Disusun Oleh :
NIBRAS AULIA (17051334022)
GALUH ARIANTIKA (17051334025)
IKA PUTRI MELATI (17051334028)
SABILA ZAINUN NI’MAH (17051334029)
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
RINGKASAN
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan
guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI berupa makanan padat atau cair
yang diberikan secara bertahap sesuai dengan usia dan kemampuan pencernaan bayi.
Kebutuhan energi disesuaikan dengan usia anak. Jika kekurangan energi pada bayi tidak
dapat dipenuhi oleh MP-ASI, maka bayi akan beresiko tinggi mengalami keterlambatan
pertumbuhan atau bahkan gagal tumbuh. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberi
pengetahuan kepada ibu – ibu yang mempunyai anak di bawah usia 2 tahun tentang
pemberian MP-ASI, bahan yang dapat digunakan untuk MP-ASI dan penyimpanan MP-
ASI. Lokasi akan ditunjuk oleh Puskesmas (dalam proses pemilihan puskesmas oleh pihak
Puskesmas). Target Pencapaian dilakukan kepada sasaran yaitu ibu ibu yang memiliki
anak berumur 6-23 bulan yang masih aktif dalam kegiatan Posyandu diwilayah kerja
Puskesmas Trowulan, Mojokerto. Metode evaluasi & pelaporan, yaitu: Input (95% dari
peserta yang diundang, hadir dalam penyuluhan), proses (evaluasi dilakukan dengan
melihat antusias kader dan ibu – ibu saat materi disajikan oleh narasumber), output
(evaluasi peserta dilakukan dengan melihat hasil dari pre test dan post test).
iii
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................................ii
RINGKASAN......................................................................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iv
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................................................................2
D. Manfaat.......................................................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................................4
A. Baduta......................................................................................................................................4
1. Definisi..................................................................................................................................4
2. Tumbuh Kembang...............................................................................................................4
3. Indikator Pertumbuhan........................................................................................................9
4. Pemantauan Pertumbuhan...................................................................................................9
1. Pengertian MP-ASI..............................................................................................................9
2. Tujuan MP-ASI.................................................................................................................10
BAB III...............................................................................................................................................16
ISI.......................................................................................................................................................16
A. Judul Kegiatan.......................................................................................................................16
iv
B. Tujuan Kegiatan....................................................................................................................16
D. Sasaran...................................................................................................................................16
G. Lokasi.................................................................................................................................17
I. Dana........................................................................................................................................17
J. Rencana Evaluasi...................................................................................................................17
K. Pengembangan Materi.......................................................................................................17
BAB IV...............................................................................................................................................36
PENUTUP..........................................................................................................................................36
A. Kesimpulan...............................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................38
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
MP-ASI merupakan singkatan dari Makanan Pendamping ASI yang juga dikenal
dengan Complementary Food, yaitu makanan tambahan yang diberikan pada bayi selain
ASI (Air Susu Ibu) ketika ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisis anak
sebagai penunjang tumbuh kembang secara optimal. Selain memenuhi kebutuhan nutrisi
bayi demi tumbuh kembang secara optimal, pemberian MP-ASI juga bertujuan untuk
melatih kemampuan makan bayi dari segi kemampuan mengunyah dan menelan maupun
kemampuan bayi dalam menerima berbagai rasa dan tekstur makanan.
Periode pemberian MP-ASI dapat dikatakan sebagai periode belajar, dimana bayi
secara perlahan-lahan mulai membiasakan diri dengan makan makanan keluarga sekaligus
merupakan proses perkenalan makanan dengan variasi tekstur, rasa, dan aroma yang
meningkat sambil tetap menyusui. Adapun factor penting dalam proses makan bayi,
seperti pada anak harus memperhatikan kemampuan organ tubuh dan fungsi nya (seperti
mulut, lidah, dan rahang) serta posisi tubuhnya saat menerima asupan MP-ASI. Factor
lainnya adalah pada tingkat pemahaman orang tua/pengasuh sebagai pemberi makan
terhadap MP-ASI dan anaknya serta factor lingkungan sekitar yang banyak mempengaruhi
pola perilaku makan anak.
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24
bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI berupa makanan padat atau
cair yang diberikan secara bertahap sesuai dengan usia dan kemampuan pencernaan bayi.
Pada bayi usia 6-8 bulan, ASI hanya dapat memenuhi 70% kebutuhan energinya
sedangkan MP-ASI harus memenuhi 30% kesenjangan energi tersebut. Pada bayi usia 9-
11 bulan, ASI hanya dapat memenuhi 50% kebutuhan energinya sedangkan MP-ASI harus
memenuhi 50% kesenjangan energi tersebut. Lalu pada anak usia 12 bulan ke atas ASI
hanya dapat memenuhi 30% kebutuhan energinya sedangkan MP-ASI harus memenuhi
70% kesenjangan sisanya. Jika kekurangan energy pada bayi tidak dapat dipenuhi oleh
MP-ASI, maka bayi akan beresiko tinggi mengalami keterlambatan pertumbuhan atau
bahkan gagal tumbuh.
Usia 6 bulan sampai dengan 24 bulan, merupakan masa rawan pertumbuhan
bayi/anak. Varghese & Susmitha (2015) menyebut periode ini dengan nama penyapihan
(weaning) yang merupakan proses dimulainya pemberian makanan khusus selain ASI,
berbentuk padat atau semi padat secara bertahap jenis, jumlah, frekuensi, maupun tekstur
dan konsistensinya sampai seluruh kebutuhan nutrisi anak dipenuhi. Memulai pemberian
makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada saat yang tepat akan sangat bermanfaat bagi
pemenuhaan kebutuhan nutrisi dan tumbuh kembang anak. Menurut Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO), MP-ASI yang baik harus diberikat tepat waktu, adekuat, aman, dan
responsive. Hal ini akan menjamin perkembangan dan pertumbuhan anak yang optimal,
mencegah resiko stunting maupun obesitas/overweight, menurunkan resiko anemia
maupun defisiensi zat gizi mikro lainnya, serta menurunkan resiko terjadinya diare.
Tumbuh kembang anak akan terganggu jika makanan pendamping tidak
diperkenalkan pada bayi usia 6 bulan, atau pemberiannya dengan cara yang tidak tepat.
1
Karena di usia 6 bulan, kebutuhan bayi untuk energi dan nutrisi mulai melebihi apa yang
disediakan oleh ASI, dan makanan pendamping diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Pada usia ini perkembangan bayi sudah cukup siap untuk menerima makanan lain
(WHO, 2016). Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012, memberikan makanan
pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat sejak umur 6 bulan dan meneruskan pemberian
ASI sampai umur 2 tahun. Penerapan pola pemberian makan ini akan mempengaruhi
derajat kesehatan selanjutnya dan meningkatkan status gizi bayi.
Pengetahuan mengenai pentingnya MP-ASI ini sudah banyak di ajarkan dan di
sosialisasikan oleh ahli gizi dan kader posyandu pada wilayah-wilayah tertentu, salah
satunya di Puskesmas Kecamatan Trowulan. Ahli Gizi yang ada di Puskesmas
menyampaikan bahwa memang sudah sering diadakan penyuluhan terkait pentingnya MP-
ASI, cara pemberian, dan faktor apa saja yang harus diperhatikan. Namun, belum ada
penerapan khusus seperti demonstrasi pembuatan atau contoh nyata pemberian yang tepat.
Sehingga pengetahuan ini masih kurang dalam penerapannya.
Melalui kerjasama dengan pihak Ahli Gizi Puskesmas Trowulan yang akan
menghubungkan langsung dengan Kader Posyandu, untuk bekerja sama dalam membantu
membuat 'Penyuluhan Pemberian MP-ASI yang Tepat', dimana akan dijelaskan contoh
menu yang sesuai dengan usia dan kebutuhan bayi. Bahkan, akan ada media yang sesuai
untuk demonstrasi pembuatan MP-ASI yang baik dan benar (dari segi tekstur dan batas
pemberian bahan tambahan pangan).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang baik dan benar?
2. Bagaimana cara pembuatan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) sesuai dengan
kebutuhan dan kelompok usia 6-23 bulan?
3. Bagaimana cara penyimpanan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang benar dan
aman?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh penyuluhan gizi terhadap pengetahuan ibu tentang pemberian
MP-ASI pada usia 6-23 bulan di Puskesmas Trowulan Mojokerto, Jawa Timur.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada usia 6-23
bulan sebelum dilakukan penyuluhan gizi
b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada usia 6-23
bulan sesudah dilakukan penyuluhan gizi
c. Menganalisa pengaruh penyuluhan gizi terhadap pengetahuan ibu tentang
pemberian MP-ASI pada usia 6-23 bulan sebelum dan sesudah penyuluhan gizi.
2
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Dapat menjadi subjek pembelajaran langsung dan mendapatkan pengalaman terjun
lapangan dalam memberi 'Penyuluhan Pemberian MP-ASI yang Tepat' di Posyandu
yang bekerja sama dengan Puskesmas Trowulan.
2. Bagi Institusi Pelayanan (Puskesmas/Posyandu)
Dengan adanya program ini diharapkan dapat memotivasi dan menjadi alternatif
strategi untuk meningkatkan keberhasilan ibu-ibu yang walaupun sibuk bekerja agar
dapat memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dengan benar, aman dan
tepat waktu.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Baduta
1. Definisi
Kelompok anak usia 0 – 24 bulan sebagai periode kritis. Pada masa ini anak
memerlukan asupan zat gizi seimbang baik dari segi jumlah, maupun kualitasnya
untuk mencapai berat dan tinggi badan yang optimal (Soeparmanto dalam Putri,
2008). Perkembangan dan pertumbuhan di masa baduta menjadi faktor keberhasilan
pertumbuhan dan perkembangan anak di masa mendatang (Prasetyawati dalam
Ninggar, 2016).
Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah dua tahun atau
sekitar 0-24 bulan (Depkes RI, 2006). Masa ini menjadi begitu penting karena di masa
inilah upaya menciptakan sumber daya manusia yang baik dan berkualitas. Apalagi 6
bulan terakhir kehamilan dan dua tahun pertama setelah melahirkan, biasanya disebut
dengan masa masa keemasan dimana sel otak dalam perkembangan dan pertumbuhan
yang optimal. Kekurangan gizi pada masa ini dapat menyebabkan gagal tumbuh dan
berakibat buruk dimasa yang akan datang (Hadi, 2005).
2. Tumbuh Kembang
Tumbuh kembang adalah suatu proses yang berkelanjutan dari konsepsi
sampai dewasa yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Pertumbuhan
paling cepat terjadi pada masa janin, usia 0 – 12 bulan dan masa pubertas. Sedangkan
tumbuh kembang yang dapat dengan mudah diamati pada usia 0-24 bulan. Pada saat
tumbuh kembang setiap anak mempunyai pola perkembangan yang sama, akan tetapi
kecepatannya berbeda (Soetjiningsih dalam Diastiti, 2016).
Secara umum, masa bayi merupakan masa kehidupan pada usia 0-2 tahun.
Namun, selama 2 minggu pertama setelah kelahiran diberi istilah tersendiri, yaitu mas
abayi baru lahir (neonatal), karena memiliki karakteristik tersendiri. Sedangkan masa
bayi berlangsung pada usia 2 minggu setelah lahir sampai dengan usia 2 tahun.
a. Masa Bayi Baru Lahir (Neonatal: 0 – 2 minggu)
Masa bayi baru lahir merpuakan periode tersingkat (2 minggu) dari semua
periode perkembangan.
1) Perkembangan fisik
4
a) Pada masa ini, biasanya terjadinya penurunan berat badan akibat bayi
baru lahir untuk menyesuaikan diri secara cepat dengan lingkungan baru
(luar rahim). Penyesuaian diri ini mencakup perubahan suhu, mengisap
dan menelan, bernapas, dan pembuangan kotoran.
b) Seringkali terdapat rambut-rambut halus di kepala dan punggung, tetapi
yang di punggung biasanya akan segera menghilang.
c) Proporsi kepala dengan panjang tubuh kira-kira 1:4.
2) Perkembangan motorik
Gerakan-gerakan bayi baru lahir bersifat acak dan tidak berhubungan dengan
kejadian-kejadian di lingkungan. Secara umum, gerakan tersebut dapat dibagi
menjadi 2 kategori, yaitu:
a) Gerakan menyeluruh
Gerakan menyeluruh terjadi di seluruh tubuh bila salah satu bagian tubuh
distimulasi, walaupun gerakan yang paling menonjol terjadi pada bagian
yang diberi stimulasi.
b) Gerakan khusus
Gerakan khusus meliputi bagian-bagin tubuh tertentu. Gerakan ini
termasuk gerak refleks, yang merupakan tanggapan terhadap rangsangan
indria khusus dan yang tidak berubah dengan pengulangan rangsang
yang sama.
3) Perkembangan Bahasa
Bahasa pada masa ini lebih tepat dikatakan sebagai vokalisasi, yang dapat
dibagi menjadi dua kategori yaitu suara tangis dan suara eksplosif.
a) Menangis
Selama masa neonatal dan bulan-bulan pertama masa bayi, tangis
merupakan bentuk suara yang menonjol. Menangis pada waktu lahir
merupakan gerak refleks yang terjadi ketika udara masuk ke dalam tali
suara yang meyebabkan tali suara bergetar, yang berguna memompa
paru-paru sehingga memungkinkan pernapasan dan memberikan oksigen
yang cukup untuk darah.
b) Suara eksplosif
c) Kadang-kadang bayi baru lahir mengeluarkan suara eksplosif seperti
napas yang berat.
5
4) Perkembangan Kesadaran dan Emosi
Kesadaran bayi baru lahir masih kabur, artinya bayi baru lahir tidak
menyadari sepenuhnya tentang apa yang terjadi di sekitarnya. Reaksi
emosional pun belum berkembang secara khusus. Reaksi emosional hanya
berkaitan dengan keadaan yang menyenangkan (ditandai oleh tubuh yang
tenang) dan tidak menyenangkan (ditandai oleh tubuh yang tegang).
6
d) Pada usia 4 bulan, bayi dapat ditarik ke posisi duduk, usia 5 bulan dapat
duduk dengan dibantu, tujuh bulan dapat duduk tanpa dibantu sebentar,
dan duduk tanpa bantuan selama sepuluh menit atau lebih pada usia 9
bulan.
e) Gerakan ibu jari menjauhi jari-jari lain dalam usaha menggenggam
muncul pada usia 3 atau 4 bulan, dan dalam usaha mengambil benda
antara 8 – 10 bulan.
f) Pada akhir minggu kedua, bayi dapat memindahkan tubuh dengan cara
menendang. Pada usia 6 bulan, dapat bergerak dalam posisi duduk. Bayi
bisa merangkak pada usia sekitar 8 –10 bulan, menarik diri sendiri ke
posisi berdiri pada usia 10 bulan, berdiri dengan bantuan pada 11 bulan,
berdiri tanpa bantuan pada usia 1 tahun, dan berjalan tanpa bantuan pada
usia 13 atau 14 bulan.
3) Perkembangan Bahasa
Komunikasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk bahasa - tertulis, lisan,
isyarat tangan, ungkapan musik, dan sebagainya. Dalam komunikasi, orang
harus mampu mengerti apa yang disampaikan orang lain (fungsi reseptif) dan
mampu mengutarakan pikiran dan perasaannya kepada orang lain (fungsi
ekspresif).
a) Ekspresi muka pembicara, nada suara, dan isyarat-isyarat tangan
membantu bayi untuk mengerti apa yang dikatakan padanya. Pada usia 3
bulan, bayi sudah mengerti ungkapan rasa marah, takut, dan senang.
b) Pada usia 6 bulan, sebagian besar bayi bisa mengucapkan “ma-ma, da-da,
na-na, ta-ta” (babling).
c) Pada usia 12 – 18 bulan, bayi sudah mengerti kata-kata, misalnya ibu-
bapak, makanan-mainan, bagian badan-binatang.
d) Pada usia 18 bulan, bayi memasuki tahapan dua kata, yaitu sudah mulai
mampu mengucapkan dua kata, tetapi masih terpotong, misalnya: mama
pergi → mama ..gi.
4) Perkembangan Sosial
a) Sekitar usia 6 bulan, mulai muncul senyum sosial, yaitu senyum yang
ditujukan pada seseorang (termasuk kepada bayi lain), bukan senyum
refleks karena reaksi tubuh terhadap rangsang.
7
b) Pada usia 9 – 13 bulan, bayi mencoba menyentuh pakaian, wajah, rambut
bayi lain, dan meniru perilaku dan suara mereka.
c) Pada usia 16 – 18 bulan, bayi mulai menunjukkan negativisme, barupa
keras kepala tidak mau mengikuti perintah/permintaan orang dewasa.
d) Usia 18 – 24 bulan, bayi berminat bermain dengan bayi lain dan
menggunakan bahan-bahan permainan untuk membentuk hubungan sosial
dengannya.
e) Usia 22 – 24 bulan, bayi mau bekerjasama dalam sejumlah kegiatan rutin,
seperti mandi, makan, berpakaian.
5) Perkembangan Emosi
Reaksi emosional bayi selalu disertai dengan aspek fisiologis.
a) Menangis, dilakukan dengan penuh semangat disertai ekspresi dari
seluruh tubuh.
b) Tertawa/tersenyum merupakan indikator dari rasa senang.
c) Pada masa bayi mulai muncul rasa takut terhadap sesuatu yang asing atau
tidak menyenangkan, misalnya takut terhadap orang yang baru bertemu,
takut jatuh, takut mendengar suara dentuman yang keras.
d) Kecemasan juga mulai muncul pada masa bayi ini, terutama kalau bayi
harus menghadapi situasi baru atau memenuhi tuntutan orangtua, misalnya
cemas karena penyapihan dan toilet training.
e) Pada usia 1-2 tahun, anak mulai menunjukkan kemarahan dan agresi.
6) Perkembangan Mental/Intelektual
Kemampuan intelektual/kognitif berkaitan dengan thinking, perceiving, dan
understanding. Untuk mengenal lingkungan, bayi menggunakan sistem
penginderaan dan gerakan motorik. Namun karena saraf-saraf otaknya belum
matang, maka pengenalan terhadap lingkungan tersebut (berpikir,
mempersepsi, memahami lingkungan) seringkali tidak logis dan tidak realistis.
3. Indikator Pertumbuhan
Berat badan merupakan gambaran dari massa tubuh, massa tubuh sangat peka
dalam waktu yang singkat. Perubahan tersebut secara langsung tergantung oleh
adanya penyakit infeksi dan nafsu makan. Pada anak yang mempunyai status
kesehatan dan nafsu makan yang baik, maka pertambahan berat badan akan mengikuti
8
sesuai dengan usianya. Akan tetapi, apabila anak mempunyai status kesehatan yang
tidak baik maka pertumbuhan akan terhambat. Oleh karena itu berat badan
mempunyai sifat labil dan digunakan sebagai salah satu indikator status gizi yang
menggambarkan keadaan saat ini (Aritonang, 2013).
Tinggi badan memberikan gambaran tentang pertumbuhan. Pada keadaan
tubuh yang normal, pertumbuhan tinggi badan bersamaan dengan usia. Pertumbuhan
tinggi badan berlangsung lambat, kurang peka pada kekurangan zat gizi dalam waktu
yang singkat. Dampak pada tinggi badan akibat kekurangan zat gizi belangsung
sangat lama, sehingga dapat menggambarkan keadaan gizi masa lalu. Keadaan tinggi
badan pada usia sekolah menggambarkan status gizi berdasarkan indeks TB/U saat
baduta (Aritonang, 2013).
4. Pemantauan Pertumbuhan
Pertumbuhan anak dapat diamati secara cermat dengan menggunakan “Kartu
Menuju Sehat” (KMS) balita. Kartu menuju sehat berfungsi sebagai alat bantu
pemantauan gerak pertumbuhan, bukan penilaian status gizi. Berbeda dengan KMS
yang diedarkan Depkes RI sebelum tahun 2000, garis merah pada KMS versi tahun
2000 bukan merupakan pertanda gizi buruk, melainkan “garis kewaspadaan”. Jika,
berat badan badan balita tergelincir di bawah garis ini, petugas kesehatan harus
melakukan pemeriksaan lanjutan terhadap indikator antropometrik lain (Arisman,
2009).
a. Aspek fisiologis yaitu memnuhi kebutuhan gizi dalam keadaan sehat maupaun
sakit untuk kelangsuangan hidup, aktivitas dan tumbuh kembang.
b. Aspek edukatif yaitu mendidik bayi agar terampil dalam mengkonsumsi makan
disamping ASI.
c. Aspek psikologis yaitu untuk memberi kepuasan pada bayi dengan
menghilangkan rasa tidak enak karena lapar dan haus. Disamping itu
memberikan kepuasan pada orang tua karena telah melakukan tugasnya.
Sedangkan tujuan makro merupakan permasalahan gizi masyarakat luas dan
kesehatan masyarakat.
10
Memberikan MP-ASI ketika ASI tidak cukup memenuhi kebutuhan bayi (usia
bayi sekitas 6 bulan)
b. Adekuat
MP-ASI yang diberikan memenuhi kebutuhan energi, protein, dan mikronutrien
anak
c. Aman dan Higienis
Proses persiapan dan pembuatan MP-ASI menggunakan cara, bahan, dan alat
yang aman serta higienis
d. Diberikan secara responsif
MP-ASI diberikan secara konsisten sesuai dengan sinyal lapar atau kenyang anak.
11
Umur yang paling tepat untuk memperkenalkan MP-ASI adalah enam bulan,
pada umumnya kebutuhan nutrisi bayi yang kurang dari enam bulan masih dapat
dipenuhi oleh ASI. Tetapi, setelah berumur enam bulan bayi umumnya membutuhkan
energi dan zat gizi yang lebih untuk tetap bertumbuh lebih cepat sampai dua kali atau
lebih dari itu, disamping itu pada umur enam bulan saluran cerna bayi sudah dapat
mencerna sebagian makanan keluarga seperti tepung (Albar, 2004).
Menurut Utami (2011), bahwa bayi yang mendapat MP-ASI kurang dari
empat bulan akan mengalami risiko gizi kurang lima kali lebih besar dibandingkan
bayi yang mendapatkan MP-ASI pada umur empat-enam bulan setelah dikontrol oleh
asupan energi dan melakukan penelitian kohort selama empat bulan melaporkan
pemberian MP-ASI terlalu dini (<empat bulan) berpegaruh pada gangguan
pertambahan berat badan bayi, meskipun tidak berpengaruh pada gangguan
pertambahan panjang bayi. Pemberian makanan tambahan terlalu dini kepada bayi
sering ditemukan dalam masyarakat seperti pemberian pisang, madu, air tajin, air
gula, susu formula dan makanan lain sebelum bayi berusia 6 bulan.
Menurut Azwar (2002), resiko pemberian makanan tambahan terlalu dini, yaitu:
12
Kandungan natrium dalam ASI yang cukup rendah (± 15 mg/100 ml), namun
jika masukan dari diet bayi dapat meningkat drastis jika makanan telah
dikenalkan. Konsekuensi di kemudian hari akan menyebabkan kebiasaan makan
yang memudahkan terjadinya gangguan hipertensi. Selain itu, belum matangnya
sistem kekebalan dari usus pada umur yang dini dapat menyebabkan alergi
terhadap makanan.
7. Prinsip Pemberian MP-ASI
Komponen
13
dengan 125 ml
ASI Sesuka bayi Sesuka bayi Sesuka bayi
15
BAB III
ISI
A. Judul Kegiatan
Penyuluhan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) di Posyandu Wilayah
Puskesmas Trowulan, Mojokerto.
B. Tujuan Kegiatan
Untuk memberi pengetahuan kepada ibu – ibu yang mempunyai anak di
bawah usia 2 tahun tentang pemberian MP-ASI, bahan yang dapat digunakan untuk
MP-ASI dan penyimpanan MP-ASI.
C. Materi atau Ruang Lingkup Kegiatan
1. Waktu pemberian MP-ASI sesuai dengan usia
2. Pemilihan bahan yang sesuai untuk MP-ASI
3. Cara membuat dan menyimpan MP-ASI yang tepat
4. Strategi pemberian MP-ASI pada bayi dua tahun (BADUTA)
5. Dampak malnutrisi pada 1000 hari kehidupan pertama
D. Sasaran
Sasaran dari penyuluhan ini adalah ibu yang memiliki anak berusia di bawah 2
tahun. Dengan sasaran ini di harapkan ibu memiliki pengetahuan yang lebih mengenai
konsep dari MP-ASI, pemberian MP-ASI yang tepat sesuai dengan usia dan dapat
menerapkan strategi yang disampaikan agar anak mau makan MP-ASI yang diberikan
oleh orang tua serta bisa langsung menerapkan ilmu yang telah diperoleh.
E. Kerja Sama Lintas Sektor
Penyusunan dan pelaksanaan penyuluhan ini bekerja sama dengan Ahli Gizi
Puskesmas Trowulan dan beberapa kader yang di tunjuk oleh Ahli Gizi. Dalam hal ini
semua rencana kegiatan akan di konsultasikan dengan Dosen mata kuliah dan Ahli
Gizi Puskesmas Trowulan selaku ahli yang paham dengan kondisi masyarakat di
wilayah binaan Puskesmas Trowulan.
F. Metode atau Teknis Pelaksanaan
Menggunakan metode penyuluhan, yang dibantu oleh kader dari posyandu
yang ditunjuk oleh puskesmas dan ahli gizi dari Puskesmas Trowulan.
16
G. Lokasi
Posyandu yang ditunjuk oleh Puskesmas. (Masih proses pemilihan puskesmas
oleh pihak Puskesmas).
H. Alat dan Bahan
Alat :
1. Pisau
2. Blender
3. Mangkuk
4. Sendok
5. Telenan
6. Saringan
7. Timbangan
Bahan :
1. 50 gr Pepaya
2. 30 ml ASI / Susu Formula
I. Dana
Rp. 100.000,.
J. Rencana Evaluasi
Input : 95% dari peserta yang diundang, hadir dalam penyuluhan
Proses : Evaluasi dilakukan dengan melihat antusias kader dan ibu – ibu saat materi
disajikan oleh narasumber
Output : Evaluasi peserta dilakukan dengan melihat hasil dari pre test dan post test
K. Pengembangan Materi
Masa baduta (bawah dua tahun) yaitu dimana seorang anak memerlukan
asupan zat gizi yang seimbang baik dari segi jumlah maupun proporsinya untuk
mencapai berat dan tinggi badan yang optimal. ASI tidak lagi bisa menunjang seluruh
kebutuhan asupannya, namun anak mulai membutuhkan makanan tambahan.
Anjuran WHO adalah memberikan ASI secara maksima, tetapi sampai usia
tertentu ASI tidak dapat lagi memenuhi seluruh kebutuhan, karena bayu memerlukan
makanan tambahan sebagai pendamping ASI (WHO. 1999)
MPASI merupakan singkatan dari Makanan Pendamping ASI yang juga
dikenal dengan Complementary Food, yaitu makanan tambahan yang diberikan pada
bayi selain ASI (Air Susu Ibu) ketika ASI saja tidak cukup untuk memenuhi
17
kebutuhan nutrisis anak sebagai penunjang tumbuh kembang secara optimal. Selain
memenuhi kebutuhan nutrisi bayi demi tumbuh kembang secara optimal, pemberian
MPASI juga bertujuan untuk melatih kemampuan makan bayi dari segi kemampuan
mengunyah dan menelan maupun kemampuan bayi dalam menerima berbagai rasa
dan tekstur makanan.
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman
yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna
memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari
ASI ke makanan keluarga. (mufidadkk. 2015). Untuk itu ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pemberian MP ASI ini, diantara :
1. Waktu pemberian MP ASI sesuai dengan usia
a) Kebutuhan nutrisi selain dari ASI: tidak diperlukan sebelum usia 6 bulan karena
ASI masih dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, kecuali bayi sudah
menunjukkan adanya gagal tumbuh dan dibuktikan bahwa memang ASI tidak
mencukupi.
b) Kebutuhan akan variasi dan perubahan tekstur: sejalan dengan perkembangan
oromotornya, dalam 1 tahun pertama bayi perlu dikenalkan dengan berbagai
variasi rasa, aroma, tekstur dan konsistensi. Selain untuk pembinaan selera, juga
untuk melatih keterampilan makan (mengunyah) yang mulai timbul pada usia 6
bulan. Usia 6-9 bulan merupakan periode kritis dalam perkembangan
keterampilan makan. Bila pada periode ini bayi tidak dilatih untuk makan yang
semakin padat dan kasar, maka di usia selanjutnya bayi hanya dapat makan yang
cair atau lembut saja dan tidak mampu menerima makanan keluarga sehingga
timbul masalah makan.
18
12-23 bln Makanan keluarga, 3-4x/hari , ASI tetap ¾ sampai 1 mangkok
bila perlu masih diberikan. (175-250 ml) Lama
dicincang atau Tergantung nafsu makan maksimal 30
disaring kasar makannya, dapat menit.
diberikan 1-2x
selingan
*: makan paling lama 30 menit, walaupun belum habis hentikan pemberian makan.
19
dapatmenggunakanberbagaimetodesepertimemanggang, mengukus, menggoreng
atau merebus.
Slow cooker adalah alat yang sering digunakan untuk memasak MP ASI dengan
panas suhu antara 76,6 – 137,7 ˚C. Slow cooker memasak makanan perlahan dengan
suhu rendah. Dalam memasak MP ASI dengan slow cooker tidak boleh sering
dibuka, karena dapat meningkatkan risiko kontaminasi bakteri. Jika sudah terlanjur
di buka tutup, maka proses memasak harus ditambah selama 30 menit.
Tips aman memasak MP ASI dengan slow cooker;
1) Jangan sering membuka tutup slow cooker saat memasak MP ASI karena
setiap kali tutup diangkat suhu internal akan turun 10 – 15 ˚C. Hal ini
meningkatkan risiko kontaminasi bakteri.
2) Mencairkan makanan yang beku sebelum dimasak dalam slow cooker
3) Jangan menyimpan MP ASI di slow cooker hingga dingin.
4) Jangan memasak MP ASI menggunakan mode warm pada slow cooker.
Jika dalam pembuatan MP ASI menggunakan oven, pastikan suhu minimal 160 ˚C
agar bagian dalam makanan dapat matang secara sempurna. Dan pastikan MP ASI
yang diberikan pada bayi matang secara sempurna.
b) Cara Menyimpan
Menyimpan bahan makanan matang dan mentah dalam tempat tertutup dan
terpisah. Untuk mencegah kontaminasi mikroba atau bakteri, harus memperhatikan
suhu aman.
MP ASI tidak dapat disimpan lebih dari 2 jam pada suhu 5-60 ˚C karena bakteri
akan tumbuh subur. MP ASI dapat disimpan dengan suhu di bawah 6 ˚C atau di atas
60 ˚C. Namun sebelum di konsumsi, MP ASI harus di panaskan dengan suhu di atas
70 ˚C. MP ASI tidak boleh dihangatkan lebih dari dua kali, karena bakteri dapat
tumbuh subur selama periode penghangatan.
Buah atau sayur yang sudah disaring dapat bertahan sekitar 2-3 hari jika disimpan
dalam kulkas dengan suhu 5 ˚C, atau 6-8 bulan dalam freezer. Daging dan telur yang
sudah dimasak dan dihaluskan dapat bertahan sekitar satu hari jika disimpan dalam
kulkas dengan suhu kurang dari 5 ˚C, atau 1-2 bulan jika disimpan dalam freezer.
Daging yang sudah dimasak dan dicampur sayur dapat bertahan 1-2 hari jika
dismpan dalam kulkas dengan suhu kurang dari 5 ˚C, atau 1-2 bulan jika dismpan
dalam frezeer.
Makanan beku dari dalam lemari pendingin dapat dicairkan menggunakan
microwave, jika tidak ada microwave dapat dicairkan dalam kulkas sehari sebelum
digunakan. Makanan yang telah dicairkan harus segera dimasak dan tidak boleh
dibekukan kembali.
Jangan menyimpan makanan dalam kulkas terlalu penuh karena suhu kulkas
dapat turun. Bersihkan kulkas secara teratur menggunakan air dan sabun. Jaga suhu
kulkas dalam suhu di bawah 5 ˚C.
b) Adekuat
21
MP ASI yang diberikan harus dapat memenuhi kebutuhan zat gizi makro
maupun mikro bayi seperti zat besi, seng dan Vitamin A untuk mencapai tumbuh
kembang optimal dengan mempertimbangkan jumlah, frekuensi, konsistensi dan
varian makanan.
Bayi berusia 6 – 8 bulan harus mendapat MP ASI sejumlah 200 kkal/hari, bayi
berusia 9 – 11 bulan sejumlah 300 kkal/hari dan bayi berusia 12 – 23 bulan
sejumlah 550 kkal/hari.
Tekstur MP ASI dimulai dari halus dan tingkatkan kekerasannya seiring
bertambahnya usia. Hal ini juga disesuaikan dengan kemampuan oromotorik
bayi.
MP ASI harus diberikan cukup kental sehingga saat diletakkan di sendok tidak
tumpah, makanan kental ini juga mengandung lebih banyak energi dibandingkan
makanan encer dan berkuah.
Tekstur MP ASI untuk bayi berusia 6 – 8 bulan adalah bubur halus dan
lembut, cukup kental, tidak encer dan di lanjut menjadi lebih kasar.
Dimulai dengan 2-3 sendok makan dewasa setiap kali makan kemudian
ditingkatkan bertahap sampai sekitar 125 ml. Dengan frekuensi 2 – 3
kali/hari.
Tekstur MP ASI untuk bayi berusia 9 – 11 bulan adalah makanan yang
dicincang halus atau disaring kasar, dan terus meningkat menjadi
semakin kasar sampai makanan bisa di pegang sendiri. Diberikan
sebanyak 125 ml setiap kali makan. Dengan frekuensi 3 – 4 kali/hari.
Tekstur MP ASI untuk bayi berusia 12 – 23 bulan adalah sama dengan
makanan keluarga, bila perlu baru dicincang atau di saring kasar.
Diberikan sekitar 175 - 250 ml setiap kali makan. Dengan frekuensi 3 –
4 kali/hari.
22
Untuk bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif, harus menambahkan 1
– 2 gelas susu/hari dan 1 – 2 porsi ekstra makanan utama/hari.
23
Pada saat bayi berusia 6 bulan, umumnya kebutuhan nutrisi tidak lagi terpenuhi
oleh ASI semata khususnya energi, protein dan beberapa mikronutrien terutama zat
besi (Fe), seng (Zn) dan vitamin A. Kesenjangan ini haruslah dipenuhi melalui
pemberian MP-ASI yang sesuai, adekuat, aman serta cara pemberian yang tepat.
Masalah yang sering terjadi akibat kurang 1000 HPK kurang optimal adalah
a) Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat dari kekurangan gizi
kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak
bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi
stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.
Definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak
balita dengan nilai zscorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan
kurang dari – 3SD (severely stunted). Masalah gizi utama yang akan berdampak
pada kehidupan sosial dan ekonomi dalam masyarakat saat ini adalah stunting.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas ) Indonesia tahun 2013, sekitar 37%
(hampir 9 Juta) anak balita mengalami stunting dan naik menjadi 44 % (UNICEF,
2013), Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar.
Balita/ Baduta (Bayi dibawah usia Dua Tahun) yang mengalami stunting akan
memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak menjadi lebih
rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya
tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat menghambat
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar
ketimpangan.
b) Anemia
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi
dalam darah artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena
tergantungnya pembentukan sel-sel darah merah akibat kadar besi dalam darah.
Anemia ini terjadi akibat tidak adanya besi yang memadai untuk mensintesis
hemoglobin, sejauh ini merupakan penyakit yang paling sering ditemui pada
banyak anak dan bayi.
Menurut WHO pada tahun 2011, prevalensi anemia tertinggi pada balita (6-59
bulan) sebesar 42,6%. Prevalensi anemia di Indonesia tahun 2011 pada balita (6-
59 bulan) sebesar 32%. Anemia balita di Indonesia, berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 sebesar 27,7%. Berdasarkan data
Riskesdas tahun 2013 anemia pada balita mengalami kenaikan menjadi 28,1%.
27
28
29
30
31
32
33
M. Angket Respon Peserta
Beikut ini beberapa pertanyaan untuk mengetahui tanggapan peserta terhadap
kegiatan Penyuluhan Makanan Pendaping ASI (MP ASI) di Posyandu wilayah
Puskesmas Trowulan,Mojokerto yang telah di lakukan. Mohon peserta menjawab
pertanyaan tersebut dengan memberikan tanda centang () pada pilihan kriteria
penilitian yang telah disediakan serta memberikan masukan atau saran yang membangun
untuk perbaikan kegiatan kami selanjutnya.
Kriteria Penilaian
No. Aspek yang dinilai
Sangat Baik Baik Cukup Baik Tidak Baik
4. Kemampuan instruktur
34
dalam menjelaskan
Kemampuan instruktur
5.
dalam menjawab
Kemampuan instruktur
6. dalam memotivasi ibu
baduta
35
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Baduta adalah sebutan yang ditujukan untuk anak usia bawah dua tahun atau sekitar
0-24 bulan (Depkes RI, 2006). Pada masa ini anak memerlukan asupan zat gizi seimbang
baik dari segi jumlah, maupun kualitasnya untuk mencapai berat dan tinggi badan yang
optimal (Soeparmanto dalam Putri, 2008). MP-ASI adalah makanan atau minuman yang
mengandung zat gizi dan diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna
memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Zat gizi pada ASI hanya memenuhi kebutuhan
gizi bayi sampai usia 6 bulan, untuk itu ketika bayi berusia 6 bulan perlu diberi makanan
pendamping ASI dan ASI tetap diberikan sampai usia 24 bulan atau lebih. Tujuannya
adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dalam keadaan sehat maupun sakit dan juga
mendidik bayi agar terampil dalam mengkonsumsi makanan pendamping ASI. MP-ASI
hendaknya bersifat padat gizi, kandungan serat kasar dan bahan lain yang sukar dicerna
seminimal mungkin, sebab serat yang terlalu banyak jumlahnya akan mengganggu
proses pencernaan dan penyerapan zat-zat gizi.
a. Tepat Waktu
Memberikan MP-ASI ketika ASI tidak cukup memenuhi kebutuhan bayi (usia bayi
sekitas 6 bulan)
b. Adekuat
MP-ASI yang diberikan memenuhi kebutuhan energi, protein, dan mikronutrien anak
c. Aman dan Higienis
Proses persiapan dan pembuatan MP-ASI menggunakan cara, bahan, dan alat yang
aman serta higienis
d. Diberikan secara responsif
MP-ASI diberikan secara konsisten sesuai dengan sinyal lapar atau kenyang anak.
36
Prinsip Pemberian MP-ASI
Komponen
Jenis 1 jenis bahan dasar 3-4 jenis bahan dasar Makanan keluarga
( 6 bulan) (sajikan secara
2 jenis bahan dasar terpisah atau
(7-8 bulan) dicampur).
37
DAFTAR PUSTAKA
____.2018. Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). UKK Nutrisi dan
Penyakit Metabolik Ikantan Dokter Anak Indonesia
Aji Cahyana, Septa. 2018. Hubungan Pola Asuh Gizi dan Kesehatan dengan Status Gizi pada
Baduta di Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Djauhari, Thontowi. 2017. GIZI DAN 1000 HPK. Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang. VOLUME 13 NOMOR 2 Hal. 125 – 133.
Hanindita,Meta.2019.Mommyclopedia 567 Fakta Tentang MP-ASI. PT Gramedia Pusataka
Utama: Jakarta.
Hetherington, E.M., Parke, R.D. 2000. Child Psychology. California: Mc. Graw Hill College.
Hurlock, E. 1990. Developmental Psychology, A Life-Span Approach. 5th edition. (terj. oleh
Istiwidayanti). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kodiyah, Nurul. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Makanan
Pendamping Asi (MP-ASI) di Desa Jatirejo Kecamatan Jumapolo. Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Mufida, Lailina. dkk. 2015. Prinsip Dasar Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)
untuk Bayi 6-24 Bulan: Kajian Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vo.3 No.4 p.
1646-1651
Mutalazimah.2019. Manajemen Program Gizi. Jawa Tengah:Muhammadiyah University
Press
Nurkomala, Siti. 2017. Praktik Pemberian MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu)
pada Anak Stunting dan Tidak Stunting Usia 6-24 Bulan. Fakultas Kedoteran
Universitas Diponegoro.
Pratiwi Wulandari. 2017. Pengalaman Ibu Bekerja Dalam Keberhasilan Pemberian Makanan
Pendamping Asi (MP-ASI) Secara Tepat Waktu. Di Puskesmas Padang Pasir.
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Pertiwi Isnaeni, Anna, dkk. 2019.Kajian Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI dan Pemberian
MP-ASI pada Anak 6-24 bulan Penderita Stunting di Desa Trimurti Kecamatan
Srandakan. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Supriyati,Yulita. 2018. FAKTOR RISIKO KEJADIAN ANEMIA PADA BAYI USIA 6
BULAN DI PUSKESMAS TEGALREJO KOTA YOGYAKARTA. [Skripsi].
38
JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN YOGYAKARTA
Yulia Fitriani, Firdawati, Gustina Lubis. 2019. Hubungan Pemberian Jenis Makanan
Pendamping ASI dengan Perkembangan Bayi Umur 9-12 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Lubuk Begalung Padang: Kajian Pustaka. Jurnal Kesehatan Andalas; 8(4)
39