Anda di halaman 1dari 14

PRINSIP PENCEGAHAN INFEKSI

Transmisi Kuman

Reservoir adalah :
Makhluk hidup, manusia/hewan dengan infeksi klinis akut atau
yang karier dan makhluk tidak bernyawa seperti lumpur,
peralatan, cairan infus.

Pintu keluar kuman dari reservoir manusia sama dengan pintu


masuk hospes yang terdiri dari :
 Saluran nafas
 Kulit dan jaringan ikat
 Saluran gastrointestinal
 Darah
 Saluran genitor urinaria
 Melalui plasenta

Cara transmisi kuman dari reservoir kepada hospes terdapat 4


cara :
 Kontak (langsung atau tidak langsung),
 Melalui udara,
 Pembawa/alat,
 Vektor.

Penyebab :
Hospes yang mudah ketularan Bakteri
Faktor-faktor : Berbagai virus
Umur Protozoa
Status imunitas Fungi
Penyakit kronis Ricketsin
Bedah
Luka baker
Helminth
Anti biotik, steroid
Khemoterapi
Terapi radiasi
Prosedur intrusif
Reservoir :
Hidup
Tidak hidup

Proses
Transmis
i Kuman

Pintu masuk : Portal keluar :


Saluran nafas Saluran nafas
Saluran pencernaan Saluran pencernaan
Saluran kencing Saluran kencing
Kulit/elaput lendir Kulit/selaput lendir
Darah
Transpasalenta

Transmisi :
kontak langsung & tidak langsung :
Tetesan
Terbawa udara
Dibawa vektor

Contoh-contoh transmisi kuman :

Cara Contoh
I. kontak
A. langsung : (dari = Infeksi HIV, Gonorhoe,
sumber ke hospes) Syphillis.
B. Tidak langsung :
melalui perantara = Infeksi luka oleh
1. stafilokokus aureus,
2. Hepatitis B, HIV.
suntik)
3.
C. Percikan (partikel
besar) hospes = Meningitis oleh
Menghirup percikan meningokokus, influenza.
yag keluar Dari
reservoir.
II. Melalui udara : hospes = Varisella, Tubercolosis,
menghiup percikan Paru-paru.
Nuclei (1 sampai 5
mikro meter ) dari
udara.
III. Pembawa : tertelan atau = Hepatitis A, Salmonella,
pemakai bahan Hepatitis B, Infeksi HIV,
a. makanan, air Bakteriemi oleh baktero
b. Produk darah bacter, fungemia.
c. Cairan IV
VI. Vektor : yang tidak
hidup, langsung = Malaria, demam bintik-
(biasanya serangga) bintik rocky mountain,
demam kuning, penyakit
lyme.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suseptibilitas terhadap

Kuman

1. Umur(Gangguan status imunitas)

Yang muda dan yang tua paling mudah ketularan.

2. Penyakit kronis

Infeksi HIV, leukemia, obat-obat imunosupresif,

terapi Radiasi, steroid steroid, Diabetes kanker,


PPOM, tingkatan akhir penyakit ginjal.

3. Alat-alat infasif

Kateter invasif, pipah-pipah ke toraks, Kateter urin,

saluran nafas buatan.

4. Status gizi yang jelek

5. Bedah

6. Gangguan integritas kulit

Luka baker, Dekubitus

7. Perubahan Flora dalam tubuh

Pengobatan dengan antibiotik, antasid.

Teknik isolasi

Beberapa kategori isolasi :


1.Isolasi ketat:
Untuk mencegah infeksi yang sangat mudah menular/tingkat
virulensinya sangat tinggi yang bias menyebar melalui udara dan
kontak.

Spesifikasi untuk isolasi ketat :


a. Menentukan ruang tersendiri, pintu harus terus tertutup.Pada
umumnya pasien yang infeksi dengan organisme yang sama
boleh disatukan.

b. Semua orang yang masuk kekamar harus memakai celemek.

c. Semua orang yang masuk kekamar harus memakai masker.

d. Semua orang yang masuk kekamar harus memakai sarung


tangan.

e. Harus mencuci tangan setelah meraba pasien/alat-alat yang


sangat tercemar dan sebelum menolong pasien lain.
f. Alat-alat yang terkena bahan infeksi harus
dibuang/dimasukkan kedalam sebuah kantong yang disertai
etiket sebelum dikirim ketempat dekontaminasi dan sebelum
dilakukan proses.

2. Isolasi kontak :
Untuk mencegah infeki yang daya penularannya sangat
tinggi/penting demi epidemiologi (terjadi koloni) yang tidak
membutuhkan isolasi ketat.

 Semua penyakit dan kondisi yang termasuk kepada kategori


ditularkan terutama karena berdekatan/kontak langsug.
 Pemakaian masker, celemek dan sarung tangan dianjurkan
dipakai oleh siapa yang berhubungan dekat atau kontak
langsung.
 Untuk penyakit tertentu ketiga cara pencegahan tersebut tidak
perlu dipakai.

Spesifikasi untuk isolasi kontak :


1. Menentukan ruang tersendiri, pintu harus terus tertutup.Pada
umumnya pasien yang infeksi dengan organisme yang sama
boleh disatukan.
2. Memakai celemek dianjurkan bila kemungkinan terkotori.
3. Memakai masker bagi yang mendekati pasien.
4. Memakai sarung tangan bila menyentuh alat-alat yang
tercemar.
5. Harus mencuci tangan setelah meraba pasien/alat-alat yang
sangat tercemar dan sebelum menolong pasien lain.
6. Alat-alat yang terkena bahan infeksi harus
dibuang/dimasukkan kedalam sebuah kantong yang disertai
etiket sebelum dikirim ketempat dekontaminasi dan sebelum
dilakukan proses.
3.Isolasi Respiratori :
Untuk mencegah penularan penyakit infeksi terutama untuk jarak
dekat melalui udara (droplet infection), terjadi penularan langsung
atau tidak oleh infeksi-infeksi.

Spesifikasi untuk isolasi respiratori :


 Menentukan ruang tersendiri, pintu harus terus
tertutup.Pada umumnya pasien yang infeksi dengan
organisme yang sama boleh disatukan.
 Memakai celemek tidak dianjurkan.
 Memakai masker bagi yang mendekati pasien.
 Memakai sarung tangan tidak dianjurkan.
 Harus mencuci tangan setelah meraba pasien/alat-alat yang
sangat tercemar dan sebelum menolong pasien lain.
 Alat-alat yang terkena bahan infeksi harus
dibuang/dimasukkan kedalam sebuah kantong yang disertai
etiket sebelum dikirim ketempat dekontaminasi dan sebelum
dilakukan proses.

4.Isolasi tuberculosis :
Pasien-pasien tuberculosis pulmonari yang pemeriksaan dahak
positif/x-ray thoraxnya diduga tuberculosis aktif.

Spesifikasi untuk isolasi tuberculosis :


 Menentukan ruang tersendiri, pintu harus terus tertutup.Pada
umumnya pasien yang infeksi dengan organisme yang sama
boleh disatukan.
 Memakai celemek tidak dianjurkan.
 Memakai masker bagi yang mendekati pasien.
 Memakai sarung tangan tidak dianjurkan.
 Harus mencuci tangan setelah meraba pasien/alat-alat yang
sangat tercemar dan sebelum menolong pasien lain.
 Alat-alat yang terkena bahan infeksi harus
dibuang/dimasukkan kedalam sebuah kantong yang disertai
etiket sebelum dikirim ketempat dekontaminasi dan sebelum
dilakukan proses.

5.Isolasi untuk enterik :


Untuk mencegah infeksi melalui kontak langsung dan tidak
langsung dengan tinja.

Spesifikasi untuk isolasi enterik :


 Menentukan ruang tersendiri, pintu harus terus tertutup.Pada
umumnya pasien yang infeksi dengan organisme yang sama
boleh disatukan.
 Memakai celemek dianjurkan.
 Memakai masker tidak dianjurkan.
 Memakai sarung tangan dianjurkan.
 Harus mencuci tangan setelah meraba pasien/alat-alat yang
sangat tercemar dan sebelum menolong pasien lain.
 Alat-alat yang terkena bahan infeksi harus
dibuang/dimasukkan kedalam sebuah kantong yang disertai
etiket sebelum dikirim ketempat dekontaminasi dan sebelum
dilakukan proses.

6.Isolasi untuk drainase/sekresi :


Untuk mencegah infeksi melalui kontak langsung dan tidak
langsung dengan purulen atau drainase dari bagian tubuh yang
terinfeksi.

Spesifikasi untuk isolasi drainase/sekresi :


 Tidak harus ruang tersendiri.
 Memakai celemek dianjurkan.
 Memakai masker tidak dianjurkan.
 Memakai sarung tangan dianjurkan.
 Harus mencuci tangan setelah meraba pasien/alat-alat yang
sangat tercemar dan sebelum menolong pasien lain.
 Alat-alat yang terkena bahan infeksi harus
dibuang/dimasukkan kedalam sebuah kantong yang disertai
etiket sebelum dikirim ketempat dekontaminasi dan sebelum
dilakukan proses.

7.Isolasi terhadap cairan tubuh/darah :


Spesifikasi untuk isolasi drainase/sekresi
 Harus ruang tersendiri bila hygiene pasien jelek.
 Memakai celemek/celemek plastik dianjurkan.
 Memakai masker dan proteksi mata dianjurkan.
 Memakai sarung tangan dianjurkan.
 Barang bekas dan alat tenun harus dikantongi guna mencegah
kebocoran.
EX :
Penyakit yang bisa ditularkan lewat darah adalah Aids, campak,
demam kuning, demam kolorado, hepatits B, malaria, Shypillis,dll.

Prinsip umum dari isolasi

 Masker, celemek dan sarung tangan hanya dipakai sekali lalu


dibuang.
 Tangan harus dicuci setelah kontak dengan pasien, walau
sudah pakai sarung tangan.
 Alat-alat disposible dan bahan buangan lain harus dibuang ke
dalam kantong yang tidak mudah tumpah dan kantong ditutup
sebelum dibuang.
 Kasur dan bantal harus ditutup dengan plastik yang tidak bisa
dibuka.

Perlindungan Diri/Tindakan Pencegahan Infeksi


Tindakan perlindungan diri atau tindakan-tindakan pencegahan

infeksi :

 Mencuci tangan.

 Gunakan sarung tangan yang tepat.

 Memakai pakaian pelindung.Celemek yang menutupi

 baju,satu celemek hanya untuk melayani satu pasien.

 Menggunakan asepsis atau teknik aseptik.

 Memproses alat bekas pakai.

 Menangani peralatan tajam dengan aman.

 menjaga kebersihan dan karapian lingkungan serta

pembuangan sampah secara benar.

1. Cuci Tangan
Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari pencegahan
penyebaran infeksi.

Terutama dilakukan pada waktu :


1. Tiba ditempat kerja
2. Meninggalakan lapangan kerja untuk kunjungan rumah,
mengikuti pertemuan, pulang kerumah, atau untuk makan.
3. Sebelum dan sesudah melakukan kontak fisik dengan klien.
4. Sebelum memasang dan setelah melepaskan sarung tangan.
5. Setelah terpercik atau menyentuh benda yang terkontaminasi
darah dan cairan tubuh atau setelah menyentuh selaput
mukosa, misalnya hidung, mulut, mata, vagina meskipun saat
itu sedang memaki sarung tangan.
6. Setelah pergi kekamar kecil.
7. Sebelum pulang kerja.

Proses mencuci tangan


Persiapan Alat :
 Sabun
 Air bersih yang mengalir, bila tidak ada air keran air harus
dikucurkan.
 Sikat yang lembut untuk membersihkan ujung kuku dan
jari.
Catt ! ! !
Lepaskan perhiasan ditangan/lengan dan jam tangan karena
dapat menyebabkan tidak seluruh tangan tercuci bersih.

Cara Mencuci tangan :

1. Basahi tangan dan lengan dengan air bersih yang mengalir,

jangan mencuci tangan dengan memasukkan tangan dan

lengan kedalam air.

2. Gosok dengan kuat kedua tangan, gunakan sabun biasa atau

yang mengandung anti mikroba selama 15 sampai 30 detik

(pastikan menggosok sela-sela jari). Tangan yang terlihat kotor

harus dicuci lebih lama.

3. Bilas tangan dan lengan dengan air bersih yang mengalir.

4. Keringkan tangan dan lengan, sebaiknya biarkan kering sendiri

dengan diangin-anginkan atau keringkan dengan kertas tisu

yang bersih dan kering, bila tidak keringkan dengan handuk

pribadi yang kering dan bersih.

Cuci tangan efektif :

Setiap langkah dilakukan butuh 10 detik (5 x gerakan) :

1. Telapak tangan kanan dan kiri

2. Telapak dan punggung tangan, bergantian kanan dan kiri.

3. Telapak tangan kanan dan kiri, khusus sela-sela jari.

4. Punggung jari tangan berlawanan, kanan dan kiri bergantian.

5. Putar ibu jari dalam telapak tangan yang berlawanan.


6. Gosok ujung jari ditelapak tangan yang berlawanan, kanan dan

kiri bergantian.

PERHATIAN ! ! !

Mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang


lembab atau air yang tidak mengalir, jadi yang harus diingat saat
mencuci tangan adalah :
 Bila menggunakan sabun padat (batangan), gunakan dalam
potongan-potongan kecil dan tempatkan sabun dalam
wadah yang berlubang-lubang untuk mencegah aiar
menggenangi sabun tersebut.
 Jangan mencuci tangan dengan jalan mencelupkannya ke
dalam wadah berisi air meskipun air tersebut sudah
ditambah larutan antiseptik. Mikroorganisme dapat
berkembang biak dan bertahan hidup dalam larutan
tersebut.

 Bila tidak tersedia air mengalir :


 Gunakan ember tertutup dengan keran yang bisa ditutup
pada saat mencuci tangan dan dibuka kembali pada saat
membilas.
 Gunakan botol yang sudah diberi lubang agar air bisa
mengalir,
 Minta orang lain menyiramkan air ketangan, atau
 Gunakan pencuci tangan yang mengunakan anti mikroba
berbahan dasar alkohol (campurkan 100 ml 60-90 %
alkohol dengan 2 ml gliserin. Gunakan kurang lebih 2 ml
dan gosok kedua tangan hingga kering, ulangi tiga kali).
 Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering.
Jangan menggunakan handuk yang juga digunakan
oleh orang lain. Handuk basah /lembab adalah tempat
yang baik untuk mikroorganisme berkembang biak.
 Bila tidak ada saluran air untuk membuang air yang sudah
digunakan, kumpulkan air dibaskom dan buang ke saluran
limbah atau jamban di kamar mandi.

2. Memakai sarung tangan ().


Pakai  sebelum menyentuh sesuatu yang basah (kulit tak utuh,
selaput mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya) atau peralatan ,
 atau sampah yang terkontaminasi.

Prosedur/Tindakan Diperlu  DTT  steril


kan 
Memeriksa tekanan Tidak Tidak Tidak
darah/suhu,
menyuntik.
Menolong persalinan Ya1 Bisa Dianjurkan
dan kelahiran, menjahit diterima
laserasi atau
episiotomi.
Mengambil contoh Ya2 Tidak Tidak
darah/injeksi IV.
Menghisap lender dari Ya1 Ya1 Tidak
dari jalan napas bayi
baru lahir.
Memegang dan Ya3 Tidak Tidak
membersihkan alat
yang terkontaminasi.
Memegang sampah Ya1 Tidak Tidak
yang terkontaminasi.
Membersihkan Ya3 Tidak Tidak
percikan darah atau
cairan tubuh.

Catatan :
1. Jika sterilisasi tidak memungkinkan,  DTT adalah satu-
satunya alternatif yang bisa diterima.
2.  periksa yang bersih diterima.
3.  tebal atau  rumah tangga dari lateks adalah yang paling
praktis untuk tujuan ini.

Ingat ! ! !
 Sebaiknya gunakan  disposable, bila sarana terbatas  dapat
digunakan lagi setelah melalui proses dekontaminasi, cuci
bilas, DTT atau sterilisasi.
  jangan diproses > 3 X.
 Jangan menggunakan  yang tipis atau berlubang.

3. Aseptik dan Antiseptik

Aseptik atau teknik aseptik : semua usaha yang dilakukan dalam


mencegah masuknya mikroorganisme kedalam tubuh yang
mungkin akan menyebabkan infeksi.

Antiseptik : Tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi


dengan cara membunuh atau mengurangi jumlah
mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh.

Farmakologi beberapa antiseptik/desinfektan :


 Aktif terhadap bentuk vegetatif dan bentuk spora.
 Efektif terhadap kuman gram positif maupun negatif.
 Sedapat mungkin dapat membunuh bakteri secara cepat.
 Khasiatnya tidak terganggu oleh adanya bahan organik.
 Dapat mencegah reinfeksi permukaan kulit dimana obat ini
digunakan.
 Harus bersifat nontoksik, mudah digunakan dan
menyenangkan pemakai.
 Mempunyai efek anti bakteri yang dapat dipertahankan
untuk beberapa waktu.

Contoh-contoh antiseptik :
 Alkohol (60-90%) : etil, isopropyl, atau metal spritus.
 Iodium dalam alkohol
 Setrimid atau klorheksidin glukonat, berbagai konsentrasi :
savlon (sublimat).
 Khlorheksidin glukonat (4%) : Hibiscrub, Hibitane, Hibiclens.
 Lysol 2 %
 Heksaklorofen (3%) : phisohex
 Paraklorometaksilenol (PCMX atau kloroksilenol), berbagai
konsentrasi : Dettol.
 Iodine (1-3 %), larutan yang dicampur alcohol atau encer (e.g.
Lugol) atau tincture I iodine dalam alcohol 70 %)
 Iodofor, berbagai konsentrasi, misalnya betadine.
Catt :
- Iodine tidak boleh digunakan pada permukaan mukosa
seperti vagina.
- Khlorheksidin dan Iodofor adalah antiseptik yang paling baik
untuk digunakan pada mukosa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja antiseptik :

 Kadar antiseptik.
Kadar yang rendah tidak sama efektif dengan kadar yang
tinggi.Tapi kadar yang terlalu tinggi dapat jadi toksik, dan
harga lebih mahal.
 Permukaan objek.
Bila permukaan objek tidak dibersihkan (kotor) mak kontak
dengan sel bakteri berkurang.
 Bahan organik.
Ada beberapa bahn organik yang dapat mengganggu
aktifitas anti bakteri antiseptik.
 Waktu kontak.

Efek antiseptik mempunyai variasi waktu berbeda.


 Suhu
Suhu meningkat, efektifitas antiseptik meningkat.
 Jenis organisme.
Kepekaan kuman terhadap antiseptik berbeda, spora
pseudomonas (gram negatif), virus umumnya lebih resisten.

Anda mungkin juga menyukai