Anda di halaman 1dari 7

 

Pancasila sebagai Ideologi dan Karakteristik


Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia
 
Jagad Aditya Dewantara 1a * , Ilham Fajar Suhendar 2 , Rum Rosyid 1b , thomy
Sastra
Atmaja 1c 1 Departemen dari Civic Pendidikan, Fakultas dari Sosial Pendidikan, Tanjungpura U
niversity, Pontianak, 78.115, Indonesia 2 Departemen dari Civic Pendidikan, Fakultas dari Sosial 
Pendidikan, Suryakancana Universitas , Cianjur, 43216, Indonesia a jagad02@gmail.com; 2 ilha
m@unsur.ac.id; b rumrasyid53@gmail.com; c sastrathomy @gmail.com
*Penulis yang sesuai
Nomor Whatsapp: [  085258920738]
 
Bagaimana untuk Cite : Dewantara, J., A., Suhendar, I., F., Rosyid, R., Atmaja, T., S. (2019). Pancasila sebagai Ideologi dan Karakteristik Pendidikan Ke
warganegaraan di Indonesia. Jurnal Internasional untuk Studi Pendidikan dan Kejuruan , 1 (5), 400-405
 

SEJARAH ABSTRAK
ARTIKEL The peran dari Civic Education di nya era dari globalisasi adalah sangat diperlukan, mengingat yang sangat strategis p
Diterima : 9 Juni osisi, terutama untuk pembentukan bangsa dan pembangunan karakter. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
2019 membuktikan bahwa Civic Education di Indonesia adalah tidak terlepas dari yang nilai-
Revisi : 20Juli nilai dari Pancasila. The sastra Metode yang digunakan untuk mendapatkan kesimpulan di membuktikan bahwa
2019 Pancasila i s ideologi dan karakteristik pendidikan kewarganegaraan di Indonesia. Hasilnya membuktikan bahwa Civic
Diterima : 15 Education harus menjadi di sesuai dengan Pancasila nilai-nilai dalam semua aspek dari kewarganegaraan pembelajara
September 2019 n. Oleh karena itu Pancasila merupakan ciri khas Negara Indonesia sebagai suatu sistem filsafat yang menjiwai semua
konsep ajaran Kewarganegaraan dan harus diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
KATA
Ini adalah sebuah artikel akses terbuka di bawah CC  -  BY-
KUNCI SA lisensi .
Ideologi;  

Pancasila;
Pendidikan
Kewarganegara
an;

 
 
 

1. PENDAHULUAN    
Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan berbangsa yang berfungsi sebagai pemersatu kehidupan negara yang
majemuk. Pancasila memiliki pengaruh yang sangat besar bagi bangsa Indonesia karena sejarah Pancasila mempengaruhi
keragaman suku, agama , bahasa daerah, daerah, adat istiadat, kebiasaan budaya, dan warna kulit yang menjadikan Pancasila
sebagai simbol kesepakatan dalam menyatukan hal-hal tersebut. Sejarah Pancasila merupakan bagian dari inti sejarah negara
Indonesia, sehingga Pancasila dianggap sangat sakral dan wajib dihafal dan dipatuhi oleh seluruh rakyat Indonesia (Kaelan,
2007).
Pancasila telah diterima sebagai dasar negara bagi bangsa Indonesia. Lima sila Pancasila mengandung prinsip atau nilai,
yaitu: Nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Kelima nilai tersebut terkandung
dalam konstitusi negara Indonesia , yaitu pada bagian pembukaan UUD 1945 alinea IV (Will Kymlicka, 2001). Pancasila
mengacu pada teori kewarganegaraan dan fungsionalisme struktural yang dapat dikatakan sebagai gagasan membangun
kewarganegaraan yang baik, merupakan hasil kesepakatan masyarakat, nilai-nilai sosial bersama yang berkontribusi pada
kehidupan, dan dapat menjadi sumber integrasi sosial (George Ritzer, 2004). ).

Implementasi dan aktualisasi Pancasila di masyarakat sangat penting bagi kelangsungan kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia karena di dalamnya terkandung nilai-nilai sosial dan keutamaan. Pancasila perlu mendapat
konsentrasi penuh dalam penghayatan dan pengamalannya. Hal ini bertujuan agar Pancasila menjadi semangat kebangkitan
dan perjuangan bangsa baik sebelum maupun sesudah kemerdekaan. Menurut Kaelan (2007), aktualisasi Pancasila dapat
dilakukan dengan cara revitalisasi epistemologis, yang membuatnya menjadi fo undation pengetahuan etika, untuk
sosialisasi melalui pendidikan, dan untuk membuat Pancasila sumber dari hukum materi di Indonesia. Sastrapetedja (2007)
Pancasila dapat diaktualisasikan melalui jalur pendidikan yang merupakan mediasi kontekstualisasi bahwa  implementasi
Pancasila harus melalui interpretasi, internalisasi sosialisasi.
Pancasila sebagai dasar, pandangan hidup, falsafah hidup, dan ideologi negara sejak 18 Agustus 1945 merupakan salah
satu budaya bangsa yang sangat penting yang perlu diturunkan kepada generasi muda melalui pendidikan. Pendidikan dasar
hingga pendidikan tinggi memegang peranan penting dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara (Triyanto et al, 2012).

Setiap masyarakat di setiap bagian dari satu dunia sangat membutuhkan para generasi muda harus siap untuk menjadi


warga negara yang baik dan dapat berpartisipasi dalam kehidupan orang-orang dan negara mereka, keinginan ini lebih tepat
disebut sebagai perhatian yang terus tumbuh terutama dalam masyarakat demokratis. bahwa tidak
ada negara, inc Luding Indonesia telah mencapai suatu tingkat pemahaman hak dan tanggung jawab sebagai warga negara
yang baik dalam mendukung kehidupan demokrasi konstitusional yang bertujuan untuk warga bentuk yang kewarganegaraan
cerdas dan baik maka Pendidikan Kewarganegaraan dikembangkan di Indonesia yang sesuai w engan cita-cita bangsa
berdasarkan Pancasila (Sunarso, 2011). Politik mempengaruhi sikap anak muda tentang kepeduliannya terhadap partisipasi
politik nasional (Borge, 2016), sehingga jelas bahwa pendidikan kewarganegaraan harus berlandaskan Pancasila sebagai filter
pendidikan politik bagi generasi muda .
Ketentuan 37 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia harus
memuat kurikulum Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia . Pasal tersebut secara jelas dan
tegas mengamanatkan dan mensyaratkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan harus masuk pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga pendidikan tinggi (Sunarso, 2011). Berdasarkan hal tersebut kami memahami
bahwa sekolah memiliki peran dan peran penting yang begitu strategis dalam mentransfer dan mentransformasi pendidikan
kewarganegaraan, oleh karena itu sekolah disebut sebagai lembaga atau agen sosialisasi politik yang paling
berpengaruh. (Fagan, 2016) Secara konseptual Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk mempersiapkan generasi muda
menjadi warga negara yang baik, warga negara yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang dibutuhkan
untuk berpartisipasi aktif dalam komunitasnya. Pendidikan Kewarganegaraan tidak boleh semata-mata menjadi alat untuk
kepentingan rezim politik, tetapi harus mendasarkan diri pada politik Negara sebagaimana tertuang dalam konstitusi nasional
(Winataputra, 2006).
Civic Education adalah studi teori atau disiplin yang menggambarkan hak dan kewajiban warga negara dalam peran dan
posisi mereka sebagai warga negara yang baik. Kewarganegaraan educati selama Amerika adalah Amerika teori (Amerika
Amerikanisasi), sedangkan untuk Indonesia Pendidikan Kewarganegaraan merupakan media pengajaran yang akan warga
negara Indonesia sesuai dengan ideologi Pancasila. Bahkan meskipun para orang itu lahir dan dibesarkan di Dalam donesia,
bahkan meninggalkan di Indonesia, ia tidak selalu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dasar Pancasila yang menjadi dasar
untuk mewujudkan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara seperti yang diinginkan, dalam hal ini demokrasi Pancasila
(Juliati, 2015) The uni queness pendidikan di Indonesia, antara subyek dengan satu sama lain secara kolaboratif memiliki
kegunaan yang sangat membantu dan bisa saling melengkapi. Seperti pendidikan agama yang dapat mendukung pendidikan
karakter yang diajarkan melalui pendidikan kewarganegaraan. Reli pendidikan gious juga penting sebagai penguatan
pendidikan kewarganegaraan berdasarkan pada Pancasila, terutama yang pertama prinsip ketuhanan tertinggi
(Dewantara, 2015).
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang bertugas membentuk warga negara yang baik.  Warga negara
yang baik adalah warga negara yang sadar akan

hak dan kewajiban mereka. Dengan kesadaran akan hak dan kewajibannya, warga negara diharapkan bersikap kritis,
partisipatif, dan bertanggung jawab. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan disiplin ilmu yang mengemban misi
membentuk warga negara dengan perilaku terbaiknya. Sadar dan mampu mengaktualisasikan apa yang menjadi hak dan
kewajibannya serta mengutamakan tugas dan tanggung jawab serta mampu diselesaikan dengan baik.  Kemudian yang tidak
kalah pentingnya adalah menjadikan demokrasi sebagai landasan teoritis dalam kehidupan politik (Frega, 2017). Pentingnya
pendidikan sebagai proses atau upaya penguatan nilai-nilai Pancasila dan Nasionalisme agar menjadi filter penting dalam
berbagai aspek sosial di masyarakat (Maftuh, 2008). Pancasila dan Citizensh ip Pendidikan ( PPKn ) sebagai versi
Indonesia yang Civic pendidikan yang memiliki sebuah fungsi dalam memberdayakan warga di setiap kehidupan bangsa
dan negara berdasarkan Pancasila (Cholisin, 2005).
 

2. METODE    
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan studi kepustakaan dengan mengkaji berbagai
jurnal dan buku yang berkaitan dengan pendidikan kewarganegaraan sebagai sumber referensi.  Studi
literatur ini akan berfungsi untuk mengidentifikasi perbandingan dan referensi (Muslim et al, 2017)
tentang pendidikan kewarganegaraan di setiap negara khususnya di Indonesia a.
 
 
3. HASIL DAN PEMBAHASAN    
 
3.1 Konsep Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia 
Konsep atau pemahaman PKn di Indonesia tidak lepas dari perkembangan PKn atau Kewarganegaraan di Amerika Serikat
sebagai negara asal pelajaran PKn dan PKn. Membahas Civic Pendidikan tidak
bisa menjadi tanpa membahas tentang Kewarganegaraan yang sering dikaitkan dengan Pemerintah. Secara konseptual
Kewarganegaraan Pendidikan adalah sebuah multifaset bidang dari studi dengan konteks lintas disiplin yang disebut
interdisipliner dan Multidimensional berdasarkan teori disc ilmu sosial iplines, yang secara struktural
berdasarkan pada disiplin ilmu politik. Sejumlah teori ilmu-ilmu sosial yang telah memberikan kontribusi bagi
pembangunan kewarganegaraan yang berakar pada demokrasi politik dan pendidikan kewarganegaraan dari kajian utama
ilmu politik antara lain teori konsensus, solidaritas sosial, kesadaran kolektif, individualisme, kedaulatan, kontrak sosial,
kekuasaan negara, modernitas. liberal (Wahab et al , 2007). Secara yuridis formal, landasan Pendidikan Kewarganegaraan
di Indonesia adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) sebagai landasan
konstitusional. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ( Sisdiknas ) merupakan
landasan operasional dan Peraturan Menteri Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) dan Nomor 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sebagai dasar penetapan kelengkungan (Wahab et al 2007).
 

3.2 Eksistensi Pendidikan Karakter di Suatu Negara  


Pendidikan karakter memiliki fungsi dan makna sosial yang begitu krusial dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pendidikan karakter merupakan cikal bakal kedaulatan bangsa. Bangsa yang berdaulat adalah bangsa yang mampu
menunjukkan eksistensinya di kancah internasional. Memiliki kekhasan yang membedakannya dengan bangsa
lain. Keberadaan pendidikan karakter di suatu negara pada dasarnya merupakan sesuatu yang mutlak, sebagai upaya
membentuk warga negara yang baik, dan sebagai upaya membentuk sumber daya manusia yang berilmu, cerdas, terampil,
mampu memecahkan berbagai masalah kehidupan dan kehidupan, meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan serta
mempertahankan eksistensi negara. Dampak nyata dari akhlak yang buruk dari lingkungan keluarga atau orang tua
dan lingkungan sekitar lainnya akan menular kepada anak seperti membuang sampah sembarangan, tidak sabaran, terlambat,
merokok. (Rachmah, 2013). Sehingga pada akhirnya pendidikan karakter di suatu negara akan sulit tanpa sinergi dengan
lingkungan. Teladan yang baik adalah upaya pembelajaran yang terbaik dalam mengajarkan pendidikan karakter di
lingkungan keluarga dan sekolah. Karakter yang baik berkaitan dengan mengetahui dengan baik (loving the good), mencintai
kebaikan (loving the good), dan berbuat baik (acting the good) (Sudrajat, 2011).
Secara teoritis, kewarganegaraan educati di dapat diartikan sebagai pendidikan untuk membentuk karakter warga untuk
menjadi lebih baik. Atau dengan kata lain, pendidikan kewarganegaraan adalah program pengajaran yang dirancang tidak
hanya sebagai peningkatan pengetahuan kewarganegaraan tetapi sebagai upaya untuk mengasah dan mengembangkan
charact er warga (Siregar, 2014). Kemasan pendidikan karakter warga di beberapa negara mencatat berbagai nomenklatur,
termasuk pendidikan kewarganegaraan, termasuk pendidikan kewarganegaraan di Amerika Serikat
(USA); ta'limatulmuwwatanah atau attarbiyatul al watoniyah   di negara-negara Timur Tengah; kewarganegaraan pendidikan
di Meksiko; Sachunterricht di Jerman; di Australia itu disebut kewarganegaraan; Selandia Baru menyebutnya studi
sosial; Afrika Selatan menyebutnya Orientasi Kehidupan; Hungaria menyebutnya Rakyat dan Masyarakat; S ingapore
menyebutnya istilah PKn dan Moral Pendidikan (Winataputra di Rochmadi, 2015).
Praktik pendidikan karakter dan karakter di Indonesia secara historis kurikuler pada mulanya adalah kurikulum sekolah
dasar dan menengah yang dikenal dengan nama PKn mulai sekitar tahun 1962, pada tahun 1968 Pendidikan Kewarganegaraan
dan Kewarganegaraan Negara, Pendidikan Moral Pancasila 1975, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 1994, dan
setelah masa reformasi berubah lagi menjadi Pendidikan Kewarganegaraan sekitar tahun 2004 sampai sekarang.  Di
perguruan tinggi dikenal mata kuliah Pancasila dan Estimasi Nasional pada tahun 1970-an, dimulai pada tahun 1985
Pendidikan dan Estimasi Pancasila, kemudian berubah menjadi Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan, dan
akhirnya menjadi Pendidikan Kewarganegaraan sejak tahun 2003 hingga sekarang (Rochmadi, 2015). .
 
3.3 Ideologi Pancasila sebagai Ciri Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia  

Karakteristik manusia Indonesia telah dikenal untuk waktu yang lama sebagai orang yang sopan atau bangsa. Menerima
perbedaan yang ada dan memiliki jiwa yang mulia dan berbudi luhur dan tentu saja agama.  Ini adalah ide yang mendasar
bagi ayah berdirinya merumuskan Ideologi Negara sehingga pada akhirnya akan menjadi panduan, panduan bagi generasi
masa depan dan menempatkan karakter bangsa sebagai modal dasar untuk membentuk karakter masyarakat yang berbasis
Pancasila, pentingnya keterlibatan keterlibatan sipil yang juga merupakan bagian dari partisipasi politik warga
negara (Exposito, 2014) Oleh karena itu Pendidikan Kewarganegaraan berdasarkan pendidikan Pancasila harus tetap
digunakan sebagai modal dan sosial budaya aset pendidikan demokrasi Pancasila (Muchtar, 2014), yang inti utama dalam
demokrasi langsung adalah mengetahui hak dan obligatio ns dalam politik (Peters, 2016). The pengembangan sikap
kewarganegaraan kreatif dan keterampilan merupakan unsur penguat untuk keberhasilan pelaksanaan yang mampu
merevitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Pancasila, dan integrasi dalam formal dan tidak ada  n
formal kurikulum pendidikan. Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia adalah warga negara yang memiliki karakter
Pancasila (Muchtar, 2014), dan apa yang tak kalah penting adalah toleransi. Toleransi adalah satu-satunya cara pasti untuk
mempraktekkan Pancasila (Suharyanto, 2013). Tapi ada e adalah pemikiran yang berbicara tentang kewarganegaraan atau
pendidikan kewarganegaraan juga berarti berbicara tentang dugaan frustrasi orang-orang muda (Wohnig, 2016).
Perkembangan karakteristik warga menurut Cogan (1998) di Juliati (2015) harus c onstructed oleh kebijakan
kewarganegaraan multidimensi, yang digambarkan dalam empat dimensi dan berinteraksi, yaitu dimensi pribadi, sosial,
spasial dan temporal. Keempat dimensi akan melahirkan atribut kewarganegaraan yang berbeda di setiap negara  sesuai
dengan sistem politik negara, yaitu: 1) Rasa identitas; 2) pemenuhan hak-hak tertentu; 3) Pemenuhan sesuai kewajiban; 4)
tingkat kepentingan dan keterlibatan dalam urusan publik dan; 5) Sebuah Penerimaan dasar SOCI nilai dkk. Untuk
Indonesia sangat jelas bahwa karakter kewarganegaraan akan memiliki kekhususan sesuai dengan ideologi yang diadopsi,
yaitu Pancasila disertai dengan konstitusi yang berlaku di Indonesia adalah UUD 1945 yang Repub lic Indonesia (UUD
1945) disertai dengan isinya dan tujuan. Dalam kaitannya dengan pembangunan hukum, Pancasila juga dapat dikatakan
sebagai kerangka sistem hukum Pancasila. Sebuah sistem unik yang hanya dimiliki oleh Indonesia (Mulyadi, 2014).
Pendidikan kewarganegaraan di setiap negara memiliki beragam nama yang berbeda dan aspek penekanan yang berbeda,
sebagai ciri dan karakteristik yang dipengaruhi oleh sistem nilai dan budaya politik (political system) yang dianut oleh suatu
negara. Salah satu contohnya adalah di Cina , pendidikan moral merupakan mata pelajaran yang penting bagi pelaksanaan
pendidikan kewarganegaraan di sekolah. Aspek politik sangat dominan mempengaruhi model pendidikan kewarganegaraan
di Cina. Ini adalah keniscayaan sistem politik otoriter Tiongkok di bawah pemerintahan Partai Komunis Tiongkok
yang mengutamakan para kepatuhan dari yang warga untuk melaksanakan keluar cita-cita partai, sejak mengambil kekuasaan
tahun 1949 sampai sekarang, sedangkan di Eropa itu berfokus pada politicia ns. (Šimunjak, 2017). Menariknya,
meskipun pendidikan kewarganegaraan sebagai bagian dari pendidikan moral diajarkan secara formal di sekolah, partai
dan organisasi pemuda telah berhasil membangun situs kewarganegaraan yang masif. Jika pada masa Orde Baru pendidikan
kewarganegaraan identik dengan pendidikan moral yang dijelaskan oleh interpretasi rezim terhadap Pancasila sebagai
ideologi negara, maka di Cina selain menanamkan status quo pemerintah juga menanamkan ideologi Marxisme-Leninisme,
Ajaran Mao Zedong. dan Teori Deng Xiaping (Kalidjernih, 2005). Berbicara tentang tuntutan publik terhadap reformasi
birokrasi harus memiliki strategi komunikasi publik yang terkait dengan nilai - nilai demokrasi seperti inklusivitas,
transparansi atau akuntabilitas (Dingwerth, 2014).
Hanya otoritas yang berwenang secara hukum yang dapat bertarung secara adil (Evans, 2011). Pendidikan
Kewarganegaraan di Hong Kong lebih menanamkan status Quo, hal ini menjadikan pembelajarannya berpusat  pada
indoktrinasi dan metodenya tidak merangsang penalaran kritis siswa. Untuk menarik minat pendidikan kewarganegaraan, di
Amerika dan di Eropa muncul gerakan-gerakan dari partai-partai populis yang dianggap memiliki relevansi besar dan
memiliki kekuatan dan konsekuensi politik , dianggap paling komunikatif dan cukup penting bagi kehidupan demokrasi yang
mapan. Andreu Casero dkk, 2017). Karena inti dari pendidikan kewarganegaraan itu sendiri adalah kehidupan demokrasi
politik yang matang.
Aktivitas filosofis adalah kontemplasi. Kegiatan reflektif disini merupakan upaya yang mendalam dan rasional untuk
memahami hakikat kehidupan (Erwin, 2017). Pancasila adalah hakikat, falsafah dan falsafah hidup bangsa Indonesia
(Ubaedillah, 2015). Filosofi politik Pancasila harus diintegrasikan atau dibangun melalui Pendidikan Kewarganegaraan di
Indonesia. Akar pendidikan kewarganegaraan di Indonesia adalah budaya yang menyebar dari Sabang sampai Merauke. Akar
budaya menjadi cikal bakal Bapa Pendiri untuk merumuskan dasar
negara yang kemudian menjadi yang sumber dari semua sumber dari hukum di Indonesia. Sila dari Tuhan Yang Maha Esa
diambil dari yang kondisi dari para religius Indonesia masyarakat, dengan berbagai agama tapi masih tinggal di Harmo ny dan
perdamaian. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab diambil dari hakikat manusia Indonesia yang memiliki rasa
kemanusiaan yang tinggi seperti tepa salira , toleransi dan sifat-sifat luhur lainnya yang menjadi ciri masyarakat Indonesia
dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Bukan berarti bangsa atau bangsa lain tidak memiliki rasa kemanusiaan, tetapi
tujuan kemanusiaan bangsa Indonesia memiliki ciri khas tersendiri , adat ketimuran yang begitu santun dan itulah sebagian
besar akhlak yang membuat penjajah merasa nyaman. tinggal di Indonesia selain kekuatan menarik sumber daya alam.  Asas
Persatuan Indonesia, tanpa jiwa persatuan yang utuh, tanpa keinginan bersama untuk bebas
dari penjajahan, maka sampai saat ini bangsa kita akan

tidak pernah merasa kemerdekaan sama sekali. Berkat semangat yang kuat persatuan, kali ini kami dapat menyatakan diri
independen, bangsa yang berdaulat. Komunitas Sila Led Dengan Kebijaksanaan Kebijaksanaan dalam Konsultasi
Perwakilan. Kita tidak akan pernah tahu kata Memor ndent jika pemuda Indonesia tidak tahu perjuangan, kita menyebutnya
usia gerakan. Editor yang menyiratkan bagaimana orang-orang
Indonesia yang, yang Indonesia bangsa ini begitu menyukai dari musyawarah untuk memecahkan masalah, tidak mau
tinggal diam ketika secara fisik dan psikologis dijajah. Tidak ingin berpangku tangan ketika negara-negara lain secara paksa
menikmati kekayaan alam Indonesia yang sangat berharga bagi kelangsungan hidup bangsa. Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Kode ini mencerminkan bagaimana p Indonesia eople saat ini dibangun di atas suasana keluarga dengan
semangat gotong royong, menghormati hak asasi manusia, setiap manusia dilahirkan sama, anti-primordial, dan
sebagainya. Sedangkan batang pendidikan kewarganegaraan di Indonesia adalah studi hukum yang merupakan salah
satu o f yang penting konten di dalam studi pendidikan kewarganegaraan. Sesuai dengan Pasal 1
Ayat 3 dari yang 1945 Konstitusi menyatakan bahwa para Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Ini memberikan
pandangan serta sebagai sebuah penegasan bahwa Indonesia dapat berdiri teguh jika hukum bisa ditegakkan, berlaku untuk
siapa saja yang di wilayah Indonesia. Kesadaran penegakan hukum tidak hanya membentuk sebuah gambar, tetapi
membangun karakter untuk berada di jalan yang benar bahwa negara telah digariskan melalui semua produk
hukumnya. Tujuan penegakan hukum adalah untuk menciptakan kondisi yang aman, damai, tertib dan
damai sebagai setiap manusia makhluk mendambakan di bumi. NKRI adalah tempat penampungan, tempat berlindung bagi
seluruh rakyat Indonesia, karena negara menjamin ini sebagai salah satu tujuan negara dalam ayat 4 Pembukaan UUD 1945,
yaitu melindungi masyarakat Indonesia keseluruhan dan seluruh pertumpahan darah dari Indonesia. Negara
mampu untuk melakukan itu jika ada adalah sebuah daerah yang menjadi kedaulatan Indonesia.
Pancasila sebagai satu Negara Yayasan adalah sebuah padat dasar di mana negara Indonesia berdiri. Pancasila
merupakan dasar dan sumber hukum di Indonesia. Pancasila harus menjadi
semangat di dalam penegakan atau supremasi dari hukum di Indonesia berdasarkan lima sila yang terkandung i n
itu. Banyak negara yang secara ekonomi masih negara-negara terbelakang
kini mencoba baru kebijakan yang saingan yang kebijakan dari negara-negara maju termasuk karakteristik kelembagaan
mereka. (Clark, 2013).
 

4. KESIMPULAN    
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang bertugas membentuk warga negara yang baik. Warga negara
yang baik adalah warga negara yang sadar akan hak dan kewajibannya. Dengan kesadaran akan hak dan kewajibannya,
warga negara diharapkan bersikap kritis, partisipatif, dan bertanggung jawab. Ukuran warga negara yang baik tentunya
sangat dipengaruhi oleh ideologi nasional masing-masing negara. Bagi bangsa Indonesia, ideologi Pancasila merupakan
acuan dalam membina warga negara yang baik. Di dalam Indonesia, landasan ideal untuk Pendidikan Kewarganegaraan
yang pada saat yang sama menjadi jiwa dari pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan adalah Pancasila.  Pancasila
sebagai sistem filsafat suatu nimates semua konsep ajaran Kewarganegaraan, yang secara sistematis dibedakan menjadi tiga
hal, yaitu: Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila sebagai pandangan nasional, Pancasila sebagai ideologi negara. Ketiga
hal hanya dibedakan, tetapi tidak dipisahkan sebagai satu unit.
 
REFERENSI
Andreu Casero-Ripollés dkk. (2017). Gaya Komunikasi Politik Populis dalam Aksi: Isu dan Fungsi Podemos di Twitter
Selama Pemilihan Umum Spanyol 2016. Ilmuwan Perilaku Amerika DOI: 10.1177/0002764217707624, 2.
Borge, J. (2016). Menyesuaikan diri dengan politik formal: Mengolok-olok pemilihan di sekolah dan niat partisipasi pemilihan
di antara pemilih pemula di Norwegia. Politik DOI: 10.1177/0263395716674730, 1.
Cholisin. (2005). Pengembangan Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Dalam Praktek Pembelajaran Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Surabaya: Direktorat Pendidik sebuah Lanjutan Pertama (PLP) Dirjen Dikdasmen Depdiknas di Asrama
Haji Surabaya.
Clark, R. (2013). Posisi sistem dunia dan demokrasi, 1972 – 2008. Jurnal Internasional DOI: 10.1177/0020715212470122, 1.
Dewantara, AW (2015). Pancasila sebagai Pondasi Pe ndidikan Agama di Indonesia. Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume V, No 1, 643.
Dingwerth, K. (2014). Demokrasi global dan demokrasi minimum: Mengapa akun prosedural saja tidak cukup.  Jurnal Hubungan
Internasional Eropa 2014, Vol. 20(4) DOI:
10.1177/1354066113509116, 1129.
Erwin, M. (2017). Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
Evans, M. (2011). Hanya perang, demokrasi, perdamaian demokratis. Jurnal Teori Politik Eropa, 195 DOI:
10.1177/1474885111425122.
Pameran ito, L. P. (2014). Memikirkan kembali partisipasi politik : Sebuah pendekatan pedagogis untuk pendidikan
kewarganegaraan. Teori dan Penelitian Pendidikan, 232 DOI:10.1177/1477878514530713.
Fagan, CZ (2016). Meneliti peran pendidikan ideologis dan politik pada persepsi kewarganegaraan mahasiswa dan
partisipasi sipil di Daratan China: Beberapa petunjuk dari kewarganegaraan kontemporer

teori. Kewarganegaraan, Sosial dan, 119 DOI: 10.1177/2047173416681170.


Frega, R. (2017). Normativitas demokrasi. Jurnal Teori Politik Eropa, 2 DOI: 10.1177/1474885116684760.
Juliati. (2015). Mobilitas Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Indonesia dalam Pembentukan Karakter Bangsa. Sukabumi:
STKIP PGRI Sukabumi.
Kaelan. (2007). Revitalisasi dan Reaktu alisasi Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara dan Ideologi dalam Memaknai Kembali
Pancasila. Yogyakarta: Penerbit Lima.
Kalidjernih. (2005). Pasca-kolonial Pendidikan Kewarganegaraan: Sebuah Kritis Studi Produksi dan
Reproduksi yang Indonesian Civic Ideal. Australia: Universitas Tasmania.
Kymlicka, Will. (2001). Politik dalam Bahasa Vernakular: Nasionalisme, Multikulturalisme, dan Kewarganegaraan. Oxford: Pers
Universitas Oxford.
Maftuh, B. (2008). Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Nasionalisme Melalui Pe ndidikan Kewarganegaraan. PENDIDIKAN
Vol. II, 136 ISSN : 1907 - 8838.                           
Muchtar. (2014). Filsafat Hukum: Kearah Memperkuat Pemikiran Sistem Hukum Pancasila. Bandung. Gelar
Pustaka Mandiri.             
Mulyadi, D. (2014). Internalisasi Nilai-Nilai Ideologi Pancasila dalam Dinamika Demokrasi dan Perkembangan Ketatanegaraan
Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
Muslim, dkk. (2017). Plafon Kaca: Sebuah Studi Sastra. Jurnal Bisnis Strategi.
Peters, Y. (2016). Demokrasi Jumlah Nol? Pengaruh Demokrasi Langsung terhadap Partisipasi Perwakilan. Ilmu Politik, 4
DOI: 10.1177/0032321715607510.
Rachmah, H. (2013). Nilai-Nilai Dalam Pendidikan Karakter Bangsa Yang Berdasarkan Pancasila Dan UUD  1945. E-Journal
WIDYA Non-Eksakta Volume 1 Nomor 1, 8 ISSN 2337-9480.
Ritzer, George. (2004). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta : Rajawali Press.
Rochmadi. (2015). Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan I: Melahirkan Kembali Pendidikan
Pancasila Sebagai Pengembang Karakter Luhur Dan Rasa Kebangsaan Manusia Indonesia. Ponorogo: Laboratorium
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Prodi.
Sastrapetedja, M. (2006). Pancasila sebagai Orientasi Pembangunan Bangsa dan Pengembangan Etika Ilmu
Pengetahuan. Prosiding Simposium dan Sarasehan Pancasila sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan
Bangsa. Yogyakarta, 14-15 Agustus 2006. imunjak, M. (2017). (De -)personalisasi komunikasi politik yang
dimediasi: Analisis komparatif Yugoslavia, Kroasia, dan Inggris dari 1945 hingga 2015. European Journal of
Communication, 474 DOI. 10.1177/0267323117725972.Siregar, S. D. (2014). Internalisasi Karaktermelalui Model Project
Citizen pada Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 133 e-
ISSN 2407-7429.
Sudrajat, A. (2011). MENGAPA Pendidikan Karakter?
Jurnal Pendidikan Karakter, 48.
Suharyanto, A. (2013). Peranan Pendidikan
Kewarganegaraan Dalam Membina Sikap
Toleransi Antar Siswa. Jurnal Ilmu Pemerintahan
dan Sosial Politik UMA , 194 e-ISSN 2550-1305.
Sunarso. (2011). Politik Pendidikan Tiga Rezim ( Kajian
Dinamika Pendidikan Kewarganegaraan Orde
Lama, Orde Baru, Dan Era
Reformasi). Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial
dan Ekonomi.
Triyanto, dkk. (2012). Integrasi Nilai-Nilai Pancasila Ke
Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraa
n Sebagai Wahana Pend idikan
Moral Bagi Peserta Didik (Studi Kasus di Kabupat
en Karangayar Jawa Tengah). Prosiding Semnas
LPP Universitas Negeri Surakarta, Surakarta, 03
November 2012.                                         
Ubaedillah, A. (2015). Pancasila Demokrasi dan
Pencegahan Korupsi. Jakarta:
Prenadamedia Grou p.
Wahab, dkk. (2007). Teori dan Landasan: Pendidikan
Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.
Winataputra. (2006). Konsep dan Strategi Pendidikan
Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi: Tinjauan
Psiko-Pedagogis dan
Sosioandragogis. Jakarta: Dijen Pendidikan Ting gi
(Bahan SUSCADOS Dikwar).
Wohnig, A. (2016). Pembelajaran politik dengan
keterlibatan sosial? Peluang dan risiko pendidikan
kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan,
Sosial dan Ekonomi, 244. DOI:
10.1177/2047173416676493.
 

Anda mungkin juga menyukai