Anda di halaman 1dari 127

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Tinjauan Medis

A. KEHAMILAN

1. Pengertian Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari

saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9

bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3

trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu,

trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan

trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)

(Prawirohardjo, 2010: 213).

Menurut Wiknjosastro (1991) kehamilan adalah urutan kejadian

yang terdiri atas pembuahan, implantasi, pertumbuhan embrio,

pertumbuhan janin dan berakhir pada kehamilan bayi. Ketika

spermatozoa bertemu dengan ovum maka dimulailah awal

kehamilan, setiap kehamilan selalu diawali dengan konsepsi yaitu

pembuahan ovum oleh spermatozoa dan nidasi dari hasil konsepsi

tersebut (Yongki, Judha, Rodiyah, dan Sudarti, 2012: 3).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
10

Menurut Saifuddin (2009) kehamilan didefinisikan sebagai

fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan

dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi

sampai lahirnya bayi kehamilan normal akan berlangsung dalam

waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender

internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester

kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu

(minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu

(minggu ke-28 hingga ke-40) (Walyani, 2015: 69).

Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membawa

embrio atau fetus didalam tubuhnya. Masa kehamilan dimulai dari

konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan mulai dari

ovulasi sampai partus kira – kira 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih

dari 300 hari (43 minggu) (kuswanti, 2014: 99).

Jadi, kehamilan adalah fertilisasi dari spermatozoa dan ovum

yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan

berlangsung selama 40 minggu yang terbagi atas tiga trimester.

Trimester I (0-12 minggu), trimester II (minggu ke-13 sampai ke-27),

dan trimester III (minggu ke-28 sampai ke-40).

2. Proses Kehamilan

Proses kehamilan diawali dengan proses pembuahan

(konsepsi). Pembuahan atau konsepsi sering disebut fertilisasi.

Fertilisasi adalah penyatuan sperma laki-laki dengan ovum

perempuan. Spermatozoa merupakan sel yang sangat kecil dengan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
11

ekor yang panjang sehingga memungkinkan untuk bergerak dalam

media cair dan dapat mempertahankan fertilisasiya selama 2 sampai

4 hari. Sel telur (ovum) akan hidup maksimal 48 jam setelah ovulasi.

Oleh karena itu agar fertilisasi berhasil, senggama harus dilakukan

dalam waktu 5 hari di sekitar ovulasi (Hutahaean, 2013: 27).

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung

dan terdiri dari: ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan

pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan

plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm

(Manuaba, 2013: 75).

Berikut adalah penjelasan proses kehamilan menurut Manuaba:

a. Ovulasi

Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi

oleh sistem hormonal yang kompleks.Selama masa subur yang

berlangsung 20 sampai 35 tahun, hanya 420 buah ovum yang

dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi.

b. Spermatozoa

Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang

kompleks. Spermatogonium berasal dari sel primitive tubulus,

menjadi spermatosit pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi

spermatid, akhirnya spermatozoa.

c. Konsepsi

Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut

konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
12

d. Nidasi atau Implantasi

Dengan masuknya inti spermatozoa kedalam sitoplasma,

“vitelus” membangkitkan kembali pembuahan dalam inti ovum

yang dalam keadaan “metafase”.

e. Pembentukan Plasenta

Terjadinya nidasi (implantasi) mendorong sel blastula

mengadakan diferensiasi. Sel yang dekat dengan ruangan

eksoselom membentuk entoderm dan yolk sac (kantong kuning

telur) sedangkan sel lain membentuk ectoderm dan ruangan

amnion. Plat embrio terbentuk diantara dua ruang yaitu ruang

amnion dan kantung yolk sac. Plat embrio terdiri dari unsur

ectoderm, entoderm, dan mesoderm. Ruangan amnion dengan

cepat mendekati korion sehingga jaringannya yang terdapat

diantara amnion dan embrio padat dan berkembang menjadi tali

pusat (Manuaba, 2013: 75).

3. Perubahan Fisiologi pada Kehamilan

a. Uterus

Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau

beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia,

sehingga menjadi berat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot

rahim mengalami hipertrofi dan hyperplasia menjadi lebih besar,

lunak, dan dapat mengikuti pembesaran Rahim karena

pertumbuhan janin (Manuaba, 2013: 83). Menurut Varney (2007:

527) tinggi fundus memberi informasi tentang pertumbuhan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
13

progresif janin dan merupakan cara penapisan mendasar untuk

mendeteksi masalah yang terkait dengan tinggi fundus yang terlalu

besar atau terlalu kecil untuk perkiraan umur kehamilan sesuai

tanggal.

Tabel 2.1 Ukuran tinggi fundus uteri menurut spiegelberg.

Umur kehamilan
(minggu) Ukuran (cm)
22 -28 24 – 25
28 26,7
30 29,5 – 30
32 29,5 – 30
34 31
36 32
38 33
40 37,7
Sumber: Rustam Mochtar, 2012: 41

Tabel 2.2 Hubungan tua kehamilan, besar uterus dan tinggi fundus uteri.

Akhir bulan Besar uterus Tinggi fundus uteri

1 Lebih besar dari biasa Belum teraba (palpasi)


2 Telur bebek Di belakang simfisis
3 Telur angsa 1 – 2 jari di atas simfisis
4 Kepala bayi Pertengahan simfisis – pusat
5 Kepala dewasa 2 – 3 jari di bawah pusat
6 Kepala dewasa Kira – kira setinggi pusat
7 Kepala dewasa 2 – 3 jari di atas pusat
8 Kepala dewasa Pertengahan pusat – prosesus xiphoideus
9 Kepala dewasa 3 jari dibawah Px atau sampai setinggi Px
Sama dengan kehamilan 8 bulan, tetapi
10 Kepala dewasa melebar ke samping
Sumber: Rustam Mochtar, 2012: 42.

b. Vagina

Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah

karena pengaruh estrogen sehigga tampak makin berwarna merah

dan kebiru-biruan (tanda Chadwicks) (Manuaba, 2013: 92).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
14

c. Ovarium

Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang

mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan

fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada

usia 16 minggu (Manuaba, 2013: 92).

d. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan

sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi (Manuaba,

2013: 92).

e. Sirkulasi Darah Ibu

Menurut (Manuaba, 2013 : 92) perubahan peredaran darah

ibu hamil dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:

1) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat

memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumuuhan janin

dalam rahim.

2) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada

sirkulasi retroplasenter.

3) Pengaruh hormon estrogen dan progesteron makin

meningkat.

Menurut (Manuaba, 2013: 93) akibat dari faktor-faktor yang

mempengaruhi peredaran darah dijumpai beberapa perubahan,

sebagai berikut:

1) Volume darah. Volume darah yang semakin meningkat dan

jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah,

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
15

sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi), dengan

puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu.

2) Sel darah. Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk

dapat mengimbangi pertmbuhan janin dalam rahim, tetapi

pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan

volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai

anemia fisiologis. Jumlah sel darah putih meningkat hingga

mencapai 10.000/ml.

3) Sistem Respirasi. Pada kehamilan terjadi juga perubahan

sistem respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan oksigen.

Disamping itu terjadi desakan diafragma Karena dorongan

rahim yang membesar pada usia kehamilan 32 minggu.

Menurut Sukarni (2013: 67) kebutuhan oksigen saat hamil

meningkat sampai 20 %, respirasi normal yaitu (20–24

x/menit).

4) Sistem Pencernaan. Oleh karena pengaruh estrogen,

pengeluaran asam lambung meningkat dan dapat

menyebabkan: pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi),

daerah lambung terasa panas, terjadi mual dan sakit/pusing

kepala terutama pagi hari yang disebut morning sickness,

muntah yang terjadi disebut emesis gravidarum, muntah

berlebihan sehingga menggangu kehidupan sehari-hari

disebut hiperemesis gravidarum, progesteron menimbulkan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
16

gerak usus makin berkurang dan dapat menyebabkan

obstipasi.

5) Traktus urinarius. Karena pengaruh desakan hamil muda dan

turunnya kepala bayi pada hamil tua, terjadi gangguan miksi

dalam bentuk sering berkemih. Desakan tersebut

menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh.

6) Perubahan pada kulit. Pada kulit terjadi perubahan deposit

pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore

stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh

kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae

gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla mamae,

linea nigra, pipi (khloasma gravidarum). Setelah persalinan

hiper pigmentasi ini akan menghilang.

7) Metabolisme. Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme

tubuh mengalami perubahan yang mendasar, dimana

kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan

persiapan memberikan ASI.

f. Sistem Musculoskeletal

Menurut Hutahaean (2013) pada sistem musculoskeletal

terjadi juga perubahan, seperti sebagai berikut:

1) Pembesaran payudara dan rotasi anterior panggul

memungkinkan untuk terjadinya lordosis.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
17

2) Ibu sering mengalami nyeri dibagian punggung dan pinggang

karena mempertahankan posisi stabil, beban meningkat pada

otot punggung dan kolumna vertebrae.

3) Adaptasi musculoskeletal

a) Pengaruh hormonal

(1) Relaksasi persendian karena pengaruh hormone

relaksin.

(2) Mobilitas dan pliabilitas (pelunakan) meningkat

pada sendi sakroiliaka.

b) Pengaruh mekanik

(1) Peningkatan berat badan karena pembesaran

uterus.

(2) Perubahan postur.

(3) Diastasis rekti.

(4) Sindroma carpal tunnel.

c) Relaksasi dan hipermobilitas sendi pada masa hamil

kembali stabil dan ukuran sama dengan sebelum hamil,

kecuali pada kaki (Hutahaean, 2013: 45).

g. Sistem Endrokin

Menurut Hutahaean pada sistem endokrin terjadi juga

perubahan, seperti sebagai berikut:

1) Kelenjar tiroid

a) Pembesaran kelenjar tiroid merupakan akibat hiperplasia

jaringan glandular dan peningkatan vaskularitas.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
18

b) Konsumsi oksigen (O2) dan peningkatan basal metabolic

rate (BMR) merupakan akibat aktivitas janin.

2) Kelenjar paratiroid

a) Kehamilan menginduksi hiperparatiroidisme sekunder

ringan, suatu refleks peningkatan kebutuhan kalsium (Ca)

dan vitamin D.

b) Saat kebutuhan raangka janin mencapai puncak

(pertengahan kedua kehamilan), kadar parathormon

plasma meningkat, kadar meningkat antara minggu ke-15

dan ke-35 gestasi.

3) Pankreas

a) Janin butuh glukosa sebagai bahan bakar pertumbuhan,

tidak hanya menghasilkan simpanan glukosa ibu tetapi

juga menurunkan kemampuan ibu menyintesis glukosa

dengan menyedot habis asam amino ibu.

b) Kadar glukosa ibu menurun, insulin ibu tidak dapat

menembus plasenta untuk sampai ke janin. Akibatnya,

pada awal kehamilan pankreas meningkatkan produksi

insulinnya.

c) Seiring peningkatan usia kehamilan, plasenta bertumbuh

dan secara progresif memproduksi hormon dalam jumlah

yang lebih besar (misalnya: human placental lactogen

(HPL), estrogen, dan progesteron). Peningkatan produksi

kortisol oleh kelenjar adrenal juga terjadi.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
19

d) Estrogen, progesteron, dan kortisol secara kolektif

menurunkan kemampuan ibu untuk menggunakan insulin.

Hal ini merupakan mekanisme protektif yang menjamin

suplai glukosa untuk mencukupi kebutuhan unit feto-

plaental. Akibatnya, tubuh ibu hamil membutuhkan lebih

banyak insulin.

4) Prolaktin hipofisis

a) Pada kehamilan, prolaktin serum mulai meningkat secara

progresif pada trimester I sampai aterm.

b) Secara umum diyakini bahwa walaupun semua unsur

hormonal (estrogen, progesteron, tiroid, insulin, dan

kortisol bebas) yang diperlukan untuk pertumbuhan

payudara dan produksi susu terdapat dalam kadar yang

meningkat selama kehamilan, kadar estrogen yang tinggi

menghambat sekresi alveolar aktif dengan menghambat

peningkatan prolaktin pada jaringan payudara, sehingga

menghambat efek prolaktin pada epitel target.

c) Progesteron meyebabkan lemak disimpan dalam jaringan

subkutan di abdomen, punggung, dan paha atas. Lemak

berfungsi sebagai cadangan energi, baik pada masa

hamil maupun menyusi.

d) Beberapa hormon lain yang memengaruhi nutrisi adalah

sebagai berikut:

(1) Aldosteron mempertahankan natrium.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
20

(2) Tiroksin mengatur metabolism.

(3) Paratiroid mengatur metabolisme kalsium (Ca) dan

magnesium (Mg).

(4) Human placental lactogen (HPL) berperan sebagai

hormon pertumbuhan kelenjar susu di dalam

payudara dan berbagai perubahan metabolik yang

mengiringinya.

(5) Human chorionic gonadotropin (HCG) menginduksi

mual dan muntah pada beberapa wanita selama awal

kehamilan (Hutahaean, 2013: 46).

h. Sistem Integumen

Menurut Hutahaean, sistem integument mengalami

perubahan selama hamil disebabkan oleh perubahan

keseimbangan hormon dan peregangan mekanis yang ditandai

dengan beberapa kondisi berikut:

1) Peningkatan aktivitas melanophore stimulating hormon

mengakibatkan hiperpigmentsi wajah (kloasma gravidarum),

payudara, linea alba, dan striae gravidarum. Jaringan elastis

kulit mudah pecah, menyebabkan striae gravidarum, atau

tanda regangan.

2) Perubahan umum lainnya yang timbul adalah peningkatan

ketebalan kulit dan lemak subdermal, hiperpigmentasi,

pertumbuhan rambut dan kuku, percepatan aktivitas kelenjar

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
21

keringat dan sebasea, serta peningkatan sirkulasi dan

aktivitas vasomotor (Hutahaean, 2013: 47).

i. Sistem Gastrointestinal

Menurut (Hutahaean, 2013: 48) selama masa hamil, nafsu

makan meningkat, sekresi usus berkurang, fungsi hati berubah,

dan absorbs nutrien meningkat. Aktivitas peristaltik (motilitas)

menurun, akibatnya bising usus menghilang, sehingga

menyebabkan konstipasi, mual serta muntah. Aliran darah ke

panggul dan tekanan vena meningkat, sehingga menyebabkan

hemoroid terbentuk pada akhir kehamilan.

j. Sistem Kardiovaskuler

Hipertrofi atau dilatasi ringan jantung mungkin disebabkan

oleh peningkatan volume darah dan curah jantung. Oleh karena

diafragma terdorong ke atas, jantung terangkat ke atas lalu

berotasi ke depan dan ke kiri. Peningkatan ini juga menimbulkan

perubahan hasil auskultasi yang umum terjadi selama masa hamil.

Perubahan pada auskultasi mengiringi perubahan ukuran dan

posisi jantung (Hutahaean, 2013: 50).

Menurut (Hutahaean, 2013: 50) perubahan sistem

kardiovaskuler dapat mempengaruhi perubahan-perubahan lain,

seperti sebagai berikut: tekanan darah, volume dan komposisi

darah, curah jantung, dan waktu sirkulasi dan koagulasi.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
22

k. Sistem Neurologi

Menurut Hutahaean pada sistem neurologi terjadi juga

perubahan, seperti sebagai berikut:

1) Kompresi saraf panggul atau stasis vaskuler akibat

pembesaran uterus dapat menyebabkan perubahan sensori di

tungkai bawah.

2) Lordosis dorsolumbar dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan

pada saraf atau kompresi akar saraf.

3) Akroestesia (rasa baal dan gatal di tangan) timbul akibat

posisi bahu yang membungkuk, terkait dengan tarikan pada

segmen pleksus brakialis.

4) Nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul saat ibu cemas,

atau juga gangguan penglihatan seperti kesalahan reflaksi,

sinusitis, atau migraine (Hutahaean, 2013: 51).

l. Plasenta

Plasenta merupakan akar janin untuk mengisap nutrisi dari

ibu dalam bentuk O2, asam amino, vitamin, mineral, dan zat

lainnya ke janin dan membuang sisa metabolisme janin dan CO2.

Plasenta berbentuk bundar dengan ukuran 15 cm x 20 cm dengan

tebal 2,5 sampai 3 cm dan berat plasenta 500 g. Tali pusat yang

menghubungkan plasenta panjangnya 25 sampai 60 cm. Plasenta

terbentuk sempurna pada minggu ke-16 dimana desidua parietalis

dan desidua kapsulari telah menjadi satu. Sebelum plasenta

terbentuk sempurna dan sanggup untuk memelihara janin,

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
23

fungsinya dilakukan oleh korpus luteum gravidarum. Saat nidasi

vili korialis mengeluarkan hormon korionik gonadotropin sehingga

korpus luteum dapat bertahan (Manuaba, 2013: 96).

Menurut Manuaba beberapa hormon yang dihasilkan

plasenta: korionik gonadotropin, korionik somatomamotrofin,

estrogen plasenta, dan progestron.

Menurut Manuaba fungsi plasenta adalah sebagai berikut:

1) Sebagai alat nutritive.

2) Sebagai alat pernapasan dimana janin mengambil O2 dan

membuang CO2.

3) Menghasilkan hormon pertumbuhan dan persiapan pemberian

ASI. Hormon yang dihasilkan oleh plasenta adalah: korionik

gonadotropin, korionik somatomamotrofin (plasenta laktogen),

estrogen dan progesteron, eorionik tirotropin, relaksin.

4) Sebagai alat penyalur antibodi ketubuh janin.

5) Sebagai barrier atau filter. Sel trofoblas cukup kuat untuk

bertindak sebagai barrier terhadap beberapa bakteri atau virus

(Manuaba, 2013: 97).

m. Likuor amnii

Jumlah likuor amni (air ketuban) sekitar 1000 ml sampai

1500 ml pada kehamilan aterm. Berat jenisnya antara 1,007

sampai 1,008. Likuor amnii terdiri dari 2,3% bahan organik

(protein, vernik kaseosa, rambut lanugo, zat lemak, lesitin, dan

spingomielin) dan 97% sampai 98% bahan anorganik (air, garam,

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
24

yang larut dalam air). Menurut (Manuaba, 2013: 98) fungsi air

ketuban ada beberapa macam, sebagai berikut:

1) Saat kehamilan berlangsung, fungsinya sebagai berikut:

a) Memberikan kesempatan berkembangnya janin dengan

bebas ke segala arah.

b) Menyebarkan tekanan bila terjadi trauma langsung.

c) Sebagai penyangga terhadap panasdan dingin.

d) Menghindari trauma langsung terhadap janin.

2) Saat in partu, fungsinya sebagai berikut:

a) Menyebarkan kekutan HIS sehingga serviks dapat

membuka.

b) Membersihkan jalan lahir karena mempunyai kemampuan

sebagai desinfektan.

c) Sebagai pelicin saat persalinan.

4. Perubahan Fisiologi Janin pada Kehamilan

a. Perkembangan Konseptus

Konseptus adalah semua jaringan yang membagi diri

menjadi berbagai jaringan embrio, korion, amnion, dan plasenta.

Sejak konsepsi perkembangan konseptus terjadi sangat cepat

yaitu zigot mengalami pembelahan menjadi morula (terdiri atas 16

sel blastomer), kemudian menjadi blastokisis (terdapat cairan di

tengah) yang mencapai uterus, dan kemudian sel-sel

mengelompok, berkembang menjadi embrio (sampai minggu ke-

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
25

7). Setelah minggu ke-10 hasil konsepsi disebut janin

(Prawirohardjo, 2009: 157).

b. Embrio dan Janin

Embrio akan berkembang sejak usia 3 minggu hasil

konsepsi. Secara klinik pada usia gestasi 4 minggu dengan USG

akan tampak sebagai kantong gestasi berdiameter 1 cm, tetapi

embrio belum tampak. Pada minggu ke-6 dari haid terakhir usia

konsepsi 4 dengan embrio berukuran 5mm, kantong gestasi

berukuran 2-3 cm. Pada saat itu akan tampak denyut jantung.

Pada akhir minggu ke-8 usia gestasi 6 minggu dengan embrio

berukuran 22-24 mm, dimana akan tampak kepala yang relative

besar dan tonjolan jari (Prawirohardjo, 2009: 157).

Tabel 2.3 Perkembangan Fungsi Organ Janin

Usia gestasi Organ


6 Pembentukan hidung, dagu, palatum, dan tonjolan paru. Jari-jari telah terbentuk,
namun masih tergenggam. Jantung telah terbentuk penuh.
7 Tampak mata pada muka. Pembentukan alis dan lidah.
8 Mirip bentuk manusia, mulai pembentukan genetalia eksterna. Sirkulasi melalui
tali pusat dimulai. Tulang mulai terbentuk.
9 Kepala meliputi separuh besar janin, terbentuk namun tak akan membuka
sampai 28 minggu.
13-16 Janin berukuran 15 cm. ini merupakan awal dari trimester ke-. Kulit janin masih
transparan, telah mulai tumbuh lanugo. Janin bergerak aktif yaitu menghisap
dan menelan air ketuban. Telah terbentuk mekonium dalam usus. Jantung
berdenyut 120-150x/menit.
17-24 Komponen mata terbentuk penuh, juga sidik jari. Seluruh tubuh diliputi oleh
verniks kaseosa (lemak). Janin mempunyai refleks.
25-28 Ini permulan trimester ke-3 dimana terdapat perkembanan otak yang cepat.
Sistem saraf mengendalikan gerakan dan fungsi tubuh, mata sudah membuka.
Kelangsungan hidup pada periode ini sangat sulit bila lahir.
29-32 Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk hidup. Tulang telah terbentuk
sempurna, gerakan napas telah regular, suhu relative stabil.
33-36 Berat janin 1500-2500 gram. Lanugo mulai berkurang, pada saat 35 minggu
paru telah matur. Janin akan dapat hidup tanpa kesulitan.
38-40 Sejak 38 minggu kehamilan disebut aterm, dimana bayi akan meliputi seluruh
uterus. Air ketuban mulai berkurang, tetapi masih dalam batas normal.
Sumber: Prawirohardjo, 2009

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
26

c. Sistem Kardiovaskuler

Semua kebutuhan janin disalurkan melalui vena umbilikal,

maka sirkulasi menjadi khusus. Tali pusat berisi 1 vena dan 2

arteri. Vena menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke

janin. Sebaliknya kedua arteri menjadi pembuluh balik yang

menyalurkan darah ke arah plasenta untuk dibersihkan dari sisa

metabolisme. Setelah bayi lahir semua pembuluh umbilikal, duktus

venosus, dan duktus arteriosus akan mengerut. Pada saat lahir

akan terjadi perubahan sirkulasi, dimana terjadi pengembangan

paru dan vena pulmonalis, duktus arteriosus akan menutup dalam

3 hari dan total pada minggu ke-2 (Prawirohardjo, 2009: 159)

d. Darah Janin

Proses pembentukan darah janin yaitu bermula diproduksi

yolk sac kemudian di hati dan akhirnya di sum-sum tulang. Eritrosit

janin relatif besar dan berinti. Hemoglobin mengalami peningkatan

dari 12g/dl pada pertengahan kehamilan menjadi 18 g/dl pada

aterm (Prawirohardjo, 2009: 160).

e. Sistem Respirasi

Gerakan napas janin telah dapat dilihat sejak kehamilan 12

minggu dan pada 34 minggu secara reguler gerak napas ialah 40-

60x/menit dan diantara jeda adalah periode apnea (Prawirohardjo,

2009: 161).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
27

f. Sistem Gastrointestinal

Pada 26 minggu enzim sudah terbentuk meskipun amilase

baru nyata pada periode neonatal janin meminum air ketuban dan

akan tampak gerakan peristaltik usus. Protein dan cairan amnion

yang ditelan akan menghasilkan mekonium di dalam usus

(Prawirohardjo, 2009: 161).

g. Sistem Ginjal

Pada 22 minggu akan tampak pembentukan korpuskel ginjal

di zona jukstaglomerularis yang berfungsi filtrasi. Ginjal terbentuk

sempurna pada minggu ke-36. Pada janin hanya 2% dari curah

jantung mengalir ke ginjal, mengingat sebagian besar sisa

metabolisme dialirkan ke plasma. Sementara itu, tubuli juga

mampu filtrasi sebelum glomerulus berfungsi penuh. Urin janin

menyumbang cukup banyak pada volume cairan amnion. Bila

terdapat kondisi oligohidramnion itu merupakan pertanda

penurunan fungsi ginjal atau kelainan sirkulasi (Prawirohardjo,

2009: 162).

h. Sistem Saraf

Mielinisasi saraf spinal terbentuk pada pertengahan

kehamilan dan berlanjut sampai usia bayi 1 tahun. Fungsi saraf

sudah tampak pada usia 10 minggu yaitu janin bergerak, fleksi

kaki, sedangkan genggaman tangan lengkap dapat dilihat pada 4

bulan. Janin sudah dapat menelan pada 10 minggu, sedangkan

gerak respirasi pada 14-16 minggu. Janin sudah mampu

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
28

mendengar sejak 16 minggu. Kemampuan untuk melihat cahaya

baru jelas pada akhir kehamilan. Janin mampu membuat hormon

sendiri misalnya tiroid, ACTH. Korteks adrenal dirangsang oleh

ACTH (Prawirohardjo, 2009: 162).

i. Kelenjar Endokrin

Sistem endokrin janin telah bekerja sebelum sistem saraf

mencapai maturitas. Kelenjar hipofisis anterior mempunyai 5 jenis

sel yang mengeluarkan 6 hormon yaitu laktotrop menghasilkan

prolaktin, somatotrop menghasilkan hormon pertumbuhan,

kortikotrop menghasilkan kortikotropin (ACTH), tirotrop

menghasilkan TSH, dan gonadotrop menghasilkan LH, FSH.

Nerohipofisis juga sudah berkembang pada usia 10-12 minggu

sehingga oksitosin dan AVP (arginine vasopressin) sudah

dihasilkan (Prawirohardjo, 2009: 162).

j. Pembentukan Kelamin

Sel benih primordial yang berasal dari yolk sac bermigrasi

ke lekukan bakal gonad. Perkembangan testis diatur oleh gen

testis determining factor (TDF) atau disebut sex determining

region (SRY). Sel sertoli pada testis mengeluarkan zat mullerian-

inhibiting substance yang berfungsi represi duktus Muller.

Testosteron diproduksi oleh testis akibat rangsang HCG dan LH.

Sebaliknya apabila tidak terdapat testis, akan terbentuk gonad dan

fenotip perempuan. Pada kondisi janin perempuan, akibat

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
29

terpapar androgen berlebihan, akan timbul genitalia ambiguitas

(Prawirohardjo, 2009: 163).

5. Tanda dan Gejala Kehamilan

Menurut (Manuaba, 2013: 107) tanda dan gejala kehamilan

dibagi 3, sebagai berikut:

a. Tanda Dugaan Kehamilan, dijabarkan sebagai berikut: amenorea

(terlambat datang bulan), mual dan muntah (emesis), ngidam,

sinkope atau pingsan, payudara tegang, sering miksi, konstipasi

atau obstipasi, pigmentasi kulit, epulis, varises atau penampakan

pembuluh darah vena.

b. Tanda tidak Pasti Kehamilan, dijabarkan sebagai berikut: rahim

membesar, pada pemeriksaan dalam dijumpai (tanda hegar,

tanda chadwicks, tanda piscaseck, kontraksi Braxton hicks,

teraba ballottement), pemeriksaan tes biologis kehamilan positif.

c. Tanda Pasti Kehamilan, dijabarkan sebagai berikut: gerakan

janin dalam rahim, terlihat/teraba gerakan janin dan teraba

bagian-bagian janin, denyut jantung janin terdengar.

6. Ketidaknyamanan dalam Kehamilan dan Cara Mengatasinya

Menurut (Varney, 2007: 536) ketidaknyamanan pada kehamilan

dibagi berdasarkan usia kehamilan, yaitu sebagai berikut:

a. Trimester 1

1) Nausea

Nausea disertai muntah-muntah ditafsirkan keliru

sebagai morning sickness, tetapi sering terjadi pada siang

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
30

atau sore hari atau bahkan sepanjang hari. Cara mengatasi

Nausea diantaranya yaitu: makan porsi kecil tetapi sering,

jangan menyikat gigi anda segera setelah makan untuk

menghindari stimulasi reflek gak, minum lah minuman yang

mengandung karbohidra, hindari makanan beraroma kuat

atau menyengat, batasi lemak dalam diet anda, istirahat,

gunakan obat–obatan anti mual.

2) Ptialisme (Salivasi Berlebihan)

Ptialisme merupakan kondisi yang tidak lazim, yang

dapat disebabkan oleh peningkatan keasaman didalam mulut

atau peningkatan asupan zat pati yang menstimulasi kelenjar

saliva pada wanita yang rentan mengalami sekresi yang

berlebihan.

3) Keletihan

Keletihan diakibatkan oleh penurunan drastis laju

metabolisme dasar pada awal kehamilan, tetapi alasan hal ini

terjadi masih belum jelas. Dugaan lain adalah bahwa

peningkatan progesteron memiliki efek menyebabkan tidur.

4) Nyeri punggung bagian atas (non patologis)

Nyeri punggung akibat peningkatan ukuran payudara,

yang membuat payudara menjadi berat. Metode untuk

mengurangi nyeri ini adalah menggunakan bra yang

berukuran sesuai ukuran payudara dengan mengurangi

mobilitas payudara,bra penyongkong yang berukuran tepat

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
31

juga untuk menguraingi ketidaknyamanan akibat nyeri

tekanan pada payudara yang timbul karena pembesaran

payudara.

5) Leukorea

Sekresi vagina dalam jumlah besar, dengan

konsentrasi kental atau cair, sekresi ini bersifat asam akibat

pengubahan sejumlah besar glikogen pada sel epitel vagina

menjadi asam laktak oleh basil doderlain untuk mengatasi

leukorea adalah dengan memperhatikan kebersihan tubuh

pada area tersebut dan mengganti pakaian dalam berbahan

katun dengan sering, wanita sebaiknya tidak melakukan

douch atau menggunakan semprot untuk menjaga kebersihan

area genetalia.

6) Peningkatan frekuensi berkemih (non patologis)

Terjadi akibat peningkatan berat pada fundus uterus.

Peningkatan berat pada fundus uterus ini membuat istimus

menjadi lunak (tanda hegar), menyebabkan antefleksi pada

uterus yang membesar, hal ini menimbulkan tekanan

langsung pada kandung kemih. Cara mengatasinya:

mengurangi asupan cairan sebelum tidur malam sehingga

tidak perlu bolak balik kekamar mandi pada saat mencoba

tidur.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
32

7) Nokturia

Aliran balik vena dari ekstremitas difasilitasi saat

wanita sedang berbaring pada posisi lateral rekumben karena

uterus tidak lagi menekan pembuluh darah panggul dan vena

kafa inferior. Satu–satunya cara untuk mengatasi nokturia

adalah menjelaskan mangapa hal ini terjadi lalu membiarkan

memilih cara yang nyaman baginya dan menganjurkan

mengurangi cairan setelah makan sore sehingga asupannya

selama sisa hari tersebut tidak akan memperberat masalah.

b. Trimester II

1) Konstipasi

Konstipasi dapat diduga terjadi akibat penurunan

parites yang disebabkan relaksasi otot polos pada uterus

besar ketika terjadi peningkatan jumlah progesteron

pergeseran dan tekanan pada usus akibat pembesaran

uterus atau bagian presentasi juga dapat menurunkan

motilitas dan saluran gastroinstetinal sehingga

menyebabkan konstipasi. Cara penanganan konstipasi

yang paling efektif menurut yaitu: asupan cairan yang

adekuat, yakni minuman air mineral 8 gelas sehari

(ukuran gelas minum), mengkonsumsi buah-buahan,

berjalan setiap hari, pertahankan postur yang baik,

mekanisme tubuh yang baik, latihan kontraksi otot

abdomen bagian bawah secara teratur, semua bagian

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
33

memfasilitasi sirkulasi vena sehingga mencegah kongesti

pada usus besar, makan makanan (berserat, dan

mengandung serat alami (misalnya): slada, daun sledri,

kulit padi).

2) Hemoroid

Progesteron menyebabkan relaksasi dinding vena

dan usus besar. Pembesaran uterus mengakibatkan

peningkatan tekanan, secara spesifik juga secara umum

pada vena hemoroid. Tekanan ini akan mengganggu

sirkulasi vena dan mengakibatkan kongesti pada vena

panggul. Cara penanganan hemoroid antara lain: hindari

konstipasi, hindari mengejan saat defekasi, mandi

berendam air hangat, tirah baring dengan cara

mengelevasi panggul dan ekstermitas bagian bawah.

3) Kesemutan dan baal pada jari

Perubahan pada pusat gravitalis akibat uterus yang

membesar dan bertambah berat dapat menyebabkan

wanita mengambil prostur dengan posisi bahu terlalu jauh

kebelakang dan kepala antefleksi sebagai upaya

menyeimbangkan berat bagian depanya dan lengkung

punggungnya. Postur ini diduga menyebabkan

penekanan pada syaraf median dan ulnar lengan, yang

akan mengakibatkan kesemutan dan baal pada jari–jari.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
34

c. Trimester III

1) Nokturia

Aliran balik vena dari ekstremitas difasilitasi saat

wanita sedang berbaring pada posisi lateral rekumben

karena uterus tidak lagi menekan pembuluh darah panggul

dan vena kava inferior. Cara untuk mengatasi nokturia

adalah cairan setelah makan sore sehingga asupan selama

sisa hari tersebut tidak akan memberatkan masalah.

2) Nyeri ulu hati

Penyebab nyeri ulu hati adalah sebagai berikut:

a) Relaksasi sfingter jantung pada lambung akibat

pengaruh yang ditimbulkan peningkatan jumlah

progesteron.

b) Penurunan mortilitas gastrointestinal yang terjadi

akibat relaksasi otot halus yang kemungkinan

disebabkan peningkatan jumlah progesteron dan

tekanan uterus.

c) Tidak ada ruang fungsional untuk lambung akibat

perubahan tempat dan penekanan oleh uterus.

Saran yang dapat diberikan untuk nyeri ulu hati

antara lain: makan dengan porsi kecil, tetapi sering, untuk

menghindari lambung menjadi terlalu penuh, regangkan

lengan anda melampaui kepala untuk memberi ruang bagi

perut anda untuk berfungsi, hindari makanan berlemak,

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
35

menghindari makanan dingin, menghindari makanan pedas

atau makanan lain yang dapat menyebabkan gangguan

pencernaan, menghindari makanan berserat atau makanan

lengkap saat sebelum tidur.

3) Dispareunia

Nyeri pada saat berhubungan seksual dapat berasal

dari sejumlah penyebab selama kehamilan. Cara

menangani dispareunia antara lain: perubahan posisi

dapat mengurangi masalah yang disebabkan oleh

pembesaran abdomen atau nyeri akibat penetrasi yang

terlalu dalam, kompres es dapat mengurangi kongesti yang

dapat ditangani juga menimbulkan ketidaknyamanan

tersendiri.

4) Hiperventilasi dan sesak nafas

Peningkatan jumlah progesterone selama kehamilan

diduga mempengaruhi langsung pusat pernafasan untuk

menurunkan kadar karbon dioksida dan meningkatkan

kadar oksigen. Hiperventilasi akan menurunkan kadar

karbon dioksida. Cara–cara penanganannya antara lain:

melakukan berdiri dan meregangkan lengannya diatas

kepalanya secara berkala dan mengambil nafas dalam,

mempertahankan postur yang baik, jangan menjatuhkan

bahu, melakukan pernafasan interkosta, melakukan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
36

peregangan yang sama ditempat tidur seperti saat sedang

berdiri.

5) Varises

Perubahan ini diakibatkan penekanan uterus yang

membesar pada vena panggul saat wanita tersebut duduk

atau berdiri dan penekanan pada vena kava inferior saat ia

berbaring. Penanganan untuk mengatasi varises vulva

sebagai berikut: menghindari menggunakan pakaian ketat,

menghindari berdiri lama, menyediakan waktu istirahat,

dengan kaki dielevasi secara periodik sepanjang hari,

mempertahankan tungkai anda tidak menyilang saat

duduk, melakukan latihan kegel untuk mengurangi varises

vulva atau hemoroid untuk meningkatkan sirkulasi.

7. Komplikasi selama kehamilan

Menurut Prawirohardjo & Mochtar komplikasi selama kehamilan

antara lain:

a. Perdarahan

Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan

dibawah 20 minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran. Pada

umumnya disebabkan oleh molahidatidosa. Perdarahan pada

kehamilan muda dengan uji kehamilan yang tidak jelas,

pembesaran uterus yang tidak sesuai (lebih kecil) dari usia

kehamilan, dan adanya massa di adneksa biasanya disebabkan

oleh kehamilan ektopi. Perdarahan pada usia kehamilan lanjut

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
37

atau diatas 20 minggu pada umumnya disebabkan oleh plasenta

previa (Prawirohardjo, 2010: 282)

b. Preeklamsi

Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20

minggu disertai dengan peningkatan tekanan darah diatas normal

sering diasosiasikan dengan preeklamsia. Menurut

(Prawirohardjo, 2010: 283) gejala dan tanda yang lain dari

preeklamsi adalah sebagai berikut:

1. Sakit kepala atau sefalgia (frontal atau oksipital) yang tidak

membaik dengan pengobatan umum.

2. Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur, skotomata,

silau, atau berkunang–kunang.

3. Nyeri epigastrik.

4. Oliguria (iuaran kurang dari 500 ml/24 jam).

5. Tekanan darah sistolik 20–30 mmhg dan diastolik 10-20

mmhg diatas normal.

6. Protein uria (diatas positif 3).

7. Oedem menyeluruh

c. Hiperemesis Gravidarum

Adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil

sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan

umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Mochtar, 2012:

141).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
38

d. Abortus (keguguran) dan Kelain dalam Kehamilan Tua

Menurut (Mochtar, 2012: 150) keguguran adalah

pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar

kandungan. Abortus dibagi menjadi:

1) Abortus imminens. Keguguran mengancam keguguran belum

terjadi kehamilan dapat dipertahankan.

2) Abortus insipien, adalah proses keguguran yang sedang

berlangsung. Ditandai dengan adanya rasa sakit karena telah

terjadi kontraksi rahim untuk mengelurakan hasil konsepsi.

Ostium bisa ditemukan sudah terbuka dan kehamilan tidak

dapat dipertahankan lagi.

3) Abortus inkompletus (keguguran bersisa): hanya sebagian

dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah

desidua atau plasenta.

4) Abortus komplektus (keguguran lengkap). Artinya seluruh

hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga

rongga rahim kosong.

5) Missed abortion. Adalah keadaan dimana janin yang telah

mati masih berada di dalam rahim.

e. Dismaturitas

Dismaturitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukan

ketidak sesuaian tuanya kehamilan dengan berat janin lahir

(Mochtar, 2012: 155).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
39

f. Postmatur

Kehamilan postmatur adalah kehamilan yang berlangsung

lebih lama dari 42 minggu, dihitung bedasarkan rumus Neagele

dengan siklus haid rata-rata 28 hari. Partusnya disebut partus

postmaturus atau serotinus dan bayinya disebut post-maturitas

(serotinus) (Mochtar, 2012: 156).

g. Kematian Janin dalam Kandungan

Hal ini adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan

janin dalam kandungan. Kematian Janin Dalam Kandungan

(KJDK) atau intra uterine fetal death (IUFD) sering dijumpai, baik

pada kehamilan di bawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan

20 minggu (Mochtar, 2012: 157).

h. Kelainan Letak Kehamilan (Kehamilan Ektopik)

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi

berimplantasi di luar endometrium Rahim (Mochtar, 2012: 159).

i. Penyakit Trofoblas

Menurut (Mochtar, 2012: 167), penyakit trofoblas dalam

komplikasi kehamilan dapat menyebabkan seperti:

1) Molahidatidosa, adalah jontot-jontot korion yang tumbuh

berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang

mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah

anggur, atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur

atau mata ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas

yang jinak (benigna).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
40

2) Mola ivasif, muncul dari invasif myometrium melalui

penyebaran langsung maupun aliran darah vena. Dianogsia

ditegakkan secara klinis bedasarkan peningkatan atau

pendataran kadar B HCG yang tidak kunjung normal sesudah

evakuasi mola hidatidosa.

3) Choriokarsinorma, adalah penyakit keganasan dengan

karakteristik hiperplasia dan anaplasia trofoblas abnormal.

4) Placental site throphoblastic tumor. Berasal dari tempat

implantasi plasenta yang mirip dengan syncytial

endomyometritis. Secara patologi sel tumor menginfiltrasi

miometrium dan tumbuh diantara sel-sel otot polos dan

menginvasi pembuluh darah.

j. Penyakit dan Kelainan Plasenta dan Tali Pusat

Plasenta normal beratnya kira-kira 500 gr atau 1/6 dari berat

badan janin, diameternya rata-rata 15-20 cm dengan tebal 2,5 cm.

kelainan yang dapat dialami plasenta yaitu kelainan ukuran dan

bobot dan kelainan bentuk dan variasi bentuk (Mochtar, 2012:

171).

k. Air Ketuban

Menurut (Mochtar, 2012: 175), terdapat komplikasi

kehamilan pada air ketuban, seperti:

1) Oligohidramnion, adalah suatu keadaan dimana air ketuban

kurang dari normal, yaitu lebih kecil dari setengah liter.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
41

2) Hidramnion, adalah suatu keadaan di mana jumlah air

ketuban jauh lebih banyak dari normal, biasanya kalau lebih

dari 2 liter.

3) Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum ini

perlu.

l. Perdarahan Antepartum (Hamil Tua)

Menurut (Mochtar, 2012: 187), perdarahan antepartum

adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu.

Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan

kehamilan sebelum 28 minggu. Perdarahan sebelum, sewaktu,

dan sesudah bersalin adalah kelainan yang tetap berbahaya dan

mengancam jiwa ibu, perdarahan dalam kehamilan terjadi bisa

saja karena: plasenta previa dan solusio plasenta.

8. Perubahan Psikologis Ibu Hamil

Menurut Kusmiyati (2009) perubahan psikologis ibu hamil setiap

trimesternya sebagai berikut:

a. Trimester I

Trimester pertama sering dikatakan sebagai masa

penentuan. Penentuan untuk membuktikan bahwa wanita dalam

keadaan hamil. Pada saat inilah tugas psikologis pertama

sebagai calon ibu untuk dapat menerima kenyataan akan

kehamilannya. Akibat dari peningkatan hormon estrogen dan

progesteron pada tubuh ibu hamil, banyak ibu hamil yang

merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan kesedihan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
42

Akan timbul kebingungan tentang kehamilannya terkait

pengalaman buruk sebelum kehamilan, efek kehamilan yang

akan terjadi pada hidupnya, tanggung jawab baru atau tambahan

yang akan dipikul, kecemasannya tentang kemampuan dirinya

untuk menjadi seorang ibu, dan penerimaan kehamilannya oleh

orang lain. Kebingungan ini biasanya akan berakhir spontan

pada saat dia menerima kehamilannya, dan penerimaan terjadi

pada akhir trimester pertama. Pada trimester pertama ini juga

timbul kekhawatiran dalam menunggu kehamilan menjadi aman.

Pada trimester ini seorang ibu akan selalu mencari tanda-

tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil.

Perubahan pada hasrat untuk melakukan hubungan seksual

kebanyakan mengalami penurunan libido, ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti fisik, emosi, maslah disfungsi seksual,

dan perubahan fisik pada wanita. Maka ibu hamil perlu diberi

kasih sayang dan perhatian yang lebih dari biasanya.

b. Trimester II

Pada trimester ini ibu hamil sudah bisa menerima

kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energy dan

pikirannya secara lebih konstruktif. Mulai merasakan kehadiran

bayinya dari gerakan yang ditimbulkan sang bayi.

Trimester kedua dibagi menjadi 2 fase yaitu prequickening

dan postquickening. Akhir dari trimester pertama dan selama

prequickening wanita tersebut akan terusmelengkapi dan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
43

mengevaluasi segala aspek yang menghubungkannya dengan

ibunya sendiri. Sebagai pembelajaran menjadi seorang ibu.

Hubungan sosial wanita akan meningkat dengan wanita hamil

lainnya atau yang baru menjadi ibu. Ketertarikan dan aktivitasnya

terfokus pada kehamilan, kelahiran dan persiapan untuk peran

yang baru.

Quickening mungkin menyerang wanita untuk memikirkan

bayinya sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya.

Kesadaran yang baru ini memulai perubahan dalam memusatkan

dirinya ke bayi. Perhatian ditujukan pada kesehatan bayi dan

kehadiran didalam keluarga.

c. Trimester III

Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penantian.

Pada periode ini wanita menanti kehadiran bayinya sebagai

bagian dari dirinya dan tidak sabar ingin cepat melihat bayinya.

Kegelisahan terjadi jika bayinya tidak lahir tepat pada waktunya.

Perhatiannya terpusat pada kelahiran bayi, maka wanita

mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua.

Wanita mungkin khawatir terhadap hidupnya dan bayinya,

dia tidak akan tahu kapan dia melahirkan. Ibu mulai merasa takut

akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu

melahirkan. Rasa tidak nyaman timbul kembali karena

perubahan body image yaitu merasa dirinya aneh dan jelek. Ibu

memerlukan dukungan dari suami, keluarga, dan bidan. Wanita

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
44

juga mengalami proses berduka seperti kehilangan perhatian

dan hak istimewa yang dimiliki selama kehamilan, terpisahnya

bayi dari bagian tubuhnya, dan merasa kehilangan kandungan

dan menjadi kosong. Perasaan mudah terluka juga terjadi karena

merasa canggung, jelek, tidak rapi, dia membutuhkan perhatian

yang lebih besar dari pasangannya.

9. Pemeriksaan Leopold

Pada saat melakukan pemeriksaan ANC, pada ibu hamil

trimester II perlu dilakukan pemeriksaan leopold. Menurut Manuaba

tahapan pemeriksaan Leopold sebagai berikut:

1) Leopold I, dilakukan dengan cara sebagai berikut

a) Kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menetukan

tinggi fundus uteri, sehingga perkiraan usia kehamilan dapat

dapat disesuaikan dengan tanggal haid terakhir.

b) Bagian apa yang terletak di fundus uteri. Pada letak membujur

sungsang, kepala bulat keras dan melintang pada goyangan;

pada letak kepala akan teraba bokong pada fundus: tidak

keras tak melenting, dan tidak bulat; pada letak lintang, fundus

uteri tidak diisi oleh bagian-bagian janin.

2) Leopold II, dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Kemudian kedua tangan diturunkan menelusuri tepi uterus

untuk menentukan bagian apa yang terletak disamping.

b) Letak membujur dapat ditetapkan punggung anak, yang

teraba rata dengan tulang iga seperti papan cuci.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
45

c) Pada letak lintang dapat ditetapkan dimana letak kepala janin.

3) Leopold III, dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Menetapkan bagian apa yang terdapat diatas simfisis pubis.

b) Kepala akan teraba bulat dan keras sedangkan bokong teraba

tidak keras dan tidak bulat. Pada letak lintang simfisis pubis

akan kosong.

4) Leopold IV, dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Pada pemeriksaan Leopold IV, pemeriksa menghadap kea

rah kaki ibu untuk menetapkan bagian terendah janin yang

masuk ke pintu atas panggul.

b) Bila bagian terendah masuk PAP telah melampaui lingkaran

terbesarnya, maka tangan yang melakukan pemeriksaan

divergen, sedangkan bila lingkaran terbesarnya belum masuk

PAP maka tangan pemeriksa konvergen (Manuaba, 2013:

117).

10. Pengawasan Antenatal

Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan

ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara

dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-

langkah dalam pertolongan persalinannya. Ibu hamil dianjurkan untuk

melakukan pengawasan antenatal sebanyak 4 kali, yaitu pada setiap

trimester, sedangkan trimester terakhir sebanyak dua kali (Manuaba,

2013: 109).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
46

Menurut (Manuaba, 2013: 110) WHO Expert Commite on the

Midwife in Maternity Care mengemukakan tujuan maternity care

(pelayanan kebidanan) yaitu:

a. Pengawasan serta penanganan wanita hamil dan saat persalinan.

b. Perawatan dan pemeriksaan wanita sesudah persalinan.

c. Perawatan neonatus bayi.

d. Pemeliharaan dan pemberian laktasi.

(Manuaba, 2013: 111) mengemukakan, dengan memerhatikan

batasan dan tujuan pengawasan antenatal, maka jadwal pemeriksaan

adalah sebagai berikut:

a. Pemeriksaan pertama : pemeriksaan pertama dilakukan segera

setelah diketahui terlambat haid

b. Pemeriksaa ulang :

1) Setiap bulan sampai usia kehamilan 6 sampai 7 bulan.

2) Setiap 2 minggu sampai usia kehamilan 8 bulan.

3) Setiap minggu sejak usia kehamilan 8 bulan sampai terjadi

persalinan

c. Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan tertentu

Menurut (Manuaba, 2013: 114) jadwal pemeriksaan

antenatal care:

Trimester I dan II

a. Setiap bulan sekali.

b. Diambil data tentang laboratorium.

c. Pemeriksaan ultrasonograf.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
47

d. Nasehat tentang diet empat sehat lima sempurna, tambahan

protein 0,5g/kg BB (satu telur/hari).

e. Observasi adanya penyakit yang dapat memengaruhi

kehamilan, komplikasi kehamilan.

f. Rencana untuk pengobatan penyakitnya, menghindari

terjadinya komplikasi kehamilan, dan imunisasi tetanus 1.

Trimester III

a. Setiap dua minggu sekali sampai ada tanda kelahiran.

b. Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan.

c. Diet empat sehat lima sempurna.

d. Pemeriksaan ultrasonografi.

e. Imunisasi tetanus II.

f. Observasi adanya penyakit yang menyertai kehamilan,

komplikasi hamil trimester ketiga.

g. Rencana pengobatan.

h. Nasihat tentang tanda inpartu, kemana harus datang untuk

melahirkan.

B. PERSALINAN

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin

dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar

kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan

atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2013: 164).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
48

Persalinan atau kelahiran normal adalah proses pengeluaran

janin yang terjadi karena cukup bulan (36-42 minggu) dan bersifat

spontan kurang dari 18 jam tanpa ada faktor penyulit dan komplikasi

baik bagi ibu maupun janin (Yongki, Judha, Rodiyah, Sudarti, 2012:

47).

Menurut (Johariyah dan Ningrum, 2012: 1) persalinan adalah

proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus

ibu. Persalinan diebut normal apabila prosesnya terjadi pada usia

cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai danya penyulit atau

tanpa bantuan (kekuatan sendiri)

Dapat disimpulkan bahwa persalinan adalah pengeluaran hasil

konsepsi yang telah cukup bulan melalui jalan lahir dengan bantuan

maupun tanpa bantuan (persalinan spontan).

Bentuk persalinan berdasarkan definisi menurut (Manuaba,

2013: 164) dan (Johariyah dan Ningrum, 2012: 1) adalah sebagai

berikut:

a. Persalinan spontan. Bila persalinan seluruhnya berlangsung

dengan kekuatan ibu sendiri.

b. Persalinan buatan. Bila proses perssalinan dengan bantuan

tenaga dari luar.

c. Persalinan anjuran (partus presipitatus).bila kekuatan yang

diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan

rangsangan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
49

Beberapa istilah yang berkaitan dengan usia kehamilan dan

berat janin yang dilahirkan menurut (Manuaba, 2013: 166) dan

(Johariyah dan Ningrum, 2012: 1) adalah sebagai berikut:

a. Abortus, terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum

mampu hidup di luar kandungan; usia kehamilan 28 minggu;

berat janin kurang dari 1000 g.

b. Persalinan prematuritas. Persalinan sebelum usia kehamilan 28

sampai 36 minggu; berat janin kurang dari 2499 g.

c. Persalinan aterm. Persalinan antara usia kehamilan 37 dan 42

minggu; berat janin diatas 2500 g.

d. Persalinan serotinus. Persalinan melampaui usia kehamilan 42

minggu. Pada janin terdapaat tanda postmaturitas.

e. Persalinan presipitatus. Persalinan berlangsung cepat kurang

dari 3 jam.

2. Proses Terjadi Persalinan

Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,

sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai

terjadinya kekuatan His (Manuaba, 2013: 166).

Perlu diketahui bahwa ada dua hormon yang dominan saat

hamil menurut Manuaba dan Johariyah & Ningrum, yaitu:

a. Estrogen yang meningkatkan sensitivitas otot rahim,

memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti

rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan

mekanis.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
50

b. Progesteron yang menurunkan sensitivitas otot rahim,

menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti

rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan

mekanis, dan menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi

(Johariyah dan Ningrum, 2012: 2).

Oksitosin diduga bekerja bersama prostaglandin yang makin

meningkat mulai dari usia kehamilan minggu ke-15. Di samping itu,

faktor gizi ibu hamil dan keregangan otot rahim. Berdasarkan uraian

terseut dapat dikemukakan beberapa teori yang menyatakan

kemungkinan proses persalinan (Manuaba, 2013: 167).

3. Mekanisme Persalinan

Menurut (Varney, 2008: 754) mekanisme persalinan adalah:

a. Enggagement: terjadi ketika diameter biparental kepala janin telah

melalui pintu atas panggul.

b. Penurunan: terjadi selama persalinan. Penurunan merupakan hasil

dari sejumlah kekuatan yang meliputi kontraksi dan pada kala dua,

dorongan yang dilakukan ibu disebabkan karena kontraksi otot –

otot abdomennya

c. Fleksi: melalui mekanisme ini, diameter suboksipitobregmatik yang

lebih kecil digantikana dengan diameter kepala janin yang lebih

besar. Fleksi terjadi ketika kepala janin bertemu dengan tekanan,

tahapan ini meningkat ketika terjadi penurunan dan yang kali

pertama ditemui adalah dari serviks, lalu dari sisi–sisi dinding

pelvis, hingga akhirnya dari dasar pelvis.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
51

d. Rotasi internal: mekanisme ini menyebabkan diametir

anteroposterior kepala janin menjadi sejajar dengan diametir

anteroposterior pelvis ibu. Oksiput berotasi kebagian anterior

pelvis ibu, dibawah simfisis pubis.

e. Pelahiran kepala: berlangsung melalui ekstensi kepalan untuk

mengeluarkan oksiput-anterior-ektensi harus terjadi ketika oksiput

berada dibagian anterior karena kekuatan tahanan pada dasar

pelvis yang membentuk sumbu carus yang mengarahkan kepala

menuju pintu bawah vulva dengan demikian, kepala dilahirkan

dengan ekstensi meliputi oksiput, sutura sagital,fontanela anterior,

alis, orbit, hidung, mulut, dan dagu secara berurutan muncul dari

perinium.

f. Rotasi eksternal: terjadi pada saat bahu berotasi 45 derajat

menyebabkan diameter bisakromial sejajar dengan diameter

anteroposterior pada pintu bawah panggul.

g. Pelahiran bahu: bahu anterior terlihat pada orifisum vulvovagina

yang menyentuh dibawah simfisis pubis, bahu posterior kemudian

menggembungkan perinium dan lahir dengan fleksi lateral. Setelah

bahu lahir, bagian badan yang tersisa mengikuti sumbu carus dan

segera lahir. Sumbu carus adalah ujung keluar paling bawah pada

lengkung pelvis.

4. Faktor-faktor dalam Persalinan

a. Penumpang (passanger).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
52

Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta.

Hal-hal yang harus diperhatikan mengenai janin adalah ukuran

kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin; sedangkan

yang perlu diperhatikan pada plasenta adalah letak, besar, dan

luasnya.

b. Jalan lahir (passage).

Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan

lahir lunak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir keras

adalah ukuran dan bentuk tulang pangggul; sedangkan yang

perlu diperhatikan pada jalan lahir lunak adalah segmen bawah

uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina

dan introitus vagina.

c. Kekuatan (power).

Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua, yaitu:

1) Kekuatan primer (kontraksi involuter)

2) kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal

dan hihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk gelombang.

3) Kekuatan sekunder (kontraksi volunter)

4) Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks,

tetapi setelah dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup

penting dalam usaha untuk mendorong keluar dari uterus

dan vagina (Sondakh, 2013 hal 4).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
53

d. Posisi ibu (positioning).

Perubahan posisi yang diberikan pada ibu bertujuan untuk

menghilangkan rasa letih, memberi rasa nyaman, dan

memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak (contoh: posisi berdiri,

berjalan, duduk, dan jongkok) memberi sejumlah keuntungan,

salah satunya adalah memungkinkan gaya gravitasi membantu

penurunan janin (Sondakh, 2013. Hal: 5).

e. Respons psikologis (psychology response).

Respon psikologi ibu dapat dipengaruhi oleh:

1) Dukungan ayah bayi/pasangan selama proses persalinan.

2) Dukungan kakek-nenek (saudara dekat) selama persalinan.

3) Saudara kandung bayi selama persalinan.

5. Tanda Persalinan

Menurut Manuaba tanda-tanda persalinan dijabarkan sebagai

berikut:

a. Kekuatan His, makin sering terjadi dan teratur dengan jarak

kontraksi yang semakin pendek.

b. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lender,

lender bercampur darah).

c. Dapat disertai ketuban pecah.

d. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks

(perlunakan serviks, pendataran serviks, terjadi pembukaan

serviks).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
54

e. Kekuatan yang Mendorong Janin dalam Persalinan (Manuaba,

2013: 169).

6. Tanda-tanda Vital saat Persalinan

Selama kontraksi persalinan tekanan darah meningkat sistolik

15 mmHg dan diastolik 5-10 mmHg, peningkatan tersebut

dikarenakan rasa cemas, takut dalam menghadapi persalinan.

Peningkatan suhu dianggap normal tidak lebih 0,5 sampai 1°C yang

disebabkan peningkatan metabolisme. Saat menjelang persalinan

pernapasan akan sedikit terjadi peningkatan dikarenakan adanya

peningkatan metabolisme. Frekuensi denyut nadi akan mengalami

sedikit kenaikan saat ada kontraksi, dan akan kembali rendah saat

penurunan HIS (Varney, 2008: 686-687).

7. Gambaran Perjalanan Persalinan secara Klinis

a. Tanda persalinan sudah dekat

Terjadi lightening. Menjelang minggu ke-36, pada

primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena bayi sudah

masuk pintu atas panggul yang disebabkan oleh kontraksi

Braxton Hicks, ketegangan dinding perut, ketegangan

ligamentum rotundum, gaya berat janin dimana kepala ke arah

bawah (Manuaba, 2013: 172).

Terjadi His Permulaan. Kontraksi Braxton Hicks terjadi

karena perubahan keseimbangan estrogen, progesteron, dan

memberikan kesempatan rangsangan oksitosin. Dengan makin

tua usia kehamilan, pengeluaran estrogen dan progesteron

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
55

makin berkurang, sehingga oksitosin dapat menimbulkan

kontraksi yang lebih sering, sebagai His palsu. Saat His

permulaan (palsu) adalah rasa nyeri ringan dibagian bawah,

datangnya tidak teratur, tidak ada perubahan pada serviks atau

pembawa tanda, durasinya pendek, dan tidak bertambah bila

beraktivitas (Manuaba, 2013: 172).

b. Tanda persalinan

Terjadinya His persalinan. His persalinan mempunyai ciri

khas pinggang terasa nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya

teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar,

mempunyai pegaruh terhadap perubahan serviks, makin

beraktivitas (jalan) kekuatan makin bertambah (Manuaba,

2013).

Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Dengan

His persalinan terjadi perubahan pada serviks yang

menimbulkan pendataran dan pembukaan. Pembukaan

menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis

lepas. Terjadi perdarahan karena apiler pembuluh darah pecah

(Manuaba, 2013 173).

c. Tahap persalinan

Kala I. Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung

antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada

permulaan His, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat

sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
56

untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan untuk

multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva Friedman,

diperhitungkan pembukaan primigravida 1cm/jam dan

pembukaan multigravida 2cm/jam (Manuaba, 2013: 173).

Menurut (Johariyah dan Ningrum, 2012: 4) kala I dibagi

menjadi dua fase, yaitu:

1) Fase laten, ciri-ciri fase laten: dimulai sejak awal kontraksi

yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks

secara bertahap, berlangsung hingga serviks membuka

kurang dari 4 cm, pada umumnya, fase laten berlangsung

hampir atau hingga 8 jam, kontraksi mulai teratur tetapi

lamanya masih antara 20-30 detik.

2) Fase aktif, ciri-ciri fase aktif: frekuensi dan lama kontraksi

uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi

dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih

dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik

atau lebih), dari pembukaan 4 cm sampai dengan 10 cm,

akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm/jam

(nullipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2

cm pada multipara, terjadi penurunan bagian terbawah

janin. Fase aktif dibagi kedalam 3 fase, yaitu:

a) Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm

menjadi 4 cm.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
57

b) Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam

pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm

menjadi 9 cm.

c) Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat. Dalam

waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.

Menurut Maryunani (2016: 275) persiapan asuhan

persalinan pada kala 1 yaitu : menyiapkan kelahiran (ruangan

dan perlengkapan persalinan), menyiapkan perlengkapan,

bahan-bahan dan obat-obatan yang dibutuhkan, memberikan

asuhan sayang ibu kala 1 persalinan, kaji prinsip-prinsip umum

asuhan sayang ibu, mengatur posisi, pencatatan pada partograf

(DJJ, HIS, nadi setiap ½ jam, pembukaan, penurunan bagian

terbawah janin, TD, dan suhu setiap 4 jam, pengosongan urin

setiap 2-4 jam (APN, 2008: 58)).

Kala II dimulai dengan pembukaan lengkap (10 cm)

sampai janin lahir. Lama kala II 1-2 jam (Yongky, Judha,

Rodiyah, Sudarti, 2012: 48).

Kala II atau kala pengusiran. Menurut (Yongky, Judha,

Rodiyah, Sudarti, 2012: 48) gejala utama kala II (pengusiran)

adalah:

a. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit,

dengan durasi 50 sampai 100 detik.

b. Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
58

c. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti

keinginan mengejan, karena tertekannya pleksus

Frankenhauser.

d. Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan

multigravida 30 menit.

Kala III dimulai dari setelah janin lahir sampai

pengeluaran plasenta, lamanya proses ini harus kurang dari 30

menit, menurut (Yongky, Judha, Rodiyah, Sudarti, 2012: 48).

Kala III (pelepasan uri). Setelah kala II, kontraksi uterus

berheni sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan lahrnya bayi, mulai

berlangsung pelepasan plasenta pada lapisan Nitabusch,

karena sifat retraksi otot rahim dan terasa mules. Lepasnya

plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memerhatikan

tanda-tanda: uterus menjadi bundar, uterus terdorong kearah

atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim, tali

pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan. Melahirkan

plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara Crede pada

fundus uteri (Manuaba, 2013, 174). Uterus setelah kelahiran

plasenta dapat ditemukan di tengah-tengah abdomen kurang

lebih dua pertiga sampai tiga perempat antara simfisis pubis

dan umbilikus atau 2–3 jari dibawah pusat. Uterus yang

berkontraksi normal harus keras ketika disentuh (Varney, 2008:

835–836).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
59

Kala IV (obserasi). Kala IV dimaksudkan untuk melakukan

observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi

pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan meliputi tingkat

kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan

darah, nadi dan pernapasan, kontraksi uterus, terjadinya

perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya

tidak melebihi 400 sampai 500 cc (Manuaba, 2013: 174).

d. Langkah-langkah persalinan normal

Menurut (APN, 2008: 18) langkah-langkah persalinan

normal ada 58 langkah, sebagai berikut:

1) Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda kala

dua, seperti sebagai berikut: adanya keinginan untuk

meneran, tekanan pada rektum dan vagina, perineum

menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani membuka.

2) Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-

obatan esensial untuk menolong persalinan dan

menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk

sfiksia: tempat datar dank keras, 2 kain dan 1 handuk

bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm

dari tubuh bayi.

a) menggelar kain diatas perut ibu, tempat resusitasi

dan ganjal bahu bayi.

b) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril

sekali pakai di dalam partus set.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
60

3) Memakai celemek plastik.

4) Melepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai,

cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir

kemudian keringkan tangan dengan tisu atau handuk

pribadi yang bersih dan kering.

5) Memakai sarung tangan DTT untuk melakukan periksa

dalam.

6) Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik memakai

sarung tangan DTT dan steril.

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan

hai-hati dari depan ke belakang, dengan menggunakan

kapas atau kasa yang sudah dibasahi air DTT.

a) Jika introitus vagina, perineum atau anus

terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama.

Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi.

b) Membuang kapas atau kasa pembersih

(terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.

c) Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi

(dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan

klorin 0,5%)

8) Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan

lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah dan

pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
61

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara

mencelupkan tangan ke dalam larutan klorin 0,5%

kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua

tangan setelah sarung tangan dilepaskan.

10) Memeriksa denyut jantung janin untuk memastikan DJJ

setelah kontrasksi dalam batas normal (120-160 x/menit).

a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam,

DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan

lainnya pada partograf

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik. Membantu ibu memposisikan diri dengan

nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

a) Menunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan

pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin

(ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan

dokumentasikan semua temuan yang ada.

b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana

peran mereka untuk mendukung dan memberi

semangat pada ibu untuk meneran secara benar

12) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran.

(bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
62

kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain

yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).

13) Melaksanakan bimbingan meneran saat ibu merasa ada

dorongan kuat untuk meneran:

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai

keinginan untuk meneran.

b) Medkung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk

meneran.

c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman.

d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.

e) Mengajurkan keluarga untuk mendukung dan memberi

semangat pada ibu.

f) Menganjurkan makan minum.

g) Menilai DJJ tiap kontraksi uterus selesai.

h) Segera merujuk jika bayi belum atau tidak akan segera

lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida)

atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida).

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau

mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada

dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di

perut ibu, jika kepala bayi telah membka vulva dengan

diameter 5-6 cm.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
63

16) Meletakkan kain bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong

ibu.

17) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali

kelengkapan alat dan bahan.

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19) Setelah tampak kepala bayi membuka vulva dengan

diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan

yang dilapisi kain bersih dan kering. Tangan yang lain

menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan

membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran

perlahan sambil bernapas cepat dan dangkal.

20) Memeriksa kemungkinan lilitan tali pusat dan mengambil

tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan meneruskan

segera proses kelahiran bayi.

a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan

lewat bagian atas kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat

di dua tempat dan potong diantara dua klem tersebut.

21) Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar,

menempatkan kedua tangan di masng-masing sisi muka

bayi menganjurkan ibu untuk meneran saat ada kontraksi.

Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
64

hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan

kemudian dengan lembut gerakkan kearah atas dan kearah

luar untuk melahirkan bahu belakang.

23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menggeserkan tangan

kearah perineum ibu untuk menyangga kepala bayi.

Lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tagan atas

untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah

atas.

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusuri tangan atas

berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang

kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan

pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-

jari lainnya).

25) Melakukan penilaian selintas. Bila bayi mengalami asfiksia

lakukan resusitasi.

26) Mengeringkan dan memposisikan tubuh bayi diatas perut

ibu.

a) Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan

bagian tubuh lainnya (tanpa membersihkan verniks)

kecuali bagian tangan.

b) Mengganti handuk basah dengan handuk yang kering.

c) Memastikan bayi dalam kondisi mantap diatas perut

ibu.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
65

27) Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada

bayi lain dalam uterus (hamil tunggal).

28) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan menyuntikkan

oksitosin (agar uterus berkontraksi baik).

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, menyuntikkan

oksitosin 10 unit (IM) di 1/3 paha atas bagian distal lateral

(lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).

30) Dengan menggunakan klem, menjepit tali pusat (2 menit

setelah bayi lahir) pada sekitar 3 cm dari pusar bayi. Dari

sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat kearah distal

(ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari

klem pertama.

31) Memotong dan mengikatkan tali pusat.

a) Dengan satu tangan, mengangkat tali pusat yang telah

dijepit kemudian lakukan pengguntingan, tali pusat

(lindungi perut bayi) diantara 2 klem tersebut.

b) Mengikat tali pusat dengan benang DTT/ steril pada

satu sisi kemudian lingkarkan kembali 1 benang ke sisi

berlawanan dan lalkukan ikatan kedua menggunakan

simpul kunci.

c) Melepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang

telah disediakan.

32) Mempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit

bayi. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
66

Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik

di dinding dada perut ibu. Usahakan kepala bayi berada

diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari

putting susu ibu.

33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang

topi di kepala bayi.

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10

cm dari vulva.

35) Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi

atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan

tali pusat.

36) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah

bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah

belakang-atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk

mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah

30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu

hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur

diatas. Jika uterus tidak berkontraksi, minta ibu, suami atau

anggota keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu.

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga

plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong

menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian

kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan

tekanan dorsokranial)

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
67

a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem

hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan

plasenta.

b) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit

menegangkan tali pusat, penanganannya sebagai

berikut : beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM,

lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih

penuh, minta keluarga untuk menyiapkan rujukan,

ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya,

segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit

setelah bayi lahir, bila terjadi perdarahan, lakukan

plasenta manual.

38) Saat plasenta muncul di introitus vagina, melahirkan

plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta

hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan

tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.

Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau

steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian

gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk

mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,

melakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di

fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar

dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus terasa

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
68

lembek). Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus

tidaak berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan

taktil/masase.

40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu mupun bayi

dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan

plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat yang sudah

disediakan.

41) Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan

perineum. Lakukan penjahitan bila leserasi menyebabkan

perdarahan.

42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak

terjadi perdarahan pervaginam.

43) Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit bayi-ibu (di

dada ibu paling sedikit 1 jam).

a) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi

menyusui dini dalam waktu 30-60 menit. Bayi cukup

menyusui dari 1 payudara

b) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam

walaupun bayi sudah berhasil menyusu

44) Melakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata

antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1mg IM di paha kiri

anterolateral setelah jam kontak kulit ibu-bayi.

45) Memberikan suntikan imunisaasi Hepatitis B (setelah 1 jam

pemberian vitamin K1) di paha kanan anterolateral.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
69

a) Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewktu-

waktu bisa disusukan

b) Letakkan kembali bayi pada dada bu bila bayi belum

berhasil menyusu di dalam 1 jam pertama dan biarkan

sampai bayi berhasil menyusu

46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah

perdarahan pervaginam.

a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan

b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan

c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascpersalinan

d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan

asuhan yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia

uteri

47) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus

dan menilai kontraksi.

48) Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

49) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15

menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap

30 menit selama jam kedua pascapersalinan.

a) Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam

selama 2 jam pertama pascapersalinan.

b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang

tidak normal.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
70

50) Memeriksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa

bayi bernapas denga baik (40-60 kali/menit) serta suhu

tubuh normal (36,5-37,5).

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan

klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas

peralatan setelah didekontaminasi.

52) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat

sampah yang sesuai.

53) Membersihkan badan ibu menggunakan air DTT.

Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu

memakai pakaian yang bersih dan kering.

54) Memastikan ibu merasa nyaman. Bantu memberikan ASI.

Anjurkan keluarga untuk memberi makan dan minum.

55) Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin

0,5%.

56) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin

0,5%, balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

57) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih

mengalir kemudian keringkan dengan tisu atau handuk

yang bersih.

58) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang),

periksa tanda vital dan asuhan kala IV.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
71

8. Komplikasi Dalam Persalinan

a. Komplikasi pada kala satu dan kala dua dalam persalinan.

Menurut Varney adalah sebagai berikut :

1) Riwayat seksio sesaria sebelumnya

2) Persalinan atau kelahiran prematur

Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai

pada awal usia kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu

ke 37. Penatalaksanaan pada persalinan prematur

didasarkan pada pertama kali dengan mengidentifikasi

wanita yang beresiko mengalami ini.

3) Ketuban pecah dini

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput

ketuban sebelum persalinan atau sebelum adanya tanda–

tanda inpartu.

4) Amnionitis dan karioamnionitis

Amnionitis adalah inflamasi kantong dan cairan

amnion. Korioamnionitis adalah inflamasi korion selain

infeksi cairan amnion dan kantong amnion.

Penatalaksanananya amnionitis antara lain: fasilitas

kesehatan, induksi oksitosin atau augmentasi untuk

memperpendek fase laten dalam persalinan, hidrasi dengan

cairan intravena, pemantauan tanda–tanda vital setiap jam,

pelaporan ke dokter pediatrik.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
72

5) Prolapstali pusat

Tindakan berikut dilakukan jika terjadi prolaps tali

pusat adalah:

a) Tempatkan seluruh tangan anda kedalam vagina wanita

dan pegang bagian presentasi janin keatas sehingga

tidak menyentuh tali pusat dipintu atas panggul.

b) Jangan mencoba mengubah letak tali pusat pada

kondisi apapun.

c) Segera panggil bantuan dan panggil dokter atau segera

rujuk ke fasilitas yang memadai.

6) Disporposi sefalopelvik

Adalah disporposi antara ukuran janin dan ukuran

pelvis, yaitu ukuran pelvis tidak cukup besar untuk

mengakomondasikan keluarnya janin. Indikasi kemungkinan

disporposi sefalopelvik: ukuran janin besar, tipe dan

karakteristik khususnya tubuh wanita secara umum, riwayat

fraktur pelvis, pelvia platiperoid, mal presentasi atau

malposisi.

7) Disfungsi uterus

a) Disfungsi uterus hipotonik.

Tanda dan gejala difungsi uterus hipotonis

menurut adalah sebagai berikut: kontraksi saat ini tidak

nyeri sekali dan kemajuan persalinan berhenti,

komplikasi uterus tidak adekuat, durasi singkat dan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
73

intensitas ringan, tidak ada kemajuan dilatasi servik atau

penurunan janin.

b) Disfungsi uterus hipertonik.

Tanda dan gejala disfungsi uterus hipertonik

adalah sebagai berikut: kontraksi terasa sangat nyeri

selama priode persalinan dan keparahan kontraksi saat

palpasi, kontraksi sering dan tonisisitas tidak teratur,

tidak ada kemajuan pendapatan dan dilatasi servik

(Varney, 2008: 779).

8) Kala 1 lama

Menurut Prawirohardjo (2010, 569-573) membagi kelainan

pada kala 1 lama sebagai berikut :

a) Fase laten memanjang

Friedman mengembangkan konsep tiga tahap

fungsional pada persalinan untuk menjelaskaan tujuan-

tujuan fisiologis persalinan. Tahap persalinan ini

mungkin peka terhadap sedasi dan anesthesia regional.

Friedman dan Sachtleben mendefinisikan fase laten

berkepanjangan apabila lama fase ini lebih dari 20 jam

pada nulipara dan 14 jam pada multipara. Faktor-faktor

yang mempengaruhi durasi fase laten antara lain adalah

anesthesia regional atau sedasi yang berlebihan,

keadaan serviks yang buruk (missal tebal, tidak

mengalami pendataran, atau tidak membuka), dan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
74

persalinan palsu. Friedman mengklaim bahwa istirahat

atau stimulasi oksitosin sama efektif dan amannya

dalam memperbaiki fase laten yang berkepanjangan.

Istirahat lebih disarankan karena persalinan palsu sering

tidak disadari. Amniotomi tidak dianjurkan karena

adanya insiden persalinan palsu.

b) Fase aktif memanjang

Menurut Friedman rerata durasi persalinan fase aktif

pada nulipara adalah 4,9 jam. Deviasi standar 3,4 jam

cukup lebar. Dengan demikian, fase aktif dilaporkan

memiliki maksimum statistic sebesar 11,7 jam. Friedman

membagi lagi masalah fase aktif menjadi gangguan

protaction (berkepanjangan/berlarut-larut) dan arrest

(macet, tak maju). Protaksi yaitu kecepatan pembukaan

atau penurunan yang lambat, untuk nulipara adalah

kecepatan pembukaan <1,2 cm/jam atau penurunan <1

cm/jam. Untuk multipara protaksi yaitu kecepatan

pembukaan <1,5 cm/jam atau penurunan <2 cm/jam. Ia

mendefinisikan sebagai berhentinya secara total

pembukaan atau penurunan. Kemacetan pembukaan

(arrest of dilatation) yaitu tidak adanya perubahan

serviks dalam 2 jam, dan kemacetan penurunan (arrest

of descent) sebagai tidak adanya penurunan janin

dalam 1 jam. Pada persalinan yang berkepanjangan dan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
75

macet, Friedman menganjurkan pemeriksaan fetopelvik

untuk mendiagnosis disproporsi sefalopelvik. Terapi

yang dianjurkan untuk persalinan yang berkepanjangan

adalah menunggu, sedangkan oksitosin dianjurkan

untuk persalinan yang macet tanpa disproporsi

sefalopelvik.

b. Komplikasi pada kala tiga persalinan

Menurut Varney pada kala tiga persalinan terjadi

komplikasi yaitu:

1) Plasenta tertinggal

Plasenta tertinggal adalah plasenta yang belum

terlepas dan mengakibatkan perdarahan tidak terlihat.

Manajemen untuk kasus ini adalah dengan menual plasenta.

2) Perdarahan kala tiga

3) Retensio plasenta

Adalah plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit

setelah bayi lahir. Manajemen untuk kasusu ini adalah

dengan manual plasenta dan segera merujuk ibu ke fasilitas

kesehatan yang memadai.

4) Inversio uterus

Adalah keadaan uterus benar – benar membaik dari

bagian dalam keluar sehingga bagian dalam fundus

menonjol keluar melalui orifisum servik, turun dan masuk

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
76

kedalam introitus vagina, dan menonjol keluar melewati

vulva (Varney, 2008: 831).

c. Komplikasi pada kala empat persalinan

Perdarahan adalah kehilangan darah secara abnormal.

Rata–rata kehilangan darah selama pelahiran pervagina tanpa

komplikasi adalah lebih dari 500 ml. Faktor predisposisi menurut

(Varney, 2008: 841): distensi berlebihan pada uterus, induksi

oksitosin atau augmentasi, persalinan cepat atau presipitatus,

kala satu atau kala dua yang memanjang, grande multipara, dan

riwayat antonia uteri.

C. BAYI BARU LAHIR

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Menurut (Sondakh, 2013: 150) bayi baru lahir normal adalah

bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir

antara 2500-4000 gram.

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan

individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma

kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari

kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine (Dewi, 2010: 1).

2. Kriteria Bayi Baru Lahir

Sondakh mengemukakan, bayi baru lahir dikatakan normal jika

termasuk dalam kriteria sebagai berikut:

a. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram.

b. Panjang badan bayi 48-50 cm.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
77

c. Lingkar dada bayi 32-34 cm.

d. Lingkar kepala bayi 33-35 cm.

e. Bunyi jantung dalam menit pertama ±180 kali/menit, kemudian

turun sampai 140-120 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit.

f. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80

kali/menit disertai pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal

dan intercostal, serta rintihan hanya berlaangsung 10-15 menit.

g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup

terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.

h. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik.

i. Kuku telah agak panjang dan lemas.

j. Genetalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia

mayora telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan).

k. Refleks isap, menelan, dan moro telah terbentuk.

l. Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam

pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan

lengket (Sondakh, 2013: 150).

3. Adaptasi Fisiologis BBL terhadap Kehidupan diluar Uterus

Menurut (Sondakh, 2013: 150) adaptasi fisiologis pada bayi

baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus antara lain:

a. Adaptasi Pernapasan

1) Pernapasan awal dipicu oleh faktor fisik, sensorik, dan kimia.

2) Frekuensi pernafasan bayi baru lahir berkisar 30–60

kali/menit.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
78

3) Sekresi lendir mulut dapat menyebabkan bayi batuk dan

muntah, terutama selama 12–18 jam pertama.

4) Bayi baru lahir lazimnya bernafas melalui hidung.

b. Adaptasi Kardiovaskular

1) Berbagai perubahan anatomi berlangsung setelah lahir.

2) Sirkulasi perifer lambat, yaitu menyebabkan akrosianosis (pada

tangan, kaki, dan sekitar mulut).

3) Denyut nadi berkisar 120–160 kali/menit saat bangun dan 100

kali/ menit saat tidur.

4) Rata–rata tekanan darah adalah 80/46 mmHg dan bervariasi

sesuai dengan ukuran dan tingkat aktivitas bayi.

c. Adaptasi Neurologis

1) Sistem neurologis bayi secara anatomic atau fisiologi belum

berkembang sempurna.

2) Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak

terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, control otot yang

buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas.

3) Perkembangan neonatus terjadi cepat.

4) Refleks bayi baru lahir merupakan indikator penting

perkembangan normal.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
79

Tabel 2.3 Refleks Pada bayi Baru Lahir

Refleks Respon normal Respon abnormal

Rooting dan Bayi baru lahir menolehkan Respon yang lemah atau tidak
menghisap kepala ke arah stimulus, ada respons yang terjadi pada
membuka mulut, dan mulai prematuritas, penurunan, atau
menghisap bila pipi, bibir, atau cedera neurologis, atau depresi
sudut mulut bayi disentuh sistem saraf pusat (SSP).
dengan jari atau puting.
Menelan Bayi baru lahir menelan Muntah, batuk, atau regurgitasi
berkoordinasi dengan cairan dapat terjadi
menghisap bila cairan ditaruh kemungkinan berhubungan
di belakang lidah. dengan sianosis sekunder
karena prematuritas, defisit
neurologis, atau cedera
terutama terlihat setelah
laringoskopi.
Ekstrusi Bayi baru lahir menjulurkan Ekstrusi lidah secara kontinue
lidah keluar bila ujung lidah atau menjulurkan lidah yang
disentuh dengan jari atau berulang-ulang terjadi pada
puting. kelainan SSP dan kejang.
Moro Ekstensi simetris bilateral dan Respons asimetris terlihat pada
abduksi seluruh ekstremitas, cedera saraf perifer (pleksus
dengan ibu jari dan jari brakialis) atau fraktur klavikula
telunjuk membentuk huruf c atau fraktur tulang panjang
diikuti dengan abduksi lengan atau kaki.
ekstremitas dan kembali ke
fleksi relaks jika posisi bayi
berubah tiba-tiba atau jika bayi
diletakan terlentang pada
permukaan yang datar.
Melangkah Bayi akan melangkah dengan Respons asimetris terlihat pada
satu kaki dan kemudian kaki cedera saraf SSP atau perifer
lainnya dengan gerakan atau fraktur tulang panjang kaki.
berjalan bila satu kaki disentuh
pada permukan rata.
Merangkak Bayi akan berusaha untuk Respon asimetris terlihat pada
merangkak ke depan dengan cedera saraf SSP dan
kedua tangan dan kaki bila gangguan neurologsi.
diletakan telungkup pada
permukaan datar.
Tonik leher atau Ekstremitas pada satu sisi Respons persisten setelah bulan
fencing. dimana saat kepala ditolehkan keempat dapat menandakan
akan ekstensi, dan ekstremitas cedera neurologis, respons
yang berlawanan akan fleksi menetap tampak pada cedera
bila kepala bayi di tolehkan ke SSP dan gangguan neurologis.
satu sisi di selagi istirahat.
Terkejut Bayi melakukan abduksi dan Tidak adanya respon dapat
fleksi seluruh ekstremitas dan menandakan defisit neurologis
dapat mulai menangis bila atau cidera. Tidak adanya
mendapat gerakan mendadak respons secara lengkap dan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
80

atau suara keras. konsisten terhadap bunyi keras


dapat menandakan ketulian.
Respons dapat menjadi tidak
ada atau berkurang selama tidur
malam.
Ekstensi silang Kaki bayi yang berlawanan Respons yang lemah atau tidak
akan fleksi dan kemudian ada respons yang terlihat pada
ekstensi dengan cepat seolah- cidera saat perifer atau fraktur
olah berusaha untuk tulang panjang
memindahkan stimulus ke kaki
yang lain bila diletakan
terlentang : bayi akan
mengekstensikan satu kaki
sebagai respons terhadap
stimulus pada telapak kaki.
Glabellar “blink” Bayi akan berkedip bila Terus berkedip dan gagal untuk
dilakukan 4 atu 5 ketuk berkedip menandakan
pertama pada batang hidung kemungkinan gangguan
saat mata terbuka. neurologis.
Palmar grasp Jari bayi akan melengkuk di Respons ini berkurang pada
sekeliling benda dan prematuritas. Asimetris terjadi
menggenggamnya seketika pada kerusakan saraf perifer
bila jari diletakan di tepapak (pleksus brakialis) atau fraktur
tangan bayi. humerus. Tidak ada respons
yang terjadi pada defisit
neurologis yang berat.
Plantar grasp Jari bayi akan melengkuk Respons yang berkurang terjadi
disekeliling benda seketika bila pada prematuritas. Tidak ada
jari diletakkan di telapak kaki respons yang terjadi pada defisit
bayi. neurologis yang berat.
Tanda babinski Jari-jari bayi akan hiperektensi Tidak ada respons yang terjadi
dan terpisah seperti kipas dari pada defisit SSP.
dorsofleksi ibu jari kaki bila
satu sisi kaki digosok dari tumit
ke atas melintasi bantalan
kaki.
Sumber: Sondakh (2013)

d. Adaptasi Gastrointestinal.

1) Enzim–enzim digesti aktif saat lahir dan dapat menyongkong

kehidupan ekstrauterin pada kehamilan 36–38 minggu.

2) Perkembangan otot dan reflek yang penting untuk

menghantarkan makanan sudah terbentuk saat lahir.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
81

3) Pencernaan protein dan karbohidrat telah tercapai, pencernaan

dan absorpsi lemak kurang baik karena tidak adekuatnya

enzim-enzim penkreas dan lipase.

4) Kelenjar saliva imatur saat lahir, sedikit saliva diolah sampai

bayi berusia 3 bulan.

5) Pengeluaran mekonium, yaitu fases berwarna hitam kehijauan,

lengket dan mengandung darah samar, diekskresikan dalam 24

jam pada 90 % bayi baru lahir yang normal.

6) Beberapa bayi baru lahir menyusu segera bila diletakkan

dipayudara, sebagian lainya memerlukan 48 jam untuk

menyusui secara efektif.

7) Gerakkan tangan acak kemulut dan mengisap jari telah diamati

didalam uterus, tindakan–tindakkan ini berkembang baik pada

saat lahir dan diperkuat dengan rasa lapar.

e. Adaptasi Ginjal

1) Laju filtrasi glomerulus relative rendah pada saat lahir,

disebabkan oleh tidak adekuatnya area permukaan kapiler

glomerulus.

2) Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir

yang normal, tetapi menghambat kapasitas bayi untuk

berespns terhadap stresor.

3) Penurunan kemampuan untuk mengekskresikan obat-obatan

dan kehilangan cairan yang berlebihan mengakibatkan

asidosis dan ketidakseimbangan cairan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
82

4) Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam

pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari

pertama, stelah itu berkemih 5-20 kali dalam 24 jam.

5) Urin dapat keruh karena lendir dan garam asam urat

f. Adaptasi Hati

1) Selama kehidupan hati membantu pembentukan darah.

2) Hati memproduksi zat esensial untuk pembekuan darah.

3) Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai 5

bulan setelah lahir, setelah itu bayi rentan tekena defisiensi zat

besi.

4) Hati juga mengontrol jumlah bilirubin.

5) Bilirubin tak terkonjugasi dapat meninggalkan sistem vascular

dan menembus jaringan ekstravaskular yang mengakibatkan

ikterus.

g. Adaptasi Imun

1) Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang

dipintu masuk.

2) Imaturisas jumlah sistem perlindungan secara singnifikan

menikatkan risiko infeksi pada bayi baru lahir.

3) Infeks merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas

selama preode neonatus.

4. Perubahan Termogulasi dan Metabolik

Menurut Sondakh bayi baru lahir mengalami perubahan pada

termoregulasi dan metabolik, yaitu sebagai berikut:

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
83

a. Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat karena

lingkungan eksternal lebih dingin dari pada lingkungan pada

uterus.

b. Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit

yang besar dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi

mudah menghatarkan panas pada lingkungan.

c. Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin

terjadi melalui konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.

d. Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir dalam

hubungannya dengan asidosis metabolik dapat bersifat

mematikan, bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat (Sondakh,

2013: 152).

5. Perlindungan Termal (termoregulasi)

Menurut Sondakh untuk menjaga agar bayi tidak mengalami

termoregulasi dapat dilakukan cara berikut ini:

a. Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antar kulit

bayi dengan kulit ibu.

b. Gantilah handuk atau kain yang basah dan bungkus bayi tersebut

dengan selimut, serta jangan lupa memastikan bahwa kepala telah

terlindungi dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.

c. Mempertahankan pertubuhan terman netral (Sondakh, 2013: 157).

6. Komplikasi pada Bayi Baru Lahir

Menurut Manuaba komplikasi pada bayi baru lahir antara lain:

a. Kelainan kongenital

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
84

Kelainan kongenital merupakan kelainan pertumbuhan

struktur organ janin sejak saat pembuhan.

b. Infeksi neonatorum

Penyakit infeksi ini dapat terjadi melalui: infeksi antenatal

(terjadi sejak masih dalam kandungan), infeksi intranatal (terjadi

saat berlangsungnya persalinan) infeksi postnatal (terjadi setelah

bayi berada diluar kandungan).

c. Aspirasi pneumonia

Aspirasi pneumonia menyebabkan kematian terutama bayi

dengan berat badan lahir rendah karena reflek menelan dan batuk

yang belum sempurna.

d. Diare

Diare merupakan penyakit yang ditakuti masyarakat karena

dengan cepat dapat menimbulkan keadaan gawat dan diikuti

kematian yang tinggi. Bayi yang baru lahir sudah disiapkan untuk

dapat berlangsung minum kolostrum yang banyak mengandung

protein, kasein, kalsium, sehingga dapat beradaptasi dengan ASI.

e. Tetanus Neonaturum

Masuknya kuman tetanus klostridium tetani sebagaian besar

melalui tali pusat. Masa inkubasinya sekitar 3-10 hari. Tetanaus

neonaturum menyebabkan kerusakan pada pusat motoric,

jaringan otak, pusat pernafasan, dan jantung.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
85

f. Ikterus Neonaturum

Ikterus atau warna kuning sering dijumpai pada bayi baru

lahir dalam batas normal pada hari kedua sampai hari ketiga

dalam menghilang pada hari kesepuluh. Kernikterus adalah

akumulasi bilirubin dalam jaringan otak sehingga dapat

mengganggu fungsi otak dan menimbulkan gejala klinis sesuai

akumulasi tersebut (Manuaba, 2013: 432).

7. Penilaian APGAR

Penilaian keadaan umum bayi dimulai satu menit setelah bayi

lahir dengan menggunakan nilai APGAR. Penilaian berikutnya

dilakukan pada menit kelima dan kesepuluh. Penilaian ini perlu untuk

mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak (Sondakh,

2013: 158).

Tabel 2.4 Penilaian Keadaan Umum Bayi Berdasarkan Nilai APGAR

0 1 2

Appearance (warna Pucat Badan merah Seluruh tubuh kemerah-


kulit) Ekstremitas biru merahan
Pulse rate (frekuensi Tidak ada Kurang dari 100 Letih dari 100
nadi)
Grimace (reaksi Tidak ada Sedikit gerakan Batuk/bersin
rangsang) mimik/grimace
Activity (tonus otot) Tidak ada Ekstremitas dalam Gerakan aktif
sedikit fleksi
Respiratory Tidak ada Lemah/tidak teratur Baik/menangis
(pernafasan)

Sumber: Sondakh (2013)

Menurut Mead (1996) setiap variabel diberi nilai 0, 1, atau 2

sehingga nilai tertinggi adalah 10. Nilai 7-10 pada menit pertama

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
86

menunjukkan bahwa bayi berada dalam kondisi baik. Nilai 4-6

menunjukkan adanya depresi sedang dan membutuhkan beberapa

jenis tindakan resusitasi. Bayi dengan nilai 0-3 menunjukkan depresi

serius dan membutuhkan resusitasi segera dan mungkin memerlukan

ventilasi (Sondakh, 2013: 158).

8. Asuhan Bayi Baru Lahir

Asuhan segera pada bayi baru lahir normal adalah asuhan

yang diberikan pada bayi selama jam pertama setelah kelahiran.

Aspek penting dari asuhan segera setelah lahir adalah (Yongky,

Judha, Rodiyah, Sudarti, 2012: 51):

a. Menjaga agar bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi

dengan kulit ibu, caranya sebagai berikut:

1) Pastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi

dengan kulit ibu.

2) Ganti handuk/kain yang basah, dan bungkus bayi tersebut

dengan selimut dan memastikan bahwa kepala telah

terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas

tubuh.

3) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi

setiap 15 menit.

4) Apabila telapak bayi terasa dingin, periksa suhu aksila bayi.

5) Apabila suhu bayi kurang dari 36,5 derajat celcius, segera

hangatkan bayi.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
87

b. Mengusahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit

ibunya sesegera mungkin, caranya sebagai berikut:

1) Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin. Kontak dini

antara ibu dan bayi penting untuk kehangatan

mempertahankan panas yng benar pada bayi baru lahir dan

ikatan batin dan pemberian ASI.

2) Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi tetap siap

dengan menunjukkan rooting reflek, jangan paksakan bayi

untuk menyusu.

3) Jangan pisahkan bayi sedikitnya stau jam setelah persalinan.

c. Menjaga pernafasan, caranya sebagai berikut:

1) Memeriksa pernafasan dan warna kulit setiap 5 menit.

2) Jika tidak bernafas, lakukan hal-hal sebagai berikut: keringkan

bayi dengan selimut atau handuk hangat, gosoklah punggung

bayi dengan lembut.

3) Jika belum bernafas setelah 1 menit mulai resusitasi.

4) Bila bayi sianosis/kulit biru, atau sukar bernafas/frekuensi

pernafasan 30>60 kali/menit, berikan oksigen dengan kateter

nasal.

d. Merawat mata, caranya sebagai berikut:

1) Berikan eritromicin 0,5% atau tetrasiklin 1%, untuk

pencegahan penyakit mata.

2) Berikan tetes mata perak nitrat atau neosporin segera setelah

lahir.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
88

Asuhan bayi baru lahir lain yang harus dilakukan yaitu

pemeriksaan fisik. Menurut Sondakh (2013) berikut adalah

pemeriksaan yang harus dilakukan pada bayi baru lahir:

a. Kepala: pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura

menutup/melebar, adanya caput succedaneum, cepal

hematoma, kraniotabes, dan sebagainya.

b. Mata: pemeriksaan terhadap pendarahan, subkonjungtiva, tanda-

tanda infeksi.

c. Hidung dan Mulut: pemerksaan terhadap labio skisis,

labiopalatosksis dan refleks isap dinilai dari bayi menyusu.

d. Telinga: pemeriksaan terhadap preaurical tog. Kelainan

daun/bentuk telinga.

e. Leher:pemeriksaan terhadap hematom sternocleidomastoideus,

ductus thyroglossalis, hygroma colli.

f. Dada: pemeriksaan terhadap bentuk, pembesaran buah dada,

pernafasan, retraksi intercostal, subcostal sifoid, merintih,

pernafasan cuping hidung, serta bunyi paru-paru (sonor,

vesikular, bronkial dan lain-lain).

g. Jantung: pemeriksaan terhadap pulsasi, frekuensi bunyi jantung,

kelainan bunyi jantung.

h. Abdomen: pemeriksaan terhadap membuncit (pembesaran hati,

limfa, tumor aster), scaphoid (kemungkinan bayi menderita

diafragmatika/atresia esofagus tanpa fistula).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
89

i. Tali Pusat: pemeriksaan terhadap pendarahan, jumlah darah

pada tali pusat, warna dan besar tali pusat, hernia di tali pusat

atau di selangkangan.

j. Alat kelamin: pemeriksaan terhadap testis apakah berada dalam

skortum, penis berlubang pada ujung pada bayi laki-laki, vagina

berlubang, apakah labia mayora menutupi labia minora pada

bayi perempuan.

9. Kunjungan neonatal menurut (PERMENKES NO 53, 2014: 3), yaitu:

a. KN-1: pada saat bayi berumur (satu) kali pada umur 6-48 jam

b. KN-2: pada saat bayi berumur 3-7 hari

c. KN-3: pada saat bayi berumur 8-28 hari

Penatalaksanaan pada kunjungan neonatal berdasarkan

waktu kunjungan :

a. Pelayanan neonatal esensial 0-6 jam meliputi : menjaga bayi

tetap hangat, IMD, pemotongan dan perawatan tali pusat,

pemberian suntikan vitamin K1, pemberian salep mata antibiotic,

pemberian imunisasi hepatitis B0, pemeriksaan fisik BBL,

pemantauan tanda bahaya, penanganan asfiksia BBL,

pemberian tanda identitas diri, dan merujuk kasus yang tidak

dapat ditangani dalam kondisi stabil, tepat waktu ke fasilitas

pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

b. Pelayanan neonatal esensial yang dilakukan setelah lahir 6 jam-

28 hari meliputi : menjaga bayi tetap hangat, perawatan tali

pusat, pemeriksaan BBL, perawatan dengan metode kanguru

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
90

pada bayi berat lahir rendah, pemeriksaan status vitamin K1

profilaksis dan imunisasi, penanganan BBL sakit dan kelainan

bawaan, dan merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam

kondisi stabil dan tepat waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan

yang lebih mampu.

10. Konsep Inisiasi Menyusui Dini

Inisiasi menyusui dini merupakan permulaan menyusu dini atau

bayi menyusu sendiri setelah lahir. Kontak antara kulit bayi dengan

kulit ibunya dibiarkan setidaknya selama satu jam segera setelah lahir,

kemudian bayi akan mencari payudara ibu dengan sendirinya. Cara

bayi melakukan inisiasi menyusui dini ini dinamakan the brest crawl

atau merangkak mencari payudara (Sondakh, 2013: 170).

Manfaat inisiasi menyusui dini (IMD) menurut Sondakh yaitu:

a. Keuntungan untuk bayi: makanan dengan kualitas dan kuantitas

optimal, mendapat kolostrum segera, disesuaikan dengan

kebutuhan bayi, segera memberikan kekebalan pasif pada bayi.

Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi, meningkatkan

kecerdasan, membantu bayi mengoordinasikan (kemampuan

menghisap, menelan, dan nafas), meningkatkan jalinan kasih

sayang ibu-bayi, mencegah kehilangan panas, meningkatkan

berat badan.

b. Keuntungan inisiasi menyusui untuk ibu: stimulasi kontraksi uterus

dan menurunkan resiko pendarahan pasca persalinan,

merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
91

ASI, keuntungan dan hubungan mutualistik ibu dan bayi, ibu

menjadi lebih tenang, memfasilitasi kelahiran plasenta, dan

pengalihan rasa nyeri dari berbagai prosedur pasca persalinan

lainnya, meningkatkan produksi ASI, membantu ibu mengatasi

stres terhadap berbagai rasa kurang nyaman, memberi efek

relaksasi pada ibu setelah bayi selesai menyusui, menunda

ovulasi (Sondakh, 2013: 171).

D. NIFAS

1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah

lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.

Puerperium berasal dari bahasa Latin, dari kata Puer yang artinya

bayi dan Parous melahirkan. Jadi Puerperium berarti masa setelah

melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperrti

prahamil (Dewi, 2011: 1).

Kala puerperium (nifas) yang berlangsung selama 6 minggu

atau 42 hari merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya organ

kandungan pada keadaan yang normal (Manuaba, 2013: 200).

Jadi, masa nifas adalah waktu untuk memulihkan kembali

organ-organ reproduksi secara menyeluruh setelah melewati proses

kehamilan dan persalinan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
92

2. Prinsip dan Sasaran Asuhan Masa Nifas

Berdasarkan standar pelayanan kebidanan, standar pelayanan

untuk ibu nifas meliputi perawatan bayi baru lahir (standar 13),

penanganan 2 jam pertama setelah persalinan (standar 14), serta

pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas (standar 15). Sasaran

asuhan kebidanan masa nifas menurut Dewi meliputi hal-hal sebagai

berikut:

a. Peningkatan kesehatan fisik dan psikologis.

b. Identifikasi penyimpangan dari kondisi normal baik fsik maupun

psikis.

c. Mendorong agar dilaksanakan metode yang sehat tentang

pemberian makan anak dan peningkatan pengembangan

hubungan antara ibu dan anak yang baik.

d. Mendukung dan memperkuat percaya diri ibu dan

memungkinkan ia melaksanakan peran ibu dala situasi keluarga

dan budaya khusus.

e. Pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan komplikasi pada

ibu.

f. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli jika perlu.

g. Imunisasi ibu terhadap tetanus (Dewi, 2011: 1).

3. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Dewi asuhan masa nifas memiliki tujuan, tujuan

asuhan masa nifas sebagai berikut: mendeteksi adanya perdarahan

masa nifas, menjaga kesehatan ibu dan bayinya, melaksanakan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
93

skrining secara komprehensif, memberikan pendidikn kesehatan diri,

memberikan pendidikan kesehatan mengenai laktasi dan perawatan

payudara, konseling mengenai KB (Dewi, 2011: 2).

4. Tahapan Masa Nifas

Menurut Dewi asuhan masa nifas memiliki tahapan, tahapan

asuhan masa nifas sebagai berikut:

a. Puerperium dini, yaitu dimana ibu diperbolehkan berdiri dan

berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal

lainnya.

b. Puerperium intermediate, yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-

alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

c. Puerperium remote, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau

perslinan mempunyai komplikasi (Dewi, 2011: 4).

5. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Menurut Profil Kesehatan 2015: 144 kunjungan masa nifas

dilakukan sebanyak 3 kali yaitu:

a. KF-1: enam jam sampai dengan tiga hari pasca persalinan.

b. KF-2: pada hari ke empat sampai dengan hari ke-28 pasca

persalinan.

c. KF-3: pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca

persalinan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
94

6. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Menurut (Dewi, 2011: 55) perubahan fisik pada masa nifas ada

beberapa, dijabarkan sebagai berikut:

a. Perubahan sistem reproduksi

1) Uterus

Pada uterus terjadi involusi. Proses involusi adalah

proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil

setelah melahirkan. Menurut Varney (2008: 959) perubahan

tinggi fundus pada proses involusi : hari pelahiran dan hari

pertama (1 jari dibawah pusat), hari ke 2 (2 jari dibawah

pusat), hari ke 3 atau segera pascapartum (3 jari dibawah

pusat), hari ke 4 (4 jari dibawah pusat), hari ke 5

(pertengahan pusat simpisis), hari ke 6 (4 jari diatas

simfisis), hari ke 7 (3 jari diatas simfisis), hari ke 8 (2 jari

diatas simfisis), hari ke 9 (1 jari diatas simfisis), dan hari ke

10 (tidak teraba).

2) Involusi tempat plasenta

Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan

tempat dengan perlukaan kasar, tidak rata, dan kira-kira

sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil,

pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada

akhir nifas 1-2 cm. Oksitosin menyebabkan terjadinya

kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
95

pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai

darah ke uterus (Sukarni, 2013: 317).

3) Perubahan ligament

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia

yang meregang sewaktu kehamilan dan persalinan, setelah

jalan lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti

sediakala.

4) Perubahan pada serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus.

Perbahan-perubahan yang terdapat pada serviks postpartum

adalah bentuk serviks yang akan menganga seperti corong.

Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat

mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi

sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan

serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks

sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh

darah.

5) Lokia

Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari

desidua yang mengeliingi situs plasenta akan menjadi

nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan

sisa cairan. Campuran antara darah dan desidua tersebut

dinamakan lokia, yang biasanya berwarna merah muda atau

putih pucat. Lokia dalah ekskresi cairan rahim selama masa

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
96

nifas dan mempunyai reaksi basa alkalis yang dapat

membuat organisme berkembang lebih cepat daripada

kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia

mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu

menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap

wanita.

Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan

warnanya, menurut (Dewi, 2011: 58) diantaranya sebagai

berikut:

a) Lokia rubra/merah (kruenta)

Lokia ini muncul pada hari pertama sampai hari

ketiga masa postpartum. Warnanya merah dan

mengandung darah dari perobekan/luka pada plasenta

dan serabut dari desidua dan chorin. Lokia ini terdiri atas

sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa

mekonium.

b) Lokia sanguinolenta

Lokia ini berwarna merah kuning berisi darah dan

lendir karena pengaruh plasma darah, pengeluarannya

pada hari ke 3-5 hari postpartum.

c) Lokia serosa

Lokia ini muncul pada hari ke 5-9 postpartum.

Warnanya biasanya kekuningan atau kecoklatan. Lokia

ini terdiri atas leukosit dan robekan laserasi plasenta.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
97

d) Lokia alba

Lokia ini muncul lebih dari hari ke-10 postpartum.

Warnanya lebih pucat, putih kekuningan, serta lebih

banyak mengandung leukosit, selaput lendir serviks, dan

serabut jaringan yang mati.

6) Perubahan pada vagina dan perineum

Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam

penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang

semula sangat teregang akan kembali secara bertahap pada

ukuran sebelum hamil selama 6-8 minggu setelah bayi lahir.

Rugae akan kembali terlihat sekitar minggu keempat,

walaupun tidak akan menonjol pada wanita nulipara. Pada

umumnya rugae akan memipih secara permanen. Mukosa

tetap atrofik pada wanita yang menyusui sekurang-

kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali. Penebalan

mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium.

b. Perubahan tanda-tanda vital

1) Suhu badan. Satu hari (24) jam postpartum suhu badan

akan naik sedikit (37,5-38°C) sebagai akibat kerja keras

waktu melhirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan.

2) Nadi. Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-

80x/menit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu

akan lebih cepat.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
98

3) Tekanan darah. Biasanya tidak berubah, kemungkinan

tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena

ada pendarahan.

4) Pernapasan. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan

juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan

khusus pada saluran napas.

c. Perubahan sistem kardiovaskuler

1) Volume darah

Pada minggu ke-3 dan ke-4 setelah bayi lahir,

volume darah biasanya menurun sampai mencapai

volume darah sbelum hamil. Pada persalinan

pervaginam, ibu kehilangan darah sekitar 300-400cc. bila

kelahiran melalui SC, maka kehilangan darah dapat dua

kali lipat. Perubahan terdiri atas darah dan hematokrit.

Pada persalinan pervaginam, hematokrit akan naik,

sedangkan pada SC, hematokrit cenderung stabil dan

kembali normal setelah 4-6 minggu.

2) Curah jantung

Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah

jantung meningkat sepanjang masa hamil. Segera setelah

wanita melahirkan, keadaan ini meningkat bahkan lebih

tinggi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya

melintasi sirkulasi uteroplasenta tiba-tiba kembali ke

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
99

sirkulasi umum. Nilai ini meningkat pada semua jenis

kelahiran.

3) Perubahan sistem hematologi

Selama minggu-minggu kehamilan, kadar fibrinogen

dan plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah

meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar

fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi darah

lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga

meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis

yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat

mencapai 15.000 selama persalinan akan tetapi tinggi

dalam beberapa hari pertama dari masa postpartum.

4) Sistem pencernan pada masa nifas

a) Nafsu makan

Meskipun kadar progesteron menurun setelah

melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami

penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh

berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika

sebelum melahirkan diberikan enema.

b) Motilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas

otot traktus cerna menetap selama waktu yang

singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
100

anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus

dan motilitas ke keadaan normal.

c) Pengosongan usus

Buang air besar secara spontan bisa tertunda

selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan.

Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus

menurun selama proses persalinan dan pada awal

masa pascapartum, diare sebelum persalinan,

enema sebelum melahirkan, kurang makan, atau

dehidrasi. Menurut (Varney, 2008: 961) konstipasi

mungkin menjadi masalah pada puerperium awal

karena kurangnya makanan padat selama persalinan

dan karena wanita menahan defekasi. Menahan

defekasi karena takut akan merobek atau merusak

jahitan.

d. Perubahan sistem perkemihan

1) Fungsi sistem perkemihan

2) Sistem urinarius

Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar

steroid yang tinggi) turut meyebabkan peningkatan fungsi

ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita

melahirkan sebagian menjelaskan penyebab penurunan

fungsi ginjal selama masa postpartum.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
101

3) Komponen urine

Pemecahan kelebihan protein di dalam sel otot

uterus juga menyebabkan proteinuria ringan (+1) selama

satu sampai dua hari setelah wanita melahirkan.

4) Diuresis postpartum

Diuresis pascapartum, yang disebabkan oleh

penurunan kadar estrogen, hilangnya peningkatan

tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya

peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan

mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan.

5) Uretra dan kandung kemih

Distensi kandung kemih yang muncul segera

setelah wanita melahirkan dapat menyebabkan

perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa

menghambat uterus berkontraksi dengan baik.

7. Adaptasi Psikologis Ibu dalam Masa Nifas

Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, menurut (Dewi,

2011: 65) ibu nifas akan mengalami fase-fase sebagai berikut:

a. Adaptasi psikologi ibu masa nifas menurut (Dewi, 2011: 65)

dibagi menjadi seperti sebagai berikut:

1) Fase taking in. Fase taking in yaitu periode

ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama

sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat fase ini

perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
102

2) Fase taking hold. Fase taking hold adalah fase yang

berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada

fase ini, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya

dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu

memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah

tersinggung dan gampang marah.

3) Fase letting go. Fase letting go merupakan fase

menerima tanggung jawab akan peran barunya yang

berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah

dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta

kepercayaan dirinya sudah meningkat.

b. Postpartum blues

Menurut (Dewi, 2011: 67) postpartum blues atau sering

juga disebut maternity blues atau sindrom ibu baru yaitu

sindrom gangguan efek ringan pada minggu pertama setelah

persalinan. Cara untuk mengatasi postpartum blues adalah

sebagai berikut:

1) Persiapan diri yang baik selama kehamilan untuk

menghadapi masa nifas.

2) Komunikasikan segala permasalahan atau hal yang ingin

disampaikan.

3) Selalu membicarakan rasa cemas yang dialami.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
103

4) Bersikap tulus serta ikhlas terhadap apa yang telah

dialami dan berusaha melakukan peran barunya sebagai

seorang ibu dengan baik.

5) Cukup istirahat.

6) Menghindari perubahan hidup yang drastis.

7) Berolahraga ringan.

8) Berikan dukungan dari semua keluarga, suami, atau

saudara.

9) Konsultasikan pada tenaga kesehatan atau orang yang

professional agar dapat memfasilitasi faktor risiko lainnya

selama masa nifas dan membantu dalam melakukan

upaya pengawasan.

8. Kebutuhan dasar Ibu Masa Nifas

Menurut (Dewi, 2011: 71), ibu yang berada dalam masa nifas

membutuhkan kebutuhan dasar, sebagai berikut:

a. Nutrisi dan cairan, kebutuhan nutrisi masa nifas, sebagai

berikut:

1) Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan

jumlah air susu ibu yang diihasilkan dan lebih tinggi

selama menyusui disbanding selama hamil. Rata-rata

ibu harus mengonsumsi 2300-2700 kal ketika menyusui.

2) Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein diatas

kebutuhan normal ketika menyusui.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
104

3) Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah

asupan cairan. Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3

liter/hari dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah.

4) Pil zat besi (Fe) harus diminum, untuk menambah zat

gizi setidaknya selama 40 hari pascabersalin.

5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali

yaitu pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam

setelahnya agar dapat memberikan vitamin A kepada

bayinya melalui ASI.

b. Ambulasi. Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk

secepat mungkin membimbing penderita keluar dari tempat

tidurnya dan membimbingnya secepat mungkin untuk

berjalan. Pada persalinan normal sebaiknya ambulasi

dikerjakan setelah 2 jam (ibu boleh miring ke kiri atau ke

kanan untuk mencegah adanya trombosit).

c. Eliminasi. Bila kandung kemih penuh, maka harus

diusahakan agar pederita dapat buang air kecil sehingga

tidak memerlukan pemasangan kateter.

d. Kebersihan diri dan perineum

1) Personal hygiene, kebersihan yang harus lebiih

diperhatikan yaitu putting susu, pengeluaran lokia yang

berbau busuk, karena ini merupakan indikasi infeksi.

2) Perineum, cara membersihkan perineum yaitu dari

depan ke belakang. Kebanyakan ibu nifas merasa takut

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
105

untuk membersihkan perineum karena ada luka jahitan.

Namun itu bukan penghalang, karena harus tetap

dibersihkan supaya tidak terjadi infeksi.

e. Istirahat. Saat setelah melahirkan ibu nifas sering merasa

cemas karena memikirkan mampu untuk merawat bayinya

atau tidak. Hal ini mengakibatkan susah tidur, alasan lainnya

adalah terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja

bertambah yaitu untuk merawat bayinya.

f. Seksual. Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman

ketika luka episiotomi telah sembuh dan lokia telah berhenti.

Sebaiknya hubungan seksual dapat ditunda sebisa mungkin

sampai 40 hari setelah persalinan karena pada saat itu

diharapkan organ-organ tubuh telah pulih kembali.

9. Program Tindak Lanjut Asuhan Nifas di Rumah

Tugas bidan tidak selesai setelah menolong persalinan, masih

ada tugas untuk melakukan kunjungan rumah agar ibu nifas

terpantau. Yaitu dengan melakukan kunjungan rumah, tergantung

pada kebtuhan bayi dan keluarga. Tujuan dari kunjungan rumah

menurut (Dewi, 2011: 93) adalah sebagai berikut:

a. Mengevaluasi perjalanan pascapartum dan kesejahteraan

ibu.

b. Mengevaluasi kesejateraan bayi.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
106

c. Mengevaluasi kemajuan dan kenyamanan dalam

kemampuan merawat dan penrimaan peran sebagai orang

tua.

d. Meninjau riwayat persalinan ibu.

e. Memudahkan akses dalam menerima pertanyaan dan

masalah.

f. Memberikan pengajaran dan konseling yang dbutuhkan.

Kunjungan rumah juga meliputi pemeriksaan singkat fisik

ibu dan bayi. Menurut (Dewi, 2011: 94) pemeriksaan singkat

pada ibu dapat meliputi sebagai berikut:

a. Tekanan darah.

b. Suhu badan.

c. Evaluasi payudara.

d. Pengkajian abdomen.

e. Pemeriksaan perineum termasuk pengkajian lokia.

Menurut (Dewi, 2011: 94) pemeriksan singkat pada bayi

dapat meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Suhu tubuh, nadi, frekuensi pernapasan.

b. Pemeriksaan dehidrasi (turgor kulit, cekungan)

c. Auskultasi jantung dan paru-paru.

d. Pemeriksaan tali pusat.

f. Pemeriksaan sirkumsisi.

g. Pendeteksian ikterus.

h. Observasi responsivitas/perhatian.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
107

i. Pengkajian kesejahteran fisik dan keadaan perawatan.

Jadwal kunjungan rumah pada masa nifas menurut (Dewi,

2011: 94) adalah sebagai berikut:

a. Kunjungan I (6 jam-48 jam), hal yang dipantau:

1) Pemberian ASI.

2) Perdarahan.

3) Involusi uterus.

4) Pembahasan tentang kelahiran.

5) Bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin

antara ibu dan bayi (keluarga), pentingnya sentuhan

fisik, komunikasi, dan rangsangan.

Bidan memberikan penyuluhan mengenai tanda

bahaya baik bagi ibu maupun bayi dan rencana menghadapi

keadaan darurat.

b. Kunjungan II (hari ke-4 sampai hari ke-28), hal yang

dipantau:

1) Diet.

2) Kebersihan atau perawatan diri sendiri.

3) Kebutuhan akan istirahat.

4) Bidan mengkaji adanya tanda-tanda postpartum lues.

5) Keluarga berencana.

6) Tanda-tanda bahaya.

7) Perjanjian untuk pertemuan berikutnya.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
108

c. Kunjungan III (hari ke-29 sampai ke-42)

Pemeriksaan 4-6 minggu pascapartum sering kali

terdiri atas pemeriksaan riwayat lengkap fisik dan panggul

dalam. Setiap catatan yang ada dalam kehamilan harus

ditinjau.

10. Komplikasi pada Masa Nifas dan Penanganannya

Pada masa nifas sering terjadi komplikasi, menurut (Dewi,

2011: 107) macam-macam komplikasi masa nifas yaitu sebagai

berikut:

a. Hemoragi

1) Perdarahan pasca persalinan primer

Perdarah pervaginam yang melebihi 500 ml

setelah bersalin diidentifikasikan sebagai perdarahan

pascapersalinan. Penatalaksanaan yang dapat

dilakukan berdasarkan kejadian perdarahannya adalah

sebagai berikut:

a) Perdarahan kala III

Masase fundus uteri untuk memicu kontraksi

uterus di sertai dengantarikan tali pusat terkendali.

Bila perdarahan terus terjadi meskipun uterus telah

berkontraksi dengan baik, periksa kemungkinan

laserasi jalan lahir atau rupture uteri. Bila plasenta

belum dapat dikeluarkan lakukan manual plasenta.

Bila setelah dilahirkn terlihat tidak lengkap, maka

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
109

harus dilakukan eksplorasi kavum uteri atau

kuretase.

b) Perdarahan pascapersalinan primer (true HPP)

dapat dilakukan:

(1) Periksa apakah plasenta lengkap.

(2) Masase fundus uteri.

(3) Pasang infus RL dan berikan uterotonika

(oksitosin, methergin, atau misoprostol).

(4) Bila perdarahan >1 liter pertimbangkan

transfusi.

(5) Periksa faktor pembekuan darah.

(6) Bila kontraksi uterus baik dn perdarahan terus

terjadi, periksa kembali kemungkinan adanya

laserasi jalan lahir.

(7) Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan

kompresi bimanual.

(8) Bila perdarahan terus berlngsung

pertimbangkan ligasi arteri hipoastrika.

2) Perdarahan pascapersalinan sekunder

Etiologi utama dari perdarahan pascapersalinan

adalah sebagai berikut: proses repitelialisasi plasental

site yang buruk dan sisa konsepsi atau gumpalan darah

b. Infeksi masa nifas

Jenis-jenis infeksi pada masa nifas yaitu sebagai berikut:

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
110

1) Endometritis

Biasanya demam mulai 48 jam postpartum dan

biasanya naik turun. His lebih nyeri dari biasa dan lebih

lama dirasakan. Lokia bertambah banyak, berwarna

merah atau cokelat, serta berbau. Leukosit naik antara

15.000-30.000/mm3. Tanda dan gejala endometritis

adalah sebagai berikut: peningkatan demam secara

konstan hingga 40°C, tergantung pada keprahan infeksi,

takikardi, menggigil dengan infeksi berat, nyeri tekan

uteri menyebar secara lateral, nyeri panggul dengan

pemeriksaan bimanual, subinvolusi, lokia sedikit, tidak

berbau atau berbau tidak sedap, lokia seropurelenta,

kemungkinan sel darah putih meningkat.

2) Parametritis

Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang

dapat terjadi melalui beberapa cara: penyebaran melalui

limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari

endometritis, penyebaran langsung dari luka pada

serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum, serta

penyebaran sekunder dari trombofeblitis.

3) Peritonitis

Peritonitis dapat berasal dari penyebaran melalui

pembuluh limfe uterus, parametritis yang meluas ke

peritoneum, salpingo-ooforitis meluas ke peritoneum

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
111

atau langsung sewaktu tindaka per abdominal.

Peritonitis yang terlokalisasi hanya dalam rongga pelvis

disebut pelvioperitonitis, bila meluas ke seluruh rongga

peritoneum disebut peritonitis umum, dan keadaan ini

sangat berbahaya karena dapat menyebabkan

kematian.

4) Infeksi trauma vulva, perineum, vagina dan serviks

Tanda dan gejala infeksi episiotomi, laserasi, atau

trauma meliputi sebagai berikut: nyeri local, dysuria,

suhu rendah, edema, sisi jahitan merah dan inflamasi,

mengeluarkan pus atau eksudat berwarna abu-abu

kehijauan, pemisahan atau terlepasnya lapisan luka

operasi.

5) Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih dihubungkan dengan

hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih

saat persalinan, pemeriksaan dalam yang sering,

kontaminasi kuman dari perineum, atau kateterisasi

yang sering.

6) Mastitis

Mastitis adalah infeksi payudara. Mastitis terjadi

akibat invasi jaringan payudara (misalnya glandular,

jaringan ikat, areola, lemak) oleh mkroorganisme

infeksius atau adanya cedera payudara. Pencegahan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
112

yang dapat dilakukan yaitu dengan menyusui sejak awal

dan sering, memposisikan bayi dengan tepat saat

menyusui, memakai Bra yang tidak terlalu ketat.

c. Tromboflebitis dan emboli paru

Tromboflebitis pascapartum lebih umum terjadi pada

wanita penderita varikositis atau yang mungkin secara

genetik rentan terhadap relaksasi dinding vena dan statis

vena. Penanganan yang dapat dilakukan meliputi tirah

baring, elevasi ekstremitas yang terkena, kompres panas,

stoking elastis, dan analgesia jika dibutuhkan.

d. Hematoma

Hematoma dalah pembengkakan jaringan yang beriisi

darah. Bahaya hematoma adalah kehilangan sejumlah darah

karena hemoragi, anemia, dan infeksi. hematoma terjadi

karena rupture pembuluh darah spontan atau akibat trauma.

E. Perencanaan Keluarga Berencana (KB)

1. Pengertian Keluarga Berencana

Menurut (Varney, 2007: 414) keluarga berencana yaitu

pertimbangan tambahan terhadap faktor fisik, sosial, psikologis,

ekonomi, dan keagamaan yang mengatur sikap keluarga sekaligus

memengaruhi keputusan keluarga dalam menetapkan ukuran

keluarga, jarak antar anak, dan pemilihan serta penggunaan metode

pengendalian kehamilan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
113

(Manuaba, 2013: 592) mengemukakan jenis dan waktu yang

tepat untuk ber-KB, sebagai berikut:

Table 2.3 Jenis dan Waktu yang Tepat Untuk ber-KB

Postpartum Kb suntik
Norplant (KB susuk)/implanon
AKDR
Pil KB hanya progesteron
Kontap
Metode sederhana
Postmentrual regulation Kb suntik
Pasca abortus Kb susuk atau implanon
Saat menstruasi AKDR
Kontap
Metode sederhana
Masa interval Kb suntik
Kb susuk atau implanon
AKDR
Metode sederhana
Post koitus Kb darurat

Sumber: Manuaba, 2013

2. Metode-metode KB menurut (Manuaba, 2013: 593) sebagai berikut:

a. Metode KB Sederhana

Metode KB sederhana merupakan metode KB yang

digunakan tanpa bantuan orang lain. Metode sederhana akan

lebih efektif bila penggunaanya diperhitungkan dengan masa

subur. Yang termasuk metode KB sederhana adalah kondom,

pantang berkala, senggama terpusus, dan spermisid.

1) Kondom

Manfaat kondom menurut Affandi, yaitu:

a) Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga

mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

b) Efektif bila di pakai dengan baik dan benar.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
114

c) Dapat dipakai bersamaan dengan kontrasepsi lain untuk

mencegah IMS (Affandi, 2014: 17).

Tipe kondom menurut Affandi terdiri dari:

a) Kondom biasa.

b) Kondom berkontur (bergigi).

c) Kondom beraroma.

d) Kondom tidak beraroma.

e) Kondom pria dan wanita (Affandi, 2014: 17).

Cara kerja kondom menurut Affandi yaitu:

a) Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan

sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung

selubung karet yang di pasang pada penis sehingga

sperma tersebut tidak tercurah kedalam saluran

reproduksi perempuan.

b) Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termsuk

HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada

pasangan yang lainya (khusus kondom yang terbuat

dari lateks dan vinil) (Affandi, 2014: 18)

Keterbatasan metode KB kondom menurut yaitu:

a) Efektivitas tidak terlalu tinggi.

b) Cara penggunaan sangat mempengruhi keberhasilan

kontrasepsi.

c) Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi

sentuhan langsung).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
115

d) Pada bebrapa klien biasanya menyebabkan kesulitan

untuk mempertahankan eraksi.

e) Harus selalu bersedia setiap kali berhubungan seksual.

f) Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat

umum.

g) Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan

masalah dalam hal limbah (Affandi, 2014: 19).

2) Pantang Berkala

a) Pantang berkala dengan sistem kalender

Sistem ini dikenal dengan nama sistem Ogino-

Knaus, nama orang yang meneliti terjadinya ovulasi

sekitar 12 sampai 16 hari sebelum menstruasi.

Kelemahan sistem ini sulit menilai menstruasi yang akan

datang. Metode ini memerlukan sistem menstruasi yang

teratur sehingga dapat memperhitungkan masa subur

untuk menghindari kehamilan dengan tidak melakukan

hubungan seks (Manuaba, 2013: 596)

Masa subur wanita dapat dihitung dengan

melakukan perhitungan minggu subur menurut Manuaba

sebagai berikut:

(1) Menstruasi wanita teratur antara 26 sampai 30 hari.

(2) Masa subur dapat diperhitungkan, yaitu menstruasi

hari pertama ditambah 12 yang merupakan hari

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
116

pertama minggu subur dan akhir minggu subur

adalah hari pertama menstruasi ditambah 19.

(3) Puncak minggu subur adalah hari pertama

menstruasi ditambah 14 (Manuaba, 2013: 596).

b) Pantang berkala dengan sistem suhu basal

Telah diketahui bahwa penurunan suhu basal

sebanyak 0,5 sampai 1 derajat celcius pada hari ke 12

sampai 13 menstruasi, ketika ovulasi terjadi pada hari ke

14. Setelah menstruasi suhu akan naik lebih dari suhu

basal sehingga siklus menstruasi yang disertai ovulasi

terdapat temperatur bifasik (Manuaba, 2013: 596).

3) Senggama terputus

Konsep senggama terputus adalah mengeluarkan

kemaluan menjelang terjadinya ejakuasi. Kekurangan

metode ini adalah mengganggu kepuasan kedua belah

pihak, kegagalan hamil sekitar 30-35% karena semen keluar

sebelum mencapai puncak kenikmatan, terlambat

mengeluarakan kemaluan, semen yang tertumpah di luar

sebagian dapat masuk ke genetalia, dan dapat menimbulkan

ketegangan jiwa kedua belah pihak (Manuaba, 2013: 596).

4) Spermisida

Spermisida dalah zat kimia yang dapat melumpuhkan

bahkan mematikan spermatozoa yang di gunakan menjelang

hubungan seks. Setelah pemasangan sekitar 5-10 menit,

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
117

hubungan seksual dapat dilakukan agar spermasid dapat

berfungsi (Manuaba, 2013: 597).

Kekurangan spermasida menurut Manuaba adalah

sebagai berikut:

a) Merepotkan menjelang hubungan senggama.

b) Nilai kepuasan berkurang.

c) Dapat menimbulkan iritasi atau alergi (Manuaba, 2013:

597).

b. Metode KB Efektif

Menurut (Manuaba, 2013: 597), KB meode efektif ada

beberapa macam, yaitu sebagai berikut:

1) Kontrasepsi hormonal

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

hormonal telah mempelajari bahwa estrogen dan

progesteron memberikan umpan balik terhadap kelenjar

hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan

terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui

hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat menghambat

pengeluaran follicle stimulating hormone (FSH) sehingga

perkembangan dan kematangan folikel de graaf tidak terjadi.

Disamping itu progesterone dapat menghambat pengeluaran

Hormon Luteinizing (LH). Estrogen mempercepat peristaltik

tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus-endometrium

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
118

yang belum siap untuk menerima implantasi. Fungsi

komponen progesterone:

a) Rangsangan baik ke hipotalamus dan hipofisis,

sehingga pengeluaran LH tidak terjadi dan

mengakibatkan ovulasi.

b) Progesteron mengubah endometrium, sehingga

kapasitasi spermatozoa tidaj berlangsung.

c) Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit ditembus

spermatozoa.

d) Menghambat peristaltik tuba, menyulitkan konsepsi.

e) Menghindari implantasi, melalui perubahan struktur

endometrium.

2) Kontrasepsi hormonal pil

Berbagai nama paten KB pil di pasaran menurut

(Manuaba, 2013: 598):

Tabel 2.4 Nama Paten KB di pasaran

Progesterone kuat Progesteron lemah


Anovlar Ovulen
Gynovlar Volidan
Norlestrine Lyndiol
Anacycline Noracycline
Ovosta Conovid E
Eugynon Prevision
Norinyl Ortho novum
Microgynon 60 ED Nuvacim
Microgynon 30 ED
S

Sumber: Manuaba (2013)

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
119

Sifat khas kontrasepsi hormonal dengan komponen

estrogen menyebabkan pemakai mudah tersinggung,

tegang, retensi air dan garam, berat badan bertambah,

menimbulkan nyeri kepala, pendarahan banyak saat

menstruasi, meningkatkan pengeluaran leukorea,

menimbulkan perlunakan serviks. Sedangkan dengan

komponen progesteron menyebabkan payudara tegang,

acne (kukulan), kulit dan rambut kering, menstruasi

berkurang, kaki dan tangan sering kram, liang senggama

kering. Keuntungan pemakaian KB pil menurut (Manuaba,

2013: 599): dijamin keberhasilan jika rutin meminum 100%

pil KB, dapat dipakai pengobatan terhadap beberapa

masalah (ketegangan menjelang menstruasi, pendarahan

menstruasi yang tidak teratur, nyeri saat menstruasi,

pengobatan pasangan mandul), pengobatan penyakit

endometriosis, dan dapat meningkatkan libido.

Sedangkan kerugian pemakaian KB pil menurut

(Manuaba, 2013: 599): harus minum pil secara teratur,

dalam waktu panjang dapat menekan fungsi ovarium,

penyulit ringan (berat badan bertambah, rambut

rontok,tumbuh acne,mual sampai muntah), mempengaruhi

fungsi hati dan ginjal.

3) Kontrasepsi hormonal suntikan

Menurut Marmi (2016: 217) KB suntik dibagi 2 yaitu

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
120

a) KB suntik progestin

Merupakan KB sintesa progestin yang

mempunyai efek progestin asli dari tubuh wanita dan

merupakan suspense steril medroxy progesterone

asetat dalam air yang mengandung progesterone

asetat 150 mg. KB suntik progestin dibagi dalam 2

jenis yaitu Depoprovera yang mengandung 150 mg

DMPA (Depo Medroxi Progesteron Asetat) diberikan

setiap 3 bulan dan Depo Noristerat mengandung 200

mg Noretindron Enantat yang diberikan setiap 2 bulan.

Cara kerja dari KB suntik progestin yaitu

mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks,

perubahan endometrium sehingga implantasi

terganggu, dan menghambat transportasi gamet.

Keuntungan KB suntik progestin yaitu : sangat

efektif, pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak

berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak

mengandung estrogen sehingga aman terhadap

penyakit jantung, tidak berpengaruh pada ASI, dapat

digunakan oleh perempuan > 35 tahun-

perimenopause, membantu mencegah kanker

endometrium, menurunkan kejadian penyakit jinak

payudara, mencegah beberapa penyakit radang

panggul, dan menurunkan anemia.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
121

Keterbatasan KB suntik progestin yaitu : sering

ditemukan gangguan haid, tidak dapat dihentikan

sewaktu-waktu, kenaikan berat badan, tidak mejamin

perlingdungan dari IMS, terlambatnya kesuburan

setelah penghentian pemakaian, teerjadinya

perubahan lipid serum pada penggunaan jangka

panjang.

Indikasi dan kontraindikasi KB suntik progestin

yaitu : usia reproduksi, setelah melahirkan,

menghendaki kontraasepsi jangka panjang, sedang

menyusui, perokok, setelah abortus/keguguran, tidak

dapat menggunakan kontrasepsi berestrogen, anemia

defisiensi besi, TD normal, menggunakan obat

epilepsi, dan mendekati usia menopause. Sedangkan

kontraindikasinya yaitu : hamil/dicurigai hamil,

perdarahan pervaginam, tidak dapat menerima

gangguan haid, dan menderita kanker

payudara/riwayat kanker payudara.

Efek samping dari KB suntik progestin yaitu :

gangguan haid, sakit kepala, penambahan berat

badan, keputihan, peninggian kadar insulin,

galaktorea, depresi, pusing dan mual, pada

penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan

kekeringan pada vagina.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
122

b) KB suntik kombinasi

KB ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu : Cyclofem

berisi 25 mg DMPA dan 5 mg Estradiol spionat yang

diberikan setiap bulan dan kombinasi 50 mg

Noretindrone Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang

diberikan setiap bulan.

Cara kerja dari KB kombinasi yaitu : menekan

ovulasi, membuat lendir serviks menjadi kental,

perubahan pada endometrium sehingga implantasi

terganggu, menghambat transportasi gamet oleh tuba.

Keuntungan dan keterbatasan dari KB suntik

kombinasi yaitu : risiko terhadap kesehatan kecil, tidak

berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak

diperlukan pemeriksaan dalam, efek samping kecil,

mengurangi kejadian amenore, mengurangi nyeri haid,

khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium,

mengurangi penyakit payudara jinak, mencegah

kehamilan ektopik. Sedangkan keterbatasannya yaitu :

terjadi perubahan pola haid, mual, sakit kepala, nyeri

payudara ringan, efektivitas berkurang jika digunakan

dengan obat epilepsi, dapat terjadi efek samping serius

seperti serangan jantung, penambahan berat badan,

tidak menjamin perlindungan terhadap IMS, dan

kemungkinan pemulihan masa subur yang lama.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
123

Indikasi KB suntik kombinasi yaitu : usia

reproduksi, telah memiliki anak maupun yang belum

punya anak, ingin mendapatkan kontrasepsi dengan

efektivitas tinggi, pasca persalinan dan tidak menyusui,

dan nyeri haid hebat.

Kontraindikasi KB suntik kombinasi yaitu :

hamil/diduga hamil, menyusui, perdarahan pervaginam

yang belum jelas, penyakit hati akut, usia > 35 tahun

yang merokok, riwayat penyakit (jantung, stroke,

tekanan darah tinggi), riwayat kencing manis,

keganasan pada payudara.

4) Kontrasepsi hormonal susuk (norplant atau implan).

Setiap kali susuk KB mengandung 36 mg

levonorgestrel yang akan dikeluarkan setiap harinya

sebanyak 80 mcg. Konsep mekanisme kerja sebagai

progesteron yang dapat menghalangi pengeluaran LH

sehingga tidak terjadi ovulasi, mengentalkan lendir serviks

dan mengahalangi migrasi spermatozoa, dan

menyebabkan situasi endometrium tidak siap menjadi

tempat nidasi (Manuaba, 2013: 602).

Keuntungan pemakaian KB susuk yaitu: dipasang

selama 5 tahun, kontrol medis ringan, dapat dilayani di

daerah pedesaan, penyulit medis tidak terlalu tinggi, biaya

murah. Kerugian pemakaian KB susuk yaitu: menimbulkan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
124

gangguan menstruasi, yaitu (tidak mendapat menstruasi

dan terjadi pendarahan yang tidak teratur), berat badan

bertambah, menimbulkan akne, ketegangan payudara,

liang senggama terasa kering (Manuaba, 2013: 603).

b. Kontrasepsi Mekanis (AKDR)

Mekanisme kerja lokal AKDR menurut Manuaba sebagai

berikut:

1) AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga

menimbulkan reaksi benda asing dengan timbunan leukosit,

makrofag, dan limfosit.

2) AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan,

prostaglandin, yang menghalangi kapasitas spermatozoa.

3) Pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan

limfosit menyebabkan blastokis mungkin dirusak oleh

makrofag dan blastokis tidak mampu melaksanakan nidasi.

4) Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper

menyebabkan gangguan gerak spermatozoa sehingga

mengurangi kemampuan untuk melaksanakan konsepsi

(Manuaba, 2013: 611).

Keuntungan pemakaian AKDR yaitu: alat kontrasepsi

dalam rahim dapat diterima masyarakat dunia, pemasangan

tidak memerlukan teknik medis yang sulit, kontrol medis yang

ringan, penyulit tidak terlalu berat, pulihnya kesuburan setelah

AKDR dicabut berlangsung baik. Kekurangan pemakaian AKDR

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
125

yaitu: masih terjadi kehamilan dengan AKDR in situ, terdapat

pendarahan, leukorea, sehinnga menguras protein tubuh dan

liang enggama terasa lebih basah, dapat terjadi infeksi, tingkat

akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau sekunder dan

kehamilan ektopik, tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan

portio uteri dan menggangu hubungan seksual (Manuaba, 2013:

611).

c. Metode KB Darurat

Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang dapat

diberikan pada hubungan seks yang tidak langsug dalam waktu

72 jam sampai 7 hari, sehingga dapat menghindari kehamilan

(Manuaba, 2013).

1) Metode hormonal

Cara kerja kontrasepsi darurat menurut (Manuaba,

2013: 618), sebagai berikut:

a) Komponen estrogen dosis tinggi atau derivatnya

menghindari konsepsi dengan cara:

(1) Estrogen dosis tinggi mengubah lapisan dalam

rahim tetap dalam keadaan fase proliferasi,

sehingga tidak memungkinkan nidasi dari hasil

konsepsi.

(2) Dengan peristaltik tuba yang meningkat,

spermatozoa tidak mungkin dapat mencapai ovum

untuk melakukan konsepsi.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
126

(3) Dalam fase proliferasi, endometrium tdak dapat

menimbulkan Susana sempurna hingga mengurangi

kemampuan konsepsi spermatozoa.

b) Komponen progesterone dalam dosis tinggi menghindari

terjadinya konsepsi dan nidasi dengan cara:

(1) Mengentalkan lendir serviks, endometrium, dan

tuba fallopi, sehingga mengurangi kemampuan

bergerak spermatozoa untuk mencapai ovum,

sehingga tidak mungkin terjadi konsepsi.

(2) Pada endometrium terjadi perubahan sehingga

kurang memberikan peluang untuk terjadinya nidasi.

Kerugian kontrasepsi darurat hormonal yaitu terasa

mual, muntah, payudara tegang dan nyeri, dan menoragia

(perdarahan menstruasi banyak).

2) Metode insersi AKDR

Cara kerja kontrasepsi darurat dengan insersi AKDR

meurut Manuaba yaitu:

a) AKDR berbentuk inert seperti Lippes Loop menimbulkan

reaksi benda asing dengan terjadi migrasi leukosit,

limfosit dan makrofag. Pemadatan lapisan endometrium

menyebabkan gangguan nidasi hasil konsepsi sehingga

tidak terjadi kehamilan.

b) AKDR yang mengandung Copper segera setelah insersi

selain menimbulkan pemadatan endometrium,

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
127

melepaskan ion Cu dengan konsentrsi tinggi (Manuaba,

2013: 618).

d. Kontrasepsi mantap wanita

Kontrasepsi mantap wanita atau sterilisai merupakan

metode KB yang paling efektif, murah, aman dan mempunyai

nilai demografi yang tinggi (Manuaba, 2013: 620).

1) Teknik sterilisai vaginal

Pada prinsipnya melakukan insisi dan membuka forniks

posterior dan melalui tempat tersebut dilakukan sterilisaasi

pada tuba.

2) Vasektomi tuba (Ma)

Vasektomi tuba (Ma) merupakan peningkatan dan

penyederhanaan dari NTTOT (nontraumatic tubal occlusion

technique). Vasektomi tuba (Ma) mengantar wanita

mencapai klimakterium dalam suasana alami.

3) Operasi kontap dengan laparoskop

Operasi endoskop adalah operasi dengan jalan

memasukkan alat optic dan alat operasi ke dalam rongga

tubuh.

Keuntungan melakukan kontap dengan laparoskopi:

keuntungannya masa rawat inapnya pendek, tidak banyak

memerlukan pengawasan setelah operasi, dan dapat dilakukan

secara masal. Kerugian melakukan kontap dengan laparoskopi:

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
128

memerlukan keterampilan khusus, biasanya relatif mahal, dan

metode penutupan tuba terbatas.

e. Kontrasepsi mantap pria

Operasi pria yang dikenal dengan nama vasektomi

merupakan operasi ringan, murah, dan aman (Manuaba, 2013:

631).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
129

II. Tinjauan Asuhan Kebidanan

Manajemen kebidanan suatu metode proses berfikir logis sistematis.

Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang

bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam memberikan arah/kerangka

dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya (Estiwidani,

2008: 124)

Ketujuh langkah-langkah Manajemen Kebidanan menurut (Varney,

2007: 27), adalah sebagai berikut:

A. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)

Langkah pertama dalam pengumpulan data dasar yang

menyeluruh untuk mengevaluasi ibu dan bayi baru lahir. Data ini meliputi

pengkajian riwayat pemeriksaan fisik dan pelvik sesuai indikasi,

meninjau kembali proses perkembangan keperawatan saat ini atau

catatan rumah sakit terdahulu, dan meninjau kembali data hasil

laboratorium dan laporan penelitian terkait secara singkat, data dasar

yang diperlukan adalah semuah data yang berasal dari sumber

informasi yang berkaitan dengan kondisi ibu dan bayi baru lahir.

B. Langkah II (Interpretasi Data Dasar)

Membuat sebuah identifikasi masalah atau diagnosis dan

kebutuhan keperawatan kesehatan yang akurat bedasarkan perbaikan

interprestasi data yang benar.

C. Langkah III (Identifikasi Diagnosis Atau Masalah Potensial)

Langkah ketiga berkenaan dengan tindakan antisipasi,

pencegahan jika memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh,

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
130

dan persiapan terhadap semuah keadaan yang mungkin muncul.

Langkah ini adalah langkah yang sangat penting dalam memberi

perawatan kesehatan yang aman.

D. Langkah IV (Evaluasi Kebutuhan Segera)

Mengevaluasi kebutuhan akan intervensi dan/atau konsultasi

bidan atau dokter yang dibutuhkan dengan segera, serta manajemen

kolaborasi dengan anggota tim tenaga kesehatan lain, sesuai dengan

kondisi yang diperlihatkan oleh ibu dan bayi baru lahir.

E. Langkah V (Perencanaan)

Mengembangkan sebuah rencana perawatan kesehatan yang

menyeluruh, didukung oleh penjelasan rasional yang valid, yang

mendasari keputusan yang dibuat dan dilaksanakan pada langkah-

langkah sebelumnya.

F. Langkah VI (Pelaksanaan)

Langkah keenam adalah melakukan rencana perawaaatan secara

menyeluruh. Langkah ini dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan

atau dilakukan sebagian oleh ibu atau orang tua, bidan atau anggota tim

kesehatan lain.

G. Langkah VII (Evaluasi)

Langkah ketujuh, merupakan tindakan untuk memeriksa apakah

rencana perawatan yang dilakukan benar-benar mencapai langkah

tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan ibu, seperti yang didentifikasikan

pada langkah kedua tentang masalah, diagnosis, maupun kebutuhan

perawatan kesehatan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
131

III. Landasan Hukum

Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomer

1464/MENKES/X/2010 yang berisi tentang izin dan penyelenggaraan

praktek bidan sebagai berikut:

A. Landasan hukum izin dan penyelenggaraan praktik bidan

BAB II perizinan pasal 2 yang berisi: bidan dapat menjalankan

praktik mandiri dan/ atau bekerja difasilitas pelayanan kesehatan, bidan

yang menjalankan praktik mandiri harus berpendidikan minimal Diploma

III (D III) Kebidanan. Pada pasal 3 yang berisi: setiap bidan yang bekerja

difasilitas pelayanan kesehatan wajib memiliki SIKB, setiap bidan yang

menjalankan praktik mandiri wajim memiliki SIPB, SIKB atau SIPB

berlaku untuk 1 tempat. Pada pasal 4 yang berisi: untuk memperoleh

SIKB atau SIPB bidan harus mengajukan permohonan kepada

pemerintah daerah kabupaten/kota, kewajiban memiliki STR sesuai

dengan ketentuan perudang-undangan, apabila belum terbentuk Majelis

Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI), Majelis Tenaga Kesehatan

Propinsi (MTKP) dan/atau proses STR belum dapat dilaksanakan,

makan Surat Izin Bidan dtetepkan berlaku sebagai STR. Pasal 5 yang

berisi: SIKB/SIPB dikeluarkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota,

permohonan SIKB/SIPB yang disetujui atau ditolak harus disampaikan

oleh pemerintah daerah kabupaten/kota atau dinas kesehatan

kabupaten/kota kepada pemohon dalam waktu selambat-lambatnya 1

bulan sejak tanggal permohonan diterima. Pasal 6 yang berisi tentang:

bidan hanya dapat menjalankan praktik dan/atau kerja paling banyak di

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
132

1 tempat kerja dan 1 tempat praktik. Pasal 7 yang berisi: SIKB/SIPB

berlaku selama STR masih berlaku dan dapat diperbaharui kembali jika

habis masa berlakunya, pembaharuan SIKB/SIPB diajukan kepada

pemerintah daerah kabupaten/kota setempat. Pasal 8 yang berisi:

SIKB/SIPB dinyatakan tidak berlaku karena tempat kerja/praktik tidak

sesuai lagi dengan SIKB/SIPB, masa berlakunya habis dan tidak

diperpanjang, dicabut oleh pejabat yang berwenang memberikan izin.

BAB III Penyelenggaran praktik pasal 9 yang berisi: bidan dalam

menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan yang

meliputi: pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan

pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Pasal 10 yang berisi: pelayanan kesehatan ibu (pelayanan konseling

pada masa pra hamil, pelayanan antenatal pada kehamilan normal,

pelayanan persalinan normal, pelayanan ibu nifas normal, pelayanan ibu

menyusui dan pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan),

bidan dalam memberikan pelayanan berwenang untuk episiotomi,

penjahitan luka jalan lahir tingkat 1 dan 2, penanganan kegawat

daruratan dilanjutkan perujukan pemberian tablet Fe ibu hamil,

pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas, fasilitas atau bimbingan

inisiasi menyusui dini dan promosi ASI eksklusif, pemberian uteronik

pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum, penyuluhan dan

konseling, bimbingan pada kelompok ibu hamil, pemberian surat

keterangan kematian, pemberian surat keterangan cuti bersalin. Pasal

11 yang berisi: pelayanan kesehatan anak diberikan pada (bayi baru

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
133

lahir, bayi, anak balita, dan anak prasekolah), bidan dalam memberikan

pelayananan kesehatan anak berwenang untuk melakukan asuhan

pelayanan bayi baru lahir normal termasuk (resusitasi, pencegahan

hipotermi, IMD, injeksi Vit K1, Perawatan BBL pada masa neonatal (0-

28 hari) dan perwatan tali pusat), penanganan hipotermi pada BBL dan

segera merujuk, penanganan kegawatdarurata dan perujukan, pemberin

imunisasi rutin, pemantauan (tumbuh kembang bayi, anak balita dan

anak pra sekolah), pemberian konseling dan penyuluhan, pemberian

surat keterangan kelahiran, dan pemberian surat keterangan kematian.

Pasal 12 yang berisi: bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan

reproduksi perempuan dan keluarga berencana berwenang untuk

memeberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana, memberikan alat kontrasepsi oral

dan kondom. Pasal 13 yang berisi: bidan dalam menjalankan program

pemerintah berwenang melakukan ((pemberian alat kontrasepsi

suntikan, AKDR, AKBK), asuhan antenatal terintegrasi dengan

intervensi khusus penyakit kronis tertentu dilakukan dibawah supervisi

dokter, penanganan bayi dan anak balita sakit, melakukan pembinaan

peran serta masyarakat di bidang kesehatan, pemantauan (tumbuh

kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah), melaksanakan pelayanan

kebidanan komunitas, melaksanakan deteksi dini dan memberikan

penyuluhan mengenai IMS dan pemberian kondom, pencegahan

penyalahgunaan NAPZA, pelayanan kesehatan lain yang merupakan

program pemerintah). Pasal 14 yang berisi: bagi bidan yang

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
134

menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter dapat

melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan, daerah yang tidak

memiliki dokter adalah kecematan atau kelurahan/desa yang ditetapkan

oleh kepala dinas kesehatab kabupaten/kota, dalam hal daerah terdapat

dokter kewenangan bidan tidak berlaku. Pasal 15 berisi: pemerintah

daerah provinsi/kabupaten/kota menugaskan bidan praktik mandiri

tertentu untuk melaksanakan program pemerintah, bidan praktik mandiri

yang ditugaskan sebagai pelaksana program pemerintah berhak atas

pelatihan dan pembinaan dari pemerintah daerah provinsi / kabupaten /

kota. Pasala 16: pada daerah yang belum memiliki dokter pemerintah

dan pemerintah daerah harus menempatkan bidan dengan pendidikan

minimal Diploma III Kebidanan, apabila tidak terdapat tenaga bidan

pemerintah dan pemerintah daerah dapat menempatkan bidan yang

telah mengikuti pelatihan, pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota

bertanggung jawab menyelenggarakan pelatihan bagi bidan yang

memberikan pelayanan di daerah tidak memeliki dokter. Pasal 17 berisi:

bidan dalam menjalan praktik mandiri harus memenuhi persyaratan

meliputi memiliki tempat praktik, ruangan praktik dan peralatan untuk

tindakan asuhan kebidanan, serta peralatan untuk menunjang

pelayanan (kesehatan bayi, anak balita, dan prasekolah), menyediakann

maksimal 2 tempat tidur untuk persalinan, dan memiliki sarana perlatan

dan obat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 18 berisi: dalam

melaksanakan praktik/kerja bidan berkewajiban untuk (menghormati hak

pasien, memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
135

pelayanan yang dibutuhkan, merujuk kasus yang bukan

kewenangannya, meminta persetujuan yang akan dilakukan,

menyimpan rahasia pasien, melakukan pencatatan asuhan kebidanan

dan pelayanan lainnya secara sistematis, mematuhi standar, melakukan

pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan praktik kebidanan termasuk

pelaporan kelahiran dan kematian), bidan dalam menjalankan

praktik/kerja senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dan

bidan dalam menjalankan praktik kebidanan harus membantu program

pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pasal

19 berisi: bidan dalam melaksanakan praktik/kerja mempunyai hak

memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik/kerja

sepanjang sesuai dengan standar, memperoleh informasi yang lengkap

dan benar dari pasien dan/atau keluarganya, melaksanakan tugas

sesuai dengan kewenangan dan standar, dan menerima imbalan jasa

profesi.

B. Pencatatan dan Pelaporan

Tercantum dalam pasal 20 yaitu dalam melakukan tugasnya bidan

wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan

yang diberikan ditujukan ke Puskesmas wilayah tempat praktik.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Anda mungkin juga menyukai