Anda di halaman 1dari 3

DOSEN PENGAMPU : JAUHARI, MH

NAMA :NUR WAHID


NIM :19.11.O1.1324
KELAS/SEMESTER :REGULER B / 2
JURUSAN : TARBIYAH

Uts Ilmu Kalam

Pengertian Ilmu Kalam


Secara etimologis ilmu ialah pengetahuan sedangkan kalam merupakan pembicaraan. Dahulu ilmu kalam
disebut dengan ilmu tauhid. Namun sepanjang bergilirnya waktu ilmu tauhid yang dahulu, dipecah
menjadi nama ilmu kalam. Ilmu kalam ini membahas tentang cara-cara menetapkan akidah agama dengan
dalil-dalil yang kuat. Dalil-dalil ini dapat berupa dalil ‘aqli,dalil naqli maupun dalil wijdani (perasaan
halus).

Secara terminologis ilmu kalam adalah disiplin ilmu yang berkaitan dengan akidah yang membahas
tentang masalah-masalah ketuhanan dengan menggunakan argumentasi serasional mungkin.

Sejarah singkat lahirnya ilmu Kalam


Munculnya ilmu kalam untuk pertama kali terjadi disaat khalifah Utsman bin ‘Affan terbunuh yang
berujung pada penolakan khlifah Ali bin abi Thalib oleh pasukan Muawiyah. Pasukan Muawiyah inilah
yang mendukung penuh atas kekhalifahan Utsman, dengan seperti itu ketika Muawiyah tahu bahwa
khalifah Utsman mati terbunuh mereka segera mendatangi Ali yang saat itu telah dibaiat menjadi khalifah
untuk segera menyelesaikan perkara tentang kematian khalifah Utsman yang dibunuh secara sadis.
Namun,dikarenakan situasi yang masih sedang kacau di pemerintahan maka khalifah Ali tidak bisa
menuntaskan secara cepat hingga pada akhirnya golongan yang menuntut penyelesaian kematian khalifah
Utsman memberontak. Sehingga pemberontakan yang dilakukan oleh pasukan Muawiyah berujung pada
perang yang dinamakan perang Siffin. Dinamakan perang siffin karena tempat perang terjadi berada di
siffin, yang mengharuskan selesainya perdamaian ini menggunakan tipu muslihat dengan menggunakan
tahkim (arbitrase) dari ‘Amr bin ‘Ash yang merupakan pasukan dari Muawiyah. Tipu muslihat ini
disetujui oleh khalifah Ali. Namun persetujuan ini tidak disetujui oleh sebagian dari tentaranya. Hal ini
yng menyebabkab sebagian pasukannya memutuskan untuk keluar yang kemudian mereka dikenal
dengan nama Khawarij. Sedangkan pasukan yang tetap bersama Ali dikenal dengan nama Syiah. Inilah
yang menyebabkan lahinya ilmu kalam tentang persoalan siapa yang kafir dan siapa yang masih tetap
dengan islam.

Aliran Jabariyah
Dalam Aliran Jabariyah ini manusia hanya bisa berpasrah kepada Allah dan manusia itu seperti dikekang
tidak memiliki kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya semua sudah ditentukan oleh
Allah. Kenapa begitu?

Jabariyah berasal dari kata jabara( ) yang memiliki arti memaksa dan mengharuskannya melakukan
sesuatu.dari kalimat ini sudah dapat diartikan bahwa aliran jabariyah itu sifatnya mewajibkan segala
sesuatu dan itu pun bisa dalam bentuk paksaan..Menurut Asy Syahratsan paham Jabariyah berarti
menghilangkan perbuatan seseorang dalam arti sesunggunhnya dan benar benar menyandarkannya hanya
kepada Allah Swt. Dalam keadaan terpaksa.padahal didalam agama islam itu tidak ada kata
paksaan,semua itu berasal dari niatan dan keyakinan manusianya sendiri. Jabariyah disebut juga dengan
FATALISME atau Predestination (perbuatan manusia ditentukan oleh Qadha' dan Qadar Allah).

Ahmadiyyah
Ahmadiyyah (Urdu: ‫احمدیہ‬, Ahmadiyyah) atau sering pula ditulis Ahmadiyah, adalah sebuah gerakan
keagamaan Islam yang dibawah oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908) bertujuan untuk
membangkitkan umat Islam India yang berada pada penjajahan Kolonial Inggris yang membawa
pengaruh dalam penyebaran agama Kristen oleh para misionaris, mengkanter gerakan modernisasi Sayyid
Ahmad Khan dan kebangkitan fundamentalisme Hindu Arya Samaj. Pada tahun 1889, di sebuah desa
yang bernama Qadian di negara bagian Punjab, India. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad mengaku sebagai
Mujaddid, al-Masih dan al-Mahdi
Menurut saya Ahmadiyah termasuk aliran sesat Karena Ahmadiyah menganggap ada nabi setelah Nabi
Muhammad. Itu suatu pendapat yang tidak boleh dipersoalkan lagi, dan kita yakin bahwa nabi
Muhammad adalah nabi terakhir yang di utus sebagai penyempurna.

Doktrin-Doktrin Murji’ah
Ajaran pokok Murji’ah pada dasarnya bersumber dari gagasan atau doktrin irja atau arja’a yang
diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik persoalan politik maupun Teologis.
Dalam bidang politik doktrin irja diimplementasikan dengan sikap netral atau non blok, yang mana
hampir selalu diekspresikan dengan sikap diam. Oleh karena itulah kelompok Murji’ah dikenal dengan
sebutan
The Queietists (kelompok bungkam). Sikap ini akhirnya berimplikasi begitu jauh sehingga membuat
Murji’ah selalu diam dalam persoalan politik.
Sedangkan dalam bidang Teologis, doktrin irja dikembangkan Murji’ah ketika menanggapi masalah-
masalah Teologis yang muncul pada saat itu. Seperti masalah iman, dosa besar, dan kufur.
Berkaitan dengan doktrin Murji’ah, Harun Nasution menyebutkan empat ajaran pokoknya, yaitu:
1. Menunda hukuman atas Ali, Muawiyah, Amr bin Ash, dan Abu Musa Al-Asy’ary yang terlibat tahkim
dan menyerahkannya kepada Allah kelak di hari kiamat.
2. Menyerahkan keputusan Kepada Allah atas orang muslim yang berdosa besar.
3. Meletakkan/ mementingkan iman daripada amal.
4. Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk memperoleh ampunan dan rahmat
dari Allah.
Masih berkaitan dengan doktrin Murji’ah, W. Montgomery Wattt merincinya sebagai berikut:
1. Penangguhan keputusan terhadap Ali dan Muawiyah hingga Allah memutuskannya di akhirat kelak.
2. Penangguhan Ali untuk menduduki rangking keempat dalam peringkat Khulafaur Rasyidin.
3. Pemberian harapan terhadap orang muslim yang berdosa besar untuk memperoleh ampunan dan
Rahmat Allah.
Doktrin Murji’ah tidak akan menetap terus di neraka, jika di dalam hatinya masih ada setitik iman. Hal ini
di landaskan Jawaban Nabi, suatu ketika ada seorang sahabat bertanya kepada Nabi. “Ya Rasulullah di
mana letak iman itu?”. Nabi menjawab: ‫( ا ال ما ن ها هو نا‬Iman di dalam Hati) sambil Nabi Menunjuk dada
Beliau.
Inilah yang melatarbelakangi pemikiran aliran Murji’ah, yang berbeda dengan apa yang kita yakini saat
ini. Karena Murji’ah memahami/ menafsirkan al-Quran dan al-Hadits apa adanya sesuai dengan
kemampuan mereka. Hal itu menyebabkan orang menjadi permisif (tidak takut dengan dosa), karena dosa
sebesar apapun kelak di akhirat masih berkesempatan masuk surga.

Anda mungkin juga menyukai