Anda di halaman 1dari 34

TUBERCULOSIS

PARU
Oleh Ihsan Taufiq
Pengertian

■ Adalah penyakit infeksius yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis.
■ Biasanya meliputi paru-paru, tetapi juga meliputi ginjal,
tulang, kelenjar adrenal, nodus limfe dan meningen dan
menyebar keseluruh tubuh.
Etiologi

■ Mycobacterium tuberculosis, kuman berbentuk batang,


bakteri tahan asam (BTA), gram positif, aerob, dormant
Patofisiologi

■ Kuman yang menyebar melalui udara droplet


dengan cara batuk, bersin atau berbicara dari
seseorang yang terinfeksi  terinhalasi  melekat
pada jalan nafas atau paru-paru  masuk
kedalam alveolar (ukuran < 5 mikrometer) pada
tahap awal biasanya berimplantasi pada paru-
paru bagian bawah  bakteri dihadapi oleh
neutrofil kemudian oleh makrofag.
■ Bila menetap, kuman akan berkembang biak pada
sitoplasma makrofag dan menyebar keseluruh
tubuh (kontinuitatum, bronkogen, limfogen,
hematogen)
■ Kuman yang menetap dijaringan paru –paru akan
membentuk sarang (fokus) Ghon (caseosa
necrosis)
■ Memakan waktu 3 – 8 minggu
■ Selanjutnya dapat sembuh, sembuh dengan
fibrosis kuman dormant, kalsifikasi berkompliksi.
■ Proses diatas merupakan perjalanan
tuberculosis primer.
■ Apabila kuman yang dormant timbul kembali
maka akan timbul tuberculosis post primer
(tuberkulosis sekunder)
■ Hampir 90% reinfeksi disebabkan karena
imunitas yang menurun.
■ Misalnya malnutrisi, alkohol, penyakit malignan,
diabetes, AIDS, dll.
Klasifikasi

American Thoracic Association (lewis, 2000)


■ Klas 0: tidak terpajan oleh TB, tidak ada infeksi
( tidak ada riwayat terpajan,tes tuberkulin
negatif)
■ Klas I: Terpajan oleh TB, tidak ada kejadian
infeksi (ada riwayat terpajan, tes tuberkulin
negatif)
■ Klas II: Infeksi TB tidak sakit (signifikan reaksi
tes tuberkulin, studi bakteriologik negatif, X ray
negatif, secara klinis tidak ada TB)
■ Klas III: Infeksi TB dengan klinis penyakit aktif (
positif bakteriologik, test tuberkulin positif, x ray
positif)
■ Klas IV: Tidak ada penyakit langsung ( ada
riwayat TB atau abnormal, X ray stabil pada
seseorang dengan tes tuberkulin positif, negatif
bakteriologik, tidak ada gejala klinik atau x ray
penyakit langsung
■ Klas V: Suspect TB (diagnosis pending);
seseorang pada klasifikasi ini tidak lebih dari 3
bulan
Di Indonesia
Berdasarkan kelainan klinis, radiologis dan
mikrobiologis (Ashril bahar : 2001)
■ Tuberkulosis paru
■ Bekas tuberkulosis paru
■ Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam:
a. Tuberkulosis paru tersangka yang diobati. Disini
sputum BTA negatif, tetapi tanda-tanda lain positif
b. Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati. BTA
(-) tanda lain meragukan
■ Dalam 2-3 bulan TB tersangka ini harus sudah
dipastikan apakah termasuk TB paru aktif
atau bekas TB paru.
■ Dalam klasifikasi ini harus dicantumkan:
a. Status bakteriologik (mikroskopik BTA, biakan
sputum BTA)
b. Status radiologi
c. Status kemoterapi
Gejala klinik

■ Pada awalnya asimptomatis


■ Keluhan yang terbanyak adalah demam, batuk tanpa mukus
maupun mukus purulen/ batuk darah, sesak nafas, nyeri
dada, mual, tidak nafsu makan, BB menurun, berkeringat
malam
Komplikasi

■ TB Miliary
■ Pleura effusion
■ Tuberculosis pneumonia
■ Other organ involvement
Diagnostic studies

■ Pemeriksaan fisik
■ Skin test tuberkulin atau mantoux test yaitu dengan
menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin PPD (Purified Protein
Derivatif) dengan kekuatan 1, 2, 5, 250 TU. Setelah 48-72
jam dilihat hasilnya: Diameter 0-5 mm (negatif); 6-9 mm
(meragukan); 10-15 mm (normal positif); >15 mm (positif
kuat). Pada HIV 5 mm (+)
■ Dapat positif palsu ( pada pemberian BCG)
■ Dapat negatif palsu ( pasien baru terpajan TB, Anergi/
peny. Sistemik berat, pemberian kortikosteroid, pemberian
immunosupresif , usia tua, malnutrisi, uremia, keganasan)
Skin test mantoux
Test mantoux

10 – 15 mm
Penderita tbc
■ X ray: tampak lesi pada bagian apek paru tampak
bercak-bercak seperti awan
■ Sputum BTA (+) : 5 batang BTA pada satu sediaan
atau 5000 kuman/ ml (4-6 mgg); bactec (7-10 hr).
Selain sputum dapat CSF, bronkial washing, feses,
urine, dll.
■ Darah : leukosit meningkat, anemia
■ Bronkografi
■ CT Scan
■ MRI
■ ELISA (Enzim Linkes Immunosorbent Assay)
■ PCR
Chest x ray
Colaborative care

■ Obat-obatan (6-9 bulan)


■ Lima obat primer: isoniasid (H), rifampicin (R),
pirazinamid (Z), streptomicyn (S) dan ethambutol
(E)
■ Obat sekunder : Kanamisin, PAS, tiasetazone,
etionamid, protionamid, sikloserin, ciprofloxacin,
ofloxacin, Sparfloxacin, Rifapentine.
■ DEPKES terapi jangka pendek  HRE/ 5H2R2 ; ;
Jangka panjang  HSZ/ 11H2Z2
■ Terdapat kategori I, II, III, IV
■ Vaccine BCG (Bacille Calmette Guerine)
Regimen pengobatan TB

■ Kategori I  BTA (+)/ berat walau BTA (-)


2RHZE atau 2RHZS dilanjutkan 4RH atau
4 H3R3, atau 6 HE.
■ Kategori II  Kambuh/ gagal perbaikan pada pengobatan
pertama/ ulangan karena pernah putus obat.
2RHZE + 1RHZE dilanjutkan 6RHE atau
5R3H3E3
■ Kategori III  BTA (-) dan ringan.
2RHZ atau 2R3H3Z3 dilanjutkan 4RH
atau 4R3H3 atau 2RH + 4H atau 6HE
■ Kategori IV  kasus kronik gagal sembuh BTA (+) setelah
kategori 2. Kombinasi minimal 5 obat yang masih sensitif
menurut tes resistensi, dengan mempertimbangkan obat
lapis kedua.
Nursing Management

Nursing assessment
■ Pasien harus dikaji terhadap kelemahan
umum, batuk produktif, keringat malam,
peningkatan suhu, berat badan menurun,
nyeri dada dan crakles, dll.
■ Jika pasien dengan batuk produktif, ambil
spesimen sputum pada pagi hari
Tujuan pemulangan

■ Fungsi paru adekuat


■ Komplikasi dapat dicegah
■ Perubahan lifestyle/ kebiasaan mencegah penyebaran infeksi
■ Perjalanan penyakit dan penatalaksanaan regimen diketahui
Nursing Diagnosis
Dapat meliputi:
■ Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan
pertahanan primer yang tidak adekuat
■ Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum
■ Risiko ganguan pertukaran gas berhubungan dengan
kerusakan membrane alveoli kapiler
■ Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan nafsu makan
■ Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)
penatalaksanaan, pencegahan berhubungan dengan
misinterprestasi informasi, keterbatasan informasi
■ Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan
status nutrisi.
■ NOC
■ Respiratory status: airway patency
■ NIC
■ Airway management
■ Cough enhancement
■ Respiratory monitoring
■ NOC
■ Appetite
■ Nausea and vomiting control
■ NIC
■ Nausea management
■ Medication Management
Planning
Tujuan:
■ Bekerja sama terhadap regimen terapeutik
■ Tidak terjadi kasus berulang
■ Fungsi paru normal
■ Tidak terjadi penyebaran penyakit.
■ Kebutuhan nutrisi tubuh adekuat
Nursing Intervention
Mandiri
■ Instruksikan pasien untuk membiasakan batuk/ bersin
dengan benar dan membuang kotoran pada tempat
khusus, good hand washing
■ DOT (Directly Observed Therapy)
■ Pertahankan intake cairan 2,5 l/ hari jika tidak ada
kontraindikasi
■ Evaluasi akibat gangguan pertukaran gas: dispnea,
tachicardia, cyanosis, penurunan kesadaran
■ Lakukan oral higiene
■ Jelaskan program penatalaksanaan pengobatan
■ Batasi aktivitas, bantu self care seperlunya.
Kolaborasi
■ Pemberian OAT : Rifampisin, isoniasid ,
Pirazinamid, Etambutol, Streptomisin
■ Pemberian mukolitik, bronkodilator,
cortikosteroid, antipiretik
■ O2
■ Monitor ABGs
■ Monitor serum protein, BUN, Albumin
■ Diit
Selesai
■ Cari studi kasus TBC di internet
■ Diskusikan dalam kelompok ( 4-5 klp)
■ Identifikasi data senjang (DS dan DO)
■ Masing-masing data senjang dicari
patofisiologinya/ rasionalnya
■ Kemudian identifikasi dx keperawatan yang
muncul sesuai dengan data senjang tersebut
■ Susun Renpranya.
Identifikasi data senjang

No Data Subjektif (DS) Data Objektif (DO)


Contoh tabel untuk
patofisiologi
No Data Senjang Patofisiologi
1 Batuk sudah 1 bulan …….
2 Tn. M Badannya kurus …….
3 ….
Diagnosa keperawatan

■ Problem (P) + Etiologi (E) + Symptom (S)

Anda mungkin juga menyukai