Anda di halaman 1dari 7

Laporan Pratikum Analisis Pangan

Aktivitas Antioksidan

Kelompok 8
Nidya Elvira (1411105038)
Ni Made Inten Kusuma Dewi (1411105039)
Ferdinandus Otniel Sahilatua (1411105040)
Dewa Gede Eka Prayoga (1411105041)
Praniti Radya Andana Ilma (1411105042)

Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan


Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Udayana
2016
I. Pendahuluan

II. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui.
III. Tinjauan Pustaka

IV. Bahan dan Alat


Bahan:
Alat:
V. Prosedur Kerja
VI. Hasil dan Pembahasan
Hasil
Cara perhitungan % aktivitas antioksidan
( Absorbansi kontrol− Absorbansi sampel)
% aktivitas antioksidan= x 100 %
Absorbansi kontrol

Konsentrasi % Aktivitas
Nilai Absorbansi (panjang gelombang 517 nm)
(ppm) Antioksidan
0 (kontrol) 1.103 -
200 1.072 2.810517
400 0.993 9.972801
600 0.963 12.69266
800 0.874 20.76156
1000 0.793 28.10517
Tabel 1. Hasil Pengujian % Aktivitas Antioksidan Bubuk Daun Alpukat

% Aktivitas Antioksidan
30
28.11
25 f(x) = 0.03 x − 3.54
R² = 0.98

20 20.76

15 % Aktivitas
Antioksidan
12.69
10 9.97
Linear (%
Aktivitas
5 Antioksidan)
2.81
0
100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100

Gambar 1. Grafik aktivitas antioksidan. Sumbu X adalah konsentrasi sampel dalam


ppm dan sumbu Y adalah nilai absorbansi yang diukur dengan spektrofotometer
Cara perhitungan IC50 pada kelompok 8
y=0.0307 x −3.5449
R ²=0.981
50=0.0307 x−3.5449
50+3.5449=0.0307 x
53.5449=0.0307 x
1744,1335=x
No. Sampel (Bubuk Daun Alpukat IC50

1. Kelompok 7 1.921,835878

2. Kelompok 8 1.744,13355

3. Kelompok 9 1.193,689

Tabel 2. Perhitungan IC50 pada sampel yang sama dengan perlakuan berbeda

Pembahasan
Pada pratikum ini menunjukkan nilai IC50 yang berbeda pada tiga kelompok
yang melakukan uji aktivitas antioksidan. Bubuk daun alpukat yang digunakan adalah
sama hanya perlakuan pendahuluan yang berbeda. Bubuk daun alpukat kelompok 7
dipanaskan dalam sonikator dengan waktu 20 menit, kelompok 8 dalam waktu 30
menit, dan kelompok dalam waktu 40 menit. Perbedaan waktu yang menyebabkan
kadar aktivitas antioksidan masing-masing kelompok berbeda, sehingga mempengaruhi
nilai IC50. IC50 merupakan satuan dalam menentukan seberapa besar jumlah antioksidan
yang diperlukan untuk menetralkan 50% radikal bebas yang ada pada produk. IC50
tertinggi pada sampel kelompok 7, diikuti oleh kelompok 8, dan kelompok 9.
Penurunan nilai IC50 berbanding terbalik dengan pertambahan jumlah waktu pemanasan
pada perlakuan pendahuluan. Hal ini membuktikan bahwa perlakuan pendahuluan
waktu pemanasan yang berbeda mempengaruhi nilai IC50 produk bubuk daun alpukat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas antioksidan adalah pengeringan
bahan, pengecilan ukuran bahan, dan proses ekstraksi pada produk yang diuji. Faktor-
faktor lain yang dapat mempengaruhi aktivitas antioksidan adalah:
1. Faktor Fisik
Tekanan oksigen yang tinggi, luas kontak dengan oksigen, pemanasan ataupun
radiasi menyebabkan peningkatan terjadinya rantai inisiasi dan propagasi dari
reaksi oksidasi dan menurunkan aktivitas antioksidan yang ditambahkan dalam
bahan.
2. Faktor substrat
Sifat antioksidan dalam lipida atau dalam pangan merupakan sistem yang
dependent (ketergantungan). Tingkat inisiasi dan propagasi merupakan fungsi dari
tipe dan tingkat lipida tidak jenuh dan secara signifikan mempengaruhi aktivitas
antioksidan.
3. Faktor fisikokimia
Sistem biologi, sifat hidrofobik dan hidrofilik senyawa antioksidan sangat
mempengaruhi efektifitas antioksidatifnya. Semakin polar antioksidan maka akan
lebih aktif dalam lipida murni, sedangkan antioksidan non polar lebih efektif dalam
substrat yang polar seperti emulsi (Pokorny et al. 2001).
Berdasarkan hasil pengukuran tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar
konsentrasi standar maka hasil pengukuran absorbansi semakin kecil. Hal ini
menandakan bahwa semakin kecil absorbansi, maka semakin banyak antioksidan
yang menyerap radikal bebas.
Pengujian aktivitas antioksidan menggunakahn DPPH merupakan metode
yang sederhana untuk mengukur kemampuan antioksidan dalam menangkap
radikal bebas. Senyawa DPPH sensitif terhadap beberapa basa Lewis dan jenis
pelarut, serta oksigen. Metode DPPH didasarkan pada penurunan nilai absorbansi
akibat perubahan warna larutan. Larutan yang mula-mula berwarna ungu akan
berubah menjadi warna kuning. Perubahan ini terjadi saat radikal DPPH ditangkap
oleh antioksidan yang melepas atom hidrogen untuk menangkap DPPH-H stabil.
Menurut Yen dan Duh (1994), makin cepat nilai absorbansi turun, makin potensial
antioksidan tersebut dalam mendonorkan hidrogen. Hasil ini menunjukkan bahwa
aktivitas penangkap radikal bebas DPPH dari bubuk daun alpukat sangat
berpotensi sebagai antioksidan alami yang dapat digunakan sebagai antioksidan
bahan pangan
VII. Kesimpulan
Pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH cukup efektif untuk
mengetahui sejauh mana aktivitas antioksidan pada bubuk daun alpukat. Tingkat
pemanasan yang berbeda pada tiap kelompok pada saat perlakuan pendahuluan
ekstraksi bubuk daun alpukat mempengaruhi tingkat aktivitas antioksidan dengan nilai
yang tidak jauh berbeda (dilihat dari IC50 masing-masing kelompok).
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan N, Kusnandar F, dan Herawati D.2011. Analisis Pangan. Dian Rakyat.
Jakarta
Piliang, W.G dan S. Djojosoebagio, Al Haj. 2002. Fisiologi Nutrisi Volume I Edisi Keempat.
IPB. Bogor
Anonimous. 2016. Refraktometer. http://wikipediarefraktometer.com. diakses tanggal 18
April 2016.
Widodo. 2010. Arti Refraktometer. http://wikipedia.refraktometer-arti.com. diakses
tanggal 18 April 2016.

Anda mungkin juga menyukai