Anda di halaman 1dari 14

PENANGANAN PERILAKU MEMBOLOS SISWA

DI SMA AVISENA JABON SIDOARJO


Oleh:
Ahmad Abdur Rokhim & Choirul Anam

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah sebuah cara yang dilaksanakan oleh seseorang pada arah kebaikan.
Cara tersebut dengan sendirinya terhenti ketika seseorang tersebut telah meninggal dunia.
Dengan demikian, di setiap satuan pendidikan, baik pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi, wajib mempunyai kompetensi untuk memperbolehkan kemudahan
pengakasesan kepada seluruh masyarakat tanpa adanya pengucualian, terlepas dari perbedaan
golongan yang menyebabkan cara yang dilaksanakan oleh seseorang pada arah kebaikan berjalan
secara mudah tanpa adanya sebuah hambatan.1
Menurut Insyiroh, satuan pendidikan sekolah adalah satuan kelembagaan yang formal
dimana peserta didik mendapatkan sebauh keilmuan, mengembangkan minat dan bakat sesuai
dengan kemampuannya. Peserta didik dalam proses pembelajaran tidak akan terlepas dengan
sebuah masalah, masalah tersebut bisa meliputi masalah pribadi ataupun masalah sosial.2
Adanya proses pembelajaran yang dilakukan disekolah membuat siswa mematuhi
peraturan tata tertib yang ada. Tujuan dari adanya peraturan tata tertib adalah untuk membuat
siswa menjadi disiplin. Walaupun telah terdapat peraturan tata tertib disekolah, namun kenyataan
masih banyak peserta didik yang melakukan sebuah pelanggaran. Pelanggaran yang sering
dilakukan oleh peserta didik adalah kegiatan membolos.
Menurut Malaik, kegiatan membolos adalah sebuah kegiatan yang melanggar norma
sosial dimasyarakat. Dikarenakan kegiatan tersebut adalah akibat dari salahnya pergaulan
dimasyarakat. Kegiatan membolos adalah sebuah kegiatan yang dilakukan peserta didik dengan
tidak masuk sekolah dengan tidak adanya sebuah alasan yang jelas atau juga bisa dikatakan
kegiatan tidak masuknya peserta didik tanpa adanya keterangan yang logis. 3 Selain itu

1
Teguh Wiyono, Rekonstruksi Pendidikan Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010).
2
Lailatul Insyiroh, “Studi Tentang Penanganan Siswa Yang Terlambat Tiba Di Sekolah Oleh Guru Bk
SMA Negeri 1 Gersik” (Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya,
2016).
3
Alfiy Rizki Malik, Kajian Tentang Perilaku Mengimpang Di Kalangan Siswa SMA (Jakarta: Perpustakaan
UPI (tidak diterbitkan), 2014).
Darmayanti menjelaskan bahwa kegiatan membolos yang dilakukan oleh peserta didik secara
sering akan berdampak buruk pada peserta didik tersebut ,contohnya: peserta didik akan
mendapatkan sebuah hukuman dari guru, guru akan melakukan skorsing kepada peserta didik,
peserta didik tidak bisa mengikuti ujian di sekolah, serta terkadang peserta didik bisa drop out
dari sekolah. Selain dampak tersebut, kegiatan membolos juga dapat mebuat prestasi peserta
didik menjadi menurun.4
Setelah peneliti melaksanakan wawancara kepad Guru di SMA Avisena Jabon Sidoarjo,
pada 22 MEI 2021 dapat diketahui bahwasanya ada 8 orang peserta didik yang melakukan
kegiatan membolos melebihi batas yang diperbolehkan oleh pihak sekolah, yaitu mereka
melakukan kegiatan membolos lebih dari 6 kali dengan tanpa sebuah alasan.5 Peserta didik yang
melakukan kegiatan membolos didominasi oleh peserta didik laki-laki
Untuk menangani peserta didik yang melakukan kegiatan membolos, maka guru bk
melakukan sebuah kerjasma dengan pihak yang lain seperti: kepala sekolah, waka kesiswaan,
orang tua dan peserta didik sendiri. Harapan dari semua itu agar dapat mencegah perilaku
membolos yang dilakukan oleh peserta didik.
Dampak buruk akan terjadi kepada peserta didik yang sering melakukan kegiatan
membolos. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai kegiatan
membolos yang dilakukan oleh siswa disekolah. Adanya beberapa sebab yang menyebabkan
siswa melakukan kegiatan membolos, dampak yang ditimbulkan dari kegiatan membolos, dan
adanya pandangan siswa mengenai kegiatan membolos. Penelitian ini tertuju pada macam-
macam kegiatan membolos, sebab yang menyebabkan siswa melakukan kegiatan membolos,
akibat yang ditimbulkan dari kegiatan membolos, pandangan dari siswa mengenai kegiatan
membolos serta Langkah penanganan yang dilakukan oleh guru BK untuk menanggulangi
kegiatan tersebut.

METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan
metode studi kasus. Sebab peneliti langsung terjun kelapangan untuk melaksanakan kegiatan
penelitian. Obyek Penelitian ini berada di SMA Avisena Jabon Sidoarjo. Teknik pengumpulan

4
Feny Anisa Damayanti, “Studi Kasus Tentang Perilaku Membolos Pada Siswa Sma Swasta Di Surabaya”
(Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya, 2013).
5
Wawancara dengan Bapak Ahmad Burhani (Guru BK) pada tanggal 22 MEI 2021.
data pada penelitian ini menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi, Subjek pada
penelitian ini adalah peserta didik klas XI dengan nama inisial sedangkan Teknik analisis data
menggunakan Teknik triangulasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Bentuk Perilaku Membolos Siswa
Bentuk perilaku membolos peserta didik yang muncul adalah kegiatan peserta didik
melakukan kegiatan membolos selama 1 hari penuh. Dimana peserta didik tidak datang
kesekolah mulai pagi hari sampai jam sekolah selesai tanpa adanya surat keterangan tidak
masuk, selain itu kegiatan membolos peserta didik pada waktu tertentu. Dimana peserta didik
meninggalkan kelas pada jam mata pelajaran tertentu.6 Penjabarannya sebagai berikut:
1. Kegiatan membolos selama sehari penuh
Kegiatan membolos sehari penuh dilakukan oleh peserta didik bernama Joni, Soni, Doni,
Toni, Roni, Boni, Yoni, dan Goni. Peserta didik tersebut tidak hadir disekolah tanpa
disertai dengan surat keterangan tidak masuk dari orangtuanya. Adapun kegiatan yang
dilakukan oleh peserta didik saat kegiatan membolos adalah pergi kewarung kopi dan
bermain playstation di rental playstation.7
2. Kegiatan siswa membolos pada jam tertentu
Kegiatan membolos yang sering dilakukan oleh peserta didik Kegiatan siswa tidak masuk
pada jam pelajaran tertentu. Dimana peserta didik tidak mengikuti jam pelajaran dikelas
dan berada di luar kelas. Biasanya peserta didik yang tidak mengikuti jam pelajaran
memiliki sebuah alasan yaitu terkadang mereka meminta izin kepada guru untuk pergi ke
toilet atau alasan signal buruk saat pembelajaran dilaksanakan secara daring. Peserta
didik meninggalkan pelajaran dikelas dikarena terkadang mereka mereka kesulitan akan
mata pelajaran tersebut apalagi mereka menghadapi mata pelajaran yang berhubungan
dengan angka, mengakibatkan mereka merasa jenuh dan meminta izin ketoilet. Peserta
didik tersebut memang terkadang akan pergi ketoilet akan tetapi setelah itu mereka tidak
kembali lagi ke kelas untuk mengikuti pembelajaran. Peserta didik tersebut memilih

6
Erman Prayitno and Atmi, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004).
7
Wawancara dengan Bapak Ahmad Burhani (Guru BK) pada tanggal 22 Mei 2021.
untuk duduk didepan toilet sambal berbincang dengan temannya sampai berakhirnya jam
pelajaran tersebut.8
B. Faktor yang Menggerakkan Siswa Untuk Membolos
Menurut Ichsan, menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang menggerakkan seorang siswa
untuk melakukan kegiatan membolos yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
Internal berhubungan dengan diri peserta didik/siswa sedangkan faktor internal berhubungan
dengan lingkungan sekitar siswa seperti lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan
teman.9 Dari penjabaran diatas juga diperkuat dengan hasil penuturan guru BK di SMA
Avisena Jabon Sidoarjo, maka penyebab siswa berperilaku membolos antara lain:10
1. Faktor Internal
a. Motivasi yang masih rendah
Peserta didik melakukan kegiatan membolos dikarenakan masih lemahnya semangat
untuk pergi kesekolah, dimana dalam sekolah tersebut menerapkan berbagai macam
peraturan. Karena semangat yang masih lemah dari peserta didik terkadang membuat
mereka meninggalkan jam mata pelajaran yang mereka tidak sukai.
b. Peserta didik belum menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Faktor dari Peserta didik belum menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru
terkadang menjadi sebuah alasan untuk membolos, dikarenakan jika mereka tetap
masuk maka mereka akan mendapat sebuah hukuman dari guru karena tidak
menyelesaikan tugas.
c. Terlambat Datang
Terlambat datang kesekolah adalah sebuah kebiasaan yang sering dilakukan oleh
peserta didik. Kebiasaan mereka yang tidur larut malam dan bangun secara kesiangan
yang salah satu kebiasaan buruk yang mereka lakukan. Tata tertib disekolah yang
menjelaskan apabila ada siswa yang datang kurang dari 10 menit jam masuk sekolah
maka harus lapor terlebih dahulu keguru piket baru diperbolehkan masuk kedalam
kedalam kelas, sedangkan jika ada yang datang melebihi 10 menit jam masuk sekolah
maka dipulangkan. Kecuali mereka mempunyai sebuah keterangan yang dapat di

8
Ibid.
9
Wachida Ichsani, “Studi Tentang Faktor Penyebab Dan Alternatif Penyelesaian Masalah Perilaku
Membolos Pada Siswa SMA Negeri 1 Teras Boyolali,” Jurnal Pendidikan Universitas Surakarta, 2007.
10
Wawancara dengan Bapak Ahmad Burhani (Guru BK) pada tanggal 22 Mei 2021.
percaaya serta mereka datang kembali kesekolah diantar oleh orang tuanya. Oleh
sebab itu mereka memilih untuk membolos daripada haris pulang dan diantar kembali
ke sekolah dengan orang tua mereka.
d. Adanya rasa jenuh dan bosan ketika pelajaran
Adanya rasa jenuh dan bosan pada siswa saat mata pelajaran yang mereka rasa sulit
dan berbau dengan hitungan itu terkadang selalu ada sehingga membuat mereka
memiliki sebuah rencana untuk tidak mengikuti pelajaran tersebut dengan cara
meminta ijin kepada guru saat jam pelajaran berlangsung ke toilet serta tidak kembali
lagi ke kelas untuk mengikuti pelajaran.
2. Faktor Eksternal
a. Pengaruh Ajakan Teman
Sering kali diantara siswa yang membolos terdapat seorang inisiator membolos.
Misalnya terkala salah seorang siswa tersebut belum mengerjakan tugas, dia
mengajak temannya untuk membolos. Bahkan sering kali melakukan intimidasi bagi
teman yang tidak mau diajak menemaninya membolos.
b. Signal Buruk Atau Tidak Memilik Paket Kuota Internet
Pada masa pendemi ini, pembelajaran dilakukan dengan model kombinasi tatap muka
dan daring. Pada saat pembelajaran dilaksanakan secara daring tentu membutuhkan
jaringan internet yang bagus. Hal ini sering kali dijadikan alasan siswa tidak
mengikuti pembelajaran karena tidak signal buruk dan tidak punya paket kuota.
c. Kurangnya Adanya Pengawasan Serta Kasih Sayang Dari Kedua Orang Tua
Karena kurangnya pengawasan dan kasih sayang dari kedua orang tua akibat
kesibukannya sehingga menimbulkan adanya kebebasan pada peserta didik. Mereka
pun akhirnya melakukan kegiatan membolos di rumah membolos dirumah dikarena
mereka merasa aman dan orang tua mereka tidak mengetahuinya. Terkadang mereka
membuat sebuah alasan bahwa guru mereka memulangkan lebih awal karena gurunya
ada rapat ketika orang tuanya menanyakan kepada mereka.
d. Kurang Adanya Pengawasan dan Perhatian Dari Pihak Sekolah
Konsep pembelajaran yang dilaksanakan 3 hari tatap muka di sekolah dan 3 hari
dilaksankan secara daring membuat guru kewalahan dalam mengontrol dan
menangani siswa yang membolos terutama pada saat pembelajaran daring. Dengan
alasan signal buruk, maka sangat merepotkan bagi guru untuk membutikannya.

C. Dampak Perilaku Membolos


Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan membolos yang dilakukan oleh Joni akan
berdampak pada diriny sendiri maupun orang lain. Dampak nyata yang ditimbulkan dari
perilaku membolos siswa adalah adanya perasaan takut peserta didik, mereka tidak naik
kelas dan turunnya prestasi mereka. Dari dampak tersebut oleh peneliti dilakukan
pengelompokan sebagai berikut:
1. PSIKIS
Adanya perasasan takut, gelisah, serta tidak tenang selalu dirasakan oleh siswa
ketika mereka melakukan kegiatan membolos. Mereka merasa takut ketika orang tua
mereka mengetahui kalua mereka sedang membolos kemudia orang tua mereka marah
kepada pihak sekolah karena pihak sekolah mengetahui kalo mereka sedang membolos.
Kemudian perasaan takut itu juga muncul ketika mereka dipanggil oleh pihak guru BK
di sekolah yang mengetahui kalau mereka sedang membolos lalu guru BK juga
mendatangkan orang tua mereka.
selain teguran dari guru Bk mengenai kegiatan membolos tersebut, siswa tersebut
juga terkadang mendapatkan sebuah teguran dari guru yang lain disekolah. Biasanya
teguran dari guru tersebut diberikan ketika mengetahui ada siswa yang berada di luar
kelas saat jam pelajaran. Kemudian teguran kepada siswa yang membolos juga
didapatkan dari kepala sekolah supaya mereka juga memiliki efek jera dan tidak
mengulangi lagi kegiatan membolos tersebut.
2. AKADEMIK
a. Efek yang ditimbulkan oleh siswa ketik mereka sering membolos pada jam
pelajaran adalah siswa tidak dapat mengikuti pelajaran seteterusnya, ketinggalan
akan materi pelajaran, Pada jam pelajaran mereka tidak mendengarkan penjelasan
dari guru sehingga terkesan mengacuhkannya, dan pada saat mengumpulkan tugas
yang diberikan oleh guru mereka mengumpulkannya secara terlambat. Dengan
demikian mereka sering mendapatkan teguran dari guru yang ada disekolah
dikarena mereka mendapat nilai jelek di bawah kkm yang telah ditetapkan.
b. Tidak pernah belajar selama dirumah
Adanya kebiasaan dari siswa yang tidak bisa mengatur waktunya antara belajar dan
bermain terkadang membuat mereka untuk malas belajar ketika berada di rumah,
terkadang mereka juga pergi keluar dan pulang kerumah pada larut malam sampai
pagi hari sehingga mengakibatkan mereka tidak mempunyai waktu untuk belajar.
Mereka hanya belajar ketika aka nada ulangan harian, penilaian tengah semester
serta penilaian akhir semester yang diadakan oleh guru disekolah.
c. Kegagalan Pada Saat Ujian
Terdapak dampak ditimbulkan ketika siswa jarang belajar di rumah yakni siswa
mendapatkan nilai jelek ketika guru melakukan sebuah ujian kepada siswa. Soal
mereka kerjakan secara asal-asalan karena mereka tidak memahami materi yang
sedang diujikan.
d. Menurunnya Prestasi Siswa
Selain itu dampak yang ditimbulkan ketika siswa sering membolos adalah
penurunan terhadap prestasi mereka disekolah. Sebab selain menilai akademik dari
peserta didik, guru juga menilai kehadiran siswa ketika jam pelajaran dikelas.
Bahkan saat berada di rumah pun mereka jarang belajar atau malah mereka tidak
belajar sama sekali. Siswa terkadang hanya belajar saat guru akan melakukan
kegiatan ujian di sekolah.
3. NON AKADEMIK
Selain adanya dampak akademik kepada siswa, kegiatan membolos juga berdampak pada
non akademik dari siswa. Dikarenakan siswa sering mendapatkan teguran dari Pembina
ekstrakulikuler yang ada disekolah sebab mereka jarang hadir pada saat jam
ekstrakulikuler dan tidak adanya sebuah prestasi yang dibanggakan dari mereka.
4. SOSIAL
Akibat yang ditimbulkan dari perilaku memebolos bukan hanya terdapat di prestasi
akademik dan non akademik peserta, namun akibat periaku sosial memiliki sebuah
konsekuensi pada siswa. Terkadang siswa yang membolos tidak disenangi dan dikucilkan
oleh teman-teman sekelasnya. Bahkan dilingkungan masyarakat mareka dikenal sebagai
anak yang nakal.
D. Adanya Persepsi Siswa Ketika Melakukan Kegiatan Membolos
Menurut penuturan dari Robbins, adanya sebuah penilaian yang diberikan kepada
pribadi dengan menggunakan sebuah panca indra lalu dilakukan sebuah penjabaran
(pengorganisiran), pengintepretassian lalu dilakukan sebuah penilaian, dengan harapan
individu itu akan mendapatkan sebuah pelajaran. 11 Kemudian setelah peneliti melakukan
penelitian didapatkan sebuah hasil:
Adanya sebuah pendapat dari peserta didik mengenai kegiatan membolos yang
dilakukan mereka adalah sebuah perbuatan yang tidak sesuai dengan tata tertib dan peraturan
yang berlaku didalam sekolah, namun ada Sebagian peserta didik yang menganggap bahwa
kegiatan membolos tersebut merupakan sebuah kegiatan yang terkadang atau biasa dilakukan
peserta didik selama menuntut ilmu di sekolah. Sebab mereka didalam menutut ilmu
terkadang memiliki rasa jenuh dan bosan, sehingga jika mereka merasa jenuh dan bosan
untuk pergi kesekolah maka mereka akan tidak masuk kesekolah tanpa disertai sebuah alasan
yang jelas. Mereka menggap kegiatan yang mereka lakukan itu sudah benar dan juga
terkadang mereka jika sudah pernah melakukan kegiatan membolos dalam dirinya sudah
merasa paling jagoan sehigga mereka merasa puas.
E. Langkah-Langkah Bimbingan dan Konseling Pada Siswa Yang Suka Membolos
Langkah-langkah dalam pelaksanaan bimbingan konseling yang dilaksanakan oleh
Guru BK terhadap siswa yang suka membolos sebagai berikut:12
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah sebagai langkah awal ketika akan memberikan bimbingan
dan konseling kepada peserta didik ialah identifikasi masalah yaitu mengamati peserta
didik baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Dalam kasus perilaku membolos siswa di SMA Avisena Jabon Sidoarjo, kami coba
hadirkan satu subyek kasus sebagai contoh kasus dan penanganannya.13
a. Identitas Subyek Kasus
Nama : Joni (Nama Samaran)
Tempat Tanggal Lahir : Sidoarjo, 4 September 2004
Anak Ke : 1 dari 2 bersaudara
11
Robbins S.P., Perilaku Organisasi: Konsep Kontroversi Aplikasi Edisi Kedelapan. Trans. Pujaatmaka, H
& Molan, B (Jakarta: PT. Prenlindo, 2003).
12
Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010).
13
Dokumentasi Guru BK SMA Avisena Jabon Sidoarjo
Agama : Islam
Jenis Kelamins : Pria
Hoby : bermain sepakbola
Berat Badan : 42 Kg
Tinggi Badan : 157 cm
Alamat Rumah : Ds. Kedungcangkring RT. 03 RW. 02 Kec. Jabon Kab. Sidoarjo
Kelas : XI SMA Avisena Jabon Sidoarjo
b. Identitas Orang Tua Subyek Kasus
1) Ayah
Nama : Jono (Nama Samaran)
Tempat Tgl Lahir : Sidoarjo, 7 September 1977
Alamat Rumah : Ds. Kedungcangkring RT. 03 RW. 02 Kec. Jabon Kab. Sidoarjo
Agama : Islam
Pekerjaan : TKI Malaysia
Pendidikan : SMA
2) Ibu
Nama : Jini (Nama Samaran)
Tempat Tgl Lahir : Pasuruan, 3 Juni 1980
Alamat Rumah : Ds. Kedungcangkring RT. 03 RW. 02 Kec. Jabon Kab. Sidoarjo
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Pabrik
Pendidikan : SMA
c. Latar Belakang Keluarga
Subjek dari kasus pada penelitian adalah anak pertama dari dua bersaudara dan
adiknya kelas 5 SD. Ayah Joni berkerja sebagai TKI di Malaysia sejak 4 tahun yang
lalu dan Ibunya bekerja sebagai karyawan pabrik krupuk di desa setempat.
d. Hubungan Subjek Penelitian Dengan Guru
Menurut sebuah penjelasan dari Guru BK, maka dari itu kaitan pada subjek penelitian
dengan keluarganya terbilang normal, alias tidak ada masalah serius, baik dengan
adiknya, maupun dengan kedua orang tuanya di rumah.
e. Hubungan Subjek Penelitian Dengan Guru
Menurut sebuah penjelasan dari Guru BK, maka Joni tidak pernah melawan guru
apalagi menantang guru, akan tetapi lebih terkesan acuh terhadap perintah atau
nasihat guru.
f. Keadaan Belajar
Joni tidak mempunyai jadwal belajar khusus di rumah, karena kurang mendapat
arahan dari kedua orang tua yang lebih sibuk bekerja. Kedua orangtuanya harus
sama-sama bekerja karena kondisi ekonomi yang pas-pasan.
g. Kegiatan Subjek Kasus di Rumah
Kegiatan Joni lebih banyak dihabiskan untuk main bola, nongkrong dan main game.
Untuk aktifitas membantu orang tua, hanya seputar aktifitas ringan, seperti
membelikan galon, LPG dll.
2. Diagnosis
Diagnosis adalah merupakan sebuah kegiatan yang menentukan sebuah permasalahan
dengan melakukan sebuah pengamatan secara mendalam.
Menurut penjelasan dari Guru BK, penyebab yang menjadi sebuah faktor untuk subyek
kasus (Joni) suka/sering melakukan kegiatan membolos sekolah adalah:14
a. Faktor internal
1) Peserta didik tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
2) Peserta didik tidak memahami materi pelajaran tertentu sehingga tidak suka
mengikuti pembelajaran tersebut.
b. Faktor Eksternal
1) Tidak memiliki paket kuota atau signal buruk.
2) Diajak teman main bola.
3) Tidak ada pengawasan dan perhatian dari kedua orang tua.
3. Prognosis
Prognosis adalah bentuk penentuan penyelesaian dari permasalahan yang telah
teridentifikasi. Penentuan opsi penyelesaian menitik beratkan pada tingkat kesesuaian dan
ketepatan dengan masalah yang ada.
Setelah mengetahui factor-faktor penyebabnya maka dirumuskan alternatif bantuan yang
akan diberikan kepada subyek kasus (Joni) secara bertahap dan berlanjut untuk mengatasi

14
Wawancara dengan Bapak Ahmad Burhani (Guru BK) pada tanggal 22 Mei 2021.
masalah perilaku membolos. Untuk mengatasi masalah subyek kasus menggunakan
pendekatan model konseling behavioral dan Terapi Rasional Emotif yang menekankan
yaitu menciptakan kondisi-kondisi baru untuk belajar bahwa pengalaman belajar yang
demikian itu akan dapat memperbaiki tingkah laku yang bermasalah.15
4. Treatment
Treatment merupakan bentuk langkah konkrit dari bimbingan dan konseling, proses ini
dilaksanakan secara berkesinambungan serta menghadirkan hal-hal yang sekiranya dapat
mempermudah dalam pelaksanaan bimbingan konseling.
Pada tahap ini dilaksanakan alternatif bantuan sebagaimana dirumuskan dalam prognosis,
maka dalam treatment akan diambil tindakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Dengan menggunakan teknik direktif pembimbing memberikan pandangan bahwa
rajin masuk sekolah adalah kunci kesuksesan bagi seorang siswa.
b. Dengan menggunakan teknik didaktik pembimbing mengarahkan subyek kasus untuk
berpikir rasional bahwa selama ini nilai belajarnya turun disebabkan sering bolos
sekolah. Membolos karena tidak paham pelajaran itu salah, karena semakin sering
bolos, maka akan semakin tidak paham terhadap pelajaran-pelajaran yang ia
tinggalkan.
c. Dengan menggunakan teknik asertif subyek kasus diajak bermain peran dengan
teman-temannya di kelas.
d. Subyek kasus diberikan tugas oleh pembimbing untuk menyisihkan sebagian uang
sakunya untuk membeli paket kuota ketimbang dibuat nongkrong di warung kopi.
e. Membuat jadwal kegiatan harian, agar tidak bermain sepak bola pada waktu sekolah.
f. Melakukan Home Visit, jika langkah tersebut belum membuahkan hasil. Home Visit
lebih diutamakan untuk menggurangi tekanan psikologi orang tua ketika dipanggil ke
sekolah, sekaligus agar guru melihat secara langsung situasi rumah subyek kasus.16
5. Evaluasi
Kegiatan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana keberhasilan bantuan yang diberikan
terhadap subyek kasus.
Berdasakan treatment yang telah diberikan oleh Guru BK terhadap siswa yang suka
membolos, maka dilakukan evaluasi dengan hasil sebagai berikut:
15
Ibid.
16
Ibid.
a. Berdasarkan hasil evaluasi dengan wali kelas, ternyata subyek kasus banyak
mengalami perubahan. Perubahan yang dimaksud yaitu subyek kasus sudah tidak
membolos ketika jam sekolah.
b. Berdasarkan hasil evaluasi dengan guru mata pelajaran, ternyata subyek kasus banyak
mengalami perubahan. Perubahan yang dimaksud yaitu subyek kasus sudah tidak
membolos ketika jam sekolah.
c. Berdasarkan hasil evaluasi dengan subyek kasus, ternyata subyek kasus banyak
mengalami perubahan. Perubahan yang dimaksud yaitu subyek kasus sudah tidak
membolos ketika jam sekolah serta melakukan aktifitas menyisihkan sebagian uang
jajan untuk membeli paket kuota.17
6. Tindak Lanjut
Dari hasil evaluasi, untuk diperoleh hasil yang optimal, maka selanjutnya Guru BK
melakukan tindakan kerjasama dengan berbagai pihak untuk mempertahankan perubahan
perilaku siswa yang telah didapatkan.
a. Subyek Kasus
Selanjutnya subyek kasus akan menjalankan dengan baik semua alternatif
bantuan/terapi yang sudah diberikan oleh Guru BK.
b. Wali kelas
Bekerjasama dengan wali kelas guna untuk selalu memonitor perubahan dan
perkembangan subyek kasus agar bisa tetap bertahan serta senantiasa memberikan
dorongan serta pujian.
c. Guru Mata Pelajaran
Kerjasama dengan guru mata pelajaran guna untuk tetap memonitor perubahan dan
perkembangan dari subyek kasus agar bisa tetap bertahan. Libatkan siswa tersebut
dalam proses belajar, baik dalam diskusi kelompok maupun dalam sesi tanya jawab.
d. Orang Tua Subyek Kasus
Kerjasama dengan orang tua subyek kasus guna untuk tetap memonitor perubahan
dan perkembangan subyek kasus supaya bisa tetap bertahan.18

KESIMPULAN
17
Ibid.
18
Ibid.
Dari hasil pembahasan pada penelitian di atas maka dapat diambil sebuah kesimpulan yakni:

1. Bentuk-Bentuk perilaku membolos siswa


Terdapat dua bentuk perilaku membolos yang ditunjukkan oleh siswa yaitu membolos satu
hari penuh, adalah perilaku mebolos yang dilakukan oleh siswa dengan cara tidak masuk
sekolah dari pagi hingga jam sekolah usai tanpa mengirimkan surat kepada pihak sekolah.
Sedangkan bentuk perilaku membolos yang kedua adalah membolos pada saat jam pelajaran
tertentu saja, yaitu siswa keluar atau meninggalkan kelas pada saat jam pelajaran tertentu
dengan meminta ijin pada guru mata pelajaran yang dibuat-buat karena tidak ingin mengikuti
pelajaran tersebut

2. Faktor yang mendorong siswa berperilaku membolos


Terdapat dua faktor yang mendorong siswa berperilaku membolos yaitu faktor dari siswa
sendiri (internal) dan faktor dari luar siswa (eksternal). Faktor internal yaitu motivasi yang
rendah, belum memenuhi tugas yang telah diberikan oleh Bapak/Ibu guru, siswa sering
datang dan merasa bosan dan jenuh dengan suatu pelajaran
Sedangkan faktor eksternal adalah terpengaruh oleh ajakan teman, signal buruk atau tidak
memilik paket kuota internet, kurangnya pengawasan dan perhatian dari orang tua dan
kurangnya pengawasan dan perhatian dari pihak sekolah

3. Dampak yang ditimbulkan dari perilaku membolos


Dampak yang ditimbulkan dari perilaku membolos siswa ada empat yaitu dampak psikis,
dampak akademik, dampak non akademik dan dampak sosial.

4. Persepsi siswa terhadap perilaku membolos


Siswa yang sering melakukan pelanggaran khususnya perilaku membolos memiliki
pandangan atau persepsi tersendiri terhadap perilaku membolos yang sering ia lakukan, siswa
merasa puas karena sudah berani membolos dan merasa dirinya jentel. Serta siswa
menganggap bahwa perilaku membolos adalah suatu perilaku yang tidak sesuai dan
menyalahi peraturan akan tetapi siswa menganggap bahwa perilaku membolos hal yang
wajar dilakukan disemua lembaga-lembaga sekolah.

5. Langkah-langkah pemberian bimbingan dan konseling pada siswa yang suka membelos
Dalam membantu siswa untuk menghilangkan perilaku suka membolos, Guru BK melakukan
langkah-langkah diantaranya pengenalan pada permasalahan, diagnosis, prognosis, treatment,
dan penilaian berkesinambungan.

DAFTAR PUSTAKA
Anggito, A, and J.S. Metode Penelitian Kualitatif. CV. Jejak, 2018.
Damayanti, Feny Anisa. “Studi Kasus Tentang Perilaku Membolos Pada Siswa Sma Swasta Di
Surabaya.” Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Surabaya, 2013.
Hikmawati, Fenti. Bimbingan Konseling. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010.
Ichsani, Wachida. “Studi Tentang Faktor Penyebab Dan Alternatif Penyelesaian Masalah
Perilaku Membolos Pada Siswa SMA Negeri 1 Teras Boyolali.” Jurnal Pendidikan
Universitas Surakarta, 2007.
Insyiroh, Lailatul. “Studi Tentang Penanganan Siswa Yang Terlambat Tiba Di Sekolah Oleh
Guru Bk SMA Negeri 1 Gersik.” Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Surabaya, 2016.
J. Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2012.
Malik, Alfiy Rizki. Kajian Tentang Perilaku Mengimpang Di Kalangan Siswa SMA. Jakarta:
Perpustakaan UPI (tidak diterbitkan), 2014.
Prayitno, Erman, and Atmi. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2004.
S.P., Robbins. Perilaku Organisasi: Konsep Kontroversi Aplikasi Edisi Kedelapan. Trans.
Pujaatmaka, H & Molan, B. Jakarta: PT. Prenlindo, 2003.
Wiyono, Teguh. Rekonstruksi Pendidikan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010.

Anda mungkin juga menyukai