SGD Nyeri Kencing Urogenital Kel 3
SGD Nyeri Kencing Urogenital Kel 3
BLOK UROLOGI
OLEH:
KELOMPOK III
Nama Tutor:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CIPUTRA
SURABAYA
2020
I
DAFTAR ISI
Cover .......................................................................................................................................... i
Skenario ...................................................................................................................................... 1
Anamnesa .................................................................................................................... 1
Pemeriksaan Penunjang............................................................................................... 2
Keywords ................................................................................................................................... 2
Pembahasan ................................................................................................................................ 5
Referensi .....................................................................................................................................30
II
Skenario:
Seorang laki-laki G, usia 26 tahun, datang ke poliklinik rawat jalan Rumah Sakit dengan
keluhan nyeri saat kencing.
More Information
Anamnesa:
Nyeri sejak 4 hari yang lalu, ada rasa terbakar saat urine pertama kali keluar
Nyeri dirasakan ketika urine pertama kali keluar
Sakit berterusan setelah urine keluar
Tidak pernah mengalami gejala yang sama
Tidak mengangkat beban
Warna kencing biasa tetapi Ketika kencing keluar lendir kekuningan dari lubang
kencing setiap kali kencing
Pasien memiliki Riwayat bergonta-ganti pasangan seksual
8 hari yang lalu berhubungan dengan PSK tanpa menggunakan kondom
Pemeriksaan fisik:
1
Pemeriksaan penunjang:
Keywords:
Nyeri kencing,
kencing nanah,
urethritis gonorrhoeae,
2
Mind Map Awal:
3
Learning issues:
4
1. DEFINISI DAN DD NYERI KENCING
Definisi:
Dysuria atau nyeri kencing adalah nyeri saat buang air kecil yang biasanya disebabkan oleh
peradangan. Nyeri ini biasanya tidak dirasakan di atas kandung kemih tetapi sering terjadi
disebut sebagai meatus uretra. Nyeri terjadi di awal buang air kecil mungkin menunjukkan
patologi uretra, sedangkan nyeri terjadi di akhir miksi (strangury) biasanya berasal dari
kandung kemih. Dysuria sering kali disertai dengan frekuensi dan urgensi (Campbell-
Walsh,2016).
Dysuria, yang didefinisikan sebagai nyeri, rasa terbakar, atau ketidaknyamanan saat buang air
kecil, lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria. Meskipun infeksi saluran
kemih adalah penyebab disuria yang paling sering, pengobatan empiris dengan antibiotik
tidak selalu tepat. Disuria lebih sering terjadi pada wanita yang lebih muda, mungkin karena
frekuensi aktivitas seksual mereka yang lebih besar. Pada pria tua lebih mungkin mengalami
dysuria karena peningkatan kejadian hiperplasia prostat disertai peradangan dan infeksi
(Bremnor,2002).
1. Infeksi
Infeksi gonokokus dan klamidia.
Gonore didiagnosis ketika N. gonorrhoeae dideteksi dengan pewarnaan Gram, kultur,
atau pengujian amplifikasi asam nukleat. Nongonococcalethritis (NGU) didiagnosis
ketika organisme intraseluler gram negatif tidak dapat didiagnosis pada pemeriksaan
mikroskopis atau dengan pengujian diagnostik. C. trachomatis, penyebab infeksius
paling umum dari NGU, bertanggung jawab atas 23-55% kasus dalam rangkaian yang
dilaporkan, tetapi proporsi kasus secara substansial lebih rendah dalam praktik urologi.
Prevalensi infeksi klamidia berbeda menurut kelompok usia, dengan prevalensi lebih
rendah di antara pria lanjut usia. Selain itu, proporsi NGU yang disebabkan oleh C.
trachomatis semakin menurun. Dokumentasi NGU klamidia penting karena diagnosis ini
mendukung rujukan, evaluasi, dan pengobatan pasangan
Penyebab infeksi lainnya.
5
Penyebab tersering e.coli, lebih jarang S. stafilokus, proteus mirabilis, S.Aureus, Spesies
enterococcus. (1)
Etiologi dari sebagian besar kasus NGU nonklamidia tidak diketahui. Mikoplasma
genital, Mycoplasma genitalium, Ureaplasma urealyticum, dan mungkin Mycoplasma
hominis, terlibat dalam 20-30% kasus di beberapa seri (Krieger J.N. 2013). Trichomonas
vaginalis juga dapat menyebabkan UNG
2. Non-infeksi:
Gambar 1: Algoritma untuk evaluasi dysuria akut pada pasien laki-laki dan perempuan.
Sumber : Bremnor, 2002
6
Gambar 2 : Lanjutan dari algoritma untuk evaluasi dysuria akut pada pasien laki-laki dan
perempuan.
Sumber : Bremnor,2002
7
2. DEFINISI, EPIDEMIOLOGI, DAN FAKTOR RISIKO INFEKSI GONORRHOEAE
Definisi:
Gonore adalah infeksi bakteri oleh Neisseria gonorrhoeae, suatu kuman gram negative, aerob,
berbentuk sepasang kokus. Organisme biasanya nampak intraseluler di dalam leukosit
polimorfonuklear. Pada dewasa, infeksi gonokokal dapat mengenai genital, anus, atau faring,
bisa juga ditularkan melalui penetrasi penis ke vagina, anal dan oral. (Strowd, 2019)
Epidemiologi:
Gonore adalah IMS yang sering mengenai laki-laki dan perempuan, terutama remaja dan
dewasa muda. Lebih dari 820.000 orang diperkirakan menderita infeksi baru gonokokal di
Amerika Serikat setiap tahunnya sesuai dengan Centers for Disease Control and Prevention
(CDC), walaupun hanya setengahnya yang sebenarnya dilaporkan melalui sistem kesehatan
masyarakat. Hal ini menjadikan gonore termasuk penyakit infeksi kedua tersering di Amerika
Serikat setelah klamidia. Infeksi gonore tertinggi dilaporkan diantara remaja dan dewasa
muda aktif seksual usia 15 – 24 tahun. Perbedaan rasial multifaktorial dan dapat terjadi
karena perbedaan aksesibilitas ke layanan kesehatan, kurangnya penggunaan sumber daya
yang ada, dan pemilihan pasangan seksual (Strowd, 2019).
Faktor risiko:
Faktor risiko infeksi gonore termasuk patner seksual baru atau multiple, usia muda, status
tidak menikah, pekerja seks komersial, penyalah gunaan alkohol dan obat-obatan terlarang,
sosioekonomi dan tingkat pendidikan rendah, penggunaan kondom yang tidak konsisten dan
infeksi menular seksual yang pernah diderita sebelumnya. (Strowd, 2019)
8
panggul antara papila dan fornices dan disebut kolom Bertin. Medula terdiri dari banyak
piramida yang dibentuk oleh ginjal yang berkumpul pada tubulus, yang mengalir ke calices
minor di ujung papila.
Dari gambar diatas menunjukkan hubungan ginjal dengan organ dan struktur yang
berdekatan. Keintiman mereka dengan organ intraperitoneal dan persarafan otonom yang
mereka bagi dengan organ-organ ini menjelaskan, sebagian, beberapa gejala gastrointestinal
yang menyertai penyakit genitourinary.
Vaskularisasi
A. Arterial
Biasanya ada satu arteri ginjal, cabang aorta yang memasuki hilus ginjal di antara panggul,
yang biasanya terletak di posterior, dan vena ginjal. Ini mungkin bercabang sebelum
mencapai ginjal, dan dua atau lebih arteri terpisah dapat dicatat. Dalam duplikasi panggul dan
ureter, umumnya setiap segmen ginjal memiliki suplai arteri sendiri. Arteri ginjal terbagi
menjadi cabang anterior dan posterior. Cabang posterior memasok segmen tengah permukaan
posterior. Cabang anterior memasuk kutub atas dan bawah serta seluruh permukaan anterior.
Arteri ginjal semuanya adalah arteri ujung. Arteri ginjal selanjutnya terbagi menjadi arteri
9
interlobar, yang bergerak di kolom Bertin (antara piramida) dan kemudian melengkung di
sepanjang dasar piramida (arteri arkuata). Arteri ini kemudian membelah menjadi arteri
interlobular. Dari pembuluh ini, cabang yang lebih kecil (aferen) lolos ke glomeruli. Dari
berkas glomerulus, arteriol eferen lolos ke tubulus di stroma.
A. Vena
Vena ginjal dipasangkan dengan arteri, tetapi salah satu dari mereka akan menguras seluruh
ginjal jika yang lain terikat. Meskipun arteri dan vena ginjal biasanya merupakan satu-
satunya pembuluh darah ginjal, pembuluh ginjal aksesori sering ditemukan dan mungkin
penting secara klinis jika ditempatkan sedemikian rupa untuk menekan ureter, sehingga dapat
terjadi hidronefrosis.
Innervasi
Saraf ginjal yang berasal dari pleksus ginjal menyertai pembuluh ginjal di seluruh parenkim
ginjal.
Limpatik
Histologi ginjal
Unit fungsi ginjal adalah nefron, yang terdiri dari tubulus yang memiliki fungsi sekretori dan
ekskresi. Bagian sekretori sebagian besar terkandung di dalam korteks dan terdiri dari sel
ginjal dan bagian sekretori tubulus ginjal. Bagian ekskresi dari saluran ini terletak di medula.
Sel ginjal terdiri dari glomerulus vaskular, yang menjorok ke dalam kapsul Bowman, yang,
selanjutnya, berlanjut dengan epitel tubulus proksimal berbelit-belit. Bagian sekretorik dari
tubulus ginjal terdiri dari tubulus proksimal berbelit-belit, lengkung Henle, dan tubulus
konvolusi distal. Bagian ekskresi nefron adalah tubulus pengumpul, yang kontinu dengan
ujung distal tungkai menaik dari tubulus berbelit-belit. Ini mengosongkan isinya melalui
ujung (papilla) dari piramida menjadi kelopak kecil.
10
2. Renal pelvis: Pelvis mungkin seluruhnya intrarenal atau sebagian intrarenal dan sebagian
ekstrarenal. Inferomedial, itu mengecil untuk bergabung dengan ureter. Jika pelvis
sebagian berada di luar ginjal, ia terletak di sepanjang batas lateral otot psoas dan di atas
otot quadratus lumborum; pedikel vaskuler ginjal terletak tepat di anteriornya. Pelvis
ginjal kiri terletak di tingkat vertebra lumbal pertama atau kedua; panggul kanan sedikit
lebih rendah.
3. Ureter: Ureter dewasa memiliki panjang sekitar 30 cm, bervariasi dalam kaitannya
dengan tinggi badan individu. Ini mengikuti kurva S yang agak halus. Area yang sering
terkena batu adalah (1) di persimpangan ureteropelvis, (2) di mana ureter melintasi
pembuluh iliaka, dan (3) di mana ia mengalir melalui dinding vesica urinaria.
Pada jalurnya ke bawah, ureter terletak pada otot psoas, melewati medial ke sendi
sakroiliaka, dan kemudian turun ke lateral di dekat iskiadika spinal sebelum melewati
medial untuk menembus dasar vesica urinaria. Pada wanita, arteri uterina berhubungan
erat dengan bagian juxtavesical ureter. Ureter ditutupi oleh peritoneum posterior; bagian
paling bawahnya melekat erat padanya, sedangkan bagian jukstavesikal tertanam dalam
lemak retroperitoneal vaskular. Vasa deferentia, saat meninggalkan cincin inguinal
internal, menyapu dinding panggul lateral anterior ureter. Mereka berbaring medial yang
terakhir sebelum bergabung dengan vesikula seminalis dan menembus dasar prostat
menjadi saluran ejakulasi.
11
Vaskularisasi
a. Arterial
calyces ginjal, panggul, dan ureter atas memperoleh suplai darah dari arteri ginjal;
midureter disuplai oleh arteri spermatika internal (atau ovarium). Bagian paling
bawah dari ureter dilayani oleh cabang dari persatuan iliaka, iliaka interna
(hipogastrik), dan arteri vesikalis.
b. Vena
Vena pada ginjal, panggul, dan ureter dipasangkan dengan arteri.
Limfatik
Limfatik dari bagian atas ureter serta dari panggul dan calices memasuki kelenjar getah
bening lumbal. Limfatik midureter lolos ke kelenjar getah bening iliaka interna (hipogastrik)
dan kelenjar getah bening iliaka komunis, limfatik ureter bagian bawah bermuara ke kelenjar
getah bening vesikalis dan hipogastrik.
Dinding calyces, panggul, dan ureter terdiri dari epitel sel transisi di bawahnya terdapat
jaringan ikat longgar (lamina propria). Bagian luar ini adalah campuran serat otot polos heliks
dan longitudinal. Mereka tidak tersusun dalam lapisan yang pasti. Lapisan adventitial terluar
terdiri dari jaringan ikat fibrosa.
12
yang saling bertautan dan menyatu saat mereka melewati distal untuk menjadi otot halus dari
uretra.
Pada laki-laki, vesical urinaria secara posterior berhubungan dengan vesikula seminalis, vasa
deferentia, ureter, dan rektum. Pada wanita, rahim dan vagina berada di antara vesical
urinaria dan rektum. Kubah dan permukaan posterior ditutupi oleh peritoneum; karenanya, di
daerah ini, vesical urinaria berhubungan erat dengan usus halus dan kolon sigmoid. Pada pria
dan wanita, vesical urinaria berhubungan dengan permukaan posterior simfisis pubis, dan,
bila membesar, akan bersentuhan dengan dinding perut bagian bawah.
Histologi
Mukosa vesica urinaria terdiri dari epitel transisi. Di bawahnya adalah lapisan submukosa
yang berkembang dengan baik yang sebagian besar terdiri dari jaringan ikat dan elastis.
Bagian luar submukosa adalah otot detrusor yang terdiri dari campuran serat otot polos yang
disusun secara acak secara longitudinal, melingkar, dan spiral tanpa pembentukan lapisan
atau orientasi tertentu kecuali dekat dengan meatus internal, di mana otot detrusor berada.
tiga lapisan pasti: membujur dalam, melingkar tengah, dan membujur luar.
Vaskularisasi
1) Arterial
Vesica urinaria disuplai oleh arteri vesikalis superior, tengah, dan inferior, yang
muncul dari batang anterior arteri iliaka interna (hipogastrik), dan oleh cabang-
cabang yang lebih kecil.
2) Vena
Di sekitar vesica urinaria adalah pleksus vena yang kaya yang akhirnya bermuara ke
vena iliaka internal (hipogastrik).
Innervasi
Vesica urinaria menerima persarafan dari sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Aferen
sensorik vesical urinaria berasal dari kedua ujung saraf subepitel dan serabut saraf antara
bundel otot detrusor
Limfatik
Limfatik vesica urinaria mengalir ke vesikalis, iliaka eksternal, iliaka interna (hipogastrik),
dan kelenjar getah bening iliaka komunis.
13
Anatomi prostat
Prostat adalah organ fibromuskular dan kelenjar yang terletak persis di bagian inferior vesical
urinaria. Prostat normal memiliki berat sekitar 20 g dan berisi uretra posterior, yang
panjangnya sekitar 2,5 cm. Di anterior didukung oleh ligamen puboprostatik dan di bagian
inferior oleh diafragma urogenital. Prostat berlubang di bagian posterior oleh duktus
ejakulasi, yang melintasi secara miring untuk mengosongkan melalui verumontanum di dasar
uretra prostat tepat di proksimal sfingter urin eksternal lurik. Menurut klasifikasi Lowsley,
prostat terdiri dari lima lobus: anterior, posterior, median, lateral kanan, dan lateral kiri.
Klasifikasi ini sering digunakan dalam pemeriksaan cystourethroscopic. Setelah analisis
komprehensif terhadap 500 prostat, McNeal (1981) membagi prostat menjadi empat zona:
zona perifer, zona sentral (mengelilingi saluran ejakulasi), zona transisi (mengelilingi uretra),
dan zona fibromuskular anterior. Segmen uretra yang melintasi kelenjar prostat adalah uretra
prostat. Itu dilapisi oleh lapisan otot longitudinal bagian dalam (terus menerus dengan lapisan
serupa dari dinding vesikalis). Tergabung dalam kelenjar prostat adalah sejumlah besar otot
polos yang terutama berasal dari otot vesica urinaria longitudinal eksternal. Otot-otot ini
mewakili sfingter involunter yang benar-benar mulus dari uretra posterior pada pria.
Histologi
Prostat terdiri dari kapsul fibrosa tipis yang di bawahnya terdapat serat otot polos yang
berorientasi melingkar dan jaringan kolagen yang mengelilingi uretra (sfingter tak sadar).
Jauh di dalam lapisan ini terletak stroma prostat, yang terdiri dari jaringan ikat dan serat otot
polos di mana terdapat kelenjar epitel. Kelenjar ini mengalir ke saluran ekskretoris utama
(jumlahnya sekitar 25), yang sebagian besar terbuka
Arterial
Suplai arteri ke prostat berasal dari arteri vesikalis inferior, pudendal interna, dan rektal
tengah (hemoroid).
Vena
Vena dari prostat mengalir ke pleksus periprostatik, yang memiliki koneksi dengan vena
dorsal dalam penis dan vena iliaka internal (hipogastrik).
14
Innervasi
Kelenjar prostat menerima persarafan yang kaya dari saraf simpatis dan parasimpatis dari
pleksus hipogastrik inferior.
Limfatik
Limfatik dari prostat mengalir ke kelenjar getah bening iliaka internal (hipogastrik), sakral,
vesikal, dan eksternal.
Vesikula seminalis terletak tepat di depan prostat di bawah dasar vesica urinaria. Panjangnya
sekitar 6 cm dan cukup lunak. Setiap vesikel bergabung dengan vas deferens yang sesuai
untuk membentuk saluran ejakulasi. Ureter terletak di medial masing-masing, dan rektum
bersebelahan dengan permukaan posteriornya.
Histologi
Selaput lendir bersifat pseudostratif. Submukosa terdiri dari jaringan ikat padat yang ditutupi
oleh lapisan tipis otot yang kemudian dibungkus oleh jaringan ikat.
Vaskularisasi
Innervasi
Limfatik
Anatomi penis
Penis terdiri dari dua corpora cavernosa dan corpus spongiosum, yang berisi uretra. Korpus
spongiosum membesar di bagian distal dan menutup glans penis. Setiap korpus tertutup oleh
selubung fasia (tunica albuginea), dan semuanya dikelilingi oleh selubung fibrosa tebal yang
dikenal sebagai fasia Buck. Selubung kulit, tanpa lemak, dioleskan secara longgar di sekitar
tubuh ini. Preputium membentuk tudung di atas kepala penis. Di bawah kulit penis (dan
skrotum) dan meluas dari pangkal kelenjar ke diafragma urogenital adalah fasia Colles, yang
bersambung dengan fasia Scarpa pada dinding perut bagian bawah. Ujung proksimal corpora
15
cavernosa melekat pada tulang panggul tepat di anterior tuberositas iskia. Otot
ischiocavernosus masuk ke permukaan lateral tunika albuginea di corpora cavernosa
proksimal. Korpus spongiosum yang berada di bagian bawah permukaan ventral mereka
terletak di bagian proksimal, yang terhubung secara proksimal ke permukaan bawah
diafragma urogenital, yang melaluinya muncul uretra membranosa. Bagian korpus
spongiosum ini dikelilingi oleh otot bulbospongiosus. Ligamentum suspensori penis muncul
dari linea alba dan simfisis pubis dan masuk ke dalam penutup fasia corpora cavernosa.
Histologi
Corpora cavernosa, corpus spongiosum, dan glans penis terdiri dari otot polos, penyangga
intracavernosal (hanya korpus cavernosum), dan sinusoid yang dilapisi endotelium. Terminal
saraf simpatis dan parasimpatis (sintase oksida nitrat saraf lanjutan) sering terlihat di sekitar
pembuluh darah dan di dekat otot polos.
Mukosa uretra
Mukosa uretra yang melintasi glans penis terbentuk dari epitel skuamosa. Di bagian
proksimal ini, mukosa adalah tipe transisi. Di bawah mukosa adalah submukosa yang berisi
jaringan ikat dan elastis serta otot polos. Di submukosa terdapat banyak kelenjar Littre, yang
duktusnya terhubung dengan lumen uretra. Uretra dikelilingi oleh korpus spongiosum
vaskular dan glans penis
Vaskularisasi
a. Arterial
Penis dan uretra disuplai oleh arteri pudendal internal. Setiap arteri terbagi menjadi arteri
kavernosa penis (yang memasok corpora cavernosa), arteri dorsal penis, dan arteri
bulbourethral. Cabang-cabang ini memasok korpus spongiosum, kelenjar penis, dan uretra.
Arteri pudendal aksesori yang berasal dari vesikalis inferior, obturator, atau arteri lain
mungkin juga mensuplai penis.
b. Vena
Vena dorsal superfisial terletak di luar fasia Buck dan mengalir ke vena safena. Vena bagian
dalam ditempatkan di bawah fasia Buck dan terletak di antara arteri dorsal. Vena kavernosa
16
mengeringkan crura penis. Vena ini terhubung dengan pleksus pudenda yang mengalir ke
vena pudenda internal dan pleksus periprostatik.
Limfatik
Drainase limfatik dari kulit penis menuju ke kelenjar getah bening inguinalis dan subinguinal
superfisial. Limfatik dari kelenjar penis masuk ke kelenjar iliaka subinguinal dan eksternal.
Limfatik dari uretra proksimal mengalir ke iliaka interna (hipogastrik) dan kelenjar getah
bening iliaka komunis
Penyebab gonore adalah gonokok. Gonokok ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan
baru berhasil dikultur oleh Leistikow pada tahun 1882. Kuman gonore termasuk dalam grup
Neisseria yang terdiri dari empat spesies, yaitu Neisseria gonorrhoeae, Neisseria
meningitides yang bersifat pathogen, Neisseria catarrhalis dan Neisseria pharyngitis serta
Neisseria pharynges sicca (Neisseria sicca) yang sukar dibedakan dengan tes fermentasi.
Gonokok termasuk dalam golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8 µ dan
panjang 1,6 µ, bersifat tahan terhadap asam, Gram-negatif, terlihat di luar dan di dalam
leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu
di atas 39⁰C dan tidak tahan desinfektan.
Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang (Daili, 2007).
Daerah yang paling mudah terinfeksi kuman ini ialah daerah dengan mukosa epitel kuboid
atau lapis gepeng yang belum berkembang (imatur), yakni pada vagina perempuan sebelum
pubertas (Daili, 2007).
17
5. JELASKAN MANIFESTASI KLINIS UG
Meskipun fokus dari banyak pasien, atau bahkan beberapa klinisi adalah pada gejala infeksi
lokal, manifestasi klinis gonore dapat berupa presentasi klinis berspektrum luas yang meliputi
infeksi lokal, infeksi komplikasi lokal, dan diseminasi sistemik yang disertai maupun tidak
disertai gejala.
Masa inkubasi sangat singkat, pada laki-laki umumnya bervariasi antara 2-5 hari, kadang-
kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati diri sendiri, tetapi
dengan dosis yang tidak cukup atau gejala yang sangat samar sehingga tidak diperhatikan
oleh penderita. Pada perempuan masa tunas sulit ditentukan karena pada umumnya
asimtomatik.
Gambaran klinis serta komplikasi dari gonore sangat erat hubungannya dengan susunan
anatomi dan faal genitalia. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan susunan anatomi genitalia
laki-laki dan perempuan. Infeksi yang timbul akibat hubungan seksual orogenital, atau
anogenital, pada laki-laki dan perempuan dapat berupa orofaringitis dan proktitis. Serta dapat
terjadi penularan akibat kontak mukosa pada mata bayi intrapartum yang mengakibatkan
konjungtivitis.
Uretritis: yang paling sering dijumpai adalah uretritis anterior akut yang dapat meluas ke
proksimal, selanjutnya mengakibatkan komplikasi lokal, asendens, dan diseminata. Keluhan
18
subyektif berupa rasa gatal dan panas di bagian distal uretra di sekitar orifisum uretra
eksternum, kemudian disusul disuria, polakisuria, keluar duh tubuh mukopurulen dari
orificum uretra eksternum yang kadang-kadang disertai darah, dan disertai perasaan nyeri
pada waktu ereksi. Pada pemeriksaan tampak orifisum uretra eksternum hiperemis, edema
dan ektropion. Pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal
medial unilateral atau bilateral. Uretritis anterior akut merupakan manifestasi paling umum
dari infeksi gonore pada pria. Waktu inkubasinya berkisar dari 1-14 hari atau lebih lama.
Walaupun begitu, sebagian besar pria menunjukkan gejala dalam waktu 2-5 hari (pada 82%
pria) tanpa komplikasi. Gejala yang paling utama adalah keluarnya duh tubuh dari uretra dan
disuria. Walaupun duh tubuh awalnya sedikit dan mukoid atau mukopurulen, pada sebagian
besar pria eksudat uretra tersebut akan menjadi purulen dan relatif banyak setelah kurun
waktu 24 jam. Disuria biasanya dimulai setelah keluar duh tubuh. Biasanya, edema dan
eritema pada meatus uretra sering terjadi bersama dengan uretritis ini. Kurang lebih
seperempat dari pasien hanya menunjukkan sekresi yang sedikit atau purulen yang minim,
dan secara makroskopis tidak dapat dibedakan dengan yang terjadi pada uretritis
nongonnococcal; minoritas dari pasien tidak menunjukkan adanya gejala. Tingkat keparahan
gejala sebagian ditentukan oleh strain N. gonorrhoeae yang menginfeksi. Tanpa terapi,
biasanya pasien akan membaik secara spontan setelah beberapa minggu, dan sebelum
mendapat terapi antimikroba yang efektif, 95% dari pasien yang tidak ditangani menjadi
asimtomatik setelah 6 bulan. Beberapa orang dapat menjadi karier N. gonorrhoeae tapi
merupakan pengecualian khusus.
19
Cowperitis: Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala, sedangkan infeksi
yang mengenai jelenjar Cowper, dapat terjadi abses. Keluhan berupa nyeri dan adanya
benjolan pada daerah perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada saat
defekasi, dan disuria. Jika tidak diobati abses akan pecah melalui kulit perineum,
uretra, atau rektum dan mengakibatkan proktitis.
Prostatitis: Prostatitis akut ditandai dengan rasa tidak nyaman di daerah perineum
dan suprapubis, malese, demam, nyeri saat berkemih, hematuri, spasme otot uretra
hingga terjadi retensi urin, tenesmus ani, sulit buang air besar, serta obstipasi. Pada
pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan konsistensi kenyal, nyeri tekan, dan
didapatkan fluktuasi bila telah terjadi abses. Jika tidak diobati, abses akan pecah,
masuk ke uretra posterior atau rektum dan mengakibatkan proktitis. Bila prostatitis
berlanjut menjadi kronik, gejalanya ringan dan intermiten, tetapi kadang-kadang
menetap. Terasa tidak nyaman pada perineum bagian dalam dan bila duduk terlalu
lama. Pada pemeriksaan prostat teraba kenyal, berbentuk nodus, dan sedikit nyeri
pada penekanan.
Veskulitits: Veskulitis ialah radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan
duktus ejakulatoris, dapat timbul menyertai prostatitis akut atau epididimitis akut.
Gejala subyektif menyerupai gejala prostatitis akutm berupa demam, polakisuria,
hematuria terminal, nyeri pada saat ereksi atau ejakulasi. Pada pemeriksaan colok
dubur dapat diraba vesikula seminalis yang membengkak dan keras seperti sosis,
memanjang di atas lokasi prostat. Ada kalanya sulit menentukan batas kelenjar prostat
yang membesar.
Vas deferentitis atau funikulitis: Gejala berupa rasa nyeri pada daerah abdomen
bawah pada sisi yang sama dengan terjadinya infeksi.
Epididimitis: Epididimitis akut biasanya unilateral, dan umumnya disertai
deferentitis. Keadaan yang mempermudah timbulnya epididimitis ini adalah trauma
pada uretra posterior yang disebabkan oleh tatalaksana tidak terpantau kelalaian
pasien sendiri. Epididimitis dan tali spermatika membengkak dan teraba panas, juga
testis, sehingga menyerupai hidrokel sekunder. Pada penekanan terasa nyeri sekali.
Bila mengenai kedua epididimis dapat mengakibatkan sterilitas.
Trigonitis: Infeksi asendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika
urinaria. Trigonitis menimbulkan gejala poliuria, disuria, dan hematuria.
Infeksi gonore non -genital
20
Proktitis: Proktitis pada laki-laki dan perempuan pada umumnya asimtomatik. Pada
perempuan infeksi dapat terjadi akibat perluasan infeksi di vagina dan kadang-kadang
akibat infeksi yang ditimbulkan akibat hubungan seksual anogenital, seperti pada laki-
laki yang melakukan hubungan sesama jenis. Keluhan pada perempuan biasanya lebih
ringan daripada laki-laki, terasa seperti terbakar pada daerah anus dan pada
pemeriksaan tampak mukosa hiperemis, edema, dan tertutup duh genital
mukopurulen.
Orofaringitis: Infekti terjadi melalui kontak seksual orogenital. Faringitis dan
tonsilitis gonore lebih sering daripada ginggivitis, stomatitis, atau laringitis. Keluhan
umumnya asimtomatik. Bila ada keluhan sukar dibedakan dengan infeksi tenggorokan
yang disebabkan kuman lain. Pada pemeriksaan daerah orofaring tampak eksudat
mukopurulen jumlah sedikit atau sedang.
Konjungtivitis: Infeksi ini terjadi pada bayi baru lahir dari ibu yang menderita
servisitis gonore. Konjungtivitis pada dewasa terjadi akibat penularan pada
konjungtiva melalui tangan atau alat-alat. Keluhan yang timbul berupa fotofobi,
konjungtiva bengkak dan merah dan keluarnya eksudat mukopurulen. Bila tidak
diobati dapat berakibat terjadinya ulkus kornea, enoftalmitis hingga kebutaan.
Gonore diseminata: Kira-kira 1% kasus gonore akan berlanjut menjadi gonore
diseminata. Penyakit ini banyak didapat pada penderita dengan gonore asimtomatik
sebalumnya, terutama pada perempuan. Gejala yang timbuld apat berupa: artritis
(terutama monoartritis), miokarditis, endokarditis, perikarditis, dan meningitis
6. PATOFISIOLOGI UG
21
TNF-alfa yang bertanggung jawab terhadap mayoritas gejala yang menyertai penyakit
ini. Selanjutnya stimulasi sejumlah besar neutrophil dapat menyebabkan terjadinya
mikroabses. (Sparling P.F., 2008)
c. Diseminata
Infeksi dapat menyebar ke seluruh tibuh melalui peredaran darah. Kemampuan untuk
bertahan dari serangan antibody dan komplemen pada serum manusia normal berkaitan
erat dengan kemampuan gonokoki menyebabkan bakteriemi dengan atau tanpa arthritis
septik. (Sparling P.F., 2008)
a. Sediaan Langsung
Sediaan langsung dengan pewarnaan Gram akan ditemukan Gonokok gram negative,
intraseluler dan extraseluler. Bahan duh tubuh pada pria diambil dari daerah fosa navikularis,
sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar Bartholin, serviks dan rectum.
b. Kultur
Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur). Dua macam media yang dapat
digunakan: media transport (media Stuart dan Transgrow) dan media pertumbuhan (Mc
Leod’s chocolate agar, media Thayer Martin dan modified Thayer Martin agar).
c. Tes definitive
Tes fermentasi
Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltose dan
sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa.
22
Tes ini menggunakan cefinase TM disc yang mengandung chromogenic cephalosporin, akan
menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung
enzim beta lactamase.
e. Tes Thomson
Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.
Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pada waktu itu ialah pengobatan
setempat. Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan yaitu dilakukan setelah bangun pagi,
urin pagi dibagi dalam 2 gelas, dan tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II.
Syarat mutlak ialah kamdung kencing harus mengandung air seni paling sedikit 80-100ml,
jika air seni kurang dari 80ml, maka gelas II sukar dinilai karena baru menguras uretra
anterior. Hasilnya dibaca:
23
8. JELASKAN MANAJEMEN TATA LAKSANA UG
24
Gambar 8 : Penatalaksanaan dengan pemeriksaan mikroskop
Sumber: Kementrian Kesehatan, 2015
25
Gambar 9 : Pengobatan Uretritis non persisten
Sumber: Kementrian Kesehatan, 2015
Gejala ureteritis yang menetap (setelah pengobatan satu periode selesai) atau rekuren (setelah
dinyatakan sembuh, dan muncul lagi dalam waktu 1 minggu tanpa hubungan seksual),
kemungkinan disebabkan oleh resistensi obat, atau sebagai akibat kekurangpatuhan minum
obat, atau reinfeksi. Namun pada beberapa kasus hal ini mungkin akibat infeksi oleh
Trichomonas vaginalis (Tv). Sebagai protozoa diperkirakan bahwa Tv memakan kuman
gonokok tersebut (fagositosis), sehingga kuman gonokok tersebut terhindar dari pengaruh
pengobatan. Setelah Tv mati maka kuman gonokok tersebut kembali melepaskan diri dan
berkembang biak.
Ada temuan baru yang menunjukkan bahwa di daerah tertentu bisa dijumpai prevalensi Tv
yang tinggi pada laki-laki dengan keluhan duh tubuh uretra. Bilamana gejala duh tubuh tetap
ada atau timbul gejala kambuhan setelah pemberian pengobatan secara benar terhadap gonore
maupun klamidiosis pada kasus indeks dan pasangan seksualnya, maka pasien tersebut harus
diobati untuk infeksi Tv. Hal ini hanya dilakukan bila ditunjang oleh data epidemiologis
setempat. Bilamana simtom tersebut masih ada sesudah pengobatan Tv, maka pasien tersebut
harus dirujuk. Sampai saat ini data epidemiologi trikomoniasis pada pria di Indonesia sangat
sedikit, oleh karena itu bila gejala duh tubuh uretra masih ada setelah pemberian terapi awal
sebaiknya penderita dirujuk pada tempat dengan fasilitas laboratorium yang lengkap
26
Menjelaskan pilihan perilaku seksual yang aman:
Cara ABCD
A = Abstinence (tidak melakukan hubungan seksual untuk sementara waktu)
B = Be Faithful (setia pada pasangan)
C = Condom (gunakan kondom bila tidak mau melaksanakan A dan B, termasuk
menggunakan kondom sebelum IMS yang dideritanya sembuh)
D = no Drugs (Tidak menggunakan obat psikotropik atau zat adiktif lainya)
Ada juga cara lain yaitu dengan mengganti hubungan seksual penetratif berisiko tinggi
(hubungan seksual anal maupun vaginal yang tidak terlindung) dengan hubungan seksual
non-penetratif berisiko rendah).
Perilaku berisiko tinggi adalah perilaku yang menyebabkan seseorang terpapar dengan
darah, semen, cairan vagina yang tercemar kuman penyebab IMS atau HIV.
Yakinkanpasien bahwa mereka telah terinfeksi melalui hubungan seksual tak terlindung
denganpasangan yang terinfeksi, dan bahwa tidak ada penyebab lainnya.
27
Mindmap Akhir
28
Kesimpulan:
Laki-laki G, 26 tahun, datang ke poliklinik rawat jalan Rumah Sakit dengan keluhan sensasi
nyeri terbakar saat kencing sejak 4 hari yang lalu. Keluhan tersebut disertai keluarnya lender
dari lubang kencing. Pasien memiliki Riwayat suka ganti-ganti pasangan seksual. 8 hari yang
lalu pasien berhubungan dengan PSK tanpa kondom.
Dari pemeriksaan fisik, pada meatus uretra externum tampak eritema dan edema,
mengeluarkan duh tubuh mucopurulent.
Dari pemeriksaan penunjang swab duh tubuh pewarnaan Gram didaptkan bentukan
diplococcus gram negative dengan banyak sel-sel PMN dengan Diplococcus
ekstraseluler.
Dalam kultur duh tubuh, didapatkan kuman Nisseria Gonorhea.
Diagnosis: UG
Tatalaksana: Antibiotik Cefixin 400mg dosis tunggal per oral dan Doksisiklin 2x
100mg oral/ 7 hari.
Prognosis: Dubia ad Bonam
29
Daftar Pustaka
Al-Madboly L., Gheida S. 2017. Case Report of Uretheritis in a Male Patient Infected with
Two Different Isolates of Multiple Drug-Resistant Neisseria gonorrhoeae. F Med
4(194): 1-5.
Bremnor J.D., Sadovsky R. 2002. Evaluation of Dysuria in Adults. Am Fam Physician
2002;65:1589-96.
Daili S.F. Gonore. In: Djuanda A., Hamzah M., Aisah S. editors. Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. 5th Ed. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. P
389-80.
Gerber G.S., Brendler C.B. Evaluation of the Urologic Patient: History, Physical
Examination, and Urinalysis. In: Wein A.J., Kavoussi L.R., Partin A.W., Peters C.A.,
editors. Campbell-Walsh Urology. 11th Ed. Philadelphia: Elsevier; 2016. P1-25.
Hook E.W., Handsfield H.H. Gonococcal infections in adult. In: Holmes K.K., Sparling P.F.,
Stamm W.E., Piot P., Wasserheit J.W., Corey L., Cohen M.S., Watts D.H. Sexually
Transmitted Diseases. 4th Ed. New York: Mc Graw Hill; 2008. P 627-43.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Duh Tubuh Uretra. In: Pedoman Nasional
Penanganan Infeksi Menular Seksual 2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2015.
P22-6
Krieger J.N. Sexually Transmitted Diseases. In: McAninch J.W., Lue T.F., editors. Smith &
Tanagho’s General Urology. 18th Ed. San Fransisco: Mc Graw Hill; 2013. P 6238-48.
Sparling P.F. Biology of Neisseria gonorrhoeae. In: Holmes K.K., Sparling P.F., Stamm
W.E., Piot P., Wasserheit J.W., Corey L., Cohen M.S., Watts D.H. Sexually
Transmitted Diseases. 4th Ed. New York: Mc Graw Hill; 2008. P 607-26.
Strowd L.C., Mc Gregor S, Pichardo R.O. Gonorrhea, mycoplasma, and vaginosis. In: Kang
S., Amagai M., BrucknerA.L., Enk A.H., Margolis D.J., Mc Michael A.J., Orringer
J.S. Fitzpatrick’s Dermatology. New York: McGraw Hill; 2019. P 3207-12.
Tanagho E.A., Lue T.F. Anatomy of the genitourinary tract. In: McAninch J.W., Lue T.F.,
editors. Smith & Tanagho’s General Urology. 18 th Ed. San Fransisco: Mc Graw Hill;
2013. P 1-16.
30