Supply Chain Management Komoditas Holtikultura Di Kabupaten Malang
Supply Chain Management Komoditas Holtikultura Di Kabupaten Malang
Disusun oleh:
Andika Putra K 19820085
Chauci Limita M 19820013
Radya Adi Saputra 19820025
Indonesia adalah salah satu negara yang mendapat julukan negara agraris. Namun,
ketahanan dan swasembada pangan masih belum dapat tercapai, dimana seharusnya
pangan masyarakat tersebut dapat terpenuhi dengan memaksimalkan sumber daya
agraria yang terdapat di negaranya. Pada tahun 1983 Indonesia pernah mencapai
klaster swasembada pangannya, hal tersebut membuktikan pemerintah pada tahun
tersebut berhasil memaksimalkan potensi agraria yang terdapat di negara ini.
Namun ketika sudah mencapai tahun 2014 Indonesia mengalami penurunan
pemanfaatan yang signifikan dalam sektor pertanian dan lebih mengutamakan
pembangunan nasional pada sektor pembangunan infrastrukturnya. Penurunan ini
sudah sangat jelas akan berdampak pada swasembada pangan yang diprediksi akan
semakin menurun performanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
keefektivitasn metode manajemen rantai pasok hasil panen tanaman hortikultura di
Kabupaten Malang yang sedang dan akan berjalan. Peneliti melakukan studi
literatur dan observasi lapangan di Lingkungan peneliti sebagai teknik
pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen rantai pasok
pada potensi hasil panen tanaman hortikultur yang sedang berlaku di Kabupaten
Malang ini terbagi menjadi beberapa saluran pada masing-masing potensi tanaman
hortikultur yang berbeda jenis sehingga peninjauan keefektivitasannya bergantung
pada margin-margin yang ditetapkan pada tiap saluran, namun belum ditemukan
pemotongan rantai pasokan pada Kabupaten Malang ini yang diterapkan pada usaha
tani skala kecil. Simpulan dari penelitian ini adalah pada Kabupaten Malang
terdapat potensi yang sangat besar untuk bisa tercapainya swasembada pangan baik
melalui tanaman hortikultur atau jenis kelompok tanaman lainnya, namun
pemrosotan efektivitas dari manajemen rantai pasok menjadi salah satu
hambatannya. Oleh sebab itu, Kabupaten Malang bisa mencoba inovasi manajemen
rantai pasok dengan menggunakan Konsep Pantera dan Contract Farming.
Kata kunci : swasembada pangan, manajemen rantai pasok, margin, hasil panen,
hortikultura
ii
ABSTRACT
Indonesia is one of the countries that has received the title of an agricultural country.
However, food security and self-sufficiency have not been achieved, where the
community's food should be fulfilled by maximizing the agrarian resources found
in the country. In 1983 Indonesia had achieved its food self-sufficiency cluster, this
proved that the government in that year succeeded in maximizing the agrarian
potential of this country. However, when it reached 2014 Indonesia experienced a
significant decline in utilization in the agricultural sector and prioritized national
development in its infrastructure development sector. This decline will have an
impact on food self-sufficiency, which is predicted to decline in performance. This
study aims to determine the effectiveness of supply chain management methods for
horticultural crops in Malang Regency which are and will be running. Researchers
conducted literature studies and field observations in the researcher environment as
data collection techniques. The results showed that the supply chain management
on the potential yield of horticultural crops that is currently in effect in Malang
Regency is divided into several channels into each of the different types of potential
horticultural plants so that the evaluation of its effectiveness depends on the
margins set on each channel, but not yet. It was found that the cut in the supply
chain in Malang Regency was applied to small-scale farming. The conclusion from
this research is that in Malang Regency there is a huge potential to achieve food
self-sufficiency either through horticultural crops or other types of plant groups,
however, tracking the effectiveness of supply chain management is one of the
obstacles. Therefore, Malang Regency can try supply chain management
innovations using the Pantera Concept and Contract Farming.
Keywords : food self-sufficiency, supply chain management, margin, yields,
horticulture
iii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Pencapaian
Swasembada Pangan Berkelanjutan melalui Manajemen Rantai Pasok Hasil Panen
Tanaman Holtikuktura di Kabupaten Malang” dapat selesai tepat pada waktunya.
Dalam menulis makalah ini, penulis susun untuk mengetahui penerapan manajemen
rantai pasok memberikan dampak yang efektif dan efisien untuk mencapai
swasembada pangan di Kabupaten Malang. Adapun tujuan dari pembuatan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas akhir semester dua mata kuliah Tata Tulis Karya
Ilmiah KU1011 di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Program Rekayasa, Institut
Teknologi Bandung.
Kendala yang penulis dapatkan saat menyusun karya tulis ilmiah ini antara lain
komunikasi langsung yang sulit dilakukan, kurangnya referensi, dan kesulitan
dalam pengumpulan data. Namun, dengan batuan dari berbagai pihak, pada
akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
2. Ibu Linda Handayani Sukaemi, S.S., M. Hum., dosen mata kuliah Tata Rulis
Karya Ilmiah KU1011, yang telah membimbing dan memberi saran kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalh ini dengann baik.
3. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih terdapat kekurangan
baik dalam isi maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan masukan dari pembaca agar dapat membuat makalah selanjutnya lebih baik
lagi. Penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi
masyarakat yang bekerja di sektor pangan, khususnya di Kabupaten Malang.
Tim Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
PRAKATA ............................................................................................................ iv
v
3.2 Tingkat Pendidikan Keterampilan dan Pengetahuan Petani dalam
Pengelolaan Hasil Panen Tanaman Holtikultura................................................... 17
3.3 Peningkatan Keefektivitasan Manajemen Rantai Pasok Hasil Panen
Hortikultura ........................................................................................................... 18
3.3.1 Manajemen Rantai Pasok Pola Dagang Umum ........................................... 19
3.4 Manajemen Rantai Pasok Hasil Panen Tanaman Holtikultura yang
Diterapkan di Kabupaten Malang ......................................................................... 20
3.4.1 Manajemen Rantai Pasok Komoditas Cabai Merah di Kabupaten Malang . 21
3.4.2 Manajemen Rantai Pasok Komoditas Pisang Mas Kirana di Kabupaten
Malang................................................................................................................... 25
3.5 Strategi Tepat Guna Tercapainya Swasembada Pangan melalui Manajemen
Rantai Pasok Hasil Panen Holtikultura di Kabupaten Malang ............................. 27
3.5.1 Konsep Pantera............................................................................................. 27
3.5.2 Pola Contract Farming ................................................................................. 28
LAMPIRAN ......................................................................................................... 35
INDEKS ............................................................................................................... 40
SANWACANA .................................................................................................... 48
vi
DAFTAR TABEL
Sifat-sifatnya ............................................................................................. 17
2018 ........................................................................................................... 23
2018 ........................................................................................................... 24
vii
DAFTAR GAMBAR
2015-2019 ................................................................................................. 14
viii
DAFTAR LAMPIRAN
A. Kerangka Formal....................................................................................... 35
B. Kerangka Karangan................................................................................... 37
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti kita ketahui, Indonesia disebut sebagai salah satu negara dengan
gelar negara agraris. Negara agraris adalah sebutan untuk negara yang sebagian
besar penduduknya bertumpu mata pencarian pada bidang pertanian. Akan tetapi,
tergolong sulit untuk tercapai adalah pertanian Indonesia masih didominasi usaha
tani dengan skala kecil. Walaupun sebagian besar penduduk Indonesia bermata
pencaharian sebagai petani, namun usaha tani skala besar masih tergolong minoritas
usaha tani skala kecil. Oleh sebab itu, petani dengan usaha tani skala kecil kerap
2
Masalah-masalah dari usaha tani kecil itu diolah dalam manajemen rantai
pasok hasil pertanian. Meskpun begitu, manajemen rantai pasok (supply chain
management) yang diterapkan masih diperlukan solusi yang lebih inovatif lagi agar
menghasilkan rantai pasok yang efektif dan efisien. Masyarakat bisa mendapatkan
harga pokok yang lebih murah, tanpa kecemasan harga pokok di pasaran meningkat
seiring penambahan margin pasar dari tiap elemen pada manajemen rantai
pasoknya. Kenaikan margin dengan nilai persentase yang terkadang terlalu besar
Pada karya tulis ilmiah ini, kami menimbang dan memperkirakan objek
karya tulis ilmiah ini terpaku pada potensi ekonomi tanaman hortikultura yang
yang memiliki masa depan sangat cerah dari keunggulan komparatif dan kompetitif
yang cukup tinggi, maka perlu adanya peninjauan manajemen rantai pasok yang
efektif dan efisien agar mampu mencukupi permintaan atau kebutuhan masyarakat
tercapai. Maka dari itu kami memutuskan untuk membuat karya tulis ilmiah dengan
Kabupaten Malang?
Malang dapat dinilai efektif dan efisien dalam mencapai swasembada pangannya?
Untuk menjawab rumusan masalah di atas, akan penulis kaji hal hal
berikut.
4. Kebijakan pemerintah
sebagai berikut.
Kabupaten Malang
4
Kabupaten Malang dapat dinilai efektif dan efisien dalam mencapai swasembada
pangannya
1.4.1 Metode
Metode yang digunakan penulis daam menyusun karya tulis ini adalah
deskriptif analitis.
Dengan kata lain penelitian ini dilakukan dengan mendeskripsikan data yang
diperoleh baik dari berbagai rujukan maupun dari lapangan untuk kemudian
dianalisis.
berikut.
1. Studi kepustakaan
menyusun karya ilmiah ini. Penulis melakukan studi literatur pada beberapa jurnal
negara. Data tersebut kemudian dianalisis dan dijadikan acuan untuk menentukan
2. Observasi lapangan
data pada urutan kedua. Observasi yang dimaksud adalah pengumpulan data-data
pemerintah dari sektor agrikultur, dan data lainnya yang berhubungan dengan
keadaan ekonomi Kabupaten Malang melalui kantor Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Malang.
dengan pendahuluan sebagai bab pertama yang memuat latar belakang dan rumusan
masalah, tujuan penelitian dan manfaat, ruang lingkup kajian, metode dan teknik
hasil panen, manajemen rantai pasok hasil panen yang diterapkan, dan strategi tepat
Kabupaten Malang. Semua yang akan dibahas pada bab ini mengacu pada keadaan
Setelah itu, Bab empat (bab terakhir) merupakan simpulan dari tujuan-
tujuan yang dipaparkan. Pada bab ini dikemukakan juga saran-saran kepada para
pembaca yang ingin menyusun karya tulis dengan tema serupa agar dapat
BAB II
TEORI DASAR
utama dari setiap manusia. Dengan segala upaya dan jerih payah, manusia terus
terjadi membuat tuntutan penyediaan pangan semakin meningkat. Oleh karena itu
masalah kecukupan pangan bagi sebuah bangsa merupakan masalah yang tidak bisa
pemenuhan pangan pada suatu bangsa. Istilah yang paling sering digunakan ialah
ketahanan pangan dan swasembada pangan. Dewasa ini, banyak orang mengira
bahwa kedua istilah tersebut merupakan istilah dengan makna yang sama, tetapi
pada kenyataannya ketahanan pangan dan swasembada pangan merupakan dua hal
yang berbeda.
pilar utama dalam ketahanan pangan, yakni (i) ketersediaan pangan yang
dispesifikkan pada jumlah, mutu, nilai gizi, dan keamanan; (ii) terjangkau baik
secara ekonomi, sosial maupun politik; (iii) stabilitas harga dari sisi ruang/lokasi
Ketersediaan pangan dalam segi jumlah, mutu, nilai gizi dan kemanan menjadi
masalah utama bagi bangsa Indonesia. Hal ini sejalan dengan teori ekonomi oleh
pertumbuhan penduduk akan mengikuti deret ukur, yakni 1,2,4,8 dan seterusnya,
sedangkan ketersediaan pangan akan mengikuti deret hitung yakni 1,2,3,4, dan
ketersediaan pangan
sebagai konsep yang menjelaskan sejauh mana sebuah negara dapat memuaskan
global saat ini yang memudahkan suatu negara untuk melakukan perdagangan,
kita untuk memahami konsep swasembada pangan. Indikator ini dinamakan self-
100
𝑆𝑆𝑅 = 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑥
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 + 𝐼𝑚𝑝𝑜𝑟 − 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟
Rasio swasembada ini biasanya dihitung pada komoditas spesifik seperti padi,
jagung, gandum, dan lain-lain yang diukur dalam satuan kalori, jumlah produksi,
ataupun valuasi dari prouksi pangan itu sendiri. Untuk lebih jelasnya, terdapat kurva
Negara Swasembada
Produksi Pangan
Negara Konsumtif
Konsumsi Pangan
adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya
kepada para pelanggannya. Rantai pasok bisa juga didefinisikan sebagai rangkaian
rantai atau jaringan dimana elemen setiap jaringan bekerja sama dalam
menyalurkan barang hingga barang tersebut sampai ke elemen rantai paling akhir.
Dalam teori komponen rantai pasok yang dijelaskan pada kutipan tersebut, dapat
disimpulkan kegiatan dari rantai pasokan (supply chain) ini melibatkan kegiatan
Pemerintah Indonesia telah ikut terlibat dalam manajemen rantai pasok hasil
panen ini dengan membentuk Perusahaan Umum Badan Logistik (Bulog) pada 10
Mei 1967 dengan tujuan dapat mencapai swasembada pangan di bumi Indonesia.
tangan impor bahan pangan pokok. Peran Bulog dengan perwujudan misinya dalam
mencapai swasembada pangan telah terbukti pada masa orde baru, tepatnya tahun
1983. Namun, pada tahun post generasi Z bulog mengalami penurunan kinerja
Tabel I Data BPS Impor Bahan Baku (Makanan dan Minuman untuk Industri)
Tahun 2013-2018
Berdasarkan tabel di atas yang diambil dari data BPS impor bahan baku dan
barang penolong tahun 1996-2018, terlihat pada tahun ke tahun konsumsi barang
baku pangan impor semakin meningkat. Jika dibandingkan pada tahun 2019, angka
pada tahun 2020 mengalami penurunan dikarenakan tata kelola hulu hingga hilir
dari segala aspek terdampak dengan adanya pandemi covid-19. Selain itu, peran
Bulog pada penguasaan pasar terkalahkan oleh kartel dengan perkiraan persentase
sebesar 94%.
manajemen rantai pasok yang berperan, maka bisa kita tentukan bahwa setiap
tersebut. Hal ini berdampak langsung pada konsumen yang akan membayar nilai
tukar ekonomi tersebut, sehingga hanya beberapa kalangan masyarakat saja yang
dapat membelinya. Oleh karena itu, kita dapat simpulkan bahwa hubungan
pangan terdapat pada mutu sumber daya manusia yang terlibat beserta dampak
kegiatan perekonomian yang berlaku pada manajemen rantai pasok bahan pangan
tersebut.
13
BAB III
kenaikan sebesar 0,23% pada tahun 2019. Untuk lahan yang diperuntukkan bukan
sebagai pertanian, dalam kasus ini seperti penggunaan lahan sebagai tempat tinggal,
tempat produksi barang dan jasa, tempat rekreasi, dan sebagainya pada periode
6000
5000
Luas Lahan Pertanian
4000 Bukan Sawah
3000 2082 2075 2075
1744 1748
2000 1170 1142 1104 1065 1014 Luas Lahan Bukan
Pertanian
1000
0
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tahun
sumber : https://malangkota.bps.go.id/
terbalik. Selain itu, bias data lahan pertanian di Kabupaten Malang juga
Malang terhdap permintaan pasar. Oleh karena itu, target swasembda pangan yang
dicanangkan sulit tercapai. Sebagai Solusi, harus ada usaha baik dari pemerintah
irigasi, alat, dan mesin pertanian, bibit, pupuk, dan sebagainya), mengadakan
sosialisasi kepada para petani tentang pola piker produksi pangan, dan
dijadikan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan data yang kami
pemroduksian padi dibandingkan dengan jagung, kacang tanah, ubi kayu, dan ubi
2000
Jumlah Produksi (Ton)
1500 Padi
Jagung
1000 Kacang Tanah
Ubi kayu
500
Ubi Jalar
0
2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
sumber : https://opendata.malangkota.go.id/
panen sendiri misalnya pada tahun 2021 terjadi pada bulan Maret—April,
Sedangkan padi banyak mengalami gagal panen pada puncak musim hujan yang
membuat padi menjadi langka, sehingga untuk menjaga stabilitas beras di Indonesia
16
padi terbatas bisa mencari alternatif bahan pokok lain, yaitu jagung, singkong,
kentang, dan lain sebagainya. Hal ini dapat tercapai jika penyampaian dikemas
dengan menu yang ada di masyarakat, dan pemerintah bisa membuat peraturan
karbohidrat lain.
Kabupaten Malang terletak pada wilayah dataran tinggi, yaitu terletak pada
ketinggian 0 - 2000 m dpl. Kabupaten Malang dilalui oleh beberapa sungai besar
dan anak sungai, anak-anak sungai yang ada sebagian dari Kali Konto dan Kali
Karangkates dan Selorejo, ada juga yang masuk Samudra Indonesia dan Laut Jawa.
Berdasarkan data yang ada di Kabupaten Malang terdapat 588 mata air dengan debit
1 sampai di atas 200 liter/detik ((RPIJM), 2015). Jenis tanah di Kabupaten Malang
umumnya adalah tanah yang subur, seperti terlihat pada tabel dibawah :
17
sumber : http://basemap.big.go.id/
Berdasarkan data dan tabel II, terlihat bahwa Kabupaten Malang berpotensi
pertanian dengan cara membagi jumlah produksi hasil panen padi di Kabupaten
Malang (grafik dua) dengan Luas lahan pertanian di Kabupaten Malang (tabel dua)
Dengan mencari nilai keefisienan pemroduksian padi, jagung, kacang tanah, dan
keefisienan. Namun hanya pada varietas ubi jalar yang mengalami kenaikan
rantai pasok harus dilakukan oleh pihak yang bergerak di sector pertanian dan
pangan.
Hortikultura
semua kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan bahan baku, perubahan bentuk,
rantai pasok (SCM) juga mencakup koordinasi beberapa mitra sebagai elemen atau
19
komponen yang terkait, dapat berupa pemasok, perantara, pihak ketiga sebagai
penyedia layanan, pelanggan, atau konsumen (Tarigan et al., 2021). Tujuan SCM
adalah untuk mengatur kebutuhan produksi dimulai dari bahan baku dan berbagai
komponen penyedia lainnya, untuk dijadikan barang setengah jadi atau barang jadi
ekonomi kelompok tani dengan pedagang pengumpul atau pedagang besar, dimana
atau pedagang besar dengan persyaratan dan kesepakatan melalui proses tawar-
menawar. Dalam model manajemen seperti ini, menurut (Saptana, 2012) pedagang
pengumpul atau pedagang besar yang juga sering disebut sebagai bandar atau
pengepul memasarkan hasil produksi kelompok tani atau petani individu untuk
memasok kebutuhan yang diperlukan oleh pedagang pengepul atau pedagang besar
sumber : BelajarTani.com
20
Pada rantai distribusi tersebut, tiap node rantai pasok pastinya akan
tersebut dianggap wajar tetapi menjadi suatu masalah pula sehingga dinilai kurang
efektif. Dampak yang terjadi adalah pada konsumen atau elemen rantai terakhir
Praktik manajemen rantai pasok terdiri dari dua aliran, yaitu hilir yang
berfokus pada pelanggan dan hulu yang berfokus pada pemasok (Siagian et al.,
2020). Pada pembahasan KTI ini adalah manajemen rantai pasok yang berfokus
pada pemasok atau disebut aliran hilir. Manajemen yang terfokus pada dua elemen
cara memperbaiki manajemen rantai pasok hasil panen hortikultura agar lebih
efektif. Keefektifan ini diharap mampu menurunkan harga lonjakan pasar dari
terlampaui.
kacang panjang, tomat, terung, ketimun, kangkung, dan cabai tumbuh subur. Begitu
pula dengan buah-buahan seperti alpukat, durian, mangga, nangka, pepaya dan
keseluruhan maka perlu diteliti secara mendalam pada salah satu komoditas baik
kota besar dengan penduduk satu juta atau lebih membutuhkan sekitar 66.000 ton
per bulan atau 800.000 ton per tahun. Angka tersebut dapat meningkat hingga 10-
20% pada musim hajatan ataupun hari besar keagaamaan. Interaksi antara tingginya
permintaan dan penawaran cabai pada pasar ditandai dengan pergerakan harga
cabai yang cenderung tidak stabil. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan
2018
sumber: https://bps.go.id
22
karena hasil panennya dihargai rendah serta konsumen yang dirugikan karena
mereka harus membeli cabai dengan harga yang tinggi. Perbedaan harga yang
tinggi kerap kali disebabkan oleh margin harga yang diterapkan oleh banyaknya
pelaku dagang yang terlibat. Untuk itu, pemerintah Kabupaten Malang membentuk
unit-unit pendukung, salah satunya adalah Sub Terminal Agribisnis Mantung agar
pola pengelolaan hasil panen petani dapat lebih efisien sehingga menguntungkan
beberapa saluran perdaganan. Saluran pertama yakni petani, pedagang besar STA
besar STA Mantung, pedagang pengecer, kemudian konsumen akhir. Saluran tiga,
pedagang besar STA Mantung, lalu pedagang luar kota. Saluran keempat, petani,
pedagang besar STA Mantung, lalu ke pabrik. Untuk lebih jelasnya, interaksi
didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Agustin (Agustin et al., 2018)
volume distribusi tiap saluran dapat dihitung. Data hasil panen cabai pada tahun
2018 secara keseluruhan diperoleh dari publikasi BPS (Statistik, 2019) yang
menyatakan bahwa produksi cabai merah mencapai 656.314 kuintal. Setelah itu,
Tabel IV Volume Distribusi Cabai per Saluran Kabupaten Malang Tahun 2018
II 11,875% 77.937
IV 18,75% 123.059
tidak menggambarkan aliran uang yang terjadi. Ketika pedagang besar STA
mendapatkan laba sebesar Rp1.000,- dari harga pasar. Ketika disetor ke pabrik
(seperti pabrik ABC, Rajawali, dan Sekar Laut) maka laba yang diperoleh adalah
Rp2.000,- dari harga tingkat petani. Kemudian, ketika pedagang besar STA
Mantung mengecer langsung ke konsumen akhir maka laba yang diperoleh adalah
selisih harga cabai dengan harga jual petani. Semakin kecil nilai efisiensi maka
saluran tersebut merupakan rantai distribusi yang paling efisien. Dari tabel tersebut
dapat dianalisis bahwa saluran II menjadi saluran yang paling tidak efisien,. Hal itu
dapat terjadi karena pada saluran ini, jumlah pihak yang terlibat dalam
mendapatkan nilai efisiensi paling baik karena pihak yang terlibat cenderung
sedikit.
Malang
Pisang mas Kirana merupakan nama varietas unggul yang ditetapkan oleh
Kabupaten Lumajang yang kemudian mulai berubah nama sejak ditetapkan menjadi
varietas unggul pada 26 Desember 2005. Pisang ini memiliki kunggulan dalam segi
ukurannya yang besar, warna kuning cerah, serta tekstur daging buahnya yang
manis dan segar, membuat pisang ini diminati oleh masyarakat. Pada umummnya,
tanaman pisang mas Kirana tumbuh di dataran rendah (sekitar 1300 mdpl), dengan
suhu 15-35°C, serta curah hujan 1.500-2.500 mm/tahun (Prahardini et al., 2005).
Aliran pasokan pisang mas Kirana dimulai dari petani sebagai produsen
buah yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB). Setelah tiba masa
panen, petani menyerahkan pisang pada KUB untuk dilakukan proses pascapanen.
pisang mas Kirana. Pada CV Sukadana, rantai distribusi terpecah, karena terdapat
dua pihak yang mendapatkan supply pisang yakni UD. Aneka Buah Segar dan
26
pedang grosir di luar Jawa Timur, sedangkan pedagang pengumpul menjual produk
Gambar 7 Pola Aliran Barang, Uang, dan Informasi pada Rantai Pasokan Pisang
Mas Kirana
Untuk aliran uang pada rantai pasokan ini merupakan kebalikan dari
arah barang. Aliran uang dapat terjadi karena adanya timbal balik atas barang
yang dibeli dari pemasok atau penjual. Proses pembayaran dilakukan secara
tunai ketika barang yang diminta sudah tersedia, sehingga tidak ada pola
menyangkut harga pasar, jumlah pisang yang tersedia, dan status pengiriman
Malang
2020). Konsep manajemen ini dicetuskan oleh Mazaya, dkk dengan elemen
awalnya adalah petani selaku pelaku usaha utama dalam mewujudkan swasembada
platform Android sebagai fasilitas distributor untuk mengelola data finansial secara
berkala terkait distribusi hasil panen sehingga menghasilkan harga yang ideal.
karena dapat diakses oleh semua segmen. Pantera ini mengelola sektor
produk pertanian untuk sebuah usaha sentral sesuai dengan syarat-syarat yang telah
sarana produksi, serta menampung hasil dan melakukan pengolahan dan pemasaran
Pantera yang telah dibahas pada subbab 3.5.1. Konsep ini lebih mengoprasionalkan
Konsep ini dinilai cocok untuk dijadikan strategi yang tepat guna terhadap
Contract farming dapat dipilah menjadi tiga jenis contract farming menurut
sampai sejauhmana “inti” melibatkan dirinya dalam keputusan-keputusan
produksi di tingkat petanipetani “satelitnya”nya (White, 1990) : (1) Kontrak
pemasaran (marketing contract), di dalam kontrak pemasaran terkandung
bagaimana menentukan jenis dan atau jumlah produk pertanian (cabai
merah) yang akan diserahkan, tetapi jarang menyebut kegiatan-kegiatan
atau metode-metode khusus mana yang harus diikuti dalam proses produksi,
juga tidak mengharuskan pihak inti (pengolah) untuk menyediakan
masukan-masukan tertentu; (2) Kontrak produksi (production contract),
yaitu perjanjian antara petani dan perusahaan (pengolah) yang menentukan
jenis serta jumlah produk pertanian (cabai merah besar) yang akan
dihasilkan, dan juga dapat menetapkan varietas bibit (pada kasus cabai
merah besar: Varietas Biola, Hot Beuty, Hot Chili, Gada, Laras) kegiatan-
kegiatan dalam proses produksi, serta masukan-masukan atau bantuan
teknis mana yang harus disediakan oleh si pemberi kontrak; dan (3)
Integrasi vertical(vertical integration), di mana semua tahapan produksi
dirangkul dalam satu perusahaan, sedangkan pasar tidak berperan dalam
pengkoordinasian berbagai tahapan produksi (Saptana, 2012).
Pola manajemen ini dinilai mampu menjadi strategi tepat guna karena pada
harga produk yang dihasilkan bisa lebih rendah. Selain itu contract farming
berpotensi memotong rantai pasok yang awalnya hingga 7-8 elemen/node, kini
BAB IV
4.1 Simpulan
tahunnya. Selain itu, sektor pertanian Kabupaten Malang juga masih sangat
yang mengarah pada stagnasi keterampilan petani. Untuk itu, manajemen rantai
pasok perlu ditingkatkan oleh pihak berwenang yang bergerak dalam bidang
semua kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan bahan baku, perubahan bentuk,
dan semua kegiatan pengelolaan logistik (Husada Tarigan et al., 2019). Peningkatan
harga lonjakan pasar sehingga swasembada pangan dapat meningkat. Pada tahun
memperbaiki rantai hasil pasok untuk komoditas cabai. Hasilnya, masih terdapat
aliran distribusi dengan tingkat efisiensi rendah karena masih banyak pihak yang
integrasi antara sistem yang diterapkan dan intervensi pemerintah dalam penentuan
harga pokoknya (harga tingkat petani). Contract farming adalah suatu cara
(Saptana, 2012). Pola ini dilinai tepat dalam meningkatkan harga jual produksi
pertanian serta membantu petani agar produk yang dihasilkan bisa lebih rendah.
Contract Farming juga mampu memotong rantai pasok yang awalnya hingga 7-8
4.2 Saran
dapat meningkat.
32
lebih efisien sehingga tidak ada lagi margin harga yang besar
DAFTAR PUSTAKA
Clapp, J. (2017). Food self-sufficiency: Making sense of it, and when it makes
Ekonomi, P. S., Jl, K. P., & No, Y. (2008). MANAJEMEN RANTAI PASOK (
Furqon, C. (2014). Analisis Manajemen Dan Kinerja Rantai Pasokan. Image, III,
109–126.
Jiwa, Z., Tarigan, H., & Jiputra, J. A. (2021). Jurnal Internasional Data dan Ilmu
Jaringan. 5, 47–54.
Pangestuti, E., Sanawiri, B., Hanum, L., Robith, D. M., & Fahmi, A. (2020).
http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/SMBI/article/view/3382
Prahardini, P. E. R., Sudaryono, T., & Andri, B. (2005). Pisang Mas Kirana
31.
19(2), 47–52.
* 1. 25(10), 26–32.
Society, C., Vol, A. E., Huiqing, J., Yu, S., Chengyi, Z., Baoguo, L., Society, C.,
100–107.
A. Kerangka Formal
I. Rumusan masalah:
di Kabupaten Malang?
swasembada pangannya?
II. Tujuan :
swasembada pangannya
d. Kebijakan pemerintah
B. Kerangka Karangan
BAB I : PENDAHULUAN
1.4.1 Metode
Swasembada Pangan
Kabupaten Malang
39
Holtikultura
Malang
4.1 Simpulan
4.2 Saran
40
INDEKS
R T
rasio swasembada .................................... 16 tanaman holtikultura ... 10, 11, 27, 37, 39, 41,
43
S
teknologi .............................................. 9, 34
Sastrosupadi ............................................ 14
U
singkong .................................................. 23
STA Mantung ..................................... 29, 30 ubi jalar .............................................. 22, 25
swasembada pangan ... 1, 8, 9, 10, 11, 12, 14, ubi kayu ............................................. 22, 25
15, 17, 19, 20, 23, 27, 34, 35, 37, 38, 41, 43
V
varietas .............................. 22, 24, 25, 32, 36
42
Sukatani 4 Depok dan lulus pada tahun 2014. Selanjutnya, penulis melanjutkan
pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 223 Jakarta pada tahun 2014—
pada tahun 2017—2020. Saat ini penulis ang menempuh pendidikan di Sekolah
Tingkat Kota pada bidang Biologi pada tahun 2017. Pada tahun 2018 penulis juga
tahun masa SMA-nya penulis aktif sebagai panitia pentas seni yang diadakan
sekolahnya. Saat ini, penulis mengikuti unit mahasiswa UBV (Unit Bola Voli) dan
Ugreen ITB, di unit ini penulis mendapatkan ilmu pengetahuan baru terutama
mengenai isu lingkungan. Selain itu, penulis juga aktif dalam kegiatan volunteer
yang diadakan oleh Kartini Mengajar dan berkesempatan menjadi tutor disana.
Dengan berbagai pengalaman yang telah dijalani penulis, menyususn makalah ini
43
wawasan pembaca dan berdampak postitif pada masyarakat yang bekerja di sektor
dasar yang berbeda yaitu ketika lulus dari TK penulis menempuh pendidikan di SD
Katolik Frather Bakti Luhur di Kota Makassar (hanya 1 semester di kelas 1), SD
Provinsi Jawa Timur, tepatnya di Kota Sidoarjo, yaitu di SDN Pabean 01 (kelas 3
sampai dengan kelas 4), dan terakhir mutasi SD ke Kota Batu yaitu di SDN Ngaglik
01 serta berhasil lulus dengan membawa predikat nilai UN tertinggi se-Kota Batu.
Sebelum itu, penulis sempat mengenyam sekola dasar dengan izin siswa singgah di
daerah Sangihe Talaud dan Manado (Provinsi Sulawesi Utara). Kemudian dilanjut
selama dua tahun atau mengikuti program akselerasi di MTsN 1 Kota Malang,
hidup di asrama siswa MTsN 1 Kota Malang, Ma’had Al-Madany, dan berhasil
lulus membawa predikat siswa dengan nilai UN sempurna pada mata pelajaran
pendidikan SMA/MA – nya di MBI Amanatul Ummah Pacet dan hidup keseharian
Selama masa SMA, penulis aktif mengikuti perlombaan di bidang akademik dengan
Lalu pendidikan yang saat ini sedang ditempuh oleh penulis adalah pendidikan
perguruan tinggi di Institut Teknologi Bandung pada prodi Sekolah Ilmu dan
tugas ini, penulis mendapat kesan dan pengalaman yang sangat berharga. Semoga
Malang”, bisa menjadi manfaat dan barokah ilmu kepada pembaca dan penulis.
46
pendidikannya di SD Negeri Harapan Jaya 1 pada 2008 — 2014, lalu SMP Negeri
5 Kota Bekasi pada 2014 — 2017, dan SMA Negeri 4 Kota Bekasi pada 2017—
2020. Semasa SMA, penulis sangat aktif dalam kegiatan akademik melalui
ekstrakurikuler Embassy Olympiad Club (EOC) sebagai wadah bagi siswa untuk
ekonomi, sebuah keputusan yang cukup aneh, mengingat jurusan yang ditempuh
selama SMA adalah MIPA. Namun demikian, penulis berhasil menjuarai beberapa
perlombaan seperti Juara 1 Economic Quiz di UNISMA Bekasi tahun 2017, Juara
Accounting War di UIN Jakarta pada 2019, Juara 3 Olimpiade Sains Tingkat Kota
Bekasi Bidang Ekonomi tahun 2019 yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan. Setelah juara pada tingkat kota, penulis berkompetisi kembali di
tingkat provinsi, dan berhasil menjadi Juara 2 Olimpiade Sains Tingkat Provinsi
Jawa Barat, serta berhak untuk mengikuti Olimpiade Sains Tingkat Nasional yang
diadakan di Manado, Sulawesi Utara pada 31 Juni — 6 Juli 2019. Setelah lulus dari
SMA, penulis memutuskan untuk melanjutkan studi di Sekolah Ilmu dan Teknologi
Hayati Program Rekayasa (SITH-R) Institut Teknologi Bandung. Saat ini, penulis
mengikuti unit mahasiswa Kelompok Studi Ekonomi dan Pasar Modal untuk
47
dijalani penulis, menyusun makalah ini menjadi sebuah pengalaman yang tidak
Malang”, ini dapat menambah ilmu bagi para pembaca serta memberikan sebuah
pandangan baru yang mungkin dapat dijadikan solusi untuk pemerintah dalam
SANWACANA