Anda di halaman 1dari 5

SUMMARY

KEAHLIAN BERFIKIR KRITIS


DASAR KEAHLIAN BERFIKIR KRITIS

A. Introduction
Critical thinking merupakan kemampuan yang dinilai cukup kompleks karena
melibatkan kemampuan mengidentifikasi, mengivestigasi, menganalisis, dan
mengevaluasi sebuah masalah atau situasi yang dihadapi. Kemampuan ini memiliki
peran yang penting didalam kehidupan Kita.

B. The Basic of Critical Thinking


Dasar dalam berfikir kritis adalah argumen. Sebagai bagian dari proses berpikir kritis,
argumen merupakan proses bagaimana kita menjelaskan alasan dari mengapa kita
setuju atau menentang sesuatu, yang disertai alasan-alasan yang valid. Di dalam
argumen, terdapat statement, atau kalimat yang memiliki nilai benar atau salah.
Fungsi statement dalam sebuah argumen dibagi ke dalam beberapa komponen, yaitu
claim, reason, evidence, dan conclusion.
- Claim : Statements yang digunakan untuk menyatakan apa yang perlu dipercayai
atau tidak, biasanya bersifat arguarble (bisa diperdebatkan kevalidannya).
- Reason : Statements yang digunakan untuk mendukung claim agar claim yang
dinyatakan tidak hanya sekedar menjadi pernyataan tanpa ada supporting
statements.
- Evidence : Sesuatu yang valid dan bisa dibuktikan nilainya untuk mendukung claim
dan reason yang ada.
- Conclusion : Kesimpulan dan implikasi dari argument yang sudah kita sampaikan.

C. More and Arguments and Statements


Selain statement, terdapat juga non-statement, yaitu kalimat yang tidak memiliki nilai
benar atau salah di dalamnya. Non-statement biasanya berbentuk kalimat tanya,
seruan, dan juga instruksi dimana didalamnya tidak dapat ditemukan nilai benar
ataupun salah. Untuk mengkategorikan apakah sebuah argumen termasuk ke dalam
good reasoning atau bad reasoning ada dua indikator yang bisa kita gunakan.
Pertama, good reasoning dari sebuah argumen mampu membuat orang yang
mendengarnya memahami alur pikiran dari argument yang disampaikan. Kedua, good
reasoning juga mampu membuat seseorang sedikit banyak terpengaruh untuk
menyetujui argumen yang disampaikan.

D. Barries to Critical Thinking


Di dalam proses berpikir kritis, terdapat hambatan yang biasanya ditemui. Pertama,
ada confirmation bias. Confirmation bias diartikan sebagai sebuah kecenderungan
untuk hanya mencari informasi yang mendukung keyakinan yang dimiliki.
Confirmation dapat mempengaruhi cara berfikir kita terutama dalam pengambilan
suatu keputusan. Confirmation bias membuat kita memiliki tendensi untuk tidak
menghiraukan informasi yang bersifat kontradiktif dengan apa yang kita yakini,
karena kita terlalu sibuk dan focus dengan informasi yang mendukung opini kita.
Beberapa cara agar terhindar dari confirmation bias adalah :
- Membiasakan diri untuk menghindari membentuk opini terlalu dini.
- Membiasakan diri untuk mengkritisi pemikiran kita sendiri dengan cara mencari
alternative point of view atau kemungkinan opini lainnya ketika kita memiliki opini
spesifik mengenai sesuatu.
- Melatih diri kita untuk memproses sebuah informasi tidak secara emosional.
Kedua, terdapat misunderstanding of criticism, yaitu kecenderungan untuk
menyalahartikan kritik yang diterima sebagai sesuatu yang bersifat negatif. Padahal,
kritik dapat kita analisa, evaluasi dan kritisi kembali. Cara mencegah agar tidak salah
faham terkadap kritik yang diterima :
- Membiasakan diri untuk menerima komentar dan pelan-pelan menganalisanya
- Membiasakan diri untuk menganalisa dan mengevaluasi komentar orang lain tidak
hanya dari satu sudut pandang saja.
- Mencoba menempatkan diri kita bukan siapapun yang terlibat dalam diskusi yang
terjadi, hal ini agar kita bisa lebih rasional dan mengkritisi sebuah masalah dengan
objektif.
Hambatan ketiga di dalam proses berpikir kritis adalah “mind is better” thinking,
yaitu kecenderungan seseorang untuk mempercayai bahwa apa yang diyakini adalah
yang terbaik. Cara menghindari mind is better :
- Membiasakan diri untuk memandang sebuah situasi atau masalah dari berbagai
sudut pandang yang berbeda.
- Menyadari bahwa setiap dari kita memiliki pola pikir mind is better.
- Jadi lebih waspada ketika kita merasa antusias sewaktu menyampaikan argumen
atau justru merasa disudutkan ketika lawan bicara kita menyampaikan argument
mereka.
Keempat, ada affective reasons, yaitu alasan-alasan afektif yang mempengaruhi
kemampuan berpikir kritis, biasanya melibatkan pengendalian emosi yang tidak
cukup baik ketika berargumen. Cara mengatur emosi diri antara lain :
- Berhenti sejenak dan evaluasi perasaan negatif yang muncul saat mendengar
lawan bicara menyampaikan argumennya.
- Integrasikan emosi atau perasaan yang kamu alami dengan alasan kenapa kamu
merasakannya.
- Tanyakan kepada diri sendiri apa yang akan terjadi jika kamu membiarkan emosi
menguasai kemampuan berpikir kamu.
E. Critical Thinking Skills
Kemampuan berpikir analitis merupakan bagian dari berpikir kritis. Hal ini diartikan
sebagai kemampuan untuk memecah sebuah masalah yang besar menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil agar bisa diselesaikan dengan lebih mudah dan sistematis.
Kemampuan ini terdiri dari gathering information (mengumpulkan informasi),
organize information (mengurutkan informasi), identify problems (mengidentifikasi
masalah), dan making decision (membuat beberapa opsi sebagai solusi).

F. Strategi to Help ThinkCritically


Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam proses berpikir kritis. Pertama,
ada ask basic questions (menanyakan pertanyaan dasar) seperti :
- Apa yang sudah kita ketahui dari masalah ini?
- Bagaimana kita bisa mengetahui hal-hal tersebut?
- Apa yang kita coba untuk cari tahu/buktikan/sangkal/kritisi?
- Kira-kira adakah hal yang kita abaikan? Jika ada, hal apakah itu?
Kedua, question basic assumptions (mempertanyakan asumsi). Tujuan dari question
basic assumptions adalah agar asumsi yang kita bentuk tidak hanya ada dalam pikiran
kita saja. Ketiga, analyze the situation/problem (menganalisis situasi/ masalah)
dengan sudut pandang yang berbeda misalnya dengan menjawab pertanyaan seperti
:
- Apakah masalah tersebut bisa diselesaikan?
- Apakah masalah tersebut cukup kompleks?
- Apakah masalah tersebut bisa kamu selesaikan sendiri/kamu membutuhkan
bantuan orang lain untuk mengatasinya?
Keempat, evaluate thought (mengevaluasi pikiran). Setelah mendapatkan pilihan
solusi yang dibutuhkan kita bisa mulai menganalisis nilai dari solusi yang dimiliki
dengan mempertimbangkan :
- Apakah solusi yang kamu miliki sudah tepat? Jika iya, seberapa efektif dan
efisiennya solusi yang kamu miliki?
- Jika solusi diterapkan, apakah efek atau impact yang lebih besar dan lebih baik?
Jika tidak, maka kamu perlu mengevaluasi kembali pilihan solusi yang kita miliki.
Kelima, compare and contrast (membandingkan dan membedakan). Tujuan dari
melakukan compare and contrast adalah mencari persamaan dan perbedaan dari
beberapa hal yang kita bandingkan. Keenam, categorize (mengkategorikan) yaitu
mengelompokan hal-hal yang sedang didiskusikan kedalam beberapa kelompok
sesuai dengan kesamaan relevansi atau ketidaksamaannya. Tujuannya adalah, untuk
membantu kita untuk berfikir secara lebih terorganisir sehingga kita mampu
membuat alur pikiran kita menjadi sistematis ketika berfikir. Ketujuh, reverse scenario
(membalikkan situasi). Dengan melakukan ini kita akan dapat melihat sebuah
permasalahan dan mencari penyelesaian secara menyeluruh.

G. Six Thinking Hats Strategy


Strategi berikutnya yang bisa digunakan untuk membantu kita berpikir kritis adalah
six thinking hats strategy. Ditemukan oleh De Bono pada tahun 1985, strategi ini
merupakan salah satu teknik yang bisa digunakan dalam sebuah diskusi untuk
memudahkan decision making process. Di dalam six thinking hats, terdapat white hat
yang berfokus pada hal-hal faktual. Kemudian red hat yang berfokus pada feeling
atau perasaan. Lalu ada black hat yang merupakan dasar dari critical thinking. Setelah
itu ada yellow hat yang berfokus pada opportunities dan positive value. Kemudian
green hat yang merupakan berkaitan dengan kreativitas. Terakhir, ada blue hat yang
berperan sebagai control hat di dalam diskusi.

Anda mungkin juga menyukai