Anda di halaman 1dari 9

Konsep dan Permasalahan Manajemen

Alfina Sari
Universitas Negeri Padang
 e-mail: alfina@konselor.org

Abstrack
Manajemen diartikan sebagai upaya pengaturan sesuatu untuk mencapai tujuan melalui fungsi
manajemen, yakni fungsi planning, organizing, actuating, controlling, dan melalui adminstrasi,
yakni men, method, money, material, machine, and market ini merupakan defenisi secara luas.
Manajemen juga memiliki beberapa fungsi, diantaranya fungsi manajemen (pengelolaan) adalah:
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Untuk dapat berhasil dengan baik
proses dari majemen maka harus ada syarat-syarat manajemen yang harus dipenuhi. Selain
daripada itu dalam memanagemen Bk juga perlu adanya organisasi yang diselenngarakan oleh
guru BK itu senidiri. Dengan begitu nantinya akan terjalankan fungsi dalam manajemen ini perlu
untuk dikembangkan agar permasalahan yang ada dalam memanajemen bimbingan dan konseling
dapat diminimalisir atau bahkan ditiadakan.

Keyword: managemen, fungsi, dan syarat-syarat managemen.

Copyright © 2018 IICET (Indonesia) - All Rights Reserved


Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy (IICET)

PENDAHULUAN

Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, termasuk dalam bidang bimbingan belajar, diarahkan
untuk memenuhi kebutuhan siswa (Cobia & Handerson, 2003; Gysbers & Handerson, 2006). Implikasinya, guru
bimbingan dan konseling dituntut untuk melakukan asesmen kebutuhan sebelum menyusun program bimbingan
dan konseling (Cobia & Handerson, 2007). Asesmen kebutuhan yang akurat menjadi sangat penting, supaya
program bimbingan dan konseling benar-benar relevan dengan kondisi siswa (Gibson & Mitchell, 2008).
Pengukuran kebutuhan ini memegang peranan penting dalam penyusunan program, mengingat hasil asesmen
yang memadai akan menjadi dasar untuk menentukan intervensi edukatif secara tepat termasuk dalam bidang
bimbingan belajar yang tepat. Namun demikian, dengan mencermati kondisi di sekolah pelayanan bimbingan
belum mampu memberikan kontribusi yang diharapkan.

Data statistik pendidikan tahun 2008-2009 yang menunjukkan bahwa siswa mengulang di SMA negeri dan
swasta di provinsi Jawa Tengah masih terdapat 1.167 siswa yang mengulang (tidak naik kelas) (Kemendiknas,
2009). Didukung studi Sugiyo (2009) tentang kinerja guru bimbingan dan konseling menunjukkan bahwa
program bimbingan dan konseling yang dibuat guru bimbingan dan konseling Cenderung dibuat sekali dan
dipakai selama beberapa tahun; penggunaan program bimbingan dan konseling berulang tanpa dievaluasi
kekurangan maupun relevansinya dengan kebutuhan siswa.

Kondisi ini berdampak pada kualitas pelayanan bimbingan dan konseling yang rendah. Terkait dengan
pelayanan bimbingan dan konseling bidang bimbingan belajar, hasilpenelitian Sunawan, Sugiharto dan Anni
(dalam penerbitan), menunjukkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling dibidang bimbingan belajar lebih
Menekankan sisi peningkatan motivasi dalam artian membuat siswa rajin masuk kelas, mau mengerjakan
pekerjaan rumah, dan lain-lain. Adapun peningkatan keterampilan belajar belum banyak disentuh guru
bimbingan dan konseling, mengingat guru bimbingan dan konseling masih merasa bahwa peningkatan
keterampilan belajar merupakan bagian pekerjaan guru bidang studi Thompson, Loesch dan Seraphine (2003)
menyimpulkan bahwa hambatan utama pada guru bimbingan dan konseling dalam melakukan asesmen
kebutuhan adalah keterbatasan instrumen.

Ketika guru bimbingan dan konseling melakukan asesmen kebutuhan, instrumen yang ada memiliki
keterbatasan dalam memberikan informasi tentang kebutuhan siswa. Di samping itu, proses analisis dan
interpretasi data yang kompleks dan rumit membuat guru bimbingan dan konseling merasa bahwa asesmen
kebutuhan merupakan proses yang kompleks dan tidak mudah dilaksanakan. Rasio guru bimbingan dan
konseling dengan siswa sebesar 1 : 150 (Depdiknas, 2007) juga menjadi kerumitan dalam melakukan asesmen

2
kebutuhan. Akhirnya, penggunaan sistem informasi manajemen dalam penyusunan program menjadikan data
siswa, termasuk kebutuhannya, menjadi sistematis (McLeod & Schell, 2009).

Hal ini memungkinkan guru bimbingan dan konseling dapat membuat keputusan yang akurat dalam setiap
proses manajemen bimbingan dan konseling, mulai dari asesmen kebutuhan sampai evaluasi program. Selaras
dengan kenyataan di atas maka penelitian ini diarahkan untuk mengembangkan need assesment untuk
penyusunan program bimbingan dan konseling bidang bimbingan belajar. Hasil penelitian ini diharapkan bisa
menjadi pedoman praktis bagi guru bimbingan dan konseling dalam menyusun program bimbingan dan
konseling bidang bimbingan belajar. Penyusunan program dalam kegiatan BK merupakan salah satu bentuk
dalam kegiatan manajemen, manajemen merupakan semua aktivitas yang mengarah pada tujuan dan
pencapaiannya dengan memperhatikan kualitas. Pencapaian hasil akan berkualitas, apabila dikelola melalui
proses yang berkualitas, sehingga program BK disusun dengan memperhatikan langkah-langkah dalam
manajemen, seperti asesmen, perencanaan, pengoganisasian, pelaksanaan layanan inti dan pendukung, dan
evaluasi. Terkait dengan pemahaman di atas perencanaan kegiatan BK hendaknya berintegrasi dengan program
pendidikan di sekolah, sehingga pencapaian program ini dapat mengembangkan kompetensi siswa secara utuh.
The Missouri Model menggambarkan program ke dalam empat komponen, yaitu “Guidance curriculum,
individual planning, responsive services, and system support (sometimes referred to as program management).”
(Vanzandt and Hayslip 2001; Miller, et.al.1978; Santoadi 2010:43-44; Gysbers & Handerson 2006).

Komponen empat program yang dimaksud, meliputi: (a) Kurikulum bimbingan, dimaksudkan sebagai
layanan dasar yang diperuntukkan bagi semua siswa, tanpa memandang perbedaan yang ada pada siswa.
Layanan BK ini dilakukan secara sistimatis baik individual, maupun kelompok; (b) Layanan responsif,
merupakan layanan Catharina Tri Anni / Educational Management 1 (1) (2012) pemberian bantuan kepada
siswa yang memiliki kebutuhan dan masalah untuk mendapatkan pertolongan dengan segera. Bidang masalah
yang dialami siswa lebih berkaitan dengan masalah sosial, karir, pribadi, dan pengembangan pendidikan; (c)
Layanan Perencanaan Individual dimaknai sebagai proses bantuan yang ditunjukkan kepada siswa, supaya
dapat merumuskan, dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depannya; (d) Layanan
Dukungan Sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan
meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan profesional; hubungan
masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas; manajemen
program; penelitian dan pengembangan.Layanan dukungan sistem akan sangat mendukung proses
penyelenggaraan kegiatan yang dilakukan oleh guru BK, di samping juga mendukung personel sekolah lain
dalam pelaksanaan penyelenggaraan program pendidikan di sekolah.

Adapun yang menjadi karakteristik program BK dapat dirumuskan seturut pendapat Ridwan (2008);
Miller, et.al.(1978) sebagai berikut: (1) Penyusunan program hendaknya didasarkan pada analisis kebutuhan
subyek sasaran, (2) Pemenuhan alat perlengkapan secara memadai, (3) Program BK mudah diimplementasikan,
sehingga memuat strategi dan taktik, (4) Program BK mudah untuk dilakukan evaluasi dan monitoring, (5)
Pelaksanaan program BK secara fleksibel, mudah disesuaikan dengan keadaan dan waktu, (6) Penciptaan
suasana kerja sama, (7) Program BK dibuat berdasarkan hasil yang akan dicapai, (8) Program BK menjamin
keseimbangan dalam layanannya. Landasan utama dalam penyusunan program bidang bimbingan belajar yaitu
terakomodasikan semua kebutuhan sasaran program yang dapat mengembangkan kemampuan belajar setiap
siswa secara optimal. Layanan program BK bidang bimbingan belajar ini tertuang dalam standar pengembangan
belajar dari National Standards for Academic Development (ASCA) merumuskan dalam tiga standar, terdiri dari
standar A menekankan pada peningkatan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan siswa untuk mencapai belajar
yang efektif di sekolah dan lingkup kehidupan. Standar B siswa diarahkan mencapai kemampuan sebagai
persiapan untuk studi lanjut. Standar C yang merumuskan Bahwa siswa dapat memahami koneksitas akademik
untuk dunia kerja dan kehidupan dalam suatu komunitas.

Ranah kompetensi ini akan mengembangkan kaitan sekolah dengan pengalaman dalam hidup, sehingga
siswa mempunyai kemampuan untuk mencapai harmoni antara sekolah, studi, aktivitas ekstra kurikuler, waktu
senggang dan kehidupan berkeluarga. Kompetensi lain yang akan ditingkatkan adalah pemahaman mencapai
sukses dalam studi dan kemampuan akademik untuk kesempatan karir ke depan. Kegiatan bantuan pada siswa
merupakan kegiatan yang terencana berdasarkan pengukuran kebutuhan (need asessment) yang diwujudkan
dalam bentuk program BK. Need assesment merupakan salah dalam penyusunan program BK, need assesment
merupakan aktivitas mendasar bagi pengembangan program yang akuntabel (Gibson dan Mitchell, 2011).
Asesmen kebutuhan bukan hanya proses spekulatif yang didasarkan opini, tetapi merupakan aktivitas pencarian
fakta untuk memenuhi kebutuhan riil siswa, sehingga dapat untuk mengembangkan program BK. Asesmen
kebutuhan lebih mendasarkan pada dua data yang mendasar yaitu asesmen populasi target dan asesemen
lingkungan (Gibson dan Mitchell, 2011).

3
KAJIAN TEORI
Konsep Manajemen

Istilah manajemen berasal dari kata kerja (bahasa Inggris) “to manage” yang berarti “control”. Manajemen
menurut arti katanya adalah metode atau teknik untuk mengelola (mengatur) berbagai sumber daya supaya
menjadi optimal untuk menghasilkan produk (barang, jasa, tujuan) tertentu. Menurut Stoner (dalam Tohirin,
2008:272 ) Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui
rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian orang-orang serta
sumber daya organisasi lainnya.

Manajemen diartikan sebagai kemampuan mendayagunakan semua sumber administrasi dan organisasi
bimbingan dan konseling, dalam menangani satuan layanan dan kegiatan pendukung. Manajemen diartikan
sebagai keseluruhan aktivitas berupa proses mengadakan, mengatur, dan memanfaatkan sumber daya yang
dianggap penting guna mencapai tujuan `secara efektif dan efisien.

Istilah manajemen sekarang sudah menjadi perbendaharaan bahasa Indonesia, bahkan sudah tercantum
sebagai salah satu entri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kata itu berasal dari bahasa Inggris,
yaitu kata manajemen. Dalam kamus itu juga dijelaskan bahwa kata manajemen mempunyai dua arti, yaitu (1)
proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran, dan (2) pejabat pimpinan yang
bertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi

Menurut Terry dan Rue (1992), manajemen merupakan suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang. Menurut Richard, A. Johnson dkk (dalam S. Pamuji
1981) para menejer yang merupakan pengelola manajemen perlu untuk mengubah sumber-sumber atau tenaga
manusia, mesin dan uang yang tidak terorganisir ke dalam suatu usaha yang bermanfaat dan efektif. Manajemen
merupakan suatu proses dimana sumber-sumber yang tidak berhubungan ini diintegrasikan ke dalam suatu
keseluruhan sistem untuk mencapai sasaran. Secara teori umum manajemen yang telah berkembang dalam
tahun-tahun terakhir ini memusatkan perhatian pada proses administratif yang fundamental, yang sama esensial
jika sebuah organisasi ingin mencapai sasaran dan tujuan-tujuan utamanya. Manajemen secara sempit diartikan
sama denagn adminstrasi yang berarti pengaturan atau pengelolaan

Manajemen diartikan sebagai upaya pengaturan sesuatu untuk mencapai tujuan melalui fungsi manajemen,
yakni fungsi planning, organizing, actuating, controlling, dan melalui adminstrasi, yakni men, method, money,
material, machine, and market ini merupakan defenisi secara luas.

Hubungan antara manajemen, organisasi, dan administrasi adalah berdasarkan pada bentuk proses kerja
sama yang dilaksanakan dalam organisasi perlu diupayakan agar dapat berlangsung secara efektif dan efisien,
dalam menunjang optimalisasi pencapaian tujuan. Dalam kaitan itu, maka manajemen dan administrasi
merupakan alat, sarana, piranti untuk mengupayakan efisiensi dan efektifitas proses kerja sama dalam
menunjang optimalisasi pencapaian tujuan dalam organisasi.

Fungsi Manajemen

Menurut T. Hani Handoko fungsi manajemen (pengelolaan) adalah: perencanaan, pengorganisasian,


pelaksanaan dan pengawasan. Koordinator bimbingan dan konseling yang merupakan manajer sekaligus
administrator bimbingan dan konseling di sekolah akan menggunakan fungsi-fungsi manajemen ini dalam
melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolahnya. fungsi tersebut dapat dijabarkan sebagai
sebagai berikut: (1) Fungsi perencanaan (planning). Koordinator BK di sekolah harus menentukan tujuan yang
hendak dicapai selama waktu tertentu dan menentukan kegiatan untuk mencapai tujuan dan hal ini terkait
dengan program BK, (2) Fungsi pengorganisasian (organizing). Koordinator BK akan mengelompokan dan
menentukan kegiatan penting untuk memberikan kekuasaan kepada orang-orang tertentu (guru
pembimbing/wali kelas) untuk melaksanakan kegiatan itu, (3) Fungsi pelaksanaan (actuating). Koordinator BK
harus mendorong kinerja guru pembimbing dengan memberikan motivasi dalam merealisasikan tujuan yang
diharapkan sesuai dengan program, dan (4) Fungsi pengawasan (controlling). Pengawasan dilakukan oleh
seorang pengawas di bidang BK, kemudian koordinator BK juga menggunakan administrasi, yaitu: men
(sumber daya manusia/personil), material (bahan-bahan), machines (peralatan, sarana dan prasarana), method
(metode/ layanan), money ( sumber dana) dan market (siswa).

Syarat Manajemen

4
Untuk dapat berhasil dengan baik proses dari majemen maka harus ada syarat-syarat manajemen yang
harus dipenuhi, meliputi: (1) Harus ada pembagian kerja, mengandung pengertian bahwa suatu pekerjaan itu
bila dibagi sesuai dengan bakat dan kemampuan anggota organisasi akan lebih berhasil bila dibandingkan
dengan tidak adanya pembagian kerja, (2) Kekuasaan dan pertanggung jawaban, Dalam sebuah organisasi harus
ada kejelasan tentang kekuasaan dan pertanggung jawaban antara masing-masing staf dalam organisasi, (3)
Disiplin, Semua lini dalam sebuah organisasi harus mempunyai disiplin dengan menaati peraturan yang
ditetapkan, (4) Kesatuan komando, Kesatuan komando perlu untuk menjaga kesimpang siuran perintah di dalam
organisasi, karena organisasi mempunyai tujuan yang sama, (5) Kesatuan arah, Kesatuan arah diperlukan untuk
menghindari masing-masing anggota mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Perintah hanya datang dari satu orang
saja, (6) Tujuan organisasi sesuai dengan tujuan anggotanya, Antara tujuan organisasi dan tujuan anggotanya
harus sejalan, karena apabila terdapat perbedaan tujuan maka organisasi akan mengalami kesulitan, (7)
Pemberian upah/gaji, Harus didasarkan pada kebutuhan anggota organisasi dan keluarganya secara adil, (8)
Sentralisasi, Memberikan suatu gambaran bahwa di dalam suatu organisasi memerlukan suatu pemusatan
tanggung jawab untuk menghindari bawahan tidak dibebani dengan tangung jawab yang lebih besar, (9) Jenjang
jabatan, Urutan-urutan hubungan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain harus saling bersambung.
Kejelasam hubungan ini perlu untuk menentukan kearah mana seseorang harus bertanggung jawab dan ke arah
jenjang mana seseorang kelak di promosikan, (10) Keteraturan, Keteraturan diperlukan agar tidak terjadi
kelambatan di dalam proses manajemen, (11) Keadilan, Keadilan diperlukan di dalam segala aspek agar semua
komunikasi yang lancer diantara anggota merasa puas dan bekerja dengan penuh semangat, (12) Kestabilan di
dalam organisasi, Para anggota harus merasa stabil kedudukannya di dalam oaganisasi, (13) Inisiatif, Tanpa
inisiatif akan menjurus kepada hal-hal yang bersifat rutin dan organisasi akan mengalami sebuah kerugian, dan
(14) Semangat korps, Adanya komunikasi yang lancer diantara pimpinan dan bawahan akan menambah
semangat kerja bawahan.

Organisasi dan Personalia


Organisasi

Menurut Sutarto (1995:40), organisasi adalah sistem saling pengaruh antara orang dalam kelompok yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan definisi ini ditemukan adanya tiga faktor yang dapat
menimbulkan organisasi, yaitu: (1) orang-orang, (2) kerja sama, (3) tujuan tertentu. Berbagai faktor tersebut
tidak dapat saling lepas/berdiri sendiri, melainkan saling terkait dan merupakan suatu kebulatan, maka dalam
pengertian organisasi digunakan sebutan sistem yang berarti kebulatan dari berbagai faktor yang terikat oleh
berbagai asas yang ditentukan oleh masing-masing organisasi.

Organisasi pelayanan bimbingan dan konseling yang hendak dibangun pada suatu sekolah hendaknya
mempertimbangkan sumber tenaga yang tersedia, besarnya sekolah, jumlah siswa dan jumlah guru pembimbing
yang ada, dan bagaimana kualifikasi dan pangkat atau jabatannya dapat disesuaikan dengan pengaturan atau
pembagian tugas di sekolah.

Organisasi pelayanan bimbingan dan konseling terentang secara vertikal dari para pelaksana dan pembantu
pelaksanan yang terbawah, sedangkan secara horizontal mencakup berbagai pihak yang dapat memberikan
kemudahan bagi penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling yang mantap dan berkelanjutan.

Organisasi yang mencakup unsur vertikal dan horizontal itu dapat dikehendaki memenuhi berbagai
tuntutan seperti: menyeluruh, sederhana, luwes, dan terbuka, menjamin berlangsungnya kerja sama, menjamin
terlaksananya pengawasan, penilaian dan upaya tindak lanjut

Personalia.

Herber G. Kicks (dalan Sutarto, 1995) menyatakan faktor inti organisasi adalah orang-orang (personil)
sebagai faktor yang membentuk organisasi, sedangkan yang termasuk faktor kerja yang menentukan berjalannya
organisasi adalah daya manusia (kemampuan untuk bekerja, kemampuan untuk mempengaruhi orang lain,
kemampuan untuk melaksanakan asas-asas organisasi) dan daya manusia lain, seperti alam, iklim dan
sebagainya.

Secara operasional pelaksana utama layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah guru pembimbing
dan koordinator bimbingan, tetapi personil sekolah yang lain diharapkan juga berperan agar program bimbingan
dapat terselenggara dengan baik. Personil itu mencakup: kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas, guru
mata pelajaran, Kadin pendidikan, komite sekolah, koordinator BK, guru praktek, pengawas BK, siswa, staf
administrasi, orang tua siswa, tata usaha, dan cleaning servis.

5
Program

Prayitno (2002) menyatakan bahwa program bimbingan dan konseling adalah satuan besar atau kecil
rencana kegiatan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan pada
periode tertentu. Program-program bimbingan dan konseling merupakan isi dari keseluruhan organisasi
bimbingan dan konseling di sekolah. Program-program ini perlu disusun dengan memperhatikan pola umum
bimbingan dan konseling dan berbagai kondisi yang terdapat di lapangan.

Setiap satuan pendidikan atau sekolah perlu membuat rencana program bimbingan dan konseling sebagai
bagian integral dari program sekolah secara keseluruhan. Rencana program itu dijadikan acuan pelaksanaan
kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah masing-masing. Thantawi R,MA (1995: 99) membagi dua
macam perencanaan yang perlu disiapkan, yaitu: (1) Perencanaan tahunan sebagai program sekolah, rencana ini
disusun menurut alokasi waktu seperti catur wulan/semester, rencana bulanan, bahkan rencana mingguan.
Dalam program ini dicantunkan substansi kegiatan, jenis layanan menurut alokasi waktu, dan (2) Perencanaan
kegiatan layanan bagi setiap guru pembimbing sesuai dengan pembagian tugas di sekolah.

Fasilitas

Agar dapat terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya, maka disamping
membentuk dan mengatur organisasinya secara baik, dan penugasan tenaga personil sesuai dengan kemampuan
masing-masing, perlu ada sarana dan prasarana atau fasilitas yang menunjang terselenggaranya pelayanan
bimbingan dan konseling dengan baik dan efisien. Sarana dan prasarana bimbingan dan konseling merupakan
hal yang penting untuk diperhatikan, karena pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian dari
pendidikan yang dijalankan di suatu sekolah.

Sarana yang diperlukan sebagai penunjang pelayanan bimbingan dan konseling (Thantawi, 1995) adalah:
(1) Instrumen pengumpulan data, (2) Alat penyimpan data, (3) Perlengkapan teknis, (4) Beberapa alat
perlengkapan administrasi bimbingan yang perlu disediakan di ruang bimbingan, yaitu: blangko surat-surat,
kartu laporan konseling, catatan konferensi kasus, keterangan pemberian layanan, buku tamu, kotak masalah dan
papan pengumuman.

Menurut Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi (2002: 32), yang juga
menjadi sarana BK adalah perangkat elektronik, seperti: (1) Komputer untuk mengolah data hasil aplikasi
instrumentasi, (2) Program-program khusus pengolahan hasil instrumentasi melalui computer, dan (3) Program-
program khusus bimbingan dan konseling melalui komputer, seperti bimbingan belajar melalui program
computer.

Sedangkan prasarana merupakan perlengkapan fisik yang diperlukan untuk pelaksanaan pelayanan
bimbingan dan konseling. Prasarana yang diperlukan dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling
(Thantawi, 1995) adalah: (1) Ruang kerja guru pembimbing, (2) Ruang konseling, (3) Tuang tunggu/ruang
tamu, (4) Ruang perlengkapan/dokumentasi, dan (5) Ruang bimbingan kelompok

Akuntabilitas Program

Akuntabilitas program mengacu pada pertanggungjawaban berkenaan dari hasil kegiatan-kegiatan


bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan. Hal ini akan berkaitan erat dengan rencana program yang
disusun sebelumnya dan juga akan menampilkan akuntabilitas proses yang berhubungan dengan proses
pelaksanaan kegiatan.

Akuntabilitas program merupakan hal yang sangat penting menjadi perhatian guru pembimbing dan para
konselor. Karena sebelum melakukan berbagai kegiatan konseling, guru pembimbing harus memahami unjuk
kerja dan hal-hal yang akan dipertanggungjawabkannya, sesuai dengan standar program bimbingan dan
konseling, dengan demikian diharapkan keberadaan bimbingan dan konseling mendapat kepercayan dari
masyarakat luas.

Guru pembimbing sangat perlu menyusun program yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Adanya program
yang sistematis, memerlukan suatu kondisi tertentu unruk dipertanggungjawabkan, sedangkan kondisi untuk

6
dipertanggungjawabkan memerlukan standar sebagai ukuran keberhasilan atau prestasi yang dicapai oleh guru
pembimbing.

Manajemen dalam suatu organisasi akan dikatakan akuntabel apabila kegiatan pelaksanaannya telah: (1)
Menentukan tujuan yang tepat, (2) Mengembangkan standar yang dibutuhkan untuk pencapaian tujuan tersebut,
(3) Secara efektif mempromosikan penerapan pemakaian standar, dan (4) Mengembangkan standar organisasi
dan operasi secara efektif, ekonomis dan efisien.

Oleh karena itu, pelayanan bimbinngan dan konseling yang baik, benar, efektif dan efisien dalam
mengembang misi bimbingan dan konseling yang telah disepakati adalah hal yang sangat esensial, sehinga
pengakuan dan kepercayaan masyarakat akan bertambah. Apabila akuntabilitas atau pertanggungjwaban
bimbingan dan konseling dilakukan secara periodik dan sesuai dengan ketentuan atau aturan yang berlaku, tentu
saja keberadaan bimbingan dan konseling merupakan kebutuhan pokok yang harus diprioritaskan dalam
kehidupan masyarakat

Kepengawasan

Robert J. Mockler dalam T. Hani Handoko (1996: 360), mengemukakan bahwa pengawasan manajemen
adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang
sistem umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,
menentukan dan mengukur penyimpanan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin
bahwa semua sumber daya diperlukan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.

Dalam kegiatan bimbingan dan konseling pengawasannya diselenggarakan oleh pengawas sekolah dengan
tugas pokok mengadakan penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dan pembinaan
terhadap guru pembimbing melalui pemberian arahan, bimbingan, contoh, dan saran kepada guru pembimbing
untuk meningkatkan mutu pelaksaan bimbingan dan konseling di sekolah (sesuai SK menpan No. 118/1995 dan
Petunjuk Pelaksanaan).

Kegiatan pengawasan bimbingan dan konseling di sekolah melibatkan interaksi dinamis secara langsung
antara guru pembimbing dan pengawas sekolah bidang bimbingan dan konseling dengan koordinasi oleh kepala
sekolah. Untuk itu: (1) Guru pembimbing dan pengawas sekolah perlu memiliki wawasan yan sejalan mengenai
konsep bimbingan dan konseling serta pelaksanaan kegiatannya di sekolah, (2) Guru pembimbing menyiapkan
diri dan bahan-bahan secukupnya untuk kegiatan pengawasan oleh pengawas sekolah bidang bimbingan dan
konseling, (3) Guru pembimbing mengikuti dengan cermat penilaian dan pembinaan dalam kegiatan
pengawasan, (4) Kepala sekolah mendorong dan memberikan fasilitas bagi terlaksanannya kegiatan pengawasan
secara objektif dan dinamis demi meningkatnya mutu bimbingan dan konseling.

Pengembangan

Munandir (2001: 268) menyatakan bahwa pengembangan merupakan berbagai cara atau pendekatan yang
bertujun untuk menciptakan situasi agar guru dan staf sekolah lainnya meningkatkan kompetensi dan
keterampilannya serta tumbuh secara profesional selama berdinas.

Kemudian Prayitno dkk (2002) mengemukakan bahwa pengembangan BK diarahkan kepada semakin
meningkatnya mutu pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa oleh guru pembimbing, dengan indikator
meningkatnya: (1) Kemampuan guru pembimbing dalam melaksanakan layanan dan kegaitan pendukung
bimbingan dan konseling, (2) Fasilitas untuk pelayanan (tempat kegiatan, instrumen BK, Perangkat elektronik,
buku panduan dan lain-lain), (3) Kerja sama antar personil sekolah, (4) Pemanfaatan pelayanan oleh siswa, dan
(5) Jumlah guru pembimbing (bagi sekolah-sekolah yang masih memerlukan penambahan).

Pengembangan dilaksanakan melalui: (1) Kerjasama antar guru pembimbing, (2) Kerjasama antar personil
sekolah, (3) Kegiatan pengawasan oleh pangawas sekolah bidang bimbingan dan konseling, (4) Pengembangan
fasilitas layanan, dan (5) Pertemuan kesejawatan profesional (MGP), penataran, lokakarya, pertemuan ilmiah,
keikutsertaan dalam organisasi profesi BK (ABKIN) dan studi lanjutan.

Permasalahan Manajemen dan Solusi

Diantara masalah yang timbul berkaitan dengan konsep pengelolaan dan manajemen ini adalah: (1) Dalam
hal penempatan personalia, masih ada di beberapa sekolah guru pembimbingnya berasal dari jurusan lain,
akibatnya guru pembimbing tidak mengetahui apa yang akan dilakukan, (2) Masih adanya ketimpangan antara

7
jumlah guru pembimbing dengan jumlah siswa asuh, akibatnya guru pembimbing tidak maksimal dalam
menjalankan tugasnya.

Solusi yang dapat diberikan berkaitan dengan permasalahan konsep pengelolaan dan manajemen ini adalah
guru pembimbing harus berasal dari jurusan BK agar guru pembimbing tersebut tahu tugas dan tannggung
jawabnya kemudian agar guru pembimbing dapat bekerja dengan hasil yang maksimal, maka sesuaikan jumlah
guru pembimbing dengan jumlah siswa.

SIMPULAN DAN SARAN

Dari berbagai pemaparan berdasarkan hasil kajian literatur di atas, penulis menyimpulkan bahwa dalam
manajemen BK sangat penting dilakukan di sekolah dengan memenuhi berbagai syarat yang ada dalam
meemanagemen BK di sekolah, dengan konselor mengetahui konsep managemen BK dan dapat memenuhi
berbagai syarat dalam memanagemen BK, sehingga fungsi managemen dapat menjadi seperti yang diinginkan
dan sebagaimana mestinya. Selanjutnya dalam memanajemen, Bimbingan dan Konseling harus memiliki
organisasi yang bekerjasama dengan pengawas BK, kepala sekolah, guru kelas, guru wali kelas, guru
matapelajaran, dan personil lainnya.

Kemudian program Bimbingan dan Konseling juga menjadi hal penting dalam manajemen BK, beberapa
program yang harus ada diantaranya adalah program tahunan, program bulanan, program mingguan, dan
program harian. Managemen BK tentunya tidak terlepas dari fasilitas dalam menunjang kelancaran pelaksanaan
program layanan bimbingan dan konseling. Berbagai fasilitas yang harus ada diantaranya adalah runagan
konseling individual, ruangan konseling kelompok dan/atau bimbingan kelompok. beberapa hal yang telah
disampaikan sebelumnya menjadi hal penting dalam memanagemen BK di skeolah. Apabila manajemen BK di
sekolahnya baik, maka akan dapat terhindar dari permasalahan yang tidak diinginkan.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah agar konselor
sekolah atau guru BK dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya agar manajemen Bk di skeolah dapat
berjalan dengan baik. Terhindar dari berbagai permasalahan dan dapat mengentaskan dan mencari solusi bagi
masalah yang ada.

DAFTAR RUJUKAN

Anni, C. T. (2012). Need Assesment Model Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling Bidang Bimbingan
Belajar Berbantuan Sistem Informasi Manajemen di Sma Negeri Kota Semarang. Educational
Management, 1(1).
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia ( ABKIN, 2005). Standar. Kompetensi.
Cobia, D. C., & Henderson, D. A. (2003). Handbook of school counseling. Prentice Hall.
Cobia, D. C., & Henderson, D. A. (2006). Developing an effective and accountable school counseling program.
Prentice Hall.
Cockayne, E. J., Hedetniemi, S. T., & Miller, D. J. (1978). Properties of hereditary hypergraphs and middle
graphs. Canad. Math. Bull, 21(4), 461-468.
Cockayne, E. J., Hedetniemi, S. T., & Miller, D. J. (1978). Properties of hereditary hypergraphs and middle
graphs. Canad. Math. Bull, 21(4), 461-468.
Depdiknas, B. Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi.
Depdiknas, D. M., & Direktorat, P. L. B. (2007). Pedoman umum penyelenggaraan pendidikan inklusif.
Gibson, R. L., & Mitchell, M. H. (2008). Introduction to guidance and counseling.
Gibson, R.L. & Mitchell, M.H. 2011. Introduction to Counseling and Guidance. Diterjemahkan Y. Santoso.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Gysbers, N.C. & Handerson, P. (2006). Developing and Managing Your School Guidance and Counseling
Program. lexandria: American Counseling Association.
Handoko, T., Hani. (1998). Manajemen dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Liberty.
Ismail, A. G., & Tohirin, A. (2008). Finance and Growth: Does the Modes Play a Role. In Accounting and
Finance Conference (iBAF 2008), Universiti Sains Islam Malaysia.
Kemendiknas, R. I. (2009). Kebijakan dan Pedoman Akreditasi Sekolah/Madrasah.
McLeod & Schell. (2009). Sistem Informasi Manajemen. Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.
Munandir. (2001). Ensiklopedia Pendidikan. Cetakan I. Malang: UM Press.
Pamudji, S. (1981). Kepemimpinan pemerintahan di Indonesia. Yayasan Karya Dharma, Institut Ilmu
Pemerintahan.
Prayitno, dkk. (2002).Pelayanan Bimbingan dan Konseling Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Padang:
Bina Sumber Daya Mipa.

8
Ridwan, B. U., Koning, C. J. M., Besselink, M. G. H., Timmerman, H. M., Brouwer, E. C., Verhoef, J., ... &
Akkermans, L. M. A. (2008). Antimicrobial activity of a multispecies probiotic (Ecologic 641) against
pathogens isolated from infected pancreatic necrosis. Letters in applied microbiology, 46(1), 61-67.
Santoadi, F. (2010). Manajemen Bimbingan dan Konseling Komprehensif. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
Setiawan, E. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kemdikbud (Pusat Bahasa), 2016.
Sugiyo, S., Uehashi, D., Satoh, F., Abe, T., Yonehara, N., Kobayashi, M., & Takemura, M. (2009). Effects of
systemic bicuculline or morphine on formalin-evoked pain-related behaviour and c-Fos expression in
trigeminal nuclei after formalin injection into the lip or tongue in rats. Experimental brain research,
196(2), 229-237.
Sutarto. (1995). Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Terry, G. R., & Rue, L. W. (1992). Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengamana Sosial.
Thanthawi, M. S. (1995). al-Tafsîr al-Wasîth li al-Qurân al-Karîm. Kairo: Dar Nahdhah Mishr.
VanZandt, Z., & Hayslip, J. (2001). Developing Your School Counseling Program: A Handbook for Systemic
Planning. Wadsworth/Thomson Learning, 10 Davis Dr., Belmont, CA 94002-3098.

9
YEL- YEL KONSEP DAN PERMASALAHAN MANAJEMEN
Lirik: sorak- sorak bergembira

Hari ini, dikelas ini…


Pertemuan pertama makul manajemen..
Ada konsep, fungsi, syarat, program..
Organisasi dan personalia..
Kepengawasan, akuntabilitas..
Dan ditutup dengan masalah plus solusi..
Mari kita pahami bersama…

10

Anda mungkin juga menyukai