Anda di halaman 1dari 40

ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan

1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................... 1

DAFTAR TABEL........................................................................................... 2

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................... 4

1.2 Latar Belakang Pemilihan Sektor......................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Analisis Rasio................................................................................. 8

2.2 analisis EVA................................................................................... 19

2.3 Analisis Distress............................................................................. 21

2.4 Analisis Leverage........................................................................... 23

2.5 Analisis Dupont.............................................................................. 26

2.6 Analisis Cash Flow......................................................................... 29

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................... 38

3.2 Sarann Prospek Kedepan................................................................ 39

DAFTAR REFERENSI .......................................... ...................................... 41

Hal 1
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Perusahaan Pada Sub Sektor Makanan & Minuman ........... 7

Tabel 2.1 Rasio Keuangan Menggunakan Rata-Rata Industri......................... 9


(Current Rasio, Quick Rasio, Perputaran Piutang dan Periode Penagihan)

Tabel 2.2 Rasio Keuangan Menggunakan Rata-Rata Industri......................... 10


(GPM, NPM dan ROI)

Tabel 2.3 Hasil Perhitungan EVA perusahaan Sub Sektor Makanan & Minuman 20

Tabel 2.4 Rumus yang Digunakan untuk Analisis Financial Disstress........... 21

Tabel 2.5 Hasil Perhitungan Finansial Distress............................................... 22

Tabel 2.6 Hasil Perhitungan Leverage............................................................. 25

Tabel 2.7 Hasil Perhitungan Dupont................................................................ 28

Tabel 2.8 Hasil Perhitungan Cash Flow........................................................... 29

Hal 2
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Perhitungan Analisis Rasio

LAMPIRAN 2 : Perhitungan EVA

LAMPIRAN 3 : Perhitungan Distress

LAMPIRAN 4 : Perhitungan Leverage

LAMPIRAN 5 : Perhitungan Dupont

LAMPIRAN 6 : Perhitungan Kredit

LAMPIRAN 7 : Perhitungan Cash Flow

Hal 3
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keadaan yang semakin komplek dan perubahan yang demikian cepat menyebabkan banyak

perkembangan pemikiran dan peran pada segala bidang usaha. Untuk perusahaan yang berskala

kecil mengenai masalah pengendalian tidak terlalu rumit. Perusahaan yang berskala kecil pihak

pimpinan perusahaan masih mampu mengendalikan secara langsung kegiatan operasional

perusahaan. Untuk perusahaan yang berskala besar di mana kegiatan pengelolaan perusahaan

yang semakin komplek, tentu pengawasan secara langsung tidak memungkinkan lagi. Segala

bentuk kebijakan dan pengawasan yang dilakukan tersebut dalam rangka mempermudah

pencapaian tujuan perusahaan. Tujuan merupakan hasil akhir yang akan dicapai oleh perusahaan

dalam melakukan aktivitasnya, dalam rangka pencapaian tujuan tersebut maka diperlukan

informasi yang tepat dan akurat sehingga dapat digunakan sebagai media dalam pengambilan

keputusan. Bentuk informasi tersebut salah satunya yaitu mengenai kinerja perusahaan, yang

dapat diketahui dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan.

Analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio

untuk menilai keadaan keuangan perusahaan. Pada prinsipnya laporan keuangan merupakan hasil

dari suatu proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi mengenai

data keuangan suatu perusahaan.

Informasi dari laporan keuangan dapat diungkapkan dengan melakukan analisis terhadap

laporan keuangan sebagai landasan perencanaan bagi operasional perusahaan untuk masa atau

Hal 4
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

periode selanjutnya. Sukses atau tidak manager perusahaan biasanya diukur dengan laba yang

diperoleh perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan bagi perusahaan hanyalah sebagai alat

penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, selanjutnya laporan keuangan sebagai dasar untuk

menilai posisi keuangan suatu perusahaan. Kenyataan tersebut secara langsung dapat diketahui

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang diberikan kepada pemilik modal.

Rasio keuangan yang dihitung dan diinterprestasikan secara tepat akan dapat menunjukan

aspek-aspek mana yang perlu dievaluasi dan dianalisa lebih lanjut. Rasio keuangan yang dihitung

dan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan harus dikaitkan dengan tujuan-tujuan utama

yang hendak dicapai. Melalui penilaian dari analisa rasio keuangan maka pihak yang

berkepentingan dapat memahami makna yang terkandung dalam laporan keuangan. Mereka yang

mempunyai kepentingan terhadap perkembangan perusahaan, sangatlah perlu untuk mengetahui

kondisi keuangan perusahaan, sangatlah perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan.

Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang

bersangkutan sehingga dapat diketahui atas keuangan perusahaan.

Dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan diperlukan suatu alat ukur. Alat ukur

yang dapat digunakan dalam rangka menganalisis keadaan keuangan perusahaan yaitu

mengunakan rasio keuangan. Alat ukur tersebut disebut dengan istilah Financial Ratios untuk

rasio neraca dan Operating Ratios untuk rasio laba rugi (Hanafi dan Halim : 2013). Dengan

mengadakan analisis data keuangan dari tahun-tahun lalu, dapat diketahui kelemahan dari

perusahaan serta hasil yang telah dianggap cukup baik. Hasil analisis historis tersebut sangat

penting artinya bagi perbaikan penyusunan rencana (policy) yang akan dilakukan pada masa

yang akan datang. Dengan mengadakan analisis laporan keuangan perusahaannya seorang

manager dapat mengetahui keadaan dan perkembangan kinerja perusahaan.

Hal 5
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

1.2 LATAR BELAKANG PEMILIHAN SEKTOR

Industri makanan dan minuman di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat, hal ini ditandai

dengan semakin beragamnya jenis makanan dan minuman yang beredar di pasaran. Kondisi

tersebut didukung dengan semakin banyaknya home industri untuk produk makanan dan

mimuman yang secara langsung mendukung atas perkembangan sektor tersebut. Perkembangan

industri makanan dan minuman di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan, hal tersebut

dibuktikan dengan semakin meningkatnya industri makanan dan minuman yang terdaftar di

Bursa Efek Jakarta. Tahun 2000 jumlah industri makanan dan minuman yang terdaftar yaitu

sebanyak 8 perusahaan, tahun 2001 sampai tahun 2004 yaitu sebanyak 14 perusahaan, pada

tahun 2005 sebanyak 16 perusahaan sedangkan pada awal tahun 2006 yaitu sebanyak 17

perusahaan. (Sumber: Bapepam-LK/www.bapepam.go.id).

Melalui perbaikan dan sektor riil, angka pengangguran bisa ditekan dan kemiskinan

berkurang. Selanjutnya daya beli (purchase power) masyarakat pulih. Jika hal itu terjadi, emiten

yang bergerak di sektor riil bisa meningkatkan performa mereka yang secara otomatis berimbas

pada kinerja pasar modal Indonesia. Menteri Keuangan Sri Mulyani juga melontarkan

harapannya untuk perekomonian Indonesia pada tahun 2007. Menurutnya dengan adanya

peningkatan jumlah perusahaan di indonesia seiring membaiknya perekonomian pada tahun

2007. Kondisi tersebut dapat membuktikan bahwa dengan meningkatnya perusahaan makanan

dan minuman yang listing menandakan perusahaan yang membutuhkan dana investasi dan dapat

menunjukan kinerja pada perusahaan tersebut (Sumber: Bapepam-LK/www.bapepam.go.id)

Hal 6
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

Apalagi pangsa pasar produk makanan dan minuman ini tidak hanya terbatas untuk kalangan

tertuntu seperti produk industri yang lain. Faktor lain yang mendukung untuk perkembangan

industri makanan dan minuman yaitu untuk bahan baku tersedia melimpah di dalam negeri

sehingga tidak perlu menambah biaya untuk melakukan import. Sektor makanan dan minuman

untuk saat ini memegang peranan yang cuukup penting dalam perkembangan industri nasional.

Kondisi tersebut mengakibatkan pada sektor ini menjadi salah satu pilihan para investor sebagai

sarana investasi yang menjanjikan. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan

makanan dan minuman yang go public dan menunjukan bahwa perusahaan tersebut telah cukup

besar usahanya, dapat menyerap tenaga kerja dan investasi modal yang cukup besar.

Dalam pembahasan analisis laporan keuangan untuk subsektor Makanan dan Minuman yang

dilakukan oleh tim penulis saat ini tidak menggunakan seluruh perusahaan yang listing di BEI,

namun hanya menggunakan sembilan perusahaan berdasarkan tahun penerbitan initial Public

Offering (IPO) yang minimal tahun 1994. Berarti perusahaan tersebut telah beroperasi selama 20

tahun sehingga diasumsikan sembilan perusahaan ini mampu bertahan sampai saat ini. Untuk

memperjelas dan agar tidak meluasnya pokok masalah yang akan dibahas, maka dalam penulisan

ini dibatasi pada analisa laporan keuangan dalam kurun waktu selama dua tahun yaitu 2012-2013

yang kemudian dilakukan perbandingan antarperiode dalam memberikan penilaian atas kinerja

perusahaan. Analisis yang dilakukan oleh tim penulis menggunakan pendekatan analisis secara

eksternal, dimana tim penulis membandingkan kinerja keuangan industri dengan industri

sejenisnya.

Tabel 1.1 Daftar Perusahaan Pada Sub Sektor Makanan dan Minuman
No Nama Perusahaan Tahun IPO
1 PT. Delta Djakarta Tbk (DLTA) 12 Februari 1984
2 PT. Indofood Sukses Makmur (INDF) 14 Juli 1994
3 PT. Sekar Bumi Tbk (SKBM) 05 Januari 1993

Hal 7
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

4 PT. Davomas Abadi Tbk (DAVO) 22 Desember 1994


5 PT. Multi Bintang Indonesai Tbk (MLBI) 17 Januari 1994
6 PT. Sekar Laut Tbk (SKLT) 08 September 1994
7 PT. Ultra Jaya Milk Industry and Trading Company Tbk (ULTJ) 2 Juli 1990
8 PT. Akasha Wira Internasional Tbk (ADES) 13 Juni 1994
9 PT. Mayora Indah Tbk (MYOR) 4 Juli 1990
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ANALISIS RASIO KEUANGAN

Analisis rasio adalah suatu angka yang menunjukan hubungan antara unsur-unsur dalam

laporan keuangan. Hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis sederhana (Arief

Sugioyo : 2009). Dengan adanya rasio keuangan dapat menjelaskan dan mengambarkan kepada

penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari

suatu periode ke periode berikutnya. Selain itu rasio keuangan juga bertujuan sebagai dasar

pembuat keputusan-keputusan yang diperlukan bagi kepentingan apakah perusahaan tersebut

akan menguntungkan apabila sahamnya dibeli.

Dalam menganalisis rasio keuangan ada dua jenis perbandingan yang digunakan yaitu:

a. Perbandingan Internal : Membandingkan rasio saat ini dengan rasio masa lalu dari

perusahaan yang sama. Sehingga pemakai dapat melihat

kecenderungan rasio keuangan, apakah mengalami

penurunan atau peningkatan yang menunjukan kinerja dan

kondisi keuangan perusahaan.

b. Perbandingan Eksternal : Membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan rasio

keuangan perusahaan lainnya yang sejenis atau dengan rata-

rata industri pada titik yang sama. Perbandingan ini

memberikan pemahaman yang mendalam tentang kondisi

Hal 8
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

dan kinerja perusahaan dan membantu mengidentifikasi

penyimpangan dari rata-rata atau standar industri (Darsono

dan Ashari : 2009)

Tabel 2.1 Rasio Keuangan Menggunakan Rata-Rata Industri


(Current Rasio, Quick Rasio, Perputaran Piutang, Periode Penagihan)
N Perusah Current Rasio Quick Rasio Perputaran Periode
Penagihan
o aan Piutang
2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013
1 DLTA 5,26 4,70 4,00 3,62 4,75 5,55 75,78 64,86

2 INDF 2,05 1,67 1,44 1,25 13,79 13,42 26,11 26,82

3 SKBM 1,25 1,25 0,83 0,92 12,25 12,92 29,39 27,87

4 DAVO 1005,18 999,920 417,17 702,53 1,17 0,57 271,10 622,21

5 MLBI 0,20 0,98 0,05 0,75 6,36 14,46 56,58 24,89

6 SKLT 1,41 1,23 0,73 0,67 25,53 36,03 14,04 9,94

7 ULTJ 2,82 2,47 1,45 1,63 9,10 10,02 39,56 35,93

8 ADES 1,94 1,82 1,19 1,03 6,64 6,66 54,22 54,07

9 MYOR 2,76 2,44 1,98 1,89 5,12 4,94 70,26 72,86


Rata-Rata 1,80 0,70 4,87 37 hari
industri Kali/tahun
Keteranga
>1,80 = Baik >0,70 = Baik >4,87 kali/thn < 37 hari = Baik
n Rata-
= Baik
Rata

Industri

Hal 9
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

Tabel 2.2 Rasio Keuangan Menggunakan Rata-Rata Industri


(Gross Profit Margin, Net Profit Margin, ROI)
No Perusahaan GPM NPM ROI

2012 2013 2012 2013 2012 2013


1 DLTA 71,86 69,81 29,64 31,20 28,64 31,20

2 INDF 27,07 24,82 9,52 5,92 8,05 4,38

3 SKBM 9,79 11,30 1,69 4,49 4,40 11,71

4 DAVO -3,09 0,44 (224,30) 51,09 -1.00 12,02

5 MLBI 61,23 64,11 72,49 29,70 12,79 8,39

6 SKLT 22,61 21,87 1,98 2,01 3,19 3,79

7 ULTS 32,09 29,30 12,58 9,40 14,60 11,57

8 ADES 57,05 56,03 17,49 11,08 21,43 12,62

9 MYOR 22,32 24,31 7,08 8,81 8,97 10,90


Rata-Rata 38 10 11,40
industri
Keterangan > 38 = Baik > 10 = Baik > 11,40 = Baik
Rata-Rata
Industri

a. Current Rasio (Rasio Lancar)

Hal 10
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

Current Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang

dimiliki. Formula yang digunakan:

Current Rasio : Aktiva Lancar / Kewajiban Lancar


Rata-rata industri untuk current rasio yang dalam hal ini dinyatakan oleh Keown sebesar

1,8. Perusahaan yang memiliki current rasio diatas rata-rata industri adalah perusahaan

DLTA, INDF (pada tahun 2012), DAVO, ADES, MYOR dan ULTJ. Dalam hal ini

berarti perusahaan yang memiliki current rasio diatas rata-rata industri memiliki

kemampuan yang besar dalam memenuhi kewajiban lancarnya dengan menggunakan

aktiva lancar yang dimiliki. Namun nilai likuiditas yang terlalu tinggi juga berdampak

kurang baik terhadap earning power karena adanya iddle cash atau menunjukan

kelebihan modal kerja yang dibutuhkan, kelebihan ini akan menurunkan kesempatan

memperoleh keuntungan. Untuk perusahaan INDF (pada tahun 2013), SKBM dan MLBI

memiliki current rasio dibawah rata-rata industri seperti yang dicantumkan pada tabel

diatas. Dapat disimpulkan perusahaan ini dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya

dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki masih tergolong rendah. Hal ini

disebabkan oleh jumlah aktiva lancar yang kurang memadai dibanding jumlah kewajiban

lancarnya. Dari tabel diatas para pengguna laporan keuangan (calon investor) dapat

mempertimbangkan perusahaan mana yang akan dipilih. jika dilihat dari sub sektor

makanan dan minuman, yang dalam hal ini perusahaan yang memiliki current rasio

tertinggi pada tahun 2012 dan 2013 adalah DAVO. Jika diperhatikan dalam laporan

keuangan jumlah aktiva lancar DAVO sangat tinggi, sedangkan kewajiban lancar sedikit.

Sehingga current rasio yang dimiliki sangatlah tinggi. Walaupun DAVO memiliki current

Hal 11
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

rasio yang sangat tinggi, namun pada tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami sedikit

penurunan. Hal ini disebabkan oleh menurunnya jumlah persediaan pada tahun 2013 dan

meningkatnya kewajiban lancar pada tahun tersebut. Untuk perusahaan yang memiliki

current rasio paling rendah adalah perusahaan MLBI. Perusahaan ini memiliki kewajiban

lancar yang jauh lebih tinggi dibandingkan aktiva lancarnya. Berdasarkan laporan

keuangan MLBI, terdapat beberapa kewajiban lancar yang sangat tinggi seperti

kewajiban jangka pendek lainnya dan jaminan embalasi.

b. Quick Rasio (Rasio Cepat)

Quick rasio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih

likuid. Formula yang digunakan:

Quick Rasio : (Aktiva Lancar-Persediaan) / Kewajiban Lancar


Untuk quick rasio, rata-rata industri yang dinyatakan oleh Keown adalah sebesar 0,70.

Berarti perusahaan yang memiliki quick rasio diatas 0,70 dianggap mampu membayar

kewajiban lancarnya dengan aktiva yang likuid, tanpa harus menunggu waktu yang lama

untuk menjual persediaannya. Karena dalam rasio ini persediaan tidak dianggap sebagai

aktiva yang paling likuid karena proses transisi persediaan menjadi kas membutuhkan

waktu yang lama. Dari sembilan perusahaan diatas yang tergolong baik dalam memenuhi

kewajiban lancarnya menggunakan aktiva yang likuid adalah perusahaan DLTA, INDF,

SKBM, DAVO, MLBI (pada tahun 2013), ULTS, ADES, MYOR dan SKLT (pada tahun

2012). Karena rasio ini lebih berkonsentrasi terutama hanya pada aktiva lancar yang lebih

likuid yaitu kas, sekuritas yang dapat diperjualbelikan, piutang yang berhubungan dengan

Hal 12
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

obligasi jangka pendek, sehingga rasio yang tinggi menunjukan kelebihan aktiva lancar

dan tingkat pemenuhan kewajiban lancar semakin besar dan dapat meminimalkan risiko

atas ketidaksanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek. Hal ini dapat meningkatkan

kredibilitas perusahaan yang akan menimbulkan reaksi positif dari investor dan

menyebabkan bertambahnya permintaan terhadap saham. Beberapa perusahaan seperti

MLBI pada tahun 2012 dan SKLT pada tahun 2013 sempat berada dibawah rata-rata

industri. Sehingga pada tahun tersebut kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendeknya masih rendah. Hal ini disebabkan oleh jumlah aktiva lancar

dari perusahaan yang berada dibawah rata-rata industri lebih sedikit dibandingkan dengan

jumlah persediaan yang dimiliki. Untuk quick rasio yang terbaik pada tahun 2012 dan

2013 adalah perusahaan DAVO. Hal ini disebabkan meningkatnya aktiva lancar yang

paling likuid meningkat setiap tahun terutama pada kas perusahaan dan menurunnya

kewajiban lancar yang akan jatuh tempo. Sedangkan untuk perusahaan yang memiliki

quick rasio terendah adalah perusahaan MLBI. Perusahaan ini memiliki aktiva yang lebih

rendah dibandingkan dengan kewajiban yang akan dipenuhi. Kewajiban lancar yang

paling besar adalah utang usaha, utang pajak penghasilan dan jaminan embalasi. Pada

tahun 2013 terlihat kewajiban yang juga meningkat yang tidak diiringi peningkatan oleh

aktiva lancar secara signifikan. Walaupun MLBI termasuk pada perusahaan yang

memiliki tingkat kesanggupan pemenuhan kewajiban lancar menggunakan aktiva lancar

tergolong rendah, namun pihak managemen telah bekerja dengan maksimal sehingga

dapat kita lihat quick rasio dari tahun 2012 ke tahun 2013 meningkat. Peningkatan rasio

ini terjadi pada penurunan utang bank jangka pendek dan peningkatan aktiva lancar.

c. Receivable Turnover (Perputaran Piutang)

Hal 13
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

Suatu angka yang menunjukan berapa kali perusahaan melakukan penagihan atas

piutangnya pada suatu periode tertentu. Perputaran piutang bagi perusahaan sangatlah

penting untuk diketahui karena makin tinggi perputaran piutang, maka piutang yang

dapat ditagih oleh perusahaan makin banyak. Sehingga akan memperkecil adanya piutang

yang tidak tertagih dan memperlancar arus kas. Selain itu piutang yang berasal dari

penjualan kredit dan sebagai modal kerja bagi perusahaan, kondisi piutang idealnya harus

selalu berputar. Periode perputaran piutang tergantung pada panjang pendeknya waktu

yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit. Formula yang digunakan:

Receivable Turnover : Penjualan Kredit / Rata-Rata Piutang


Diketahui melalui Keown rata-rata industri untuk perputaran piutang adalah sebesar 4,87

kali/tahun. Dari tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa perputaran piutang yang baik

dengan melihat rata-rata industri adalah perusahaan DLTA (pada tahun 2013), INDF,

SKBM, MLBI, SKLT, ULTS, ADES dan MYOR. Hal ini menggambarkan kepada kita

bahwa perusahaan dapat meminimalisir jumlah piutang tak tertagih dan menunjukan

bahwa pihak marketing perusahaan dalam mencari pelanggan yang potensial membeli

akan tetapi juga potensial membayar piutangnya tergolong sangat baik. Sedangkan

perusahaan yang masih memiliki perputaran piutang dibawah rata-rata industri seperti

perusahaan DLTA (pada tahun 2012) dan DAVO yang hanya memiliki perputaran

piutang pada tahun 2012 dan 2013 sebanyak 1 kali, dalam hal ini DAVO belum mampu

mengendalikan pelanggan untuk membayar piutang dengan baik sehingga memicu

tingginya cadangan piutang tak tertagih. Selain itu rendahnya tingkat perputaran piutang

sangat buruk bagi perusahaan karena berinvestasi dengan piutang sangat tinggi dan

semakin lambatnya pengembalian modal. Analisa lebih lanjut terhadap rendahnya

Hal 14
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

perputaran piutang juga mungkin disebabkan oleh kurang efektifnya bagian kredit dan

bagian penagihan, dan juga dipengaruhi oleh kebijakan pemberian kredit yang terlalu

lama sehingga terikatnya modal kerja dalam bentuk piutang yang memakan waktu lebih

lama. Dalam hal ini perusahaan SKLT sebagai leader dalam rasio perputaran piutang

untuk tahun 2012 sebesar 25,53 dan tahun 2013 sebesar 36,03. Dalam hal ini perusahaan

yang memiliki tingkat perputaran piutang yang tinggi adalah perusahaan SKLT, hal ini

disebabkan oleh tingkat penjualan yang semakin tinggi dan jumlah piutang rata-rata yang

rendah. Dengan tingginya perputaran piutang pada perusahaan SKLT, arus kas akan

semakin lancar. Sedangkan perusahaan DAVO paling rendah dalam rasio ini, hal ini

dikarenak tingginya piutang kepada pihak berelasi dan tingkat penjualan yang masih

rendah. Semakin tahun jumlah piutang semakin tinggi dan kebijakan managemen dalam

memberikan jangka waktu pembayaran cukup lama, begitu juga untuk penjualan yang

juga menurun di tahun 2013.

d. Collection Period (Periode Penagihan)

Semakin lama jangka waktu piutang usaha, risiko tidak tertagihnya semakin besar.

Walaupun demikian, jangka waktu piutang yang lebih lama dapat dibenarkan karena

jangka waktu kredit dapat dilonggarkan, misalnya untuk penggenalan produk baru atau

apabila tingkat penjualan yang direncakan pada periode berjalan belum tercapai. Formula

yang digunakan:

Collection Period = 360 / Perputaran Piutang


Berdasarkan rasio di tabel 3.1 menunjukan bahwa perusahaan yang mampu

mengumpulkan piutang kurang dari rata-rata industri yaitu 37 hari adalah perusahaan

Hal 15
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

INDF, SKBM, MLBI (pada tahun 2013), SKLT dan ULTJ (pada tahun 2013). Sedangkan

perusahaan DLTA, DAVO, MLBI (pada tahun 2012), ULTJ (pada tahun 2012), ADES

dan MYOR masih rendah dalam mengumpulkan piutang ditunjukan dengan lamanya

hari yang terdapat pada tabel diatas. Pada hasil perhitungan diatas juga dapat disimpulkan

bahwa pada tahun 2012 dan 2013 leader yang mampu mengumpulkan piutang usaha

dengan jangka waktu yang pendek adalah perusahaan SKLT yaitu 14 dan 9 hari.

e. Gross Profit Margin / GPM (Margin Laba Kotor)

Margin laba kotor merupakan perbandingan laba kotor dengan tingkat penjualan yang

dicapai oleh perusahaan pada periode yang sama. Margin laba kotor ini mencerminkan

laba kotor yang dapat dicapai setiap rupiah penjualan yang terjadi. Menurut sumber yang

dikeluarkan oleh Kweon rasio margin laba kotor yang harus dijaga oleh perusahaan

sebesar 38%. Formula yang digunakan:

GPM = Laba Kotor / Penjualan


Dari tabel 3.2 diatas perusahaan yang memiliki rasio diatas rata-rata industri adalah

perusahaan DLTA, MLBI dan ADES. Semakin tinggi margin laba kotor yang dihasilkan,

maka hal ini baik bagi perusahaan karena dapat meminimalisir biaya produksi.

Perhitungan ini dilakukan juga bertujuan untuk mengetahui berapa sisa uang yang

dihasilkan dari pendapatan yang digunakan untuk membayar beban perusahaan. Dari tiga

perusahaan diatas yang memiliki margin laba kotor yang baik seperti perusahaan DLTA,

MLBI dan ADES akan menjadi sorotan bagi investor karena berkaitan dengan harga

saham dan dividen perusahaan. Dari perhitungan diatas juga diperoleh beberapa

perusahaan yang memiliki margin laba kotor yang rendah, yaitu perusahaan INDF,

Hal 16
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

SKBM, DAVO, SKLT, ULTS dan MYOR. Dalam hal ini perusahaan-perusahaan

tersebut memiliki gross profit margin yang rendah mungkin disebabkan oleh terlalu

tingginya beban penjualan sehingga mengakibatkan rendahnya laba kotor. Angka yang

diperoleh patut sebagai teguran bagi perusahaan untuk mencari strategi lain agar

perusahaan terus menghasilkan keuntungan karena perhitungan ini juga digunakan

sebagai indikasi kesehatan perusahaan. Dari GPM yang diperoleh diatas, satu dari

sembilan perusahaan yang menjadi leader pada tahun 2012-2013 adalah perusahaan

DLTA dengan perolehan persentase sebesar 71,86 dan 69,81 hal ini disebabkan oleh

tingkat penjualan perusahaan yang tinggi dan meningkat setiap tahun dan diikuti dengan

kecilnya beban penjualan. Sedangkan untuk perusahaan yang belum mampu menciptakan

laba dengan baik berdasarkan penjualan adalah perusahaan DAVO. Perusahaan ini

memiliki tingkat penjualan yang rendah dan biaya penjualan yang tinggi.

f. Net Profit Margin / NPM (Margin Laba Bersih)

Net Profit Margin adalah rasio tingkat profitabilitas yang dihitung dengan cara membagi

keuntungan bersih dengan total penjualan. Rasio ini menunjukan keuntungan bersih

dengan total penjualan yang diperoleh dari setiap penjualan. Formula yang digunakan:

NPM = Laba bersih / Penjualan


Pada tabel diatas perusahaan yang memiliki margin diatas rata-rata industri sesuai

dengan standar yang dikeluarkan oleh Kweon sebesar 10% adalah DLTA, DAVO (pada

tahun 2013), MLBI, ULTS (pada tahun 2012) dan ADES. Semakin tinggi margin yang

diperoleh oleh perusahaan tersebut maka akan semakin baik karena dalam hal tersebut

perusahaan mampu mencetak tingkat keuntungan yang tinggi. Ujung-ujungnya

Hal 17
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

perusahaan mampu membagikan deviden yang juga tinggi kepada pemegang saham.

Perhitungan ini lebih akurat dibandingkan dengan GPM dalam menghitung kesehatan

perusahaan. Karena dalam perhitungan NPM menggunakan angka yang telah dkurangi

dengan beban pajak dan beban operasional perusahaan. Perusahaan yang masih rendah

dalam menghasilkan laba bersih adalah perusahaan DAVO (pada tahun 2013), INDF,

SKBM,SKLT, ULTS (pada tahun 2013) dan MYOR. Perhitungan ini bisa penjadi

pegangan bagi perusahaan untuk menetukan kembali kebijakan yang tepat untuk

menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi. Salah satu dengan menekan beban

operasional. Selain itu dengan adanya perhitungan ini pihak managemen dapat

membandingkan anggaran dengan realisasi, sehingga dapat diketahui permasalahan yang

terjadi. Dalam industri sejenis yang dianalisis pada tahun 2012 NPM yang baik adalah

untuk perusahaan MLBI sebesar 72,49 karena tingkat penjualan mampu mengcover biaya

perusahaan dengan baik. Sedangkan untuk DAVO belum mampu menciptakan laba

bersih berdasarkan dengan penjualan yang dilakukan.

g. ROI (Rasio Pengembalian atas Investasi)

Rasio pengembalian atas investasi merupakan perbandingan antara laba setelah pajak

dengan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. ROI menunjukan kemampuan

perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio

ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya

selama operasional perusahaan berlangsung. Formula yang digunakan:

ROI = Laba Bersih Setelah Pajak / Aktiva

Hal 18
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

Menurut sumber yang dikeluarkan oleh Kweon rata-rata industri untuk ROI adalah

sebesar 11,40. Dari perhitungan diatas perusahaan yang memiliki ROI diatas rata-rata

industri adalah DLTA, SKBM (pada tahun 2013), MLBI (pada tahun 2012), ULTS dan

ADES. Semakin tinggi ROI yang dihasilkan oleh perusahaan ini akan berdampak baik

bagi perusahaan serta dengan tingginya ROI menunjukan tingkat kinerja perusahaan yang

baik. Dalam hal ini perusahaan berhasil mencari keuntungan dengan menggunakan aktiva

yang ditanamkan oleh perusahaan tersebut. Untuk perusahaan yang masih berada

dibawah rata-rata industri, hal ini menjadi perhatian yang kemungkinan besar biaya atas

investasi lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang akan diperoleh, sehingga

berdampak terhadap laba perusahaan.

2.2 ANALISIS EVA

EVA (Economic Value Added) adalah salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan. EVA

merupakan indikator tentang adanya penambahan nilai dari satu investasi. EVA yang positif

menunjukan bahwa manajemen perusahaan berhasil meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik

perusahaan sesuai dengan tujuan manajemen keuangan memaksimalkan nilai perusahaan. Istilah

EVA dipopulerkan Stern Steward Managemen Service yaitu perusahaan konsultan di Amerika

Serikat sekitar tahun 1990-an.

Indikator EVA adalah bila EVA > 0, terjadi proses nilai tambah perusahaan, kinerja

perusahaan baik. Jika EVA = 0, menunjukan posisi impas perusahaan dan apabila EVA < 0,

berarti total biaya modal perusahaan lebih besar daripada laba operasi setelah pajak yang

diperolehnya, sehingga kinerja perusahaan tersebut tidak baik. Formula yang digunakan adalah:

EVA = Nopat – Capital Charge

Hal 19
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

Tabel 2.3 Hasil Perhitungan EVA pada Perusahaan Sub Sektor Makanan & Minuman
No Perusahaan EVA
Tahun 2012 Tahun 2013
1 DLTA (2.574.763.213) (2.300.599.181)
2 INDF (523.937.312) (967.646.224)
3 SKBM (7.119.420.123.283) (2.624.905.561.788)
4 DAVO (2.875.195.841.791) (250.435.528.983)
5 MLBI (3.236.718) (1.300.104)
6 SKLT (5.187.097.261.043) (4.369.394.683.656)
7 ULTJ (9.253.866.149.043) (11.758.141.589.303)
8 MYOR (65.829.721.358.620) (54.044.159.773.620)
9 ADES (3.572.683.861.709) (6.114.870.518.511)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sembilan perusahaan dalam sub sektor makanan dan

minuman dari 2012 sampai tahun 2013 memiliki EVA negatif. Hal ini berarti bahwa sembilan

perusahaan diatas tidak memiliki nilai tambah yang disebabkan karena biaya modal perusahaan

lebih besar daripada laba operasi setelah pajak yang diperoleh. Dalam hasil yang diperoleh yaitu

dengan EVA negarif berarti kinerja perusahaan tidak baik. Dari pihak perusahaan tidak konsisten

dengan tujuan memaksimumkan nilai tambah. EVA yang negatif untuk perusahaan-perusahaan

ini menjadi peringatan dan harus hati-hati dalam menentukan kebijaksanaan struktur modal.

Karena EVA memperhitungkan biaya modal dan ekuitas, banyak perusahaan yang sering

mengabaikan karena mengganggap bahwa dana ekuitas yang diperoleh dari pasar modal adalah

dana murah yang tidak perlu di kompensasi dengan tingkat pengembalian yang tinggi. Anggapan

ini muncul karena biaya atas modal ekuitas tidak diperhitungkan di laporan laba rugi sehingga

terlihat dana ekuitas tersebut gratis.

2.3 ANALISIS DISTRESS

Hal 20
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

Finansial Distress adalah tahapan penurunan kondisi keuangan suatu perusahaan sebelum

terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Finansial Distress merupakan masalah likuiditas yang

sangat parah yang tidak bisa dipecahkan tanpa perubahan ukuran dari operasi atau struktur

perusahaan. Dengan mengetahui kondisi finansial distress pada perusahaan di sub sektor

makanan dan minuman dapat dijadikan sebagai peringatan dini atas kebangkrutan sehingga

managemen dapat melakukan tindakan secara cepat untuk mencegah masalah sebelum terjadinya

kebangkrutan. Formula yang digunakan: (Rumusan Z Score Altman = untuk menilai

kebangkrutan).

Tabel 2.4 Rumus yang Digunakan untuk Analisis Financial Disstress

Keterangan Rumus
XI ( Net Working Capital to Total Asset) XI = Current Asset – Current Liabilities

Kemampuan perusahaan untuk Total Aktiva


menghasilkan modal kerja bersih dari
keseluruhan total aktiva yang dimiliki.
X2 ( Retained Earning To Total Asset) X2 = Retained Earnings

Kemampuan perusahaan untuk Total Assets


menghasilkan laba ditahan dari total
aktiva perusahaan.
X3 (Earnings Before Interest and Tax To X3 = EBIT
Total Assets)
Total Assets
Kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dari aktiva
perusahaan, sebelum beban bunga dan
pajak.
X4 (Market Value of Equity to Book X4 = Market Value Equity
Value of Debt)
Book Value of Total Debt
Kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban-kewajiban dari
nilai pasar modal sendiri (saham biasa).
X5 ( Sales to Total Assets) X5 = Sales

Apakah perusahaan mampu Total Assets

Hal 21
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

menghasilkan volume bisnis yang cukup


dibandingkan investasi dalam total
aktivanya. Rasio ini mencerminkan
efisiensi managemen dalam
menggunakan keseluruhan aktiva
perusahaan untuk menghasilkan
penjualan dan mendapatkan laba.
Z = 0,717X1 + 0,84X2 + 3,10X3 + 0,42X4 + 0,998X5

Jika Z : < 1,20 Jika Z : > 2,90 = Jika Z : antara 1,2 – 2,9 (area
= kebangkrutan kebangkrutan meragukan (grey area)
tinggi (tidak rendah (Sehat)
sehat)
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan analisis model Altman (Z-

Score) yang terdiri dari X1, X2, X3, X4, X5. Setelah memasukan nilai-nilai tersebut dan

diperoleh hasil Z dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 2.5 Hasil Perhitungan Finansial Distress

No Nama perusahaan Tahun


2012 2013
1 DLTA 10,90 (Sehat) 10,30 (Sehat)
2 INDF 36,07 (Sehat) 61,49 (Sehat)
3 SKBM 63,72 (Sehat) 22,89 (Sehat)
4 DAVO 4,20 (Sehat) 12,94 (Sehat)
5 MLBI 6,15 (Sehat) 6,82 (Sehat)
6 SKLT 7,72 (Sehat) 7,70 (Sehat)
7 ADES 19,67 (Sehat) 27,70 (Sehat)
8 MYOR 24,31 (Sehat) 28,50 (Sehat)
9 ULTJ 20,84 (Sehat) 24,21 (Sehat)
Dari data diatas sembilan perusahaan memiliki finansial distress yang tinggi yaitu dengan

angka diatas 2,90 yang artinya perusahaan terkategori sehat dan tingkat kebangkrutan rendah.

Perusahaan tersebut adalah DLTA, INDF, SKBM, DAVO,MLBI, SKLT, ADES, MYOR, ULTJ.

Hasil ini menunjukan bahwa sembilan perusahaan tersebut pada tahun 2012-2013 mampu

mengelola asset yang dimiliki menjadi lebih produktif dan mampu meminimalisir kemungkinan

Hal 22
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

kerugian yang terjadi. Rendahnya tingkat kebangkrutan dari sembilan perusahaan diatas

kemungkinan besar perusahaan-perusahaan tersebut mampu mengendalikan bagian internal

perusahaan dalam menjaga kesehatan perusahaan. Bagian internal yang dijaga oleh perusahaan

seperti yang pertama, kesanggupan kas untuk menutupi beban-beban operasional, pihak

managemen yang mampu mengelola arus kas perusahaan untuk pembayaran aktivitas

perusahaan. Kedua, perusahaan tersebut mampu mengendalikan jumlah hutang yang digunakan

untuk menutupi biaya perusahaan dan pada waktu jatuh tempo perusahaan memiliki kecukupan

dana untuk memenuhi kewajiban tersebut. Serta yang ketiga, mampu menjaga keuntungan

operasional yang menyebabkan arus kas positif. Hal ini ini sangat mempengaruhi jumlah

pendapatan yang lebih besar dibanding beban operasional.

2.4 ANALISIS LEVERAGE

Pengertian financial leverage (leverage keuangan) menurut Keown, Seall, Martin, dan Patty

(2000) adalah : “Pembiayaan sebagian dari aset perusahan dengan surat berharga yang

mempunyai tingkat bunga yang tetap (terbatas) dengan mengharapkan peningkatan yang luar

biasa pada pendanaan bagi pemegang saham”. Dilihat dari pengertian di atas leverage keuangan

dimiliki perusahaan karena adanya penggunaan modal atau dana yang memiliki beban tetap

dalam pembiayaan perusahaan dengan harapan atas penggunaan dana tersebut akan

memperbesar pendapatan per lembar saham.

Financial leverage menunjukkan penggunaan hutang dalam membiayai perusahaan yang

dapat mengakibatkan timbulnya resiko keuangan, semakin besar biaya tetap finansial yang

ditambahkan pada biaya tetap opersasi (Operating Fixed Cost). Penambahan fixed cost yang

Hal 23
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

lebih besar akan mengurangi keuntungan bersih pemegang saham, dan pengurangan keuntungan

ini berarti resiko bagi para pemegang saham biasa.

Efek yang menguntungkan dari leverage keuangan sering di sebut traiding in equity.

Leverage keuangan itu merugikan apabila perusahan tidak dapat memperoleh pendapatan dari

penggunaan dana tersebut lebih besar  dari pada beban tetap yang harus di bayar. Nilai leverage

keuangan positif atau negatif di nilai berdasarkan pengaruh leverage yang di miliki terhadap

pendapatan per lembar sahm (EPS).

Perusahaan yang menggunakan utang adalah perusahaan yang mempunyai financial

leverage. Semakin besar proporsi utang yang dipergunakan oleh perusahaan, pemilik modal

sendiri akan menanggung risiko yang semakin besar. Walaupun penggunaan finansial leverage

memiliki resiko yang cukup besar, perusahaan tetap cenderung memilih finansial leverage yang

tinggi karena;

1. Jika pengusaha menginvestasikan sebagian kecil saja dari keseluruhan dana yang

dibutuhkan perusahaan, maka resiko perusahaan ditanggung kreditur.

2. Dengan menambah pendanaan yang berasal dari hutang, pemegang saham dapat

mengontrol perusahaan dengan jumlah investasi yang lebih kecil.

3. Jika perusahaan dapat menghasilkan keuntungan atas penggunaan hutang yang dibebani

bunga, pengembalian atas modal (ROE) dapat bertambah atau meningkat.

Pernyataan menunjukan perusahaan yang menggunakan finansial leverage yang lebih

tinggi berarti tambahan dana untuk investasi, maka perusahaan berharap dapat

meningkatkan EPS perusahaan tersebut. Peningkatan EPS tidak terlepas dari kaitannya

dengan volume penjualan perusahaan.

Hal 24
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

4. Penggunaan finansial leverage pada suatu perusahaan dikatakan menguntungkan apabila

pendapatan yang diterima dari penggunaan dana melalui hutang tersebut mengalami

peningkatan dari beban tetap penggunaan hutang tersebut.Dengan demikian finansial

leverage menunjukan perubahan laba perlembar saham akibat perubahan EBIT.

Tabel 2.6 Hasil Perhitungan Leverage Sub Sektor Makanan dan Minuman

LEVERAGE ANALYSIS
KETERANGAN
2012 2013
PT. DLTA 21,28 24,75
PT. INDF 42,41 55,77
PT. SKBM 3,39 5,75
PT. ADES 0,65 0,74
PT. MYOR 8,55 21,70
PT. ULTJ 3,85 4,47
PT. DAVO 0,53 4,05
PT. MLBI 77,92 50,37
PT. SKLT 3,33 2,75
Dari tabel diatas pada umumnya rasio leverage pada perusahaan-perusahaan diatas

mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke 2013, kecuali pada PT. MLBI dan PT. SKLT. Untuk

rasio leverage yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun artinya perusahaan dalam

keadaan baik karena berhasil memaksimalkan pemanfaatan aktiva dari sumber modal saham

yang ada, artinya hal itu baik karena semakin tinggi rasio leveragenya artinya tingkat

pengembalian atas ekuitasnya juga tinggi dan hal ini baik juga bagi investor.

Dari tabel diatas rasio leverage keuangan untuk tahun 2012 dan 2013 menunjukkan bahwa

setiap Rp 1,00 dari ekuitas saham biasa terkait dengan aktiva perusahaan sebesar 21,28 dan

24,75 pada PT DLTA, 42,41 dan 55,77 pada PT. INDF, 3,39 dan 5,75 pada PT. SKBM dan 0,65

dan 0,74 pada PT. ADES, 18,55 dan 21,70 pada PT. MYOR, 3,85 dan 4,47 Pada PT ULTJ, 0,53

dan 4,05 pada PT. DAVO, 77,92 dan 50,37 pada PT. MLBI serta 3,33 dan 2,75 pada PT. SKLT.

Semakin tinggi rasionya maka tingkat pengembalian atas ekuiats juga akan semakin tinggi.

Hal 25
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

2.5 ANALISIS DUPONT


Analisis Du Pont merupakan analisis yang mencakup rasio aktivitas dan margin keuntungan

atas penjualan untuk menentukan profitabilitas yang dimiliki perusahaan. Dari analisis ini juga

dapat diketahui efisiensi atas penggunaan aktiva perusahaan.

Alat pengukur kinerja keuangan yang paling popular sebagaimana yang digunakan dalam

analisa DuPont adalah analisa Return on Equity (ROE) dan Return on Investment (ROI) atau

ROA. Cara analisa DuPont hampir sama dengan analisa laporan keuangan biasa, tetapi

pendekatannya lebih integratif dan menggunakan komposisi laporan keuangan sebagai elemen

analisanya.

Sistem Du Pont sering digunakan untuk pengendalian divisi, prosesnya disebut dengan

pengendalian terhadap tingkat pengembalian investasi (ROI). Jika ROI untuk divisi tertentu

berada di bawah angka yang ditargetkan, melalui sistem Du Pont dapat ditelusuri sebab–sebab

terjadinya penurunan ROI.Hasil pengembalian ekuitas atau ROE merupakan suatu rasio yang

mengukur laba bersih setelah pajak dengan modal sendri. Rasio ini menunjukkan efisiensi

penggunaan modal sendri. Semakain tinggi rasio ini maka semakin baik kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba dengan menggunakan modal sendiri. ROE diperlukan demikian

penting karena merupakan ukuran efisiensi yang dicapai perusahaan dalam mendayagunakan

modal para pemilik saham. ROE merupakan taksiran tentang laba bersih dari modal (equity)

yang diinvestasikan atau persentase pengembalian (return) kepada pemilik dari investasinya

dalam perusahaan.

Tahap-tahap dalam melakukan analisis Du Pont adalah sebagai berikut:

1. Menghitung Rasio Aktifitas yaitu Total Assets Turn Over (TATO)

Hal 26
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

Total Assets Turn Over (TATO) atau perputaran aktiva digunakan untuk mengukur

efisiensi penggunan aktiva untuk menghasilkan penjualan. Rumus yang digunakan dalam

menghitung perputaran aktiva adalah sebagai berikut:

Penjualan Bersih
Total Assets Turnover=
Total Aktiva

2. Menghitung Profit Margin

Profit margin digunakan untuk untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan. Operating profit margin mengukur persentase dari profit yang

diperoleh perusahaan dari tiap penjualan sebelum dikurangi dengan biaya bunga dan

pajak. Pada umumnya semakin tinggi rasio ini maka semakin baik. Rumus yang

digunakan dalam menghitung net profit margin adalah sebagai berikut:

Laba Bersih Setelah Pajak (EAT )


Net Profit Margin=
Penjualan Bersih

3. Menghitung Return On Investment (ROI)

Rumus yang digunakan dalam menghitung perputaran aktiva adalah sebagai berikut:

Turn
Return on Investmen=Net Profit Margin × Assets
¿

4. Menghitung ROE

Bila ROI dikalikan dengan Rasio Total Assets – Equity (disebut Equity Multiplier), akan

menghasilkan Return on Equity.

ROE=ROI × Ekuitas Multiplier

Hal 27
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

ROE=¿

Tabel 2.7 Hasil Perhitungan Dupont Sub Sektor Makanan dan Minuman

NPM TATO ROI ROE


URAIAN
2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013
PT. DLTA 29,64 31,20 0,97 1,00 28,64 31,20 35,68 39,98
PT. INDF 9,52 5,92 0,85 0,74 8,05 4,38 14,00 8,90
PT. SKBM 1,69 4,49 2,61 2,61 4,40 11,71 9,95 28,97
PT. ADES 17,49 11,08 1,22 1,14 21,43 12,62 39,87 21,02
PT. MYOR 7,08 8,81 1,27 1,24 8,97 10,90 24,27 26,87
PT. ULTJ 12,58 9,40 1,16 1,23 14,60 11,56 21,08 16,13
PT. DAVO 51,09 -222,64 0,24 0,48 12,02 -107,39 12,86 126,77
PT. MLBI 32,88 28,93 2,00 1,36 65,72 39,36 118,6 137,46
0
PT. SKLT 2,02 1,98 1,88 1,61 3,79 3,19 8,19 6,15

Berdasarkan tabel diatas, perhitungan ROI PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF),

PT. Akasha Wira International Tbk. (ADES), PT. Ultra Jaya Milk Industri Tbk. (ULTJ), PT.

Davomas Abadi Tbk. (DAVO), PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI) dan PT. Sekar laut

Tbk. (SKLT), selama periode 2012 sampai dengan 2013 mengalami penurunan. Penurunan ROI

mengindikasi bahwa kemampuan manajemen perusahaan menurun dalam melakukan

pengelolaan atas aktivanya untuk menghasilkan laba operasi. Tingkat ROI yang menurun ini

juga akibat dari nilai NPM dan TATO yang selama tahun 2012dan 2013 yang juga mengalami

penurunan. Namun pada kasus perusahaan PT. ULTJ dan PT. DAVO, ROInya mengalami

penurunan akan tetapi nilai TATOnya malah mengalami peningkatan. Hal ini bisa saja terjadi

akibat nilai aktiva kedua perusahaan tersebut mengalami penurunan akan tetapi nilai

penjualannya mengalami kenaikan.

Hal 28
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

Berdasarkan hasil perhitungan ROE perusahaan diatas juga terdapat hasil yang bervariasi.

Untuk perusahaan mengalami penurunan. Turunnya ROE mengindikasikan bahwa tingkat

penghasilan bersih yang diperoleh oleh pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan

didalam perusahaan menurun.

2.6 ANALISIS CASH FLOW

Gambaran Jumlah Aset

Sebagaimana tergambar dalam Tabel.1 di atas, dari 9 perusahaan yang di analisis, PT

Indofood Sukses Makmur, Tbk., menduduki peringkat pertama dalam jumlah aset. Perusahaan

makanan dan minuman yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia itu ternyata memiliki

aset yang sangat jauh lebih banyak dibanding 8 perusahaan lainnya. Berdasarkan laporan

keuangan tahun 2013, Indofood memiliki aset sejumlah Rp78 triliun lebih. Jumlah ini meningkat

31,49% dibanding tahun 2012, atau terjadi penambahan aset sejumlah 18,7 triliun. Jumlah aset

Indofood setara dengan 8 kali jumlah aset PT Mayora Indah Tbk yang menduduki peringkat ke-2

dalam jumlah aset dengan jumlah Rp9,7 triliun. Jika dibandingkan dengan PT Sekar Laut Tbk

yang memiliki aset hanya Rp301,9 miliar dan menduduki peringkat 9, aset Indofood setara

dengan 258 kali lipatnya. Berdasarkan pemeringkatan di atas, sudah dapat dipastikan bahwa

Indofood tidak bisa dibandingkan dengan 8 perusahaan lainnya dalam hal jumlah aset. Ini

disebabkan, pangsa pasar Indofood yang memiliki ratusan jenis produk memang jauh lebih besar

dibanding perusahaan lain yang hanya fokus pada beberapa produk, meskipun kesemua

perusahaan tersebut telah berusia lebih dari 20 tahun.

Urutan peringkat di atas akan berubah saat objek yang diurutkan ditukar menjadi

persentase penambahan atau pengurangan aset dari tahun 2012 ke tahun 2013. Peringkat teratas

diduduki oleh PT Sekar Bumi, Tbk., dengan raihan penambahan aset sebesar 72,2 % atau

Hal 29
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

Rp208,6 miliar, dilanjutkan dengan PT Multi Bintang Indonesia yang asetnya bertambah 54,6%

atau Rp630,1 miliar. Selain dua perusahaan tersebut, Indofood pun memperlihatkan penambahan

aset yang besar di tahun 2013 yaitu sebesar 31,5% atau 18,7 triliun. Penambahan aset yang

signifikan pada PT Sekar Bumi (72,2%) disebabkan adanya peningkatan drastis jumlah aset

lancar sebesar 103,3%, yaitu meningkat dari Rp166,5 miliar menjadi Rp338,5 miliar atau terjadi

peningkatan Rp179,9 miliar aset. Peningkatan penjualan sebesar 72%, yaitu dari Rp753,7 miliar

menjadi Rp1,29 triliun menjadi pemicu utama peningkatan aset pada perusahaan tersebut. Ini

menunjukkan perkembangan yang pesat pada pangsa pasar PT Sekar Bumi selama tahun 2012.

Ini pula agaknya yang menyebabkan manajemen berani meningkatkan utang bank perusahaan

tersebut sebesar 122% yaitu bertambah Rp88 miliar.

Sementara itu, pada PT Davomas Abadi terjadi hal yang cenderung stagnan. Penambahan

aset perusahaan tersebut hanyalah sebesar 0,96% atau Rp24 miliar. Penurunan jumlah penjualan

menjadi salah satu penyebab tidak banyaknya perubahan jumlah aset pada perusahaan tersebut.

Dari data terlihat bahwa penjualan perusahaan tersebut pada 2013 menurun lebih dari 50%

dibanding 2012 yaitu dari Rp1,2 triliun menjadi Rp596,3 miliar. Namun jika dilihat lebih dalam,

ada hal menarik yang terjadi pada perusahaan tersebut. Meskipun pada tahun 2012 mereka

mengklaim memiliki pendapatan usaha sebesar Rp1,2 triliun, namun pada akhir laporan laba rugi

dicantumkan bahwa perusahaan itu mengalami kerugian sebesar Rp2,7 triliun. Ini disebabkan

akumulasi akun pembatalan kontrak kerja yang menyatakan mereka rugi sebesar Rp 2,6 triliun.

Selain itu jumlah beban pokok penjualan juga lebih besar dari pada pendapatan usaha mereka

sendiri. Berbeda dengan tahun 2013, meski pendapatan usaha hanya596,3 miliar, namun mereka

mampu mencatatkan laba sebesar Rp304,7 miliar. Ini mengindikasikan adanya kebijakan

Hal 30
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

strategis dari manajemen yang mampu mengurangi beban pokok penjualan dan beban usaha

mereka untuk memaksimalkan laba.

Pertumbuhan Penjualan dan Laba Bersih

Sebelum membahas tentang pertumbuhan penjualan, ada baiknya kita lhat dulu gambaran

mengenai penguasaan pasar dari masing-masing perusahaan yang akan dianalisis. Dari gambar di

atas, sebagaimana dengan jumlah asetnya yang jauh melebihi perusahaan-perusahaan lain dapat

dilihat bahwa PT Indofood menguasai 72% pangsa pasar makanan dan minuman. Perusahaan

yang terkenal dengan produk-produk mie, kecap, dan berbagai macam perlengkapan dapur ini

membuktikan diri sebagai raksasa dalam bisnis ini.

Sementara itu sebagaimana terlihat Tabel Pertumbuhan Penjualan di bawah ini, pada

tahun 2013 semua perusahaan yang dianalisis, kecuali PT. Davomas Abadi., Tbk., (DAVO)

mengalami pertumbuhan penjualan dengan rata-rata 30%. PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk.

(MLBI) menjadi perusahaan yang mengalami pertumbuhan tertinggi 127,31%. Ini menandakan

kinerja yang luar biasa, jauh diatas rata-rata industri. Pertumbuhan penjualan pada Multi

Bintang juga disertai dengan peningkatan laba bersih sebesar 158%. Pertumbuhan laba bersih

Hal 31
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

yang melewati pertumbuhan penjualan ini menandakan pihak manajemen perusahaan bir tersebut

sukses meminimalkan beban usaha untuk memaksimalkan laba. Perusahaan yang menduduki

peringkat kedua dalam hal pertumbuhan penjualan adalah PT. Sekar Bumi, Tbk., (SKBM).

Perusahaan itu menuai pertumbuhan penjualan sebesar 72%. Namun, dari segi laba bersih,

perusahaan penghasil dan pengekspor produk-produk hasil olahan udang tersebuh mencatatkan

peningkatan yang jauh melebihi pertumbuhan penjualannya sendiri, yaiu 358%. Ini banyak

disebabkan terdapatnya keuntungan dalam selisih kurs dalam penjualan dengan menggunakan

mata uang asing. Perusahaan terbesar yaitu PT Indofood Sukses Makmur., (INDF) juga

melaporkan pertumbuhan penjualan sebesar 15% atau di bawah rata-rata industri. Namun,

pertumbuhan ini tidak diiringi oleh pertumbuhan laba bersih yang mengalami penurunan sebesar

28% dan menduduki peringkat tiga terbawah dalam hal pertumbuhan laba bersih. Ini terjadi

karena adanya peningkatan biaya administrasi dan biaya keuangan yang tidak sebanding dengan

pertumbuhan penjualan. Satu-satunya perusahaan yang tidak membukukan pertumbuhan

penjualan adalah Davomas, mereka bahkan mengalami penurunan drastis penjualan yaitu

berkurang 50% dibanding tahun 2012. Namun, meski memiliki penurunan penjualan, Davomas

ternyata berhasil membalik keadaan pada tahun 2012 ketika mereka mengalami kerugian sebesar

Rp2,7 triliun, karena disebabkan adanya pembatalan kontrak. Di tahun 2013 perusahaan

penghasil produk-produk coklat tersebut menghasilkan laba sebesar Rp304,7 miliar.

Tabel Pertumbuhan Penjualan

Penambahan/
Emiten 2013 2012 Persentase
Pengurangan
MLBI 3.561.989.000.000 1.566.984.000.000 1.995.005.000.000 127,31%

Hal 32
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

SKBM 1.296.618.257.503 753.709.821.608 542.908.435.895 72,03%


SKLT 567.048.547.543 401.742.215.606 165.306.331.937 41,15%
ULTJ 3.460.231.249.075 2.809.851.307.439 650.379.941.636 23,15%
DLTA 867.066.542.000 719.951.793.000 147.114.749.000 20,43%
INDF 57.731.998.000.000 50.201.548.000.000 7.530.450.000.000 15,00%
MYOR 12.017.837.133.337 10.510.625.669.832 1.507.211.463.505 14,34%
ADES 502.524.000.000 476.638.000.000 25.886.000.000 5,43%
DAVO 596.297.370.300 1.201.836.618.300 (605.539.248.000) -50,38%

Rata-rata industri dalam pertumbuhan laba bersih ternyata jauh di atas rata-rata

pertumbuhan penjualan, yaitu 87%. Namun hanya dua perusahaan yang mengalami hal tersebut

yaitu, Sekar Bumi dan Multi Bintang. Sementara itu tiga perusahaan, yaitu Sekar Laut, Mayora

dan Delta Djakarta bergerak di kisaran 26-47%. Sisa perusahaan lainnya mengalami penurunan.

Hal 33
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

Analisis Arus Kas

Pertumbuhan arus kas dari aktivitas operasi mengalami kenaikan rata-rata sebesar 54%.

Davomas menjadi perusahaan yang paling pesat peningkatan aktivitas operasionalnya yaitu

sebesar 352%, berbanding lurus dengan pertumbuhan laba bersih perusahaan tersebut

sebagaimana telah diulas di atas.

Hal 34
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

Peningkataan seperti ini juga terjadi pada Multi Bintang dan Sekar Laut, meski tak

sesignifikan pertumbuhan pada Davomas. Masing-masing meningkat 119% dan 76%. Delta

Djakarta dan Mayora mengalami peningkatan aktivitas operasi di bawah rata-rata yaitu masing-

masing 40% dan 19%. Sementara itu empat perusahaan yang mengalami penurunan

pertumbuhan laba bersih pun mengalami penurunan pertumbuhan penggunaan arus kas dari

aktivitas operasi. Mereka adalah Indofood (-7%), Sekar Bumi (-14%), Akasha Wira International

(-39%) dan Ultra Jaya Milk (-61%). Bisa diperhatikan bahwa pada Ultra Jaya Milk, sisa kas

bersih operasi mengalami penurunan yang terlampau jauh (-61%) dibanding dengan penurunan

pertumbuhan laba bersih mereka yang hanya -8%, padahal jika ditilik lebih dalam perusahaan

susu itu mengalami peningkatan penjualan yang cukup baik yaitu 23%. Ini disebabkan

meningkatnya pembayaran kepada pemasok, karyawan dan beban operasi. Pajak penghasilan

pun naik mencapai dua kali lipat tahun sebelumnya.

Meskipun pada aktivitas operasi terlihat menurun dibanding tahun sebelumnya, aktivitas

investasi Indofood malah meningkat tajam sebesar 183%. Penurunan pertumbuhan laba bersih

tidak menyebabkan perusahaan tersebut menghentikan aktivitas investasi. Mereka mencatat

pembelian aset tetap baru senilai 5,4 triliun untuk menunjang produksi, menambah investasi

deposito berjangka sebesar 3,3 triliun dan mengakuisisi perusahaan lain senilai 3 triliun.

Dalam kedua aktivitas di atas, Multi Bintang terlihat konsisten dengan menempati posisi

1 dan 2. Artinya peningkatan penjualan meningkatkan pula arus kas operasi dan investasi. Multi

Bintang meningkatkan aktivitas investasi mereka sebesar 155% atau 231,3 miliar yang sebagian

besar merupakan pembelian aktiva tetap baru. Persentase ini di atas rata-rata industri

pertumbuhan arus kas investasi yaitu 60%.

Hal 35
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

Sementara itu Davomas yang mengalami peningkatan signifikan dalam pertumbuhan arus

kas operasi (352%), hanya tumbuh 17% dalam arus kas investasi. Ini kemungkinan disebabkan

status perusahaan yang masih dalam keadaan merugi. Kasus sama terjadi pada Sekar Bumi.

Perusahaan itu menurunkan jumlah aktivitas investasi sebesar 34,32% meskipun laba bersih

mereka mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu 359%. Penurunan tersebut disebabkan

penurunan pembelian aktiva tetap hampir 50% dibanding tahun sebelumnya dan penurunan

penambahan modal entitas anak perusahaan dari 9 miliar hanya menjadi 40 juta.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Untuk rasio lancar perusahaan yang memiliki current rasio tertinggi adalah perusahaan

DAVO. Perusahaan ini memiliki jumlah aktiva lancar yang sangat memadai untuk memenuhi

kewajiban lancar yang segera jatuh tempo. Sedangkan untuk current rasio yang rendah adalah

Hal 36
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

perusahaan MLBI. Perusahaan ini memiliki banyak kewajiban lancar pada utang pendek lainnya

dan jaminan embalasi, sedangkan aktiva lancar yang dimiliki tidak memadai.

Quick Rasio tertinggi juga dipegang oleh DAVO. Perusahaan ini memiliki aktiva paling

likuid yang juga memadai untuk mengcover kewajiban yang akan segera dibayarkan tanpa harus

menunggu waktu yang lama untuk menjual persediaan. Sedangkan pada rasio ini yang paling

rendah juga dipegang oleh MLBI. Namun terlihat adanya peningkatan yang baik oleh perusahaan

dengan meningkatnya aktiva lancar dan menurunnya kewajiban, sehingga pada tahun 2013

rasionya meningkat.

Untuk tingkat perputaran piutang, perusahaan yang baik adalah SKLT. Perusahaan ini mampu

mencari pelanggan yang potensial dalam melunasi piutang bagi perusahaan. Selain itu tingkat

penjualan yang setiap tahun mengalami peningkatan. Sedangkan untuk perusahaan DAVO

memiliki tingkat perputaran piutang yang rendah sehingga menyebabkan investasi yang besar

dengan piutang. Selain itu tingginya piutang menyebabkan arus kas perusahaan tersendat.

Periode penagihan piutang yang rendah merupakan hal yang baik perusahaan. Dalam hal ini

SKLT secara otomatis menjadi perusahaan yang baik dari sembilan perusahaan yang dianalisis.

Begitu juga dengan DAVO merupakan perusahaan yang membutuhkan waktu yang lama untuk

mengumpulkan piutangnya.

Untuk margin laba kotor dimana margin ini melihat kesanggupan perusahaan dalam

menciptakan laba kotor berdasarkan penjualan, perusahaan yang terbaik adalah DLTA.

Perusahaan ini mampu melakukan penjualan yang tinggi dan meningkat setiap tahun dengan

biaya penjualan yang rendah. Sedangkan sebaliknya untuk perusahaan DAVO mengalami

penjualan yang belum mampu menciptakan laba dengan baik sesuai dengan harapan investor.

Hal 37
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

3.2. SARAN DAN PROSPEK KEDEPAN

1. Sebaiknya perusahaan meningkatkan aktiva dan laba sehingga perusahaan dapat

membayar kewajiban yang telah jatuh tempo. Jika perusahaan dapat membayar

kewajiban jangka pendek maupun panjangnya perusahaan dapat dikatakan likuid dan

kinerja keuangan akan meningkat.

2. Sebaiknya revenue perusahaan ditingkatkan lagi. Misalnya dengan meningkatkan

penjualan barang atau jasa, serta menekan jumlah piutang agar perusahaan mampu

melunasi kewajibannya dan meningkatkan laba perusahaan. Agar tidak terjadi kerugian

sebaiknya perusahaan memperhitungkan jumlah biaya yang akan dikeluarkan

3. Dupont analysis yang ditunjukkan dari ROI dan ROE menunjukkan keadaan yang

menurun. Unsur-unsur yang mempengaruhi adalah NPM dan TATO. Untuk mengatasi

masalah ketidakstabilan NPM dan TATO perusahaan perlu melakukan efisieensi biaya-

biaya pokoknya yaitu dengan cara mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki

perusahaan baik tenaga kerja, bahan baku, mesin-mesin, maupun peralatan pabrik

sehingga stabilitas perussahaan tetap baik.

4. Dari analisis distress prediction diketahui bahwa hampir semua perusahaan berada pada

kondisi yang meragukan, hal ini akan mengakibatkan kebangkrutan pada perusahaan

apabila perusahaan tidak bisa memproduktifkan lagi usahanya. Oleh karena itu

perusahaan harus memperhatikan tingkat likuiditas, solvabilitas dan profitabilitasnya.

4. DAFTAR REFERENSI

Hal 38
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

Ahmad Zakki Falani. Analisis Laporan Keuangan Perusahaan Sebagai Dasar Pengambilan
Keputusan Investasi Saham Berbasis Du Pont System & Fuzzy Logic. Jurnal Link Vol
18/No.1/Maret 2013

Bursa Efek Indonesia. Laporan Keuangan Tahunan PT Astra Internasional Tbk tahun 2012 dan
2013. Jakarta.

Bursa Efek Indonesia. Laporan Keuangan Tahunan PT Astra Otoparts Tbk tahun 2012 dan 2013.
Jakarta.

Bursa Efek Indonesia. Laporan Keuangan Tahunan PT Indomobil Tbk tahun 2012 dan 2013.
Jakarta.

Bursa Efek Indonesia. Laporan Keuangan Tahunan PT Indokordsa Tbk tahun 2012 dan 2013.
Jakarta.

Bursa Efek Indonesia. Laporan Keuangan Tahunan PT Goodyear Tbk tahun 2012 dan 2013.
Jakarta.

Bursa Efek Indonesia. Laporan Keuangan Tahunan PT Gajah Tunggal Tbk tahun 2012 dan 2013.
Jakarta.

Diana Fajarwati. Analisis Cash Flow (Arus Kas) sebagai Sumber Informasi Bagi Serikat Pekerja
di Wilayah Kabupaten/Kota Bekasi. Jurnal Optimal. Vol 1, No 2. September 2007

Endang Afriyeni. Model Prediksi Financial Distress Perusahaan . Polibisnis, Volume 4 No. 2
Oktober 2012

Falianty, Telisa Aulia dan Mirzhaldy Andhony. 2012. Exchange Rate Pressure dan Intervensi
Bank Indonesia. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol.14.

Febri Karauwan. Analisis Kebijakan Kredit Usaha Pada Bank BRI Kantor Cabang Pembantu
Mega Mas. Journal “Acta Diurna” Ed. I/Vol.001/12/2012

Haris Hasna Wijaya. Pengaruh Economic Value Added Terhadap Tingkat Pengembalian Saham
pada Perusahaan yang Tergabung dalam LQ-45. Jurnal Akuntansi Vol. 1 No. 2 November
2009: 180-200

Lilis Puspitawati. Economic Value Added (Eva) : Konsep Baru Untuk Mengukur Laba Ekonomi
Suatu Perusahaan. Majalah Ilmiah Unikom. Vol 8 No 1

Luh Putu Ayu Ita Purnama Yanti, I Wayan Suwendra, Gede Putu Agus Jana Susila. Analisis
Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Camel. Journal Bisma
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014)

Hal 39
ETY HAIRATY Analisis Laporan Keuangan
1420532016 Subsektor Makanan dan Minuman

Ratih Puspitasari. Analisa Laporan Keuangan Guna Mengukur Kinerja Keuangan Pt Astra
Internasional Tbk. Jurnal Ilmiah Kesatuan Nomor 1 Volume 14, April 2012

S.Patricia Febrina Dwijayanti. Penyebab, Dampak, Dan Pbediksi Dari Financial Distress Serta
Solusi Untuk Mengatasi Financial Distress Jurnal Akuntansi Kontemporer, VOl. 2 No.2,
Juli 2010

Subramayam. Fianncial Statement Analysis. Salemba Empat. Jakarta. 2005

Suci Pujiani, Prasetio. Analisis Pengaruh Return On Assets, Sales Growth, Structure Assets,
Firm Size, Dan Investment Opportunity Terhadap Financial Leverage. Diponegoro Journal
Of Management Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012

http://www.sahamok.com/emiten/sektor-industri-barang-konsumsi/

Hal 40

Anda mungkin juga menyukai