1_Zaid Maliky
Kata Sulit
(https://www.alodokter.com/mengetahui-nilai-saturasi-oksigen-dan-cara-
meningkatkannya )
Pertanyaan
dengan tes antibodi IgA dan IgG untuk memantau kondisi dan fungsi
sistem kekebalan tubuh serta mendiagnosis apakah terdapat penyakit
tertentu, seperti infeksi atau penyakit autoimun.
Imunoglobulin G (IgG)
IgG adalah Antibodi yang paling umum serta biasanya dihasilkan hanya
dalam waktu beberapa hari saja. Immunoglobulin G bisa hidup di dalam darah
hingga beberapa hari malah sampai beberapa tahun lamanya. Antibodi IgG
beredar di dalam darah kelenjar getah bening, serta usus. Ketika antigen
masuk, maka mereka memakai aliran darah guna menuju ke tempat lokasi
masuknya antigen tersebut.
IgG memiliki efek yang kuat dalam pertahanan tubuh pada bakteri dan virus,
serta menetralkan asam yang terkandung pada racun antigen. Selain itu,
Antibodi IgG mempunyai kemampuan spesifik yang bisa menembus serta
menyelip diantara sel-sel dan menyingkirkan bakteri yang masuk ke dalam sel
dan kulit. Terkahir, Antibodi jenis ini pun bisa menembus masuk ke dalam
plasenta ibu hamil guna melindungi janin dari kemungkinan terjadinya infeksi.
Kemampuan tersebut dimiliki oleh IgG sebab ukuran molekulnya yang kecil.
Imunoglobulin A (IgA)
Immunoglobulin A mempunyai kecendrungan yang besar untuk memilih lokasi
penempatan di daerah-daerah tubuh yang lembab yaitu air mata, ASI, air liur,
darah, kantong-kantong udara, lender, getah lambung, serta sekresi usus. Hal
tersebut dikarenakan sifatnya yang sama seperti bakteri yang menyukai area
lebab guna dijadikan markas.
Selain itu, Antibodi jenis ini bisa melindungi janin dalam kandungan ibu
supaya terbebas dari kemungkinan masukny antigen yang bisa menyebabkan
terganggunya tubuh janin. Namun, Antibodi IgA dalam tubuh ibu akan
menghilang saat bayi dilahirkan. Tapi dikarenakan adanya kandungan IgA
dalam air ASI, maka bayi masih mendapat perlindungan.
Imunoglobulin M (IgM)
Hampir sama seperti jenis Antibodi yang lain, Antibodi IgM pun ada di dalam
darah, kelenjar getah bening, serta permukaan sel B. Imunoglobulin M adalah
jenis Antibodi pertama yang melakukan penyeranagn pada antigen jika ada
antigen yang masuk.
Janin di dalam rahim masih mendapat perlindungan dari IgM pada umur
kehamilan sekitar 6 bulan. Produksi IgM akan meningkat jika sedang beradu
Prior Knowledge SGD 7 LBM 1 MODUL 3.1_Zaid Maliky
melawan antigen. Maka dari itu, bila mau melihat apakah janin sudah
terinfeksi atau tidak, bisa dengan melihat kadar IgM dalam darah.
Imunoglobulin D (IgD)
Antibodi ini pun ada di dalam darah, kelenjar getah bening, serta permukaan
sel B. Antibodi IgD tidak bisa untuk bertindak secara sendiri-sendiri, namun
mereka menempel dengan permukaan sel T, sehingga bisa membantu sel T
menangkap antigen.
Imunoglobulin E (IgE)
Immunoglobulin E beredar di dalam darah serta bertugas guna memanggil
pasukan lain untuk menyerang zat asing yang masuk ke dalam tubuh.
Antibodi jenis tersebut sering menyebabkan reaksi alergi dalam
melaksanakan tugasnya. Oleh sebab itu, pada orang yang sedang terkena
reaksi alergi, di dalam darahnya meningkat produksi IgE.
berupaya mengenal benda asing yang masuk dan disimpan dalam “ingatan”
sel memori ini. Ini disebut dengan reaksi imunitas primer. Apabila benda
asing yang sama masuk lagi ke dalam tubuh orang tersebut untuk kedua kali
dan seterusnya, maka sel memori ini dengan lebih cepat dan sangat efektif
akan merangsang sistem imunitas untuk mengusir dan melawan benda asing
yang sudah dikenal tersebut. Reaksi tubuh akan lebih cepat dan lebih efektif
dibandingkan dengan reaksi saat perjumpaan untuk pertama kalinya dengan
benda asing tersebut.
Pada proses tersebut, beberapa macam sel bekerja sama untuk mengenali
antigen dan memberikan respon. Sel-sel ini kemudian merangsang limfosit B
untuk menghasilkan antibodi. Antibodi adalah protein yang didesain khusus
untuk menempel pada antigen tertentu. Setelah itu, sel T mencari antigen
yang telah ditumpangi dan menghancurkannya. Sel T juga membantu
memberi sinyal pada sel-sel lain (seperti fagosit) untuk melakukan tugasnya.
Begitu dihasilkan, antibodi akan berada dalam tubuh seseorang selama
beberapa waktu, sehingga apabila antigen atau bibit penyakit kembali,
antibodi sudah tersedia untuk melakukan misinya.
Antibodi juga dapat menetralkan racun yang dihasilkan oleh organisme dan
mengaktifkan sekelompok protein yang disebut komplemen. Komplemen
adalah bagian dari sistem imun yang membantu membunuh bakteri, virus
atau sel-sel yang terinfeksi.
Bersama, semua sel-sel khusus dan bagian sistem imun menghasilkan
perlindungan bagi tubuh terhadap penyakit. Proteksi inilah yang disebut
imunitas.
Sifat-sifat Antibodi
Dibuat di dalam Reticuloendothelial System (RES) mirip sumsum
tulang, kelenjar limfe, hati, serta sesuai dengan tempat pembentukan
sel darah putih.
Bersifat tidak tahan pada sinar matahari (thermolabil). Oleh sebab itu,
zat Antibodi yang sudah dibekukan mesti disimpan di dalam lemari
pendingin serta tak terkena cahaya matahari secara langsung.
Bisa direaksikan pada antigen secara spesifik ibarat kunci dengan
gembok.
Bisa larut dalam darah (sel plasma).
Terdiri dari sebuah zat yang menempel pada gammaglobulin.
Struktur Antibodi
Sebenarnya, struktur dasar dari Antibodi ialah molekul protein berbentuk huruf
Y yang mempunyai 2 rantai polipeptida berat dan 2 rantai polipeptida ringan.
Setiap Antibodi mempunyai rantai atas yang berfungsi sebagai pengikat
daripada antigen. Dengan rantai ini, jadi Antibodi bisa mengikatkan dirinya
sendiri pada tubuh antigen.
Sesak napas
Sakit kepala
Gelisah
Pusing
Napas cepat
Nyeri dada
Kebingungan
Tekanan darah tinggi
Gangguan penglihatan
Dada sesak
Detak jantung cepat
7. Apa saja manfaat yang bisa diperoleh dari terapi plasma konvalesen? (Sals) dijawab
danty
Manfaat yang bisa diperoleh dari terapi plasma konvalesen pada pasien
COVID-19 antara lain:
Mempercepat penyembuhan dan pemulihan
Meringankan gejala yang dialami, seperti sesak napas, nyeri dada,
atau demam
Mencegah komplikasi dan menurunkan tingkat keparahan penyakit
Menurunkan risiko kematian
"Hitung darah lengkap (CBC) pasti akan menjadi dasar No. 1 untuk
melihat apakah ada disfungsi dengan salah satu kelas utama sel
kekebalan Anda," kata Ferira.
Tes ini akan mengukur semua fitur yang berbeda dari darah Anda,
termasuk sel darah merah, sel darah putih, trombosit, hemoglobin,
dan hematokrit, bagian sel darah putih bisa sangat jelas. Berbagai
jenis sel darah putih seperti neutrofil, limfosit, basofil, dapat
menjelaskan respons imun Anda.
c. Status vitamin D
Ferira juga mengungkit pentingnya status gizi, yaitu kadar vitamin D. Vitamin dan
hormon yang larut dalam lemak memainkan peran penting dalam fungsi
kekebalan, dan Ferira
dasar Anda, saya mendorong Anda untuk melakukan tes serum 25-
hidroksivitamin D."
d. Kadar vitamin C
e. Kadar seng
Itupun kadang, tak semua mencuci tangan dengan cara yang tepat. Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit merekomendasikan setidaknya 15
detik untuk menggosok tangan dengan sabun.
Toilet hanya salah satu, pelbagai aktivitas lain juga menuntut Anda untuk
mencuci tangan demi menjaga kebersihan. Di antaranya seperti memegang
uang, bersin dan batuk, atau menyentuh hewan piaraan.
Nutrisi Makanan
Buah dan sayuran jadi dua hal yang kerap dianjurkan untuk dimasukkan ke
menu makan harian. Ada banyak alasan kesehatan serupa konsumsi buah
dan sayuran untuk sistem imun.
Studi menunjukkan, vitamin C, A, E, B6 dan B12 serta mineral seperti zat besi
dan seng sangat penting untuk memelihara fungi kekebalan. Semua nutrisi ini
dapat ditemukan dalam buah dan sayuran.
Sementara dikutip dari laman Farmasi UGM, sebaiknya Anda menghindari
makanan sarat lemak dan gula atau biasa disebut makanan barat (western
diet) seperti pada makanan cepat saji.
Makanan barat tersebut cenderung menyebabkan stres, sehingga imun
mudah menurun dan berpotensi memicu penyakit. Beberapa makanan yang
direkomendasikan di antaranya yogurt, acar atau produk fermentasi dan
makanan kaya serat.
Usia
Usia juga jadi faktor yang mempengaruhi sistem imun. Semakin bertambah
usia maka sel-sel imun akan menurun pula aktivitasnya.
Sebagaimana sel lain, umumnya sel imun berada pada puncak aktivitasnya
ketika memasuki usia dewasa. Saat beranjak tua, sel Imun termasuk
kemampuan produksi protein untuk melawan infeksi virus (interferon) pun
bakal menurun.
Stres.
Tantangan lain menjaga sistem imun tubuh adalah menyeimbangkan tingkat
kortisol. Jadwal kerja atau kegiatan yang padat hingga beban harian dapat
membuat lelah.
Rasa lelah tersebut sejalan dengan peningkatan kadar hormon stres, kortisol.
Kondisi ini mengakibatkan sistem kekebalan tubuh menurun.
Stres yang gagal dikelola akan mempengaruhi pola makan, siklus tidur,
suasana hati hingga asupan makanan yang semua ini berkaitan dengan faktor
yang mempengaruhi sistem imun.