Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
1
Sebagai pekerjaan profesional, konseling tentu memilki fungsi dan cara
kerja yang khas sesuai dengan bidang keilmuanya. Saat ini konseling merupakan
pekerjaan yang sama pentingnya dengan bidang pekerjaan profesional lain
seperti kedokteran, kerja sosial, kebidanan, dan pendidikan.
Dalam makalah ini akan membahas tentang makna konseling dan
sejarahnya . Sehingga diharapakan dengan adanya pembahasan mengenai makna
konseling ini, akan menambah pengetahuan dan wawasan kita.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kata konseling (counseling) berasal dari kata counsel yang diambil dari
bahasa latin yaitu counsilium, artinya “bersama” atau “bicara bersama”.
Pengertian “berbicara bersama-sama” dalam hal ini adalah pembicaraan konselor
(counselor) dengan seorang atau beberapa klien (counselee).
3
berbeda. Sebagai ilustri pada bagian berikut akan dikemukakan beberapa
pengertian konseling sebagai berikut :
1. Carl Rogers
Seorang psikolog humanistik terkemuka, berpandangan bahwa konseling
merupakan hubungan terapi dengan klien yang bertujuan untuk melakukan
perubahan diri pada pihak klien.
2. Hackney dan Cormier (1979)
Lebih memberikan penekanan pada fungsi pihak-pihak yang terlibat. Mereka
menegaskan bahwa konselor adalah tenaga terlatih yang berkemauan untuk
membantu klien.
3. Pietrofesa (1978)
Dalam bukunya The Authentic Counselor, sekalipun tidak berbeda dengan
rumusan sebelumnya, mengemukakan secara singkat bahwa konseling adalah
proses yang melibatkan seseorang professional berusaha membantu orang lain
dalam mencapai pemahaman dirinya.
4. Stefflre dan Grant
Mereka berdua setidaknya mengemukakan empat pendapat yang ditekankan
sebagai berikut:
a. Konseling sebagai proses
Konseling sebagai proses berarti konseling tidak dapat dilakukan
sesaat. Proses berarti ada selang waktu tertentu yang diperlukan dalam
hubungan konseling dan dalam menyelesaikan masalah yang dialami
klien. Dalam menyelesaikan masalah tidak hanya dilakukan sekali
pertemuan. Untuk membantu masalah berat dapat dilakukan pertemuan
secara berkelanjutan.
b. Konseling sebagai hubungan spesifik
Hubungan antara konselor dank lien merupakan unsur penting dalam
konseling. Hubungan yang dibangun konselor selama proses konseling
dapat meningkatkan keberhasilan konseling dan dapat pula membuat
4
konseling gagal. Dalam kehidupan social contohnya hubungan seorang
guru dengan murid, hubungan dokter dengan pasien, hubungan orangtua
dengan anak, dan dalam konseling hubungan konselor dengan klien.
c. Konseling adalah membantu klien
Hubungan dalam konseling itu bersifat membantu. Hubungan
membantu itu berbeda dengan memberi, atau mengambil alih pekerjaan
orang lain. Membantu tetap memberi kepercayaan kepada klien untuk
bertanggung jawab dan menyelesaikan segala masalah kepada klien.
d. Konseling untuk mencapai tujuan hidup
Konseling diselenggarakan untuk mencapai pemahaman dan
penerimaan diri, proses belajar dari berperilaku tidak adaptif menjadi
adaptif, dan belajar melakukan pemahaman yang lebih luas tentang
dirinya yang tidak hanya membuat know about tetapi juga belajar how to
sejalan dengan kualitas dan kapasitas.
5
kliennya sengan usaha psikoterapi terhadap pasiennya adalah kurang tepat,
tidak praktis, dan merupakan factor politis belaka.
Hal yang sama dikemukakan oleh Rogers, bahwa berat ringannya
suatu masalah yang dihadapi klien tidak menjadi penghalang untuk
melakukan konseling. Karena itulah Rogers juga melakukan konseling pada
klien yang bermasalah ringan hingga berat seperti neorosis dan psikosis.
Atas dasar argumentasi di atas, sebagian ahli memandang konseling
dan psikoterapi adalah suatu hal yang sama dan tidak perlu dibedakan. Oleh
karena itu, sebagian ahli menggunakan istilah konseling secara bergantian
atau menggunakan dalam konteks yang sama.
6
mencapai penyesuaian diri. Sedangkan pemahaman dengan rekonstruktif
berarti meningkatkan pemahaman tentang diri, konflik, dan masalahnya
yang ada di alam bawah sadarnya dengan melakukan rekonstruksi struktur
kepribadian klien. Dua pendekatan pertama lebih banyak dilakukan
melalui konseling, sedangkan pendekatan yang terakhir lebih banyak
dilakukan melalui psikoterapi.
b. Intensitas masalah
Diantara perbedaan penting konseling dan psikoterapi menyangkut
intensitas masalah yang dihadapi klien. Schneiders (1964) menyatakan
bahwa konseling diselenggarakan untuk menangani problem-problem
psikologis seperti ketidakmatangan, ketidakstabilan emosional,
ketidakmampuan mengontrol diri dan perasaan ego yang negatif.
Sementara psikoterapi lebih menangani gangguan mental dan problem
berat seperti konflik-konflik yang serius, gangguan perasaan dan
sebagainya. Selanjutnya Hansen, dkk. (1982) menjelaskan bahwa dalam
psikoterapi dilakukan terhadap individu yang mengalami konflik
interpersonal yang sangat mendalam, sedangakkan konseling dilakukan
terhadap individu yang mengalami masalah-masalah yang berhubungan
dengan peran dalam kehidupan sehari-hari. (Latipun, 2011)
c. Cara penanganan
Nelson-Jones (1982) menyebutkan beberapa perbedaan dalam
konseling dan psikoterapi, meskipun perbedaan ini dapat diperdebatkan
karena tidak mungkin dapat didefinisikan secara pasti. Perbedaanya adalah
bahwa konseling lebih berorientasi pada klien, mementingkan hubungan,
diselenggarakan dengen pendekatan humanistic, dan kurang berkaitan
dengan kegiatan medis. Sedangkan psikoterapi dilaksanakan dengan lebih
berorientasi pada terapi, menggunakan teknik yang spesifik,
kecenderungan menggunakn pendekatan psikoanalisis atau behavioristic,
dan banyak menggunakan penanganan secara medis. Hal lain yang juga
sebagai gambaran tentang penggunaan kedua istilah tersebut dijelaskan
7
oleh Black (1983) dalam bukunya Short Term Conseling yang disebutkan
bahwa dalam tradisi di Amerika psikoterapi biasanya digunakan untuk
menunjuk pekerjaan psikiater, sedangkan konseling digunakan
menjelaskan pekerjaan psikolog.
8
Dari pengertian tersebut menunjukan bahwa konseling dan psikoterapi
merupakan bagian dari intervensi psikosoial. Namun demikian, intervensi
psikosial ini memiliki cakupan yang sangat luas, termasuk didalamnya adalah
pendidikan, modifikasi perilaku, dan penyebaran informasi. Prinsipnya,
segenap intervensi yang secara sengaja diberikan kepada orang lain untuk
mengubah persepsi, pikiran, perasaan, atau perilakunya dapat kita sebut
sebagi intervensi psikososial.
Dibandingkan dengan konseling dan psikoterapi, intervensi psikosoial
lebih bersifat umum dan merupakan aplikasi psikologi yang dapat
dilaksanakan oleh berbagai pihak dari kalangan professional maupu non-
profesional. Jika perlakuan tersebut dimaksudkan untuk mengubah perilaku,
pikiran, atau sikap individu atau kelompok maka dapatlah disebut sebagai
intervensi psikosoial. Dengan demikian cakupan bentuk dan sasaran intervensi
psikosoial ini sangat luas.
1. Dalam konseling, klien tidak dianggap sebagai orang yang sakit mental, tetapi
dipandang memiliki kemampuan untuk memlih tujuan, membuat keputusan
dan secara umum menerima tanggung jawab dari tingkah lakunya dan
perkembangannya di kemudian hari.
9
2. Konseling berfokus pada saat ini dan masa depan, tidak berfokus pada
pengalaman masa lalunya.
3. Klien adalah klien, bukan pasien. Konselor bukan figure yang memiliki
otoritas tetapi secara esensial sebagai guru dan patner klien sebagaimana
mereka bergerak secara mutual dalam medefinisikan tujuan.
4. Konselor secara molar tidak netral, tetapi memiliki nilai, perasaan dan standar
untuk dirinya. Konselor tidak seharusnya menjauhkan nilai, perasaan dan
standar itu dari klien, dia tidak mencoba menyembunyikan kepada klien.
10
2.4 Sejarah Perkembangan Psikologi Konseling
Pada sekitar tahun 1920 yaitu setelah perang dunia ke-1, maka di Amerika
Serikat ada dua aliran yang penting dibidang layanan dan bimbingan. Terutama
pada peningkatan layanan Vocational Guidance, yaitu aliran yang dipelopori oleh
John Brewer yang menekan kan pada pengalaman dan penelitian dalam
guidance. Situasi kemelut dunia terutama akibat kemajuan di bidang industri
yang terkenal dengan peristiwa ekonomi pada tahun 1930 an menambah suatu
persoalan-persoalan baru terhadap arus sejarah mengenai pengangguaran. Hali
ini mendorong Vocational Guidance meningkatkan kegiatnaya. (Suardiman,
1992)
Dan semenjak tahun 1951 sampai saat ini bermunculan berbagai buku
yang menguraikan tentang bagaimana memecahkan masalah individu-individu
dalam kelompok dan dalam kehidupan masyarakat dengan konseling secara
terperinci.
11
Pada pertengahan abad 20 pengetahuann dibidang konseling sekolah,
konseling pekerjaan, dan konseling pribadi dinilai perkembangan yang sangat
pesat karena meningkatnya jumlah buku-buku psikologi konseling artikel-artikel
buku dan jurnal yang pada umuya menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan
teori-teori konseling.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kata konseling (counseling) berasal dari kata counsel yang diambil dari
bahasa latin yaitu counsilium, artinya “bersama” atau “bicara bersama”.
Pengertian “berbicara bersama-sama” dalam hal ini adalah pembicaraan konselor
(counselor) dengan seorang atau beberapa klien (counselee).
Intensitas masalah
Cara penanganan
13
membuat keputusan dan secara umum menerima tanggung jawab dari
tingkah lakunya dan perkembangannya di kemudian hari.
Konseling berfokus pada saat ini dan masa depan, tidak berfokus pada
pengalaman masa lalunya.
Konselor secara molar tidak netral, tetapi memiliki nilai, perasaan dan
standar untuk dirinya.
14
DAFTAR PUSTAKA
15