Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU BAHAN MAKANAN

Acara : Rempah, Sayur dan Buah

Disusun Oleh :

Nama Isthafaina Dea Fairuz

NIM 19/441937/KU/21483

Kelompok 19

Hari/ Tanggal Selasa, 15 Oktober 2019

Aprillanna Lucky, S.Gz


Asisten
Elsa Fairuz Azizah, S.Gz

DEPARTEMEN GIZI KESEHATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
1. REMPAH
A. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menentukan jenis atau nama berbagau macam rempah lokal maupun
mancanegara.
2. Menentukan karakteristik berbagai macam rempah meliputi warna, aroma,
kenampakan, atau bentuknya.

B. Alat dan Bahan


Alat:
1. Piring 1 buah
2. Alat Tulis 1 buah

Bahan:
1. Jahe segar secukupnya 17. Cengkeh secukupnya
2. Lengkuas secukupnya 18. Kluwak secukupnya
3. Temukunci secukupnya 19. Kemiri secukupnya
4. Kunyit secukupnya 20. Mixed herbs secukupnya
5. Kencur secukupnya 21. Daun mint segar secukupnya
6. Temulawak secukupnya 22. Marjoram secukupnya
7. Biji pala secukupnya 23. Chives secukupnya
8. Pekak secukupnya 24. Parsley secukupnya
9. Kayu Manis secukupnya 25. Basil leaves secukupnya
10. Ketumbar secukupnya 26. Bay leaves secukupnya
11. Lada hitam secukupnya 27. Rosemary secukupnya
12. Lada putih secukupnya 28. Thyme secukupnya
13. Asam jawa secukupnya 29. Oregano secukupnya
14. Jintan putih secukupnya 30. Tarragon secukupnya
15. Adas secukupnya
16. Kapulaga secukupnya

C. Cara Kerja
1. Pengamatan Rempah Lokal
Jahe segar, lengkuas, temukunci, kunyit, kencur, temulawak, biji pala,
pekak, kayu manis, ketumbar, lada hitam, asam jawa, jintan putih, adas,
kapulaga, cengkeh, kemiri, dan kluwak.
Mengamati warna, aroma, dan kenampakan

2. Pengamatan Rempah Mancanegara


Daun mint segar, marjoram, chives, parsley, basil, bay leaves, rosemary,
thyme, oregano, tarragon, mixed herbs

Mengamati warna, aroma, dan kenampakan

D. Hasil
1. Pengamatan Rempah Lokal
Tabel 1. Pengamatan Rempah Lokal
Nama Rempah Warna Aroma Kenampakan
Beruas-ruas,
Jahe segar Putih kekuningan +++ berimpang, memiliki
mata
Beruas-ruas,
Lengkuas Putih kekuningan ++ berimpang, memiliki
mata
Bentuk panjang,
Temukunci Kuning terang + beruas-ruas, Kulit
kasar
Beruas-ruas,
Kunyit Kuning kejinggaan + berimpang, memiliki
mata
Beruas-ruas,
Kencur Putih keruh ++ berimpang, memiliki
mata
Berimpang, bentuk
Temulawak jingga ++
bulat, memiliki mata
Memiliki cangkang,
Biji pala Coklat tua +++
bentuk silindris
Berbentuk bintang,
Pekak Coklat Kehitaman +++
keras, berkeriput
Panjang, pipih,
Kayu manis Coklat ++
menggulung, keras
Bulat, kecil, agak
Ketumbar Kuning kecoklatan ++
keras
Keras, berkeriput agak
Lada hitam Hitam +++
besar, bulat
Keras, agak besar,
Lada putih Putih keruh +++
bulat
Lunak, lengket, ada
Asam jawa Hitam ++ bijinya, ada
serabut/serat

Jintan putih Putih kecoklatan +++ Panjang, pipih

Putih kuning dan Panjang, pipih, mudah


Adas +++
kehijauan dipatahkan
Bulat, besar, ada ruas,
Kapulaga Putih kekuningan +
ada kulit
Panjang, bisa
Cengkeh Coklat tua ++++ dipatahkan, ada
kuncup
Mempunyai cangkang,
Kluwak Hitam ++
dalamnya lunak
Bulat, besar, agak
Kemiri Putih kekuningan +
keras, agak kasar
Keterangan:
Warna dari kenampakan jelaskan secara deskriptif
Aroma
+ = tidak menyengat
++ = agak menyengat
+++ = menyengat
++++ = sangat menyengat
2. Pengamatan Rempah Mancanegara
Tabel 2. Pengamatan Rempah Mancanegara
Nama Rempah Warna Aroma Kenampakan
Daun bertulang,
Daun mint segar Hijau +++
berbatang
Marjoram Hijau kekuningan + Halus, bulat, pipih

Chives Hijau + Mudah patah, daun


sejajar, panjang

Parsley Hijau gelap + Agak lembek

Basil Hijau keabuan ++ Keras, pipih

Bay leaves Kuning kehijauan ++ Daun kering, menyirip

Rosemary Hijau kekuningan + Keras, panjang, pipih

Thyme Hijau tua +++ Panjang, pipih

Oregano Hijau kekuningan ++ Bulat, besar, berisi

Tarragon Hijau cerah +++ Pipih, serpihan daun

Pipih, serpihan dengan


Mixed herbs Kuning kehijauan +++
bentuk tidak seragam
Keterangan:
Warna dari kenampakan jelaskan secara deskriptif
Aroma
+ = tidak menyengat
++ = agak menyengat
+++ = menyengat
++++ = sangat menyengat

E. Pembahasan
Rempah adalah tumbuhan atau bagian tumbuhan yang bersifat aromatik,
digunakan dalam makanan sebagai bumbu, penguat cita-rasa, pengharum, dan
pengawet. Rempah dapat berasal dari batang, daun, kulit, kayu, umbi, rimpang,
akar, biji, bunga, atau bagian tumbuhan lainnya. (Hakim, 2015). Rempah
mengandung deoresin sehingga cita rasa dan aromanya tajam dan spesifik.
Komponen utama oleoresin pada rempah ialah zat-zat volatil berupa minyak astiri
dan zat non-volatil berupa resin dan gum. Zat volatil mempengaruhi aroma rempah
sedangkan zat resin mempengaruh rasa. (Muchtadi, 2015)
Pada praktikum kali ini kegiatan yang dilakukan adalah mengamati sifat
organoleptik yang meliputi warna, aroma dan kenampakan rempah-rempah lokal
seperti jahe, pala, lengkuas, temukunci,kunyit,kencur, temulawak, pekak, kayu
manis, ketumbar, lada hitam, lada putih, asam jawa, jitan putih, adas, kapulaga,
cengkeh, dan kluwak. Serta rempah mancanegara seperti daun mint,marjoram,
chives, parsley, basil leaves, bay leaves, rosemary, thyme, oregano, tarragon,
mixed herbs.
Jahe memiliki warna putih kekuningan, aroma atau bau yang menyengat, dan
kenampakannya beruas-ruas, berimpang dan memiliki mata. Sifat khas jahe
disebabkan adanya minyak atsiri dan oleoresin jahe. Aroma harum jahe disebabkan
oleh minyak atsiri, sedangkan oleoresinnya menyebabkan rasa pedas. Kandungan
minyak atsiri dalam jahe kering sekitar 1 – 3 persen. Komponen utama minyak atsiri
jahe yang menyebabkan bau harum adalah zingiberen dan zingiberol. Oleoresin jahe
banyak mengandung komponen pembentuk rasa pedas yang tidak menguap.
Komponen dalam oleoresin jahe terdiri atas gingerol dan zingiberen, shagaol, minyak
atsiri dan resin. Sejak dulu Jahe dipergunakan sebagai obat, atau bumbu dapur dan
aneka keperluan lainnya. Sebagai bumbu dapur dalam proses pemasakan jahe dapat
digunakan untuk melunakkan daging sebelum dimasak, mengawetkan minyak dan
lemak, serta sebagai bahan tambahan kue, puding, manisan dll (Muchtadi, 2015).
Jahe juga dapat merangsang kelenjar pencernaan, baik untuk membangkitkan
nafsu makan dan pencernaan. Jahe yang digunakan sebagai bumbu masak terutama
berkhasiat untuk menambah nafsu makan, memperkuat lambung, dan memperbaiki
pencernaan. Hal ini dimungkinkan karena terangsangnya selaput lendir perut besar
dan usus oleh minyak asiri yang dikeluarkan rimpang jahe. Minyak jahe berisi gingerol
yang berbau harum khas jahe, berkhasiat mencegah dan mengobati mual dan
muntah, Dalam pengobatan tradisional Asia, jahe dipakai untuk mengobati selesma,
batuk, diare dan penyakit radang sendi tulang seperti artritis. Jahe juga dipakai untuk
meningkatkan pembersihan tubuh melalui keringat. (Koswara, 2008)
Lengkuas memiliki warna putih kekuningan, aromanya agak menyengat, dan
kenampakannya beruas-ruas, berimpang dan memiliki mata. Aroma lengkuas
menyengat mirip jahe dan lada, tetapi juga wangi segar kapur bagus dengan nada
asam dari Linionone (Sjoekri, 2017). Kandungan yang terdapat pada lengkuas
meliputi kurang lebih 1% minyak atsiri bewarna kuning-kehijauan yang terdiri atas
metil-sinarmat, sineol, euganol, kamfer, seskuiterpen, galangin dan lain-lain.
Lengkuas putih merupakan salah satu tanaman yang tergolong dalam
rempah-rempah atau bumbu dapur yang sering digunakan sebagai bahan
pengempuk daging sekaligus pewangi masakan rendang, semur, gudeg dll (Muchtadi,
2015) Rimpang lengkuas putih sering digunakan untuk mengatasi gangguan lambung,
menambah nafsu makan,sebagai antitoksik, analgetik), diuretik, mengobati diare,
disentri, demam, kejang karena demam, sakit tenggorokan, sariawan, batuk
berdahak, radang paru-paru, pembesaran limpa, dan untuk menghilangkan bau
mulut.Rimpang lengkuas putih memiliki kandungan 1% minyak atsiri, galanolakton,
16-dial, 12-labdiena-15. Galanolakton, 16-dial, 12-labdiena-15 termasuk dalam
golongan diterpen yang merupakan senyawa terpenoid. Aktivitas antimikroba yang
dimiliki oleh lengkuas putih diduga berasal dari unsur-unsur yang terkandung
didalamnya, antara lain golongan senyawa flavonoid dan tanin.(Bangkele,dkk, 2015)
Temukunci memiliki warna putih kekuningan, aromanya tidak menyengat, dan
kenampakannya beruas-ruas, panjang, dan kulitnya kasar. Aroma pada temukunci
dipengaruhi oleh kandungan minyak atsirinya yaitu boesenbergin, cardamonin,
pinostrobin, 5,7-dimektosi flavon, 1,8- sineol, dan panduratin. Minyak atsirin dari
rimpang temukunci efektif sebagai antimikroba, antioksidan, dan antikanker (Yulianti,
2016). Pada temukunci juga terdapat beberapa senyawa golongan flavonoid sebagai
pigmen warna . Flavonoid ini menunjukkan berbagai aktivitas biologis, seperti
antikanker, antiinflamasi, dan antimikroba (kirana, dkk, 2007; Tewhakul, dkk, 2009;
Rukayad, dkk, 2010, dalam Widayat, 2015). Manfaat lain dari temu kunci adalah
mencegah dan menyembuhkan masuk angin, sulit buang air kecil, keputihan,
perangsang ASI, dan penambah stamina tubuh. Untuk bumbu dapur biasanya
digunakan untuk memasak sayur (bayam, kelor) sebagai penambah cita rasa (Hakim,
L, dkk, 2015).
Kunyit memiliki warna kuning kejinggaan, aroma tidak menyengat, dan bentuk
kenampakannya beruas-ruas, berimpang, memiliki mata. Warna kuning kejinggaan
daging rimpang kunyit adalah akibat dari minyak atsiri curcumin oil. Curcumin oil
merupakan bahan antioksidan dan antibakteri. Curcumin oil juga berperan dalam
penurunan kadar kolesterol dan peningkatan kesehatan hati (Krup, dkk, 2013, dalam
Hakim, 2015). Selain itu, kunyit mengandung berbagai minyak violatil seperti
tumerone, atlantone, dan zigeberon sebagai penentu aroma (Muchtadi, 2015). Warna
kuning dari curcumin dapat dimanfaatkan sebafai zat pewarna makanan, rimpang
kunyit dapat berperan dalam pengobatan dan penyembuhan penyakit, antara lain
sebagai antidiabetic, hypoupidemic, antiinflamantori, antidiare, antiasma, dan
antikanker. Kunyit juga bermanfaat untuk kesehatan kulit, menghilangkan jerawat dan
noda bekas jerawat, mengontrol minyak berlebih, mencegah penuaan dini,
mengankat sel kulit mati, fsn melembabkan kulit kering (Hakim, 2015).
Kencur memiliki warna putih keruh, aromanya agak menyengat, dan
kenampakannya beruas-ruas, berimpang, memiliki mata. Warna kencur disebabkan
oleh senyawa flavonoid, sedangkan aroma menyengat pada kencur disebabkan oleh
minyak atsiri dengan kadar 2,4-3,9 %. Minyak atsiri terbanyak adalah
p-metoksinamat (Nikmah,dkk, 2014). Kandungan metabolit sekunder dalam rimpang
kencur diantaranya asam propionat sebanyak 4,7%, pentadekan 2,08%, asam
tridekanoat 1,81%. 1,21-decosadiene 9,88% dab komponen terbesar yaitu etil
parametoksi sinamat (EPMS) sebanyak 80,05% EPMS ini digunakan untuk tabir
surya (Pratiwi dan Runadi, 2013). Rimpang kencur digunakan sebagai penguat cita
rasa makanan dan dapat dimanfaatkan sebagai jamu tradisional. Kencur dapar
menyembuhkan batuk, flu, sakit kepala, keseleo, radang lambung, memperlancar
haid, membersihkan darah kotor, dan masuk angin (Hakim, dkk, 2015).
Temulawak bewarna kuning-jingga, dengan aroma agak menyengat dan
kenampakan bulat , memiliki mata dan berimpang. Komponen dalam rimpang
temulawak terdiri dari pati 41,45% dan serat 12,62%, minyak atsiri 3,81% dan
kurkumin 2,29%. Minyak atsiri merupakan cairan yang mempengaruhi aroma
temulawak, berwarna kuning atau kuning jingga, berbau tajam. Minyak atsiri dari
rimpang temulawak mengandung senyawa telandren, kamfer, borneol, sineal,
xanthorrhizol, isofuranogermakren, trisiklin, allo-aromadendren, dan germakren.
Sedangkan kandungan senyawa Kurkumin berwarna kuning, dengan bau yang
karakteristik, rasa yang tajam, bersifat antiseptik, dan dapat digunakan sebagai
pewarna alami pada bahan pangan. Kurkumin juga yang menyebabkan temulawak
bewarna kekuningan dan berkhasiat untuk pengobatan yaitu mampu menghambat
pembelahan sel-sel tumor dan pembentukan jaringan kista di paruparu dan jaringan
perut, serta memiliki aktivitas antiproliferasi terhadap sel kanker payudara MCF-7.
Selain xantorrhizol, terdapat senyawa lain dari temulawak yaitu á-kurkumen,
ar-turmeron, dan  -atlanton. Kurkumin dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
dan dapat menurunkan trigliserida.
Biji pala memiliki warna daging krem, sedangkan kulitnya berwarna hitam coklat,
memiliki aroma menyengat dan berbentuk biji agak lonjong. Biji pala kaya akan
minyak esensial (volatil) dan minyak tidak berwarna atau kuning pucat dengan rasa
dan bau khas pala (nutmeg butter). Minyak esensial yang berfungsi dalam
penyembuhan berbagai penyakit seperti antikanker, antioksidan, antiinflamasi,
antitrombotik, dan efek hepatoprotektif. Biji pala juga digunakan untuk menjaga
kesehatan mulut, memperlancar sustem pencernaan, meredakan asam lambung,
menghilangkan muntah, melancarkan peredaran darah, mengurangi potensi terkena
diabetes, dan merawat kulit. Warna kecoklatan pada pala dipengaruhi oleh tanin
(Maya, dkk, 2004, dalam Hakim, 2015).
Pekak memiliki warna coklat kehitaman, memiliki aroma yang sangat menyengat,
dan bentuk kenampakannya seperti bintang, keras, berkeriput. Pekak merupakan
buah dari tumbuhan Illicium verum yang dipanen sebelum matang lalu dijemur hingga
meyerupai bintang berongga. Pekak atau atau bunga lawang atau star anise berasal
dari polong sejenis pohon yang tumbuh di Barat Daya Cina. Pekak biasanya
digunakan sebagai bumbu yang memberikan aroma wangi dan penyedap
makanan pada masakan Indonesia atau china (Rahmawati, 2016).Kandungan
dalam bunga lawang antara lain poliphenols, flavonols (quercetin dan kaempferol),
antosianin, tanins dan asam fenolik seperti shikimac dan asam galat. (Winarsih,
2018). Warna coklat kehitaman pekat disebabkan oleh perubahan klorofil menjadi
feotil karena proses pengeringan (Rozik, 2016). Aroma khas pekak berasal dari
a-pinene, anethol, methyl cavicol, dan anisketon (Haryati, 2013). Anethol bersifat
antibakteri, antijamur, dan antivirus. Pekak dimanfaatkan sebagai bumbu masakan,
bahan baku industri permen, kue, roti, dan biskuit. Pekak memiliki banyak manfaat
bagi kesehatan seperti mengurangi sakit perut, mengoptimalkan pencernaan, obat
sakit tenggorokan, dan obat batuk (Rozik, 2016).
Kayu manis memiliki warna coklat, beraroma agak menyengat , berbentuk
panjang, pipih, menggulung, keras. Kayu manis ini berasal dari kulit batang atau
dahan tumbuhan Cinnamon burmani. Kayu manis merupakan rempah-rempah dalam
bentuk kulit kayu yang biasa dimanfaatkan masyarakat Indonesia dalam kehidupan
sehari-hari sebagai penambah cita rasa masakan dan pembuatan kue. (Jallaludin,dkk,
2016) Warna kayu manis dipengaruhi oleh suatu senyawa yaitu tanin. Semakin tinggi
konsentrasi tanin, warna coklat kayu manis semakin pekat (Tasia dan Widyaningsih,
2014). Batang dan daun kayu manis bersifat aromatik dimana bau wangi dan aroma
khas kayu manis ditimbulkan oleh sinamaldehid dan eugenol (Hastuti, 2014).
Komponen senyawa volatil kayu manis antara lain minyak atsiri, safrole,
sinamaldehida, tannin, dammar, kalsium oksalat, flavonoid, interperiod, dan saponin.
Kandungan terbanyak dalam minyak atsiri kulit kayu manis adalah sinamaldehida
60-70%, p-cimene 0,6-1,2%, α-pinene 0,2-0,6%, eugenol 0,8%, sinamil asetat 5%,
kariofilen 1,4-3,3%, benzil benzoate 0,7-1,0%, Kandungan minyak atsiri memiliki
fungsi selain sebagai aroma, yaitu sebagai anti bakteri terhadap E.coli dan S. aureus
(Balchim, 2006 dalam Nisa, 2014). Kayu manis mempunyai kekuatan antioksidan
tertinggi diantara semua bahan pangan. Minyak esensial digunakan sebagai
antibakteri dan antiperadangan. Kayu manis juga berfungsi sebagai pencegah
penggumpalan darah, antikanker, peningkat fungsi otak, penurun kolesterol,
pengontrol gula darah, peningkat enzim gastro-intestinal sehingga baik untuk
pencernaan, penghangat tubuh, dan digunakan dalam pengobatan penyakit
neurodegeneratif. Kayu manis banyak mengandung zat havonoid seperti karoten, zea
xanthin, lutein, dan kriptoxanthin (Hakim, L, 2015).
Ketumbar memiliki warna kuning kecoklatan dengan aroma agak menyengat,
berbentuk bulat dan kecil. Kadar minyak esensial yang terkandung pada biji ketumbar
berjumlah sekitar 0,5%-1%. Komponen aktif pada ketumbar adalah linalool berjumlah
sekitar 60%-70%, geraniol (1,6%-2,6%), geranil asetat (2%-3%), kamfor (2%-4%),
dan mengandung 7 senyawa golongan hidrokarbon bejumlah 20% seperti α-pinen,
β-pinen, dipenhen, p-simen, α-terpinen, θ-terpinen, terpinolen, dan fellandren.
Komponen-komponen inilah yang mennyebabkan biji ketumbar menjadi bumbu atau
rempah biji tanaman yang bernilai medis. Biji ketumbar dapat digunakan untuk
meningkatkan daya tubuh dari serangan penyakit, sebagai stimulan, penguat organ
pencernaan, , merangsang enzim pencernaan, peningkatan fungsi hati, antibakteri,
sehingga dapat meningkatkan nafsu makan (Romlah, 2015).
Lada hitam memiliki warna hitam dengan aroma yang agak menyengat, dan
bentuk kenampakannya bulat, keras, berkeriput agak besar. Lada hitam adalah buah
lada muda berwarna hijau yang dipetik kemudian dibiarkan meragi selama beberapa
hari. Kemudian dijemur dibawah sinar matahari hingga menciut sehingga berwarna
hitam berkerut (Sjoekri, 2017). Buah lada hitam mengandung komponen bahan aktif
seperti amida fenolat, asam fenolat, dan flavonoid yang bersifat antioksidan sangat
kuat. Selain mengandung bahan-bahan antioksidan, lada hitam juga mengandung
piperin yang diketahui berkhasiat sebagai obat analgesik, antipiretik, anti inflamasi,
serta memperlancar proses pencernaan . Kandungan zat yang memberikan warna,
bau dan aroma dalam lada hitam adalah α-terpinol, acetophenone, hexonal, nerol,
nerolidol, 1,8 cineol, dihydrocarveol, citral, α-pinene dan piperolnol (Ratnasari, 2016).
Aroma lada yang khas juga dipengaruhi oleh minyak atsiri yang komponen
utamanya adalah monoterpene dan sesquiterpene yang terkandung dan tersimpan
dalam kulit arinya (Rismunandar, 1987, dalam Hermanasari, 2016). Sedangkan
senyawa pipenine dan chavicine menyebabkan rasa pedas lada yang khas (Sjoekri,
2017).
Lada putih memiliki warna putih keruh dengan aroma yang agak menyengat, dan
berbentuk bulat kecil. Proses pengolaham sangat mempengaruhi kandungan kimia
dan organoleptik lada. Kadar minyak atsiri lada cenderung meningkat ketika lada
menjelang matang kemudian menurun pada fase matang optimum. Hal ini
menyebabkan lada putih yang dipetik setelah matang mengandung lebih sedikit
minyak atsiri sehingga aromanya tidak sekaya lada hitam (Kusmiadi, dkk, 2017).
TIngkat kepedasan lada hitam lebih dari lada putih karena kandungan piperinenya
lebih tinggi (Putri, dkk, 2017). Lada bermanfaat untuk menghangatkan tubuh,
memperlancar peredaran darah, melonggarkasn saluran pernapasan, mengontrol
laju detak jantung dan tekanan darah, menurunkan kolesterol, meningkatkan nafsu
makan, dan mengoptimalkan penyerapan nutrisi. Lada juga dapat menghilangkan
ketombe dan merawat kesehatan kulit. Adapun piperine bersifat antidepresi,
antikanker, antioksidan, antibakteri, dan antiinflamasi (Hakim, 2015).
Asam jawa memiliki warna coklat tua, beraroma menyengat, dengan bentuk
silindris dan memiliki cangkang. Warna coklat kemerahan dikarenakan adanya tanin
pada asam jawa. Adanya senyawa volatil, antara lain z-asetil furan, furufal, dan
5-metil-furfural menyebabkan aroma khas pada asam jawa. Kandungan asam pada
asam jawa tinggi karena adanya asam tartrat dalam bentuk asam malat, asam
askorbat, dan kalium bitartrat. Terdapat juga kandungann flavonoid dan senyawa
polyphenol sebagai antiobesitas dan antidiabetes. Asam jawa juga mengandung
protein dengan asam amino esensia, tinggi karbohidrat, kaya akan mineral, kalium,
kalsium, dan magnesium. Lazimnya, asam jawa terkenal sebagai bahan masakan
yang mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan, kecantikan dan perobatan
tradisional. Masyarakat Melayu lama menggunakan buah asam jawa bukan sekadar
sebagai perencah dalam masakan dan penambah cita rasa pemasakan ikan, tetapi
juga sebagai obat.(Kasdan, dkk, 2015). Asam jawa dapat digunakan sebagai
pengobatan demam, diare, sakit perut, penyakit kuning, dan pembersih kulit
(Puspitasari, 2014).
Jintan putih memiliki warna putih kecoklatan dengan aroma yang menyengat dan
kenampakan bentuk pipih dan panjang. Warna pada jintan ini dipengaruhi adanya
flavonoid, antara lain luteolin dan apigenin. Aroma jinten dihasilkan oleh senyawa
a-cymene dan cuminyl alcohol. Jinten juga memiliki kandungan minyak atsiri seperti
cuminal, safrana, monoterpen, sesquiterpen, dan aromatik aldehid (Haryati, 2013).
Jinten dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan, antara lain flu, anemia,
masalah pencernaan, dan jantung. Jinten juga dapat digunakan dalam olahan gulai,
opor, kari, dan masakan bercitarasa kuat lainnya (Hakim, dkk, 2015).

Adas memiliki warna putih kekuningan dan kehijauan yang aromanya menyengat
dengan bentuk kenmpakan panjang, pipih, mudah dipatahkan. Adas merupakan
salah satu rempah di Indonesia yang biasa digunakan sebagai pembentuk flavor
dalam bahan pangan dan daunnya dimasak sebagai sayur. Minyak atsiri yang
terkandung dalam biji adas merupakan salah satu senyawa aktif bahan dasar
pembuatan obat dan bahan baku minyak telon (Sastrawan,dkk, 2013). Aroma wangi
yang dihasilkan digunakan sebagai bahan yang memperbaiki rasa, mengharumkan
ramuan obat dan makanan. Buah adas mengandung sekitar 8% minyak atsiri, dimana
minyak atsiri tersebut mengandung senyawa flavonoid (sekitar 50- 60% anethole,
10-15% fenchone dan methylchavicol). Adas mengandung minyak atsiri sekitar 6%.
Minyak atsirinya mengandung bahan utama anethol (50-80%), limonene (5%),
fenchone (5%), dan bahan lainnya seperti estragol (methyl chavicol), safrol, alpha
pinene, camphene, beta pinene, dan beta myrcene. Salah satu khasiat anethol
adalah sebagai karminatif, yaitu menghilangkan dingin, melancarkan peredaran
darah, penghilang nyeri (analgesik), menyehatkan lambung, meningkatkan nafsu
makan (stomakik), peluruh dahak, peluruh kentut (karminatif), merangsang produksi
ASI (laktagoga), melemaskan otot dan mencegah gigitan serangga.(Rusmin dan
Melati, 2007) dalam Hastuti.dkk, 2016)
Kapulaga memiliki warna coklat krem dengan aroma menyengat, berbentuk biji
dan bulat. Warna pada kapulaga didapat dari reaksi klorofil menjadi feofilin. Memiliki
minyak atsiri yang mengandung sineol, terpineol dan borneol. Kadar sineol dalam
buah kurang lebih 12%. Disamping itu buah kapulaga banyak mengandung saponin,
flavonoid, senyawa-senyawa polifenol, mangan, pati, gula, lemak, protein, silikat,
kalsium oksalat, dan asam kersik. Dengan penyulingan dari biji diperoleh minyak atisi
yang disebut oleum cardamomi, yang digunakan sebagai stimulan dan pemberi
aroma. Kapulaga sering digunakan untuk menghilangkan rasa gatal pada
tenggorokan, sebagai obat batuk, obat sakit perut, menghilangkan bau mulut,
antipiretikum (penurun panas), dan menghangatkan tubuh (Sinaga, 2014).
Cengkeh memiliki warna coklat tua, aromanya sangat menyengat, dan
kenampakannya panjang, bisa dipatahkan, dan ada kuncup. Dalam cengkeh terdapat
Eugenol merupakan komponen utama yang terkandung dalam minyak cengkeh
(Syzygium aromaticum) yang mencapai 70-96%, dimana kualitas minyak cengkeh
ditentukan oleh kandungan senyawa tersebut, semakin tinggi kandungan eugenolnya
maka semakin baik kualitasnya dan semakin tinggi nilai jualnya.Eugenol cengkeh
juga bisa digunakan sebagai pengusir nyamuk dengan berperan sebagai larvasida
alami (Taher,dkk, 2015) Selain eugenol,cengkeh juga punya minyak esensial
lainnya seperti acetyl eugenol, beta-caryophyllene, vanilin, asam krategolat, tanin,
asam galonat, dan metil salisilat. Kandungan tanin pada cengkeh inilah yang
menyebabkan cengkeh bewarna coklat tua,, dimana semakin pekat warna coklatnya
makan kandungan taninnya semakin tinggi. (Towaha, 2014). Ada lagi kandungan
cengkeh yaitu flavonoid yang menyebabkan cengkeh bersifat antioksidan, antijamur,
dan antibakteri. Cengkeh dapat digunakan sebagai bahan baku rokok kretek,
minuman, dan pembuatan kue. Selain itu, cengkeh juga bermanfaat untuk kesehatan
antara lain, membantu mengobati sakit gigi, peradangan, mengatasi mual muntah,
meningkatkan sistem pencernaan, meredakan batuk, obat kolera, mengobati campak
dan menjaga kesehatan kulit dan wajah. (Hakim, 2015).
Kemiri memiliki warna putih kekuningan, aroma tidak menyengat dan
kenampakannya bulat, besar, agak keras, dan agak kasar. Kemiri merupakan salah
satu rempah-rempah yang dihasilkan oleh sejenis pohon mirip beringin yang banyak
tumbuh di daerah Asia Timur dan Asia Tenggara. Rempah-rempah ini biasanya
dimanfaatkan sebagai bumbu masakan, bahan minuman, serta untuk diolah menjadi
minyak kemiri.(Setiawan, 2016). Kandungan minyak nabati pada biji kemiri dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel melalui reaksi esterifikasi
dan transesterifikasi (AL, 2015 )
Kluwak atau Kluwek merupakan rempah yang digunakan dalam berbagai
masakan diantaranya rawon, sayur brongkos dan sup konro. Selain berfungsi
sebagai penyedap, kluwek juga memberikan warna coklat kehitaman pada makanan.
Zat warna coklat dari kluwek dapat digunakan sebagai alternatif pengganti zat
pewarna sintetis seperti Chocolate Brown FH dan Chocolate Brown HT. Kluwek
mengandung berbagai macam zat diantaranya betakaroten, asam sianida, asam
hidnokarpat, asam khaulmograt, asam glorat dan tanin. Selain sebagai pewarna,
tanin juga merupakan Ekstraksi Zat Warna Dari Kluwek (Pangium edule Reinw)
antioksidan yang berfungsi sebagai antibakteri. Hal ini menyebabkan zat warna
kluwek sangat baik bila diaplikasikan dalam makanan karena dapat berfungsi sebagai
pengawet (Warnasih, 2018)
Daun mint memiliki warna hijau, dengan aroma mint yang menyengat, dengan
kenampakan daun bertulang, berbatang. . Hasil analisis komponen penyusun minyak
mint menggunakan KG-SM menunjukkan bahwa terdapat 37 komponen, dan terdapat
3 komponen utama dalam minyak mint yaitu karvon (30,89 %), piperitenon oksida
(14,58 %), dan bornilen (12,75 %). (Aziza, 2014) Warna hijau pada daun mint ini
diperoleh dari adanya pigmen klorofil alsomethone. Aroma yang sangat menyengat
disebabkan adanya volatil seperti mentol (yang utama), menthone, dan palmitat.
Daun mint daoat digunakan sebagai antimikroba, antioksidan yang kuat, antitumor,
dan volatil pada daun mint dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan menthol
dapat digunakan sebagai penambah aroma segar pada pembuatan obat kumut alami.
Aroma terapi daun mint dengan ikhalasi sederhana dapat dijadikan sebagai terapi
nonfarmakologi untuk mengurangi gejala klinis dari tuberculosis yaitu sesak napas
(Siswanto, 2015).
Marjoram memiliki warna hijau kekuningan, memiliki aroma tidak menyengat, dan
berbentuk bulat, halus, dan pipih. Warna hijau pada marjoram dikarenakan adanya
klorofil. Keberadaan minyak atsiri sebagai komponen utama dan sebagai sifat
aromatiknya, seperti tepernin 4-01, θ-terpinen, o-cymene, p-cymene, sabinene,
α-terpineol, cis-sabinene hydrate, dan carvacol (Prerna, 2015). Komponen bioaktif
dalam marjoram bersifat antijamur, antiseptik, dan antioksidan yang berkhasiat untuk
menjaga kesehatan sistem pencernaan.
Chives memiliki warna hijau, dengan aroma tidak menyengat, berbentuk panjang,
sejajar dan mudah patah. Warna hijau pada chives dikarenakan adanya klorofil.
Komponen penyusun minyak esensial chives ialah dipropil disulfida, dipropil trisulfida,
methyl propil trisulfida, dan I-profenik-disulfuda. Komponen tersebut merupakan
senyawa proaktif yang bersifat antioksidan, dan antibakteri. Chives kaya akan
kalsium, fosfor, sulfur, besi, vitamin A, Vitamin C, dan pektin, selain digunakan
sebagai penambah cita rasa, chives dapat digunakan untuk menjaga kesehatan
pencernaan dan antiinflamasi (parru, 2014).
Parsley memiliki kenampakan warna hijau gelap, aroma tidak menyengat dan
teksturnya agak lembek. Kandungan komponen bioaktifnya seperti poasetilene, asam
fenolat, flavonoid, kaumarin, triterpenoid, sterol, dan monoterpen yang dapat
mendukung kesehatan fisik dan emosional, serta minyak atsirinya yang
mempengaruhi aroma pada parsley. Parsley berkhasiat menstimulasi produksi enzim
yang dapat mendetoksifikasi karsinogen, menghambat sintesis kolesterol, memblok
estrogen, menurunkan tekanan darah, meningkatkan aktivitas imun dan menghambat
perkembangan tumor. Parsley juga digunakan sebagai pembentuk flavor masakan
(Putri, 2018)
Basil leaf memiliki warna hijau keabuan dengan aroma agak menyengat dan
memiliki bentuk yang keras dan pipih. Komponen dari basil adalah cinnamate,
citronellol, geraniol, linalool, methyl chavicol, myrcene, pinene, ocimene, dan terpinol.
Senyawa-senyawa tersebut juga mempengaruhi rasa dari basil. Minyak esensial dari
basil dapat digunakan untuk antivirus, antimikroba, dan antikanker. Selain itu, minyak
esensial inilah yang menyebabkan basil leaf memiliki aroma yang khas. Basil leaf
juga dapat menghambar bakteri penyebab diare sehingga proses pencernaan dan
penyerapan zat-zat nutrisi menjadi lebih sempurna serya dapat memperbaiki saluran
pencernaan (Chanal, 2017).
Bay leaf memiliki warna kuning kehijauan, dengan aroma agak menyengat dan
memiliki kenampakan berupa daun kering dan menyirip. Bay Leaf mengandung
warna yang disebabkan alkaloid, tannin, dan minyak atsiri (sitial, siskuiterpen, lakton,
eugenol dan fenol) yang juga bisa mempengaruhi aroma. Senyawa-senyawa aktif
yang mempengaruhi aroma Bay leaf adalah senyawa tanin dan flavonoid yang
tergolong senyawa fenol. Senyawa fenol memiliki cincin aromatik yang mengandung
gugus hidroksi, karboksil, metoksi dan juga struktur cincin bukan aromatik . Selain itu,
daun salam juga mengandung minyak atsiri sekitar 0,17 % sehingga menambah
aroma bahan pangan. (Rahmadi, 2016). Komponen utama pada daun bay ini adalah
minyak esensial seperti cined (44,12%), eugenol (15,16%), sabinene (6,20%),
4-lerpinol (3,60%), α-pinene (2,74%), methyleugenol (2,48%), α-berpineol (2,19%)
dan β-pinene (2,05%). Minyak esensial dapat digunakan sebagai antibacterial,
antifungal, dan antioksidan. Bay leaves ini dapat digunakan sebagai anti septik,
reumatik, antimutagenik, dan obat gangguan pencernaan (Hashimi, 2016).
Rosemary memiliki warna hijau kekuningan, dengan aroma tidak menyengat dan
kenampakan panjang, keras,dan pipih. Komponen utama pada rosemary yaitu
carnosol, asam carnosic, ursolic acid, rosmarinic acid, dan caffeic acid. Carnosol dan
carsonic acid merupakan minyak esensial yang mempengaruhi rasa dan aroma
rosemary. Senyawa tersebut (volatil) digunakan sebagai antioksidan dan antibakteri.
Rosemary memiliki warna warna kuning kehijauan karena mengandung klorofil yang
kemudian mengalami proses pengeringan. Rosemary digunakan sebagai
aromaterapi,cocok untuk teh dan juga melindungi tubuh dari nyamuk aedes aegypti.
Rosemary telah digunakan sebagai stimulan, analgesik ringan, obat sakit kepala,
obat kelelahan fisik dan mental, serta peradangan (Raskovic, Aleksandar, 2014).
Thyme memiliki warna hijau tua dengan aroma menyengat dan berbentuk
panjang pipih. Thyme banyak mengandung flavonoid, phenolic antioksidan seperti
zeuxanthin, lutein, pigenin,narigenin, luteolin, dan thymonin. Thymol merupakan
komponen dominan dari phenolic yang sangat berpengaruh terhadap aktivitas
antioksidative. Thymol juga merupakan “pre-dominan” dari komponen minyak
esensial thyme. Selain itu juga tedapat carvacol, p-eymene, θ-terpinene, linalool,
β-mycrene, apigenin, dan eugenol. Thyme dapat digunakan sebagai antiseptic,
antiinflamasi, antibakteri, antivirus, dan antikanker. Selain itu, thyme bermanfaat
sebagai obat sakit perut, gangguan pencernaan, infeksi mulut, batuk, bronkitis, dan
asma (Dauqan, 2017).
Oregano memiliki warna hijau kekuningan dengan aroma agak menyengat dan
berbentuk bulat, besar, berisi. Warna hijau oregano disebabkan \ adanya klorofil yang
kemudian mengalami proses pengeringan. Komponen utama dari pembentuk aroma
dan rasa dari oregano adalah minyak ensesnsial cavacol, sekitar 69,94%. Selain itu
terdapat minyak esensial pendukung seperti mycrene, orto-cymene, θ-terpinene,
α-hijene. Oregano digunakan untuk obat penenang, analgesik, antiseptik,
ekspektoran, stimulan, dan obat sakit perut (Luz, 2016). Selain itu, oregano juga
sering digunakan bahan masakan Italia dan Amerika seperti pizza, pasta dan
membuat saus tomat (Key, 2014)
Tarragon memiliki warna hijau cerah dengan aroma menyengat dan berbentuk
pipih, serpihan daun besar. Warna Tarragon disebabkan oleh kandungan minyak
esensialnya 0,5-2,5 % yaitu kandungan 60-75% extragol. Sedangkan Aroma berasal
dari kandungan anethole, beta-pinenes, champene, ismoneric, dsb. (Raghavan,
2006) .Terdapat juga senyawa fenolik dan falvonoid dalam ekstrak minyak tarragon
dengan komponen utama adalah p-allylani-sole (84%) yang dapat digunakan sebagai
antimikroba dan antioksidan. Zat fitokimia, phylo nutrient juga ditemukan dalam
tarragon yang bertindak sebagai sistem kekebalan alami. Tarragon bermanfaat untuk
mengobati sakit perut, meredakan rasa sakit menstruasi, mual, muntah, mengobati
insomnia, dan menyembuhkan nyeri lutut (Raesi, 2013 dan Gharetappe, 2015).
Minyak esensial tarragon telah membuktikan aktivitas antibakteri terhadap
staphylococcus aureus dan E. coli. Minyak esensial tarragon juga menjadi pilihan
yang sangat baik sebagai pengawet keju alami (Raesi, 2013).
Mixed herbs atau sering disebut Italian seasoning memiliki warna kuning
kehijauan dengan aroma agak menyengat dengan bentuk pipih, serpihan dengan
bentuk tidak seragam. Mixed herbs terdiri dari beberapa rempah-rempah seperti
thyme, rosemary, basil, marjoram, dan parsley. Aroma mixed herbs didapatkan dari
campuran beberapa rempah yang ada didalamnya. Aroma mixed herbs kurang
menyengat karena kandungan minyak atsiri yang hanya sedikit. Mixed herbs
berfungsi sebagai antioksidan, membantu kesehatan pencernaan, dan menambah
cita rasa makanan (Parva, 2014).
Secara umum, fungsi rempah mancanegara adalah sebagai antibakteri, antivirus,
antikanker dan antioksidan. Selain itu dalam masakan juga berperan dalam
menambah cita rasa dan aroma.

F. Kesimpulan
1. Jenis rempah lokal yaitu jahe, pala, lengkuas, temukunci,kunyit,kencur,
temulawak, pekak, kayu manis, ketumbar, lada hitam, lada putih, asam jawa, jitan
putih, adas, kapulaga, cengkeh, dan kluwak. Sedangkan rempah mancanegara
yaitu daun mint,marjoram, chives, parsley, basil leaves, bay leaves, rosemary,
thyme, oregano, tarragon, mixed herbs.
2. Mayoritas warna rempah yang diamati berwarna coklat untuk lokal dan hijau
untuk mancanegara yang dipengaruhi oleh senyawa ekstraktif seperti klorofil dll.
Sedangkan aroma rempah mayoritas berasal dari kandungan zat volatil yaitu
minyak atsiri sehingga mempunyai aroma yang tajam dan spesifik. Dan, untuk
bentuk atau kenampakan rempah berbeda satu sama lainnya tergantung oleh jenis
rempah yang diamati
G. Daftar Pustaka
AL.,dkk. 2015. Sintesis Etil Ester dari Minyak Biji Kemiri (Aleurites molluccana)
Menggunakan Metode Ultrasonokimia. Jurnal Ilmiah Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
Aziza,dkk. 2014. Isolasi dan Karakterisasi terhadap Minyak Mint dari Daun Mint Segar
Hasil Distilasi Uap. Jurnal Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang
Chalal, dkk. 2017. A review on Chemistry and Biological Activities of Laurus Nobilis L.
Essential Oil. Journal of Pharmacology and Phychemistry Vol. 6 No. 4:
1153-1161.
Dauqan, Eqbal; Abdullah Aminah. 2017. Medical and Functional Values of Thyme
(Thymus Vulgaris L.) Herb. Journal of Applied Biology dan Biotechnology Vol 5
No. 2 : 17-22.
Gharetappe, Khaligh. 2015. The Effect of Dietary Tarragon (Artemesia dracunculus)
and Peppermint (mentha piperita) Leaves on Growth Performance and
Antibody Response of Broiler Chickens. Iranian Journal of Applied Animal
Science Vol. 5 No. 2 : 403-404.
Hakim, Luchman. 2015. Rempah dan Herba Kebun Pekarangan Rumah Masyarakat:
Keragaman, Sumber Fitofarmako dan Wisata Kesehatan Kebugaran.
Yogyakarta: Diandra Creative.
Hakim, Luchman, dkk. 2015. Etnobotani Rempah-rempah di Dusun Kopen Dukuh
Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Pembangunan dan Alam Lestari Vol. 6 No. 2 :
138.
Haryati. 2013. Media Pembelajaran Rempah-rempah dan Bahan Penyegar. Bandung:
Pendidikan Teknologi Agroindustri.
Hashimi, dkk. 2016. The Nutritional Value and Anrioksidan Activity of Bay Leaves.
Journal of The European Economic Association Vol. 15 No. 4: 10-11
Hastuti, Andriana Murdy. 2014. Pengaruh Penambahan Kayu Manis terhadap
Aktivitas Antioksidan dan Kadar Gula Total Minuman Fungsional Secang dan
Daun Stevia sebagai Alternatif Minuman bagi Penderita Diabetes Melitus Tipe 2.
Artikel Penelitian Universitas Diponegoro, Fakultas Kedokteran, Programm
Studi Ilmu Gizi
Hermanasari, A. 2016. Pendugaan Umur Simpan Bumbu Serbuk Kuah Bakso dengan
Metode Akselerasi. Tesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.
Hikmah, dkk. 2014. Lilin Kencur dengan Variasi Bentuk sebagai Farmakotherapy.
Program Kreativitas Mahasiswa- Kewirausahaan.
Jallaludin,dkk. 2016. Pengaruh Suhu dan Lama Oksidasi Enzimatis Daun Sirsak
terhadap Karakteristik Teh Herbal Mix Daun Sirsak (Annona muricata L.) dan
Kayu Manis (Cinnamomum burmannii). Skripsi Universitas Pasundan Fakultas
Teknik Program Planologi.
Kasdan,dkk. 2015. Unsur asam dan akal budi Melayu: Analisis semantik inkuisitif.
Publikasi Seminar Meja Bulat : Simpulan Bahasa dan Budaya
Key, Evelyn. 2014. Thyme & Oregano, Healing and Cooking Herbs. Greece:
Evangelia Korageoge
Khamidah,dkk. 2017. Ragam Produk Olahan Temulawak untuk Mendukung
Keanekaragaman Pangan. Jurnal Litbang Pertanian Vol. 36 No. 1 Juni
2017 :1-12
Koswara, Sutrisno. 2008. Jahe, Rimpang dengan Sejuta Khasiat. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Kusmiadi, dkk. 2017. Uji Analisis Tingkat Kematangan dan Perendaman terhadap
Aspek Fisik dan Kimia Lada Putih. Jurnal Ilmu Teknologi Pertanian Vol. 1 No.
1 : 39-48.
Luz, Jose, dk. 2016. Organic Fertilization and Composition of Oregano Essential Oil.
Boletin Latinoamericano y del Canbe de Plantas Medicinales y Aromaticas Vol.
15 No.5 : 301-314.
Muchtadi, dkk. 2015. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bandung: Alfabeta.
Nisa, Laili Choirun. 2014. Aktivitas Antibakteri Kulit Kayu Manis dengan Cara
Ekstraksi yang Berbeda terhadap E. Coli dan Staphylococcus aureus. Naskah
Publikasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan : Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Parva, dkk. 2014. Anti-Inflammatory Effect of Allium Schoenaprosum L. Leaves.
Journal of Physiology and Pharmacology Vol. 65 No. 2: 309-315.
Pratiwi, dan Runadi. 2013. Sintesis Aktif Para Metoksisinamat dari Bahan Baku
Rimpang Kencur. Review. Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran Vol. 14 No.
3 : 109-111.
Puspitasari, Ermay. 2014. Uji Efek Ekstrak Etanol 70% Daging Buah Asam Jawa
terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Jantan Galur Wistar yang
Diinduksi Aloksan. Naskah Publikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Putri, dkk. 2017. Perbedaan Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Lada Hitam dengan
Ekstrak Etanol LAda Putih terhadap Streptococcus Mutans secara In Vitro.
Journal of Dentistry Vol. 1 No. 1 : 1-7.
Putri dan Fibrianto. 2018. Rempah untuk Pangan dan Kesehatan. Malang:
Universitas Brawijaya Press
Raesi, M. 2013. Essential Oil of Tarragon Antibacterial Activity on Staphylococcus
Aureus and E. Coli in Culture Media and Iranian White Cheese. Iranian Journal
Microbiology Vol. 4 No. 1 : 30-34.
Rahmawati, Assa. 2016. Kata Serapan Makanan dan Minuman dari bahasa Cina.
Jurnal Kajian Budaya (Paradigma) Universitas Indonesia
Raskovic, Aleksandar. 2014. Antioxidant Activity of Rosemary, Essential Oil and Its
Hepatoprotective Potential. Journal BMC Complementary and Alternative
Medicine Vol.14 No. 225 : 1-9.
Ratnasari, Dian Maulida. 2016.Pengaruh Pengikat PVP dan Amylum Manihot serta
Perbedaan Metode Ekstrasi terhadap Karakteristik Tablet Mengandung
Kombinasi Ekstrak Buah Lada Hitam (Piper Nigrum L.) dan Biji Buah Pinang
(Areca Catechu L.). Thesis Universitas Islam Bandung Fakultas MIPA Program
Studi Farmasi
Romlah, Siti. 2015. Pengaruh Rebusan Biji Ketumbar sebagai Penurunan Hipertensi
pada Ibu Hamil di Desa Jabon Kecamatan Mojoanyar Mojokerto. Laporan
Penelitian.
Rozik, N. 2016. Antimicrobial Activity of Star Anise, Anniseed, and Cinnamon Againist
Food Bornei Bacheria. Tesis. Universitas Kelantan Malaysia.
Setiawan, Anton. 2016. Pengaruh Temperatur dan Tekanan Terhadap Perolehan
Rendemen dan Kualitas Minyak Kemiri Dengan Menggunakan Penekan
Hidrolik. Undergraduate thesis, Universitas Diponegoro.
Sinaga, E. 2014. Amomum Cardomomum Wilid. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tumbuhan Obat. Jakarta: UNNAS.
Siswanto, Edi. 2015. Pengaruh Aromaterapi Daun Mint dengan Inhalasi Sederahna
terhadap Napas pada Pasien Tuberculosis Paru. Jurnal Keperawatan dan
Kebidanan STIKES Dian Husada Mojokerto Vol. 7 No. 1 : 49-56.
Sastrawan,dkk, 2013. Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji
Adas (Foeniculum vulgare) Menggunakan Metode DPPH. Jurnal Ilmiah Sains
Vol. 13 No 2 , Universitas Sam Ratulangi
Sjoekri, R. 2017. Senirasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tasia, dan Widyaningsih. 2014. Journal Review: Potensi Cincau Hitam, Daun Pandan,
dan Kayu Manis sebagai Bahan Baku Minuman Herbal Fungsional. Jurnal
Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No. 4: 128-136.
Towaha, Juniaty. 2014. Manfaat Eugenol Cengkeh Dalam Berbagai industri di
Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar Perspektif Vol. 11
No. 2 /Des 2014. Hlm 79 - 90
Warnasih dan Hasanah. 2018. Ekstraksi Zat Warna dari Kluwek (Pangium edule
Reinw Menggunakan Berbagai Pelarut. Jurnal Ilmiah Ilmu Dasar dan
Lingkungan Hidup Vol 18 No. 1 (2018), Universitas Pakuan.
Widayat, dkk. 2015. Aktivitas Ekstrak Temukunci terhadap Jamur Penyebab Pitriasis
Versikolor. Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian ke-2: 183-184.
Winarsih, dkk, 2018. Identifikasi Senyawa Aktif Crude Ekstrak Bunga Lawang (Illicium
verum) dan Uji Antimikrobia Pembusuk dari Daging Ayam Broiler. Jurnal
Agroteknologi Vol. 12 No. 02 Tahun 2018 Universitas Muhammadiyah Malang

Anda mungkin juga menyukai