Anda di halaman 1dari 19

JURNAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

“KEANEKARAGAMAN HAYATI FLORA DI INDONESIA, 2015”

Dosen Pegampu : Dra.Nurmala Berutu,M.Pd

M.Farouq Ghazali M,M.Sc

DISUSUN OLEH

Labarta Naibaho ( 3183131025)

PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji syukur penulis kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas Critical Journal Review
yang Berjudul “Keanekaragaman Hayati Flora Di Indonesia, 2015 Dan Keanekaragaman Hayati
Dalam Menunjang Ketahanan Pangan, 2013”.

Penulis menyadari dalam penyusunan “Critical Journal Review” ini masih jauh dari
sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari rekan-rekan.
Semoga “Critical Journal Review” ini dapat dibaca dan dimanfaatkan sebagai sumber ilmu baru
atau acuan untuk menambah pengetahuan mahasiswa khususnya pembaca. Atas perhatiannya
Kami ucapkan terima kasih.

Medan, juni 2020

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
A. Latar belakang Pentingnya CJR.................................................................................
B. Tujuan CJR................................................................................................................
C. Manfaat CJR..............................................................................................................
D. Identitas Jurnal Yang di Review................................................................................
BAB II RINGKASAN ISI ARTIKEL....................................................................................
A. Jurnal Utama..............................................................................................................
B. Jurnal Pembanding.....................................................................................................
BAB III PEMBAHASAN/ANALISIS.....................................................................................
A. Pembahasan isi jurnal................................................................................................
B. Kelebihan Dan Kekurangan Isi Artikel Journal.........................................................
BAB IV PENUTUP....................................................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi pentingnya CJR


Dalam Critical Journal Review ini mahasiswa dituntut untuk mengkritisi sebuah Journal,
dan meringkas menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga dapat dipahami oleh mahasiswa yang
melakukan Critical Journal review ini, termasuk didalamnya mengerti akan kelemahan dan
keunggulan dari Journal yang akan dikritisi. Dalam hal ini saya mengkritik Journal
“Keanekaragaman Hayati Flora Di Indonesia, 2015 Dan Keanekaragaman Hayati Dalam
Menunjang Ketahanan Pangan, 2013”.
Adapun dalam penuntasan tugas Critical Journal Review ini mahasiswa dituntut dalam
meringkas dan, menganalisa, serta memberikan kritik berupa kelebihan dan kelemahan pada
suatu Journal berdasarkan fakta yang ada dalam Journal tersebut, sehingga dengan begitu
mahasiswa akan menjadi terbiasa dalam berpikir logis dan kritis serta tanggap terhadap hal-hal
yang baru yang terdapat dalam suatu Journal. Penugasan Critical Journal Review, ini juga
merupakan bentuk pembiasaan agar mahasiswa terampil dalam menciptakan ide-ide kreatif dan
berpikir secara analitis sehingga pada saat pembuatan tugas-tugas yang sama mahasiswa pun
menjadi terbiasa serta semakin mahir dalam penyempurnaan tugas tersebut. Pembuatan tugas
Critical Journal Review ini juga akan melatih, menambah, serta menguatkan pemahaman
mahasiswa betapa pentingnya mengkritikalisasi suatu karya berdasarkan data yang factual
sehingga dengan begitu terciptalah mahasiswa-mahasiswa yang berkarakter logis serta analisis
sehingga dengan bertambahnya era yang semakin maju yang seperti kita tahu sekarang dijaman (
4.0 ) dituntut menciptakan masyarakat yang berpikir maju kedepan dalam hal ini generasi-
generasi bangsa yang saat ini sedang mengikuti jenjang pendidikan baik yang rendah sampai
yang tinggi menjadi ujung tombak perubahan yang akan menciptakan bangsa yang maju dan
sejahtera.
B. Tujuan Penulisan CJR
CJR ini dibuat dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas Ilmu Alamiah Dasar,
menambah pengetahuan kita dalam mengkritik Jurnal, meningkatkan daya fikir kita tentang
bagaimana cara mengkritik sebuah jurnal dan menguatkan kita tentang cara mengkritik jurnal
yang baik dan benar.

C. Manfaat CJR
1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah jurnal atau
hasil karya tulis ilmiah lainnya secara ringkas.
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan jurnal yang dikritik.
3. Mengetahui latar belakang dan alasan jurnal tersebut dibuat.
4. Mengetahui kualitas jurnal dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang
sama atau penulis lainnya.

D. Identitas Journal Yang Direview


1) Jurnal Utama
1. Judul Jurnal : Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan
2. Judul Penelitian : Keanekaragaman Hayati Flora Di Indonesia
3. Penerbit : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor
4. Penulis : Cecep Kusmana Dan Agus Hikmat
5. Volume/T. Terbit : Vol. 5No. 2 (Desember 2015)
6. No. ISSN : 2460-5824
2) Jurnal Pembanding
1. Judul Jurnal : Jurnal Inovasi Pertanian
2. Judul Penelitian : Keanekaragaman Hayati Dalam Menunjang Ketahanan Pangan
3. Penerbit : Fakultas Pertanian Univ. Slamet Riyadi Surakarta
4. Penulis : Kharis Triyono
5. Volume/T. Terbit : Vol. 11, No. 1, Mei 2013
6. No. ISSN :-
BAB II
RINGKASAN ISI ARTIKEL

A. Jurnal Utama
Keanekaragamanhayati Flora Di Indonesia
Abstract. Indonesia merupakan negara kepuluauan seluas sekitar 9 juta km2 yang
terletak diantara dua samudra dan dua benua dengan jumlah pulau sekitar 17.500 buah
yang panjang garis pantainya sekitar 95.181 km. Kondisi geografis tersebut menyebabkan
negara Indonesia menjadi suatu negara megabiodiversitas walaupun luasnya hanya
sekitar 1,3% dari luas bumi. Dalam dunia tumbuhan, flora di wilayah Indonesia termasuk
bagian dari flora dari Malesiana yang diperkirakan memiliki sekitar 25% dari spesies
tumbuhan berbunga yang ada di dunia yang menempati urutan negara terbesar ketujuh
dengan jumlah spesies mencapai 20.000 spesies, 40%-nya merupakan tumbuhan endemik
atau asli Indonesia. Negara Indonesia termasuk negara dengan tingkat keterancaman dan
kepunahan spesies tumbuhan tertinggi di dunia. Saat ini tercatat sekitar 240 spesies
tanaman dinyatakan langka, diantaranya banyak yang merupakan spesies tanaman
budidaya. Selain itu, sekitar 36 spesies pohon di Indonesia dinyatakan terancam punah,
termasuk kayu ulin di Kalimantan Selatan, sawo kecik di Jawa Timur, Bali Barat, dan
Sumbawa, kayu hitam di Sulawesi, dan kayu pandak di Jawa serta ada sekitar 58 spesies
tumbuhan yang berstatus dilindungi.
1. Pengertian Istilah
Istilah flora diartikan sebagai samua jenis tumbuhan yang tumbuh di suatu
daerah tertentu. Apabila istilah flora ini dikaitkan dengan life-form (bentuk hidup/habitus)
tumbuhan, maka akan muncul berbagai istilah seperti flora pohon (flora berbentuk
pohon), flora semak belukar, flora rumput, dsb. Apabila istilah flora ini dikaitkan dengan
nama tempat, maka akan muncul istilah-istilah seperti Flora Jawa, Flora Gunung
Halimun, dan sebagainya.
Sesuai dengan kondisi lingkungannya, flora di suatu tempat dapat terdiri dari
beragam jenis yang masing-masing dapat terdiri dari beragam variasi gen yang hidup di
beberapa tipe habitat (tempat hidup). Oleh karena itu, muncullah istilah keanekaragaman
flora yang mencakup makna keanekaragaman jenis, keanekaragaman genetik dari jenis,
dan keanekaragaman habitat dimana jenis-jenis flora tersebut tumbuh.

Berdasarkan hasil proses pembentukan daratan wilayah Indonesia serta hasil


penelitian Wallace dan Weber, maka secara geologis, persebaran flora (begitu pula fauna)
di Indonesia dibagi ke dalam 3 wilayah, yaitu:
1. Flora Dataran Sunda yang meliputi Jawa, Su-matera, Kalimantan, dan Bali. Flora di pulau-
pulau tersebut berada di bawah pengaruh flora Asia ka-rena ciri-cirinya mirip dengan ciri-ciri
flora benua Asia, disebut juga flora Asiatis yang didominasi oleh jenis tumbuhan berhabitus
pohon dari suku Dipterocarpaceae.
2. Flora Dataran Sahul yang meliputi Papua dan pu-lau-pulau kecil di sekitarnya. Flora di
pulau-pulau tersebut berada di bawah pengaruh benua Australia, biasa disebut flora Australis
yang didominasi oleh jenis-jenis tumbuhan berhabitus pohon dari suku Araucariaceae dan
Myrtaceae.
3. Flora Daerah Peralihan (Daerah Wallace) yang meliputi Sulawesi, Maluku, dan Nusa
Tenggara yang berada di bawah pengaruh benua Asia dan Australia, yang mana jenis
tumbuhan berhabitus pohonnya didominasi oleh jenis dari suku Arau-cariaceae, Myrtaceae,
dan Verbenaceae.
Dalam dunia tumbuhan, flora di wilayah Indonesia merupakan bagian dari flora
Malesiana. Ditinjau dari wilayah biogeografi, setidaknyaterdapat tujuh wilayah
biogeografi utama Indonesia yang menjadi wilayah penyebaran berbagai spesies
tumbuhan, yaitu Sumatra, Jawa dan Bali, Kalimantan, Sunda Kecil, Sulawesi, Maluku
dan Irian Jaya (BAPPENAS 1993).
a) Keanekaragaman Spesies Flora
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di kawasan tropis antara dua
benua (Asia dan Australia) dan dua Samudera (Samudera Hindia dan Samudera Pasifik)
yang terdiri atas sekitar 17.500 pulau dengan panjang garis pantai sekitar 95.181 km.
Wilayah Indonesia luasnya sekitar 9 juta km2 (2 juta km2 daratan, dan 7 juta km2
lautan). Luas wilayah Indonesia ini hanya sekitar 1,3% dari luas bumi, namun
mempunyai tingkat keberagaman kehidupan yang sangat tinggi. Untuk tumbuhan,
Indonesia diperkirakan memiliki 25% dari spesies tumbuhan berbunga yang ada di dunia
atau merupakan urutan negara terbesar ketujuh dengan jumlah spesies mencapai 20.000
spesies, 40% merupakan tumbuhan endemik atau asli Indonesia. Famili tumbuhan yang
memiliki anggota spesies paling banyak adalah Orchidaceae (anggrek-anggrekan) yakni
mencapai 4.000 spesies. Untuk jenis tumbuhan berkayu, famili Dipterocarpaceae
memiliki 386 spesies, anggota famili Myrtaceae (Eugenia) dan Moraceae (Ficus)
sebanyak 500 spesies dan anggota famili Ericaceae sebanyak 737 spesies, termasuk 287
spesies Rhododendrom dan 239 spesies Naccinium (Whitemore 1985 dalam Santoso
1996).
Untuk jenis paku-pakuan, Indonesia juga tercatat memiliki keanekaragaman
spesies yang tinggi mencapai lebih 4000 spesies tersebar hampir di seluruh wilayah
Nusantara.Untuk jenis rotan, tercatat ada sekitar 332 spesies terdiri dari 204 spesies dari
genera Calamus, 86 spesies dari genera Daemonorps, 25 spesies dari genera Korthalsia,
7 spesies dari genera Ceratolobus, 4 spesies dari genera Plectocomia, 4 spesies dari
genera Plectocomiopsis dan 2 spesies dari genera Myrialepsis. Selain itu banyak juga
jenis-jenis keanekaragaman tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat di
Indonesia. Menurut catatan WHO sekitar 20.000 spesies tumbuhan dipergunakan oleh
penduduk dunia sebagai obat. Zuhud & Haryanto (1994) mencatat ada sekitar 1.260
spesies tumbuhan yang secara pasti diketahui berkhasiat obat.
Indonesia juga tercatat sebagai salah satu pusat Vavilov yaitu pusat sebaran
keanekaragaman genetik tumbuhan budidaya/pertanian untuk tanaman pisang (Musa
spp.) pala (Myristica fragrans), cengkeh (Syzygium aromaticum), durian (Durio spp.) dan
rambutan (Nephelium spp.)
Hutan Indonesia juga diketahui memiliki keanekaragaman jenis pohon palem
(Arecaceae) tertinggi di dunia, lebih dari 400 spesies (70%) pohon meranti
(Dipterocarpaceae) terbesar di dunia sebagai jenis kayu tropika primadona, dan memiliki
122 spesies bambu dari 1.200 spesies bambu yang tumbuh di bumi. Tingginya kekayaan
keanekaragaman tumbuhan tersebut juga ditunjukkan oleh kekayaan di hutan
Kalimantan. Misalnya, dalam satu hektar dapat tumbuh lebih dari 150 spesies pohon yang
berlainan, tercatat 3.000 spesies pohon, serta memiliki 19 dari 27 spesies durian yang
terdapat di kawasan Melanesia. Indonesia juga memiliki lebih dari 350 jenis rotan dan
merupakan penghasil ¾ rotan dunia.
b) Status Kelangkaan
Eksploitasi terhadap keanekaragaman hayati, penebangan liar, konversi kawasan
hutan menjadi areal lain, perburuan dan perdagangan liar adalah beberapa faktor yang
menyebabkan terancamnya keanekaragaman hayati. Untuk mendorong usaha
penyelamatan sumberdaya alam yang ada, dan adanya realitas meningkatnya
keterancaman dan kepunahan sumberdaya hayati, maka ditetapkan adanya status
kelangkaan suatu spesies. Indonesia merupakan negara dengan tingkat keterancaman dan
kepunahan spesies tumbuhan tertinggi di dunia dan merupakan hot-spot kepunahan
satwa. Tercatat sekitar 240 spesies tanaman dinyatakan langka, diantaranya banyak yang
merupakan spesies budidaya.Paling sedikit 52 spesies keluarga anggrek, 11 spesies rotan,
9 spesies bambu, 9 spesies pinang, 6 spesies durian, 4 spesies pala, dan 3 spesies mangga
(Mogea et al. 2001).Selain itu ada 44 spesies tanaman obat dikategorikan langka, seperti
pulasari, kedawung, jambe, pasak bumi, gaharu, sanrego (Rifai et al. 1992; Zuhud et al.
2001) (Tabel 3).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.7 Tahun 1999 terdapat tidak kurang dari
58 spesies tumbuhan yang termasuk kedalam 6 famili termasuk kategori dilindungi,
diantarannya yaitu keluarga talas-talasan (miss. Amorphohalus titanum), palem
(Ceratolobus glaucencens), anggrek (Phalaenopsis javanica), kantong semar
(Nephenthes spp.), bunga patma (Rafflesia spp) dan meranti (Shorea spp.)
2. Klasifikasi Ekosistem
Menurut Klasifikasi Kartawinata (1976) ini, ada ti-ga tingkatan klasifikasi, yaitu:
Bioma, Subbioma, dan Tipe Ekosistem. Bioma dapat pula disebut sebuah ekosistem yang
merupakan unit komunitas terbesar yang mudah dikenal dan terdiri atas formasi vegetasi
dan hewan serta makhluk hidup lainnya, baik yang sudah mencapai fase klimaks maupun
yang masih dalam fase perkembangan. Di Indonesia dapat dikenal beberapa bioma, yaitu:
1) Hutan Hujan
2) Hutan Musim
3) Savana, dan
4) Padang Rumput.
Unit-unit ekosistem ini masih terlalu besar untuk digunakan dengan maksud-
maksud khusus, sehingga memer-lukan pembagian yang lebih kecil lagi.
Pembagian Bioma menjadi Subbioma didasarkan pada keadaan iklim, misalnya
untuk Hutan Hujan dibedakan antara Hutan Hujan Tanah Kering dan Hu-tan Hujan
Tanah Rawa (permanen atau musiman). Adapun pembagian tipe-tipe ekosistem sebagai
unit yang paling kecil dibentuk berdasarkan struktur fisi-ognomi, faktor-faktor iklim,
ketinggian dari per-mukaan laut, dan jenis tanah.
B. Jurnal Pembanding
Keanekaragaman Hayati Dalam Menunjang Ketahanan Pangan
PENDAHULAN
Indonesia menjadi salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia dan dikenal sebagai
Negara megabiodiversity Keanekaragaman hayati yang tinggi tersebut merupakan kekayaan
alam yang dapat memberikan manfaat serbaguna dan mempunyai manfaat yang vital dan
strategis, sebagai modal dasar pembangunan nasional serta merupakan paru-paru dunia yang
mutlak dibutuhkan baik pada masa kini maupun pada masa yang akan datang (Suhartini, 2009).
Selain itu Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki cakupan luas yang bervariasi, dari
yang sempit hingga yang luas, dari yang datar , berbukit serta bergunung, dimana didalamnya
hidup flora, fauna dan mikrobia yang sangat beranekaragam. Berdasarkan gambaran kawasan
biogeografi, Indonesia memiliki posisi sangat penting dan strategis dari sisi kekayaan dan
kenekaragaman jenis tumbuhan beserta ekosistemnya. Data Bappenas (2003) meperkirakan
terdapat 38.000 jenis tumbuhan (55% endemik) di Indonesia, sedangkan untuk keanekaragaman
hewan bertulang belakang diantaranya 515 jenis hewan menyusui (39% endemik), 511 jenis
reptilia (30% endemik), 1531 jenis burung (20% endemik) dan 270 jenis amphibi (40%
endemik). Tingginya keanekaragaman hayati dan tingkat endemisme itu menempatkan Indonesia
sebagai laboratorium alam yang sangat unik untuk tumbuhan tropik dengan berbagai
fenomenanya.
Namun demikian Indonesia juga merupakan negara dengan tingkat keterancaman
lingkungan yang tinggi terutama terjadinya kepunahan jenis dan kerusakan habitat yang
menyebabkan menurunkan kenekaragaman hayati.
Permasalahan pangan inilah yang kemudian menjadi isu politik yang cenderung dikaitkan
dengan cita-cita terselenggaranya kecukupan pangan bagi semua rakyatnya. Oleh karena itu
untuk memenuhi tuntutan kebutuhan pangan tersebut perlu diupayakan ketersediaan bahan yang
memadai, baik dari segi jumlah maupun jenisnya. Berbagai jenis tumbuhan penghasil umbi, buah
dan biji dari hidupan liar atau yang berada di pekarangan, bahkan hewan dan mikrobia mestinya
dapat dipergunakan sebagai modal dasar pembangunan ketahanan pangan.
PEMBAHASAN
Keanekaragaman Hayati Kanekaragaman hayati menurut World Wildlife Fund dalam
Mochamad Indrawan dkk (2007) adalah jutaan tumbuhan, hewan dan mikroorganisme termasuk
yang mereka miliki serta ekosistem rumit yang mereka bentuk menjadi lingkungan hidup.
Keanekaragaman hayati dapat digolongkan menjadi tiga tingkat yaitu :
1. Keanekaragaman spesies, hal ini mencakup semua spesies di bumi, termasuk bakteri dan
protista serta spesies dari kingdom bersel banyak (tumbuhan, jamur, hewan yang bersel
banyak atau multiseluler)
2. Keanekaragaman genetik. Variasi genetik dalam satu spesies baik diantara populasi –
populasi yang terpisah secara geografis,maupun diantara individuindividu dalam satu
populasi
3. Keanekaragaman komunitas. Komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan
lingkungan fisik (ekosistem) masing-masing. Ketiga tingkatan keanekaragaman hayati itu
diperlukan untuk kelanjutan kelangsunga makhluk hidup di bumi dan penting bagi manusia.
Keanekaragaman spesies menggambarkan seluruh cakupan adaptasi ekologi, serta
menggambarkan evolusi spesies terhadap lingkungan tertentu. Keanekaragaman hayati
merupakan sumberdaya hayati dan sumberdaya alternative bagi manusia.
Keanekaragaman hayati yang ada di alam telah terancam punah oleh berbagai cara.
Suhartini (2009) menyatakan ancaman terhadap keanekaragaman hayati dapat terjadi melalui
barbagai cara berikut : 1. Perluasan areal pertanian dengan membuka hutan atau eksploitasi
hutannya sendiri akan mengancam kelestarian varietas liar/lokal yang hidup di hutan (seperti
telah diketahui bahwa varietas padi liar/lokal banyak dijumpai di hutan belukar, hutan jati dan
hutan jenis lain). Oleh karena itu sebelum pembukaan hutan perlu dilakukan ekspedisi untuk
pengumpulan data tentang varietas liar/lokal. 2. Rusaknya habitat varietas liar disebabkan oleh
terjadinya perubahan lingkungan akibat perubahan penggunaan lahan. 3. Alih fungsi lahan
pertanian untuk penggunaan di luar sektor pertanian menyebabkan flora yang hidup di sana
termasuk varietas padi lokal maupun liar, kehilangan tempat tumbuh. 4. Pencemaran lingkungan
karena penggunaan herbisida dapat mematikan gulma serta varietas tanaman budidaya termasuk
padi. 5. Semakin meluasnya tanaman varietas unggul yang lebih disukai petani dan masyarakat
konsumen, akan mendesak/tidak dibudidayakannya varietas lokal. 6. Perkembangan biotipe
hama dan penyakit baru yang virulen akan mengancam kehidupan varietas lokal yang tidak
mempunyai ketahanan. Seiring dengan berubahnya fungsi areal hutan, sawah dan kebun
rakyat,menjadi area permukiman, perkantoran, industri, jalan dan lain-lain, maka menyusut pula
keanekaragaman hayati pada tingkat jenis, baik tumbuhan, hewan maupun mikrobia. Pada
gilirannya jenis-jenis tersebut menjadi langka, misalnya jenis-jenis yang semula banyak terdapat
di Pulau Jawa, seperti nam-nam, mundu, kepel, badak Jawa dan macan Jawa sekarang mulai
jarang dijumpai (Anonim, 1995).
Ketahanan Pangan
Dari perpektif sejarah istilah ketahanan pangan (food security) muncul dan dibangkitkan
karena kejadian krisis pangan dan kelaparan. Istilah ketahanan pangan dalam kebijakan pangan
dunia pertama kali digunakan pada tahun 1971 oleh PBB untuk membebaskan dunia terutama
negara-negara berkembang dari krisis produksi dan suply makanan pokok. Fokus ketahanan
pangan pada masa itu menitik beratkan pemenuhan kebutuhan pokok dan membebaskan daerah
dari krisis pangan yang nampak pada definisi ketahanan pangan oleh PBB sebagai berikut ; food
security is availability to avoid acute food shortags in the event of wide spread coop vailure or
other disaster (Syarief dkk., 1999)
Pengertian ketahanan pangan sering disama artikan atau di identikkan dengan kecukupan
swasembada beras. Padahal ketahanan pangan pada hakekatnya adalah terpenuhinya kebutuhan
pangan rakyat baik dari sisi ketersediaan,stabilitas dan akses. Sastrapradja et al.,(2010)
menyebutkan bahwa masyarakat Indonesia harus menyadari dan wajib mengetahui tentang
kekayaan hayati yang dimiliki bangsanya. Kalau kita bisa memanfaatkannya dengan baik, kita
akan dapat mempertahankan kedaulatan pangan kita. Melalui sistem pertanian, kekayaan dan
keanekaragaman hayati harus dapat dikelola dan dikembangkan sehingga mampu menjamin
ketersediaan pangan. Sayangnya kekayaan untuk mempertahankan kedaulatan pangan ini mulai
menyusut karena berbagai perubahan. Penyebabnya adalah kegiatan dan tindakan manusia dalam
membuka hutan untuk lahan pertanian tanaman pangan maupun industri serta menebang pohon
secara berlebihan, berburu melampaui batas daya dukung serta perdagangan ilegal berbagai jenis
tumbuhan dan satwa liar tanpa melakukan rehabilitasinya
Sumberdaya Hayati Pangan yang Terabaikan
Sumber daya hayati sering diartikan sebagai modal untuk menghasilkan produk dan jasa
saja. Padahal keanekaragaman hayati mestinya harus merujuk pada aspek keseluruhan dari
sistem penopang kehidupan yaitu mencakup aspek sosial, ekonomi dan lingkungan serta aspek
sistem pengetahuan dan etika dan kaitan diantara berbagai aspek ini (Bappenas, 2003)
Walaupun Indonesia pernah mengalami swa sembada beras, namun kebutuhan pangan
lainnya masih banyak yang perlu di import, semisal kedelai, jagung, gandum, bawang putih.
Tidak luput berbagai komoditas buah dan sayur, Indonesia masih tetap kebanjiran produk-produk
import. Kenyataan bahwa penduduk Indonesia dalam soal pangan masih mengandalkan pada
tumbuh-tumbuhan. Padahal sumber protein nabati ini jika dibandingkan dengan protein hewani
dari segi kualitas sumber protein hewani lebih tinggi. Sayangnya penyediaan protein hewani
belum sepenuhnya dapat dipenuhi. Kalaupun tersedia seringkali harganya juga belum terjangkau
oleh masyarakat kebanyakan, ini disebabkan terbatasnya jenis binatang yang dibudidayakan
( Eko.B.Waluyo, 2011).
BAB III
PEMBAHASAN/ANALISIS

A. Pembahasan Isi Jurnal


1. Jurnal Utama
Jurnal ini membahas mengenai Keanekaragaman Hayati Flora Di Indonesia,
Indonesia merupakan negara kepuluauan seluas sekitar 9 juta km2 yang terletak diantara
dua samudra dan dua benua dengan jumlah pulau sekitar 17.500 buah yang panjang garis
pantainya sekitar 95.181 km. Kondisi geografis tersebut menyebabkan negara Indonesia
menjadi suatu negara megabiodiversitas walaupun luasnya hanya sekitar 1,3% dari luas
bumi. Dalam dunia tumbuhan, flora di wilayah Indonesia termasuk bagian dari flora dari
Malesiana yang diperkirakan memiliki sekitar 25% dari spesies tumbuhan berbunga yang
ada di dunia yang menempati urutan negara terbesar ketujuh dengan jumlah spesies
mencapai 20.000 spesies, 40%-nya merupakan tumbuhan endemik atau asli Indonesia.
Negara Indonesia termasuk negara dengan tingkat keterancaman dan kepunahan spesies
tumbuhan tertinggi di dunia. Saat ini tercatat sekitar 240 spesies tanaman dinyatakan
langka, diantaranya banyak yang merupakan spesies tanaman budidaya. Selain itu, sekitar
36 spesies pohon di Indonesia dinyatakan terancam punah, termasuk kayu ulin di
Kalimantan Selatan, sawo kecik di Jawa Timur, Bali Barat, dan Sumbawa, kayu hitam di
Sulawesi, dan kayu pandak di Jawa serta ada sekitar 58 spesies tumbuhan yang berstatus
dilindungi.
2. Jurnal Pembanding
Jurnal ini membahas mengenai keanekaragaman hayati dalam menunjang
ketahanan pangan, Indonesia menjadi salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia dan
dikenal sebagai Negara megabiodiversity, keanekaragaman hayati yang tinggi tersebut
merupakan kekayaan alam yang dapat memberikan manfaat serbaguna dan mempunyai
manfaat yang vital dan strategis, sebagai modal dasar pembangunan nasional serta
merupakan paru-paru dunia yang mutlak dibutuhkan baik pada masa kini maupun pada
masa yang akan datang (Suhartini, 2009). Selain itu Indonesia sebagai negara kepulauan
yang memiliki cakupan luas yang bervariasi, dari yang sempit hingga yang luas, dari
yang datar , berbukit serta bergunung, dimana didalamnya hidup flora, fauna dan
mikrobia yang sangat beranekaragam. Berdasarkan gambaran kawasan biogeografi,
Indonesia memiliki posisi sangat penting dan strategis dari sisi kekayaan dan
kenekaragaman jenis tumbuhan beserta ekosistemnya. Data Bappenas (2003)
meperkirakan terdapat 38.000 jenis tumbuhan (55% endemik) di Indonesia, sedangkan
untuk keanekaragaman hewan bertulang belakang diantaranya 515 jenis hewan menyusui
(39% endemik), 511 jenis reptilia (30% endemik), 1531 jenis burung (20% endemik) dan
270 jenis amphibi (40% endemik). Tingginya keanekaragaman hayati dan tingkat
endemisme itu menempatkan Indonesia sebagai laboratorium alam yang sangat unik
untuk tumbuhan tropik dengan berbagai fenomenanya.
Meskipun Indonesia disebut-sebut sebagai negara agraris, akan tetapi
kenyataannya masih banyak kekurangan pangan. Bertambahnya penduduk bukan hanya
menjadi satu-satunya pemicu yang menghambat untuk menuju ketahanan pangan
nasional. Akan tetapi berkurangya lahan pertanian yang dikonversi menjadi pemukiman
dan lahan industri, telah menjadi ancaman dan tantangan tambahan bagi bangsa Indonesia
untuk menjadi bangsa yang mandiri dalam bidang pangan.
Permasalahan pangan inilah yang kemudian menjadi isu politik yang cenderung
dikaitkan dengan cita-cita terselenggaranya kecukupan pangan bagi semua rakyatnya.
Oleh karena itu untuk memenuhi tuntutan kebutuhan pangan tersebut perlu diupayakan
ketersediaan bahan yang memadai, baik dari segi jumlah maupun jenisnya. Berbagai jenis
tumbuhan penghasil umbi, buah dan biji dari hidupan liar atau yang berada di
pekarangan, bahkan hewan dan mikrobia mestinya dapat dipergunakan sebagai modal
dasar pembangunan ketahanan pangan.

B. Kelebihan Dan Kekurangan Isi Artikel Journal


a. Kelebihan
1. Kedua jurnal menggunakan kalimat maupun kata yang mudah dipahami oleh orang lain.
2. Kedua jranl ini memaparkan bukti-bukti dari hasil penelitian yang mereka lakukan.
3. Kedua jurnal ini sudah dapat dapat dijadikan sebagai bahas rujukan pembelajaran,
dikarenakan materi yang ringan namun bermanfaat.
b. Kekurangan
1. Sedikitnya keterkaitan materi diantara kedua jurnal ini.
2. Adanya pengulangan kata atau materi dari kedua jurnal ini.
3. Materi pada jurnal pembanding lebih focus pada penelitian menganai keanekaragaman
dengan mahkluk pangan sehingga kurang cocok jika dihubungkan dengan materi pokok
bahasan IAD kali ini.

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa critical
Journal merupakan kegiatan untuk mengkritisi Journal untuk mengetahui kelemahan dan
kekurangan dalam Journal, baik dalam sistematika penulisan, penggunaan bahasa, isi
materi dan tampilan Journal. Hal tersebut dilakukan agar Journal yang di kritik dapat
direvisi agar menjadi Journal yang lebih baik serta panduan pembaca yang ingin membeli
atau membaca Journal tersebut.
Journal ini juga bertujuan agar pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan
Keanekarangaman hayati, sejarah Keanekarangaman hayati, memahami
Keanekarangaman hayati secara mendalam, dan mengetahui bagian-bagian disekitar
Keanekarangaman hayati. Journal ini memiliki penjelasan berupa paragraph teori dan
disertakan opini penulis berdasarkan pengalaman pribadi.
Dengan kritikal Journal ini kita lebih dapat membandingkan antara dua Journal
tentang Keanekarangaman hayati dengan penulis yang berbeda, guna untuk menambah
wawasan serta pengalaman berupa ilmu pengetahuan tentang ilmu alamiah dasar dalam
topic Keanekarangaman hayati.

B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas diharapkan pembaca dapat menerapkan Journal
tersebut sebagai acuan pembelajaran maupun pengetahuan. Sehingga dapat mengetahui
betapa pentingnya Menjaga Keanekarangaman hayati.
Diharap pembaca critical journal review dapat memahami isi kandungan tiap journal,
semua journal memiliki pemahaman masing-masing yang tetap bermuara akan suatu hal
sumber utamanya tiap journal memiliki keunggulan dimasing-masing yang dikhususkan
untuk beberapa pembaca sesuai dengan target penulis
DAFTAR PUSTAKA

 Hudson, Sidabuatar. 2015. Ilmu Alamiah Dasar. Unimed Press: Medan.


 Anonim. 1995. Atlas Kenekaragaman Hayati di Indonesia. KMNLHKOPHALINDO.
Jakarta
 Nelly, Wedyawati. 2010. Ilmu Alamiah Dasar. STKIP Melawi: Melawi.

Anda mungkin juga menyukai