Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

Kanker prostat adalah keganasan tersering dan penyebab kematian


karena kanker paling utama pada pria di negara Barat, menyebabkan 94.000
kematian di Eropa pada 20081 dan lebih dari 28.000 kematian di Amerika Serikat
pada 2012. Data di AS menunjukkan bahwa lebih dari 90% Kanker prostat
ditemukan pada stadium dini dan regional, dengan angka kesintasan (Survival
rate) 2 tahun mendekati 100%. Angka ini jauh lebih baik dibandingkan dengan 25
tahun lalu, yang hanya mencapai 69%.3 Barnes pada tahun 1969 menemukan
angka kesintasan 10 tahun dan 15 tahun untuk Kanker prostat stadium dini hanya
sebesar 50% dan 30%.4 Rasio insidensi terhadap mortalitas sebesar 5.3 pada tahun
2000. Angka mortalitas juga berbeda pada tiap negara, yang tertinggi di Swedia
(23 per 100.000 penduduk) dan terendah di Asia (<5 per 100.000 penduduk).2
Di Asia, insiden kanker prostat rata-rata adalah 7,2 per 100.000 pria per-
tahun. Di Indonesia, jumlah penderita kanker prostat di tiga RS pusat pendidikan
(Jakarta, Surabaya dan Bandung) selama 8 tahun terakhir adalah 1.102 pasien
dengan rerata usia 67,18 tahun. Stadium penyakit tersering saat datang berobat
adalah stadium lanjut sebesar 59,3% kasus, dan terapi primer yang terbanyak
dipilih adalah orkhiektomi sebesar 31,1 %, obat hormonal 182 (18%),
prostatektomi radikal 89 (9%), radioterapi 63 (6%), sisanya adalah pemantauan
aktif, kemoterapi dan kombinasi. Modalitas diagnostik yang digunakan terutama
biopsi 57.9%.5
Di RSCM dan RS Kanker Dharmais terdapat peningkatan jumlah
penderita tahun 2001-2006 sebanyak dua kali dibandingkan tahun 1995 – 2000,
dengan jumlah penderita rata-rata pertahun adalah 70-80 kasus baru/tahun.

1
Insidens tersering ditemukan pada usia lebih dari 60 tahun dan jarang ditemukan
pada usia kurang dari 40 tahun.6
Selama periode Januari 1995 sampai dengan Desember 2007 terdapat 610
penderita kanker prostat di kedua rumah sakit tersebut, 110 penderita mendapat
pengobatan dengan tujuan kuratif. Prostatektomi radikal dilakukan terhadap 43
penderita dengan median usia 63 tahun, dan 67 penderita lainnya dengan median
usia 70 tahun menerima pengobatan External Beam Radical Therapy (EBRT).
Median survival adalah 101 bulan dan 85 bulan masing-masing untuk penderita
yang mendapat tindakan Prostatektomi Radikal dan EBRT. Angka survival 5
tahun adalah 68,4% dan 69,2%, masing-masing untuk penderita dengan
pengobatan Prostatektomi Radikal dan EBRT.7
Di RS. Hasan Sadikin Bandung, selama periode 2004-2010 didapatkan
penderita Kanker prostat sebanyak 318. Seratus sembilan puluh tiga kasus
(60,7%) adalah organ confined/locally advanced, 125 (39,3%) kasus yang telah
bermetastasis. 72 penderita menjalani terapi prostatektomi radikal. Di RSUD
sedangkan sisanya (7) kasus telah bermetastasis. Sebanyak 12 kasus dilakukan
Transurethral resection of the Prostate (TURP), 11 kasus TURP diikuti obat
hormonal, 7 kasus TURP dengan orkidektomi dan obat hormonal.8
Berbagai laporan menunjukkan hingga 50% pasien kanker prostat dapat
berkembang menjadi CRPC dalam 5 tahun pengobatan ADT. Data di Indonesia
mencapai 10% pasien dapat berkembang menjadi CRPC.Untuk kasus CRPC,
dibutuhkan suatu penanganan yang khusus.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi, Histologi, dan Fisiologi


Anatomi protat terdiri atas kelenjar (50%) dan jaringan ikat
fibromuskular (25% myofibril otot polos dan 25% jaringan ikat)
membungkus urethra pars prostatica. Mempunyai bentuk seperti pyramid
terbalik dengan basis (basis prostat) menghadap collum vesicae dan apex
(apex prostat) yang menghadap ke arah diapragma urogenitale. Facies
anterior berbentuk konveks, facies posterior agak konkaf dan dua buah
facies infero-lateralis. Ukuran prostate adalah tinggi 3 cm, lebar 4 cm, dan
lebar anterior-posterior sebesar 2,5 cm dan beratnya ± 20 gram. urethra
berjalan vertical menembus bagian anterior prostat. Facies prostat
mempunyai hubungan erat dengan collum vesicae, kecuali di bagian lateral.
Celah yang terbentuk diantaranya terisi oleh plexus venosus vesico
prostatikus dan ductus ejakulatorius.9

Gambar 2.1. Anatomi Urogenitalia Pria 3

3
Prostat membentuk tiga buah lobi, yakni dua buah lobus lateralis dan
sebuah lobus medius. Kedua lobus lateralis dihubungkan satu dengan yang
lain disebelah ventral urethra oleh isthmus prostatae yang tidak tampak dari
luar. Lobus medius mempunyai ukuran yang bervariasi, terletak menonjol
kedalam urethra pars kranialis pada permukaan posterior dan menyebabkan
terbentuknya uvula vesicae. Hipertrophi lobus medius dapat menghalangi
pengeluaran urin.9
Dalam jaringan prostate, yang nampak alveoli kelenjar adalah banyak
tubulus terminal kelenjar tubulo alveolar bercabang, irregular dan kecil-
kecil. Alveoli ukurannya bermacam-macam, lumen lebar dan jelas irregular
pada alveoli yang lebih besar dan epitel berbeda-beda. Kelenjar terbenam
dalam stroma fibromuskular yang nyata, untaian muscular polos berjalan
dalam berbagai arah bersama-sama dengan serat-serat kolagen dan jala-jala
elastin halus. Urethra pars prostatika nampak sebagai bentuk susunan bulan
sabit dengan cekungan kecil sepanjang lumen, terlebih nyata pada
resesus/lekuk urethra. Epitel umumnya epitel transisional, stroma
fibromuskular prostate mengelilingi uretra. Kolikulus seminalis suatu taju
stroma fibromuskular padat tanpa kelenjar, menonjol ke dalam lumen
urethra, memberikan bentuk bulan sabit. Utrikulus prostatikus terletak
dalam masa kolikulus seringkali ujung distal melebar, sebelum masuk
kedalam urethra. Duktus ejakulatorius menembus prostate, berjalan
disamping utrikulus dan akhirnya bermuara dalam urethra.10
Kelenjar prostate menyekresi cairan encer, seperti susu yang
mengandung ion sitrat, kalsium, ion fosfat, enzim pembeku dan
profibrinolisin. Selama pengisian, sampai kelenjar prostate berkontraksi
sejalan dengan kontraksi vas deferens sehingga cairan encer seperti susu

4
yang dikeluarkan oleh kelenjar prostate menambah lebih banyak lagi jumlah
semen. Sifat yang sedikit basa dari cairan prostate mungkin penting untuk
suatu keberhasilan fertilisasi ovum.11
Mc Neal yang banyak menulis tentang anatomi prostate mengusulkan
suatu konsep anatomi zonal berdasarkan dari gambaran anatomi dan
histology prostate. Dasar pembagian zonal dari Mc Neal ini dijadikan dasar
untuk menentukan letak dan asal keganasan dari prostate. Menurut Mc Neal
prostate dibagi menjadi yang glandulair yaitu yang berada pada daerah luar
yang disebut zona perifer (perifer zone) dan zona sentral yang kecil (central
zone) yang keduanya kira-kira merupakan 95% dari seluruh kelenjar. Zona
transisional (transitional zone) yang terletak periurethral sekitar
verumontanum yang merupakan hanya 5% dari seluruh volume prostate dan
tampaknya bagian ini yang dapat mengalami hyperplasia dan menimbulkan
gejala-gejala pembesaran prostate jinak sedang keganasan prostate 60 –
70% berasal dari zona perifer, 10 – 20% dari zona transisional dan 5 – 10%
dari zona sentral.12,
2.2 Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi ada beberapa hal yang
dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena kanker prostat. Faktor
predisposisi tesebut antara lain : Genetic, ras, usia, riwayat keluarga, diet
tinggi lemak, polusi, hormonal dan aktivitas seksual.13
2.3 Faktor Resiko
Para peneliti telah mengidentifikasi beberapa faktor yang tampaknya
meningkatkan resiko terkena karsinoma prostat, termasuk:

5
1. Usia14
Jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun, namun insidensi
meningkat dengan cepat pada usia di atasnya. Data yang diperoleh
melaui autopsi di berbagai negara menunjukkan sekitar 15 – 30% pria
berusia 50 tahun menderita kanker prostat secara samar. Pada usia 80
tahun sebanyak 60 – 70% pria memiliki gambaran histology kanker
prostat.15 Hal ini diduga karena adanya imbalance dari testosteron
sehingga menyebabkan produksi testosteron yang semakin meningkat
pada usia yang semakin bertambah.15 Sehingga mempengaruhi
perumbuhan dari prostat itu sendiri.
2. Ras14
Kanker jenis ini lebih sering mempengaruhi orang-orang di Afrika
Amerika di Amerika dan laki-laki Karibia . Di Amerika Serikat, ras
Afrika memiliki risiko 1,6 kali lebih tinggi untuk menderita kanker
prostat dibandingkan orang Asia maupun Hispanik. Beberapa studi
memperlihatkan kadar testosteron pada ras Afrika jauh lebih tinggi.14
3. Diet dan gaya hidup16
Diet tinggi lemak jenuh, daging merah, sedikit buah dan sedikit
sayuran, rendah tomat, rendah ikan dan atau rendah kedelai
meningkatkan resiko terkena kanker prostat. Diet tinggi kalsium juga
berhubungan dengan peningkatan resiko kanker prostat. Hubungan
kanker prostat dengan obesitas masih kontroversial, namun obesitas
berhubungan dengan tingginya grading kanker prostat.
4. Riwayat keluarga14
Memiliki anggota keluarga dengan karsinoma prostat
meningkatkan risiko penyakit. Seorang laki-laki yang memiliki ayah

6
atau saudara laki laki yang terdiagnosa kanker pada usia 50 tahun
memiliki resiko 2 kali lipat lebih tinggi terkena karsinoma prostat.
Resiko meningkat menjadi tujuh samapi delapan kali lipat lebih tinggi
pada laki laki yang memiliki dua atau lebih keluarga yang menderita
kanker prostat.
Carter dkk menunjukkan bahwa kanker prostat didiagnosa pada
15% pria yang memiliki ayah atau saudara lelaki yang menderita
kanker prostat, bila dibandingkan dengan 8% populasi kontrol yang
tidak memiliki kerabat yang terkena kanker prostat.15 Pria yang satu
generasi sebelumnya menderita kanker prostat memiliki resiko 2 - 3
kali lipat lebih besar menderita kanker prostat dibandingkan dengan
populasi umum. Sedangkan untuk pria yang 2 generasi sebelumnya
menderita kanker prostat memiliki resiko 9 - 10 kali lipat lebih besar
menderita kanker prostat.
5. Mutasi Genetik
Berhubungan dengan mutasi BRCA115, atau BRCA215 dan
sindrom Lynch.
6. Merokok16
Hubungan merokok dengan karsinoma prostat belum jelas.
7. Faktor Hormonal
Testosteron adalah hormon pada pria yang dihasilkan oleh sel
Leydig pada testis yang akan ditukar menjadi bentuk metabolit,
berupa dihidrotestosteron (DHT) di organ prostat oleh enzim 5 - α
reduktase. Beberapa teori menyimpulkan bahwa kanker prostat terjadi
karena adanya peningkatan kadar testosteron pada pria, tetapi hal ini
belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Beberapa penelitian

7
menemukan terjadinya penurunan kadar testosteron pada penderita
kanker prostat. Selain itu, juga ditemukan peningkatan kadar DHT
pada penderita prostat, tanpa diikuti dengan meningkatnya kadar
testosteron. 15
2.3 Patogenesis dan Patofisiologi
Menurut Mansjoer Arif, sebagian besar kanker prostat adalah
adenokarsinoma yang berasal dari sel asinar prostat dan bermula dari
volume yang kecil kemudian membesar hingga menyebar. Karsinoma
prostat paling sering ditemukan pada zona perifer sekitar 75%, pada zona
sentral atau zona transisi sekitar 15-20%.17
Munculnya kanker prostat secara laten pada usia tua banyak terjadi.
Sepuluh persen pria usia enam puluh tahun mempunyai kanker
prostat’diam’dan tidak bergejala. Persentasi ini bertambah usia. Pada tiga
puluh persen kematian pria yang sebelumnya mempunyai keluhan atau
gejala kanker prostat ternyata pada pemeriksaan ditemukan adanya tumor
ganas ini. Pertumbuhan dari kanker prostat asimtomatis yang kebemukan
pada umumnya lambat sekali. Sembilan puluh persen tumor tersebut
merupakan adenokarsinoma. Umumnya, penyakitnya multifocal keganasan
sering terjadi terletak di pinggir kelenjar. Prognosisnya langsung bergantung
pada derajat keganasan sel-sel dan kadar infiltrasi ke dalam pembuluh darah
limfe dan pembuluh balik.18
Menurut Mc. Neal mengemukakan konsep tantang zona anatomi dari
prostat. Komponen kelenjar dari prostat sebagian besar terletak atau
membentuk zona perifer. Zona perifer ini ditambah dengan zona sentral
yang terkecil merupakan 95% dari komponen kelenjar. Komponen kelenjar
yang lain (5%) membentuk zona transisi. Zona transisi ini terletak tepat di

8
luar uretra di daerah verumontanum. Proses hiperplasia dimulai di zona
transisi. Sebagian besar proses keganasan (60-70%) bermula di zona perifer,
sebagian juga dapat tumbuh di zona transisi dan zona sentra Karsinoma
prostat berupa lesi multi sentrik.19,22
Kanker prostat menyebar ke kelenjar limfe di panggul kemudian ke
kelenjar limfe retroperitoneal atas. Penyebaran hematogen terjadi melalui V,
vertebralis ke tulang panggul, femur proksimal, ruas tulang lumbal, dan
tulang iga. Metastasis tulang sering bersifat osteoklastik. Kanker ini jarang
menyebar ke sumsum tulang dan visera, khususnya hati dan paru 18
Munculnya kanker prostate secara laten pada usia tua banyak terjadi.
Sepuluh persen pria usia enam puluh tahun mempunyai kanker prostate
“diam” dan tidak bergejala, pertumbuhan dari kanker prostate asimptomatis
yang kebetulan ditemukan lamban sekali.Keganasan prostate 90% biasanya
berupa Adenocarsinoma yang berasal dari kelenjar prostate yang menjadi
hipotrofik pada usia decade kelima sampai ketujuh. Agaknya proses
menjadi ganas sudah mulai pada jaringan prostate yang masih muda.
Karsinoma prostate paling sering terjadi pada zona perifer (75%).20
Dengan berkembangnya tumor dapat terjadi perluasan langsung ke
urethra, leher kandung kemih, dan vesikula seminalis. Karsinoma prostate
dapat juga menyebar melalui jalur limfatik dan hematogen. Secara berturut
tempat yang paling sering dari metastasis melalui jalur hematogen melalui
v.vertebralis adalah ke tulang-tulang pelvis, vertebra lumbalis, femur,
vertebra torasika, dan kosta. Metastasis ini lebih sering osteoklastik
(menyerap tulang) daripada osteoblastik (membentuk tulang). Pada
osteokalstik jaringan tulang diganti jaringan tumor oleh infiltrasi dan
pertumbuhan tumor, sementara pada osteoblastik, tumornya justru

9
merangsang sel-sel pembentuk tulang di sekitarnya untuk membentuk
tulang ekstra yang jelas dapat dilihat pada foto roentgen.21
Penyebaran limfogen dapat ditemukan dikelenjar limfe di panggul
kecil dan lewat samping pembuluh darah besar keatas lewat samping
dinding perut belakang (kelenjar limfe retroperitoneal atas).agak jarang
tumor ini menyebar ke sum-sum tulang dan visera, khususnya hati dan
paru.17,18,10 Tingkat penyebaran karsinoma prostate yang lazim dipakai
didasarkan pada system tingkat penyebaran “American Urological
Assosiation” (AUA) dan TNM.20

Gambar 2.1(b) PIA, PIN, dan Ca Prostat Histopathology

10
Gambar 2.1 (c) Patofisiologi Molekuler prostate cancer
2.4 Manifestasi Klinis
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih
maupun keluhan diluar saluran kemih.
2.4.1 Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
Keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract
symptom (LUTS) terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritasi (Mansjoer
Arif dkk, 2000).
a. Gejala obstruksi
Gejala obstruksi disebabkan oleh karena penyempitan uretara pars
prostatika karena didesak oleh sel kanker prostat yang membesar dan
kegagalan otot detrusor untuk berkontraksi cukup kuat dan atau cukup
lama sehingga kontraksi terputus-putus.
Gejalanya ialah :
1. Menunggu pada permulaan miksi (hesitancy)
2. Pancaran miksi lemah (weak stream)
3. Miksi terputus (intermittency)

11
4. Rasa belum puas sehabis miksi (sensation of incomplete blander
emptying)
5. Menetes setelah miksi (terminal dribbling)
b. Gejala iritatif
Gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan vesica urinaris
yang tidak sempurna saat miksi atau disebabkan oleh karena
hipersensitifitas otot detrusor karena pembesaran sel kanker prostat
menyebabkan rangsangan pada vesica, sehingga vesica sering berkontraksi
meskipun belum penuh.,
Gejalanya ialah :
1. Bertambahnya frekuensi miksi (frekuensi)
2. Nokturia
3. Miksi sulit ditahan (urgency)
4. Nyeri pada saat miksi (dysuria) atau saat ejakulasi
5. Keluarnya darah pada saat miksi atau saat ejakulasi
2.4.2 Keluhan pada saluran kemih bagian atas
Keluhan akibat kanker prostat pada nsaluran kemih bagian atas berupa
nyeri atau kekakuan pada punggung bawah, pinggul atau paha atas dan
tidak nyaman di daerah panggul akibat penyebaran di kelenjar getah
bening yang terletak di panggul.

12
Gambar 2.2 Gambaran Kanker Prostat
Sejak penggunaan tes serum PSA disebarluaskan, banyak pasien non-
metastase sudah dapat dilihat manifestasi klinisnya. Beberapa dibawah ini
kelompok dari manifestasi klinis kanker prostat berdasarkan stadium:
Localized Prostate Cancer (T1-2)
 Asimptomatik, dengan skrining PSA atau incidental DRE
 LUTS( kemungkinan koeksistensi benign hyperplasia yang
menyebabkan obstruksi bladder outflow
 Hematospermia
 Hematuria
 Ketidaknyamanan perineal
Locally Advanced Cancer (T3-T4)
 Asimptomatik dengan skrining PSA dan DRE
 LUTS
 Hematospermia

13
 Hematuria
 Ketidaknyamanan perineal
 Gejala gagal ginjal/ anuria
 Malignant Priapismus (jarang)
 Obstruksi Rectum (jarang)
Metastatic Disease
 Asimptomatik (occult disease) dengan tes PSA dan DRE
 Pembengkakan Ektremitas inferior karena obstruksi limfatik
 Anoreksia, kehilangan berat badan
 Bone pain, fraktur patologis
 Tanda/Gejala Neurologis di ektremitas inferior
 Anemia
 Dsypnea, Jaundice, tendency bleeding
2.5 Diagnosis
Kanker prostat stadium awal hampir selalu tanpa gejala. Kecurigaan
akan meningkat dengan adanya gejala lain seperti: nyeri tulang, fraktur
patologis ataupun penekanan sumsum tulang. Untuk itu dianjurkan
pemeriksaan PSA usia 50 tahun, sedangkan yang mempunyai riwayat
keluarga dianjurkan untuk pemeriksaan PSA lebih awal yaitu 40 tahun.
Pemeriksaan utama dalam menegakkan Kanker prostat adalah
anamnesis perjalanan penyakit, pemeriksaan colok dubur, PSA serum serta
ultrasonografi transrektal/ transabdominal.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil biopsi prostat atau spesimen
operasi berupa adenokarsinoma. Selain itu pemeriksaan histopatologis akan
menentukan derajat dan penyebaran tumor.12
2.5.1 Digital Rectal Examination (DRE)
14
Bentuk prostate yang berada didepan rectum memudahkan kita
untuk menyentuh prostate dengan melakukan digital rectal examination.
Palpasi prostate merupakan pemeriksaan yang mudah , murah tapi
terbaik untuk mendeteksi semua stadium penyakit selain stadium A.
Adapun yang dapat dinilai dalam melakukan pemeriksaan ini tonus
sfingther ani dan refleks BCR, menilai apakah ada massa dalam lumen
rectum serta menilai keadaan prostate. DRE pada penderita kanker
prostate akan menunjukkan adanya pembesaran prostate dengan
konsistensi keras, padat, noduler, irregular, permukaan yang tidak rata,
atau asimetris.22,23
Sejak banyaknya kanker prostat yang meningkat di zona perifer,
bagian posterior dari prostat, semestinya bagian tersebut dapat di palpasi
melalui DRE. 50% DRE abnormal berhubungan dengan kanker prostat
yang menandai adanya benign hyperplasia, prostatic calculi, chronic
prostatitis, or post-radiotherapy change. Hanya sekitar 40% kanker
yang terdiagnosa melalui DRE. Delapan belas persen dari seluruh
penderita Kanker prostat terdeteksi hanya dari colok dubur saja,
dibandingkan dengan kadar PSA. Penderita dengan kecurigaan pada
DRE dengan disertai kadar PSA > 2ng/ml mempunyai nilai prediksi 5-
30%. 24
2.5.2 Prostat – Spesifik Antigen (PSA) test
Peningkatan insidens kanker prostat yang pesat dalam dekade
terakhir tidak lepas dari digunakannya PSA sebagai modalitas
diagnostik. Walaupun tidak merupakan petanda tumor spesifik untuk
keganasan prostat, bila nilai PSA >4 ng/ml, yaitu nilai yang dipakai

15
sebagai batas normal, umumnya akan dilakukan biopsi prostat
sekalipun tidak ditemukan kelainan pada colok dubur.
Untuk keganasan prostate dikenal petanda tumor yaitu fosfatase
asam prostate (prostate acid phosphatase = PAP) dan antigen khas
prostate (prostate specific antigen = PSA) yang sensivitasnya tinggi dan
spesifisitasnya tidak terlalu tinggi, tetapi lebih tinggi dibandingkan
dengan PAP.23,25
Peningkatan kadar antigen spesifik prostate (PSA) dalam serum
adalah pemeriksaan paling peka untuk mendeteksi kanker prostate
secara dini. Kadar PSA mungkin meningkat pada penyakit local,
sedangkan peningkatan kadar fosfatase asam biasanya mengisyaratkan
kelainan ekstraprostate. Pemeriksaan asam fosfatase merupakan highyly
spesific prostate cancer yang sudah bermetastase ke tulang, namun
penggunaannya masih kurang disarankan karena >20% pasien dengan
metastase ke tulang masih mendapatkan hasil pemeriksaan yang
normal, Setelah diagnosis dan pengobatan, penilaian respon paling baik
dilakukan dengan melakukan pemeriksaan berkala PSA maupun
fosfatase asam.23,26
Dalam penggunaan PSA sebagai serum marker untuk mendiagnosa
kanker prostat, kenaikan PSA dapat digunakan untuk melihat staging,
counselling,dan monitoring pasien kanker porstat. PSA merupakan tes
prostat spesifik, namun bukan tes kanker prostat spesifik. Kenaikan
serum PSA lainnya juga dapat menandai adanya benign prostatic
hyperplasia, prostatitis, dan keadaan non-maligna lainnya. Sampai saat
ini belum ada persetujuan mengenai nilai standar secara internasional.
Kadar PSA adalah parameter berkelanjutan semakin tinggi kadarnya,

16
semakin tinggi pula kecurigaan adanya Kanker prostat. Nilai baku PSA
di Indonesia saat ini yang dipakai adalah 4ng/ml.23
2.5.3 Transrectal Ultrasound (TRUS) dan Biopsi
Transrectal ultrasound digunakan untuk mengetahui pertumbuhan
prostate yang tidak normal dan membantu dalam melakukan biopsy
pada daerah prostate yang abnormal. Tindakan ini menggunakan
gelombang suara untuk membentuk pencitraan dari prostate. TRUS
selain dapat mengukur volume prostate, dapat juga mendeteksi
kemungkinan adanya keganasan dengan memperlihatkan daerah
hypoechoic, dan dapat pula melihat adanya bendungan vesika seminalis
yang tampak merupakan gambaran kista disebelah bawah dari
prostate.16
Gambaran klasik hipoekhoik adanya zona peripheral prostat tidak
akan selalu terlihat.27 Gray-scale dari TRUS tidak dapat mendeteksi
area Kanker prostat secara adekuat. Maka itu biopsi sistematis tidak
perlu digantikan dengan biopsi area yang dicurigai. Namun biopsi
daerah yang dicurigai sebagai tambahan dapat menjadi informasi yang
berguna.
1. Indikasi biopsi
Tindakan biopsi prostat sebaiknya ditentukan berdasarkan kadar
PSA, kecurigaan pada pemeriksaan colok dubur atau temuan metastasis
yang diduga dari kanker prostat. Sangat dianjurkan bila biopsi prostat
dengan guided TRUS, 28,29 bila tidak mempunyai TRUS dapat dilakukan
biopsi transrektal menggunakan jarum trucut dengan bimbingan jari.
Untuk melakukan biopsi, lokasi untuk mengambil sampel harus
30-32
diarahkan ke lateral. Jumlah Core dianjurkan sebanyak Core

17
tambahan dapat diambil dari daerah yang dicurigai pada colok dubur
atau TRUS. Tingkat komplikasi biopsi prostat rendah. Komplikasi
minor termasuk makrohematuria dan hematospermia. Infeksi berat
setelah prosedur dilaporkan <1 % kasus.32
2. Biopsi Ulang
Indikasi Biopsi Ulang :
 PSA yang meningkat dan atau menetap pada pemeriksaan ulang
setelah 6 bulan30
 Kecurigaan dari colok dubur
 Proliferasi sel asinar kecil yang atipik (ASAP)
 High Grade Prostatic intraepithelial (PIN) lebih dari satu core 33
 Penentuan waktu yang optimal untuk biopsi ulang adalah 3-6
bulan34
3. TURP Diagnostik
Penggunaan TURP diagnostik untuk biopsi adalah tidak
dianjurkan. Tingkat deteksinya tidak lebih baik dari 8% dan merupakan
prosedur yang tidak adekuat untuk mendeteksi kanker.35
4. Antibiotik
Penggunaan antibiotik oral atau intravena pra-biopsi merupakan
keharusan dengan menggunakkan golongan Kuinolon atau
Sefalosporin.36
5. Anestesi
Pemberian anestesi sangat dianjurkan. Pemilihan jenis anestesi
berupa obat oral, supposutoria, anestesi umum ataupun anestesi blok
peri-prostatik dengan guided TRUS tergantung dari pilihan operator,
fasilitas dan pilihan/kondisi penderita.36–37 Pemberian gel Lidokain 2%

18
sebelum dimasukkannya probe akan menurunkan rasa nyeri di daerah
sfingter ani penderita.38
2.6 Diagnosa Banding
Diagnosis banding 39
1. Benign Prostat Hiperplasia
2. Acute Bacterial Prostatitis dan Abses prostat
3. Bacterial Prostatitis
4. Non bacterial Prostatitis
5. TB sistem genitourinaria
2.7 Klasifikasi Histologik dan Stadium
Penentuan diagnosis utama dari Kanker prostat dengan colok dubur,
pengukuran PSA, biopsi prostat dan sidik tulang, ditambah dengan CT
atau MRI dan foto foto thorak.
2.7.1 Derajat keganasan
Derajat Adenokarsinoma prostat dengan sistem skor Gleason
(modifikasi). Pengelompokan skor Gleason terdiri dari Diferensiasi baik ≤
6, sedang/moderat 7 dan buruk (8-10).40 Stadium merupakan sistem staging
yang digunakan untuk Kanker prostat adalah menurut AJCC(American
Joint Committee on Cancer) 2010.41
-Stadium T
Penentuan stadium klinis cT dapat ditentukan dengan colok dubur.44 Bila
diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan CT/MRI.42
-Stadium N
Penentuan stadium N hanya dikerjakan bila akan berpengaruh terhadap
keputusan terapi.47 Cara terbaik untuk menentukan stadium N adalah
dengan limfadenektomi, dengan operasi terbuka ataupun laparoskopik.43

19
-Stadium M
Metode sidik tulang paling sensitif untuk mendiagnosis metastasis tulang,
bila tidak ada fasilitas pemerikaan tsb dapat dicari dengan penilaian klinis,
CT Scan, alkali fosfatase serum dan bone survey.44,45
 Pengukuran alkali fosfatase dan PSA secara bersamaan akan
meningkatkan efektivitas penilaian klinis sebesar 98%.44,45
 Selain ke tulang, Kanker prostat dapat bermetastasis ke organ lain
umumnya ke KGB jauh, paru-paru, hepar, otak dan kulit.
 Pemeriksaan fisik, foto thoraks, ultrasonografi, CT dan MRI adalah
metode yang digunakan, terutama bila gejala menunjukkan adanya
kemungkinan metastasis ke jaringan lunak.46
 Pemeriksaan sidik tulang tidak perlu pada penderita asimptomatik,
PSA kurang dari 20 ng/mL danberdiferensiasi baik atau moderat.46
Stadium berdasarkan AJCC 201041,43
Tumor primer (T) TX Tumor primer tidak dapat dinilai T0
T0 Tumor primer tak dapat ditemukan
T1 Tumor yang tak dapat dipalpasi atau dilihat pada
pemeriksaan pencitraan (tidak terdeteksi secara klinis)
T1a Tumor ditemukan secara kebetulan (PA), < 5 % dari
jaringan yang direseksi
T1b Tumor ditemukan secara kebetulan (PA), > 5 % dari
jaringan yang direseksi
T1c Tumor diidentifikasi dengan pemeriksaan biopsi jarum
T2 Tumor terbatas di prostat *
T2a Tumor mengenai setengah atau kurang dari satu lobus
T2b Tumor mengenai lebih setengah dari satu lobus, tetapi tidak
mengenai kedua lobus
T2c Tumor mengenai kedua lobus
T3 Tumor menembus kapsul **
T3a Ekstensi ekstrakapsuler (unilateral atau bilateral)
20
T3b Tumor mengenai vesicula seminalis
T4 Tumor terfiksasi atau mengenai struktur yang berdekatan,
selain vesicula seminalis, seperti: kandung kemih, mm.
levator dan/atau dinding pelvis
Kelenjar getah bening (N)
Klinis
Nx KGB regional tak dapat dinilai
N0 Tak ada penyebaran KGB regional
N1 Terdapat penyebaran KGB regional
Patologik
pNx KGB regional tidak dapat dinilai
pN0 Tidak ada penyebaran KGB negatif
pN1 Terdapat penyebaran KGB negatif
Metastasis jauh (M)***
Mx Metastasis jauh tak dapat dinilai
M0 Tak ada metastasis jauh
M1 Terdapat Metastasis jauh
M1a Metastasis KGB Non Regional
M1b Metastasis ke tulang
M1c Metastasis ke organ lain dengan/atau tanpa keterlibatan tulang

Gambar 2.3 Histopathologic Grading41

21
Gambar 2.4 Gleason Score Pattern Scale41,43
Score gleason berkisar antara 2 sampai 10. Score gleason dengan nilai
2 menandakan prognosis yang baik sedangkan nilai 10 menandakan nilai 10.
Score akhir merupakan kombinasi dari 2 penilaian yang berbeda dengan
range 1 sampai 5. Score gleason berhubungan dengan beberapa gambaran
berikut ini :
- Grade 1. kanker prostat yang menyerupai jaringan prostat normal.
Kelenjarnya kecil, bentuknya baik dan terbungkus rapat.
- Grade 2. jaringan masih mempunyai kelenjar0kelenjar yang
bentuknya baik, tapi lebih besar dan memiliki lebih banyak
jaringan diantaranya.
- Grade 3. jaringan masih memiliki kelenjar yang masih dapat
dikenali, tapi selnya lebih gelap. pada pembesaran yang lebih
tinggi, beberapa dari sel-sel ini meninggalkan kelenjar dan mulai
menginvasi jaringan sekitarnya.

22
- Grade 4. jaringan hanya menyisakan sedikit kelenjar yang masih
dapat dikenali. Sel sudah lebih banyak menginvasi jaringan
disekitarnya.
- Grade 5. jaringan sudah tidak memiliki kelenjar yang dapat
dikenali. Hanya terdapat lembaran-lembaran sel disepanjang
jaringan yang berada disekelilingnya.
Dilakukan pemeriksaan patologi terhadap spesimen biopsi dan
berusaha memberikan penilaian terhadap dua bentuk yang paling berbeda.
Hasil scoring tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan nilai akhir untuk
score gleason. Contoh ; spesimen prostat yang dibiopsi memperlihatkan dua
bentuk yang berbeda salah satunya diberi angka 2 dan yang lainnya diberi
angka 3. maka hasil akhir dari score gelason.41
Score gleason berguna dalam menegakkan prognosis dari kanker
prostat. Bila digunakan dengan parameter lain, score gleason membantu
dalam menentukan staging kanker prostat yang mana secara tidak langsung
akan memberikan gambaran prognosis dari kanker prostat itu sendiri dan
bermamfaat dalam penentuan terapi yang akan dilakukan.41
2.6 Penatalaksanaan dan Terapi
Pengobatan Kanker prostat ditentukan berdasarkan beberapa faktor yaitu
grading tumor, staging, ko-morbiditas, preferensi penderita, usia harapan hidup
saat diagnosis. Mengingat data untuk menentukkan usia harapan hidup saat
diagnosis belum ada di Indonesia, maka digunakan batasan usia sebagai salah satu
parameter untuk menentukan pilihan terapi.
2.6.1 Penatalaksanaan Kanker Terlokalisir atau Locally Advanced

23
RESIKO
USIA

24
≤ 70 Tahun 71-80 Tahun >80 Tahun
Rendah: 1. Prostatektomi radikal 1. Monitoring aktif 1. Monitoring aktif
T: 1a atau 1c dan 2. EBRT atau 2. EBRT atau
Gleason:2-5 dan Brakhiterapi Brakhiterapi
PSA: <10 dan permanen permanen
Temuan biopsi: 3. Monitoring aktif 3. Terapi
Unilateral <50% 4. Terapi investigasional
investigasional
Sedang: 1. Prostatektomi radikal 1. EBRT, 1. Monitoring aktif
T: 1b, 2a atau 2. EBRT, Brakhiterapi Brakhiterapi 2. EBRT,
Gleason: 6, atau permanen atau permanen Brakhiterapi
3+4 atau kombinasi atau kombinasi permanen atau
PSA: < 10 atau 3. Terapi 2. Prostatektomi kombinasi
Temuan biopsi: investigasional radikal 3. T e r a p i
Bilateral, <50% 3. Terapi investigasional
investigasional
Tinggi: 1. EBRT+ terapi 1. EBRT+terapi 1. Terapi hormonal
T: 2b, 3a, 3b atau hormonal (2-3 thn) hormonal (2-3 thn) 2. E B R T + t e r a p i
Gleason: ≥ 4+3 2. Prostatektomi radikal 2. Terapi hormonal hormonal
atau + diseksi KGB pelvis 3. Prostatektomi 3. T e r a p i
PSA: 10-20 atau 3. Terapi radikal + diseksi investigasional
Temuan biopsi: > investigasional KGB pelvis
50% perineural, 4. Terapi hormonal 4. Terapi
Duktal investigasional
Sangat tinggi: 1. EBRT+ terapi 1. Terapi hormonal 1. Terapi hormonal
T: 4 atau hormonal 2. E B R T + t e r a p i 2. EBRT+ terapi
Gleason: ≥ 8, 2. Terapi hormonal hormonal hormonal
atau 3. Prostatektomi radikal 3. Prostatektomi 3. Terapi
PSA: > 20, atau + diseksi KGB pelvis radikal investigasional
25
Temuan biopsi: 4. Terapi sistemik + diseksi KGB pelvis
limfovaskuler, +terapi hormonal 4. Sistemik terapi non
neuroendokrin 5. Terapi multimodal hormonal
Investigasional (kemoterapi)

Keterangan :
1. Monitoring aktif dikontraindikasikan pada pasien yang memiliki
gejala. Juga tidak direkomendasikan pada pasien dengan risiko sedang
dan tinggi dengan usia ≤ 70 tahun.
2. Diseksi KGB pelvis tidak dilakukan bila probabilitas adanya
keterlibatan kelenjar (staging nomogram) < 3%.
3. Terdapat perubahan untuk rekomendasi radikal prostatektomi untuk
pasien risiko tinggi dan sangat tinggi sebagai bagian program terapi
multimodalitas termasuk terapi hormonal, radioterapi pasca operasi
dan bila memungkinkan kemoterapi.47
2.6.1.1 Teknik Operatif
Teknik operatif untuk penanganan kanker prostat terdiri atas dua cara :
1. Prostatectomy radikal
Prostatectomy radikal adalah suatu tehnik pembedahan
dengan cara mengangkat seluruh prostat. Cara ini di indikasikan
untuk kanker yang hanya mengenai prostat dan tidak menginvasi
kapsula prostat, limfonodus dan organ lain disekitarnya.
Terdapat tiga cara pelaksanaan radical prostatectomy yaitu
radical retropubik prostatectomy dengan cara melakukan insisi
abdomen. Sedangkan yang kedua yaitu radikal perineal
prostatectomy,dengan melakukan prostatectomy yaitu : prostate
26
yang terkena, vesikula seminalis dan ampula dari vasdeferens
diangkat seluruhnya, sedangkan kandung kemih dibiarkan tetap
berhubungan dengan membrane urethra untuk membiarkan
terjadinya berkemih. Dan yang ketiga cara radikal suprapubik
prostatectomy. Prostatectomy radikal dapat dikombinasikan dengan
radioterapi pada kanker prostate yang letaknya hanya pada daerah
prostate. Hal ini akan memberikan hasil yang baik karena kanker
belum bermetastasis. Komplikasi dari cara ini antara lain
inkontinensia urine dan impotensi.48,49
2. Transurethral Resection of the Prostate (TUR-P)
TUR-P merupakan suatu cara pembedahan pada kanker
prostate apabila terjadi sumbatan pada urethra yang disebabkan oleh
pembesaran prostate. TUR-P biasanya dilakukan pada penyakit-
penyakit yang tergolong ringan. Sebagian prostat diangkat
menggunakan suatu alat yang dimasukkan kedalam urethra. alat
tersebut atau yang biasa dikenal cystoscope dimasukkan kedalam
penis dan berfungsi untuk menghilangkan sumbatan pada urethra
tersebut. Tindakan ini biasanya dilakukan pada stadium awal untuk
mengangkat jaringan yang menghambat aliran urine. Pada stadium
metastasis dimana kanker telah menyebar seluruh prostat
penganmgkatan testis (Orchiectomy) dilakukan untuk menurunkan
kadar testosteron dan mengendalikan pertumbuhan kanker.50
2.6.1.2 Terapi Hormonal
Terapi hormonal menggunakan pengobatan atau pembedahan untuk
menghambat asupan Dihidro testosterone (DHT) pada sel kanker
prostate, DHT adalah suatu hormon yang dihasilkan di prostat dan

27
48
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan metastasis sel kanker prostate.
Penghambatan DHT dapat menghentikan pertumbuhan kanker prostat
bahkan menghambat metastasisnya. Namun, terapi hormon jarang
menyembuhkan kanker prostat karena kanker yang berespon terhadap
terapi hormonal biasanya menjadi resisten 1 sampai 2 tahun berikutnya.
Sel hormonal biasa diberikan pada kanker prostat yang sudah mendapat
terapi pembedahan atau radioterapi untuk mencegah timbulnya
rekurensi.48,49
Tujuan dari terapi hormonal adalah menurunkan kadar testosteron
atau untuk menghentikan kerja testosteron. Kanker prostate distimulasi
oleh testosteron dan hormon-hormon pria lainnya (androgen). Pertama-
tama kadar DHT yang rendah dalam darah menstimulasi hipotalamus
untuk menghasilkan GnRH. GnRH kemudian menstimuli kelenjar
hipofise untuk menghasilkan LH, yang selanjutnya LH menstimuli testis
untuk menghasilkan testosteron. Pada akhirnya testosteron dari testis dan
dihidro epiandrosteron dari kelenjar adrenal akan menstimuli prostat
untuk menghasilkan DHT. Terapi hormonal dapat menurunkankadar
DHT dengan cara mengganggu telur pembentukkan tersebut di atas.48,49
Berikut ini beberapa bentuk dari terapi hormonal.
- Orchiektomy adalah suatu pembedahan yang bertujuan
mengangkat testis. Karena testis yang dihasilkan testosterone,
maka apabila testis diangkat maka stimulasi hormonal terhadap
tumor akan terhenti.
- Menggunakan Agonis dari LHRH, seperti leuprolide (lupron,
viaduneligart), Gossereline (zoladex) atau Busereline (supra Fact),
untuk menghentikan produksi testosterone.

28
- Anti Androgen yang biasa digunakan adalah flutamide (eulexine)
bisa lutamide (casodex), nilutamide dan asetat siproteron, yang
menghambat kerja testosterone dan DHT pada pasien kanker
prostat.
- Obat lain yang digunakan untuk menghambat produksi androgen
pada kelenjar adrenal adalah DHEA yang mengandung
ketokenazol dan aminoglutethimide. Karena kelenjar adrenal hanya
membentuk 5 % dari androgen seluruh tubuh, maka pengobatan ini
umumnya dikombinasikan dengan pengobatan lain yang dapat
menghambat 95 % dari produksi androgen di testis. Cara
kombinasi ini biasa disebut TAB (Total Androgen Block)
- Estrogen dalam bentuk dietil stilbesfron, dapat juga digunakan
untuk menekan pembentukkan testosteron. Namun estrogen jarang
digunakan karena efek sampingnya yang kuat. Efek samping adri
cara pengobatan ini berbeda-beda
- Orchiektomy dan Agonis LHRH dapat menimbulkan impotensi,
rasa panas, dan hilangnya keinginan untuk berhubungan seks. Anti
androgen dapat menyebabkan timbulnya mual, muntah, diare, dan
pembesaran payudara. Beberapa diantara cara pengobatan tersebut
dapat menyebabkan kelemahan tulang (medicine).48,49,51
2.6.1.3 Terapi Radiasi
Radio terapi untuk kanker prostate terdiri dari terapi External-Beam
radiasi dan Brachy terapi.
a. Terapi External-Beam Radiasi
Terapi External-Beam radiasi khususnya menggunakan
ekseleration linear berenergi tinggi menghasilkan kelangsungan

29
hidup yang lebih lama pada pasien dengan penyakit local. Suatu
tehnik yang biasa disebut dengan IMRT (Intensity Modulated
Radiation Therapy) dapat digunakan untuk menunjang External-
Beam radiasi yang disesuaikan dengan ukuran tumor, diberikan
dengan dosis tinggi pada prostate dan vesikula seminalis dengan
sedikit merusak kandung kemih dan rectum. Radioterapi ini
biasanya diberiukan selama 6-7 minggu, 5 hari dalam seminggu.
Dosis dapat ditingkatkan dengan menggunakan suatu cara tertentu,
tetapi efeknya terhadap angka kelangsungan hidup tidak diketahui.
Untuk pasien dengan penyakit-penyakit local (T3 – T4) tambahan
gocerelin (zoladex) agonis LhRH menunjukkan adanya peningkatan
sebagaimana rata-rata angka kelangsungan hidup yang ada.
Keuntungan dari radio terapi jenis ini adalah mudah pelaksanaannya
dan masih tergolong aman. Kerugiannya adalah memiliki resiko
menimbulkan rekurensi maupun pertumbuhan local, biaya dan
resiko timbulnya komplikasi. Komplikasi umumnya disebabkan
oleh radiasi yang mengenai jaringan yang normal seperti kandung
kemih. Disamping itu efek samping lainnya adalah impotensi,
inkontinensia, cystitis dan prostitis.48,49,52
b. Brachy terapi
Brachy terapi untuk kanker prostat menggunakan “Seeds”
yaitu suatu lempeng radioaktif yang kecil yang mengandung bahan
radioaktif (seperti iodin-125 atau Paladium-103) yang ditanamkan
pada tumor dengan bantuan transrectal ultrasound (TRUS). Jika
“Seeds” yang ditanamkan tadi telah mencapai dosis homogen
terhadap prostat maka memungkinkan dilakukannya radiotherapi.

30
Keuntungan dari cara radiotherapi ini adalah mudah dalam
penempatannya dan memiliki masa terapi yang singkat.
Kerugiannya memiliki biaya yang besar, menimbulkan impotensi,
rekurensi, inkontinensia (umumnya pada pasien yang telah
menjalani reseksi prostat) dan pergeseran atau migrasi kekandung
kemih atau sirkulasi, contohnya keparu-paru.
Radioterapi umumnya diberikan pada kanker stadium dini
dan biasanya juga pada stadium lanjut untuk mencegah metastasis
ketulang, radioterapi dapat dikombinasikan dengan terapi hormon
pada penyakit dengan resiko sedang, dimana radioterapi saja tidak
cukup untuk mengatasi kanker itu. Beberapa ahli onkologi
mengkombinasikan external-beam radiasi dan brachy terapi untuk
kelompok resiko sedang sampai tinggi.
Pada salah satu penelitian ditemukan bahwa kombinasi terapi
supresi androgen yang dikombinasikan dengan external-beam
radiasi selama 6 bulan dapat memperbaiki angka kelangsungan
hidup pasien jika dibandingkan dengan radioterapi saja pada pasien
kanker prostat yang terlokalisir. Dapat pula digunakan kombinasi
dari external-beam radiasi, brachy terapi dan terapi hormon.
Umumnya radioterapi diberikan apabila kanker sudah sampai
menekan medula spinalis atau kadangkala setelah dilakukan
pembedahan seperti pada kanker yang ditemukan di vesikula
semilunaris, limfonodus, diluar kapsul prostat atau daerah yang
dibiopsi. Radioterapi biasa dibeikan pada pasien yang memiliki
kendala medis sehingga susah untuk dilakukan pembedahan.

31
Radioterapi juga terbukti lebih baik dalam mengobati kanker yang
kecil jika dibandingkan dengan pembedahan. 48,49,52
2.6.2 Penatalaksanaan menurut NCCN 201553
Kelompok resiko tinggi adalah T3a atau Score Gleason 8 s/d 10, atau
PSA > 20 mg/mL. Diberikan terapi inisial dengan:
1. External Beam Radiotherapy (EBRT) + Androgen Deprivated
1. Therapy ( ADT) selama 2-3 tahun (Kategori 1) atau
2. EBRT + Brakhiterapi ± ADT (2-3 tahun) dengan monitoring
PSA setiap 6-12 bulan selama 5 tahun. Atau
3. Radical Prostatectomy (RP) + Pelvic Lymph Node Dissection
(PLND)
a) Jika ditemukan margin positif, invasi ke vesikula
seminalis, extensi extra kapsular, atau PSA terdeteksi
maka ditambahkan EBRT atau dilakukan observasi.
Dengan monitoring PSA setiap 6-12 bulan selama 5
tahun
b) Jika didapatkan metastasis ke nodus limpatik,
ditambahkan ADT dengan atau tanpa EBRT atau
observasi. Dengan monitoring PSA setiap 6-12 bulan
selama 5 tahun
Kelompok resiko sangat tinggi adalah T3b sampai T4, score
Gleason primer 5 atau Score Gleason 8 s/d 10, dengan inti lebih dari 4
diberikan terapi inisial dengan:
1. EBRT + ADT 2-3 tahun (kategori 1) Dengan monitoring PSA
setiap 6-12 bulan selama 5 tahun atau

32
2. EBRT + Brachytherapi ± ADT (2-3 tahun) Dengan monitoring
PSA setiap 6-12 bulan selama 5 tahun atau
3. RP + PLND
a) Jika ditemukan margin positif, invasi ke vesikula
seminalis, extensi extra kapsular, atau PSA terdeteksi
maka ditambahkan EBRT atau dilakukan observasi.
Monitoring PSA setiap 6-12 bulan selama 5 tahun
b) Jika didapatkan metastasis ke nodus limpatik,
ditambahkan ADT dengan atau tanpa EBRT atau
observasi. Dengan monitoring PSA setiap 6-12 bulan
selama 5 tahun
2.6.3 Penatalaksanaan Kanker yang Telah Metastasis
Androgen Deprivation Therapy(ADT) merupakan baku emas terapi
Terapi ini dapat berupa kastrasi dengan obat atau pembedahan
(orkhidektomi).54 Tingkat kastrasi yang diinginkan adalah kadar testosteron
< 20ng/dL.
Pemberian Lutenising Hormone Releasing-Hormone(LHRH) agonis
seharusnya disertai pemberian anti-androgen untuk mencegah flare-up
sedikitnya 14 hari.
Bermacam-macam strategi yang digunakan dalam penggunaan ADT
ini, menurut jenis blokadenya dapat komplit (Complete Androgen
Blokade/CAB) LHRH agonis ditambah anti-androgen ataupun tunggal
(hanya LHRH agonis saja). Menurut lama waktu pemberian terbagi atas:
kontinyu dan intermiten. Menurut awal waktu pemberian: segera
(immediate) atau ditunda (deferred).

33
Berdasarkan hasil studi review maupun meta-analisis keuntungan
blokade komplit (CAB) terhadap terapi tunggal hanya < 5%.54-57
Pemberian CAB jangka panjang akan menginduksi terjadinya sel
independen androgen, dalam jangka waktu rata-rata 2 tahun.58 Oleh karena
itu disarankan penghentian pemberian obat secara berkala (intermiten) yang
dibuktikan dari beberapa penelitian penting bahwa hasilnya tidak berbeda.59
Pemberian ADT segera akan menurunkan progresi penyakit dan
komplikasi secara bermakna dibandingkan ditunda. Tetapi hal ini tidak
meningkatkan cancer-specific survival.60

2.6.4 Penatalaksanaan Radioterapi pada Kanker Prostat


Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam
tatalaksana kanker prostat. Radioterapi dalam tatalaksana kanker prostat
dapat diberikan sebagai terapi kuratif definitif, kuratif ajuvan, salvage dan
paliatif.
2.6.4.1. Radioterapi Definitif Indikasi/Tujuan
Radioterapi definitif pada kanker prostat, dapat diberikan pada kanker
prostat dengan stratifikasi rendah (NCCN kategori 2A), intermedia (NCCN
kategori 2A) dan tinggi dan stadium lokal lanjut (NCCN kategori 1).
Radioterapi pada kelompok stratifikasi rendah, merupakan salah pilihan
pengobatan selain observasi dan prostatektomi radikal.
Target radiasi61
Radiasi eksterna definitif pada kanker prostat dapat diberikan
dengan radioterapi lokal prostat dan vesika seminalis pada stratifikasi resiko
ringan dan intermedia; dan radioterapi seluruh pelvis dan di booster prostat
dan vesika seminalis pada kanker prostat stratifikasi resiko tinggi dan

34
stadium lokal lanjut yang tidak dilakukan limfadenektomi pelvis. Untuk
menilai kemungkinan keterlibatan kelenjar getah benik (KGB) pelvik dapat
dilakukan dengan formula Roach atau normogram Partin.
Proses simulator dengan CT-Scan, pasien diposisikan dalam posisi
supine, kontras uretrogram dapat digunakan untuk membantu deliniasi
apeks prostat dan diafragma pelvis. Pasien sebaiknya di simulasi dalam
posisi buli penuh dan rektum kosong. Apabila rektum berisi, sebaiknya
dilakukan simulasi denga CT-Scan ulang.
1) Radioterapi prostat (untuk stratifikasi resiko rendah dan intermedia)
a) Fase 1: prostat dan vesika seminalis (46 Gy dengan radioterapi
konformal 3 dimensi (3 dimentional conformal radiotherapy/3D-CRT)
atau IMRT)
o GTV: Seluruh prostat dan atau ekstensi ke luar prostat dari
pemeriksaan MRI. Jika dilakukan uretrogram, batas bawah adalah
5 mm lebih bawah dari batas superior dari kontras.
o CTV: Seluruh prostat dan vesika seminalis
o PTV: 0.5-1 cm tergantung metode imobilisasi dan verifikasi posisi
yang digunakan.
b) Fase 2: prostat dan proksimal vesika seminalis (32 Gy harus dengan
IMRT)
o GTV: Seluruh prostat dan atau ekstensi ke luar prostat dari
pemeriksaan MRI. Jika dilakukan uretrogram, batas bawah adalah
5 mm lebih bawah dari batas superior dari kontras.
o CTV: Seluruh prostat dan vesika seminalis proksimal (1 cm dari
pangkal vesika seminalis)

35
o PTV: 0.5-1 cm tergantung metode imobilisasi dan verifikasi posisi
yang digunakan.
2) Radioterapi prostat dan KGB pelvik. (untuk stratifikasi resiko tinggi dan
stadium lokal lanjut tanpa dilakukan limfadenektomi pelvis)
a) Fase 1: prostat, vesika seminalis dan KGB pelvik (46 Gy dengan 3D-
CRT atau IMRT)
o GTV: Seluruh prostat dan atau ekstensi ke luar prostat dari
pemeriksaan MRI. Jika dilakukan uretrogram, batas bawah adalah
5 mm lebih bawah dari batas superior dari kontras.
o CTV: Seluruh prostat, vesika seminalis dan KGB pelvik
o PTV: 0.5-1 cm tergantung metode imobilisasi dan verifikasi posisi
yang digunakan.
b) Fase 2: prostat dan proksimal vesika seminalis (32 Gy harus dengan
IMRT)
o GTV: Seluruh prostat dan atau ekstensi ke luar prostat dari
pemeriksaan MRI. Jika dilakukan uretrogram, batas bawah adalah
5 mm lebih bawah dari batas superior dari kontras.
o CTV: Seluruh prostat dan vesika seminalis proksimal (1 cm dari
pangkal vesika seminalis)
o PTV: 0.5-1 cm tergantung metode imobilisasi dan verifikasi posisi
yang digunakan.
Panduan Deliniasi KGB pelvis berdasarkan konsensus Radiation Therapy
Oncology Grup (RTOG) adalah
i. Deliniasi dari KGB pelvik dimulai dari perbatasan L5-S1 (setinggi
dari KGB iliaka komunis distal dan KGB pre-sakral proksimal)

36
ii. Berikan margin 7 mm di sekeliling pembuluh darah iliaka yang
menghubungkan iliaka eksterna dan iliaka interna, tanpa
memasukkan usus, buli dan tulang.
iii. Deliniasi KGB pre-sakral setinggi S1-S3, batas posterior adalah
tulang sakrum, batas anterior 10 mm dari tulang sakrum tanpa
memasukkan usus, buli dan tulang.
iv. Deliniasi KGB iliaka eksterna sampai setinggi tepi atas kaput
femoris (penanda tulang dari ligamentum inguinal)
v. Deliniasi KGB obturator sampai setinggi dari pinggir atas simfisis
pubis.61
Dosis radioterapi
 Dosis radioterapi pada resiko rendah adalah 74-78 Gy dalam 37 - 39
fraksi dengan 2 Gy per fraksi (EAU grade A, level 1a).61
 Dosis radioterapi pada resiko intermedia dan tinggi adalah 78 Gy
dalam 39 fraksi dengan 2 Gy per fraksi. Dosis maksimal yang dapat
diberikan adalah 81 Gy. (EAU grade A, level 1b).61
 Tidak dianjurkan untuk memberikan hipofraksinasi atau dosis per
fraksi > 2 Gy.
Selain peresepan dosis, yang perlu diperhatikan adalah dosis jaringan sehat
sekitarnya, dengan toleransi dosis sebagai berikut:
Tabel 2.2 Dosis Jaringan Sehat

37
Teknik radiasi eksterna
Teknik yang diperbolehkan adalah minimal radioterapi konformal
3 dimensi atau sebaiknya Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT)
(EAU grade A, level 2a).
*Dosis 78 Gy hanya dapat diberikan apabila menggunakan teknik
IMRT, apabila mengunakan teknik 3D-CRT maka dosis maksimal yang
disarankan dapat diberikan adalah 70 Gy. Hal ini disebabkan dengan
kemungkinan toksisitas saluran cerna bawah yang tinggi. Untuk IMRT,
verifikasi posisi harus dilakukan setiap fraksi dengan Elektronic Portal
Image Devices (EPID) untuk 5 fraksi pertama, diikuti dengan setiap 5
fraksi Untuk 3D-CRT, verifikasi posisi harus dilakukan setiap fraksi
dengan Elektronic Portal Image Devices (EPID) untuk 3 fraksi pertama,
diikuti dengan setiap 5 fraksi.

Catatan:
38
 Androgen deprivation therapy (ADT) neojuvant dan concurrent
diberikan selama 4-6 bulan (EAU grade A, level 1b).
 ADT ajuvan diberikan selama 2-3 tahun, direkomendasikan
diberikan pada pasien kanker prostat resiko tinggi (NCCN kategori
1, EAU grade A, level 1b)
2.6.4.2. Radioterapi Ajuvan dan Radioterapi Salvage
a. Indikasi/Tujuan
Berdasarkan tujuan, radioterapi pasca prostatektomi radikal dapat
diberikan sebagai radioterapi ajuvan dengan indikasi tertentu atau
radioterapi salvage bila dinyatakan kambuh.
Radioterapi ajuvan pasca prostatektomi radikal (NCCN kategori 2A,
EAU grade A, level 1b) diberikan pada salah satu dari indikasi berikut:
1) Ekstensi ekstra prostat (pT3a)
2) Keterlibatan vesika seminalis (pT3b)
3) Batas sayatan positif
Radioterapi salvage diberikan pada indikasi berikut:
1. PSA > 0.2 ng/mL dengan pengukuran konfirmasi ke-2.
b. Target radiasi
1. GTV: pada kasus pasca prostatektomi radikal sudah tidak
kelihatan.
2. CTV: berdasarkan pencitraan pre-operatif (sebaiknya MRI), yang
mencakup ekstensi tumor, data batas sayatan dari hasil patologi pasca
operasi dan laporan operasi. Pada saat simulasi CT sebaiknya buli dan
uretra diberikan kontras sehingga buli penuh untuk memudahkan
deliniasi.

39
 Batas bawah: pinggir atas dari bulbus penis atau 1.5 cm dibawah
urethral beak atau 8 mm di bawah anastomosis vesiko uretral.
 Batas anterior: pinggir posterior dari simfisis pubis termasuk seluruh
bladder neck sampai di atas simfisis kemudian buli tidak
dimasukkan lagi dalam CTV.
 Batas posterior: bagian anterior dari rektum dan fascia mesorektal.
 Batas lateral: Pinggir medial dari otot obturator internus.
 Batas atas: di sisi anterior: di atas simfisis pubis dan termasuk klip
bedah atau 5 mm di atas batas inferior dari vas deferens.
3. PTV: 0.5 – 1 cm tergantuk metode imobilisasi yang digunakan.
c. Dosis
Dosis yang diberikan pada radioterapi ajuvan atau radioterapi salvage
adalah 66 Gy dengan 2 Gy dalam 33 fraksi, dapat diberikan dosis lebih
tinggi apabila masih terdapat GTV (harus menggunakan MRI).
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa hipofraksinasi dapat
memberikan keuntungan pada radioterapi pasca prostatektomi radikal.
Selain peresepan dosis, yang perlu diperhatikan adalah dosis jaringan
sehat sekitarnya. Deliniasi organ sehat harus mengacu kepada pedoman dari
Radiation Therapy Oncology Grup (RTOG) Male RTOG Normal Pelvic
Atlas.
Teknik Radioterapi Eksterna
Teknik yang diperbolehkan adalah minimal radioterapi konformal 3
dimensi atau sebaiknya Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT).
Untuk IMRT, verifikasi posisi harus dilakukan setiap fraksi dengan
Elektronic Portal Image Devices (EPID) untuk 5 fraksi pertama, diikuti
dengan setiap 5 fraksi. Untuk 3D-CRT, verifikasi posisi harus dilakukan

40
setiap fraksi dengan Elektronic Portal Image Devices (EPID) untuk 3 fraksi
pertama, diikuti dengan setiap 5 fraksi.
2.6.4.3. Radioterapi paliatif
Radioterapi paliatif diberikan pada kanker prostat yang sudah bermetastases
ke tulang dan menimbulkan rasa nyeri. Tujuan paliatif diberikan untuk meredakan
gejala sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien. Radioterapi pada tatalaksana
metastases tulang merupakan salah satu modalitas terapi selain imobilisasi dengan
korset atau tindakan bedah, bisfosfonat, terapi hormonal, terapi target
donosumumab, terapi radionuklir dan kemoterapi.
a. Indikasi/Tujuan
Radioterapi pada metastases tulang dapat diberikan atas indikasi:
1. Nyeri.
2. Ancaman fraktur kompresi yang sudah distabilisasi.
3. Menghambat kekambuhan pasca operasi reseksi.
b. Target radiasi
Target radiasi dapat dibagi menjadi 2 yaitu, radioterapi konvensional 2 dan
radioterapi konformal 3 dimensi. Radioterapi konvesional mendefinisikan target
radiasi dari lesi yang menyerap radiofarmaka disertai nyeri kemudian memberikan
jarak 1 ruas vertebrae ke atas dan ke bawah. Untuk batas lateral, diberikan jarak
0.5 cm dari pedikel vertebrae.
Radioterapi 3D-CRT pada metastases tulang.
o GTV: Lesi osteolitik atau osteoblastik dan juga massa jaringan
lunak.
o CTV: Korpus, pedikel, lamina dari vertebrae yang terlibat, disertai
jaringan lunak yang terlibat dan diberi jarak 0.5 cm, tanpa
memasukkan usus dan lemak.

41
o PTV: 0.5-1 cm tergantung metode imobilisasi dan verifikasi posisi
yang digunakan.
c. Dosis
Dosis yang diberikan pada radioterapi paliatif adalah
 1 fraksi x 8 Gy
 5 fraksi x 4 Gy
 10 fraksi x 3 Gy
 15 fraksi x 2.5 Gy
Yang perlu diperhatikan dalam radioterapi paliatif pada vertebrae adalah
batasan dosis untuk medulla spinalis dan organ sekitar.
Organ sekitar yang perlu diperhatikan adalah ginjal, terutama bila diberikan
pengaturan berkas sinar yang kompleks. Untuk dosis toleransi jaringan sehat
dapat mengacu kepada pedoman quantitative analysis of normal tissue effects in
the clinic (QUANTEC)61
d. Teknik Radioterapi Eksterna
Teknik yang diperbolehkan adalah
1) Radioterapi konvensional 2 dimensi
2) Radioterapi konformal 3 dimensi
3) Stereotactic body radiotherapy (SBRT)*
SBRT biasanya diberikan pada kasus oligo metastases dengan lesi tunggal
pada vertebrae atau maksimal 2 ruas. Dosis yang diberikan adalah 16 Gy dalam
fraksi tunggal.
2.6.5. Pemantauan
Secara umum, pemantauan penderita Kanker prostat dapat dibagi menjadi:
1. Pemantauan setelah terapi kuratif
2. Pemantauan setelah terapi hormonal

42
2.6.5.1 Pemantauan setelah terapi kuratif
Pemeriksaan yang secara rutin digunakan untuk mendeteksi
progresi atau residual Kanker prostat adalah pemeriksaan fisik (termasuk
colok dubur) dan kadar PSA. Anamnesis spesifik juga perlu dilakukan,
meliputi aspek psikologis, tanda-tanda progresi penyakit, dan komplikasi
terkait terapi.

Pemantauan pasca prostatektomi radikal


Progresi PSA didefinisikan sebagai peningkatan kadar PSA lebih
dari 0.2 ng/ml pada dua kali pengukuran berturut-turut.62,63
Pemantauan PSA direkomendasikan pada bulan ke 3, 6, dan 12
pasca terapi, setiap 6 bulan sampai 3 tahun, dan selanjutnya sekali setahun.
Pemantauan yang dilakukan selain PSA adalah atas indikasi seperti:colok
dubur, TRUS-biopsi, sidik tulang, CT/MRI.
Pemantauan pasca EBRT
Progresi PSA didefinisikan sebagai peningkatan kadar PSA sebesar
2 ng/ml di atas kadar PSA nadir pasca terapi.64
Pemantauan PSA direkomendasikan pada bulan ke 3, 6, dan 12
pasca terapi, setiap 6 bulan sampai 3 tahun, dan selanjutnya sekali setahun.
2.6.5.2 Pemantauan setelah terapi hormonal
Waktu pemantauan minimal 3-6 bulan sekali. Hal-hal yang perlu dipantau
selama terapi hormonal adalah:
 Pemantauan kadar kreatinin, hemoglobin, dan fungsi hati 64
 Kadar testosteron serum 65
 Pemantauan komplikasi metabolik 65,66
 Sidik tulang, ultrasonografi, dan foto thoraks

43
 Bone Mass Density 67
2.6.6. Terapi Paliatif
Terapi paliatif merupakan terapi aktif terhadap penderita stadium
lanjut yang sudah tidak memberi respon terhadap terapi kuratif. Terapi ini
bersifat holistik, mengontrol gejala yang timbul baik itu secara fisik,
psikologis, sosial, spiritual dan melibatkan keluarga terdekat penderita.

 Kontrol nyeri: bifosfonat (asam Zoledronat), analgetik (parasetamol


sampai opioid) dan radiasi lokal.
 Obstruksi saluran kemih bawah dan atas: pemasangan kateter, sistostomi
maupun stent uretra, pemasangan nefrostomi perkutan
 Kompresi medulla spinalis: stabilisasi tulang belakang baik bedah maupun
non bedah, pemberian kortikosteroid dan radiasi.
 Limfedema: drainase manual (tungkai ditinggikan), pemasangan balutan
elastik.66
2.6.7 Dukungan Nutrisi
a. Skrining
European Partnership for Action Against Cancer (EPAAC) dan The
European Society for Clinical Nutrition and Metabolism (ESPEN)
menyatakan bahwa pasien kanker perlu dilakukan skrining gizi untuk
mendeteksi adanya gangguan nutrisi, gangguan asupan makanan, serta
penurunan berat badan (BB) dan indeks massa tubuh (IMT) sejak dini,
yaitu sejak pasien didiagnosis kanker dan diulang sesuai dengan kondisi
klinis pasien. Pasien kanker dengan hasil skrining abnormal, perlu
dilakukan penilaian objektif dan kuantitatif asupan nutrisi, kapasitas
fungsional, dan derajat inflamasi sistemik.66

44
b. Diagnosis
World Health Organization (WHO) mendefinisikan malnutrisi
berdasarkan IMT <18,5 kg/m2, namun menurut ESPEN 2015 diagnosis
malnutrisi dapat ditegakkan berdasarkan kriteria:68
- Pilihan 1: IMT <18,5 kg/m2
- Pilihan 2: Penurunan BB yang tidak direncanakan >10% dalam
kurun waktu tertentu atau penurunan berat badan >5% dalam
waktu 3 bulan, disertai dengan salah satu pilihan berikut:
1. IMT <20 kg/m2 pada usia <70 tahun atau IMT <22 kg/m2
pada usia ≥70 tahun
2. Fat free mass index (FFMI) <15 kg/m2 untuk perempuan
atau FFMI <17 kg/m2 untuk laki-laki
Kaheksia adalah suatu sindrom kehilangan massa otot, dengan
ataupun tanpa lipolisis, yang tidak dapat dipulihkan dengan dukungan
nutrisi konvensional, serta dapat menyebabkan gangguan fungsional
progresif. Diagnosis kaheksia ditegakkan apabila terdapat penurunan BB
≥5% dalam waktu ≤12 bulan atau IMT<20 kg/m2 disertai dengan 3 dari 5
kriteria: (1) penurunan kekuatan otot, (2) fatique atau kelelahan, (3)
anoreksia, (4) massa lemak tubuh rendah, dan (5) abnormalitas
biokimiawi, berupa peningkatan petanda inflamasi (C Reactive Protein
(CRP) >5 mg/L atau IL-6 >4pg/dL), anemia (Hb <12 g/dL), penurunan
albumin serum (<3,2 g/dL).69
c. Tatalaksana Nutrisi Umum pada Kanker70
1. Kebutuhan nutrisi umum pada pasien kanker71
a. Kebutuhan energi

45
Idealnya, perhitungan kebutuhan energi pada pasien kanker
ditentukan dengan kalorimetri indirek, namun, apabila tidak
tersedia, penentuan kebutuhan energi pada pasien kanker dapat
dilakukan dengan formula standar, misalnya rumus Harris-
Benedict yang ditambahkan dengan faktor stres dan aktivitas,
tergantung dari kondisi dan terapi yang diperoleh pasien saat itu.
Perhitungan kebutuhan energi pada pasien kanker juga dapat
dilakukan dengan rumus rule of thumb:

 Pasien ambulatory : 30-35 kkal/kg BB/hari


 Pasien bedridden: 20-25 kkal/kg BB/hari
 Pasien obesitas: menggunakan berat badan ideal
Pemenuhan energi dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan dan
toleransi pasien.
b. Makronutrien
 Kebutuhan protein: 1.22,0g/kg BB/hari, pemberian
protein perlu disesuaikan dengan fungsi ginjal dan hati.
 Kebutuhan lemak : 2530% dari kalori total 35–50% dari
energi total (pada pasien kanker stadium lanjut yang
mengalami penurunan BB78
 Kebutuhan karbohidrat: Sisa dari perhitungan protein dan
lemak
c. Mikronutrien
ESPEN menyatakan bahwa suplementasi vitamin dan mineral
dapat diberikan sesuai dengan angka kecukupan gizi (AKG).
d. Cairan

46
Kebutuhan cairan pada pasien kanker umumnya sebesar:72,73
 Usia kurang dari 55 tahun: 30−40 mL/kgBB/hari
 Usia 55−65 tahun: 30 mL/kgBB/hari
 Usia lebih dari 65 tahun: 25 mL/kgBB/har.
e. Nutrien spesifik
1) Branched-chain amino acids (BCAA)74
BCAA juga sudah pernah diteliti manfaatnya untuk
memperbaiki selera makan pada pasien kanker yang mengalami
anoreksia.
2) Asam lemak omega-375
Suplementasi asam lemak omega-3 secara enteral terbukti
mampu mempertahankan BB dan memperlambat kecepatan
penurunan BB, meskipun tidak menambah BB pasien.
2. Terapi nutrisi opearatif
- Pra pembedahan
1) Makanan padat dapat diberikan hingga 6 jam dan makanan cair
hingga 2 jam sebelum induksi anestesi.
2) Jika klinis dan fasilitas memungkinkan, pasien dapat diberikan
karbohidrat oral prapembedahan pada pasien non-diabetes,
sedangkan pada pasien diabetes, karbohidrat oral diberikan
bersama dengan obat diabetes (Rekomendasi tingkat A):
- Pasca pembedahan
1) Pasien dapat diberikan nutrisi secara dini berupa makanan biasa,
sedangkan ONS diberikan untuk mendukung pencapaian nutrisi
total (Rekomendasi tingkat A).

47
2) Pemasangan NGT tidak rutin dilakukan pascapembedahan
(Rekomendasi tingkat A).
3. Farmakoterapi
Pasien kanker yang mengalami anoreksia memerlukan terapi
multimodal
a. Progestin
Menurut studi meta-analisis MA bermanfaat dalam
meningkatkan selera makan dan meningkatkan BB pada kanker
kaheksia.93,94 Dosis optimal penggunaan MA adalah sebesar 480–
800 mg/hari. Penggunaan dimulai dengan dosis kecil, dan
ditingkatkan bertahap.73
b. Kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid pada pasien kaheksi dapat
meningkatkan selera makan dan kualitas hidup pasien.76
c. Siproheptadin
Siproheptadin merupakan antagonis reseptor 5-HT, yang
dapat memperbaiki selera makan dan meningkatkan berat badan
pasien dengan tumor karsinoid. Umumnya digunakan pada pasien
anak dengan kaheksia kanker, dan tidak direkomendasikan pada
pasien dewasa.76
4. Aktivitas fisik
Direkomendasikan untuk mempertahankan atau meningkatkan
aktivitas fisik pada pasien kanker selama dan setelah pengobatan
(Rekomendasi tingkat A).66
2.6.8 Rehabilitasi Medik

48
Rehabilitasi medik memiliki tujuan untuk pengembalian kemampuan
fungsi dan aktivitas kehidupan sehari-hari serta meningkatkan kualitas hidup
pasien dengan cara aman & efektif, sesuai dengan kemampuan yang ada.
Pendekatan rehabilitasi medik dapat diberikan sedini mungkin sejak sebelum
pengobatan definitif diberikan dan dapat dilakukan pada berbagai tingkat tahapan
dan pengobatan penyakit yang disesuaikan dengan tujuan penanganan rehabilitasi
kanker, yaitu preventif, restorasi, suportif, paliatif.77

2.7 Edukasi
Tabel 2.3 Edukasi Kepada Pasien

49
2.8 Prognosis
Kanker prostat memiliki angka kesintasan yang baik. Angka kesintasan
keseluruhan 5-tahun , 10 tahun, dan 15 tahun secara berturut adalah 100%, 98%,
dan 95%.22

BAB III
PENUTUP

Kanker prostat adalah keganasan tersering dan penyebab kematian karena


kanker paling utama pada pria di negara Barat, menyebabkan 94.000 kematian di
Eropa pada 20081 dan lebih dari 28.000 kematian di Amerika Serikat pada 2012.
Di RSCM dan RS Kanker Dharmais terdapat peningkatan jumlah penderita tahun
2001-2006 sebanyak dua kali dibandingkan tahun 1995 – 2000, dengan jumlah
penderita rata-rata pertahun adalah 70-80 kasus baru/tahun.
Kesimpulan diagnostik kanker prostat:
a. Temuan colok dubur yang tidak normal atau peningkatan serum PSA
dapat mengindikasikan Kanker prostat.
b. Diagnosis dari Kanker prostat bergantung pada konfirmasi
histopatologi.
c. Biopsi guided Ultrasonografi transrektal (TRUS) adalah metode yang
direkomendasikan, minimal 10-12 core, diarahkan ke lateral.
d. Biopsi ulang dikerjakan pada kasus yang tetap dicurigai Kanker
prostat (colok dubur tidak normal, peningkatan PSA atau penemuan
histopatologi yang diduga keganasan pada biopsi awal).
e. Anastesi dalam berbagai cara sangat dianjurkan.
Kesimpulan penentuan stadium:

50
a. Stadium lokal (stadium T) dari Kanker prostat didasarkan pada
penemuan colok dubur dan mungkin CT/MRI. Informasi selanjutnya
didapatkan dari jumlah dan lokasi positif pada biopsi prostat, derajat
tumor dan kadar PSA.
b. MRI menunjukkan tingkat akurasi yang lebih baik.
c. Stadium N hanya penting diketahui bila akan direncanakan terapi kuratif.
d. Limfadenektomi merupakan baku emas untuk penentuan stadium-N.
e. Penentuan metastasis ke tulang (stadium M) paling baik dengan sidik
tulang. Hal ini tidak diindikasikan pada penderita yang asimtomatik
dengan PSA < 20 ng/mL pada tumor yang berdiferensiasi baik atau
moderat dengan asumsi penderita tidak ada metastasis tulang.

51

Anda mungkin juga menyukai