Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH KOMUNITAS 2

KONSEP KEPERAWATAN PADA KOMUNITAS KELOMPOK ANAK


USIA SEKOLAH

Fasilitator : Makhfudli , S.Kep., Ns., M.Ked.Trop .


Disusun oleh : Kelompok 3 (Kelas B)

1. Viky Rohmantisa P 131211131006


2. Firda Isnantri 131211131022
3. Wahyu Hanung P 131211131100
4. Mirna lidyana 131211132009
5. Ria Fitriani 131211132026
6. Nurul Istiqomah 131211133002
7. Elfrida Kusuma P 131211133018
8. Dimas Hadi Prayoga 131211133004

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014
DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang................................................................................1
1.2 Tujuan ...........................................................................................2
1.3 Manfaat..........................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Anak Usia Sekolah...........................................................3
2.2 Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah.....................................3
2.3 Tugas Orang Tua dalam Perkembangan Anak Usia Sekolah........6
2.4 Tipologi Gaya Asuh Orang Tua.....................................................7
2.5 Dampak Gaya Asuh Orang Tua terhadap Perkembangan Kompetensi
Sosial Anak....................................................................................9
2.6 Cara Mencapai Tugas Perkembangan Anak..................................10
2.7 Masalah Kesehatan Anak Usia Sekolah di Indonesia....................13
2.8 Upaya Peningkatan Kesehatan Anak Usia Sekolah di Indonesia. .17
2.9 Peran Perawat Upaya Peningkatan Kesehatan Anak Usia
Sekolah………………………..…………………………………...22
2.10 Masalah Kesehatan Anak Usia Sekolah di Luar Negeri………...23
2.11 Upaya Peningkatan Kesehatan Anak Usia Sekolah di Luar Negeri23
2.12 Fungsi Perawat…………………………………………………..27
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
3.1 Asuhan Keperawatan pada Kelompok Anak Usia Sekolah ..........28
3.2 Asuhan Keperawatan Kasus..........................................................38
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan....................................................................................46
4.2 Saran..............................................................................................46
Daftar Pustaka..............................................................................................47
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Anak merupakan bagian atau anggota keluarga, sering dikatakan sebagai


potret atau gambar dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah
demikian, karena anak merupakan individu tersendiri yang tumbuh dan
berkembang secara unik dan tidak dapat diulang setelah usianya
bertambah.
Menurut UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, yang
dimaksud anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun
dan belum pernah kawin (menikah). Saat ini yang disebut anak bukan lagi
yang berumur 21 tahun, tetapi berumur 18 tahun seperti yang ditulis
Hurlock (1980), maka dewasa dini dimulai umur 18 tahun.
Meskipun demikian, anak masih dikelompokkan lagi menjadi tiga sesuai
dengan kelompok usia, yaitu ; usia 2-5 tahun disebut usia prasekolah, usia
6-12 tahun disebut usia sekolah, usia 13-18 tahun disebut usia remaja.

1.2 TUJUAN

1.      Tujuan Umum


Agar mahasiswa mampu memahami tentang keperawatan keluarga anak
usia sekolah dan melaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga
dengan anak usia sekolah.

2.      Tujuan Khusus.


a. Agar mahasiswa memahami definisi anak usia sekolah
b. Agar mahasiswa memahami Tahap Perkembangan Anak Usia
Sekolah
c. Agar mahasiswa memahami Tugas Orang Tua dalam
Perkembangan Anak Usia Sekolah
d. Agar mahasiswa memahami Tipologi Gaya Asuh Orang Tua
e. Agar mahasiswa memahami Dampak Gaya Asuh Orang Tua
terhadap Perkembangan Kompetensi Sosial Anak
f. Agar mahasiswa memahami Cara Mencapai Tugas Perkembangan
Anak
g. Agar mahasiswa memahami Masalah Kesehatan Anak Usia
Sekolah di Indonesia
h. Agar mahasiswa memahami Peran Perawat Upaya Peningkatan
Kesehatan Anak Usia Sekolah
i. Agar mahasiswa memahami Masalah Kesehatan Anak Usia
Sekolah di Luar Negeri
j. Agar mahasiswa memahami definisi anak usia sekolah Masalah
Kesehatan Anak Usia Sekolah di Luar Negeri
k. Agar mahasiswa memahami Peran Perawat Upaya Peningkatan
Kesehatan Anak Usia Sekolah di Luar negri
l. Agar mahasiswa dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada
Kelompok Anak Usia Sekolah
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Anak Usia Sekolah


Anak sekolah menurut definisi WHO (World Health Organization)
yaitu golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia
lazimnya anak yang berusia 7-12 tahun.
Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun,
yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak
dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan
dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah
merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk
keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh
keterampilan tertentu.
Anak usia sekolah merupakan anak yang berumur 6-18 tahun
(Soetjiningsih, 1995). Anak usia sekolah dengan cirinya masa pertumbuhan
masih sangat cepat dan aktif belajar, sehingga kerja otak harus mendapat
makanan yang bergizi dalam kuantitas dan kualitas yang tepat. Faktor yang
mempengaruhi pola pertumbuhan secara umum yaitu:
a. Keturunan
b. Lingkungan
c. Hormon
d. Nutrisi atau asupan zat gizi yang bervariasi antar individu.

2.2 Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah


2.2.1 Pertumbuhan
1. Tinggi dan berat badan
Pertumbuhan fisik anak pada usia SD cenderung lebih lambat dan
konsisten bila dibandingkan dengan masa usia dini. Rata-rata anak
usia SD mengalami penambahan berat badan sekitar 2,5 - 3,5 kg, dan
penambahan tinggi badan 5 - 7 cm per tahun (F.A Hadis, 1996).
2. Proporsi dan bentuk tubuh
Anak SD kelas-kelas awal umumnya memiliki proporsi tubuh yang
kurang seimbang. Kekurangseimbangan ini sedikit demi sedikit
mulai berkurang sampai terlihat perbedaannya ketika anak mencapai
kelas 5 atau 6. Pada kelas akhir lazimnya proporsi tubuh anak sudah
mendekati seimbang.
3. Otak
Bila dibandingkan dengan pertumbuhan bagian tubuh lain,
pertumbuhan otak dan kepala jauh lebih cepat. Menurut Santrock
dan Yussen, sebagian besar pertumbuhan otak terjadi pada usia dini.
Menjelang umur lima tahun, ukuran otak anak mencapai 90% dari
ukuran otak dewasa. Kematangan otak yang dikombinasikan dengan
pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sangat berpengaruh
terhadap perkembangan kognitif anak.

2.2.2 Perkembangan
1. Perkembangan biologis
Pada usia sekolah pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan
memiliki perbedaan, pada anak laki-laki lebih tinggi dan kurus, pada
anak perempuan lebih pendek dan gemuk. Pada usia ini
pembentukan lemak lebih cepat daripada otot.
2. Perkembangan psikososial
Pada masa ini anak-anak selalu melakukan aktivitas bersama atau
kelompok.
Menurut Freud perkembangan psikososial pada anak usia sekolah
digolongkan dalam fase laten, yaitu ketika anak berada dalam fase
oidipus.
3. Perkembangan kognitif
Menurut Pieget anak berada dalam tahap operasional konkret, yaitu
anak mengekspresikan apa yang dilakukan dengan verbal dan simbol
kemampuan anak yang dimiliki pada tahap operasional konkret,
yaitu:
a. Konservasi: menyukai sesuatu yang dapat dipelajari secara konkret
bukan magis
b. Klasifikasi: mulai belajar mengelompokkan, menyusun dan
mengurutkan
c. Kombinasi: mulai mencoba belajar dengan angka dan huruf sesuai
dengan keinginan yang dihubungkan dengan pengalaman yang
sebelumnya.
4. Perkembangan spiritual
Pada usia anak-anak mulai tertarik terhadap surga dan neraka,
sehingga mereka mematuhi semua peraturan karena takut masuk
neraka.
5. Perkembangan bahasa
Kosa kata anak bertambah, kealahan pengucapan mulai berkurang
karena bertambahnya pengalaman dan telah mendengarkan
penguapan yang benar. Pembicaraan yang dilakukan dalam tahap ini
lebih terkendali dan terseleksi karena anak menggunakan
pembicaraan sebagai alat komunikasi.
6. Perkembangan seksual
Pada masa ini anak mulai menyesuaikan penampilan, pakaian, dan
gerak-geriknya sesuai dengan peran seksnya.
7. Perkembangan konsep diri
Dipengaruhi oleh hubungan dengan orangtua, saudara dan saudara
lainnya. Dan anak membentuk konsep diri sehingga membentuk ego
ideal yang berfungsi sebagai standar perilaku umum yang di
internalisasi.

2.3 Cara Mencapai Tugas Perkembangan Anak


Peroide usia antara 6-12 tahun merupakan masa peralihan dari pra-
sekolah ke masa Sekolah Dasar (SD). Masa ini juga dikenal dengan masa
peralihan dari kanak-kanak awal ke masa kanak-kanak akhir sampai
menjelang masa pra-pubertas. Pada umumnya setelah mencapai usia 6 tahun
perkembangan jasmani dan rohani anak telah semakin sempurna.
Pertumbuhan fisik berkembang pesat dan kondisi kesehatannya pun semakin
baik, artinya anak menjadi lebih tahan terhadap berbagai situasi yang dapat
menyebabkan terganggunya kesehatan mereka. Dengan kita mengetahui
tugas perkembangan anak sesuai dengan usianya maka sebagai orang tua
dapat memenuhi kebutuhan apa yang diperlukan dalam setiap
perkembangannya agar tidak terjadi penyimpangan perilaku.
Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1980) tugas perkembangan masa
kanak-kanak akhir dan anak sekolah (umur 6 -12 tahun) yaitu:
1. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.
2. Belajar membentuk sikap positif, yang sehat terhadap dirinya sendiri
sebagai makhluk biologis (dapat merawat kebersihan dan kesehatan diri).
3. Belajar bergaul dengan teman sebayanya.
4. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
5. Belajar ketrampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
6. Belajar mengembangkan konsep (agama, ilmu pengetahuan, adat istiadat)
sehari-hari.
7. Belajar mengembangkan kata hati (pemahaman tentang benar-salah, baik-
buruk).
8. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi (bersikap mandiri).
9. Belajar mengembangkan sikap positif kehidupan sosial.
10. Mengenal dan mengamalkan ajaran agama sehari-hari.

Sedangkan menurut kajian Psikologi tugas perkembangan anak usia


sekolah dasar meliputi:
a. Perkembangan Kognitif
1. Pengurutan, mampu untuk mengurutan objek menurut ukuran,
bentuk, atau ciri lainnya.
2. Klasifikasi, mampu untuk memberi nama dan mengidentifikasi
benda.
3. Decentering, mempertimbangkan beberapa aspek untuk
memecahkan masalah.
4. Reversibility, memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat
diubah, kemudian kembali ke keadaan awal.
5. Konservasi, memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah
benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau
tampilan dari objek atau benda-benda tersebut.
6. Penghilangan sifat Egosentrisme kemampuan untuk melihat sesuatu
dari sudut pandang orang lain
b. Perkembangan Moral
1. Usia 6-9 tahun, menempati posisi apa untungnya buat saya, perilaku
yang benar didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya.
Penalaran tahap dua kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan
orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh
terhadap kebutuhannya sendiri. semua tindakan dilakukan untuk
melayani kebutuhan diri sendiri saja.
2. Usia 9-12 tahun, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki
peran sosial. Individu mau menerima persetujuan atau
ketidaksetujuan dari orang-orang lain karena hal tersebut
merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang
dimilikinya. Mereka mencoba menjadi seorang anak baik untuk
memenuhi harapan tersebut, karena telah mengetahui ada gunanya
melakukan hal tersebut. Penalaran tahap tiga menilai moralitas dari
suatu tindakan dengan mengevaluasi konsekuensinya dalam bentuk
hubungan interpersonal, yang mulai menyertakan hal seperti rasa
hormat, rasa terimakasih, dan golden rule.
c. Perkembangan Mental Emosional dan Social
1. Melalui interaksi sosial, anak-anak mulai mengembangkan rasa
bangga dalam prestasi dan bangga pada kemampuan mereka.
2. Anak-anak yang didorong dan dipuji oleh orang tua dan guru
mengembangkan perasaan kompetensi dan kepercayaan
keterampilan mereka. Mereka yang menerima sedikit atau tidak ada
dorongan dari orangtua, guru, akan meragukan kemampuan mereka
untuk menjadi sukses.
3. Mereka yang layak menerima dorongan dan penguatan melalui
eksplorasi pribadi akan muncul dari tahap ini dengan perasaan yang
kuat tentang diri dan rasa kemerdekaan dan kontrol. Mereka yang
tetap yakin dengan keyakinan dan keinginan mereka akan tidak
aman dan bingung tentang diri mereka sendiri dan masa depan.
d. Perkembangan Psikomotor
1. Mampu melompat dan menari
2. Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan, dan badan
3. Dapat menghitung jari-jarinya
4. Mendengar dan mengulang hal-hal penting dan mampu bercerita
5. Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
6. Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya
7. Mampu membedakan besar dan kecil
8. Ketangkasan meningkat
9. Melompat tali
10. Bermain sepeda
11. Mengetahui kanan dan kiri
12. Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan
13. Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
Kegagalan mencapai tugas-tugas perkembangan ini akan melahirkan perilaku
yang menyimpang (delinquency). Penyimpangan yang terjadi pada anak yang
berusia sekolah dasar antara lain:
1. Suka membolos dari sekolah
2. Malas belajar
3. Keras kepala
2.4 Masalah-Masalah Kesehatan yang Timbul pada Kelompok Usia Sekolah
2.4.1 Menular
a. Cacingan
Cacing merupakan parasit atau organisme yang hidup pada
organisme lain. Cacing yang ada pada tubuh manusia akan
merampas zat makanan dari tubuh yang dijasikan tempat tinggalnya.
Jika terjadi pada anak-anak akan mengganggu pertumbuhan dan
menurunkan daya tahan tubuh. Umumnya cacing masuk ke dalam
tubuh manusia melalui tanah. Anak-anak yang masih belum
mengerti tentang kebersihan diri, sering bermain di tempat-tempat
yang kotor seperti di got atau bermain pasir, sehingga mudah
diserang penyakit cacingan. Jenis cacing yang biasa menjadi parasit
dalam tubuh manusia adalah cacing gelang, cacing kremi dan cacing
tambang.
Keluhan akibat cacingan antara lain perut kembung, mual, muntah,
sakit perut, nafsu makan menurun, diare, dan gatal didubur terutama
malam hari.
b. Campak
Penyakit campak adalah penyakit yang sangat menular yang
disebabkan oleh virus campak.Penularannya terjadi melalui udara
ataupun kontak langsung dengan penderita.Virus campak menyebar
lewat percikan ludah penderita.Virus cacar air bisa pindah ke tubuh
orang sehat lewat bersentuhan langsung dengan cacarnya.Untuk itu
maka penderita campak dan cacar air dilarang masuk sekolah.
Gejala-gejalanya adalah demam, batuk, pilek dan timbul bercak
merah di kulit 3-5 hari setelah anak menderita demam.Bercak mula-
mula timbul di pipi di bawahtelinga yang kemudian menjalar ke
muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya.Komplikasi dari penyakit
campak adalah pneumonia (radang paru-paru), infeksitelinga,
neuritis (radang pada syaraf), artritis (radang sendi) dan ensefalitis
(radangotak) yang dapat menyebabkan kerusakan otak yang
permanen.
c. Mumps (Gondong)
Penyakit gondong adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
gondong.Penularannya terjadi melalui udara.Gejala-gejalanya adalah
demam 3-5 hari,pembengkakan di daerah pipi yang berdekatan dengan
telinga bagian bawah, rasakurang enak badan, nyeri kepala dan rasa
sakit bila menelan atau mengeluarkanair liur.Komplikasi paling sering
adalah radang otak dan radang buah pelir ataukandung telur (14-35%)
yang dapat mengakibatkan kemandulan.
d. Rubella
Penyakit rubela atau campak jerman adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus rubela.Penularannya adalah melalui
udara.Gejala-gejala yang khasadalah demam, timbulnya bercak merah
di kulit (hampir serupa dengan campak),pembesaran kelenjar getah
bening di leher dan bagian belakang kepala.Komplikasi rubela adalah
artritis (radang sendi) dan neuritis (radang syaraf).
e. Cacar air
Cacar air atau varisela memang merupakan penyakit anak-anak yang
sudah ratusan tahun dikenal orang. Diawali dengan gejala melemahnya
kondisi tubuh,pusing, demam yang kadang-kadang diiringi batuk,
dalam waktu 24 jam timbulbintik-bintik yang berkembang menjadi lesi
(mirip kulit yang terangkat karenaterbakar) dan terakhir menjadi
benjolan-benjolan kecil berisi cairan.
Virus penyebab penyakit cacar air ini berpindah dari satu orang ke
orang lain melalui percikan ludah yang berasal dari batuk atau bersin
penderita dan diterbangkan melalui udara atau kontak langsung dengan
kulit yang terinfeksi. Komplikasi yang langka tapi bisa terjadi berupa
radang paru, radang otak, radang sumsum tulang, kegagalan hati,
hepatitis serta sindrom Reye (kelainan pada otak sekaligus hati).
2.4.2 Tidak menular
a. Karies Gigi
Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang paling sering
memengaruhi individu pada segala usia dan merupakan masalah oral
utama yang terjadi pada anak-anak dan remaja. Usia yang paling
rentan menderita karies gigi adalah usia 4-8 tahun untuk gigi primer
dan 12-18 tahun untuk gigi sekunder atau permanen.
Karies gigi merupakan penyakit yang multifaktor, hal ini melibatkan
kerentanan gigi, mikroflora koriogenik, dan lingkungan oral yang
sesuai. Jumlah anak yang tidak mendapatkan pengawasan gigi secara
teratur sangat mengkhawatirkan, dan terdapat jumlah signifikan
untuk anak yang mencapai usia dewasa tanpa mendapatkan
pemeriksaan atau pengobatan oleh pelayanan kesehatan.
b. Retardasi Mental
Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi
yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk
belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan
yang dianggap normal.
Anak tidak mampu belajar dan beradaptasi karena intelegensi rendah
dan biasanya IQ di bawah 70. Anak dengan retardasi mental akan
mengalami gangguan perilaku adaptasi sosial, yaitu dimana anaka
mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya,
tingkah laku kekanak-kanakan tidak sesuai dengan umurnya. Retardasi
mental memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Fungsi intelektual umum di bawah normal
2. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif
3. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan, yaitu dibawah usia
18 tahun.

2.5 Masalah kesehatan anak di luar negeri

Parasetamol Menyebabkan Asma pada Anak. Bayi dan balita yang


diberi obat penurun panas dan nyeri parasetamol memiliki kemungkinan besar
terserang asma atau eksem ketika mereka menginjak usia sekolah dasar. Hal
ini disimpulkan oleh suatu penelitian terbaru. "Akan tetapi para orang tua
tidak perlu cemas, dan jangan pula berhenti menggunakan parasetamol bila
anak mereka demam, karena penelitian ini belum terlalu jelas menjelaskan
apakah parasetamol saja yang menyebabkan asma dan eksem ini", kata
seorang ahli pernafasan di Australia.
Penelitian ini, yang dipublikasikan oleh The Lancet, menunjukkan
bahwa penggunaan parasetamol pada anak umur satu tahun dapat
meningkatkan risiko terkena penyakit alergi (asma/eksem) ketika anak
tersebut menginjak umur 7 tahun. Kemungkinannya adalah 50%.
"Anak yang lebih sering diberi parasetamol memiliki kemungkinan
sebesar 3 kali lipat terkena asma dan reaksi alergi pada hidung (rhino
conjunctivitis), serta kemungkinan terkena eksem sebesar 2 kali lipat", kata
Prof. Richard Beasley, ketua tim peneliti pada Medical Research Institute di
Selandia Baru.
Penelitian ini melibatkan 200 ribu anak dari 31 negara, dan dianggap
dapat menjelaskan misteri mengenai meningkatnya kasus asma pada anak-
anak di Australia dan Selandia Baru sepanjang masa 50 tahun terakhir ini.
Namun Prof. Beasley mengatakan juga bahwa penelitian ini masih
harus ditopang oleh penelitian sejenis yang lain, sehingga saat ini hasil
penelitian tersebut belum dianggap cukup kuat untuk menghentikan
pemakaian parasetamol.
Hasil penelitian Prof. Beasley tersebut mendukung rekomendasi World
Health Organization (WHO) baru-baru ini yang menyatakan agar parasetamol
tidak digunakan secara rutin, namun hanya untuk kondisi demam yang benar-
benar tinggi.
Dr. Raymond Mullins, seorang konsultan kesehatan dan presiden pada
Australasian Society for Clinical Immunology and Allergy mengatakan bahwa
penemuan ini adalah fenomena yang menarik yang berpotensi mengubah
metode pengobatan demam.
Akan tetapi peneliti lain, yaitu Dr. Adrian Lowe, menyatakan bahwa
mungkin ada penjelasan lain mengenai penyebab asma ini. "Ada sejumlah
infeksi yang dikaitkan juga dengan terjadinya asma pada anak-anak, jadi pada
penelitian demikian adalah sangat sukar untuk menentukan apakah
parasetamol ataukah juga infeksi tertentu yang menyebabkan kasus asma
tersebut".
2.5.1 Upaya peningkatan kesehatan anak di LN

Wabah HIV/AIDS adalah bencana besar yang sangat cepat


berdampak bagi anak-anak. Hampir 3 juta anak-anak telah terjangkiti
virus HIV atau hidup dengan AIDS. Lebih dari 14 juta anak-anak
berusia di bawah 15 tahun telah kehilangan salah satu atau kedua orang
tua mereka akibat AIDS, dan sebagian besar dari mereka tinggal di
benua Sub-Sahara Afrika. Pada tahun 2010, jumlah anak yatim akibat
AIDS secara global diperkirakan lebih dari 25 juta anak. Namun angka
ini hanya sebagian dari jumlah anak-anak yang kehidupannya telah
berubah drastis akibat dampak HIV/AIDS terhadap keluarga mereka,
masyarakat, sekolah, sistem layanan kesehatan dan kesejahteraan serta
perekonomian nasional maupun lokal.

Dengan tingkat penyebaran infeksi HIV yang semakin meningkat


di beberapa kawasan di dunia ini, maka krisis bagi anak-anak ini
diperkirakan akan terus berlangsung selama beberapa dekade, meskipun
program pencegahan dan perawatan telah diperluas. Reaksi keluarga
dan masyarakat terhadap nasib anak-anak ini adalah merasa kasihan dan
sangat tabah. namun mereka berjuang di bawah tekanan.

Hingga saat ini, beberapa sumber tengah berupaya menjangkau


beberapa keluarga dan masyarakat yang berperan dalam memberikan
respon di garis terdepan, dan hanya sedikit perhatian yang diberikan
pada anak yatim dan anak-anak yang rentan di sebagian besar agenda
pembangunan nasional. Di samping itu, para pendonor belum
menetapkan program-program yang komprehensif terhadap persoalan
ini. Respon terhadap krisis anak-anak yang terkena dampak HIV/AIDS
ini secara jelas belum dianggap sebagai suatu prioritas global.

Kerangka kerja ini, yang disusun sebagai hasil kerjasama antara


beberapa praktisi pembinaan dan para perwakilan dari sejumlah jajaran
lembaga pemerintah, organisasi keagamaan dan LSM, lembaga
akademis, sektor swasta dan masyarakat madani, memberi peluang
yang unik untuk mencapai tindakan bersama. Tak ada satupun
pemerintahan atau lembaga yang dapat merespon secara efektif ribuan
masalah yang diciptakan oleh wabah ini. Namun dengan kerja sama
dalam suatu cara yang kreatif dan terkoordinir dengan baik – dan
dengan satu agenda yang sama – maka kita dapat mengambil satu
langkah besar menuju arah yang benar.

Kerangka kerja ini didasarkan pada beberapa pelajaran yang


dipelajari selama bertahun-tahun. Kerangka kerja ini menempatkan
keluarga dan masyarakat sebagai pondasi dari respon yang efektif dan
luas. Anak-anak juga dapat menjadi agen perubahan yang penting,
suatu peran yang dapat meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri
mereka, oleh karena mereka menjadi mitra dalam upaya memerangi
HIV/AIDS. Di samping itu, kerangka kerja ini mengusulkan agar
intervensi-intervensi yang dihasilkannya dapat diarahkan pada semua
anak-anak yang rentan dan masyarakat dimana mereka tinggal, dan
diintegrasikan dengan program-program lain untuk meningkatkan
kesejahteraan anak dan mengurangi kemiskinan. Penargetan anak-anak
yang hidup dengan HIV atau AIDS maupun anak-anak yang menjadi
yatim akibat penyakit ini hanya akan memperburuk stigma dan
perlakuan diskriminatif terhadap mereka. Beberapa strategi utama dari
kerangka kerja ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Meningkatkan kapasitas keluarga untuk melindungi dan merawat


anak yatim dan anak-anak yang rentan dengan memperpanjang
hidup orang tuanya dan memberi bantuan ekonomi, psikologis
serta bantuan-bantuan lainnya;

2. Memobilisasi dan mendukung respon yang berbasis masyarakat.

2.6 Pelayanan Kesehatan pada anak Usia Sekolah


2.6.1 Standart Pelayanan Kesehatan Minimal untuk Anak Usia Sekolah
1. Peningkatan kesehatan
a. Memberikan keteladanan di sekolah, meliputi:
- Warung sekolah yang memenuhi persyaratan.
- Kebersihan lingkungan sekolah yang memenuhi persyaratan,
diantaranya: pengelolaan sampah, saluran air, kebersihan
jamban dan kamar mandi.
- Tidak ada tempat pembiakan bintang penyebaran penyakit.
b. Membina kebersihan perorangan peserta didik.
c. membina peran serta peserta didik dalam pelayanan kesehatan,
dalam bentuk kader kesehatan sekolah (dokter kecil).
2. Pencegahan
a. Penjaringan kesehatan peserta didik kelas I.
b. Pemeriksaan kesehatan periodic.
c. Imunisasi ulangan kelas I dan VI.
d. Pengawasan keadaan air
3. Penyembuhan dan pemulihan
a. Pengobatan ringan dan perawatan/pertolongan
b. Rujukan medic
c. Penanganan kasus anemia gizi
4. Penatalaksanaan
a. Pertemuan komunikasi terpadu antar kegiatan pokok puskesmas,
dalam rangka:
- Perencanaan program UKS
- Pemantauan dan evaluasi
- Pertemuan antara puskesmas dan sekolah
b. Pembinaan teknis dan pengawasan ke sekolah
c. Pencatatan dan pelaporan

2.6.2 Standar Lingkungan Kehidupan Sekolah yang Sehat


Lingkungan kehidupan sekolah yang sehat mencakup:
1. Lingkungan fisik
a Pengawasan terhadap sumber air bersih, sampah, air limbah,
tempat pembuangan tinja, dan kebersihan lingkungan sekolah.
b Pengawasan kantin sekolah
c Pengawasan bangunan sekolah yang sehat
d Pengawasan binatang serangga dan pengerat yang ada di
lingkungan sekolah
e Pengawasan terhadap pencemaran lingkungan tanah, air dan
udara di sekitar sekolah
2. Lingkungan psikis
a Memberikan perhatian terhadap perkembangan peserta didik.
b Memberikan perhatian khusus terhadap anak-anak didik yang
bermasalah.
c Membina hubungan khusus terhadap anak-anak didik yang
bermasalah
3. Lingkungan sosial
a Membina hubungan yang harmonis antara guru dengan peserta
didik.
b Membina hubungan yang harmonis antara peserta didik dengan
peserta didik.
c Membina hubungan yang harmonis antara guru, murid dan
karyawan sekolah, serta masyarakat.
2.6.3 Kegiatan utama pelayanan kesehatan di sekolah

Pelayanan kesehatan di sekolah dasar diutamakan pada upaya


peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), serta
penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) yang
dilaksanakan melalui kegiatan berikut.

1. Peningkatan kesehatan (promotif) dilaksanakan melalui kegiatan


intrakulikuler dan penyuluhan serta latihan keterampilan oleh
tenaga kesehatan di sekolah. Misalnya, kegiatan penyuluhan gizi,
kesehatan pribadi, penyakit menular, cara menggosok gigi yang
benar, cara mengukur tinggi dan berat badan, serta memeriksa
ketajaman penglihatan.
2. Tindakan pecegahan (preventif) dilaksanakan melalui kegiatan
peningkatan daya tahan tubuh, pemutusan mata rantai penularan
penyakit, dan penghentian proses penyakit pada tahap dini sebelum
timbul penyakit. Misalnya, imunisasi yang dilakukan oleh petugas
puskesmas, pemberantasan sarang nyamuk, pengobatan sederhana
oleh dokter kecil, kegiatan penjaringan (skrining) kesehatan bagi
siswa SD kelas satu dan pemeriksaan berkala setiap enam bulan
bagi seluruh siswa.
3. Penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) dilakukan
melalui kegiatan pencegahan komplikasi dan kecacatan akibat
proses penyakit atau untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik yang cedera tau cacat agar dapat berfungsi dengan normal
lagi.

Kegiatan dapat berupa pengobatan ringan dan pertolongan pertama di


sekolah serta rujukan medis ke puskesmas untuk mengurangi derita
sakit, kasus kecelakaan, keracunan atau kondisi lain yang
membahayakan nyawa, dan kasus penyakit khusus.

2.6.3 Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat

Program pembinaan lingkungan sekolah sehat mencakup pembinaan


lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, masyarakat sekitar, dan
unsur-unsur penunjang. Program pembinaan lingkungan sekolah:

1. Lingkungan fisik sekolah


1) Penyediaan dan pemeliharaan tempat penampungan air bersih.
2) Pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah.
3) Pengadaan dan pemeliharaan air limbah.
4) Pemeliharaan kamar mandi,WC,kakus,urinoar.
5) Pemeliharaan kebersihan dan kerapian ruangan kelas, ruang
perpustakaan, ruang lab, dan tempat ibadah.
6) Pemeliharaan kebersihan dan keindahan halaman dan kebun
sekolah (termasuk penghijauan sekolah).
7) Pengadaan dan pemeliharaan warung atau kantin sekolah.
8) Pengadaan dan pemeliharaan pagar sekolah.
2. Lingkungan mental dan sikap
3. Program pembianaan lingkungan mental dan sosial yang sehat
dilakukan melalui usaha pemantapan sekolah sebagai lingkungan
pendidikan (wiyata mandala) dengan meningkatkan pelaksanaan
konsep ketahanan sekolah, sehingga tercipta suasana dan hubungan
kekeluargaan yang akrab dan erat antara sesama waraga sekolah.

Pembinaan lingkungan keluarga

Pembinaan lingkungan keluarga bertujuan untuk:

1. Meningkatkan pengetahuan orang tua peserta didik tentang hal-hal


yang berhubungan dengan kesehatan
2. Meningkatkan kemampuan dan partisipasi orang tua peserta didik
dalam pelaksanaan hidup sehat.

Pembinaan lingkungan keluarga dapat dilakukan antara lain dengan:

1. Kunjungan rumah yang dilakukan antara lain dengan :


2. Ceramah kesehatan yang dapat diselenggarakan di sekolah bekerja
sama dengan dewan sekolah atau dipadukan dengan kegitan di
masyarakat dengan koordinasi LKMD.

Pembinaan masyarakat sekitar

1. Pembinaan dilakukan dengan cra pendekatan kemasyarakat, dapat


dilakukan oleh kepala sekolah atau madrasah dan pondok
pesantren, guru, ataupun pembina UKS. Misalnya dengan membina
hubungan baik atau kerja sama dengan masyarakat, LKMD atau
dewan kelurahan, ketua RT/RW, dan organisasi-organisasi
kemsyarakatan lainnya.
2. Penyelenggara penyuluhan tentang keshatan dan pentingnya arti
pembinaan lingkungan sekolah sebagai lingkungan belajar yang
sehat. Untuk itu, masyarakat bisa diundang ke sekolah. Pembicara
dapat dimintakan dari puskesmas, pemerintah daerah setempat, dan
narasumber lainnya seperti lembaga swadaya masyarakat.
3. Penyuluhan massa baik secara tatp muka maupun melalui media
cetak dan audio visual.
4. Menyelenggarakan proyek panduan disekolah atau madrasah dan
pondok pesantren.
2.6.4 UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)
Menurut Pendidikan dan KebudayaanUsaha Kesehatan Sekolah
adalah upaya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat
yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan
pelayanan kesehatan di sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha
yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan
di lingkungan sekolah.
Menurut Departemen KesehatanUsaha Kesehatan Sekolah adalah
usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan
anak didik beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama.UKS
merupakan wahana untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan
selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat, yang pada gilirannya
menghasilkan derajat kesehatan yang optimal.
1. Alasan perlunya upaya kesehatan sekolah
a Anak usia sekolah merupakan kelompok umur yang rawan
terhadap masalah kesehatan.
b Usia sekolah sangat peka untuk menanamkan pengertian dan
kebiasaan hidup sehat.
c Sekolah merupakan institusi masyarakat yang terorganisasi
dengan baik.
d Keadaan kesehatan anak sekolah akan sangat berpengaruh
terhadap presentasi belajar yang dicapai.
e Anak sekolah merupakan kelompok terbesar dari kelompok usia
anak-anak yang menerapkan wajib belajar.
2. Kegiatan Pokok Usaha Kesehatan Sekolah
Nemir mengelompokkan usaha kesehatan sekolah menjadi 3
kegiatan pokok, yaitu:
a Pendidikan Kesehatan di Sekolah (Health Education in School)
- Kegiatan intrakulikuler
Berupa mata pelajaran yang berdiri seperti mata pelajaran Ilmu
Kesehatan atau disispkan dalam ilmu-ilmu seperti olah raga
dan kesehatan, ilmu pengetahuan alam.
- Kegiatan ekstrakurikuler
Pendidikan kesehatan yang dimasukkan dalam kegiatan-
kegiatan ekstrakurikuler dalam rangka menanamkan perilaku
sehat peserta didik.
Kegiatan yang perlu dilakukan dapat berupa:
a) Penyuluhan kesehatan berkaitan dengan:
- Higiene personal yang meliputi pemeliharaan gigi dan
mulut, kebersihan kulit dan kuku, mata, telinga.
- Lomba poster sehat.
- Perlombaan kebersihan kelas.
b Pemeliharaan Kesehatan Sekolah (School Health Service)
Pemeliharaan kesehatan sekolah dalam memelihara,
meningkatkan dan menemukan secara dini gangguan kesehatan
yang mungkin terjadi terhadap peserta didik.
Kegiatan yang dilakukan:
a. Pemeriksaan kesehatan, yang meliputi gigi dan mulut, mata
telinga dan tenggorokan, kulit, dan rambut.
b. Pemeriksaan perkembangan kecerdasan.
c. Pemberian imunisasi
Pemberian imunisasi melalui program BIAS (Bulan Imunisasi
Anak Sekolah). BIAS adalah bulan dimana seluruh kegiatan
imunisasi di laksanakan di seluruh Indonesia dengan tujuan
agar mendapatkan perlindungan (kekebalan) dari penyakit
infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Imunisasi yang diberikan pada BIAS ada tiga jenis:
1. Campak pada anak kelas 1
2. DT pada anak kelas 1
3. TT pada anak kelas 2 dan 3
BIAS dilaksanakan 2 kali setahun pada:
1. Bulan September untuk pemberian imunisasi Campak pada
anak kelas 1
2. Bulan november untuk pemberian imunisasi DT pada anak
kelas 1, TT pada anak kelas 2 dan 3
d. Penemuan kasus-kasus dini yang mungkin terjadi
e. Pengobatan sederhana
f. Perolongan pertama
g. Rujukan bila menemukan kasus yang tidak dapat ditanggulangi
di sekolah
3. Kegiatan Petugas dalam Pelaksanaan UKS (TPUKS)
Uraian Kegiatan Petugas dalam Pelaksanaan UKS (TPUKS)
a. Membina sarana keteladanan gizi misalnya kantin sekolah.
b. Membina sarana keteladanan lingkungan.
1. Menggerakkan pemeliharaan dan pengawasan lingkungan
sekolah seperti pengelolaan sampah, saluran air limbah,
kebersihan jamban dan kamar mandi, kebersihan kantin
sekolah, ruang UKS dan ruang kelas.
2. Mencegah terbentuknya tempat pembiakan binatang
penyebaran penyakit, seperti lalat, nyamuk, tikus.
c. Kebersihan perseorangan peserta didik.
1. Pemeriksaan rutin kebersihan kuku, telinga, rambut, gigi.
2. Mengajarkan cara gosok gigi yang benar.
d. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berperan
serta aktif dalam pelayanan kesehatan, dalam bentuk.
1. Kader kesehatan sekolah
2. Dokter kecil
e. Penjaringan kesehatan peserta didik baru di kelas I.
f. Pemeriksaan kesehatan secara periodik.
g. Imunisasi.
h. Pengawasan terhadap keadaan air.
i. Pengobatan ringan dan pertolongan pertama di sekolah
j. Rujukan medic
k. Penanganan kasus anemia
l. Forum komunikasi terpadu
m. Pencatatan dan pelaporan
c. Pengelolaan UKS
1) Pelaksana
Yang terlibat dalam pelaksanaan usaha kesehatan sekolah
adalah:
a) Guru UKS
b) Peserta didik
c) Petugas kesehatan dari puskesmas
d) masyarakat sekolah (BP3).
2) Prinsip-prinsip pengelolaan
1) Mengikutsertakan peran aktif masyarakat sekolah, yang
meliputi:
- Masyarakat sekolah yang terdiri dari guru, peserta
didik, karyawan sekolah.
- Masyarakat di luar sekolah, orang tua murid yang
bernaung di bawah Badan Pembantu Penyelenggara
Pendidikan (BP3)
b. Kegiatan yang terintegrasi. Pelayanan kesehatan
menyeluruh yang menyangkut segala upaya kesehatan
pokok puskesmas sebagai satu kesatuan yang utuh dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan peserta didik.
c. Melaksanakan rujukan untuk mengatasi masalah
kesehatan yang tidak dapat diatasi di sekolah ke fasilitas
kesehatan yaitu puskesmas atau rumah sakit.
d. Kolaborasi tim, karena UKS merupakan kegiatan yang
melibatkan kerja sama lintas sektoral, maka diperlukan
kerja sama tim yang baik dan terorganisir, dan tiap-tiap
instansi mempunyai uraian tugas yang jelas sehingga
tidak terjadi tumpang tindih dalam melakukan
kegiatannya.
3) Tolak ukur keberhasilan pembinaan
a. Dilihat dari peserta didik:
- Sehat, tidak sakit-sakitan
- Absensi sakit menurun
- Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sesuai
dengan golongan usia
- Peserta didik telah mendapatkan imunisasi ulangan.
b. Dilhat dari lingkungan sekolah:
- Semua ruangan dan kamar mandi, jamban, dan
pekarangan bersih
- Tidak ada sampah
- Ada sumber air bersih.
2.6.5 Sasaran Usaha Kesehatan di Sekolah

Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari berbagai


tingkat pendidikan sekolah, mulai dari taman kanak-kanak, pendidikan
dasar, pendidikan menengah, pendidikan agama, pendidikan kejuruan,
dan pendidikan khusus (sekolah luar biasa). Untuk sekolah dasar, UKS
diprioritaskan pada kelas satu,tiga,dan enam.

2.7 Peran Perawat


Sebagai pelaksana asuhan keperawatan disekolah, perawat mempunyai peran:
1. Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik dengan
melakukan pengumpulan data, analisis data, serta perumusan dan
prioritas masalah.
2. Menyusun perencanaan kegiatan UKS bersama tim pembina UKS
3. Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kegiatan yang
disusun
4. Mencatat dan melaporkan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
5. Sebagai pengelola kegiatan UKS, perawat kesehatan yang bertugas di
puskesmas menjadi salah satu anggota dalam tim pembina UKS atau
dapat juga ditunjuk sebagai salah satu orang koordinator UKS di tingkat
puskesmas. Bila perawat kesehatan ditunjuk sebagai koordinator maka
pengelolaan UKS menjadi tanggung jawabnya atau paling tidak ikut
terlibat dalam tim pengelola kesehatan UKS.
6. Sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan, peranan perawat dalam
memberikan penyuluhan kesehatan dapat dilakukan secara langsung
(melalui penyuluhan kesehatan yang bersifat umum dan klasik) atau tidak
langsung sewaktu melakukan pemeriksaan kesehatan peserta didik secara
perorangan.
7. Memberikan pelayanan serta meningkatkan kesehatan individu dan
memberikan pendidikan kesehatan kepada semua populasi yang ada
disekolah.
8. Memberikan konstribusi untuk mempertahankan dan memperbaiki
lingkungan fisik dan sosial.
9. Menghubungkan program kesehatan sekolah dengan program kesehatan
masyarakat lainnya.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

3.1 Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Sekolah


A. Pengkajian
1. Core
a. Sejarah
Pengamatan sementara mengenai sejarah dari suatu wilayah yang
mempengaruhi kesehatan anak usia sekolah yang tinggal di
wilayah tersebut.
b. Demografi
Karakteristik anak usia sekolah yang ditemukan dalam suatu
wilayah, termasuk data usia, jenis kelamin, dan piramida penduduk
khususnya data anak usia sekolah.
c. Statistik vital
Pengamatan mengenai jenis penyakit yang diderita anak usia
sekolah (tiga bulan terakhir), jenis penyebab kematian yang sering
terjadi pada anak usia sekolah di suatu wilayah, perilaku penyebab
sakit, serta pola makan, pola istirahat, dan pola eliminasi.
d. Kelompok etnis
Pengamatan mengenai jenis, kebiasaan budaya, dan tipe keluarga
dalam suatu wilayah yang dapat mempengaruhi kesehatan agregat
anak usia sekolah serta identifikasi berbagai suku dan etnis yang
dijumpai dalam wilayah tersebut.
e. Nilai dan kepercayaan
Mengkaji nilai yang dianut oleh anak usia sekolah terkait
pergaulan dan agama, penilaian anak usia sekolah mengenai
kenakalan yang sering terjadi pada anak usia sekolah, serta
mengidentifikasi nilai dan keyakinan dalam masyarakat terkait
anak usia sekolah.

2. Subsistem
a. Lingkungan fisik
Kebersihan lingkungan di sekolah dan tempat tinggal anak,
aktivitas anak yang dilakukan di sekolah maupun di rumah yang
dapat mempengaruhi kesehatan anak usia sekolah, serta
keberadaan dan bentuk kegiatan peer / kelompok anak usia sekolah
baik di sekolah maupun di rumah.
b. Pelayanan kesehatan dan sosial
Ketersediaan pelayanan khusus anak usia sekolah baik di sekolah
maupun di lingkungan tempat tinggal, bentuk dan jenis pelayanan
kesehatan anak usia sekolah, keberadaan pelayanan konseling di
sekolah, keberadaan UKS di sekolah, interaksi anak usia sekolah
dengan petugas UKS, jenis pelayanan dan keberlangsungan UKS,
serta tenaga yang terlibat dalam kegiatan pelayanan UKS.
c. Ekonomi
Keadaan social ekonomi keluarga, jumlah anak usia sekolah yang
bekerja, jenis pekerjaan anak usia sekolah, serta pembayaran untuk
mendapatkan pelayanan anak usia sekolah.
d. Keamanan dan transportasi
Kebiasaan personal hygiene terkait anak usia sekolah,
perlindungan terhadap kecelakaan di sekolah, dan di rumah,
kenyamanan dan keamanan di lingkungan sekolah dan rumah bagi
anak usia sekolah, ketersediaan upaya pelayanan keamanan yang
ada di sekolah, serta sarana transportasi yang biasa digunakan anak
usia sekolah dan yang tersedia di lingkungannya.
e. Pemerintah dan politik
Kebijakan pemerintah terkait kesehatan anak usia sekolah, upaya
kesehatan atau kegiatan sejenis untuk anak usia sekolah, serta
kebutuhan anak usia sekolah terhadap kegiatan pelayanan
kesehatan anak usia sekolah.
f. Komunikasi
Komunikasi formal yang sering digunakan anak usia sekolah untuk
memperoleh informasi tentang kesehatan (koran, internet, radio,
televisi, dsb), komunikasi informal yang diperoleh anak usia
sekolah, keinginan anak usia sekolah untuk memperoleh
pendidikan kesehatan, serta komunikasi yang biasa digunakan
orang tua dan peer terhadap anak usia sekolah.

g. Pendidikan
Pendidikan formal anak usia sekolah, pendidikan informal anak
usia sekolah, kegiatan informal (pengajian, perkumpulan, dsb)
yang dilakukan anak usia sekolah dirumah dan disekolah, serta
pemahaman anak usia sekolah terkait kesehatan.
h. Rekreasi
Jenis, frekuensi, dan tempat yang sering digunakan anak usia
sekolah untuk melakukan kegiatan rekreasi bersama, saranan
penyaluran bakat anak usia sekolah, serta pemanfaatan waktu anak
usia sekolah.

3.2 Masalah Keperawatan


Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak usia sekolah adalah
(Diagnosa Keperawatan Nanda 2012-2014) :
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
3. Diare
4. Kerusakan gigi
5. Resiko jatuh
6. Resiko cidera

3.3 Diagnosa dan Rencana Tindakan


Diagnosa Tujuan RencanaTindakan Sasaran Metode
Keperawatan
Kerusakan gigi 1. Jangka 1. Lakukan pendekatan pada Anak usia Komunikasi
pada anak usia panjang: anak usia sekolah dengan sekolah dan Informasi
sekolah Anak usia melibatkan orang tua, guru, (Siswa) dan
sekolah tidak dan masyarakat. guru
lagi
mengalami 2. Diskusikan rencana Guru dan anak Diskusi
kerusakan pembentukan kader dengan usia sekolah
gigi (Gigi melibatkan orang tua, guru, (siswa)
berlubang, dan masyarakat
karies gigi).
2. Jangka 3. Pembentukan kader kesehatan Orang tua, Screening
pendek: dari orang tua, guru, dan guru, dan
Anak usia masyarakat. masyarakat.
sekolah
mengetahui
cara merawat 4. Diskusikan rencana puskesmas Diskusi
gigi yang penyuluhan mengenai
benar. pemeliharaan kesehatan gigi
dengan melibatkan kader
yang telah terbentuk
mengenai pemeliharaan
kesehatan gigi

5. Beri pendidikan kesehatan puskesmas Kerjasama


tentang pemeliharaan diskusi
kesehatan gigi

6. Perencanaan program “klinik anak usia komunikasi,


gigi sehat” untuk anak usia sekolah , informasi, dan
sekolah melalui kader yang orang tua, dan edukasi
sudah dibekali dengan guru
pendidikan kesehatan

7. Lakukan kerjasama dengan anak usia Diskusi


kader baik dari orang tua, sekolah Monitoring
guru, maupun masyarakat dan evaluating
untuk mengevaluasi
keefektifan program usaha
kesehatan sekolah (UKS)
Resiko respon 1. Jangka 1. Lakukan pendekatan pada Anak usia Komunikasi
Alergi panjang: anak usia sekolah dengan sekolah, guru dan Informasi
Anak usia melibatkan guru, siswa dan dan karyawan
sekolah karyawan sekolah (Petugas sekolah
terhindar dari kantin dan petugas (Petugas
resiko alergi kebersihan sekolah). kantin dan
2. Jangka petugas
pendek: kebersihan
Anak usia sekolah)
sekolah
mengetahui 2. Diskusikan rencana Anak usia Diskusi
cara pembentukan kader dengan sekolah, guru
pencegahan melibatkan guru,anak usia dan karyawan
alergi dan sekolah (siswa) dan sekolah
penanganan karyawan sekolah (Petugas (Petugas
pertama yang kantin dan petugas kantin dan
harus kebersihan sekolah. petugas
dilakukan kebersihan
sekolah)

3. Diskusikan rencana Anak usia Diskusi


penyuluhan mengenai sekolah, guru
pemeliharaan kesehatan dan karyawan
lingkungan dengan sekolah
melibatkan kader yang telah (Petugas
terbentuk yaitu guru, siswa kantin dan
dan karyawan sekolah petugas
(Petugas kantin dan petugas kebersihan
kebersihan sekolah). sekolah)

4. Lakukan kemitraan dengan Puskesmas Kerjasama


puskesmas untuk
mengajarkan kepada kader
yaitu guru, siswa dan
karyawan sekolah (Petugas
kantin dan petugas
kebersihan sekolah)
mengenai pencegahan dan
penanganan pertama yang
dilakukan dalam menghadapi
alergi.

5. Beri pendidikan kesehatan Anak usia Komunikasi,


tentang cara pencegahan dan sekolah, guru informasi,
penanganan pertama pada dan karyawan danedukasi
alergi. sekolah
(Petugas
kantin dan
petugas
kebersihan
sekolah)

6. Perencanaan program UKS Anak usia Diskusi


bersih lingkungan dengan sekolah, guru
melakukan pengelolaan dan karyawan
lingkungan yang bersih dan sekolah
sehat. (Petugas
kantin dan
petugas
kebersihan
sekolah)

7. Lakukan kerjasama dengan Anak usia Monitoring


kader yaitu guru, siswa dan sekolah, guru dan evaluating
karyawan sekolah (Petugas dan karyawan
kantin dan petugas sekolah
kebersihan sekolah) untuk (Petugas
mengevaluasi keefektifan kantin dan
program Usaha Kesehatan petugas
Sekolah (UKS) kebersihan
sekolah)
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA SEKOLAH
4.1 Kasus
Di Kecamatan Wonokusumo Surabaya terdapat sebuah sekolah dasar swasta
Islam bernama SD Muhammadiyah 21. Sekolah ini memiliki lokasi di pinggir
jalan raya yang cukup ramai. Jumlah siswa per tahun rata-rata mencapai 420
orang. Mayoritas perekonomian keluarga siswa adalah menengah ke bawah.
Banyak ditemukan pedagang yang berjualan di pinggir jalan sekitar sekolah.
Meskipun sekolah ini sudah memiliki satu buah kantin di dalam sekolah, namun
kebanyakan siswa lebih memilih jajan di luar kantin. Mayoritas makanan yang
dijual adalah makanan manis dan kebersihannya tidak terjamin. Siswa tidak
dibiasakan mencuci tangan sebelum makan terlihat dari tidak adanya kran air di
halaman sekolah. Di sekolah ini terdapat UKS, namun tidak ada petugas
kesehatan yang bertugas di UKS sekolah.
A. Pengkajian
1. Data Inti
1.1 Sejarah
SD Muhammadiyah adalah sekolah tingkat dasar yang didirikan oleh
pimpinan Muhammadiyah di kota Surabaya. Sekolah ini didirikan
sejak tahun 1998. Awalnya sekolah ini berlokasi di jalan Wonokusumo
37 Surabaya, namun sejak tahun 2005 sekolah ini pindah ke jalan
Bulaksari 19 Surabaya karena lokasi baru yang lebih luas dan lebih
strategis.
1.2 Demografi
SD Muhammadiyah 21 terdiri dari 6 tingkatan kelas, yakni kelas 1
sampai dengan kelas 6 yang masing-masing tinkatan terdiri dari 2
kelas dan setiap kelas berisi maksimal 35 siswa. Jumlah siswa per
kelas, kelas 1 berjumlah 92 orang, kelas 2 berjumlah 86 orang, kelas 3
berjumlah 74 orang, kelas 4 berjumlah 68 orang, kelas 5 berjumlah 55
orang, dan kelas 6 berjumlah 51 orang. Dengan 224 berjenis kelamin
laki-laki dan 200 berjenis kelamin perempuan. Rentang usia siswa 7-
13 tahun.
1.3 Kelompok Etnis
Mayoritas siswa berasal dari suku Jawa.
1.4 Nilai dan Keyakinan
Semua siswa di SD Muhammadiyah 21 beragama Islam dan seluruh
kegiatan belajar mengajar didasarkan pada hukum-hukum islam serta
berpatokan pada Al quran dan Hadist.
1.5 Kebiasaan
Perilaku hidup sehat di sekolah kurang diperhatikan khususnya dalam
menjaga asupan makanan. Para siswa masih gemar jajan makanan
manis dan jajan sembarangan sehingga berefek pada kesehatan gigi
dan berbagai permasalahan kesehatan didukung juga karena kurangnya
pengawasan dari orang tua.

2. Data Subsistem
2.1 Fisik dan Lingkungan
SD Muhammadiyah 21 berlokasi di Jalan Bulak Sari Masjid 19
Surabaya, terletak di pinggir jalan. Banyak sekali kendaraan yang
berlalu lalang di depan SD tersebut sehingga para siswa mengeluh sulit
menyebrang jalan dan membutuhkan satpam untuk membantu
menyebrang jalan.
SD Muhammadiyah 21 berlokasi di kawasan yang padat penduduk.
Kualitas udara di DS Muhammadiyah 21 buruk dikarenakan adanya
tempat sampah yang menumpuk di depan SD tersebut. Selokan di
sekitar sekolah bersih karena parit tertutup rapat sehingga tidak ada
orang yang membuang sampah sembarangan di selokan.
2.2 Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Terdapat satu buah UKS di SD Muhammadiya 21, namun tidak ada
petugas kesehatan yang menjaga UKS. Hanya disediakan kotak P3K
dan obat-obat yang umum digunakan, seperti paracetamol di UKS.
Terdapat satu puskemas yang berlokasi dekat dengan SD tersebut,
namun SD tersebut cukup jauh dengan rumah sakit.
2.3 Ekonomi
Mayoritas perekonomian keluarga siswa adalah menengah ke bawah.
Rata-rata pengahsilan orang tua cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari, seperti kebutuhan untuk makan dan membayar uang
sekolah. Dengan penghasilan yang cukup jarang sekali orang tua
memeriksakan kesehatan anaknya, misalnya untuk memeriksa
kesehatan gigi ke dokter gigi. Apabila mereka sakit, orang tua hanya
membelikan obat yang dijual bebas di warung sekitar rumah.
2.4 Keamanan dan Transportasi
Mudah menemukan transportasi umum di sekolah ini karena letak
sekolah yang berlokasi di pinggir jalan. Beberpa tranportasi
umumyang terdapat di sekolah ini adalang bemo dan becak. Beberapa
siswa masih diantar jemput dengan sepeda motor dan siswa yang
rumahnya berlokasi dekat dengan sekolah menggunakan sepeda dan
beberapa berjalan kaki.
SD Muhammadiyah 21 memiliki dua orang petugas keamanan,
sehingga siswa dapat meminta bantuan patugas keamanan untuk
menyebrang jalan. Dengan adanya satpam kecelakaan kendaraan
bermotor dapat diminimalkan.
2.5 Pemerintah dan Politik
Pemerintah daerah setempat memiliki kebijakan memakai baju batik
setiap hari Jumat. Sekolah tersebut memiliki peraturan yang harus
ditaati oleh setiap siswa, seperti tidak boleh datang terlambat dan harus
melaksanakan shalat 5 waktu. Terdapat guru BK di SD tersebut untuk
membantu siswa menentukan bakat dan minat yang dimiliki setiap
siswa.
2.6 Komunikasi
Para siswa tidak diizinkan membawa alat komunikasi ke sekolah
karena dikhawatirkan akan timbul kesenjangan social dan
mengantisipasi alat komunikasi tersebut hilang. Bagi siswa yang
diantar jemput oleh orang tua, siswa tersebut tidak boleh meninggalkan
sekolah sebelum orang tua datang untuk menjemput. Jika suatu kali
orang tua terlambat menjemput anaknya, maka orang tua berkewajiban
berkoordinasi dengan pihak sekolah.
2.7 Pendidikan
Pendidikan di SD Muhammadiyah 21 berlandaskan Islam, banyak
mata pelajaran mengenai agama Islam diajarkan kepada siswanya,
seperti fikih dan kemuhammadiyahan. Meskipun banyak mata pelajran
mengenai Islam, mata pelajaran pokok tetap menjadi prioritas utama
yang harus dikuasai oleh siswa di sekolah tersebut.
Beberapa ekstrakulikuler ditawarkan di sekolah tersebut, seperti
paduan suara, tari, pramuka, bahakan robotika. Setiap siswa berhak
memilih ekstraklikuler yang diminati sesuai dengan bakat yang mereka
miliki.
2.8 Rekreasi
Sekolah menyediakan lapangan bagi para siswa untuk bermain
meskipun lapangan yang disediakan tidak cukup luas. Sekolah juga
mengadakan study tour satu tahun sekali untuk siswa kelas 4,5, dan 6.

B. Analisis Data
1. Kerusakan gigi pada agregat anak usia sekolah di SD Muhammadiyah 21
Surabaya.
Data pendukung:
1) Kebiasaan
Perilaku hidup sehat di sekolah kurang diperhatikan khususnya dalam
menjaga asupan makanan. Para siswa masih gemar jajan makanan
manis dan jajan sembarangan sehingga berefek pada kesehatan gigi
dan berbagai permasalahan kesehatan didukung juga karena kurangnya
pengawasan dari orang tua.
2) Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Terdapat satu buah UKS di SD Muhammadiya 21, namun tidak ada
petugas kesehatan yang menjaga UKS. Hanya disediakan kotak P3K
dan obat-obat yang umum digunakan, seperti paracetamol di UKS.
Terdapat satu puskemas yang berlokasi dekat dengan SD tersebut,
namun SD tersebut cukup jauh dengan rumah sakit.
3) Keamanan dan Transportasi
Pada umumnya jika masih berada dalam lingkungan sekolah para
siswa mendapat penjagaan dari para guru dan petugas keamanan
sekolah. Untuk transportasi anak-anak diantar-jemput oleh pihak
keluarganya dan sebagian menggunakan sepeda sebagai alat
transportasi mereka.
4) Ekonomi
Mayoritas perekonomian keluarga siswa adalah menengah ke bawah.
Rata-rata pengahsilan orang tua cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari, seperti kebutuhan untuk makan dan membayar uang
sekolah. Dengan penghasilan yang cukup jarang sekali orang tua
memeriksakan kesehatan anaknya, misalnya untuk memeriksa
kesehatan gigi ke dokter gigi. Apabila mereka sakit, orang tua hanya
membelikan obat yang dijual bebas di warung sekitar rumah.

2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada agregat anak usia sekolah


di SD Muhammadiyah 21 Surabaya.
Data pendukung:
1) Lingkungan fisik
SD Muhammadiyah 21 berlokasi di kawasan yang padat penduduk.
Kualitas udara di DS Muhammadiyah 21 buruk dikarenakan adanya
tempat sampah yang menumpuk di depan SD tersebut. Selokan di
sekitar sekolah bersih karena parit tertutup rapat sehingga tidak ada
orang yang membuang sampah sembarangan di selokan.
2) Ekonomi
Mayoritas perekonomian keluarga siswa adalah menengah ke bawah.
Rata-rata pengahsilan orang tua cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari, seperti kebutuhan untuk makan dan membayar uang
sekolah. Dengan penghasilan yang cukup jarang sekali orang tua
memeriksakan kesehatan anaknya, misalnya untuk memeriksa
kesehatan gigi ke dokter gigi. Apabila mereka sakit, orang tua hanya
membelikan obat yang dijual bebas di warung sekitar rumah.
3) Keamanan
Keamanan fasilitas sekolahnya kurang terjaga dengan baik seperti
ruang UKS yang tidak terawat, kantin yang kurang terjaga
kebersihannya dan banyak pedagang kaki lima yang menjual jajanan
yang kurang sehat.
4) Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Terdapat satu buah UKS di SD Muhammadiya 21, namun tidak ada
petugas kesehatan yang menjaga UKS. Hanya disediakan kotak P3K
dan obat-obat yang umum digunakan, seperti paracetamol di UKS.
Terdapat satu puskemas yang berlokasi dekat dengan SD tersebut,
namun SD tersebut cukup jauh dengan rumah sakit.

C. Penapisan Masalah
Dari hasil analisis data, didapatkan data yang kemudian dilakukan penapisan
masalah untuk menentukan prioritas masalah, adapun penapisan tersebut dapat
dilihat sebagai berikut :
Masalah Perhatian Poin Tingkat Kemungkinan Jumlah
keperwatan masyarakat Prevalensi Bahaya Untuk
1 : Sangat dikelola
rendah
2 : Rendah
3 : Tinggi
4 : Sangat
Tinggi
Kerusakan gigi 3 4 3 3 108

Ketidakefektifa 4 3 3 4 144
n pemeliharaan
kesehatan

Prioritas Diagnosa Keperawatan


No
Diagnosa Keperawatan Jumlah/skor
Prioritas

1 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada


agregat anak usia sekolah di SD
144
Muhammadiyah 21 Surabaya.

2 Kerusakan gigi pada agregat anak usia sekolah


108
di SD Muhammadiyah 21 Surabaya.
D. Intervensi
Diagnosa Tujuan Rencana tindakan Sasaran Metode Waktu Tempat PJ Sumber
keperawatan dana
Ketidakefekti TUM : 1. Lakukan pendekatan Ketua RW Komunikasi 21 Balai RW A Mahasiswa
fan Meningkatkan informal pada Ketua RW Kader Informasi Oktober Ponkeskel
pemeliharaan pemeliharaan setempat, tokoh Tokoh 2014
kesehatan kesehatan pada masyarakat, dan petugas masyarakat
pada agregat agregat anak pelayanan kesehatan.
anak usia usia sekolah 2. Diskusikan rencana Petugas Diskusi 22 Ponkeskel B
sekolah di SD agar terhindar penyuluhan dengan puskesmas Oktober Rumah
Muhammadiy dari masalah petugas puskemas Kader 2014 kader
ah 21 kesehatan setempat dan kader
Surabaya berdasarkan data yang
TUK : diperoleh.
1. Terjadi 3. Lakukan kemitraan Puskesmas Kerja sama 23 Puskesmas C
peningkatan dengan Puskesmas Oktober setempat
kesadaran dan setempat untuk 2014
pengetahuan mendiskusikan materi
dalam yang akan disampaikan.
berperilaku 4. Lakukan kemitraan Sponsor Kerja sama 24 Perusahaan D
hidup bersih dan dengan produsen produk Oktober
sehat pada anak makanan/minuman untuk 2014
usia sekolah anak usia sekolah yang
2. Terjadi berminat dan peduli
peningkatan terhadap kesehatan anak
pengetahuan usia sekolah.
keluarga 5. Beri pendidikan Ibu Komunikasi 25 Balai RW E
terhadap kesehatan pada ibu dan Anak usia Informasi Oktober
pentingnya anak usia sekolah tentang sekolah Edukasi 2014
perilaku hidup perilaku hidup sehat dan
sehat pada anak pemahaman tentang
usia sekolah makanan sehat.
3. Jumlah anak 6. Beri penguatan pada Ibu Diskusi 26 Balai RW F
sekolah yang kemampuan ibu Oktober
mengalami membimbing anaknya 2014
gangguan pada untuk selalu menjaga
kesehatan perilaku hidup sehat.
menurun 7. Lakukan kerja sama Kader Monitoring 27 Balai RW G
4. Perilaku anak dengan kader setempat Oktober
sekolah terkait untuk mengevaluasi 2014
kebiasaan atau perilaku hidup sehat anak
perilaku sehat usia sekolah.
sehari-hari
meningkat
E. Implementasi
Masalah keperawatan : Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada agregat
anak usia sekolah di SD Muhammadiyah 21 Surabaya.
N KEGIATAN HASIL HAMBATAN
O
1. Melakukan pengkajian Ditemukan 75% Kurangnya sumber
terhadap perilaku hidup sehat siswa masih jajan daya sehingga
pada agregat anak usia sembarang dan tidak butuh waktu yang
sekolah di SD mencuci tangan lama untuk
Muhammadiyah 21 Surabaya sebelum makan. 45% melakukan
siswa masih pengkajian.
membuang sampah
bekas jajannya
sembarangan
sehingga
mempengaruhi
kondisi lingkungan
sekitar.
2. Memberikan penyuluhan 1. 100% undangan 1. Audience kurang
kesehatan pada ibu dan anak siswa serta di SD fokus terhadap
usia sekolah tentang perilaku Muhammadiyah 21 materi penyuluhan
hidup sehat dan pemahaman Surabaya. 2. Suasana yang
tentang makanan sehat pada datang untuk kurang kondusif di
siswa SD Muhammadiyah 21 mengikuti saat penyuluhan
Surabaya. penyuluhan. 3. Bahasa yang
2. para siswa aktif digunakan pemateri
bertanya selama sesi kurang komunikatif
penyuluhan bagi anak-anak
sehingga banyak
audience yang
bingung
3. Memberi penguatan pada Kesadaran para Masih minimnya
kemampuan ibu membimbing siswa untuk fasilitas untuk
anaknya untuk selalu berperilaku hidup mencuci tangan,
menjaga perilaku hidup sehat. sehat mengalami seperti kran air
peningkatan yang yang hanya ada di
ditandai dengan dalam kamar
semakin banyaknya mandi.
siswa yang antri
untuk mencuci
tangan serta memilih
jajan di kantin
daripada di luar
sekolah
4. Melakukan kerja sama Instansi kesehatan Susahnya birokrasi
dengan kader setempat untuk terkait turut masing-masing
mengevaluasi perilaku hidup membantu kegiatan- instansi untuk
sehat anak usia sekolah. kegiatan yang diajak bekerjasama
berupaya untuk
meningkatkan
perilaku hidup sehat
DAFTAR PUSTAKA

.Darling, N. 1999. Parenting Style and Its Correlates. ERIC Digest. Champaign IL:
ERIC Clearinghouse on Elementary and Early Childhood Education.
Efendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika
Effendy, N. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
Efendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika
Heru, Adi. 1995. Kader Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC.
Moore, S. G. 1992. The Role of Parents in the Development of Peer Group
Competence. ERIC Digest.

Jewett, J. 1992. Aggression and Cooperation: Helping Young Children Develop


Constructive Strategies. ERIC Digest. Urbana IL

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Pratik. EGC. Jakarta.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI.2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.


Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama

Yatim, Faisal. Unknown. 30 Gangguan Kesehatan pada Anak Usia Sekolah. Pustaka
Populer Obor.
http://www.spesialis.info/?parasetamol-menyebabkan-asma-pada-anak,1415 diakses
pada tanggal 18 september 2014 pada pukul 10.48

www.unicef.org/aids/.../ diakses pada tanggal 18 september 2014 pada pukul 10.52

Anda mungkin juga menyukai