Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persoalan yang kita hadapi dari waktu ke waktu tampaknya makin lama
makin kompleks, baik persoalan yang berhubungan dengan pribadinya,
keluarganya, pekerjaan, dan masalah kehidupan secara umum. Kompleksitas
masalah itu telah mengarahkan sebagian dari kita mengalami konflik-konflik dan
hambatan dalam memenuhi apa yang kita harapkan, bahkan sampai dapat
menimbulkan tekanan yang sangat mengganggu. Kompleksitas masalah
demikian inilah yang diantaranya menuntut adanya media yang dapat membantu
mengatasi segenap permasalahan kehidupan kita sehari-hari.
Konseling merupakan salah satu upaya untuk membantu mengatasi
konflik, hambatan, dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan kita, sekaligus
sebagai upaya peningkatan kesehatan mental. Konseling merupakan satu diantara
bentuk upaya bantuan yang secara khusus dirancang untuk mengatasi persoalan-
persoalan yang kita hadapi.
Kemajuan konseling ini sejalan dengan kemajuan masyrakat. Pekerjaan di
masyarakat kita sudah terdiferensiasi kearah yang lebih baik. Pekerjan–pekerjaan
yang semula satu jenis, kini mulai terbagi menjadi bagian-baigian yang amat
spesifik, misalnya konseling sebagai salah satu hubungan dan pemberian bantuan
yang profesional. Dalam perkembangan terakhir ini kita ketahui bahwa konseling
ini begitu sangat pesat baik dari segi riset-riset yang telah dilakukan maupun
teknik-teknik yang dikembangkanya.
Perkembangan lembaga-lembaga pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan khusus dan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan bantuan dalam
memecahkan persoalan-persoalan pribadi. Telah mendorong bagi tumbuhnya
pekerjaan lonseling sebagi pkeerjaan professional.

1
Sebagai pekerjaan profesional, konseling tentu memilki fungsi dan cara
kerja yang khas sesuai dengan bidang keilmuanya. Saat ini konseling merupakan
pekerjaan yang sama pentingnya dengan bidang pekerjaan profesional lain
seperti kedokteran, kerja sosial, kebidanan, dan pendidikan.
Dalam makalah ini akan membahas tentang makna konseling dan
sejarahnya . Sehingga diharapakan dengan adanya pembahasan mengenai makna
konseling ini, akan menambah pengetahuan dan wawasan kita.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah terpapar diatas, dapat diketahui beberapa
masalah yang sekiranya menarik untuk menjadi bahan pembahasan, antara lain
sebagai berikut :
1. Apakah pengertian Konseling ?
2. Bagaimana hubungan Konseling dengan Psikoterapi, dan Intervensi
Psikososial ?
3. Apa saja asumsi-asumsi dasar dari Konseling ?
4. Bagaimana sejarah perkembangan Psikologi Konseling ?

1.3 Tujuan masalah


Dari rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari penulisan materi
ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perngertian dari konseling.
2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan konseling dengan psikoterapi,
dan intervensi psikososial.
3. Untuk mengetahui asumsi-asumsi dasar dari konseling.
4. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan Psikologi
Konseling.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konseling


Konseling (counseling) biasanya kita kenal dengan istilah penyuluhan,
yang secara awam dimaknakan sebagai pemberi penerangan, informasi, atau
nasihat kepeda pihak lain. Istilah penyuluhan sebagai padanan kata konseling
bisa diterima secara luas, tetapi dalam pembahasan ini, konseling tidak
dimaksudkan dalam pengertian tadi. Konseling sebagai cabang ilmu dan praktik
pemberian bantuan kepada individu pada dasarnya memiliki pengertian yang
spesifik sejalan dengan konsep yang dikembangkan dalam lingkup ilmu dan
profesinya.

Diantara berbagai disiplin ilmu, yang memiliki kedekatan hubungan


dengan konseling adalah psikologi. Bahkan secara khusus dapat dikatakan
bahwa konseling merupakan aplikasi dari psikologi, terutama jika dilihat dari
tujuan, teori yang digunakan, dan proses penyelenggaraannya. Oleh karena itu,
telaah mengenai konseling dapat pula disebut sebagai psikologi konseling
(counseling psychology).

Kata konseling (counseling) berasal dari kata counsel yang diambil dari
bahasa latin yaitu counsilium, artinya “bersama” atau “bicara bersama”.
Pengertian “berbicara bersama-sama” dalam hal ini adalah pembicaraan konselor
(counselor) dengan seorang atau beberapa klien (counselee).

Dalam berbagai literatur diuraikan konseling dalam bermacam-macam


pengertian sebagian ahli memaknakan konseling dengan menekankan pada
pribadi klien, sementara yang lain menekankan pada pribadi konselor, serta
berbagai variasi definisi yang memiliki penekanan sendiri-sendiri. Perbedaan-
perbedaan ini terjadi karena setiap ahli memiliki latar belakang falsafah yang

3
berbeda. Sebagai ilustri pada bagian berikut akan dikemukakan beberapa
pengertian konseling sebagai berikut :

1. Carl Rogers
Seorang psikolog humanistik terkemuka, berpandangan bahwa konseling
merupakan hubungan terapi dengan klien yang bertujuan untuk melakukan
perubahan diri pada pihak klien.
2. Hackney dan Cormier (1979)
Lebih memberikan penekanan pada fungsi pihak-pihak yang terlibat. Mereka
menegaskan bahwa konselor adalah tenaga terlatih yang berkemauan untuk
membantu klien.
3. Pietrofesa (1978)
Dalam bukunya The Authentic Counselor, sekalipun tidak berbeda dengan
rumusan sebelumnya, mengemukakan secara singkat bahwa konseling adalah
proses yang melibatkan seseorang professional berusaha membantu orang lain
dalam mencapai pemahaman dirinya.
4. Stefflre dan Grant
Mereka berdua setidaknya mengemukakan empat pendapat yang ditekankan
sebagai berikut:
a. Konseling sebagai proses
Konseling sebagai proses berarti konseling tidak dapat dilakukan
sesaat. Proses berarti ada selang waktu tertentu yang diperlukan dalam
hubungan konseling dan dalam menyelesaikan masalah yang dialami
klien. Dalam menyelesaikan masalah tidak hanya dilakukan sekali
pertemuan. Untuk membantu masalah berat dapat dilakukan pertemuan
secara berkelanjutan.
b. Konseling sebagai hubungan spesifik
Hubungan antara konselor dank lien merupakan unsur penting dalam
konseling. Hubungan yang dibangun konselor selama proses konseling
dapat meningkatkan keberhasilan konseling dan dapat pula membuat

4
konseling gagal. Dalam kehidupan social contohnya hubungan seorang
guru dengan murid, hubungan dokter dengan pasien, hubungan orangtua
dengan anak, dan dalam konseling hubungan konselor dengan klien.
c. Konseling adalah membantu klien
Hubungan dalam konseling itu bersifat membantu. Hubungan
membantu itu berbeda dengan memberi, atau mengambil alih pekerjaan
orang lain. Membantu tetap memberi kepercayaan kepada klien untuk
bertanggung jawab dan menyelesaikan segala masalah kepada klien.
d. Konseling untuk mencapai tujuan hidup
Konseling diselenggarakan untuk mencapai pemahaman dan
penerimaan diri, proses belajar dari berperilaku tidak adaptif menjadi
adaptif, dan belajar melakukan pemahaman yang lebih luas tentang
dirinya yang tidak hanya membuat know about tetapi juga belajar how to
sejalan dengan kualitas dan kapasitas.

2.2 Hubungan Konseling, Psikoterapi, dan Intervensi Psikososial


Dalam helping professional kita mengenal istilah konseling psikoterapi,
dan intervensi psikososial. Ketiga jenis bantuan ini oleh sebagian pihak dianggap
hal yang sama., sedangkan pihak lain berpandangan sebagai sesuatu yang
berbeda. Untuk memberikan kejelasan tentang makna ketiga istilah ini perlu
dikemukakan di sini berbagai pandangan yang menyangkut konseling,
psikoterapi, dan intervensi psikososial. (Latipun, 2011)

1. Kesamaan konseling dan psikoterapi


Dalam beberapa literatul yang banyak memperoleh perhatian dari
kalangan teoretisi dan praktisi dan praktisi adalah hubungan antara konseling
dan psikoterapi. Sebagian ahli menganggap konseling dan psikoterapi adalah
dua istilah yang sama maknanya sehingga dapat digunakan secara bergantian.
Menurut patteson secara tegas mengatakan membedakan konseling
dan psikoterapi tidaklah esensial. Pembedaan usaha konselor membatu

5
kliennya sengan usaha psikoterapi terhadap pasiennya adalah kurang tepat,
tidak praktis, dan merupakan factor politis belaka.
Hal yang sama dikemukakan oleh Rogers, bahwa berat ringannya
suatu masalah yang dihadapi klien tidak menjadi penghalang untuk
melakukan konseling. Karena itulah Rogers juga melakukan konseling pada
klien yang bermasalah ringan hingga berat seperti neorosis dan psikosis.
Atas dasar argumentasi di atas, sebagian ahli memandang konseling
dan psikoterapi adalah suatu hal yang sama dan tidak perlu dibedakan. Oleh
karena itu, sebagian ahli menggunakan istilah konseling secara bergantian
atau menggunakan dalam konteks yang sama.

2. Konseling lawan psikoterapi


Kritik cukup keras dikemukakan oleh Schneiders (1964) yang
mengatakan bahwa banyak teoritis yang gagal membedakan konseling dan
psikoterapi, padahal keduanya memiliki “akar” yang berbeda. Baginya
psikoterapi bukanlah sebagai konseling, dan konseling bukan psikoterapi.
Keduanya adalah dua hal yang memang berbeda. Perbedaan konseling dengan
psikoterapi terletak pada berbagai aspek, diantaranya pendekatan yang
digunakan, subjek yang dibantu pelaksanaannya, dan intensitas masalah yang
dihadapi. (Latipun, 2011)
a. Pendekatan pemberian bantuan
Pendekatan suatu pemberian bantuan (helping) profesional menurut
Hansen, dkk. (1982) dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis, yaitu
pemberian dorongan (supportive), pemberian pemahaman secara
reedukatif (insight–reeducative), dan pemberian pemahaman secara
rekonstruktif (insight-recontructive). Suportif dapat dimaknakan sebagai
pemberian dorongan kepada klien agar dapat mengembangkan potensinya.
Pemahaman dengan redukatif berarti peningkatan pemahaman tentang
diri, masalah, dan konflik-konflik yang ada di alam sadarnya untuk

6
mencapai penyesuaian diri. Sedangkan pemahaman dengan rekonstruktif
berarti meningkatkan pemahaman tentang diri, konflik, dan masalahnya
yang ada di alam bawah sadarnya dengan melakukan rekonstruksi struktur
kepribadian klien. Dua pendekatan pertama lebih banyak dilakukan
melalui konseling, sedangkan pendekatan yang terakhir lebih banyak
dilakukan melalui psikoterapi.
b. Intensitas masalah
Diantara perbedaan penting konseling dan psikoterapi menyangkut
intensitas masalah yang dihadapi klien. Schneiders (1964) menyatakan
bahwa konseling diselenggarakan untuk menangani problem-problem
psikologis seperti ketidakmatangan, ketidakstabilan emosional,
ketidakmampuan mengontrol diri dan perasaan ego yang negatif.
Sementara psikoterapi lebih menangani gangguan mental dan problem
berat seperti konflik-konflik yang serius, gangguan perasaan dan
sebagainya. Selanjutnya Hansen, dkk. (1982) menjelaskan bahwa dalam
psikoterapi dilakukan terhadap individu yang mengalami konflik
interpersonal yang sangat mendalam, sedangakkan konseling dilakukan
terhadap individu yang mengalami masalah-masalah yang berhubungan
dengan peran dalam kehidupan sehari-hari. (Latipun, 2011)
c. Cara penanganan
Nelson-Jones (1982) menyebutkan beberapa perbedaan dalam
konseling dan psikoterapi, meskipun perbedaan ini dapat diperdebatkan
karena tidak mungkin dapat didefinisikan secara pasti. Perbedaanya adalah
bahwa konseling lebih berorientasi pada klien, mementingkan hubungan,
diselenggarakan dengen pendekatan humanistic, dan kurang berkaitan
dengan kegiatan medis. Sedangkan psikoterapi dilaksanakan dengan lebih
berorientasi pada terapi, menggunakan teknik yang spesifik,
kecenderungan menggunakn pendekatan psikoanalisis atau behavioristic,
dan banyak menggunakan penanganan secara medis. Hal lain yang juga
sebagai gambaran tentang penggunaan kedua istilah tersebut dijelaskan

7
oleh Black (1983) dalam bukunya Short Term Conseling yang disebutkan
bahwa dalam tradisi di Amerika psikoterapi biasanya digunakan untuk
menunjuk pekerjaan psikiater, sedangkan konseling digunakan
menjelaskan pekerjaan psikolog.

3. Titik singgung konseling dan psikoterapi


Membedakan konseling dan psikoterapi secara teoretik dapat dilakukan.
Dalam praktiknya perbedaan itu menjadi lebih sulit, karena batas-batas antara
keduanya tidak gampang secara tegas. Kadang-kadang digunakan secara
bergantian, atau saat mengunakan istilah konseling atau menggunakan
psikoterapi di saat lain.
Banyak ahli konseling dan psikoterapi mengatakan bahwa keduanya
usaha yang berkesinambungan (kontinum), artinya klien dengan masalh-
masalh yang tidak dapat diatasi melalui konseling maka dapat ditindaklanjuti
dengan psikoterapi, dank lien yang sudah di psikoterapi dilanjutkan dengan
konseling.
Kalau kita mendebatkan ada dan tidak adanya perbedaan konseling dan
psikoterapi maka tidak akan selesai. Nelson-Jones mengakui berbagai usaha
membedakanya tidak pernah berhasil. Apapun pandangan kita tentang kedua
istilah tersebut, keduanya memiliki tujuan akhir yang sama, meskipun kedua
jenis bantuan professional tersebut telah dicoba dibedakan, namun juga
terdapat sejumlah persamaan.

4. Konseling dan intervensi psikosoial


Intervensi social meruapkan proses penyadaran terhadap individu atau
kelompok utamanya melalui berbagai sumber yang dapat mempengaruhi
interpersonal, seperti belajar, persuasi, diskusi, berbagai proses yang sama.
Fokusnya pada berbagai segi sehingga membuat klien mengubah dalam
afeksi, kognisi, dan tindakanya. Intervensinya dilakukan dalam berbagai
bentuk secara individual, kelompok, keluarga, terapi yang berorientasi
pemahaman, dan perilaku (Kazdin, 1988).

8
Dari pengertian tersebut menunjukan bahwa konseling dan psikoterapi
merupakan bagian dari intervensi psikosoial. Namun demikian, intervensi
psikosial ini memiliki cakupan yang sangat luas, termasuk didalamnya adalah
pendidikan, modifikasi perilaku, dan penyebaran informasi. Prinsipnya,
segenap intervensi yang secara sengaja diberikan kepada orang lain untuk
mengubah persepsi, pikiran, perasaan, atau perilakunya dapat kita sebut
sebagi intervensi psikososial.
Dibandingkan dengan konseling dan psikoterapi, intervensi psikosoial
lebih bersifat umum dan merupakan aplikasi psikologi yang dapat
dilaksanakan oleh berbagai pihak dari kalangan professional maupu non-
profesional. Jika perlakuan tersebut dimaksudkan untuk mengubah perilaku,
pikiran, atau sikap individu atau kelompok maka dapatlah disebut sebagai
intervensi psikosoial. Dengan demikian cakupan bentuk dan sasaran intervensi
psikosoial ini sangat luas.

2.3 Asumsi-asumsi Dasar Konseling


Kita menyadari bahwa konseling dan psikoterapi dalam beberapa hal
dibedakan tetapi pada saat lain dipandang sama. Berdasarkan uraian ini kiranya
anatara keduanya dapat kita bedakan sebagai rambu-rambu pekerjaan dikatakan
sebagai konseling dan psikoterapi, meskipun tidak terlalu tegas penggunaan
keduanya. Sebagai penegasan atas batasan konseling, Blacher (George dan
Cristiani, 1990) mengemukakan lima asumsi dasar secara umum dapat
membedakannya dengan psikoterapi. Kelima asumsi ini adalah sebagai berikut :

1. Dalam konseling, klien tidak dianggap sebagai orang yang sakit mental, tetapi
dipandang memiliki kemampuan untuk memlih tujuan, membuat keputusan
dan secara umum menerima tanggung jawab dari tingkah lakunya dan
perkembangannya di kemudian hari.

9
2. Konseling berfokus pada saat ini dan masa depan, tidak berfokus pada
pengalaman masa lalunya.

3. Klien adalah klien, bukan pasien. Konselor bukan figure yang memiliki
otoritas tetapi secara esensial sebagai guru dan patner klien sebagaimana
mereka bergerak secara mutual dalam medefinisikan tujuan.

4. Konselor secara molar tidak netral, tetapi memiliki nilai, perasaan dan standar
untuk dirinya. Konselor tidak seharusnya menjauhkan nilai, perasaan dan
standar itu dari klien, dia tidak mencoba menyembunyikan kepada klien.

5. Konselor memfokuskan pada perubahan tingkah laku dan bukan hanya


membuat klien menjadi sadar. Rambu-rambu yang dikemukakan Blocher ini
dapat menjadi acuan dalam penyelenggaraan konseling, yang secara khusus
memeliki penekanan tertentu dibandingkan dengan praktik psikoterapi yang
telah berlangsung selama ini.

10
2.4 Sejarah Perkembangan Psikologi Konseling

Psikologi konseiling timbul dan berkembang diawali ketika Jesse B.


Davis bekerja sebagai petugas bimbingan pendidikan atau (Educational
Guidance) pada sekolah menengah atas. Pada tahun 1898 di kota detroid,
amerika, pengalaman davis dalam melayani mengatasi kesulitan belajar dan
kesulitan penempatan kerja bagi para pelajar itu membuka keniginanya
menerbitkan suatu majalah mingguan.

Dari kegiatan yang dilakukan Davis dibidang dunia pendidikan dan


penempatan kerja yang kemudian tersebar luas majalah mingguan dalam upaya
mengatasi kesulitan belajar dan penempatan kerja. para pelajar ini menjadi
ilustrasi timbulnya gerakan yang disebut dengan Vocational Guindance. pada
tahun 1908 yang dipelopori oleh Frank Parsons yang bekerja pada biro
Vocational Guidance di kota Boston Amerika.

Pada sekitar tahun 1920 yaitu setelah perang dunia ke-1, maka di Amerika
Serikat ada dua aliran yang penting dibidang layanan dan bimbingan. Terutama
pada peningkatan layanan Vocational Guidance, yaitu aliran yang dipelopori oleh
John Brewer yang menekan kan pada pengalaman dan penelitian dalam
guidance. Situasi kemelut dunia terutama akibat kemajuan di bidang industri
yang terkenal dengan peristiwa ekonomi pada tahun 1930 an menambah suatu
persoalan-persoalan baru terhadap arus sejarah mengenai pengangguaran. Hali
ini mendorong Vocational Guidance meningkatkan kegiatnaya. (Suardiman,
1992)

Dan semenjak tahun 1951 sampai saat ini bermunculan berbagai buku
yang menguraikan tentang bagaimana memecahkan masalah individu-individu
dalam kelompok dan dalam kehidupan masyarakat dengan konseling secara
terperinci.

11
Pada pertengahan abad 20 pengetahuann dibidang konseling sekolah,
konseling pekerjaan, dan konseling pribadi dinilai perkembangan yang sangat
pesat karena meningkatnya jumlah buku-buku psikologi konseling artikel-artikel
buku dan jurnal yang pada umuya menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan
teori-teori konseling.

Kehadiran psikologi konseling sebagai bidang pengetahuan yang baru dan


bidang profesi baru yang dicetuskan pada bulan september 1951 merupakan
lapangan baru bagi para ahli psikologi konseling dengan wilayah garapanya
adalah psikologi konseling. (Suardiman, 1992)

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Kata konseling (counseling) berasal dari kata counsel yang diambil dari
bahasa latin yaitu counsilium, artinya “bersama” atau “bicara bersama”.
Pengertian “berbicara bersama-sama” dalam hal ini adalah pembicaraan konselor
(counselor) dengan seorang atau beberapa klien (counselee).

2. Hubungan konseling psikoterapi dan intervensi psikososial Untuk


memberikan kejelasan tentang makna tersebut istilah ini perlu dikemukakan di
sini yaitu :

1. Kesamaan konseling dan psikoterapi

2. Konseling lawan psikoterapi

 Pendekatan pemberian bantuan

 Intensitas masalah

 Cara penanganan

3. Titik singgung konseling dan psikoterapi

4. Konseling dan intervensi psikososial

3. Blacher (George dan Cristiani, 1990) mengemukakan lima asumsi dasar


secara umum dapat membedakannya dengan psikoterapi. Kelima asumsi ini
adalah sebagai berikut :

 Dalam konseling, klien tidak dianggap sebagai orang yang sakit


mental, tetapi dipandang memiliki kemampuan untuk memlih tujuan,

13
membuat keputusan dan secara umum menerima tanggung jawab dari
tingkah lakunya dan perkembangannya di kemudian hari.

 Konseling berfokus pada saat ini dan masa depan, tidak berfokus pada
pengalaman masa lalunya.

 Klien adalah klien, bukan pasien. Konselor bukan figure yang


memiliki otoritas tetapi secara esensial sebagai guru dan patner klien
sebagaimana mereka bergerak secara mutual dalam medefinisikan
tujuan.

 Konselor secara molar tidak netral, tetapi memiliki nilai, perasaan dan
standar untuk dirinya.

 Konselor memfokuskan pada perubahan tingkah laku dan bukan


hanya membuat klien menjadi sadar.

4. Pada pertengahan abad 20 pengetahuann dibidang konseling sekolah,


konseling pekerjaan, dan konseling pribadi dinilai perkembangan yang sangat
pesat karena meningkatnya jumlah buku-buku psikologi konseling artikel-
artikel buku dan jurnal yang pada umuya menguraikan hal-hal yang berkaitan
dengan teori-teori konseling. Kehadiran psikologi konseling sebagai bidang
pengetahuan yang baru dan bidang profesi baru yang dicetuskan pada bulan
september 1951 merupakan lapangan baru bagi para ahli psikologi konseling
dengan wilayah garapanya adalah psikologi konseling. (suardiman, 1992)

14
DAFTAR PUSTAKA

 Latipun. 2011. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press

 Suardiman. (1992). Psikologi Konseling. Yogyakarta: Pers Studing


Yogyakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai