Asuhan Gizi Bedah Kolon
Asuhan Gizi Bedah Kolon
Oleh :
(P07131013006)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN GIZI
2015
Kasus 1 Bedah
1. Pengkajian Gizi
Standar
No Data Terkait Gizi Pembanding/Nilai Masalah
Normal
1 Antropometri
Umur : 40 th IMT Normal : 18 – 25 IMT : 17.92 (Kurus)
BB : 50 kg BBI : 60.3 kg
TB : 167 cm BB Adjustment : 55.15 kg
2 Biokimia
Hb : 9.89 g/dl Hb : 13.4 – 17.7 g/dl Perubahan nilai lab
Leukosit : 12.500/ml Leukosit : 4.3-10.3x10/L terkait gizi yaitu
GDP : 117 mg/dl GDP : < 110 mg/dl Peningkatan nilai lab
2. Diagnosa Gizi
No Problem Etiologi Tanda Gejala
1 Berat badan kurang Asupan zat gizi kurang IMT : 17.92 (Kurus)
(N.C.3.1) dan adanya gangguan
fungsi gastrointestinal
yaitu diare berupa cairan,
tidak berampas selama 3
bulan terakhir
2 Asupan energy tidak Kurangnya asupan energy Asupan energy dan zat
adekuat (N.I.1.4) dan zat gizi serta adanya gizi yang tidak adekuat,
komplikasi penyakit yang yaitu
menyebabkan nafsu makan Energi = 69.35 %
pasien menurun Protein = 62.31 %
Lemak = 54.62 %
Karbohidrat = 79.08 %
3 Perubahan nilai lab Adanya gangguan fungsi Perubahan nilai lab
terkait gizi (NC. 2.2) fisiologis pada colon terkait gizi yaitu yang
ascenden dengan ditandai peningkatan
komplikasi fistula nilai lab leukosit dan
enterokutan, Anemia HM, GDP serta penurunan
dan Hipoalbuminea nilai lab yaitu Hb,
albumin, K, dan Na
3. Intervensi Gizi
No Diagnosis Gizi Intervensi
1 P (Problem) Berat badan kurang Tujuan : Meningkatkan berat
badan hingga mencapai normal
E (Etiologi) Asupan zat gizi kurang Cara : Mengatur pola makan
dan adanya gangguan yang sesuai dengan menu
fungsi gastrointestinal seimbang dengan
yaitu diare berupa memperhatikan jenis dan jumlah
cairan, tidak berampas bahan makanan yang dikonsumsi
selama 3 bulan terakhir Target : Berat badan meningkat
S (Sign/Simptom) IMT : 17.92 (Kurus) 0.5 kg/minggu atau mencapai
normsl dalam waktu 10 minggu
Tujuan : Meningkatkan asupan
2 P (Problem) Asupan energy tidak energi, protein, lemak dan
adekuat karbohidrat yang kurang
Cara : Mengatur pola makan dari
E (Etiologi) Kurangnya asupan segi jumlah, jenis dan frekuensi
energy dan zat gizi serta makan serta meningkatkan
adanya komplikasi asupan energy yang disesuaikan
penyakit yang dengan diet pasca bedah
menyebabkan nafsu
makan pasien menurun Target : Meningkatkan asupan
S (Sign/Simpton) Asupan energy dan zat energy, protein, lemak dan
gizi yang tidak adekuat, karbohidrat mencapai 100%
yaitu : dalam waktu 2 minggu
Energi = 69.35 %
Protein = 62.31 %
Lemak = 54.62 %
Karbohidrat = 79.08 % Tujuan:
3 P (Problem) Perubahan nilai lab Meningkatkan/menurunkan nilai
terkait gizi lab terkait gizi hingga mencapai
normal
Cara : Mengatur pola makan
E (Etiologi) Adanya gangguan sesuai dengan syarat diet pasca
fungsi fisiologis pada bedah II serta mengonsumsi
colon ascenden dengan bahan makanan yang tinggi
komplikasi fistula sumber Fe serta makanan yang
enterokutan, Anemia membantu penyerapan zat besi
HM, dan
Hipoalbuminea Target : Nilai lab mencapai
S (Sign/Simpton) Perubahan nilai lab normal dalam waktu 2 minggu
terkait gizi yaitu yang
ditandai peningkatan
nilai lab leukosit dan
GDP serta penurunan
nilai lab yaitu Hb,
albumin, K, dan Na
A. PRESKRIPSI DIET:
1. Jenis Diet : Pasca Bedah II
2. Tujuan Diet :
a. Meningkatkan berat badan hingga mencapai normal
b. Meningkatkan asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat yang kurang
c. Meningkatkan/menurunkan nilai lab terkait gizi hingga mencapai normal
d. Memulihkan gangguan fungsi gastrointestinal
e. Mengusahakan agar status gizi pasien dalam keadaan optimal
f. Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit serta
daya terima pasien
3. Syarat Diet:
a. Pemberian energy sesuai dengna kebutuhan pasien yaitu 2206 kkal
b. Protein yang diberikan yaitu 110.3 gram
c. Lemak yang diberikan sedang sesuai kebutuhan pasien yaitu 49.02 gram
d. Karbohidrat cukup yaitu 330.9 gram
e. Kebutuhan air dan elektrolit pasien yaitu air 1930.25 ml/kg, natrium 60 –
100 mmol, kalium 60+ mmol, kalsium 15 meq, fosfat 20 – 50 mmol,
magnesium 8 – 20 meq
4. Bentuk : Makanan Cair Kental
5. Jalur Pemberian : Oral
6. Frekuensi : 8 kali
7. Nilai Gizi :
Energi = 40 kcal/kg x BB
= 40 kcal/kg x 55.15 kg
= 2206 kcal
Protein = 2 gr/kg x BB
= 2 gr/kg x 55.15 kg
= 110.3 gram
Lemak = 20% x 2206 kkal
= 441.2/9
= 49.02 gram
Karbohidrat = 60% x 2206 kkal
= 1323.6/4
= 330.9 gram
8. Edukasi Gizi
a. Tujuan : Meningkatkan pengetahuan tentang bedah dan diet pasca
bedah serta perubahan perilaku pola makan pada pasien.
b. Konten Materi :
1) Pengertian Pembedahan
Perubahan anatomi yang direncanakan pada makhluk hidup yang dimana
untuk mengendalikan, meringankan, serta menghentikan beberapa proses
patologis
2) Pasca Bedah
Pasca bedah atau pascaoperasi merupakan masa setelah dilakukannya
pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir
sampai evaluasi selanjutnya.
Diet pasca bedah atau post operasi adalah makanan yang diberikan kepada
pasien setelah menjalani pembedahan. Pengaturan makanan sesudah
pembedahan tergantung pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.
Waktu ketidakmampuan pasien setelah operasi atau pembedahan dapat
diperpendek melalui pemberian zat gizi yang cukup. Hal yang juga harus
diperhatikan dalam pemberian diet pasca operasi untuk mencapai hasil yang
optimal adalah mengenai karakter individu pasien.
3) Penyebab Pra dan Pasca Bedah
Penyebab dilakukan pembedahan dikarenakan adanya suatu penyakit didalam
tubuh yang perlu di angkat dengan cara pembedahan. Contohnya Berdasarkan
tujuannya, pembedahan dapat dibagi menjadi :
a) Pembedahan diagnostik, ditujukan untuk menentukan sebab terjadinya gejala
dari penyakit, seperti biopsy, eksplorasi, dan laparatomi.
b) Pembedahan kuratif, dilakukan untuk mengambil bagian dari penyakit,
misalnya pembedahan apendiktomi.
c) Pembedahan restorative, dilakukan untuk memperbaiki deformitas atau
menyambung daerah yang terpisah.
d) Pembedahan paliatif, dilakukan untuk mengurangi gejala tanpa
menyembuhkan penyakit.
e) Pembedahan kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki bentuk bagian tubuh
seperti rhinoplasti.
4) Cara memberikan makanan untuk pasien pasca bedah
Makanan diberikan dalam bentuk cair kental, berupa kaldu jernih, sirup, sari
buah, sup, susu, dan pudding rata – rata 8 – 10 kali sehari selama pasien tidak
tidur. Jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan dan kondisi pasien.
Selain itu dapat diberikan makanan parenteral bila diperlukan. DPB II diberikan
untuk waktu sesingkat mungkin karena zat gizinya kurang.
5) Makanan yang tidak diperbolehkan
Makanan yang tidak diperolehkan pada diet pasca bedah II adalah air jeruk
dan minuman yang mengandung karbondioksida
6) Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
Proses penyembuhan luka di pengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:
a) Vaskularisasi, memengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan
peredaan darah yang baik untuk pertumbuhan atau perbaikan sel.
b) Anemia, memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan
sel membutuhkan kadar protein yang cukup. Oleh sebab itu, orang yang
mengalami kekurangan kadar hemoglobin dalam darah akan mengalami
proses penyembuhan lama.
c) Usia, kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan
atau kematangan usia seseorang. Namun selanjutnya, proses penuaan
dapat menurunkan sistem perbaikan sel sehingga dapat memperlambat
proses penyembuhan.
d) Penyakit lain, misalnya seperti diabetes melitus dan ginjal, dapat
memperlambat proses penyembuhan luka.
e) Nutrisi, merupakan unsur utama dalam membantu perbaikan sel karena
kandungan zat gizi didalam. Sebagai contoh, vitamin A berfungsi untuk
membantu proses epitelisasi atau penutupan luka dan sintesis kolagen;
vitamin B kompleks sebagai kofaktor pada sistem enzin yang mengatur
metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak; vitamin C dapat berfungsi
sebagai fibroblas, dan mencegah adanya infeksi, serta membentuk
kapiler-kapiler darah; dan vitamin K yang membantu sintesis protombin
dan berfungsi sebagai zat pembekuan darah.
f) Kegemukan, obat-obatan, merokok, dan stres, memengaruhi proses
penyembuhan luka yang lebih lama.
9. Metode :
Dengan melakukan konseling gizi langung pada pasien atau anggota keluarga.