PENDAHULUAN
Pendidikan adalah sebuah cara yang dilaksanakan oleh seseorang pada arah kebaikan.
Cara tersebut dengan sendirinya terhenti ketika seseorang tersebut telah meninggal dunia.
Dengan demikian, di setiap satuan pendidikan, baik pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi, wajib mempunyai kompetensi untuk memperbolehkan kemudahan
pengakasesan kepada seluruh masyarakat tanpa adanya pengucualian, terlepas dari perbedaan
golongan yang menyebabkan cara yang dilaksanakan oleh seseorang pada arah kebaikan berjalan
secara mudah tanpa adanya sebuah hambatan.1
Menurut Insyiroh, satuan pendidikan sekolah adalah satuan kelembagaan yang formal
dimana peserta didik mendapatkan sebauh keilmuan, mengembangkan minat dan bakat sesuai
dengan kemampuannya. Peserta didik dalam proses pembelajaran tidak akan terlepas dengan
sebuah masalah, masalah tersebut bisa meliputi masalah pribadi ataupun masalah sosial.2
Adanya proses pembelajaran yang dilakukan disekolah membuat siswa mematuhi
peraturan tata tertib yang ada. Tujuan dari adanya peraturan tata tertib adalah untuk membuat
siswa menjadi disiplin. Walaupun telah terdapat peraturan tata tertib disekolah, namun kenyataan
masih banyak peserta didik yang melakukan sebuah pelanggaran. Pelanggaran yang sering
dilakukan oleh peserta didik adalah kegiatan membolos.
Menurut Malaik, kegiatan membolos adalah sebuah kegiatan yang melanggar norma
sosial dimasyarakat. Dikarenakan kegiatan tersebut adalah akibat dari salahnya pergaulan
dimasyarakat. Kegiatan membolos adalah sebuah kegiatan yang dilakukan peserta didik dengan
tidak masuk sekolah dengan tidak adanya sebuah alasan yang jelas atau juga bisa dikatakan
kegiatan tidak masuknya peserta didik tanpa adanya keterangan yang logis. 3 Selain itu
1
Teguh Wiyono, Rekonstruksi Pendidikan Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010).
2
Lailatul Insyiroh, “Studi Tentang Penanganan Siswa Yang Terlambat Tiba Di Sekolah Oleh Guru Bk
SMA Negeri 1 Gersik” (Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya,
2016).
3
Alfiy Rizki Malik, Kajian Tentang Perilaku Mengimpang Di Kalangan Siswa SMA (Jakarta: Perpustakaan
UPI (tidak diterbitkan), 2014).
Darmayanti menjelaskan bahwa kegiatan membolos yang dilakukan oleh peserta didik secara
sering akan berdampak buruk pada peserta didik tersebut ,contohnya: peserta didik akan
mendapatkan sebuah hukuman dari guru, guru akan melakukan skorsing kepada peserta didik,
peserta didik tidak bisa mengikuti ujian di sekolah, serta terkadang peserta didik bisa drop out
dari sekolah. Selain dampak tersebut, kegiatan membolos juga dapat mebuat prestasi peserta
didik menjadi menurun.4
Setelah peneliti melaksanakan wawancara kepad Guru di SMA Avisena Jabon Sidoarjo,
pada 22 MEI 2021 dapat diketahui bahwasanya ada 8 orang peserta didik yang melakukan
kegiatan membolos melebihi batas yang diperbolehkan oleh pihak sekolah, yaitu mereka
melakukan kegiatan membolos lebih dari 6 kali dengan tanpa sebuah alasan.5 Peserta didik yang
melakukan kegiatan membolos didominasi oleh peserta didik laki-laki
Untuk menangani peserta didik yang melakukan kegiatan membolos, maka guru bk
melakukan sebuah kerjasma dengan pihak yang lain seperti: kepala sekolah, waka kesiswaan,
orang tua dan peserta didik sendiri. Harapan dari semua itu agar dapat mencegah perilaku
membolos yang dilakukan oleh peserta didik.
Dampak buruk akan terjadi kepada peserta didik yang sering melakukan kegiatan
membolos. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai kegiatan
membolos yang dilakukan oleh siswa disekolah. Adanya beberapa sebab yang menyebabkan
siswa melakukan kegiatan membolos, dampak yang ditimbulkan dari kegiatan membolos, dan
adanya pandangan siswa mengenai kegiatan membolos. Penelitian ini tertuju pada macam-
macam kegiatan membolos, sebab yang menyebabkan siswa melakukan kegiatan membolos,
akibat yang ditimbulkan dari kegiatan membolos, pandangan dari siswa mengenai kegiatan
membolos serta Langkah penanganan yang dilakukan oleh guru BK untuk menanggulangi
kegiatan tersebut.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan
metode studi kasus. Sebab peneliti langsung terjun kelapangan untuk melaksanakan kegiatan
penelitian. Obyek Penelitian ini berada di SMA Avisena Jabon Sidoarjo. Teknik pengumpulan
4
Feny Anisa Damayanti, “Studi Kasus Tentang Perilaku Membolos Pada Siswa Sma Swasta Di Surabaya”
(Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya, 2013).
5
Wawancara dengan Bapak Ahmad Burhani (Guru BK) pada tanggal 22 MEI 2021.
data pada penelitian ini menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi, Subjek pada
penelitian ini adalah peserta didik klas XI dengan nama inisial sedangkan Teknik analisis data
menggunakan Teknik triangulasi.
6
Erman Prayitno and Atmi, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004).
7
Wawancara dengan Bapak Ahmad Burhani (Guru BK) pada tanggal 22 Mei 2021.
untuk duduk didepan toilet sambal berbincang dengan temannya sampai berakhirnya jam
pelajaran tersebut.8
B. Faktor yang Menggerakkan Siswa Untuk Membolos
Menurut Ichsan, menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang menggerakkan seorang siswa
untuk melakukan kegiatan membolos yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
Internal berhubungan dengan diri peserta didik/siswa sedangkan faktor internal berhubungan
dengan lingkungan sekitar siswa seperti lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan
teman.9 Dari penjabaran diatas juga diperkuat dengan hasil penuturan guru BK di SMA
Avisena Jabon Sidoarjo, maka penyebab siswa berperilaku membolos antara lain:10
1. Faktor Internal
a. Motivasi yang masih rendah
Peserta didik melakukan kegiatan membolos dikarenakan masih lemahnya semangat
untuk pergi kesekolah, dimana dalam sekolah tersebut menerapkan berbagai macam
peraturan. Karena semangat yang masih lemah dari peserta didik terkadang membuat
mereka meninggalkan jam mata pelajaran yang mereka tidak sukai.
b. Peserta didik belum menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Faktor dari Peserta didik belum menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru
terkadang menjadi sebuah alasan untuk membolos, dikarenakan jika mereka tetap
masuk maka mereka akan mendapat sebuah hukuman dari guru karena tidak
menyelesaikan tugas.
c. Terlambat Datang
Terlambat datang kesekolah adalah sebuah kebiasaan yang sering dilakukan oleh
peserta didik. Kebiasaan mereka yang tidur larut malam dan bangun secara kesiangan
yang salah satu kebiasaan buruk yang mereka lakukan. Tata tertib disekolah yang
menjelaskan apabila ada siswa yang datang kurang dari 10 menit jam masuk sekolah
maka harus lapor terlebih dahulu keguru piket baru diperbolehkan masuk kedalam
kedalam kelas, sedangkan jika ada yang datang melebihi 10 menit jam masuk sekolah
maka dipulangkan. Kecuali mereka mempunyai sebuah keterangan yang dapat di
8
Ibid.
9
Wachida Ichsani, “Studi Tentang Faktor Penyebab Dan Alternatif Penyelesaian Masalah Perilaku
Membolos Pada Siswa SMA Negeri 1 Teras Boyolali,” Jurnal Pendidikan Universitas Surakarta, 2007.
10
Wawancara dengan Bapak Ahmad Burhani (Guru BK) pada tanggal 22 Mei 2021.
percaaya serta mereka datang kembali kesekolah diantar oleh orang tuanya. Oleh
sebab itu mereka memilih untuk membolos daripada haris pulang dan diantar kembali
ke sekolah dengan orang tua mereka.
d. Adanya rasa jenuh dan bosan ketika pelajaran
Adanya rasa jenuh dan bosan pada siswa saat mata pelajaran yang mereka rasa sulit
dan berbau dengan hitungan itu terkadang selalu ada sehingga membuat mereka
memiliki sebuah rencana untuk tidak mengikuti pelajaran tersebut dengan cara
meminta ijin kepada guru saat jam pelajaran berlangsung ke toilet serta tidak kembali
lagi ke kelas untuk mengikuti pelajaran.
2. Faktor Eksternal
a. Pengaruh Ajakan Teman
Sering kali diantara siswa yang membolos terdapat seorang inisiator membolos.
Misalnya terkala salah seorang siswa tersebut belum mengerjakan tugas, dia
mengajak temannya untuk membolos. Bahkan sering kali melakukan intimidasi bagi
teman yang tidak mau diajak menemaninya membolos.
b. Signal Buruk Atau Tidak Memilik Paket Kuota Internet
Pada masa pendemi ini, pembelajaran dilakukan dengan model kombinasi tatap muka
dan daring. Pada saat pembelajaran dilaksanakan secara daring tentu membutuhkan
jaringan internet yang bagus. Hal ini sering kali dijadikan alasan siswa tidak
mengikuti pembelajaran karena tidak signal buruk dan tidak punya paket kuota.
c. Kurangnya Adanya Pengawasan Serta Kasih Sayang Dari Kedua Orang Tua
Karena kurangnya pengawasan dan kasih sayang dari kedua orang tua akibat
kesibukannya sehingga menimbulkan adanya kebebasan pada peserta didik. Mereka
pun akhirnya melakukan kegiatan membolos di rumah membolos dirumah dikarena
mereka merasa aman dan orang tua mereka tidak mengetahuinya. Terkadang mereka
membuat sebuah alasan bahwa guru mereka memulangkan lebih awal karena gurunya
ada rapat ketika orang tuanya menanyakan kepada mereka.
d. Kurang Adanya Pengawasan dan Perhatian Dari Pihak Sekolah
Konsep pembelajaran yang dilaksanakan 3 hari tatap muka di sekolah dan 3 hari
dilaksankan secara daring membuat guru kewalahan dalam mengontrol dan
menangani siswa yang membolos terutama pada saat pembelajaran daring. Dengan
alasan signal buruk, maka sangat merepotkan bagi guru untuk membutikannya.
14
Wawancara dengan Bapak Ahmad Burhani (Guru BK) pada tanggal 22 Mei 2021.
masalah perilaku membolos. Untuk mengatasi masalah subyek kasus menggunakan
pendekatan model konseling behavioral dan Terapi Rasional Emotif yang menekankan
yaitu menciptakan kondisi-kondisi baru untuk belajar bahwa pengalaman belajar yang
demikian itu akan dapat memperbaiki tingkah laku yang bermasalah.15
4. Treatment
Treatment merupakan bentuk langkah konkrit dari bimbingan dan konseling, proses ini
dilaksanakan secara berkesinambungan serta menghadirkan hal-hal yang sekiranya dapat
mempermudah dalam pelaksanaan bimbingan konseling.
Pada tahap ini dilaksanakan alternatif bantuan sebagaimana dirumuskan dalam prognosis,
maka dalam treatment akan diambil tindakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Dengan menggunakan teknik direktif pembimbing memberikan pandangan bahwa
rajin masuk sekolah adalah kunci kesuksesan bagi seorang siswa.
b. Dengan menggunakan teknik didaktik pembimbing mengarahkan subyek kasus untuk
berpikir rasional bahwa selama ini nilai belajarnya turun disebabkan sering bolos
sekolah. Membolos karena tidak paham pelajaran itu salah, karena semakin sering
bolos, maka akan semakin tidak paham terhadap pelajaran-pelajaran yang ia
tinggalkan.
c. Dengan menggunakan teknik asertif subyek kasus diajak bermain peran dengan
teman-temannya di kelas.
d. Subyek kasus diberikan tugas oleh pembimbing untuk menyisihkan sebagian uang
sakunya untuk membeli paket kuota ketimbang dibuat nongkrong di warung kopi.
e. Membuat jadwal kegiatan harian, agar tidak bermain sepak bola pada waktu sekolah.
f. Melakukan Home Visit, jika langkah tersebut belum membuahkan hasil. Home Visit
lebih diutamakan untuk menggurangi tekanan psikologi orang tua ketika dipanggil ke
sekolah, sekaligus agar guru melihat secara langsung situasi rumah subyek kasus.16
5. Evaluasi
Kegiatan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana keberhasilan bantuan yang diberikan
terhadap subyek kasus.
Berdasakan treatment yang telah diberikan oleh Guru BK terhadap siswa yang suka
membolos, maka dilakukan evaluasi dengan hasil sebagai berikut:
15
Ibid.
16
Ibid.
a. Berdasarkan hasil evaluasi dengan wali kelas, ternyata subyek kasus banyak
mengalami perubahan. Perubahan yang dimaksud yaitu subyek kasus sudah tidak
membolos ketika jam sekolah.
b. Berdasarkan hasil evaluasi dengan guru mata pelajaran, ternyata subyek kasus banyak
mengalami perubahan. Perubahan yang dimaksud yaitu subyek kasus sudah tidak
membolos ketika jam sekolah.
c. Berdasarkan hasil evaluasi dengan subyek kasus, ternyata subyek kasus banyak
mengalami perubahan. Perubahan yang dimaksud yaitu subyek kasus sudah tidak
membolos ketika jam sekolah serta melakukan aktifitas menyisihkan sebagian uang
jajan untuk membeli paket kuota.17
6. Tindak Lanjut
Dari hasil evaluasi, untuk diperoleh hasil yang optimal, maka selanjutnya Guru BK
melakukan tindakan kerjasama dengan berbagai pihak untuk mempertahankan perubahan
perilaku siswa yang telah didapatkan.
a. Subyek Kasus
Selanjutnya subyek kasus akan menjalankan dengan baik semua alternatif
bantuan/terapi yang sudah diberikan oleh Guru BK.
b. Wali kelas
Bekerjasama dengan wali kelas guna untuk selalu memonitor perubahan dan
perkembangan subyek kasus agar bisa tetap bertahan serta senantiasa memberikan
dorongan serta pujian.
c. Guru Mata Pelajaran
Kerjasama dengan guru mata pelajaran guna untuk tetap memonitor perubahan dan
perkembangan dari subyek kasus agar bisa tetap bertahan. Libatkan siswa tersebut
dalam proses belajar, baik dalam diskusi kelompok maupun dalam sesi tanya jawab.
d. Orang Tua Subyek Kasus
Kerjasama dengan orang tua subyek kasus guna untuk tetap memonitor perubahan
dan perkembangan subyek kasus supaya bisa tetap bertahan.18
KESIMPULAN
17
Ibid.
18
Ibid.
Dari hasil pembahasan pada penelitian di atas maka dapat diambil sebuah kesimpulan yakni:
5. Langkah-langkah pemberian bimbingan dan konseling pada siswa yang suka membelos
Dalam membantu siswa untuk menghilangkan perilaku suka membolos, Guru BK melakukan
langkah-langkah diantaranya pengenalan pada permasalahan, diagnosis, prognosis, treatment,
dan penilaian berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggito, A, and J.S. Metode Penelitian Kualitatif. CV. Jejak, 2018.
Damayanti, Feny Anisa. “Studi Kasus Tentang Perilaku Membolos Pada Siswa Sma Swasta Di
Surabaya.” Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Surabaya, 2013.
Hikmawati, Fenti. Bimbingan Konseling. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010.
Ichsani, Wachida. “Studi Tentang Faktor Penyebab Dan Alternatif Penyelesaian Masalah
Perilaku Membolos Pada Siswa SMA Negeri 1 Teras Boyolali.” Jurnal Pendidikan
Universitas Surakarta, 2007.
Insyiroh, Lailatul. “Studi Tentang Penanganan Siswa Yang Terlambat Tiba Di Sekolah Oleh
Guru Bk SMA Negeri 1 Gersik.” Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Surabaya, 2016.
J. Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2012.
Malik, Alfiy Rizki. Kajian Tentang Perilaku Mengimpang Di Kalangan Siswa SMA. Jakarta:
Perpustakaan UPI (tidak diterbitkan), 2014.
Prayitno, Erman, and Atmi. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2004.
S.P., Robbins. Perilaku Organisasi: Konsep Kontroversi Aplikasi Edisi Kedelapan. Trans.
Pujaatmaka, H & Molan, B. Jakarta: PT. Prenlindo, 2003.
Wiyono, Teguh. Rekonstruksi Pendidikan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010.