Anda di halaman 1dari 10

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN PASIEN DI RUANG

TERATAI RSUD Dr. H. SOEMARNO SOSROATMODJO KUALA KAPUAS

Anggraeny, J; Marathning, Anastasia; Ivana, Theresia


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin
Email: JennieanggraenieMassan@yahoo.co.id

INTISARI

Latar Belakang: Keperawatan sebagai suatu profesi mengharuskan pelayanan


keperawatan diberikan secara profesional oleh perawat. Komunikasi perawat-pasien yang
terapeutik menjadikan suatu kewajiban. Komunikasi diartikan sebagai komunikasi
interpersonal, dimana keterampilan komunikasi interpersonal memungkinkan perawat
untuk menciptakan dan menjaga hubungan terapeutik yang baik yang akan memfasilitasi
tercapainya tujuan kesembuhan yang optimal.
Tujuan: Mendeskripsikan tahapan Komunikasi terapeutik Perawat dengan Pasien di
ruang Teratai RSUD Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas pada tahun 2017.
Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Deskriptif dengan metode
pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Accidental Sampling. Responden yang
dikumpulkan yaitu berjumlah 42 responden. Alat ukur kuesioner dalam 4 fase komunikasi
terapeutik dinilai dengan 20 item pernyataan.
Hasil : Hasil penelitian, Fase Orientasi baik (52,4%), cukup baik (38,1%), tidak baik
(9,5%). Fase identifikasi sangat baik (7,1%), baik (47,6%), cukup baik (40,5%), tidak
baik (4,8%). Fase ekspliotasi (54,8%), cukup baik (42,9%), tidak baik (2,4%). Fase
terminasi sangat baik (2,4%), baik (28,6%), cukup baik (59,5%), tidak baik (9,5%).
Tahapan berdasarkan empat fase teori Peplau sangat baik (4,8%), baik (52,4%), cukup
baik (35,7%) dan tidak baik (7,1%).
Kesimpulan : Tahapan komunikasi terapeutik perawat dengan Pasien terhadap fase
orientasi, identifikasi, eksploitasi dan terminasi di ruang Teratai RSUD Dr. H. Soemarno
Sosroatmodjo Kuala Kapuas Tahun 2017 dalam kategori baik sebanyak (35,7%).

Kata kunci : Fase Orientasi, Fase Identifikasi, Fase Eksploitasi, Fase Terminasi,
Komunikasi Terapeutik
Referensi: 31 (2001-2015)
PENDAHULUAN yang sakit atau membutuhkan perawatan
Keperawatan sebagai suatu profesi kesehatan yang dinilai dalam proses
mengharuskan pelayanan keperawatan interpersonal sebab melibatkan interaksi
diberikan secara profesional oleh antara dua atau lebih individu yang
perawat. Untuk dapat dikatakan mempunyai tujuan menurut Peplau
profesional salah satu cirinya adalah dalam Kusumawati (2013). Peplau
pelayanan keperawatan yang diberikan mengembangkan modelnya dengan
berdasarkan pada ilmu pengetahuan. merinci konsep struktural dari proses
Tingkat pengetahuan yang cukup antar-personal disinilah letak fase
memungkinkan perawat untuk mengerti hubungan perawat-pasien. Peplau
tentang suatu hal dan dapat menanggapi menjelaskan tentang empat fase
berdasarkan rasional dan secara hubungan perawat –pasien, yaitu fase
konseptual memahami apa yang harus orientasi, identifikasi, eksploitasi dan
dilakukan untuk mencapai yang terminasi. Empat fase itu saling
diinginkan. perawat dituntut untuk berkaitan. Disetiap fase diperlukan peran
mempunyai pengetahuan tentang konsep yang berbeda sesuai dengan kebutuhan
dan teori sebagai dasar interaksi dalam klien (Asmadi, 2008).
mengartikan suatu informasi yang Berdasarkan data-data diatas didapatkan
diterima serta dapat menjalin komunikasi adanya kesenjangan dan kebutuhan akan
yang efektif (Nursalam, 2001). pentingnya komunikasi terapeutik
perawat kepada pasien. Untuk alasan
pasien adalah individu (system personal) inilah maka sangat pentinglah bagi
yang tidak mampu mengatasi peristiwa peneliti untuk menjabarkan pelaksanaan
atau masalah kesehatan ketika komunikasi terapeutik yang dilakukan
berinteraksi dengan lingkungan (King, oleh perawat di ruang perawatan Rumah
2009). Pernyataan King, ditambahkan Sakit.
kembali oleh (Leineger, 2009) bahwa
pasien adalah individu, keluarga, METODE PENELITIAN
kelompok, masyarakat, atau komunitas Jenis Penelitian
dengan kemungkinan kebutuhan fisik, Penelitian ini menggunakan metode
psikologis, atau sosial, didalam konteks teknik pengumpulan data yang dilakukan
budaya mereka, yang merupakan
dengan cara kuesioner dengan sejumlah
penerimaan asuhan keperawatan.
sampel penelitian dengan rancangan
Komunikasi terapeutik adalah penelitian deskriptif kuantitatif.
komunikasi yang direncanakan secara
sadar, mempunyai tujuan serta Sampel Penelitian
kegiatannya dipusatkan untuk Populasi pada penelitian ini adalah
kesembuhan pasien. Pada dasarnya keseluruhan pasien di ruang Teratai
komunikasi terapeutik merupakan
RSUD Dr. H. Soemarno Sosroadmodjo
komunikasi interpersonal (antarpribadi)
yang professional mengarah pada tujuan Kuala Kapuas. Sampel dalam penelitian
kesembuhan pasien dengan titik tolak ini sebanyak 42 responden yang diambil
saling memberikan pengertian antara secara Accidental sampling dengan
tenaga medis dan pasien (Kusumawati, batasan waktu pengumpulan sampel dan
2012). data selama satu bulan.

Keperawatan adalah terapeutik dalam


seni penyembuhan, membantu individu
Waktu dan Tempat Penelitian Total 42 100
Ruang Teratai RSUD Dr. H. Soemarno Berdasarkan tingkat pendidikan
Sosroadmodjo Kuala Kapuas. No Pendidikan n (%)
1 S1 1 2, 4
Analisa Data Penelitian 2 SMA 14 33, 3
3 SMP 11 26, 2
Penelitian ini menggunakan tehnik 4 SD 16 38, 1
analisa univariat karena hanya Total 42 100
mendeskripsikan karateristik setiap
variable penelitian. Tabel distribusi frekuensi menunjukkan
responden terbanyak terdapat pada
Alat Pengumpulan Data kelompok umur 51-60 tahun sebanyak
Alat ukur penelitian ini adalah kuesioner. 15 responden (35,7%), menurut jenis
kelamin lebih banyak laki-laki sebanyak
Parameter untuk variabel adalah tugas-
22 responden (52,4%) dan responden
tugas perawat pada sub variabel yaitu perempuan sebanyak 20 responden
empat fase tahapan komunikasi (47,6%), Lebih didominasi oleh suku
terapeutik dengan empat kategori hasil Banjar sebanyak 24 responden (54,1%),
ukur pada setiap fase. Sangat baik : 76% dari data pengelompokan diatas tingkat
- 100%, baik : 56% - 75%. Cukup baik : pendidikan paling banyak adalah SD
sebanyak 16 responden (38,1%).
40% - 55%, dan tidak baik : < 40%.
Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi
Pelaksanaan fase orientasi dalam
HASIL PENELITIAN komunikasi Terapeutik Perawat-
Tabel 1.1. Distribusi frekuensi Klien.
Karakteristik Responden
Berdasarkan usia No Fase Orientasi n (%)
No Usia n (%) 1 Sangat Baik 0 0
1 18 – 22 7 16, 7 2 Baik 22 52,4
2 23 – 28 5 11, 9 3 Cukup Baik 16 38,1
3 29 – 34 1 2, 4 4 Tidak Baik 4 9,5
4 35 – 43 10 23, 8 Total 42 100
5 44 – 50 4 9, 5 Tabel 1.2 menunjukkan bahwa
6 51 – 60 15 35, 7 Perawat sudah dapat melaksanakan fase
Total 42 100 orientasi dalam rentang yang baik
Berdasarkan jenis kelamin (52.4%) meskipun masih ada 9,5 %
No Jenis n (%) Perawat yang belum menjalankan tahap
Kelamin ini dengan semestinya.
1 Laki - Laki 22 52, 4
Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi
2 Perempuan 20 47, 6 Pelaksanaan Fase identifikasi dalam
Total 42 100 pelaksanaan komunikasi terapeutik
Berdasarkan ras (suku) Perawat-Klien.
No Ras n (%)
(suku) No Fase n (%)
1 Banjar 24 54, 1 Identifikasi
2 Dayak 13 31, 0 1 Sangat Baik 3 7,1
3 Jawa 5 11, 9 2 Baik 20 47,6
3 Cukup Baik 17 40,5 Tahapan komunikasi terapeutik
4 Tidak Baik 2 4,8 berdasarkan Teori Peplau
Total 42 100
No Kategori n (%)
Komunikasi terapeutik Perawat terhadap 1 Sangat Baik 2 4,8
Klien pada tahapan fase identifikasi 2 Baik 22 52,4
mayoritas berkategori baik (47,6%). 3 Cukup Baik 15 35,7
Meskipun demikian masih terdapat 4 Tidak Baik 3 7,1
Perawat yang melaksanakan tahapan ini Total 42 100
dengan tidak baik (4.8%).
Berdasarkan Tabel 1.6 diatas diketahui
Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi tahapan komunikasi terapeutik
Pelaksanaan Fase eksploitasi dalam berdasarkan empar fase teori Peplau dari
Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik 42 responden menunjukan bahwa
Perawat-Klien. pernyataan responden sebanyak 22
(52,4%) masuk dalam kategori baik.
No Fase n (%) Pelaksanaan Komunikasi terapeutik
Eksploitasi perawat menurut teori Peplau
1 Sangat Baik 0 0 menunjukkan bahwa mayoritas perawat
2 Baik 23 54,8 sudah baik dalam mempraktikkan setiap
3 Cukup Baik 18 42,9 fase-fase komunikasi terapeutik.
4 Tidak Baik 1 2,4
Total 42 100 PEMBAHASAN
Komunikasi terapeutik yang dimulai
Berdasarkan tabel 1.4 diatas diketahui dengan tahap orientasi harus dilalui
tahapan komunikasi fase eksploitasi perawat dengan tersenyum saat pertama
dalam 4 kategori dari 42 responden bertemu dan menyapa pasien,
menunjukan fase eksploitasi pernyataan menjelaskan kegiatan yang akan
responden lebih dominan pada kategori dilakukan, dan perawat juga menjelaskan
baik sebanyak 23 responden (54,8%). tujuan dari kegiatan yang akan dilakukan
ketika ingin melaksanakan asuhan
Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi keperawatan kepada Klien.
Pelaksanaan Fase terminasi dalam Meskipun sedikit, terdapat setidaknya 9.5
Komunikasi Perawat-Klien. % responden yang memiliki nilai rentang
tidak baik untuk fase ini. Hal ini
No Fase n (%) kemungkinan dikarenakan perawat
Terminasi jarang melaksanakan beberapa tugas
1 Sangat Baik 1 2,4 pada fase orientasi seperti perawat tidak
2 Baik 12 28,6 memperkenalkan diri saat pertama
3 Cukup Baik 25 59,5 bertemu pasien, perawat tidak membuat
4 Tidak Baik 4 9.5 kontrak waktu untuk pelaksanaan
Total 42 100 kegiatan saat bertemu pasien.

Tabel distribusi frekuensi pelaksanaan Penelitian ini sejalan dengan penelitian


fase terminasi dalam pemberian Apriliani Sari R (2015) dengan hasil
komunikasi terapeutik oleh perawat penelitian pada fase orientasi dalam
menunjukkan bahwa mayoritas Perawat kategori positif sebanyak (93,3%).
menunjukkan sikap cukup baik 59.5%. Penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian Akbar Patrisia A, Sidin
Tabel 1.6 Distribusi Frekuensi Indahwaty, Pasinringi A Syahrir (2013)
dengan hasil pelaksanaan komunikasi melakukan tahapannya fase orientasi
fase orientasi masih kurang, yaitu 22 ditandai dengan perawat yang sudah
responden puas (23,2%) dan 73 memberikan layanan sesuai kebutuhan
responden tidak puas (76,8%). klien, memberikan penjelasan dengan
Mengingat betapa pentingnya tahap bahasa yang sederhana, dalam
orientasi dalam pemberian asuhan melakukan tindakan perawat selalu
keperawatan dan menjalin komunikasi memperhatikan keadaan klien.
dengan klien. Alangkah baiknya jika
Perawat mempertahankan nilai baik dari Pada fase ini terdapat pernyataan tidak
pelaksanaan komunikasi terapeutik ini baik dari responden,karena perawat
dan bekerja keras untuk melatih diri belum melaksanakan beberapa tahapan
untuk tidak melewatkan fase ini dalam seperti, perawat tidak berupaya
menjalin komunikasi dengan klien. menciptakan situasi atau suasana yang
meningkatkan percaya diri klien, perawat
Perawat yang sudah melaksanakan fase tidak berupaya mengatasi kecemasan
identifikasi dalam komunikasi terapeutik yang dirasakan klien. Penelitian ini
yang baik adalah perawat yang selalu sejalan dengan penelitian Apriliani Sari
memberi kesempatan berdiskusi tentang R (2015) dengan hasil penelitian pada
penyakit dan tindakan yang akan fase eksploitasi dalam kategori positif
dilakukan kepada klien, selalu sebanyak (96,7%). Penelitian ini
menanyakan keluhan yang dirasakan didukung jurnal penelitian Akbar
klien, mengerti dengan penyakit yang Patrisia A, Sidin Indahwaty, Pasinringi A
dirasakan klien, dan selalu memberikan Syahrir (2013) dengan hasil kepuasan
dorongan kepada klien agar cepat pasien berdasarkan pelaksanaan
sembuh. komunikasi terapeutik fase kerja sudah
cukup baik, yaitu 93 responden puas
Apriliani Sari R (2015) dalam (97,9%) dan 2 responden tidak puas
penelitiannya juga mendapatkan hal (2,1%).
yang kurang lebih sama. Perawat
mayoritas sudah mampu melaksanakan Pelaksanaan komunikasi terapeutik
komunikasi terapeutik dengan baik pada perawat dalam fase terminasi dikatakan
tahap identifikasi ini. Sebanyak 4.8 % cukup baik karena Perawat mampu
perawat yang masih belum mengulangi penjelasan yang sudah
melaksanakan tahapan komunikasi ini. disampaikan, Perawat mengevaluasi
Penyebab dari hal ini banyak sekali. kembali perasaan klien setelah
Entah itu berasal dari dalam diri perawat mendapatkan informasi terkait penyakit
itu sendiri, tempat kerja atau factor yang dialami klien, perawat menentukan
lainnya. waktu untuk melanjutkan diskusi
Mengingat betape pentingnya fase ini selanjutnya pada klien, perawat
dalam menjalin komunikasi terapeutik menawarkan topik yang bersangkutan
yang baik. Perawat sudah sewajarnya tentang penyakit klien yang akan
menguasai tahapan ini dan dibicarakan pada kunjungan selanjutnya.
mempraktikkannya dengan baik ketika Berdasarkan pernyataan responden pada
berhadapan dengan Klien. Manajemen tahapan diatas perawat hanya
ruangan perlu memusatkan perhatian melakukannya fasa terminasi ini dalam
dalam pemberian asuhan keperawatan rentang waktu kadang-kadang.
yang baik kaitannya dengan pelaksanaan
komunikasi terapeutik yang baik ini. Pada fase ini juga terdapat pernyataan
baik dari responden karena perawat
Perawat kebanyakan sudah mampu sudah melakukan tahapannya
memberikan saran tentang tindak lanjut SARAN
yang akan dilakukan terhadap kesehatan 1. Bagi Rumah sakit
klien. Penelitian ini sejalan dengan Dalam hal ini peneliti mencoba
penelitian Akbar Patrisia A, Sidin memberikan beberapa saran untuk
Indahwaty, Pasinringi A Syahrir (2013). institusi Rumah Sakit RSUD Dr. H.
Dengan hasil pada pelaksanaan Soemarno Sosroatmodjo Kuala
komunikasi terapeutik pada fase Kapuas agar dapat mengoptimalkan
terminasi masih kurang, yaitu 11 proses pelaksanaan komunikasi
responden puas (11,6%) dan 84 terapeutik antara perawat dan pasien,
responden tidak puas (88,4%). Penelitian seperti berikut :
ini tidak sejalan dengan Apriliani Sari R 1) Mengadakan kegiatan seminar,
(2015) dengan hasil penelitian pada fase workshop atau pelatihan tentang
terminasi dalam kategori positif komunikasi terapeutik berdasarkan
sebanyak (100%). standar dan teori keperawatan
dengan mengikut sertakan perawat
KESIMPULAN dari setiap bangsal disetiap
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat tahunnya.
diambil kesimpulan sebagai berikut 2) Menerapkan kebijakan penerapan
1. Gambaran tahapan komunikasi komunikasi terapeutik seseuai SOP
terapeutik perawat dan klien fase penerapan komunikasi terapeutik
orientasi kepada pasien saat dirawat di semua Bangsal Rumah Sakit.
di Ruang Teratai berdasarkan 3) Mengadakan penilaian perawat
pernyataan 42 responden terbaik setiap tahunnya dalam
dikategorikan baik 52,4%. pelaksanaan komunikasi terapeutik
2. Gambaran tahapan komunikasi terhadap pasien dengan
terapeutik perawat dan klien fase memberikan reward atau
identifikasi kepada pasien saat penghargaan perawat terbaik
dirawat di Ruang Teratai bedasarkan sehingga juga dapat meningkatkan
pernyataan 42 responden motivasi kerja perawat dalam
dikategorikan baik 47,6%. bekerja.
3. Gambaran tahapan komunikasi 4) Selalu bekerjasama dengan
terapeutik perawat dan klien fase mahasiswa jika ada yang ingin
eksploitasi kepada pasien saat di melakukan penelitian tentang
rawat di ruang Teratai berdasarkan komunikasi terapeutik hal ini
pernyataan 42 responden sekaligus sebagai bahan evaluasi
dikategorikan baik 54,8% untuk melihat kinerja dan mutu
4. Gambaran tahapan komunikasi pelayanan oleh tenaga kesehatan
terapeutik perawat dan klien fase Rumah Sakit.
terminasi kepada pasien saat di 2. Bagi perawat
rawat di ruang Teratai berdasarkan Sebagai tenaga medis yang
pernyataan 42 responden berperan penting dalam proses
dikategorikan cukup baik 59,5% perawatan klien sebagai tenaga
5. Gambaran Tahapan Komunikasi perawat di tuntut untuk memahami
Terapeutik Perawat Dan Klien dan melaksanakan tahapan
Berdasarkan Teori Peplau kepada komunikasi berdasarkan empat fase
pasien saat dirawat di Ruang Teratai ini sehingga terciptanya hubungan
berdasarkan pernyataan 42 yang terapeutik dan rasa saling
responden dikategori sangat baik percaya antara perawat dan klien
sebanyak 4,8%, baik 52,4%, cukup dapat tercapai secara optimal.
baik 35,7% dan tidak baik 7,1%. Sehingga proses keperawatan dapat
bejalan dengan baik jika tercipta 4. Bagi peneliti selanjutnya
hubungan yang baik antara pasien dan Diharapkan peneliti selanjutnya
petugas kesehatan terutama perawat, dapat meneliti tentang faktor-faktor
tindakan keperawatan dapat yang mempengaruhi keberhasilan
dilaksanakan dengan baik dan tujuan tahapan komunikasi perawat dan
bersama dapat tercapai yaitu klien.
kesembuhan yang optimal. Dalam hal
ini disarankan untuk perawat sebagai DAFTAR PUSTAKA
berikut : Arikunto, S (2010). Prosedur Penelitian
1) Melihat dari hasil penelitian ini ada Suatu Pendekatan Praktik.
pernyataan negatif dalam setiap Jakarta : Penerbit Rineka
fase terutama sangat kurang pada Cipta.
fase terminasi sehingga untuk
perawat disarankan untuk lebih Arikunto, S (2006). Prosedur Penelitian,
meningkatkan lagi pelaksanaan Suatu Pendekatan Praktik.
tahapan pada fase tersebut. Dan Jakarta : Rineka Cipta.
tetap mempertahankan komunikasi
yang sudah terjalin baik dari setiap Apriliani, R.S (2015). Gambaran
fase. Persepsi Klien Terhadap
2) Aktif dalam mengikuti setiap Komunikasi Interpersonal
kegiatan seminar atau pelatihan Perawat Berdasarkan Teori
tentang komunikasi terapeutik Peplau Di Ruang Tulip
yang seseuai SOP, sehingga Lantai III PDW dan PDP
perawat mempunyai dasar Rumah Sakit Umum Daerah
pengetahuan yang kuat sehingga Ulin Banjarmasin. Tidak
dalam pelaksanaan proses dipublikasikan.
keperawatan dapat dilakukan
secara optimal dan professional. Akbar Patrisia A, Sidin Indahwaty,
3) Selalu mencari tahu tentang cara- Pasinringi A Syahrir (2013).
cara komunikasi terapeutik yang Gambaran Kepuasan Pasien
efektif terhadap pasien melalu Terhadap Pelaksanaan
penelitian atau jurnal terbaru. Komunikasi Terapeutik
3. Bagi Institusi Perawat Di Instalasi Rawat
Sebagai bahan institusi dalam Inap RSUD Labuang Baji
membantu mempersiapkan Makasar Tahun 2013.
mahasiswa sebagai calon perawat
profesional yang mengerti dan Alligood Raile Martha (2014). Pakar
memahami fase-fase tentang Teori Keperawatan dan
komunikasi terapeutik antara perawat Karya Mereka. Elsiver Inc.
dan pasien serta dapat menerapkan
dalam keperawatan. Untuk itu Asmadi, (2008). Konsep dasar
disarankan bagi institusi pendidikan keperawatan.
untuk memasukan pembelajaran
komunikasi terapeutik ke dalam mata Budi Anna, Keliat (1998). Proses
ajar atau kurikulum awal perkuliahan Keperawatan Kesehatan
baik secara teori maupun praktek Jiwa. Jakarta : EGC
dalam proses pembelajaran. Sehingga
mahasiswa lebih memahami Budi Anna, Keliat (2011). Keperawatan
pentingnya komunikasi terapeutik Kesehatan Jiwa Komunitas.
dalam proses keperawatan. Jakarta : EGC
Christense, Paula J. (2009). Proses Yogyakarta : Graha Ilmu
Keperawatan Aplikasi Model Nasir, dkk (2011). Komunikasi dalam
Konseptual. Jakarta : EGC Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Damaiyanti, Mukhrifah (2010). Notoatmodjo, S (2010). Metodologi
Komunikasi Terapeutik Penelitian Kesehatan Edisi
dalam Praktik Keperawatan. Revisi. Jakarta Rinerka Cipta.
Bandung : Refika Aditama Nursalam, (2008). Konsep dan
Penerapan Metodologi
Damaiyanti, D. (2013). Buku Pintar Penelitian Ilmu Keperawatan
Perawat Profesional Teori Pedoman Skripsi, Tesis, dan
dan Praktik. Instrument Penelitian
Keperawatan. Edisi 2.
Hidayat, A.A. (2008). Metode Penelitian Jakarta : Salemba Medika
Keperawatan dan Teknik Nursalam, (2013). Metodologi Penelitian
Analisa Data. Jakarta : Ilmu Keperawatan :
salemba Medika Pendekatan praktis Edisi 3.
Jakarta : salemba medika
Karina, L. (2015). Gambaran Tahapan
Komunikasi Terapeutik Nurjanah, I (2005). Komunikasi
Perawat di Bangsal keperawatan : Dasar-Dasar
Perawatan Minimal Care Komunikasi Bagi Perawat.
Kelas III Rumah Sakit Jiwa Yogyakarta : MocoMedika
Daerah Sambang lihum
Provinsi Kalimantan Nurjanah, I (2001). Hubungan
Selatan.tidak dipublikasikan Terapeutik perawat dan
Klien, Kualitas Pribadi
Kozier, Barbara & Lenora Erb. (2010). Sebagai Sarana. Yogyakarta
Buku Ajaran Fundamental : bagian penerbit PSIK,
Keperawatan Konsep, Proses Fakultas Kedokteran UGM.
dan Praktek edisi 7 Vol. 02.
Jakarta : EGC Nursalam, (2013). Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan :
Kusumawati, Farida (2012). Buku Ajar Pendekatan Praktis Edisi 3.
Keperawatan Jiwa. Jakarta : Jakarta : Salemba Medika
Salemba Medika
Pieter, L (2010). Pengantar Psikologis
Maghsoodi Solmaz, Zarea Kourosh, dalam Keperawatan. Jakarta
Haghihizadeh H. M, : Prenada Media
Dashtbozorgi Bahma (2014).
The Effect Of Nursing Potter & Perry (2010). Fundamental
Peplau’s therapeutic Keperawatan Edisi 7. Jakarta
Relationship Model On : Salemba Medika
Anxiety Of Coronary artery
Bypass Graft Surgery Rusmilawati, (2015). Gambaran
Candidates. Persepsi Perawat Terhadap
Pelaksanaan Tahapan
Mundzakir . (2006). Komunikasi Komunikasi Terapeutik
Keperawatan. (Aplikasi dalam Proses Perawatan
Dalam Pelayanan). Pasien RPK Rumah sakit
Jiwa Sambang Lihum
Banjarmasin 2015. Tidak
dipubliksikan.

Suryani, (2015). Komunikasi Terapeutik


: Teori dan Praktik cet 2015.
Jakarta : EGC

Suryani, (2005). Komunikasi terapeutik


Teori dan Praktek. Jakarta :
EGC

Stuart, G.W. & Sundeen. S.J. (1998).


Buku Saku Keperawatan
Jiwa. Alih Bahasa: Achir
Yani S.Hamid. edisi ke- 3.
Jakarta : EGC

Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 38 Tahun 2014.
Bandung : Citra Umbara

Peneliti :
1. Jenny Anggraeni
Mahasiswa STIKES Suaka Insan
Banjarmasin
2. Anastasia Maratning
Dosen STIKES Suaka Insan
Banjarmasin
3. Theresia Ivana
Dosen STIKES Suaka Insan
Banjarmasin

Anda mungkin juga menyukai