WAWASAN SENI
Zakarias S. Soeteja
Pendahuluan
Pendidikan Seni
1-1
- Menyebutkan berbagai fungsi seni dalam konteks kehidupan
- Menjelaskan kedudukan seni dalam kebudayaan
- Menjelaskan hubungan seni dan keindahan
- Menjelaskan hubungan estetika dan seni
Untuk memperoleh keberhasilan di dalam mempelajari unit ini, kami
sarankan agar Anda memperhatikan petunjuk berikut ini.
Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan unit hingga Anda benar-benar
memahaminya.
Bacalah uraian unit ini dengan cermat, kemudian temukan kata kuncinya atau
diskusikan dengan teman Anda.
Perluaslah wawasan Anda dengan cara mencari berbagai sumber lain baik
dalam bentuk VCD maupun bahan ajar berbasis web.
Setelah Anda benar-benar memahami isi materi unit ini, kerjakanlah latihan
yang tersedia sesuai dengan petunjuknya.
Setiap akhir sub unit, jangan lupa menjawab setiap soal yang sudah disediakan.
Jika telah selesai mengerjakan, Anda boleh mencocokan dengan kunci
jawabannya.
1-2 Unit 1
Subunit 1
PENGERTIAN DASAR
DAN FUNGSI SENI
S eni mulai di kenal Sejak keberadaan manusia dimuka bumi ini. Seni telah
menjadi bagian dari sejarah kebudayaan manusia yang keberadaannya tidak
dapat pisahkan dari kehidupan manusia. Sejalan dengan usianya, seni hadir
dengan beraneka macam bentuk, fungsi, dan jenisnya. Akan tetapi walaupun seni
telah menjadi bagian dari kehidupan manusia , belum jelas apa “seni” itu?.
A . Pengertian Seni
Dalam bahasa Sanskerta, kata seni disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpa
berarti berwarna, dan kata jadiannya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-
bentuk yang indah atau dihiasi dengan indah. Sebagai kata benda cilpa berarti
pewarnaan, arti ini kemudian berkembang menjadi segala macam kekriaan yang
artistik. Cilpacastra yang banyak disebut-sebut dalam pelajaran sejarah kesenian,
adalah buku atau pedoman bagi para cilpin, yaitu tukang, yang sekarang disebut
seniman. Saat itu belum ada pembedaan antara seniman dan tukang.
Pada abad pertengahan, .istilah seni yang disepadankan dengan kata art
dalam bahasa Inggris, berawal dari istilah-istilah dalam bahasa latin, yaitu: ars,
artes, dan artista. Ars berarti teknik atau craftsmanship, yaitu ketangkasan dan
kemahiran dalam mengerjakan sesuatu; adapun artes berarti kelompok orang-
orang yang memiliki ketangkasan atau kemahiran; sedangkan artista adalah
anggota yang ada di dalam kelompok-kelompok itu. Dengan demikian kata artista
kiranya dapat dipersamakan dengan cilpa yang berasal dari bahasa Sansekerta.
Kata ars inilah yang kemudian berkembang menjadi l'arte (Italia), l'art (Perancis),
elarte (Spanyol), dan art (Inggris), dan artinyapun berkembangan sedikit demi
sedikit hingga pengertiannya kearah ‘seni’. Di Eropa juga ada istilah seni, orang
Jerman menyebut seni dengan die Kunst, orang Belanda menyebutnya dengan
Kunst. Dalam bahasa Jerman istilah die Art, yang artinya cara, jalan, atau modus,
namun die Kunst-lah yang digunakan untuk istilah kegiatan yang berhubungan
dengan seni.
seni adalah segala bentuk yang memiliki nilai keindahan, hal ini merupakan
pengertian masyarakat pada umumnya. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia,
Pendidikan Seni
1-3
seni diartikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu yang dapat dilihat
dari segi kehalusan, keindahan, dan sebagainya (Depdikbud, 1989:816). Bentuk-
bentuk karya seni yang memiliki nilai keindahan tersebut diyakini memberikan
kenikmatan dan kepuasan terhadap jasmani-rohani, pencipta (kreator) ataupun
penikmatnya (apresiator). Bentuk karya seni yang indah dapat kita nikmati pada
seni tradisional gamelan misalnya, seni tersebut dikatakan sebagai paduan suara
(nada) yang indah didengar. Contoh lain, hiasan ukiran yang menempel pada
dinding ruangan memberikan kesemarakan pandangan mata. Seperti tarian daerah
yang lembut dan gemulai juga menyejukkan rasa, setelah kita menikmati dan
menghayatinya.
Pada kenyataannya istilah seni adalah segala bentuk yang memiliki nilai
keindahan tidak selamanya bertahan sebagai satu-satunya definisi. Dalam seni
kontemporer (termasuk seni modern) yang dihasilkan seniman tidak hanya karya
yang indah, tetapi juga karya yang dianggap tidak indah dan tidak menyenangkan.
Banyak karya seni yang justru “tidak menyenangkan”, tetapi menunjukkan
berbagai persoalan yang rumit. Tema dalam seni yang “tidak menyenangkan” ini
tumbuh dari manifestasi kesengsaraan, kemelaratan kekacauan atau bahkan protes
sosial. Karya seni tersebut dibuat dalam berbagai bentuk ungkapan dengan
berbagai teknik dan metode penciptaan yang eksperimental dan bernuansa
ekspresif mungkin sulit di tarima oleh sebagian penikmatnya. Sebagai ilustrasi,
seringkali setelah menonton atau menikmati karya seni teater atau musik
kontemporer, perasaan kita tidak merasa puas, atau pemikiran kita dikuras dalam
upaya menelusuri alur cerita teater , atau kita berupaya memahami irama musik
yang absurd atau tidak mudah dimengerti. Gambar berikut merupakan contoh
karya seni yang dapat di nikmati atau bahkan tidah mudah dimengerti
Gambar. 1
Bentuk karya seni yang” menyenangkan”
1-4 Unit 1
Gambar. 2
Bentuk karya seni yang “tidak menyenangkan”
Berkaitan dengan istilah seni beberapa filosof, seniman dan ahli seni seperti
Schopenhauer misalnya, orang pertama yang menyatakan bahwa semua cabang
seni bersumber pada kondisi seni musik. Schopenhauer berpikir tentang kualitas
abstrak dari seni musik, menurutnya hanya seni musiklah yang yang mampu
menarik perhatian publik secara langsung. Berbeda dengan penyair, mereka
menggunakan kata-kata yang berhubungan erat dengan maknanya dalam dialog
sehari-hari. Pelukis umumnya berekspresi dengan pengambaran keadaan dunia.
Dari pendapat yang dikemukakan para seniman dan ahli seni tentang seni tersebut,
tampaknya hanya seorang komponis musiklah yang betul-betul bebas
menciptakan karya seni sesuai dengan kesadarannya sendiri dengan tujuan dapat
menyenangkan penikmatnya.
Herbert Read, juga menciptakan bentuk-bentuk seni menyenangkan yang
dapat memuaskan kesadaran rasa keindahan kita. Rasa indah itu tercapai bila kita
bisa menemukan kesatuan atau harmoni dari hubungan bentuk-bentuk yang kita
amati. Pengertian ini menyatakan pandangan tentang seni dari segi kebentukan
fisik (obyektivitas).
Pengertian seni dalam Everyman Encyclopedia, bahwa seni merupakan
segala sesuatu yang dilakukan orang bukan atas dorongan kebutuhan pokoknya,
melainkan semata-mata karena kehendak akan kemewahan, kenikmatan, ataupun
kebutuhan spiritual. Sendok misalnya, dibuat untuk memenuhi kebutuhan pokok,
sebagai alat makan. Berdasarkan definisi tersebut sendok bukanlah karya seni.
Masih banyak karya (benda) yang lain yang kita jumpai, misalnya rumah, pakaian
penutup aurat, dan barang yang digunakan untuk kebutuhan pokok hidup kita,
yang bukan seni. Adapun benda yang dikategorikan sebagai benda seni yaitu alat
musik gamelan, ukiran kayu, dan lain-lain sejenisnya. Walaupun demikian benda
kebutuhan pokok tersebut dapat berhubungan erat pula dengan seni. Sebagai
contoh, pakaian yang dibuat bukan hanya memperhatikan fungsinya sebagai
penutup aurat atau pelindung fisik, tetapi si perancang (pembuat pakaian)
Pendidikan Seni
1-5
berusaha memperindah motif serta modelnya dengan tujuan untuk menghias
pakaian tersebut. Hiasan atau model yang dikenakan pada pakaian itulah yang
berkaitan dengan seni. Dengan demikian adakalanya beberapa benda kebutuhan
pokok yang awalnya tidak dikategorikan sebagai karya seni tersebut menjadi
karya seni atau sekedar mendapat sentuhan seni.
Pengertian lain tentang seni hádala, perbuatan manusia yang timbul dari
perasaannya, bersifat indah, dan dapat menggerakkan jiwa manusia yang lain,
yang menikmati karya seni tersebut (Ki Hajar Dewantara, 1962). Definisi tersebut
sejalan dengan pemikiran Leo Tolstoy yang menyatakan bahwa seni memiliki
proses ‘transfer of feeling’, atau pemindahan perasaan dari si pencipta ke
penikmat seni. Dalam hal ini seni berfungsi sebagai sarana komunikasi perasaan
manusia (Tolstoy, 1960).
Pengertian seni yang menekankan pada kegiatan rohani dikemukakan oleh
Akhdiat Kartamiharja. Menurut Akhadiat, seni adalah kegiatan psikis (rohani)
manusia yang merefleksi kenyataan (realitas). Hal tersebut terjadi karena bentuk
dan isi karya tersebut memiliki daya untuk membangkitkan atau menggugah
pengalaman tertentu dalam alam psikis (rohani) si penikmat atau apresiator. Bila
ditelaah, pengertian tersebut menunjukkan peranan jiwa (seniman) dalam proses
berkarya seni dan karya seni itu sendiri. Seniman yang berkarya hanya dengan
menggerakkan anggota tubuhnya saja (aktivitas fisik), namun tidak melibatkan
jiwanya (ekspresi emosi), maka karya yang dibuatnya belum dapat dinamakan
seni.
Ahli seni dan filsuf berkebangsaan Amerika, Thomas Munro,
mendefinisikan seni sebagai alat buatan manusia yang menimbulkan efek-efek
psikologis atas manusia lain yang melihatnya. Efek tersebut mencakup tanggapan-
tanggapan yang berujud pengamatan, pengenalan, imajinasi, yang rasional
maupun emosional (Munro, 1963).
Kedua definisi terakhir tersebut
di atas memberikan pernyataan yang
sama, yaitu seni sebagai kegiatan
psikis (rohani) atau merupakan
manifestasi jiwa. Sudjojono, seorang
pelukis zaman revolusi kemerdekaan
Gambar 3
Indonesia, yang dianggap sebagai Menonton pagelaran musik sebagai
pendobrak tradisi seni lukis salah satu bentuk komunikasi antara seniman dan
masyarakat
pemandangan alam, juga
menyatakan bahwa seni adalah
1-6 Unit 1
produk ekspresi jiwa. Seni tanpa jiwa ibarat masakan tanpa garam. Isi karya seni
yang hidup tercermin dari kandungan psikis/jiwanya (Yuliman, 1976).
Popo Iskandar, seorang pelukis akademis, yang telah mengabdikan dirinya
pada dunia seni lukis dan pendidikan seni rupa, menyatakan bahwa seni
merupakan ekspresi yang dikongkritkan dalam kesadaran hidup berkelompok atau
bermasyarakat. Menurutnya, seni memiliki nilai sosial. Kehadiran seni didukung
oleh adanya komunikasi antara masyarakat dengan pencipta (seniman). Ekspresi
seni yang terwujud menjadi karya seni yang merupakan sarana komunikasi dan
dalam upaya berinteraksi sosial. Mustahil keberadaannya karya seni tanpa
dukungan masyarakat penikmat (apresiator). Justru proses berkesenian merupakan
satu kesatuan antar unsur pencipta dan penikmat, hingga terjadi interaksi
apresiatif.
Pengertian seni yang lain adalah, seni merupakan ekspresi perasaan manusia yang
dikongkritkan dan dikomunikasikan melalui pengalaman batin kepada orang lain
(masyarakat penikmat) sehingga
merangsang timbulnya
pengalaman batin penikmat yang
menghayatinya. Jadi seni itu lahir
karena upaya manusia
memahami kehidupan ini, baik
kehidupan sosial, ekonomi, alam,
dan sebagainya. Ekspresi tersebut
Gambar 4 dikongkritkan melalui, media
Mengunjungi pameran seni rupa sebagai salah satu gerak (tari), suara (musik), rupa,
bentuk komunikasi antara seniman dan masyarakat
atau gabungan berbagai media
yang melahirkan kesatuan estetik.
B. Fungsi Seni
Pada dasarnya apapun bentuk karya seni yang dihasilkan oleh suatu
masyarakat, tidak terbebas dari pengaruh kebudayaan yang berlaku. Betapapun
besarnya daya imajinasi dan kreativitas seorang seniman, ia senantiasa merujuk
pada nilai-nilai budaya, norma-norma sosial ataupun pandangan hidup yang
berlaku dalam masyarakat. Pemberontakan yang diungkapkan seniman dalam
karya-karyanya, terutama berpangkal pada rasa tidak puas terhadap kemapanan
yang ada. Demikian pula seandainya seniman mengungkapkan pembaharuan
dalam karyanya, ia tentunya berpangkal kepada kenyataan sosial budaya yang
dianggapnya kurang dinamik. Ungkapan-ungkapan yang mendambakan semangat
Pendidikan Seni
1-7
kebebasan, biasanya bersifat mencerminkan rasa tidak puas terhadap tatanan
(sistem sosial kemasyarakatan) yang dirasakan membelenggu mereka.
Sebenarnya seniman yang berhasil bukan semata-mata karena karya-
karyanya memenuhi ukuran keindahan yang relatif, melainkan karena
kemampuannya menyampaikan pesan-pesan, serta tergantung kepada kemampuan
masyarakat untuk menangkapnya dengan mengacu pada nilai-nilai budaya dan
norma-norma sosial yang hidup. Berdasarkan logika itulah Keesing, (dalam
Budhisantoso 1994), sampai pada kesimpulan bahwa kesenian betapapun
perwujudannya, mempunyai delapan fungsi sosial yang amat penting, artinya
sebagai sarana pembinaan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan.
Kedelapan fungsi sosial itu adalah :
1-8 Unit 1
karya seni orang tidak perlu malu-malu
menyatakan dan mengungkapkan jati
dirinya, dan dengan mudah
menggunakan karya-karya seni untuk
mengungkapkan perasaan dan pemikiran
yang mencerminkan kepribadiannya
secara terus terang, sehingga Gambar 7
memperoleh pengakuan masyarakat dan Iwan Fals seorang musisi di tanah air yang
dikenal
bahkan tidak jarang menjadi pujaan karena lagu-lagunya berisi kritik sosial
(idola).
3. Sarana integratif
Karya seni befungsi juga sebagai sarana
integratif. Pernyataan dan perwujudan
pemikiran, seorang seniman dapat
disalurkan melalui karyanya, untuk
merangsang kepekaan pengertian
masyarakat, sehingga menimbulkan
tanggapan emosional yang dapat
Gambar 8 menumbuhkan rasa kebersamaan yang
Poster perjuangan yang mambangkitkan mengikat diantara penikmatnya. Poster
semangat perlawanan terhadap penjajah misalnya, sebagai karya seni rupa bayak
digunakan untuk memenuhi fungsi sosial
ini, demikian juga dengan lagu-lagu perjuangan yang dianggap dapat
membangkitkan semangat persatuan dan kesatuan.
Pendidikan Seni
1-9
Orang-orang yang mengunjungi karaoke misalnya, selain mencari hiburan untk
kesenangan, tidak sedikit diantara merak yang bertujuan untuk mengobati
ketegangan (stress) akibat tekanan pekerjaannya sehari-hari.
5. Sarana pendidikan
Sebagai sarana pendidikan seni diajarkan dan digunakan dalam dunia
pendidikan sebagai sarana untuk pengembangan individu. Dalam sejarahnya
kesenian juga menjadi sarana yang efektif untuk mengukuhkan nilai-nilai
keagamaan bahkan sebagai sarana untuk mengajarkan dan menyebarluaskan
ajaran agama. Pada masyarakat tradisional seni digunakan juga sebagai sarana
untuk mewariskan nilai-nilai budaya. Sistem gagasan dan kepercayaan diwariskan
dari satu generasi ke generasi selanjutnya melalui karya seni. Dalam era modern
saat ini, penelitian para ahli pendidikan (pendidikan seni) menunjukkan bahwa
penyelenggaraan kegiatan kesenian di sekolah membantu mendorong berbagai
potensi yang dimiliki para peserta belajar. Secara sendiri-sendiri maupun
terintegrasi, pendidikan seni yang dimasukan dalam struktur kurikulum sekolah
sangat membantu tidak saja terhadap pemahaman seni dan apresiasi, tetapi juga
membantu pemahaman terhadap berbagai bidang studi lainnya.
1-10 Unit 1
7. Sarana simbolik yang mengandung kekuatan magis
Kemampuan seniman mengungkapkan dan menyatakan perasaan dan
pemikiran mereka secara terselubung dan indah seringkali merupakan daya pikat
yang kuat dan bahkan mampu mengerahkan pemerhati karya-karya seni tersebut.
Tidak jarang karya-karya seni yang memenuhi standard of exellent mampu
membangkitkan perasaan benci, cinta, gembira, sedih dan sebagainya sesuai
dengan pesan-pesan terselubung yang disampaikan melalui karya-karya seni.
Sebagai contoh foto-foto yang ditampilkan diberbagai media massa cetak dan lagu
yang mengiringi berita bencana alam di tanah air kita seperti di Aceh dan
Yogyakarta beberapa waktu yang lalu menggugah perasaan berjuta pemirsanya
tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Mancanegara. Para penikmat ini turut larut
dalam kesedihan yang diakibatkan musibah tersebut walaupun secara teknis foto-
foto dan musik tersebut ditampilkan dengan kualitas warna dan irama yang indah.
Mengingat pentingnya fungsi sosial kesenian bagi kehidupan suatu
masyarakat, tidaklah mengherankan kalau di dunia ini tiada suatu masyarakat pun
yang tidak mengembangkan kesenian. Fungsi pokok kesenian pada mulanya
sekedar sarana untuk membebaskan seseorang dari ketegangan dengan cara
mengungkapkan perasaan dan pemikirannya secara objektif. Dalam
perkembangannya ia mampu menanggung fungsi sebagai sarana yang dapat
membangkitkan kepekaan pengertian dan mengandung tanggapan emosional,
yang dapat membina keseimbangan hidup perorangan maupun kolektif. Dengan
demikian kesenian tidak hanya penting sebagai sarana ungkapan perasaan dan
pernyataan pemikiran perorangan, tetapi
juga sebagai sarana ungkapan dan
pernyataan kolektif yang mengandung
pesan-pesan kebudayaan.
Manusia, sebagaimana dinyatakan
oleh Hoebel (1958) bisa hidup tanpa
kesenian, namun manusia tidak dapat Gambar 9
dipisahkan dari kesenian. Tidak berkesenian Karya seni rupa prasejarah ynag
berarti tidak manusiawi, karena kesenian menunjukkan
merupakan motor penggerak dan inti setiap kehidupan masyarakat jaman
kebudayaan. Karenanya bukan tidak prasejarah
Pendidikan Seni
1-11
pengembangan kebudayaan itu dimulai dengan pembinaan dan pengembangan
kesenian. Berhasil tidaknya pengembangan suatu kebudayaan, tergantung pada
keberhasilan pembinaan kesenian. (Budhisantoso, 1994),
Harus diakui bahwa peranan karya seni dalam kehidupan suatu bangsa
sangat besar. Para ahli ilmu pengetahuan akan mengalami berbagai kesulitan
untuk membaca kenyataan masa lalu tanpa peninggalan produk seni, baik yang
berkaitan langsung dengan aktivitas hidup sehari-hari maupun aktivitas rohani.
Cukup jelas bagi kita bahwa pada masa gelap historis, produk seni yang berhasil
ditemukan memberikan sepercik fakta guna merekonstruksi kenyataan masa
lampau. Pada masa yang gelap itu, produk seni menjadi petunjuk terungkapnya
tingkat peradaban suatu bangsa, disamping membantu menjelaskan tingkat
religiusitas masyarakatnya dan pengetahuan yang dimiliki juga teknologi yang
digunakan pada masa itu.
Pada awal bangsa Indonesia memasuki era sejarah, peninggalan purba
berupa bangunan candi, patung, relief, dan sebagainya mempunyai arti penting
untuk mengungkap alam pikir dan moral spiritual masyarakat waktu itu.
Kebiasaan merekam suatu peristiwa atau ajaran yang tersamar dalam bentuk karya
seni, merupakan pencerminan budaya elit yang selalu bertumpu pada tujuan
harmonis. Banyak ditemukan bentuk seni yang mencerminkan sikap dan perilaku
simbolik, sehingga diperlukan kepekaan rasa guna menerjemahkan setiap pesan
yang disampaikan.
Latihan
1-12 Unit 1
Petunjuk Jawaban Latihan
1. Baca kembali dengan seksama uraian materi mengenai pengertian seni
2. Pilihlah beberapa definisi yang menurut Anda paling sesuai dengan
pendapat Anda sendiri kemudian bentuk kelompok diskusi dan
diskusikanlah perbedaan yang ada diantara berbagai pandangan/definisi
seni yang di buat
3. Baca kembali uraian tentang fungsi sosial seni, kemudian sesuaikan
dengan pendapat Anda terhadap bentuk-bentuk kesenian yang Anda amati.
Rangkuman
Pendidikan Seni
1-13
6. Sarana pemulihan ketertiban,
7. Sarana simbolik yang mengandung kekuatan magis,
Kesenian memiliki fungsi sosial yang penting bagi kehidupan suatu
masyarakat, karena kesenian tidak hanya penting sebagai sarana ungkapan dan
pernyataan perasaan serta pemikiran perorangan, tetapi juga sebagai sarana
ungkapan dan pernyataan kolektif yang mengandung pesan-pesan kebudayaan.
Test Formatif 1
Pilih satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan.
1-14 Unit 1
6. Salah satu sarana dan penyaluran energi yang berlebih bagi seseorang ialah
dengan dengan melakukan kegiatan berkesenian dan menghasilkan karya-
karya seni yang dapat memberi kesenangan pribadi. Fungsi sosial tersebut
adalah fungsi seni sebagai…..............
a. sarana bermain c. sarana kesenangan
b. sarana penyaluran energi d. sarana kehidupan
7. Kegiatan seni merupakan sarana objektif yang bebas dari berbagai hambatan
sosial, sehingga memungkinkan seseorang menyatakan kepribadiannya secara
lebih leluasa melalui karya seni mereka. Fungsi sosial tersebut adalah fungsi
seni sebagai……..
a. sarana percaya diri c. sarana peningkatan diri
b. sarana simbolik d. sarana terapi / penyembuhan
8. Karya seni sebagai pernyataan dan perwujudan pemikiran, seniman dapat
merangsang kepekaan pengertian masyarakat, sehingga menimbulkan
tanggapan emosional yang dapat menumbuhkan rasa kebersamaan yang
mengikat diantara penikmatnya. Fungsi sosial tersebut adalah fungsi seni
sebagai……………….
a. sarana integratif c. sarana administratif
b. sarana agresif d. sarana kreatif
9. Dalam sejarahnya kesenian merupakan sarana yang efektif untuk
mengukuhkan nilai-nilai keagamaan dan bahkan sebagai sarana untuk
mengajarkan dan menyebarluaskan ajaran agama. Fungsi sosial tersebut
adalah fungsi seni sebagai….
a. sarana keagamaan c. sarana Pendidikan
b. sarana ritual d. sarana Peribadatan
10. Seni yang digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar diantaranya
berfungsi sebagai sarana untuk mengembangkan individu. Fungsi sosial
tersebut adalah fungsi seni sebagai….
a. sarana belajar c. sarana Pendidikan
b. sarana integratif d. sarana Pengembangan individu
Pendidikan Seni
1-15
Rumus:
Tingkat penguasaan= Jumlah Jawaban Anda yang benar x 100%
10
Arti tingkat penguasan yang Anda capai:
90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Catatan: Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Sub Unit selanjutnya, tetapi bila tingkat penguasan Anda
masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi Sub Unit ini, terutama bagian yang
belum Anda kuasai.
1-16 Unit 1
Subunit 2
SENI DAN KEBUDAYAAN
eni atau kesenian sangat dekat dengan kebudayaan. Memahami berbagai bentuk
S seni yang ada disekitar kita tidak lepas dari pemahaman terhadap budaya yang
ada disekitar kita pula. Dalam sub unit ini saudara akan mempelajari hubungan
antara seni dan kebudayaan. Pemahaman terhadap huibungan ini sangat
penting bagi saudara sebagai individu maupun sebagai seorang guru. Sebagai
individu pemahaman ini akan membuat kita semakin arif dan bijaksana ketika
mencoba untuk memberi tanggapan dalam apresiasi maupun kritik terhadap
berbagai bentuk seni dan fenomena kesenian yang kita jumpai. Sebagai
seorang guru, pemahaman terhadap latar belakang budaya dimana murid atau
siswa kita dibesarkan dapat membantu dalam mengembangkan materi
kurikulum, model pembelajaran maupun evaluasi hasil belajar.
Pendidikan Seni
1-17
atau sejarah sosial kebudayaan. Tendensi ini pada dasarnya dipengaruhi
ideologi Marxis atau Marxian dalam arti bahwa seni, sastra, musik, dan lain
sebagainya dipandang sebagai semacam suprastruktur, yang merefleksikan
perubahan-perubahan yang terjadi di bidang ekonomi dan sosial yang menjadi
dasar atau fondasinya. Satu contoh dari genre ini adalah buku Social History
Of Art karya terkenal Arnold Hauser, (Peter Burke, 2001). Dalam buku tersebut
Arnold Hauser menguraikan hubungan perkembangan konsep dan bentuk-
bentuk kesenian yang dipengaruhi sistem gagasan dan lingkungan sosial
masyarakatnya.
Selanjutnya konsep kebudayaan yang akan digunakan dalam tulisan ini,
bukan dipandang sebagai gejala yang bersifat fisik, material atau kebendaan.
Dengan demikian, kebudayaan yang dimaksud bukan berupa artefak (benda)
maupun tindakan atau emosi, melainkan sesuatu yang bersifat abstrak yang
terdapat dalam pikiran manusia. Menurut Goodenaugh, kebudayaan yang
dimaksud ini adalah model-model pengetahuan manusia yang digunakan oleh
pendukung kebudayaan tersebut untuk menafsirkan benda, orang, tindakan dan
emosi (A. Suryatna dkk, 1998). Dengan kalimat yang lain pendapat tersebut
tersebut didukung oleh Spradley yang menyatakan kebudayaan sebagaimana
yang digunakan dalam tulisan ini, merujuk pada pengetahuan yang diperoleh
dan digunakan orang untuk menginter-pretasikan pengalaman serta melahirkan
tingkah laku sosial (J. P. Spradley, 1997).
Kebudayaan dalam hal ini dipandang sebagai suatu sistem pemikiran.
Dengan demikian pengertian kebudayaan mencakup sistem gagasan yang
dimiliki bersama, sistem konsep, aturan serta makna yang mendasari dan
diungkapkan dalam tata cara kehidupan manusia. Kebudayaan yang
didefinisikan seperti itu mengacu pada hal-hal yang dipelajari manusia, bukan
hal-hal yang mereka kerjakan dan perbuat (R.M. Kessing, 1989). Dengan kata
lain, kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk
sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan pengalaman
dan lingkungannya serta menjadi kerangka dasar yang menciptakan dan
mendorong terwujudnya kelakuan (P. Suparlan, 1980). Kebudayaan yang
dimaksud dalam tulisan ini berbeda dari tindakan dan hasil tindakan, karena
sesungguhnya tindakan itu terwujud dengan mengacu atau berpedoman pada
kebudayaan yang dipunyai oleh individu atau masyarakat yang bersangkutan.
1-18 Unit 1
Adapun seni atau kesenian dalam hal ini dipandang sebagai unsur dalam
kebudayaan atau subsistem dari kebudayaan. Melihat kesejajaran konsepnya,
maka kesenian sebagaimana halnya kebudayaan, dapat dikatakan sebagai
pedoman hidup bagi masyarakat pendukungnya (seniman) dalam melakukan
kegiatannya (berkarya seni) sehari-hari. Pedoman ini berisikan model kognisi
(pengetahuan), sistem simbolik, atau pemberian makna yang terjalin secara
menyeluruh dalam simbol-simbol yang ditransmisikan—melalui pendidikan
formal maupun non formal dalam komunitas atau kelompoknya—secara
historis. Model kognisi ini kemudian digunakan secara selektif oleh masyarakat
pendukungnya untuk berkomunikasi, melestarikan, menghubungkan
pengetahuan, dan bersikap serta bertindak untuk memenuhi kebutuhan
integratifnya yang bertalian dengan pengungkapan atau penghayatan estetiknya
(T. Rohendi, 2000).
Melalui pendekatan kebudayaan, perilaku berkesenian dapat dipandang
sebagai salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu untuk
memenuhi kebutuhan integratif. Kebutuhan ini mencerminkan manusia sebagai
mahluk pemikir, bermoral dan bercita rasa yang berfungsi untuk
mengintegrasikan berbagai kebutuhan menjadi suatu sistem yang dibenarkan
secara moral, dipahami akal pikiran, dan diterima oleh cita rasa (Haviland,
1999).
Dengan demikian berekspresi estetik merupakan salah satu kebutuhan
integratif. Kebutuhan ini muncul karena adanya dorongan dalam diri manusia
yang secara hakiki senantiasa ingin merefleksikan keberadaannya sebagai
mahluk yang bermoral, berakal dan berperasaan. Kebutuhan estetik, secara
langsung maupun tidak langsung, terserap dalam kegiatan-kegiatan pemenuhan
kebutuhan lainnya, baik dalam pemenuhan primer, kebutuhan sekunder,
maupun kebutuhan integratif lainnya, yang berkaitan dengan perasaan baik dan
benar, adil dan tidak adil, serta masuk akal dan tidak masuk akal (T. Rohendi,
2000).
Konsep-konsep kesenian yang disejajarkan dengan konsep kebudayaan
seperti tersebut di atas, menjelaskan perilaku mencipta karya seni yang
dilakukan seniman didorong oleh kebutuhan yang sifatnya integratif.
Kebutuhan ini karena dorongan dalam diri seniman yang secara hakiki ingin
merefleksikan keberadaannya sebagai mahluk bermoral berakal, dan
berperasaan. Dalam kehidupan masyarakat, kesenian dapat dibedakan
Pendidikan Seni
1-19
berdasarkan medianya, seperti pembedaan seni suara atau musik, seni gerak
atau tari, seni pentas atau drama serta seni visual atau seni rupa.
1-20 Unit 1
manusia tidak hanya hidup dalam dunia fisik, tetapi hidup dalam dunia
simbolis. Bahasa, mite, seni dan agama adalah bagian-bagian dunia simbolis
itu. Cassirer juga menegaskan bahwa manusia selain memiliki kemampuan
sistem berpikir, juga memiliki kemampuan sistem simbolis. Dengan sistem ini
manusia mengembangkan pemikiran simbolis dan perilaku simbolis sebagai
ciri khas manusiawi yang berbeda dengan binatang. Hal ini terbukti karena
manusia membuat dan menggunakan simbol dalam kehidupannya. Kehidupan
budaya manusia dengan kekayaan dan ragamnya adalah bentuk-bentuk
simbolis. Perkembangan kebudayaan manusia di dunia ini berkaitan erat
dengan kemajuan sistem simbolis manusia.
Manusia sebagai makhluk yang berkebudayaan tidak bisa lepas
dengan kehidupan manusia yang lain. Hal ini berarti bahwa manusia dalam
mempertahankan hidupnya memerlukan interaksi dengan sesama dan
lingkungannya. Interaksi manusia dalam suatu masyarakat akan berkembang
menjadi salah satu kebutuhan (sosial), karena setiap manusia senantiasa
memerlukan keberadaan manusia yang lain. Dengan demikian, manusia selain
sebagai makhluk budaya juga makhluk sosial.
Kelompok manusia yang terorganisir dalam suatu masyarakat
mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk menciptakan kebudayaan.
Sehingga kebudayaan yang diciptakan masyarakat sebenarnya akan merupakan
sistem pengetahuan dan kepercayaan manusia yang disusun sebagai pedoman
manusia dalam mengatur pengalamannya dan persepsi manusia untuk
menentukan tindakan dan juga untuk memilih di antara alternatif yang ada
(Kessing, 1981:68).
Salah satu unsur (subsistem) kebudayaan yang hidup di masyarakat
adalah kesenian. Jika kebudayaan dipandang sebagai sistem pengetahuan atau
sistem gagasan, maka konsekuensi logisnya kesenian merupakan sistem
pengetahuan, nilai-nilai dan gagasan yang merujuk pada nilai estetika dan
keindahan. Kesenian yang berkembang dalam suatu kebudayaan masyarakat
memiliki nilai-nilai yang bersifat universal. Artinya, bahwa kesenian dapat
dipolakan secara sama.
Kesenian merupakan perwujudan dari ekspresi perasaan manusia.
Manusia sebagai pencipta seni mengungkapkan perasaannya melalui beragam
medium seni, dan karya seni merupakan suatu bentuk perwujudannya. Dalam
konteks kesenian, ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu pencipta
seni (seniman), penikmat seni (masyarakat), dan karya seni (artefak).
Pendidikan Seni
1-21
Pencipta seni (seniman)—sebagai bagian dari masyarakat—
merefleksikan kehidupan alam, masyarakat dan kebudayaannya dalam wujud
karya seni yang sangat beragam, dan unik. Keragaman dan keunikan sebagai
akibat dari keragaman kondisi alam, masyarakat dan kebudayaannya.
Suatu kesenian akan dapat berkembang karena didukung oleh
masyarakatnya. Masyarakat berperan sebagai penikmat yang merasakan
dampak seni bukan saja dari perasaan atau pengertiannya tetapi juga dari
imajinasinya. Setiap masyarakat memiliki bentuk kesenian yang berbeda
karena sistem gagasan masyarakat juga berbeda-beda. Kesenian yang
berkembang pada kelompok masyarakat perkotaan berbeda dengan masyarakat
pedesaan. Kesenian masyarakat modern berbeda pula dengan masyarakat
tradisional. Perbedaan tersebut disebabkan antara lain oleh sistem nilai, kondisi
alam dan lingkungan, serta tatanan sosial-budaya.
Karya seni anak-anak juga dapat dikelompokkan ke dalam karya
seni, walaupun ketegasan mengenai seni anak-anak baru dibicarakan dalam
wacana pendidikan seni. Artinya bahwa ada semacam dua paradigma dalam
kenyataan seni orang dewasa dan seni anak-anak. Hal ini disebabkan oleh
pernyataan sebagian ahli seni yang menegaskan bahwa semua anak itu
"seniman" atau manusia kreatif, yang memiliki kebakatan universal dalam
masa petumbuhan psikologis anak-anak.
Latihan
1. Jelaskan pengertian kebudayaan sebagai sebuah sistem gagasan.
2. Jelaskan hubungan kesenian dan kebudayaan
3. Berikan contoh hubungan kesenian dan kebudayaan dilingkungan tempat
tinggal saudara
Rangkuman
1-22 Unit 1
Kebudayaan atau kultur berasal dari bahasa Latin “cultura”, yang
menunjuk pada kegiatan pengolahan tanah, perawatan dan pengembangan
tanaman atau ternak. Istilah ini kemudian berubah menjadi gagasan tentang
keunikan adat kebiasaan suatu masyarakat. Pada abad ke-19 istilah
‘kebudayaan’ umumnya digunakan untuk seni rupa, sastra, filsafat, ilmu alam,
dan musik. Kebudayaan sebagai suatu sistem pemikiran mencakup sistem
gagasan yang dimiliki bersama, sistem konsep, aturan serta makna yang
mendasari dan diungkapkan dalam tata cara kehidupan manusia. Kebudayaan
yang didefinisikan seperti itu mengacu pada hal-hal yang dipelajari manusia,
bukan hal-hal yang mereka kerjakan dan perbuat. Kebudayaan adalah
keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan
untuk memahami dan menginterpretasikan pengalaman dan lingkungannya
serta menjadi kerangka dasar yang menciptakan dan mendorong terwujudnya
prilaku.
Kesenian sebagaimana halnya kebudayaan, dapat dikatakan sebagai
pedoman hidup bagi masyarakat pendukungnya (seniman) dalam melakukan
kegiatannya (berkarya seni) sehari-hari. Pedoman ini berisikan model kognisi,
sistem simbolik, atau pemberian makna yang terjalin secara menyeluruh dalam
simbol-simbol yang ditransmisikan—melalui pendidikan formal maupun non
formal dalam komunitas atau kelompoknya—secara historis. Model kognisi ini
kemudian digunakan secara selektif oleh masyarakat pendukungnya untuk
berkomunikasi, melestarikan, menghubungkan pengetahuan, dan bersikap serta
bertindak untuk memenuhi kebutuhan integratifnya yang bertalian dengan
pengungkapan atau penghayatan estetiknya.
Konsep-konsep kesenian yang disejajarkan dengan konsep kebudayaan
menjelaskan perilaku mencipta karya seni yang dilakukan seniman didorong
oleh kebutuhan yang sifatnya integratif. Kebutuhan ini karena dorongan dalam
diri seniman yang secara hakiki ingin merefleksikan keberadaannya sebagai
mahluk bermoral berakal, dan berperasaan.
Kesenian yang berkembang dalam suatu kebudayaan masyarakat
memiliki nilai-nilai yang bersifat universal. Kesenian merupakan perwujudan
dari ekspresi perasaan manusia. Manusia sebagai pencipta seni
mengungkapkan perasaannya melalui beragam medium seni, dan karya seni
merupakan suatu bentuk perwujudannya. Dalam konteks kesenian, ada tiga
unsur pokok yang saling berkaitan yaitu pencipta seni (seniman), penikmat
seni, dan karya seni .
Pendidikan Seni
1-23
Tes Formatif 2
Pilih satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan
11. Kebudayaan atau kultur merupakan konsep yang telah sangat tua. Pada awalnya
kata ini berasal dari bahasa Latin “cultura”, yang menunjuk pada...
a. Kegiatan pengolahan tanah, perawatan dan pengembangan tanaman atau
ternak.
b. Kegiatan upacara ritual keagamaan.
c. Kegiatan dalam rumah tangga
d. Keunikan adat kebiasaan suatu masyarakat
12. Kebudayaan’ adalah sebuah konsep yang definisinya sangat beragam. Pada abad
ke-19 istilah ‘kebudayaan’ umumnya digunakan untuk seni rupa, sastra, filsafat,
ilmu alam, dan musik
a. Sistem sosial kemasyarakatan
b. Antropologi seni dan budaya
c. Seni rupa, sastra, filsafat, ilmu alam, dan musik
d. Berbagai bentuk karya seni
13. Spradley menyatakan kebudayaan sebagai sesuatu yang merujuk pada
pengetahuan yang diperoleh dan digunakan orang untuk menginterpretasikan
pengalaman serta melahirkan tingkah laku sosial. Dengan demikian kebudayaan
dipandang sebagai...
a. Sistem pemikiran
b. Sistem ilmu
c. sistem kekerabatan
d. Sistem pemerintahan
14. Melalui pendekatan kebudayaan, perilaku berkesenian dapat dipandang sebagai
salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu untuk memenuhi
kebutuhan
a. Ritual
b. Ekonomi
c. Sosial
d. Integratif.
15. Manusia disebut sebagai mahluk budaya yaitu mahluk yang menggunakan
............................ dalam berpikir untuk mengembangkan kehidupannya..:
1-24 Unit 1
a. Prasaannya
b. Akal (rasio)
c. Intuisinya
d. Kepribadiannya
16. Manusia dapat mengembangkan sistem-sistem yang dapat membantu memper-
tahankan kehidupannya. Sistem-sistem tersebut adalah sistem bahasa, sistem
pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem teknologi, sistem mata pencaha-
rian, sistem religi, dan kesenian. Keseluruhan sistem tersebut dinamakan …
a. Kebudayaan
b. Sistem kehidupan
c. Sistem hidup
d. Kemanusiaan
17. Menurut Ernst Cassirer (1990) manusia tidak hanya hidup dalam dunia fisik,
tetapi hidup dalam dunia simbolis. Yang dimaksud dengan dunia simbolis
tersebut adalah...
Pendidikan Seni
1-25
d. Memiliki bakat universal dalam masa petumbuhan kecerdasannya
Catatan: Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Sub Unit selanjutnya, tetapi bila tingkat penguasan Anda
masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi Sub Unit ini, terutama bagian yang
belum Anda kuasai.
1-26 Unit 1
Subunit 3
ESTETIKA DAN SENI
A. Pengertian Estetika
Estetika umumnya diartikan sebagai suatu cabang filsafat yang
memperhatikan atau berhubungan dengan gejala yang indah pada alam dan
seni. Pandangan ini mengandung pengertian yang sempit. Estetika
sesungguhnya berasal dari bahasa Yunani “aisthetika” yang berarti hal-hal
yang dapat dicerap oleh pancaindera. Dengan kata lain estetika adalah
pencerapan indera (sense of perception). Alexander Baumgarten (1714-1762),
seorang filsuf Jerman adalah orang yang memperkenalkan kata “aisthetika”,
sebagai penerus pendapat Cottfried Leibniz (1646-1716). Baumgarten memilih
estetika karena ia mengharapkan untuk memberikan tekanan kepada
pengalaman seni sebagai suatu sarana untuk mengetahui (the perfection of
sentient knowledge).
Pendapat lain mengatakan, untuk “estetika” sebaiknya jangan dipakai
kata “filsafat keindahan” karena estetika kini tidak lagi semata-mata menjadi
permasalahan falsafi tapi sudah sangat ilmiah. Saat ini “estetika” tidak hanya
Pendidikan Seni
1-27
membicarakan keindahan dalam seni atau pengalaman estetis, tetapi juga gaya
atau aliran seni, perkembangan seni dan sebagainya. Pada kenyataannya
masalah dalam seni banyak sekali. Di antara masalah tersebut yang penting
adalah masalah manakah, dan berdasarkan masalah apa serta ciri yang
bagaimana yang termasuk estetika. Berkaitan dengan hal tersebut George T.
Dickie mengemukakan dalam bukunya “Aesthetica”. George mengemukakan
tiga derajat masalah (pertanyaan) untuk mengisolir masalah-masalah estetika.
Yaitu pertama, pernyataan kritis yang mengambarkan, menafsirkan, atau
menilai karya-karya seni yang khas. Kedua pernyataan yang bersifat umum
oleh para ahli sastra, musik atau seni untuk memberikan ciri khas genre-genre
artistik (misalnya: tragedi, bentuk sonata, lukisan abstrak dsb). Ketiga,
pernyataan tentang keindahan, seni imitasi, dan lain-lain.
B. Pengertian Keindahan
Gagasan utama dalam sejarah estetika secara filsafati sejak zaman
Yunani Kuno sampai abad 18 ialah masalah yang berkaitan dengan keindahan
(beauty). Persoalan utama yang digumuli oleh para filsuf tersebut ialah
pertanyaan tentang “Apakah keidahan itu?”.
Menurut asal katanya, “keindahan” dalam bahasa Inggris: beautiful ,
dalam bahasa Perancis beau, sedang Italia dan Spanyol bello yang berasal dari
kata Latin bellum. Akar katanya adalah bonum yang berarti “kebaikan”,
kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi bonellum dan terakhir
dipendekkan sehingga ditulis bellum. Menurut cakupannya orang harus
membedakan antara keindahan sebagai suatu kwalita abstrak dan sebagai
sebuah benda tertentu yang indah. Untuk perbedaan ini dalam bahasa Inggris
sering dipergunakan istilah beauty (kendahan) dan the beautifull (benda atau
hal yang indah). Dalam pembahasan filsafat, kedua pengertian itu seringkali
dicampuradukkan saja.
Selain itu terdapat pula perbedaan menurut luasnya pengertian yaitu
keindahan dalam arti yang luas, keindahan dalam arti estetis murni dan keindahan
dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan pancaindera.
1-28 Unit 1
Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik juga
menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang
indah. Orang Yunani dulu berbicara pula mengenai buah pikiran yang indah dan
adat kebiasaan yang indah. Tapi bangsa Yunani juga mengenal pengertian
keindahan dalam arti estetis yang disebutnya symmetria untuk keindahan
berdasarkan penglihatan (misalnya pada karya pahat dan arsitektur) dan
‘harmonia’ untuk keindahan berdasarkan pendengaran (musik). Jadi pengertian
keindahan yang seluas-luasnya meliputi: keindahan seni, keindahan alam,
keindahan moral, dan keindahan intelektual. Keindahan dalam arti estetika murni,
menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala
sesuatu yang dicerapnya. Sedang keindahan dalam arti terbatas, lebih
disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dicerap dengan
pancaindera, yakni berupa keindahan dari bentuk dan warna secara kasat mata.
Pembagian dan pembedaan terhadap keindahan tersebut di atas, masih
belum jelas apakah sesungguhnya keindahan itu. Ini memang merupakan suatu
persoalan fisafati yang jawabannya beranekaragam. Salah satu jawaban mencari
ciri-ciri umum yang pada semua benda dianggap indah dan kemudian
menyamakan ciri-ciri atau kwalita hakiki itu dengan pengertian keindahan.
Dengan demikian keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kwalita pokok
tertentu yang terdapat pada sesuatu hal. Kwalita yang paling sering disebut adalah
kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry),
keseimbangan (balance) dan perlawanan (contrast).
Berdasarkan ciri-ciri pokok tersebut, ada beberapa ahli yang menyatakan
bahwa keindahan tersusun dari pelbagai keselarasan dan perlawanan unsur-unsur;
garis, warna, bentuk, nada dan kata-kata. Ada pula pendapat lain yang
menyatakan bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang
selaras dalam suatu benda dan diantara benda itu dengan si pengamat. Seorang
filsuf seni dari Inggris bernama Herbert Read dalam (The Meaning of Art)
merumuskan keindahan sebagai kesatuan dari hubungan-hubungan bentuk yang
terdapat di antara pencerapan-pencerapan inderawi kita (beauty is unity of formal
relations among our sense-perceptions).
Sebagian filsuf lain menghubungkan pengertian keindahan dengan ide
kesenangan (pleasure). Misalnya kaum Sofis di Atena (abad 5 sebelum Masehi)
memberikan batasan keindahan sebagai sesuatu yang menyenangkan terhadap
penglihatan atau pendengaran (that which is pleasant to sight or hearing). Sedang
filsuf Abad Tengah yang terkenal Thomas Aquinas (1225-1274) merumuskan
keindahan sebagai id quod visum placet (sesuatu yang menyenangkan bila dilihat).
Pendidikan Seni
1-29
Masih banyak definisi dan pengertian lainnya yang dapat dikemukakan, tapi
tampaknya takkan memperdalam pemahaman orang tentang keindahan, karena
beragamnya perumusan yang diberikan oleh masing-masing filsuf. Kini para ahli estetik
umumnya berpendapat bahwa membuat batasan dari istilah seperti ‘keindahan’ atau
‘indah’ itu merupakan problem semantik modern yang tiada satu jawaban yang paling
benar. Dalam estetika modern orang lebih banyak berbicara tentang seni dan pengalaman
estetis, karena ini bukan pengertian abstrak melainkan sesuatu gejala yang konkrit yang
dapat ditelaah dengan pengamatan secara empiris dan penguraian yang sistematis. Oleh
karena itu mulai abad 18 pengertian estetika sebagai keindahan semata-mata kehilangan
kedudukannya. Bahkan menurut ahli estetik Polandia Wladyslaw Tatarkiewicz, orang
jarang menemukan konsepsi tentang keindahan dalam tulisan-tulisan estetik dari abad 20
ini.
1-30 Unit 1
Perhatian terletak pada penganalisisan terhadap rasa seni, rasa indah, dan rasa
keluhuran (keagungan).
Dari pandangan tersebut jelas bahwa permasalahan seni dapat diselidiki
dari tiga pendekatan yang berbeda tetapi yang saling mengisi. Di satu pihak
menekankan pada analisis objektif dari benda seni, di pihak lain pada upaya
subjektif pencipta dan upaya subjektif dari apresiator.
Bila mengingat kembali pandangan klasik (Yunani) tentang hubungan seni
dan keindahan, maka kedua pendapat ahli di bawah ini sangat mendukung
hubungan tersebut; Sortais menyatakan bahwa keindahan ditentukan oleh keadaan
sebagai sifat objektif dari bentuk (l’esthetique est la science du beau), sedangkan
Lipps berpendapat bahwa keindahan ditentukan oleh keadaan perasaan subyektif
atau pertimbangan selera (die kunst ist die geflissenliche hervorbringung des
schones). Dengan demikian, keindahan sebuah karya seni tidak saja ditentukan
oleh kualitas objek dan keterampilan dalam mengolah serta menyusun unsur-
unsur seninya, tetapi juga ditentukan oleh pertimbangan subjektif pencipta serta
pengamatnya.
Pendidikan Seni
1-31
Abad pertengahan seringkali dianggap sebagai abad gelap (the Dark Age)
yang menghalangi kreativitas seniman dalam berkarya seni. Agama Nasrani
(Kristen) yang mulai berkembang dan berpengaruh kuat pada masyarakat dituding
menjadi “belenggu” seniman. Gereja Kristen lama bersifat memusuhi seni dan
tidak mendorong refleksi filosofis terhadap hal itu. Seni dan kegiatan masyarakat
lainnya mengabdi hanya untuk kepentingan gereja dan kehidupan sorgawi. Karena
saat itu kaum gereja beranggapan bahwa seni itu hanyalah/dan selalu
memperjuangkan bentuk-bentuk yang sempurna (idealisasi).
3. Estetika Pramodern
Anthony Ashley Cooper mengembangkan metafisika neoplatoistik yang
memimpikan satu dunia yang harmonis yang diciptakan oleh Tuhan. Aspek-aspek
dari alam yang harmonis pada manusia ini termasuk pengertian moral yang
menilai aksi-aksi manusia, dan satu pengertian tentang keindahan yang menilai
dan menghargai seni dan alam. Keagungan, termasuk keindahan merupakan
kategori estetika yang terpenting
David Hume lebih banyak menerima pendapat Anthony tetapi ia
mempertahankan bahwa keindahan bukan suatu kualitas yang objektif dari objek.
Tetapi yang dikatakan baik atau bagus ditentukan oleh sifat dan keadaan manusia,
termasuk adat dan kesenangan pribadi manusia. Hume juga membuat kesimpulan,
meskipun tak ada standar yang mutlak tentang penilaian keindahan, selera dapat
diobyektifkan oleh pengalaman yang luas, perhatian yang cermat dan sensitivitas
kualitas-kualitas dari benda. Immanuel Kant, seperti Hume, bertahan bahwa
keindahan bukanlah kualitas objektif dari objek, melainkan sebuah benda
dikatakan indah bila bentuknya menyebabkan saling mempengaruhi secara
harmonis, diantara imajinasi dan pengertian (pikiran). Dengan demikian penilaian
berdasarkan selera maknanya sangat subjektif dalam pengertian ini.
4. Estetika Modern
Bennedotte Croce, mengemukakan teori estetikanya dalam sebuah sistem
filosofis dari idealisme. Segala sesuatu adalah ideal yang merupakan aktivitas
pikiran. Aktivitas pikiran dibagi menjadi dua, yaitu yang teoritis (logika dan
estetika), dan yang praktis (ekonomi dan etika). Menurut Croce, estetika adalah
wilayah pengetahuan intuitif. Satu intuisi merupakan sebuah imajinasi yang
berada dalam pikiran seniman. Teori ini menyamakan seni dengan intuisi. Hal ini
jelas menggolongkan seni sebagai satu jenis pengetahuan yang berada dalam
1-32 Unit 1
pikiran, satu cara yang mendorong penciptaan kembali seni di alam pikiran
apresiator.
Filsuf Amerika, George Santayana, mengemukakan tentang estetika
naturalistis. Keindahan disamakan dengan kesenangan rasa, ketika indera
mencerap obyek-obyek seni. Clive Bell misalnya, memperkenalkan lukisan-
lukisan Paul Cezanne dan seniman modern lainnya kepada publik Inggris.
Menurut pendapatnya, bentuk sangat penting dan merupakan unsur karya seni
yang bisa menjadikan karya itu bernilai atau tidak.
5. Estetika Timur
India merupakan negara dan bangsa yang memiliki pandangan seni (dan
estetika) yang berbeda dalam beberapa hal dengan bangsa Eropa. Sebagai contoh,,
penggambaran patung di Barat (Eropa) yaitu pada jaman Yunani, merupakan
bentuk manusia ideal, atau mengutamakan keindahan bentuk. Di India patung
tidak selalu serupa dengan manusia biasa, misalnya Durga, Syiwa dengan empat
kepala, dan lain-lain. Padahal temanya yaitu penggambaran patung dewa.
Perbedaan ini akan lebih jelas, sebab seniman India harus mengikuti modus
tertentu seperti yang diterangkan di dalam “dyana” untuk menggambarkan
macam-macam dewa Hindu atau Budha. Dyana berarti meditasi, merupakan
proses kejiwaan dari seseorang yang berusaha untuk mengontrol pikiran dan
memusatkan pada suatu soal tertentu yang akhirnya akan membawanya pada
semadi. Sifat-sifat visual dari gambaran di atas (dalam semadi) kemudian di tulis
dalam Silvasastra. Buku inilah yang menjadi pedoman berkarya selanjutnya.
Elemen yang penting dalam seni rupa adalah intuisi mental dan sesuatu hal yang
dikonsepsikan dan personalitas seniman menyatu dengan obyek. Inilah hasil
meditasi (dyana). Seni bukan merupakan imitasi dari alam. Teknik proporsi,
perpektif, dsb diterangkan dalam Visudgarmottarapurna dan Chitra Sutra. Dalam
Chitra Sutra penggambaran yang penting adalah kontinyuitas garis tepi yang
harmonis, ekspresi, dan sikap yang molek. Di India juga mementingkan sikap dan
bentuk yang simbolistis (perlambangan).
Ada beberapa pendapat para ahli India di antaranya:
- Keindahan adalah sesuatu yang menghasilkan kesenangan. Seni diolah melalui
proses kreatif dari pikiran menuju pada penciptaan obyek yang dihasilkan oleh
getaran emosi. Inti keindahan adalah emosi (pendapat Joganatha).
- Pendapat lain mengatakan bahwa keindahan adalah sesuatu yang memberikan
kesenangan tanpa rasa kegunaan.Hal yang menyebabkan rasa estetik adalah
Pendidikan Seni
1-33
faktor luar dan faktor dalam (pendapat Rabindranath Tagore). Ia juga
menerangkan untuk sebuah sajaknya,, bahwa ia tidak dapat menerangkan
bekerjanya proses alamiah yang misterius itu, tetapi seolah-olah terjadi dengan
sendirinya. Nampaknya ada sesuatu di atas kekuasaannya sendiri yang siap
menuntun impulsinya dalam suatu jalan sehingga memungkinkan memberi
bentuk pada pandangan intuisinya dari dalam.
Berdasarkan paparan di atas maka tampak dalam Estetika Timur, seniman yang
menciptakan obyek keindahan atau seni didorong oleh potensi teologis yang
dimilikinya.
Latihan
1. Kumpulkan berbagai (kliping, reproduksi atau copy) dari berbagai jenis
karya seni kemudian beri ulasan berdasarkan pemikiran estetika yang
berkembang hingga saat ini.
2. Carilah berbagai (kliping, reproduksi atau copy) dari berbagai jenis karya
seni kemudian kelompokkan atau kategorikan berdasarkan pemikiran-
pemikiran estetika yang terdapat dalam sub unit ini.
1-34 Unit 1
jawaban dan analisis estetis terhadap sebuah karya seni sangat terbuka untuk kritik dan
berbeda pendapat.
Rangkuman
Dalam pandangan sempit, estetika umumnya diartikan sebagai suatu
cabang filsafat yang memperhatikan atau berhubungan dengan gejala yang indah
pada alam dan seni. Estetika berasal dari bahasa Yunani “aisthetika” yang berarti
hal-hal yang dapat dicerap oleh pancaindera. George T. Dickie dalam bukunya
“Aesthetica” mengemukakan tiga derajat masalah (pertanyaan) untuk mengisolir
masalah-masalah estetika yaitu pertama, pernyataan kritis yang mengambarkan,
menafsirkan, atau menilai karya-karya seni yang khas. Kedua pernyataan yang
bersifat umum oleh para ahli sastra, musik atau seni untuk memberikan ciri khas
genre-genre artistik (misalnya: tragedi, bentuk sonata, lukisan abstrak dsb).
Ketiga, pernyataan tentang keindahan, seni imitasi, dan lain-lain.
Keindahan dalam arti yang luas, merupakan pengertian dari bangsa
Yunani, yang di dalamnya tercakup pula ide tentang kebaikan meliputi: keindahan
seni, keindahan alam, keindahan moral, dan keindahan intelektual. Keindahan
dalam arti estetika murni, menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam
hubungannya dengan segala sesuatu yang dicerapnya. Keindahan dalam arti
terbatas, menyangkut benda-benda yang dicerap dengan pancaindera, yakni
berupa keunikan secara kasat mata.
Keindahan (beauty) merupakan pengertian seni yang telah diwariskan oleh
bangsa Yunani. Mereka mengenal kata keindahan dalam arti estetis yang
disebutnya “symmetria” untuk keindahan visual, dan harmonia untuk keindahan
erdasarkan pendengaran (auditif) meliputi keindahan seni, alam, moral, dan
intelektual. Di samping estetika sebagai filsafat keindahan, ada pula pendekatan
ilmiah tentang keindahan yaitu yang menunjukkan identitas objek artistik, yang
menunjukkan objek keindahan. Keindahan subjektif ialah keindahan yang ada
pada mata yang memandang. Keindahan objektif menempatkan keindahan pada
benda yang dilihat. Definisi keindahan tidak mesti sama dengan definisi seni
karena seni tidak selalu dibatasi oleh keindahan. Seni dapat diselidiki dari tiga
pendekatan yang berbeda tetapi yang saling mengisi. Di satu pihak menekankan
pada penganalisisan objektif dari benda seni, di pihak lain pada upaya subjektif
pencipta dan upaya subjektif dari apresiator.
Berdasarkan cara pandangnya, estetika dapat dikelompokan dalam (a)
Estetika Klasik, mengikuti pandangan Plato yang menempatkan seni (yang
Pendidikan Seni
1-35
sekarang dianggap sebagai suatu karya indah) sebagai suatu produk imitasi
(mimesis) yang memiliki keteraturan dan proporsi yang tepat; (b) Estetika Abad
Pertengahan, yang mengikuti pandangan Gereja Kristen lama yaitu seni
mengabdi hanya untuk kepentingan gereja dan kehidupan sorgawi sehingga seni
selalu mmemperjuangkan bentuk visual yang sempurna (idealisasi); (c) Estetika
Pramodern yang menyatakan bahwa sebuah benda dikatakan indah bila
bentuknya menyebabkan saling mempengaruhi secara harmonis, diantara
imajinasi dan pengertian (pikiran); (d) Estetika Modern, mengikuti pendapat
Bennedotte Croce yang mengemukakan teori estetikanya dalam sebuah sistem
filosofis dari idealisme. Segala sesuatu adalah ideal yang merupakan aktivitas
pikiran. Aktivitas pikiran dibagi menjadi dua yaitu yang teoritis (logika dan
estetika), dan yang praktis (ekonomi dan etika); (e) Estetika Timur yang
menyatakan bahwa seniman yang menciptakan obyek keindahan atau seni
didorong oleh potensi teologis yang dimilikinya; dan (f) Estetika Pasca Modern
yang dianggap sebagai jawaban kritis sekaligus menjadi pedoman bagi perjalanan
pemikiran estetika sebelumnya. Estetika Pasca Modern meleburkan pandangan
atau pemikiran ideal yang dipahami oleh para ahli estetika sebelumnya.
Pandangan ini muncul diantaranya karena penolakan terhadap universalisme
estetika modern serta kesadaran untuk menghargai berbagai perbedaan ideologi
dan pemahaman budaya dan seni.
Tes Formatif 3
Pilih satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan
1-36 Unit 1
D. Alexander Baumington
23. Menurut asal katanya, “keindahan” dalam bahasa Inggris: beautiful dalam
bahasa Perancis beau, sedang Italia dan Spanyol bello yang berasal dari kata
Latin bellum. Akar katanya adalah bonum yang berarti
A. Kebaikan
B. Keindahan
C. Kesopanan
D. Kesucian
24. Terdapat perbedaan pemahaman keindahan menurut luasnya pengertian yaitu
A. Keindahan dalam arti sempit, keindahan dalam arti estetis murni dan
keindahan dalam arti tertutup
B. Keindahan dalam arti yang luas, keindahan dalam arti estetis murni dan
keindahan dalam arti terbatas
C. Keindahan dalam arti yang luas, keindahan dalam arti estetis murni dan
keindahan dalam arti simbolik
D. Keindahan dalam arti yang luas, keindahan dalam arti estetis sederhana
dan keindahan dalam arti estetis sejati
25. Bangsa Yunani juga mengenal pengertian keindahan dalam arti estetis yang
disebutnya symmetria ntuk keindahan berdasarkan...
A. Pendengaran
B. Keseimbangan
C. Penglihatan
D. Emosi
26. Yunani juga mengenal pengertian keindahan dalam arti estetis yang
disebutnya ‘harmonia’ untuk keindahan berdasarkan...
A. Pendengaran
B. Keseimbangan
C. Penglihatan
D. Emosi
27. Keindahan dalam arti estetika murni, menyangkut pengalaman estetis dari
seseorang dalam hubungannya dengan
A. Segala sesuatu yang yakininya
B. Segala sesuatu yang dengarnya
C. Segala sesuatu yang lihatnya
D. Segala sesuatu yang dicerapnya
28. keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kwalita pokok tertentu yang
Pendidikan Seni
1-37
terdapat pada sesuatu hal. Kwalita yang paling sering disebut adalah
A. Kesatuan, keselarasan, kesetang-kupan, keseimbangan dan kebaikan.
B. Kesatuan, keselarasan, kesetang-kupan, keseimbangan dan keindahan.
C. Kesatuan, keselarasan, kesetangku-pan, keseimbangan dan perlawanan.
D. Kesatuan, kebaikan, kesetangku-pan, keseimbangan dan perlawanan.
29. Menurut Croce, estetika modern adalah wilayah pengetahuan intuitif. Satu
intuisi merupakan sebuah imajinasi yang berada dalam pikiran seniman. Teori
ini menyamakan seni dengan
A. Gagasan
B. Intuisi
C. Keindahan
D. Khayalan
30. Berdasarkan paparan di atas maka tampak dalam Estetika Timur, seniman
yang menciptakan obyek keindahan atau seni didorong oleh ………. yang
dimilikinya.
A. Potensi teologis
B. Potensi ideologis
C. Potensi analisis
D. Potensi pedagogis
Untuk melihat kemampuan Anda, coba cocokan jawaban Anda dengan Kunci
Jawaban Tes Formatif yang terdapat pada akhir Unit ini. Kemudian hitunglah
jawaban Anda yang benar dan gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui
Rumus:
Tingkat penguasaan= Jumlah Jawaban Anda yang benar x 100%
10
Arti tingkat penguasan yang Anda capai:
90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
1-38 Unit 1
Catatan: Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Unit selanjutnya, tetapi bila tingkat penguasan Anda masih di
bawah 80%, Anda harus mengulangi Sub Unit ini, terutama bagian yang belum
Anda kuasai.
Kunci Jawaban
Daftar Pustaka
Pendidikan Seni
1-39
Ayat Suryatna dan Zakarias S. Soeteja., “Menjadi Tukang Gambar, Studi tentang
Proses Transmisi Kemampuan Menggambar pada Masyarakat Jelekong
Bandung”, (Laporan Tulisan tidak diterbitkan), FPBS IKIP Bandung,
Bandung, 1998, p. 12.
Bambang Sugiharto, 2003, “Kebudayaan, Filsafat, dan Seni (Redefinisi Dan
Reposisi)”, tersedia dalam http://www.kompas.com/kompas-cetak / 0312
/ 03 / Bentara /708588.htm [tgl Akses: 15 Maret 2007]
Burke, Peter, Sejarah dan Teori Sosial, (terj.) Mestika Zed dan Zulfami, Yayasan
Obor, Jakarta, 2001.
Haviland, William A., Antropologi, Jilid 1, (terj.) R. G. Soekadijo, Erlangga, Bandung,
1999.
Haviland, William A., Antropologi, Jilid 2, (terj.) R. G. Soekadijo, Erlangga,
Bandung, 1999.Piddington dalam Suparlan, “Kebudayaan dan
Pembangunan” makalah seminar, disajikan pada Seminar Kependudukan
dan Pembangunan, KLH, Jakarta. 1985.
Hikmat Budiman, Lubang Hitam Kebudayaan, Kanisius, Yogyakarta, 2002. p. 47.
James P. Spradley, Metode Etnografi, Misbah Zulfa Elizabeth (terj.), Amirudin
(peny.), Tiara Wacana, Yogyakarta, 1997. p. 5.
Parsudi Suparlan, “Manusia Kebudayaan dan Lingkungannya: Perspektif Antropologi”,
makalah seminar, Pusat Studi Lingkungan Universitas Indonesia dan
Departemen Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan hidup RI.
Jakarta,1980.
Roger M. Kessing, Antropologi Budaya, Suatu Perspektif Kontemporer, Samuel
Gunawan (terj.), Erlangga, Jakarta, 1989, pp. 68-69.
Tjetjep Rohendi., Kesenian Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan, STISI
Press dan P3M STISI, Bandung, 2000,
1-40 Unit 1