Anda di halaman 1dari 9

ENERGETIKA KIMIA

PERCOBAAN C-1

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

Nama : Dinny

NIM : 10518056

Kelompok :5

Tanggal Pengumpulan : 17 Mei 2020

Asisten :-

LABORATORIUM KIMIA FISIK

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2020
PERCOBAAN C-1

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan tetapan pengionan indikator metil merah secara spektrofotometri
menggunakan spektrofotometer UV-Vis

II. TEORI DASAR


Spektrofotometri merupakan suatu metode dalam analisis kimia yang
didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu larutan berwarna
pada panjang gelombang tertentu. Zwitter ion adalah senyawa yang memiliki sekaligus
gugus bersifat asam dan basa. Pada kondisi pH netral, zwitter ion akan bermuatan positif
maupun bermuatan negative. Biasanya ion mudah larut dalam air karena merupakan
senyawa polar (Surjadi, 1985). Dalam larutan air, metil merah (MR) ditemukan sebagai
zwitter ion. Dalam suasana asam, senyawa ini berupa HMR, yang berwarna merah dan
memiliki dua bentuk resonansi. Apabila ditambahkan basa, protonnya akan hilang
membentuk anion MR- yang berwarna kuning. Hal tersebut terjadi secara kesetimbangan :
(Vogel, 1985)
HMR ⇌ H+ + MR- Ka
pKa dari metil merah ini dapat ditentukan dengan menentukan panjang gelombang
maksimum secara spektrofotometri dan melakukan verifikasi hukum Lambert – Beer
untuk kedua panjang gelombang HMR dan MR-.
Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa fraksi penyerapan sinar tidak
bergantung dari intensitas sumber cahaya. Hukum Lambert – Beer menyatakan bahwa
penyerapan sebanding dengan jumlah molekul yang menyerap. Hukum Lambert-Beer
dapat diketahui hubungannya dengan absorbansi, tebal cuplikan/media, dan konsentrasi.
Hubungan ini dapat dinyatakan dengan persamaan berikut: (Surjadi, 1985)
A = abc
Oleh karena adanya dua spesi dari senyawa metil merah ini, akan diperoleh
dua macam persamaan untuk setiap spesi. Dengan menghubungkannya secara linier, akan
diperoleh korelasi sebagai berikut yang dapat digunakan untuk menentukan Ka dari metil
merah. (Harvey, 2000)
A = aHMR[HMR] + aMR-[MR-]
III. LATAR BELAKANG

Penentuan tetapan pengionan secara spektrofotometri dengan tujuan supaya siswa


dapat menentukan tetapan pengionan indikator metil merah secara spektrofotometri
menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
yangditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk
mengukurenergi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau
diemisikansebagai fungsi dari panjang gelombang.

Dalam spektrometri molekular kuantitatif, pengukuran absorbansi dibuat berdasarkan


satu rangkaian larutan pada panjang gelombang yang telah ditetapkan. Panjang
gelombang paling yang sesuai ditentukan dengan membuat spektrum absorbsi dimana
panjang gelombang yang paling sesuai adalah yang menghasilkan absorbansi maksimum.
Selanjutnya panjang gelombang ini digunakan untuk pengukuran kuantitatif. Dengan
menggunakan panjang gelombang absorbansi yang maksimum, maka jika terjadi
penyimpangan kecil panjang gelombang dari cahaya masuk hanya akan menyebabkan
kesalahan yang kecil dalam pengukuran tersebut. Jika panjang gelombang dipilih dari
daerah spektrum di mana ada suatu perubahan yang besar absorbansi dalam daerah
panjang gelombang yang sempit, maka jika terjadi penyimpangan kecil panjang
gelombang dari cahaya masuk akan menyebabkan kesalahan yang besar dalam
pengukuran absorbansi tersebut.

Pengukuran absorbansi untuk tujuan analisis kuantitatif dengan metode


spektrofotometri uv-visibel harus memenuhi hukum Lambert-Beer. Hukum Lambert-Beer
banyak menampilkan suatu proses penyerapan cahaya pada permukaan larutan yang
mempunyai panjang gelombang tertentu untuk diserap oleh suatu zat di dalam larutan.
Hukum Lambert-Beer berlaku dengan baik bila larutannya tidak terlalu encer ataupun
pekat.
IV. CARA KERJA
Langkah pertama pada percobaan ini adalah dengan dibuatnya larutan metil
merah dalam bentuk asam (HMR), larutan metil merah dalam bentuk basa (MR -), dan
larutan metil merah dengan pH yang berbeda-beda. Pertama untuk pembuatan larutan
metil merah dalam bentuk asam [HMR], 10 Ml larutan metil merah didipet menggunakan
pipet volume 10 mL ke dalam labu takar 100 Ml, ditambahkan 10 mL HCl 0,1 M, dan
diencerkan dengan aqua dm hingga tanda batas. Kemudian diukur absorbansi pada
rentang panjang gelombang tertentu dari larutan asam tersebut untuk mencari nilai λ maks.
Hal yang sama dilakukan dalam pembuatan larutan metil merah dalam suasana basa [MR -
]. Namun pada pembuatan larutan tersebut ditambahkan 25 mL NaOH 0.04 M lalu
diencerkan dengan aqua dm. Kemudian pada larutan basa dibuat masing – masing larutan
dengan konsentras 2 ppm ( ditambahkan 10 mL larutan standar, 12,5 mL NaOH 0.04 M),
3 ppm ( ditambahkan 15 mL larutan standar, 12,5 mL NaOH 0.04 M), 4 ppm
(ditambahkan 20 mL larutan standar, 12,5 mL NaOH 0.04 M), 5 ppm ( ditambahkan 25
mL larutan standar, 12,5 mL NaOH 0.04 M). Hal yang sama juga dilakukan pada larutan
asam dibuat larutan dengan konsentrasi 2 ppm ( ditambahkan 10 mL HCl,10 mL larutan
standar), 3 ppm ( ditambahkan 10 mL HCl,15 mL larutan standar), 4 ppm( ditambahkan
10 mL HCl,20 mL larutan standar),5 ppm ( ditambahkan 10 mL HCl,25 mL larutan
standar). Kemudian dari masing – masing larutan dengan konsentrasi yang berbeda
tersebut, ditentukan nilai absorbansinya pada λmaks dengan spektrofotometer UV-Vis,
digunakan aqua dm sebagai pembanding. Dan dilakukan blanko sebelum pengukuran
absorbansi larutan sampel, digunakan kuvet untuk masing-masing larutan yang
dimasukkan ke dalam spektrofotometer. Kemudian dilakukan pembuatan larutan dengan
masing-masing pH yang berbeda dengan cara 5 mL metil merah dimasukkan ke dalam
masing-masing 3 labu takar 100 mL, labu takar pertama ditambahkan asam asetat 0,1 M
hingga tanda batas, labu takar kedua ditambahkan 50 mL asam asetat 0.1 M, sisanya aqua
dm hingga tanda batas, labu takar ketiga 10 mL asam asetat 0,1 M, sisanya aqua dm
hingga tanda batas. Ketiga larutan tersebut diukur nilai absorbansinya pada λ maks dan
diukur pH nya menggunakan pH meter.
V. DATA PENGAMATAN
5.1 Penentuan λmaks pada larutan metil merah yang bersifat asam (HMR) atau λ1

Table 1 Penentuan Lamda 1

HMR
λ(nm) Absorbansi (A)
400 0.023
420 0.052
440 0.129
460 0.279
480 0.516
500 0.755
510 0.847
515 0.873
516 0.875
517 0.877
518 0.879
519 0.88
520 0.88
521 0.88
522 0.879
523 0.877
524 0.874
525 0.872
530 0.852
540 0.794
550 0.699
5.2 Penentuan λmaks pada larutan metil merah yang bersifat basa (MR-) atau λ2

Table 2 Penentuan Lamda 2

MR-
λ(nm) Absorbansi (A)
400 0.324
420 0.354
425 0.358
426 0.358
427 0.358
428 0.358
429 0.359
430 0.359
435 0.357
440 0.354
460 0.307

5.3 Pengukuran absorbansi pada lamda maksimum untuk larutan yang bersifat
asam dan basa

Table 3 Absorbansi pada Beragam Konsentrasi untuk HMR dan MR-

HMR MR-
Konsentrasi (ppm)
A1(λ=520nm) A2(λ=429nm) A1(λ=520nm) A2(λ=429nm)
2 0.164 0.017 0.008 0.072
3 0.243 0.024 0.011 0.109
4 0.342 0.032 0.014 0.143
5 0.419 0.037 0.018 0.178

5.4 Pengukuran absorbansi pada lamda maksimum dengan nilai pH

Table 4 Absorbansi pada Campuran Metil Merah dengan berbagai pH

Campuran pH A2(λ=429nm) A1(λ=520nm)


HOAc (10 mL) 4.73 0.095 0.289
HOAc (50 mL) 3.98 0.051 0.509
HOAc (full) 3.96 0.052 0.530
VI. PENGOLAHAN DATA
a. Penentuan λ1
Absorbansi HMR maksimum saat panjang gelombang 520 nm, sehingga diperoleh
λ1= 520 nm
b. Penentuan λ2
Absorbansi MR- maksimum saat panjang gelombang 429 nm, sehingga diperoleh λ2=
429 nm
c. Menentukan a1 dan a2

Kurva Absorbansi HMR


0.5
y = 0.0864x - 0.0104
0.4
R² = 0.9976
Absorbansi (A)

0.3

0.2 A1(λ=520nm)
A2(λ=429nm)
0.1 y = 0.0068x + 0.0037
R² = 0.9923
0
0 2 4 6
[HMR] (ppm)

Gambar1. Kurva Absorbansi HMR

Diperoleh bahwa :
a1 = 0.0864
a2 = 0.0068
d. Menentukan b1 dan b2

Kurva Absorbansi MR-


0.2
y = 0.0352x + 0.0023
Absorbansi (A)

0.15 R² = 0.9997

0.1
A1(λ=520nm)
0.05 A2(λ=429nm)
y = 0.0033x + 0.0012
0 R² = 0.9945
0 2 4 6
MR

Gambar.2 Kurva Absorbansi MR-

Diperoleh bahwa

b1=0.0033

b2=0.0352

e. Menentukan [HMR] dan [MR-] pada berbagai pH


Diketahui dua persamaan untuk menentukan konsentrasi [HMR] dan [MR-] dalam
larutan sebagai fungsi dari pH :
A1 = 0.0864[HMR] + 0.0033[MR-]
A2 = 0.0068[HMR] + 0.0352[MR-]
e.1 Pada Ph 4.73
0.289 = 0.0864[HMR] + 0.0033[MR-]
0.095 = 0.0068[HMR] + 0.0352[MR-]
Sehingga diperoleh [HMR] = 3.2659 ppm, dan [MR-] = 2.0679 ppm
e.2 Pada Ph 3.98
0.509 = 0.0864[HMR] + 0.0033[MR-]
0.051 = 0.0068[HMR] + 0.0352[MR-]
Sehingga diperoleh [HMR] = 5.8792 ppm, dan [MR-] = 0.3131 ppm

e.2 Pada Ph 3.96


0.530 = 0.0864[HMR] + 0.0033[MR-]
0.052 = 0.0068[HMR] + 0.0352[MR-]
Sehingga diperoleh [HMR] = 6.1230 ppm, dan [MR-] = 0.2944 ppm

f. Menentukan pKa Metil Merah

Table 5 Hasil Pengolahan Data untuk Menentukan pKa

pH [HMR] [MR-] log mr/hmr


4.73 3.265923335 2.067946629 -0.19846666
3.98 5.879245008 0.313100396 -1.273637942
3.96 6.123014138 0.294417723 -1.318001312

Kurva pH terhadap log([MR-]/[HMR])


5
4.5
4
y = 0.6923x + 4.8672 3.5
R² = 0.9999 3 Kurva pH terhadap
log([MR]/[HMR])
pH

2.5
2
1.5 Linear (Kurva pH
1 terhadap
0.5 log([MR]/[HMR]))
0
-1.5 -1 -0.5 0
log ([MR-]/[HMR]

Gambar.1 Kurva pH terhadap log ([MR-]/[HMR])


[𝑀𝑅−]
pH = log [𝐻𝑀𝑅 + 𝑝𝐾𝑎

y = ax+b
y = 0.6923x+4.8672
b = pKa
Sehingga diperoleh nilai pKa = 4.8672 Ka = 1.35768 x 10-5
Diketahui, pKaliterature = 4.95
Maka dari itu, diperoleh galat pKa sebesar:
|𝑝𝐾𝑎 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟−𝑝𝐾𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛|
%Galat pKa = × 100%
𝑝𝐾𝑎 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟
|4.95−4.8672|
= 4.95
× 100%

= 1.672 %

Anda mungkin juga menyukai