurniawan. 2018. Jenis-Jenis Teks. Bandung: Penerbit Yrma
Widya.

Liang, Chaoyun, dkk. 2012. The Exploration of Indicators of Imagination. The


Turkish Online Journal of Educational Technology, Volume 11, Nomor 3:
366-374.

Mardika, Tiwi. Analisis Faktor-Faktor Kesulitan Membaca Menulis dan Berhitung


Siswa Kelas 1 SD. Jurnal Dinamika Pendidikan Dasar, Volume 10, Nomor 1:
28-33.

Muhardi & Hasanuddin W S. 2006. Prosedur Analisis Fiksi. Padang: Citra Budaya
Indonesia.

256 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Muzakki, Akhmad. 2011. Pengantar Teori Bahasa Sastra. Malang: UIN Maliki
Press.

Nasarudin, H. 2019. Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Narasi


dengan Menggunakan Metode Meneruskan Cerita pada Siswa Kelas VI
SDN 5 Sengkol Tahun Pelajaran 2017/2018. Jurnal Ilmu Sosial dan
Pendidikan, Volume 3, Nomor 2: 100-119.

Nugraheni, Aninditya Sri & Dhyajeng A S. 2016. Peningkatan Daya Imajinasi


Melalui Menulis Kreatif Pantun Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Kebondalem
Kidul I Klaten. Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini, Volume 1,
Nomor 2: 15-26.

Nurgiyantoro, B. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE.

Nurmina. 2014. Menulis Kreatif Cerita Fiksi Anak. Jupendas, Volume 1, Nomor 2:
10-14.

Octavia, Shilphy A. 2020. Model-Model Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish


Publisher.

Putri, Irmayani. 2018. Analisis Kesulitan Belajar Menulis pada Siswa Kelas III
Sekolah Dasar Negeri 1 Rantau Selamat Kec. Rantau Selamat Kab. Aceh
Timur. Jurnal Edukasi Kultura, Volume 5, Nomor 1.

Rayanto, Yudi Hari & Sugianti. 2020. Penelitian Pengembangan Model ADDIE dan
R2D2: Teori dan Praktek. Pasuruan: Lembaga Academic & Research
Institute.

Sahrawany, Esy & Dian Indihadi. 2018. Implementasi Teknik Kluster 5W+1H
dalam Keterampilan Menulis Karangan Narasi. Pedadidaktika, Volume 5,
Nomor 3: 18-26.

Schunk, Daleh H. 2012. Teori-teori Pembelajaran: Perspektif Pendidikan.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 257


GLOSARIUM
Teknik lanjut cerita : teknik yang menstimulus siswa agar dapat
mengungkapkan gagasannya dalam merangkai suatu
cerita dengan menggunakan cerita yang belum selesai
(unfinished story).
Teknik 5W+1H : tuatu teknik untuk menghimpun ide-ide dengan
berbagai pertanyaan yang telah dibuat, meliputi what,
who, when, where, why, dan how.
fish pic story : model pembelajaran yang mengkolaborasikan teknik
lanjut cerita, teknik 5W+1H, dan media gambar berseri
agar dapat menstimulus daya imajinasi siswa dalam
menulis cerita fiksi.
Media gambar berseri : media visual berisikan beberapa gambar yang antara
satu dengan lainnya saling berkaitan.
AIR : model pembelajaran AIR merupakan singkatan dari
Auditory, Intellectually, Repetition.
Popudus : media pembelajaran POPADUS singkatan dari Pop Up
Kudus yang di dalam media materinya mengenai cerita
fiksi yang dikaitkan dengan kearifan lokal.
Pop-up Book : Pop-up Book merupakan buku yang memiliki unsur tiga
dimensi dan memberikan visualisasi cerita yang menarik.
Adopsi : pengambilan sesuatu hal penting untuk digunakan dan
diterapkan
Antikorupsi : sikap yang melawan atau menentang tindakan korupsi
Bau Nyale : tradisi unik yang sudah menjadi budaya masyarakat di
Pulau Lombok

258 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Dawan : Salah Satu Suku di Nusa Tenggara Timur
Diribel : model Pembelajaran Diorama berbasis Problem Based
Learning
Ebeg : kesenian kuda kepang dari Banyumas dan sekitarnya
Eksplanasi : teks yang berisi informasi tentang suatu hal atau
fenomena yang terjadi di masyarakat
Eksplorasi : kegiatan penjelajahan atau pencarian untuk
menemukan pengetahuan yang lebih banyak.
Fenomena : hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan
dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah
Instant : pemerolehan sesuatu hal yang bersifat seketika atau
saat ini juga
Kolaborasi : proses partisipasi beberapa orang, kelompok, dan
organisasi yang bekerja sama untuk mencapai hasil yang
diinginkan.
Literasi : kemampuan seseorang dalam mengolah dan
memahami informasi saat melakukan proses membaca
dan menulis
Mandalika : seorang putri yang lahir dari sebuah kerajaan dipulau
Lombok bernama kerajaan Tonjang Beru
Manipulasi : upaya kelompok atau perseorangan untuk
memengaruhi perilaku, sikap, dan pendapat orang lain
tanpa orang itu menyadarinya
Matic story putri
mandilika : sebuah model pembelajaran yang menggabungkan
antara model talking stick yang dalam pelaksanaannya
diperkuat dengan cerita putri mandalika

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 259


MMT : teknologi digital printing yang dimana akan digunakan
untuk melakukan percetakan menggunakan bahan
plastic
Picture and picture : Model pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai
media dalam proses pembelajaran.
QR Code : kode batang dua dimensi berisi data optik yang dibaca
mesin
Salindia Interaktif : Powerpoint Interaktif
Student Centered
Learning : Sistem pembelajaran berpusat pada siswa
Sunting : pengarahan karya atau naskah siswa dalam rangka
untuk mendapat perbaikan
Talking Stick : metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk
Asli Amerika untuk mengajak semua orang untuk
berbicara atau menyampaikan pendapat pada suatu
forum.
Teacher Centered
Learning : pembelajaran yang bersifat satu arah selama proses
belajar, yaitu model pembelajaran dengan lebih banyak
mendengarkan materi oleh guru yang ada di dalam kelas.
Virtual : penggunaan teknologi yang dilakukan pada proses
pembelajaran

260 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


INDEKS
Antikorupsi 126, Media Pembelajaran 58,
Artikulasi 5, Media POPUDUS 167,
Bahasa Indonesia 162, Media PPT Interaktif 91,
Blended Learning 18, Media Ular Tangga 126,
Cerita Fiksi 184, Media Visual 6,
Cerita Rakyat 43, Media Wayang Stik 45,
Crossword Puzzle 92, Membaca Permulaan 148,
Daya Imajinasi 181, Metode Bermain Peran 44,
Dongeng Anak 41, Metode Struktural Analitik Sintaksis 149,
Diribel, iii, 66, 70, 78, 81, 82, 85, 212 Mind Mapping 18,
Diorama, 66, 68, 69, 70, 71, 72, 78, 79, Mite 43,
80, 81, 82, 83, 84, 85 Model Audiotory, Intellectually
Edukasi, 60, 200, 205 Repetition 164,
Eksplanasis, 66 Model Dribel 77,
Ekpresi, 38 Model Fish Pic Story 189,
Esensial, 14, 182 Model Pembelajaran 136,
Fabel 42, Model Sogudmasi 115,
Fenomena Ebeg 128, Model Talking Stick 137,
Fleksibel Model Wayang Dometeran 48,
Grafem 75 Modifikasi, 2, 12, 13
Jas to Mind 23, Pelipur Lara 43,
Jelajah Alam Sekitar 15, Picture and Picture 4,
Kearifan Lokal 169, Poeisis, 21
Problem Based Learning 71,
Keterampilan Berbicara 40,
Spontaneous Group Discussion 107,
Keterampilan Membaca 60,
Teknik 5W+1H 188,
Keterampilan Menulis 111,
Konkrit, 2, 30, 46, 47, 61, 137, 169, 187

Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 261


Konstruktif, 69
Konteks, 73, 93
Legenda 42,
Matic Story Putri Mandalika 139,
Media Bibo SAS 152,
Media Big Book 150,
Media Diorama 68,
Media Film Animasi 108,
Media Gambar Berseri 189,
Media Komik 59,
Onomatope, 17, 18, 24, 26, 28, 31, 32
Teks Deskripsi 90,
Teks Eksplanasi 74,
Teknik Lanjut Cerita 187,
Teks Narasi 113,
Teknik Onomatope 17.
Terasing, 21

262 Inovasi Pembelajaran Bahasa SD


Inovasi Pembelajaran Bahasa SD | 1

Anda mungkin juga menyukai