Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“MANASIK HAJI”

DISUSUN OLEH :
NURATICHA AZZAHRA

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA
KOTA BUMI LAMPUNG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
kesehatan dan kesempatan dalam rangka menyelesaikan kewajiban kami sebagai
mahasiswa, yakni dalam bentuk tugas yang diberikan oleh Bapak Dosen dalam
rangka menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kami.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju ke alam
yang terang benderang.
Ucapan terima kasih kepada Ibu selaku dosen pengampu pada mata kuliah ini yang
telah memberikan bimbingan serta arahan sehingga makalah yang berjudul
“MANASIK HAJI” ini selesai tepat waktu.
Adapun dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dalam rangka perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, Amin Ya Robbal „Alamin .

Nuraticha “Makalah Manasik Haji” i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Manasik Haji ………………………..............................................................2

B. Hukum Manasik Haji………….......................................................................................2

C. Bimbingan Manasik Haji……………………….……….…………………………...………3

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………8

B. Saran…………………………………………………………………………………………..8

3Nuraticha “Makalah Manasik Haji” ii


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orang-orang Arab pada zaman jahiliah telah mengenal ibadah haji ini yang
mereka warisi dari nenek moyang terdahulu dengan melakukan perubahan di
sana-sini. Akan tetapi, bentuk umum pelaksanaannya masih tetap ada, seperti
tawaf, sa’i, wukuf, dan melontar jumrah. Hanya saja pelaksanaannya banyak yang
tidak sesuai lagi dengan syariat yang sebenarnya. Untuk itu, Islam datang dan
memperbaiki segi-segi yang salah dan tetap menjalankan apa-apa yang telah
sesuai dengan petunjuk syara’ (syariat), sebagaimana yang diatur dalam al-
Qur’an dan sunah rasul.
Ibadah haji ialah pelaksaan dari rukun islam kelima dimana sebagai
pelengkap iman seorang muslim. Maka dengan itu mencapai kesempurnaan
dalam ibadah haji sangatlah dinginginkan dimana tujuan setiap muslim yang
berhaji yaitu mencapai haji mabrur.maka dengan itu manasik haji dilatar belakangi
banyaknya umat islam yang ingin menunaikan rukun islam kelima yaitu berhaji,
akan tetapi banyak dari mereka belum memahami pelaksanaan serta tatacara
berhaji, maka dengan ini diberikanlah pembekalan mengenai segala hal tentang
pelaksanaan haji.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian mansik Haji?
2. Apa hukum manasik haji?
3. Bagaimana cara pelaksanaan manasik haji?

Nuraticha “Makalah Manasik Haji”


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian manasik haji
Manasik haji adalah proses pelatihan calon jemaah haji menjelang tanggal
keberangkatannya menuju tanah suci. Manasik haji sendiri biasanya diadakan
oleh Departemen Agama dan KBIH. Manasik haji yang dilakukan biasanya
mengenalkan aktivitas selama haji dan lengkap dengan simulasinya.
Nantinya calon jamaah haji semua akan diajari bagaimana cara untuk
memulai ihram dan memakai kain ihram. Setelah itu akan ada simulasi tawaf
sampai dengan simulasi lempar jumrah. Biasanya setiap rukun wajib haji akan
diperagakan satu persatu.
B. Hukum manasik haji
Haji merupakan rukun Islam yang kelima. Hukum melaksanakan ibadah haji
adalah wajib bagi yang mampu melaksanakannya, sebagaimana dijelaskan dalam
al-Qur’ān surat Ali Imran ayat 97. Allah Swt. berfirman:
ْ‫س ِبياًل ۚ َو َمن‬
َ ‫اع إِلَ ْي ِه‬َ ‫اس َت َط‬ ِ ‫فِي ِه آ َياتٌ َب ِّي َناتٌ َم َقا ُم إِ ْب َراهِي َم ۖ َو َمنْ َد َخلَ ُه َكانَ آ ِم ًنا ۗ َوهَّلِل ِ َعلَى ال َّن‬
ِ ‫اس ِح ُّج ا ْل َب ْي‬
ْ ‫ت َم ِن‬
َ‫َك َف َر َفإِنَّ هَّللا َ َغن ٌِّي َع ِن ا ْل َعالَمِين‬
Artinya: “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata,(di antaranya) maqam
Ibrahim; Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia;
mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang
yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari
(kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan
sesuatu) dari semesta alam.” (Q.S. Ali Imran/3:97)
Kewajiban haji adalah sekali dalam seumur hidup. Apabila ada yang
melaksanakan haji lebih dari sekali, hukumnya sunah. Hal ini didasarkan pada
hadis Nabi Muhammad saw. yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra. sebagai
berikut.
“Rasulullah saw. berkhotbah kepada kami, beliau berkata, ‘Wahai sekalian
manusia, telah diwajibkan haji atas kamu sekalian. ‘Lalu al-Aqra bin Jabis berdiri
kemudian berkata, ‘Apakah kewajiban haji setiap tahun ya Rasulullah?’ Nabi
menjawab, ‘Sekiranya kukatakan ya, tentulah menjadi wajib, dan sekiranya
diwajibkan, engkau sekalian tidak akan mampu. Ibadah haji itu sekali saja. Siapa
yang menambahi itu berarti perbuatan sukarela saja.”

Nuraticha “Makalah Manasik Haji”


Program yang ditujukan sebagai pembekalan sebelum berangkat ke Tanah
Suci ini dinilai sangat penting. Bahkan, Rasulullah pun secara gamblang
menyerukan kepada umatnya untuk mengikuti cara manasik yang ia lakukan.
Bahkan hukum (manasik) ini sudah seperti hukum fardhu ain alias harus diikuti.'
Dimana peran manasik ini sangat diperlukan. Terutama kepada para calon
jamaah yang masih awam tentang pengetahuan haji dan umrah. Karena itu
manasik haji harus memiliki standar baku. Siapa pun ustaz atau kiai yang
memberikan manasik, mereka harus merujuk pada aturan yang ada di Alquran
dan Sunnah.
Dimana jika pembekalan yang dilakukan selama masa manasik bisa
diterima secara baik oleh para calon jamaah maka akan membuka pula peluang
untuk mendapatkan status haji mabrur. Untuk menjadi haji mabrur memang
bergantung pada niat. Tetapi, juga bagaimana keseriusan dalam memahami
ibadah haji secara optimal semasa manasik akan membantu mereka untuk bisa
mendapatkan haji mabrur. Serta program manasik hadir sebagai upaya untuk
menyamakan visi dan misi calon jamaah sebelum sampai ke Tanah Suci. Dengan
adanya persamaan tersebut, tak akan ada lagi pertanyaan-pertanyaan di Tanah
Suci mengenai hal-hal yang berkaitan dengan rangkaian ibadah haji atau umrah.
Program manasik ini, tak hanya dilihat secara hitam putih saja. Dalam artian,
manasik hanya dihadirkan sebagai pembekalan kepada para calon jamaah agar
mengerti hukum ibadah haji secara syari. Tetapi, kunci keberhasilan manasik
lebih mendorong kepada para jamaah agar setiap diri mereka bisa yakin kepada
janji Allah. ''Motivasi itulah yang kita gali. Kami ingin lewat manasik, para calon
jamaah mempunyai pembekalan diri seperti halnya seorang Siti Hajar. Mereka
harus yakin pada diri sendir.
C. Bimbingan manasik haji
Manasik haji mengajarkan praktik sebelum berangkat haji, dan dalam
pelaksaannya harusalah sesuai sunah-sunah yang telah ditentukan rosullah.
Adapun Berikut adalah prosesi manasik haji lengkap sesuai tuntunan Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam:

Nuraticha “Makalah Manasik Haji”


a. Ihram
Ihram (‫رام‬FF‫إح‬ ) adalah keadaan seseorang yang telah beniat untuk
melaksanakan ibadah haji dan atau umrah. Mereka yang
melakukan ihram disebut dengan istilah tunggal "muhrim" dan jamak
"muhrimun". Calon jamaah haji dan umrah harus melaksanakannya
sebelum di miqat dan diakhiri dengan tahallul.
Ibadah Haji dimulai tanggal 8 Dzulhijjah (hari Tarwiah) yaitu diawali
dengan memakai pakaian Ihram, dan mengucapkan ihlal (niat) haji:
LABBAIKA HAJJAN Atau LABBAIKA ALLAHUMMA HAJJAN
“Ya Allah, kami datang memenuhi panggilan-Mu untuk melaksanakan
ibadah Haji.” (HR. Muslim)
Diteruskan dengan talbiyah:
LABBAIKA ALLAHUMMA LABBAIK, LABBAIKA LAA SYARIKA
LAKA LABBAIK, INNAL HAMDA WAN NI’MATA LAKA WALMULK. LAA
SYARIKA LAK.
“Ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu: aku penuhi panggilan-Mu Tiada
sekutu bagi-Mu, aku pnuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji dan
ni’mat adalah kepunyaan-Mu; demikian pula segala kerajaan, tiada sekutu
bagi-Mu.” (HR. Bukhari)
b. Mabit di Mina
Setelah matahari terbit (masih tgl. 8 Dzulhijjah), berangkat ke Mina.
Dan pada malamnya mabit (bermalam/menginap) disana sampai subuh.

Nuraticha “Makalah Manasik Haji”


Di Mina kita melakukan shalat Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Subuh (di
qasah tanpa di jamak).

c. Wukuf di Arafah
Hari berikutnya yaitu tanggal 9 Dzulhijjah dan setelah terbit
matahari, tinggalkan Mina menuju ke Arafah. Sebelum masuk areal wukuf
di Arafah, mampir dulu di Namirah, menunggu Zawal tergelincir matahari
(jika memungkinkan). Ba’da zawal, masuk ke Arafah menuju tenda yang
telah ditentukan. Didalam tenda, mendengarkan khutbah Arafah kemudian
dilanjutkan dengan shalat Dzuhur dan Ashar Jama’ takdim dan di qasar.
Wukuf. Duduklah menghadap qiblat dan berdo’a dengan mengangkat
tangan tinggi-tinggi, berdo’a sekehendak hati, bisa diselingi istighfar,
dzikir, tilawah Al-Qu’an, makan-minum, dan mendengarkan nasehat-
nasehat. Waktu wukuf adalah sesudah shalat Dzuhur sampai dengan
terbenam matahari. Diantara do’a thawaf:

LA ILAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIKALAH LAHUL


MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA ‘ALA KULLI SYAI’IN QADIR.

“Tidak ada Ilah selain Allah yang Maha Esa dan tidak ada sekutu
bagi-Nya, milik-Nya segala kerajaan dan milik-Nya segala puji dan Dia
Maha Berkuasa atas segala sesuatu.” (HR. At Tirmidzi)
d. Mabit di Muzdalifah
Begitu matahari terbenam, tinggalkan Arafah menuju Muzdalifah.
Sesampainya di Muzdalifah, shalat Maghrib dan Isya jama’ ta’khir dan di
qasar. Kemudian tidur sampai Subuh (mabit). Kumpulkan batu-batu kecil
(sebesar kacang tanah) sebanyak 7 biji untuk melontar jumrah aqobah.
Yang sakit dan lemah dapat meneruskan perjalanan ke Mina malam itu
juga. Selesai shalat Subuh berjama’ah, berdo’a di Masy’aril Haram.
Seluruh Muzdalifah adalah Masy’aril Haram.
e. Melontar Jumrah Aqobah tgl. 10 Dzukhijjah
Dari Masy’aril Haram berangkat ke Mina. Istirahat sejenak di tenda
Mina, lalu ketempat jamarat, untuk melontar. Bisa juga melakukan Thawaf
Ifadah dulu ini tergantung situasi dan kondisi, mana yang lebih

Nuraticha “Makalah Manasik Haji”


memungkinkan. Lepar jumro dilakukan pada setelah matahari terbit
(dhuha) atau dikala matahari agak sedikit tinggi.
Cara melontar:
1. Upayakan mendekati jumrah. Tapi ingat jangan sampai menyakiti
sesama.
2. Ambil posisi dimana qiblat berada disebelah kiri. Sampai disini talbiyah
dihentikan.
3. Lontar jumrah dengan 7 kerikil dan setiap lontaran diiringi takbir (Allahu
Akbar)
f. Tahallul Awwal (ASGHAR)
Tahallul (potong rambut) boleh pilih:
1. Taqsir: memotong rambut sampai pendek, bagi wanita menggunting
beberapa helai rambut.
2. Tahliq: mencukur rambut sampai gundul, dimulai dari kanan ke kiri
(hanya bagi laki-laki). Bagi wanita cukup memotong beberapa helai
saja.
Yang terbaik untuk laki-laki tahallul haji adalah tahliq. Setelah itu
sudah boleh mengganti pakaian ihramnya dengan pakaian biasa dan
semua larangan ihram halal kembali, kecuali jima’.
g. Hadyu (qurban)
Masih pada tanggal 10 Dzulhijjah, setelah berganti pakaian,
menyembelih Hadyu, atau menyerahkan penyembelihan itu kepada yang
amanah. Bila tak sempat menyembelih, boleh dilaksanakan esoknya  yaitu
tanggal 11 Dzulhijjah atau sampai dengan 13 Dzulhijjah. (hari-hari Tasyrik)
h. Thawaf Ifadah
Masih di hari yang sama (10 Dzulhijjah) utamanya berangkat ke
Mekkah untuk Thawaf Ifadah dan dilanjutkan dengan Sa’i. Thawaf Ifadah
bisa dilakukan pada hari-hari Tasyrik bila berhalangan pada tanggal 10
Dzulhijjah. Bagi yang udzur, boleh dilaksanakan setelah udzurnya lepas,
walau hari-hari Tasyrik telah berlalu.
i. Tahallul Tsani (akhir/Kubra)
Setelah Thawaf Ifadhah, maka hubungan suami istri enjadi halal
kembali. Seusai Thawaf dan Sa’i tersebut, harus kembali lagi ke Mina,

Nuraticha “Makalah Manasik Haji”


sebelum Maghrib. Tidak boleh menginap di Mekkah. Seandainya ada
udzur/berhalangan, kemalaman kembali ke Mina tidak mengapa.
j. Melontar Tiga Jamarat pada tgl. 11, 12 dan 13 Dzulhijjah
Tiga jamarat yang dimaksud adalah Jumratul Ula, Jumratul Wustha,
Jumratul Aqabah. Melontar jumrah dimulai setelah Dzuhur. Bagi yang
udzur bisa sampai tengah malam.
Cara melakukan lontar jamarat sebagai berikut:
Ambil posisi dan melontar seperti yang kita lakukan pada tanggal 10
Dzulhijjah, selesai melontar Jumrah Ula, kita bergeser kesebelah kiri,
menghadap qiblat lalu berdo’a menurut kebutuhan masing-masing dengan
mengangkat kedua tangan.
Hal yang sama kita lakukan setelah melontar Jumrah Wustha dan
setelah melontar Jumrah Aqabah, seperti pada tanggal 10 Dzulhijjah.
Tanpa berdiri lama untuk berdo’a sebagai mana pada dua jamarat
terdahulu.
k. Nafar Awwal dan Nafar Tsani
Setelah selesai melempar jumrah pada tanggal 12 Dzulhijjah, kita
sudah menyelesaikan hajinya dan bisa meninggalkan Mina dan pulang ke
Mekkah dengan syarat sudah keluar dari Mina sebelum matahari
terbenam. dan ini disebut Nafar Awwal. Namun jika matahari sudah
terbenam dan masih berada di Mina maka tidak boleh meninggalkan Mina
dan harus bermalam lagi di Mina untuk melontar jamarat pada hari
berikutnya.
Yang ingin melakukan Nafar Tsani, maka ia harus mabit atau
bermalam satu malam lagi di Mina dan melontar jamarat pada tanggal 13
Dzulhijjah ba’da Dzuhur, baru boleh ke Mekkah.

l. Thawaf Wada’
Thawaf Wada’ adalah ibadah terakhir dari rankaian ibadah haji.
Persis seperi Thawaf Ifadah, tetapi tanpa Sa’i. Bagi wanita haidh tidak
perlu Thawaf Wada’ dan hajinya tetap sah.

Nuraticha “Makalah Manasik Haji”


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manasik haji adalah proses pelatihan calon jemaah haji menjelang tanggal
keberangkatannya menuju tanah suci. Dimana sangat penting dilakukan kerena
dengan adanya manasik haji maka bias memberika pemahaman tetntang berhaji
ketika calon jamaah berada ditanah suci. Dengan kata lain manasik haji sangat
membantu para jamah sehingga bias mencapai haji mabrur.
Adapun Berikut adalah prosesi manasik haji lengkap sesuai tuntunan
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yaitu ihram, mabid di mina, wukup
diarafa, mabid di musdalifah, melempar jumrah, tahalul awal, hadyu, tawab
ifadah, tahalul tasani, melempar tiga jamarat, nafar awwal ,nafar tsani, tawaf
wadah
B. Saran
Untuk para calon jamaah haji , supaya dalam melaksanakan munasik haji
supaya sangat memperhatikan dan dimengerti dalam pelatihan manasik haji.
Sehingga ketika pelaksanaan haji kita tahu mana yang perlu dilakukan dalam haji
tampa kita bingung lagi.

Nuraticha “Makalah Manasik Haji”


Daftar pustaka

Kementerian Agama RI. 2012. Tafsir al-Qur’ān Tematik. Jakarta: Kementerian


Agama RI.
Syaltut, Mahmud. 1990. Tafsir Al-Qur’ānul Karim. Bandung: Diponegoro.
Abdul aziz. 2016. “ Haji” dalam Makalah Fiqih Ibadah. Palu.
Anonim. 2020. “ Makalah Ibadah Haji”, https://doc.lalacomputer.com/makalah-
haji/, diakses pada 18 September 2020 pukul 10.25.
Mohammad akbar. 2013. “Jangan Abaikan
Manasik”,https://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/umroh-
haji/mlftzs/jangan-abaikan-manasik, diakses pada 18 September 2020 pukul 10.30.
Anonim. 2018. “ Manasik Haji”, https://www.daftarhajiumroh.com/manasik-
haji/, diakses pada 18 september 2020 pukul 09.50.

Anonym . 2020. “ Pengertian Manasik Haji”, https://id.wikipedia.org/wiki/Ihram,


diakses pada 18 september 2020 pukul 10.00

Anonym. 2015.”Makalah BTA Manasik Haji”,


http://ilhamberkuliah.blogspot.com/2015 /09/makalah-bta-manasik-haji.html, diakses
pada 18 september 2020 pukul 10.30.

Akhmad .2009. “ Manasik Haji


“,http://www.akhmadsatori.co.cc/2009/12/%20-wilayatul-faqih-, diakses pada 18
September 2020 pukul 10.23.

Nuraticha “Makalah Manasik Haji”

Anda mungkin juga menyukai