0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
27 tayangan8 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang penetapan batasan wilayah dan perbatasan/daerah pinggiran. Batasan wilayah dapat mengikuti batas alami atau buatan manusia dan dapat berubah, sementara perbatasan membedakan antara daerah inti dan daerah pinggiran di sekitarnya. John Friedmann membagi dunia menjadi empat wilayah berdasarkan tingkat perkembangannya.
Dokumen tersebut membahas tentang penetapan batasan wilayah dan perbatasan/daerah pinggiran. Batasan wilayah dapat mengikuti batas alami atau buatan manusia dan dapat berubah, sementara perbatasan membedakan antara daerah inti dan daerah pinggiran di sekitarnya. John Friedmann membagi dunia menjadi empat wilayah berdasarkan tingkat perkembangannya.
Dokumen tersebut membahas tentang penetapan batasan wilayah dan perbatasan/daerah pinggiran. Batasan wilayah dapat mengikuti batas alami atau buatan manusia dan dapat berubah, sementara perbatasan membedakan antara daerah inti dan daerah pinggiran di sekitarnya. John Friedmann membagi dunia menjadi empat wilayah berdasarkan tingkat perkembangannya.
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Wilayah (ABKA522)
Dosen Pengampu:
Dr. Nasruddin, S.Pd., M.Sc.
Dr. Rosalina Kumalawati, M.Si
Disusun Oleh: Muhammad Donny Chandra (1710115110013)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2018 1.1 LATAR BELAKANG
Perbatasan mempunyai peranan penting, karena ia menentukan bentuk
suatu negara, membatasi gerakan manusia termasuk kegiatannya di bidang ekonomi. Dalam bahasa Inggris perbatasan diistilahkan dengan kata boundary dan frontier, dalam bahasa sehari-hari dua istilah itu merupakan sinonim, tetapi dalam geografi politik keduanya mempunyai pengertian yang berbeda. Boundaries adalah garis-garis yang mendemarkasikan batas-batas terluar dari wilayah suatu negara. Namun frontiers mewujudkan zone-zone (jalur) dengan lebar yang beraneka yang memisahkan dua wilayah yang berlainan negaranya. Perbatasan dinamakan frontier karena letaknya ada di front (di depan) atau di belakang (hinterland) suatu negara. 2.1 PEMBAHASAN
A. Penetapan Batasan Wilayah (Boundaries Region)
Rijanta (2005) menulis, batasan wilayah (boundaries) diartikan sebagai ruang khusus, yang mungkin tidak pejal (diikuti adanya pergerakan keluar-masuk) dan dapat mutable (berubah). Batasan wilayah (boundaries) mungkin mengikuti batas alami, seperti gunung-gunung, laut, atau sungai-sungai, atau mungkin batas buatan manusia, seperti garis lurus pada peta. Kebanyakan batasan wilayah (boundaries) sengaja didesain untuk kebutuhan khusus atau klaim, seperti sebagai akses ke lautan atau kontrol dari kota penting. Batas wilayah (boundaries) formal adalah penetapan batas berdasarkan hukum, dibuat tanda dalam peta, dipagari atau diberi catatan lainnya pada tanah, dan dipertahankan. Batas wilayah (boundaries) informal mungkin hanya simbol. Hadjisarosa (1974) mengatakan batasan penetapan wilayah dapat dibedakan pertama-tama menurut dua titik tolak peninjauan, yaitu: Pertama, peninjauan bertolak pada segi wewenang/tanggungjawab dalam pengaturan pengembangan wilayah, dalam hal ini bertolak pada kepentingan administrasi pemerintahan. Wilayah-wilayah dibagi habis ke dalam bagian-bagiannya, seperti misalnya pembagian ke dalam Daerah Tingkat I, Daerah Tingkat II dan Kecamatan. Kedua, peninjauan bertolak pada segi mekanisme pengembangan dalam kehidupan masyarakat beserta lingkungannya. Dalam rangka ini dijumpai adanya satuan-satuan wilayah pengembangan, yang disingkat namanya dengan “satuan wilayah”. Satuan-satuan wilayah tidak perlu atau tidak selalu membagi habis wilayah nasional. Sebab bagian-bagian tertentu wilayah nasional mungkin memang belum mengalami proses perkembangan, belum ada penghuninya, belum tersedia prasarana dan sebagainya. Dan, antar satuan wilayah dapat terjadi tumpang-tindih (overlaping). Dilihat dari sudut “kebutuhan perkembangan kegiatan usaha masyarakat” dapat dibedakan dasar pembentukan satuan wilayah menurut: 1) Menurut Konsiderasi Ekonomi Satuan wilayah menurut konsiderasi ekonomi disebut satuan wilayah ekonomi. Satuan wilayah ekonomi dapat dirinci ke dalam bagian-bagiannya, yaitu: (1) satuan wilayah produksi dan (2) satuan wilayah pemasaran. Satuan wilayah produksi berpijak pada proses penggarapan sumber-sumber alam, sedangkan satuan wilayah pemasaran berpijak pada proses pencapaian konsumen. Oleh karena itu, satuan wilayah produksi dilandasi sistem yang sifatnya tertutup dan sistem alamiah sedangkan satuan wilayah pemasaran dilandasi sistem yang sifatnya terbuka dan memiliki jangkuan nasional bahkan internasional. 2) Menurut Konsiderasi Sosial-Poltik/Sosial-Budaya Menurut konsiderasi sosial-politik dan sosial-budaya dijumpai adanya satuan wilayah etnik. Untuk menghimpun partisipasi masyarakat yang sebesar-besarnya dalam penyelenggaraan pembangunan, diperlukan “administrasi masyarakat” yang memadai, melalui jasa-jasa pemerintahan. Jasa pemerintahan membentuk pula satuan wilayah yang dinamakan satuan wilayah administratif.
B. Perbatasan /Daerah Pinggiran/Daerah Tepi (Frontier/Periphery)
John Friedmann (1964) dalam Adisasmita (2008) menganalisis aspek- aspek tata ruang, lokasi, serta persoalan-persoalan kebijakan dan perencanaan pengembangan wilayah dalam ruang lingkup yang lebih general. Friedmann telah menampilkan teori daerah inti dalam artikelnya yang berjudul “A General Theory of Polarized Development”. Di sekitar daerah inti terdapat daerah-daerah pinggiran atau periphery region. Daerah-daerah pinggiran seringkali disebut daerah-daerah pedalaman atau daerah-daerah di sekitarnya, seperti gambar dibawah ini:
Daerah Inti
Daerah Pinggiran
Gambar 5.4. Daerah Inti dan Daerah Pinggiran (Adisasmita, 2008)
John Friedmann (1966) dalam Bintarto (1986) membagi dunia ini
dalam pusat yang dinamis dan daerah tepi yang statis, dan mengusulkan adanya empat wilayah (region), yaitu: (1) Core-regions Adalah konsentrasi ekonomi metropolitan dengan memiliki kapasitas inovasi dan perubahan yang tinggi. Wilayah pusat ini memiliki hirarki jaringan dari metropolis sampai ke hamlet (suatu istilah yang dapat diidentikkan dengan pedusunan). (2) Upward-transition regions Adalah daerah tepi dari pusat. Wilayah ini mengandung sumber atau resources yang dapat dikembangkan. (3) Resources-frontier regions Adalah daerah-daerah tepi yang digunakan untuk pemukiman baru. (4) Downward-transition regions Adalah daerah-daerah yang mengalami stagnasi atau daerah-daerah yang mengalami proses kemunduran. Wilayah pertama (Core-regions) dan kedua (Upward-transition regions) dapat menjadi wilayah pikat, yaitu suatu wilayah yang dapat menarik penduduk di sekitarnya karena memiliki potensi ekonomi yang baik. Adisasmita (2008) mengatakan pusat-pusat besar umumnya berbentuk kota-kota besar, metropolis atau megapolis, dikategorikan sebagai daerah-daerah inti, dan daerah-daerah yang relatif statis sisanya merupakan subsistem-subsistem yang kemajuan pembangunannya ditentukan oleh lembaga-lembaga di daerah inti. Dalam arti bahwa daerah- daerah pinggiran berada dalam suatu hubungan ketergantungan yang substansial. Daerah inti dan wilayah pinggiran bersama-sama membentuk sistem spasial yang lengkap. Wilayah ketiga yaitu resources-frontier regions, apabila tidak dijaga keseimbangan daya dukung lingkungannya terhadap tambahnya penduduk, maka berdampak menjadi sumber migran bagi kota-kota di sekitarnya. Wilayah yang paling parah keadaannya adalah wilayah keempat (downward-transition regions). Wilayah-wilayah semacam ini dapat merupakan sumber migran bagi kota-kota terdekat. Pada umumnya, daerah-daerah inti melaksanakan fungsi pelayanan terhadap daerah-daerah di sekirarnya. Beberapa daerah inti memperlihatkan fungsi khusus, misalnya sebagai pusat perdagangan atau pusat industri, ibukota pemerintahan dsb. 3.1 KESIMPULAN
Rijanta (2005) menulis, batasan wilayah (boundaries) diartikan
sebagai ruang khusus, yang mungkin tidak pejal (diikuti adanya pergerakan keluar-masuk) dan dapat mutable (dapat untuk berubah). Batasan wilayah (boundaries) mungkin mengikuti batas alami, seperti gunung-gunung, laut, atau sungai-sungai, atau mungkin batas buatan manusia, seperti garis lurus pada peta. Kebanyakan batasan wilayah (boundaries) adalah sengaja didesain untuk kebutuhan khusus atau klaim, seperti sebagai akses ke lautan atau kontrol dari kota penting. Batas wilayah (boundaries) formal adalah penetapan batas berdasarkan hukum, dibuat tanda dalam peta, dipagari atau diberi catatan lainnya pada tanah, dan dipertahankan. Batas wilayah (boundaries) informal mungkin hanya simbol. John Friedmann (1964) dalam Adisasmita (2008) menganalisis aspek- aspek tata ruang, lokasi, serta persoalan-persoalan kebijakan dan perencanaan pengembangan wilayah dalam ruang lingkup yang lebih general. Friedmann telah menampilkan teori daerah inti dalam artikelnya yang berjudul “A General Theory of Polarized Development”. Di sekitar daerah inti terdapat daerah-daerah pinggiran atau periphery region. Daerah-daerah pinggiran seringkali disebut daerah-daerah pedalaman atau daerah-daerah di sekitarnya. DAFTAR PUSTAKA
Supriyadi, Bambang. 2010. MODUL KULIAH ILMU KEWILAYAHAN. Diambil dari:
https://indrafirmansyahweb.files.wordpress.com/2013/02/modul-kuliah-rev.doc (28 Mei 2018)