disusun oleh :
Elva Sardaya
P07131219005
Dosen Pembimbing :
Rachmawati, STP, M.Kes
PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES ACEH
TAHUN AJARAN 2020/2021
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah
dari mata kuliah Pendidikan Gizi ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa Saya juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan khususnya kepada Dosen
Pembimbing Rachmawati, STP, M.Kes
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
saya, saya yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah memperkenalkan contoh uji dan berlatih tata cara
penyelenggaraan uji pembedaan, penginderaan contoh uji, dan berlatih
menganalisis respon ujinya.
Tujuan praktikum ini adalah memperkenalkan dan sekaligus ajang berlatih bagi
mahasiswa tentang tata cara penyelenggaraan berbagai variasi uji pembedaan dan
analisis respon ujinya. Di samping itu, sebagai ajang latihan terus menerus
mengenal sifat indrawi berbagai contoh uji [produk pangan].
BAB II
METODOLOGI
2.2.2.1Uji Pasangan
kacang sukro kacang curah
Rasa Kerenyahan
Rasa Kerenyahan
P P
115 470 243 885
Warna
Rasa Kemanisan
112 981
Warna 355
3 sdt gula
Masing-masing dicampur
secara homogen
(1 sdt, 1,25 sdt, 1,5 sdt, dan 1,75 sdt) Air mendidih 200 ml
Masing-masing dicampur
Dicampur
Kode:
WARNA RASA
P P
AROMA p
Lima contoh uji berkode terdiri atas 4 gelas sloki dari minuman kopi merk “Liong Bulan”
(Kode: 225, 278, 123, 402, 340, 413, 963, dan 923) , dan 1 gelas sloki (Kode: 189 dan 845) dari
minuman kopi merk “Kapal Api” untuk masing-masing uji warna dan aroma, disajikan secara
acak.
WARNA
AROMA
3.1 Hasil
Tabel 1 Rekapitulasi Data Uji Pasangan, Uji Duo-Trio, dan Uji Segitiga
5% 1% 0.1%
26 19 20 22
27 20 21 23
Tabel 3. Jumlah Beda Nyata Uji Duo-Trio
Jumlah terkecil untuk beda nyata
Jumlah Panelis tingkat
5% 1% 0.1%
27 20 21 23
5% 1% 0.1%
27 14 16 18
3.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini mengenai Uji Pembedaan tanggal 16 Maret 2012, kami diminta
untuk melakukan uji pasangan, uji duo trio, dan uji segitiga. Adapun praktikum ini dilakukan
dengan membandingkan kedua contoh uji, apakah memiliki perbedaan atau tidak disebut
dengan uji pasangan. Membandingkan kedua contoh uji dengan contoh pembanding, lalu
diminta untuk menentukan contoh uji yang berbeda dari contoh pembanding disebut uji duo
trio serta mengidentifikasikan 3 gelas sloki dengan kode berbeda yang memiliki satu
perbedaan.
Uji pembedaan biasanya menggunakan anggota panelis yang berjumlah 15-30 orang
yang terlatih. Dengan panelis demikian biaya penyelenggaraan Iebih kecil dan hasil
pengujiannya cukup peka. Segi kerugiannya ialah bahwa hasil pengujiannya tidak dapat
memberi petunjuk apakah ketidak sukaannya itu dikehendaki atau tidak. Uji pembedaan terdiri
dari uji pasangan (Pair Test, Duo Test, Comparison Test), uji duo trio (Duo Trio Test), dan uji
segitiga (Triangle Test) (Susiwi 2009).
3.2.1 Uji Pasangan (Pair Test, Duo Test, Comparison Test)
Uji pembedaan pasangan yang juga disebut dengan paired comperation, paired
test atau comparation merupakan uji yang sederhana dan berfungsi untuk menilai ada
tidaknya perbedaan antara dua macam produk. Biasanya produk yang diuji adalah jenis
produk baru kemudian dibandingkan dengan produk terdahulu yang sudah diterima
oleh masyarakat. Dalam penggunaannya uji pembedaan pasangan dapat memakai
produk baku sebagai acuan atau hanya membandingkan dua contoh produk yang diuji.
Sifat atau kriteria contoh disajikan tersebut harus jelas dan mudah untuk dipahami oleh
panelis (Ferasaldi 2006).
Pada praktikum uji pasangan, dilakukan uji rasa, kerenyahan, dan warna. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan kacang atom sebagai mediannya. Panelis diminta untuk
menilai adakah perbedaan pada kacang atom berdasarkan rasa, kerenyahan, dan warna. Pada
uji rasa, panelis disediakan dua buah kacang atom dengan kode 156 dan 763, kemudian panelis
membandingkan rasanya dengan cara memakannya. Pada uji kerenyahan, panelis disediakan
dua buah kacang atom dengan kode 237 dan 401, kemudian panelis membandingkan
kerenyahannya dengan cara memakannya. Pada uji warn, panelis disediakan dua buah kacang
atom dengan kode 189 dan 290, kemudian panelis membandingkan warnanya dengan cara
melihatnya. Cara memberikan penilaian dengan tanda 1 jika berbeda dan tanda 0 jika tidak ada
perbedaan atau sama.
Berdasarkan hasil pengujian uji pasangan yang dilakukan terhadap 27 panelis. Pada uji
rasa, panelis yang menyatakan berbeda sebanyak 24, 2 panelis menyatakan tidak adanya
perbedaaan, dan 1 panelis dinyatakan tidak sah atau dinyatakan gugur. Pada uji kerenyahan,
sebanyak 25 panelis menyatakan adanya perbedaan, 1 panelis menyatakan tidak adanya
perbedaaan, dan 1 panelis dinyatakan tidak sah atau dinyatakan gugur. Pada uji warna,
sebanyak 27 panelis atau 100% menyatakan adanya perbedaan.
3.3 Pembahasan
Uji pembedaan adalah uji yang digunakan untuk menilai adanya perbedaan atau
persamaan antara dua produk atau lebih yang komoditasnya sama. Uji ini digunakan
juga untuk menilai pengaruh dari berbagai perlakuan proses atau berbagai penggunaan
bahan baku dalam industri pangan (makanan dan minuman). Uji pembedaan dibagi
menjadi dua, yaitu uji pembedaan dengan pembanding (acuan) dan uji pembedaan
tanpa pembanding (tanpa acuan). Uji tanpa acuan digunakan jika tujuan pengujian
hanya untuk menentukan ada atau tidak ada perbedaan antara dua atau lebih contoh
yang diuji. Uji pembedaan dengan pembanding diperlukan jika tujuan pengujian untuk
mengukur atau menilai pengaruh perlakuan. Pernyataan hasil uji pembedaan dapat
berarah dan dapat tidak berarah. Perbedaan berarah, misalnya lebih kecil atau lebih
besar sedangkan tidak berarah cukup dengan pernyataan ada perbedaan atau tidak ada
perbedaan (Dewi N 2011).
Menurut Wagiyono (2003), uji-uji ini digunakan untuk menilai
pengaruh macam-macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan
pangan bagi industri, atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan antara
dua produk dari komoditi yang sama. Terutama dari segi konsumen.
Pengujian pembedaan ini meliputi: uji pasangan (paired comparison), uji segitiga
(triangle test), uji pembanding ganda (dual standards test), uji pembanding jamak
(multiple standards test), uji rangsangan tunggal (single stimulus test), uji pasangan
jamak (multiple pairs test), dan uji tunggal (Susiwi 2009).
Pada praktikum kali ini mengenai Uji Pembedaan tanggal 13 April 2012, panelis
diminta untuk melakukan uji rangsangan tunggal (“A”Not A” Test) dan uji pembanding
jamak (Multiple Standards Test). Adapun uji rangsangan tunggal dilakukan dengan cara
panelis menghadapi satu contoh baku dan satu atau lebih contoh yang akan diuji.
Kemudian panelis mengidentifikasikan apakah contoh uji berbeda atau sama dengan
contoh baku. Sedangkan untuk uji pembanding jamak, panelis diminta untuk menilai
satu contoh uji yang paling berbeda diantara kelima contoh-contoh yang disajikan
(Sarastani 2011).
5.1 Kesimpulan
Uji pasangan dilakukan dengan tujuan mengetahui adanya perbedaan karakteristik
antara dua produk atau sampel yang sejenis. Uji duo trio dilakukan untuk mengetahui
adanya perbedaan di dalam suatu kriteria mutu tertentu antara produk uji dan
pembanding. Uji segitiga dilakukan untuk mendeteksi adanya perbedaan kecil diantara
tiga contoh yang disajikan tanpa adanya pembanding dan menentukan produk yang
berbeda diantara ketiga sampel yang disajikan.
Dari hasil pengujian yang dilakukan, uji pasangan pada uji rasa dan kerenyahan
dinyatakan memiliki perbedaan pada tingkat kepercayaan 99,9% sedangkan pada uji
warna dinyatakan memilki perbedaan pada tingkat kepercayaan 100%. Uji duo-trio
pada uji rasa dan kerenyahan dinyatakan memiliki perbedaan pada tingkat kepercayaan
99,9% sedangkan pada uji warna dinyatakan memilki perbedaan pada tingkat
kepercayaan 100%. Uji segtiga pada uji rasa dan kerenyahan dinyatakan memiliki
perbedaan pada tingkat kepercayaan 99,9% sedangkan pada uji warna dinyatakan
memilki perbedaan pada tingkat kepercayaan 100%. Dari semua uji pembedaan,
pengujian yang paling mudah dikenali adanya perbedaan adalah uji warna dengan
tingkat kepercayaan 100%.
Uji rangsangan tunggal (“A”Not A” Test) digunakan untuk menggolongkan suatu contoh
dengan contoh lainnya sedangkan uji pembanding jamak (multiple standard test)
digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan pada sampel uji dari pembanding yang
banyak.
Pada uji rangsangan tunggal rasa, dapat disimpulkan bahwa dari kopi Kapal Api,
Lampung, dan Teko dikatakan memiliki persamaan rasa dengan contoh pembanding
yaitu kopi Liong Bulan. Sedangkan untuk contoh uji 528, yaitu kopi Torabika dikatakan
berbeda nyata dengan contoh pembanding pada tingkat kepercayaan 99,9%. Pada uji
rangsangan tunggal warna, dapat disimpulkan bahwa kopi Lampung dan Kapal Api
dikatakan memiliki persamaan warna dengan contoh pembanding yaitu kopi Liong
Bulan. Sedangkan untuk contoh uji kopi Teko dikatakan berbeda nyata pada tingkat
kepercayaan 95% dan contoh uji kopi Torabika dikatakan berbeda nyata pada tingkat
kepercayaan 99,9% dengan contoh pembanding. Pada uji rangsangan tunggal aroma,
dapat disimpulkan bahwa kopi Lampung, kopi Teko, dan kopi Kapal Api dikatakan
memiliki persamaan aroma dengan contoh pembanding yaitu Kopi Liong Bulan.
Sedangkan untuk contoh uji 148 yaitu kopi Torabika dikatakan berbeda nyata dengan
contoh pembanding pada tingkat kepercayaan 99%.
Pada uji pembanding jamak warna, dapat disimpulkan bahwa hanya minuman
kopi berkode 278 (Liong Bulan) dengan kosentrasi 1,25 yang dapat dinyatakan berbeda
nyata diantara kelima kopi yang disajikan dengan tingkat kepercayaan 95% sedangkan
untuk minuman kopi lainnya yaitu kopi Liong Bulan dengan kode 225, 123, dan 402
serta kopi Kapal Api dengan kode 189 dinyatakan memiliki persamaan warna atau tidak
berbeda nyata diantara kelima kopi yang disajikan. Sedangkan untuk uji pembanding
jamak aroma, dapat disimpulkan bahwa kelima kopi yang disajikan yaitu kopi Liong
Bulan berkode 340, 413, 963, dan 923 dengan kosentrasi masing-masing secara
berurutan sebanyak 1 sdt, 1,25 sdt, 1,5 sdt, dan 1,75 sdt memiliki persamaan aroma
atau tidak berbeda nyata dengan kopi Kapal Api berkode 845 dengan kosentrasi 1,5 sdt.
Untuk melaksanakan penilaian organoleptik diperlukan panel. Dalam penilaian
suatu mutu atau analisis sifat-sifat sensorik suatu komoditi, panel bertindak sebagai
instrumen atau alat. Panel ini terdiri dari orang atau kelompok yang bertugas menilai
sifat atau mutu komoditi berdasarkan kesan subjektif. Orang yang menjadi anggota
panel disebut panelis.
5.2 Saran
Dalam melakukan penilaian, panelis harus lebih mendengarkan dan memperhatikan
penjelasan dari penyaji dengan baik agar tidak bingung dan salah dalam melakukan
penilaian. Sebelum mengisi form penilaian, panelis hendaknya memperhatikan dan
membaca instruksi yang telah dibuat serta lebih teliti dalam mengisi agar tidak terjadi
kesalahan penilaian. Penyaji hendaknya memerhatikan dan mengawasi panelis dalam
memberikan penilaian untuk menghindari kesalahan data. Selain itu, tempat melakukan
uji diharapkan dalam kondisi tenang sehingga dapat meningkatkan kosentrasi panelis
dan diberikan sekat sehingga tidak adanya sugesti atau hasutan dari panelis lain yang
dapat mengubah pemikiran seseorang. Panelis yang sudah melakukan pengujian
diharapkan tidak membocorkan rahasia kepada panelis yng belum melakukan
pengujian.
Dalam pengujian aroma, sebaiknya sloki contoh uji ditutup agar warna dari contoh uji
tidak terlihat. Warna yang ditampilkan oleh contoh uji akan mempengaruhi penilaian
panelis dan mengurangi konsentrasi dari penggunaan indra penciuman sebagai
intrsumen alat uji sehingga penilaian panelis tidak murni 100% berdasarkan aroma.
Pada uji warna, penempatan posisi sloki sebagai contoh uji perlu diperhatikan untuk
menghindari terjadinya posisi bias. Intensitas cahaya juga perlu diperhatikan karena
akan membiaskan atau memudarkan warna yang dipancarkan contoh uji. Sedangkan
untuk uji rasa, sebaiknya panelis terlebih dahulu berkumur dengan air putih yang sudah
disediakan agar lidah yang digunakan untuk mencicip menjadi netral.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Uji sensoris. Surakarta: Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Slamet Riyadi. http://ftpunisri.blogspot.com. [24 Maret 2012]
Ferasaldi. 2006. Pengujian organoleptik dalam industri pangan. http://www.scribd.com. [24
Maret 2012]
Muda M. 2011. Uji duo trio. http://achmadgusfahmi.blogspot.com [25 Maret 2012]
Pastiniasih L. 2011. Uji pembeda. http://www.scribd.com. [23 Maret 2012]
Permadi R. 2011. ITP uji organoleptik metode duo trio dan triangle test.
http://permadikakak.wordpress.com. [10 Maret 2012]
Rihanz. 2010. Persiapan uji organoleptik. http://www.scribd.com [15 Maret 2012].
Susiwi S. 2009. Penilaian organoleptik. Bandung: Fakultas Matematika dan IPA, Uniersitas
Pendidikan Indonesia. http://www.scribd.com [15 Maret 2012]
Dewi N. 2011. Uji pembedaan berpasangan. Purwokerto: Fakultas Pertanian, Universitas
Jenderal Sudirman. http://www.scribd.com [17 April 2012]
Sarastani D. 2011. Penuntun Praktikum Analisis Organoleptik. Bogor: Program Diploma Institut
Pertanian Bogor.
Sina. 2009. Uji organoleptik. http://www.sinau-sinaubareng.blogspot.com [17 April 2012]
Soekarto T. 1981. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bogor:
Food Technology Development Center, Institut Pertanian Bogor. http://www.scribd.com
[18 April 2012]
Susiwi S. 2009. Penilaian organoleptik. Bandung: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia. http://www.scribd.com
[17 April 2012]
Wagiyono. 2003. Menguji pembedaan secara organoleptik. http://www.scribd.com [18 April
2012]
Setyaningsih D, Anton A. 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor:
IPBPress.
Wagiyono. 2003. Menguji pembedaan secara organoleptik .http://www.scribd.com[14 Oktober
2012]
Anonim, 2006, Pengujian Ogranoleptik (Evaluasi Sensori) Dalam Industri
Pangan, EBOOKPANGAN.COM
Kemp. S, T. Hollowood, J. Hort, 2009, Sensory Evaluation A Practical Handbook, Wiley Blackwell,
United Kingdom
http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/Uji-Organoleptik-ProdukPangan.pdf